Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
B. Etiologi
Etiologi dari penyakit ini belum pasti, yang berperan khususnya untuk
terjadi well differentiated (papiler dan folikuler) adalah radiasi dan goiter
endemis, dan untuk jenis meduler adalah faktor genetik. Belum diketahui
suatu karsinoma yang berperan untuk kanker anaplastik dan meduler.
Diperkirakan kanker jenis anaplastik berasal dari perubahan kanker tiroid
berdiferensia baik (papiler dan folikuler), dengan kemungkinan jenis folikuler
dua kali lebih besar. Radiasi merupakan salah satu faktor etiologi kanker
tiroid. Banyak kasus kanker pada anak-anak sebelumnya mendapat radiasi
pada kepala dan leher karena penyakit lain. Biasanya efek radiasi timbul
setelah 5-25 tahun, tetapi rata-rata 9-10 tahun. Stimulasi TSH yang lama juga
merupakan salah satu faktor etiologi kanker tiroid. Faktor resiko lainnya
adalah adanya riwayat keluarga yang menderita kanker tiroid dan gondok
Kanker ini tumbuh dari sel parafolikuler yang disebut juga sel C yang
bertugas membuat hormon kalsitonin dengan fungsi mengatur kalsium
dalam darah. Kanker ini jarang terjadi hanya 3-4 persen namun
pertumbuhannya lebih cepat daripada kanker tipe papiler atau
folikuler. Pasien mungkin datang dengan suara serak, disfagia, atau
kemerahan, dapat disertai diare juga. Tipe ini bermetastasis ke
mediastinum superior dan kemudian ke paru, tulang, dan hati.
4. kanker tiroid tipe anaplastic
Kanker ini sering muncul di luar kapsul, pertumbuhannya cepat serta
menyebar ke organ tubuh lain serta hasil pengobatan dengan
kemoterapi juga tidak memberi banyak harapan. Jenis ini sangat
jarang yaitu tidak lebih dari 2 persen. Pasien sering memiliki riwayat
massa keras yang tumbuh cepat di leher. Metastasis biasanya ke
mediastinum dan paru. Pasien datang dengan pembesaran kelenjar
tiroid yang nyeri. Pada mulanya pasien hanya mengeluh tentang
adanya tumor di daerah tiroid. Dengan menyebarnya kanker ini ke
sekitar, timbul suara serak, stridor, dan sukar menelan.
D. Patofisiologi
Tambayong (2000), Gruendemann & Fersebner (2005), Tandra (2011)
menjelaskan bahwa karsinoma tiroid merupakan neoplasma yang berasal dari
kelenjar yang terletak di depan leher yang secara normal memproduksi
hormon tiroid yang penting untuk metabolisme tubuh. Infiltrasi karsinoma
tiroid dapat ditemukan di trakea, laring, faring, esofagus, pembuluh darah
karotis, vena jugularis, struktur lain pada leher dan kulit.
Metastase limfogen dapat meliputi semua region leher sedangkan
metastase hematogen biasanya di paru, tulang, otak dan hati. Kanker ini
berdiferensiasi mempertahankan kemampuan untuk menimbun yodium
pembesaran kelenjar getah bening. Lokasi kelenjar getah bening yang bisa
membesar dan bisa teraba pada perabaan yakni di ketiak, lipat paha. Ada juga
kelenjar getah bening yang terdapat di dalam tubuh yang mana tidak dapat
diraba yakni didalam rongga perut. Penyebab dari pembesaran kelenjar getah
bening adalah infeksi non spesifik, infeksi spesifik (TBC), keganasan
(lymphoma).
Tirokalsitanin
serak, limfadenopati leher serta dapat terjadi metastasi jauh. Paling sering
Pemenuhan nutrisi
menurun
ke paru-paru,
Penurunan kalsium
Hipertermi
tulang
dan hati.
F. Pathway
Hipokalsium
Kejang
4
Hyposia
Hipertiroid
Lemas
Aktivitas menurun
Hipertiroid
Pertumbuhan tumor
Di dalam
Sesak
Di luar
Di dalam konsep diri
Pre operasi
Cemas
Post operasi
Luka
Nyeri
Resiko infeksi
G. Komplikasi
1. Resiko perdarahan minimum, namun hati- hati dalam mengamankan
hemostatis dan penggunaan drain setelah operasi.
2. Masalah terbukanya vena besar (vena tiroidea superior) dan menyebabkan
embolisme udara. Dengan tindakan anestesi mutakhir, ventilasi tekanan
positif yang intermitten, dan teknik bedah yang cermat, bahaya ini dapat
di minimalkan.
3. Trauma pada nervus laringeus rekurens yang menimbulkan paralisis
sebagian atau total (jika bilateral) laring. Pengetahuan anatomi bedah
yang kuat dan ke hati- hatian pada saat operasi harus diutamakan.
4. Sepsis yang meluas ke mdiastinum. Seharusnya ini tidak doleh terjadi
pada operasi bedah sekarang ini, sehingga antibiotik tidak diperlukan
sebagai pofilaksis lagi.
5. Hipotiroidisme pasca bedah. Perkembangan hipotiroidisme setelah reseksi
bedah tiroid jarang terlihat saat ini. Ini dievaluasi dengan pemeriksaan
klinik dan biokomia yang tepat pasca bedah.
6. Hipokalsemi karena terangkatnya kelenjar
paratiroid
pada
saat
1) foto polos leher ap dan lateral dengan metode soft tissue technique
dengan posisi leher hiperekstensi, bila tumornya besar. Untuk
melihat ada tidaknya kalsifikasi.
2) dilakukan pemeriksaan foto thorax pa untuk menilai ada tidaknya
metastase dan pendesakkan trakea.
3) esofagogram dilakukan bila secara klinis terdapat tanda-tanda
adanya infiltrasi ke esophagus.
4) pembuatan foto tulang belakang bila dicurigai adanya tanda-tanda
metastase ke tulang belakang yang bersangkutan. CT scan atau
mri untuk mengevaluasi staging dari karsinoma tersebut dan bisa
untuk menilai sampai di mana metastase terjadi.
5) Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini aman
dan tepat, namun cara ini cenderung terdesak oleh adanya tehnik
biopsy aspirasi yaitu tehnik yang lebih sederhna dan murah.
6) Biopsi jarum dari kelenjar tiroid.
7) Ultrasonografi, MRI, pemindai CT, pemindai tiroid, pemeriksaan
ambilan iodin radioaktif, dan uji supresi tiroid.
I. Penatalaksanaan
1. Terapi
Baughman & Hackley (2000), Brooker (2008) mengatakan bahwa
terdapat beberapa penatalaksanaan kanker tiroid yaitu:
a. pengobatan pilihan adalah pengangkatan melalui pembedahan
(tiroidektomi total atau mendekati total) diikuti dengan pemberian
iodium radioaktif;
b. diseksi leher radikal ekstensif atau dimodifikasi jika sudah mengenai
nodus limfe;
c. diberikan hormon tiroid dalam dosis supresif setelah pembedahan
untuk menurunkan kadar TSH sampai status eutiroid;
d. dibutuhkan tiroksin secara permanen jika jaringan tiroid yang tersisa
tidak adekuat menghasilkan hormon;
e. terapi radiasi dilakukan melalui beberapa rute;
f. kemoterapi hanya digunakan kadang-kadang saja.
Tabel 1 Terapi pembedahan yang direkomendasikan untuk karsinoma
tiroid
Jenis tumor
Ukuran tumor
Terapi anjuran
< 1,5 cm
kelenjar limfe
pemindaian pascaoperatif
Folikular
tanpa
keterlibatan kelenjar limfe
1,5-4 cm
Papilar
dan
folikular
dengan
keterlibatan
kelenjar limfe
Semua pasien
Medular
Semua pasien
Anaplastik
Semua pasien
leher
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Preoperasi
Baradero, Dayrit, dan Siswadi (2009) menjelaskan fokus
perawatan pasien preoperasi adalah mempertahankan status eutiroid.
Status
nutrisi
pasien
juga
perlu
diperhatikan
karena
keadaan
3. Postoperasi
Baradero, Dayrit, dan Siswadi (2009) menjelaskan selain
pemantauan
rutin
pascaoperasi,
pasien
pasca
tiroidektomi
perlu
10
b. Mencegah komplikasi
c. Menghilangkan nyeri
d. Memberikan informasi tentang prosedur
Tujuan pemulangan
a. Komplikasi dapat dicegah atau dikurangi
b. Nyeri hilang
c. Prosedur pembedahan/prognosis dan pengobatannya dapat dipahami
d. Mungkin membutuhkan bantuan pada teknik pengobatan sebagian
atau seluruhnya
e. Aktivitas sehari-hari, mempertahankan tugas-tugas rumah
Penatalaksanaan Post Operasi (di ruang sadar)
a. Observasi tanda-tanda vital pasien (GCS) dan jaga tetap stabil
b. Observasi adanya perdarahan serta komplikasi post operasi
c. Dekatkan peralatan Emergency Kit atau paling tidak mudah dijangkau
apabila sewaktu-waktu dibutuhkan atau terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan
d. Sesegera mungkin beritahu penderita jika operasi telah selesai
dilakukan setelah penderita sadar dari pembiusan untuk lebih
menenangkan penderita
e. Lakukan perawatan lanjutan setelah pasien pindah ke ruang perawatan
umum
B. Diagnosa Keperawatan
Daftar Diagnosa Keperawatan Preoperasi (sesuai prioritas):
No
1
2
Diagnosa
Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan
Diagnosa
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan napas (spasme
jalan napas)
Nyeri akut berhubungan dengan edema pasca operasi
11
DIAGNOSA
INTERVENSI
Ansietas
berhubungan
dengan perubahan
dalam status
kesehatan
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24
jam klien tidak mengalami
ansietas
NOC:
1. Anxiety self control
(1402)
Kriteria hasil:
a. Ansietas berkurang,
dibuktikan dengan
menunjukkan kontrol
agresi, kontrol
NIC:
Anxiety reduction
12
Ketidakseimbang
an
nutrisi:
kurang
dari
kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan
ketidakmampua
n menelan
Kerusakan
komunikasi
berhubungan
dengan cedera
pita suara
ansietas, koping.
b. Merencanakan
strategi koping untuk
situasi-situasi yang
membuat stres
c. Manifestasi perilaku
akibat kecemasan
tidak ada
Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam nutrisi
klien menjadi seimbang
NOC:
1. Nutritional status: food
and fluid intake (1008)
Kriteria hasil:
Klien mampu
memperoleh masukan
makanan dan cairan
secara seimbang dengan
indikator:
a. masukan makanan
secara oral adekuat
(5)
b. masukan makanan
secara parenteral
adekuat (5)
c. masukan cairan
secara oral adekuat
(5)
d. masukan cairan
secara intravena
adekuat (5)
e. masukan cairan
secara parenteral
adekuat (5)
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan
keperwatan selama 3 x 24
jam klien dapat
berkomunikasi dengan baik
NOC:
Communication
(0902)
Kriteria hasil: mampu
menciptakan metode
komunikasi dimana
kebutuhan dapat dipahami.
13
NIC:
1. Swallowing therapy
a. Monitor tanda dan gejala a
aspirasi
b. Bantu klien untuk minum
menggunakan sedotan
c. Bantu klien untuk mempos
kepala fleksi
NIC:
Communication enhancement: speech
DIAGNOSA
INTERVENSI
Bersihan jalan
napas tidak efektif
berhubungan
dengan obstruksi
jalan napas
(spasme jalan
napas)
Tujuan :
NIC:
Setelah dilakukan tindakan
1. Cough enhancement
a. Atur posisi klien yaitu kepa
keperawatan selama 3 x 24
fleksi, bahu fleksi, dan lutu
jam bersihan jalan nafas
fleksi
kembali efektif
NOC:
1. Respiratory status:
b. Ajarkan klien cara nafas da
airway patency (0410)
dan batuk efektif
Kriteria hasil:
Klien mampu
mematenkan jalan
nafasnya dengan
indikator:
a. RR tidak menyimapng
dari rentang normal
(5)
c. Lakukan fisioterapi dada: v
b. irama nafas tidak
dada
menyimapng dari
rentang normal (5)
2. Positioning
c. kemampuan
a. Monitor status oksigenasi
membersihkan sekret
perubahan posisi klien
tidak menyimapng
b.
Berikan posisi fowler atau
dari rentang normal
fowler bagi klien
(5)
3. Airway management
a. Kaji fungsi paru, adanya bu
nafas tambahan, perubaha
irama dan kedalaman,
penggunaan otot pernafas
tambahan, warna, dan
14
kekentalan sputum
b. Lakukan penghisapan lend
jalan nafas
c. Kolaborasi pemberian
bronkodilator bagi klien
d. Berikan terapi nebulizer
Nyeri
akut
berhubungan
dengan edema
pasca operasi
Kriteria hasil:
a. Klien
akan
dapat
mengontrol nyeri dengan
indikator:
1) mendemonstrasikan
tentang pengenalan
nyeri secara konsisten
(5)
2) mendemonstrasikan
penggunaan
analgesik
secara
konsisten (5)
3) mendemonstrasikan
pelaporan
nyeri
secara konsisten (5)
b. Klien
akan
dapat
mencapai
level
nyeri
rendah dengan indikator:
1) tidak
melaporkan
nyeri (5)
2) tidak
menunjukkan
ekspresi wajah nyeri
(5)
15
NIC:
Pain management
pemberian
an
Resiko
tinggi Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan
terhadap
keperwatan selama 3 x 24
komplikasi
jam klien tidak mengalami
perdarahan
perdarahan
berhubungan
dengan
NOC: Risk control
tiroidektomi,
Kriteria hasil:
edema pada dan a. Tidak ada manifestasi
sekitar
insisi,
dari perdarahan yang
pengangkatan
hebat
tidak
sengaja b. Hiperkalemia
dari para tiroid, c. Kerusakan saraf
laryngeal
perdarahan dan
d. Obstruksi jalan nafas
kerusakan saraf
e. Ketidak seimbangan
laringeal.
hormon tiroid dan
infeksi
NIC:
Bleeding precaution
16
DAFTAR PUSTAKA
17
Asian
Cancer.
2012.
Pengobatan
Kanker
Kelenjar
Tiroid.
18