Vous êtes sur la page 1sur 62

ANALISIS MENGENAI

DAMPAK LINGKUNGAN
HIDUP

Prof. Dr. Slamet Ibrahim S, DEA.,


Apt.
Sekolah Farmasi ITB
2012

1. Pendahuluan
Industri farmasi adalah badan usaha yang
memiliki izin dari MenKes untuk melakukan
pembuatan obat meliputi pembuatan sediaan
farmasi (formulasi) dan bahan obat (bahan
berkhasiat atau tidak berkhasiat).
Industri farmasi yang memproduksi bahan
obat atau yang menggunakan bahan hayati,
non hayati, mengintroduksi jenis tumbuhan
baru atau jasad renik dalam proses
produksinya serta yang menerapkan suatu
teknologi khusus, dapat diperkirakan akan
mempunyai potensi besar menimbulkan
dampak terhadap lingkungan.

Pencemaran atau perusakan lingkungan akibat


kegiatan industri farmasi tersebut perlu
dicegah sedini mungkin sebelum industri
farmasi tersebut melakukan kegiatannya
melalui analisis dampak lingkungan (AMDAL).
AMDAL terhadap industri farmasi diperlukan
sebagai landasan dalam pengambilan
keputusan di bidang perijinan industri farmasi.
Salah satu syarat untuk memperoleh izin
industri farmasi adalah fotokopi sertifikat
Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya
Pemantauan Lingkungan atau Analisis Dampak
Lingkungan (Permenkes, No
1799/MenKes/Per/XII/2010, Pasal 13, ayat 2 e)

Keputusan MenKes No 286/MENKES/SK/VI/1990


tentang Kegiatan di Bidang Kesehatan yang
WAJIB membuat AMDAL, 9 Juni 1990
memutuskan bahwa:
Wajib AMDAL : Rumah Sakit Kelas A dan B
serta Rumah Sakit Khusus, Rumah Sakit Swasta
yang setara, dan Industri Farmasi yang
memproduksi bahan baku obat.
Wajib Upaya Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan : Rumah Sakit C dan Rumah sakit
Khusus, Rumah sakit swasta yang setara,
Industri Farmasi yang memproduksi obat jadi,
Industri Obat Tradisional dan Jamu, dan
Laboratorium Kesehatan/Klinik.

2. Pengertian
Analisis mengenai dampak lingkungan hidup
(AMDAL) merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan: Setiap rencana
usaha/kegiatan yang mungkin dapat
menimbulkan dampak besar dan penting
terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki
AMDAL.
Pasal 1 Ketentuan Umum (UU No 32/2009):
AMDAL adalah kajian mengenai dampak
penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan.

Permenkes No
157/MenKes/Per/III/1990 tentang
AMDAL Industri farmasi , pasal
1.a. yang dimaksud dengan AMDAL
adalah hasil studi mengenai dampak
suatu kegiatan yang direncanakan
pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan.
Jenis Industri farmasi yang wajib
AMDAL menurut Permenkes tsb pada
Lampiran I : adalah Industri Bahan
Baku Obat (Bahan Obat Berkhasiat).

Sedangkan industri farmasi yang melakukan


pembuatan obat (sediaan farmasi) atau
industri formulasi obat dan Jamu wajib
membuat Penyajian Evaluasi Lingkungan
atau Upaya Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan (UKL/UPL).
Pemberian atau penolakan izin Industri
Farmasi dari Men Kes setelah adanya
rekomendasi atas Upaya Pengelolaan atau
Upaya Pemantauan Lingkungan/Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan yang
dilampirkan pada surat permohonan izin
Industri farmasi .

Setiap pendiriannya, Industri Farmasi wajib


memenuhi ketentuan sebagaimana diatur
dalam peraturan perundang-undangan di
bidang tata ruang dan lingkungan hidup
(Permenkes No 1799 tahun 2010, Pasal 7)
Memang setiap usaha atau kegiatan apapun
pada dasarnya dapat menimbulkan dampak
terhadap lingkungan hidup yang perlu
diperkirakan sejak perencanaannya sehingga
sejak dini dampaknya yang negatif (merusak,
merugikan, mencemari,dll) dapat dicegah,
ditanggulangi, dikurangi dan kalau bisa
dihilangkan.

Dampak itu bisa positif, jika perubahan itu


menguntungkan, dan dampak negatif jika
merugikan, mencemari, dan merusak
lingkungan hidup.

Kriteria dampak penting itu antara lain:


1.
2.
3.
4.

Jumlah manusia yang akan kena dampak


Luas wilayah penyebaran dampak
Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Banyaknya komponen lingkungan yang terkena
dampak
5. Sifat kumulatif dampak
6. Berbalik (reversible)atau tidak berbaliknya
(iireversible) dampak.

3. Kegiatan wajib AMDAL


a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam


Eksploitasi sumber daya alam baik yang terbaharui
maupun yang tak terbaharui
Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan
pemborosan, pencemaran, dan kerusakan lingkungan hidup,
serta kemerosotan sumber daya alam dalam pemanfaatannya
Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi
lingkungan alam, lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan
budaya
Proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi
pelestarian kawasan konservasi sumber daya dan atau
perlindungan cagar budaya
Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, khewan, dan jenis
renik
Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati
Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai
potensi besar untuk mempengaruhi lingkungan hidup
Kegiatan yang mempunyai resiko tinggi, dan atau mempengaruhi
pertahanan negara

Bagi rencana di luar usaha tersebut di atas, wajib


melakukan upaya pengelolaan lingkungan hidup dan
upaya pemantauan lingkungan hidup yang
pembinaannya berada di bawah instansi terkait.
Usaha dan atau kegiatan yang akan dibangun di
dalam kawasan yang sudah dibuatkan AMDAL, tidak
diwajibkan membuat AMDAL lagi, tetapi diwajibkan
melakukan pengendalian dampak lingkungan hidup
dan perlindungan fungsi lingkungan hidup sesuai
dengan rencana pengelolaan lingkungan hidup dan
rencana pemantauan lingkungan hidup kawasan.
AMDAL Industri Farmasi dijelaskan oleh SK MENKES
No 157/Menkes/Per/III/1999.
Usaha atau kegiatan yang wajib AMDALindustri
lainnya dijelaskan oleh Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No 17, tahun 2001 tentang Jenis
Rencana usaha dan atau kegiatan yang wajib
dilengkapi AMDAL.

4. Fungsi AMDAL
AMDAL merupakan syarat yang harus dipenuhi
untuk mendapatkan izin melakukan usaha dan
atau kegiatan, yang diterbitkan oleh pejabat
yang berwenang.
Keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu
usaha dan atau kegiatan yang diterbitkan
pejabat yang berwenang itu wajib dilampirkan
pada permohonan izin melakukan usaha
Dalam keputusan itu terdapat ketentuan yang
wajib dipatuhi oleh pemrakarsa/pemohon
yaitu rencana pengelolaan lingkungan dan
rencana pemantauan lingkungan dari
usaha/kegiatan itu.

Suatu izin melakukan usaha dan atau


kegiatan baru akan diberikan oleh pihak
berwenang ( Menteri Negara Lingkungan
Hidup atau Gubernur), bila hasil kajian
AMDAL menyatakan bahwa rencana usaha
dan atau kegiatan tersebut layak lingkungan,
yang sesuai dengan hasil penilaian Komisi.
Keputusan itu harus diikuti oleh instansi
yang berwenang menerbitkan izin usaha.
Bila pejabat itu menerbitkan izin usaha
tanpa mengikuti keputusan kelayakan
lingkungan, maka pejabat tsb dapat menjadi
objek gugatan tata usaha negara di PTUN.

5. Tata Laksana AMDAL

1.
2.
3.
4.

Pemrakarsa/pemohon usaha menyusun AMDAL


dalam bentuk 4 dokumen yaitu:
Kerangka Acuan (KA)
Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)
Pendekatan Studi AMDAL dapat dilakukan melalui:
AMDAL kegiatan tunggal, AMDAL kegiatan
Terpadu, dan AMDAL Kegiatan dalam Kawasan.
Pemrakarsa Usaha dapat meminta jasa Konsultan
untuk menyusun AMDAL. Anggota Penyusun
AMDAL harus bersertifikat AMDAL B dan AMDAL A
serta tenaga ahli pada bidang terkait usaha atau
kegiatan.

6. Peran serta
masyarakat
Pemrakarsa usaha wajib mengumumkan
terlebih dahulu usahanya kepada masyarakat,
sebelum menyusun AMDAL (KepKa Bapedal No
2/2000, tentang keterlibatan masyarakat dan
keterbukaan informasi dalam proses AMDAL).
Dalam kurun waktu 30 hari sejak
pengumuman, masyarakat berhak
memberikan saran, pendapat, dan tanggapan
terhadap rencana usaha yang diusulkan.
Saran, pendapat, dan tanggapan masyarakat
itu akan dijadikan dasar pertimbangan dalam
penilaian AMDAL oleh Komisi untuk penetapan
kelayakan lingkungan hidup dari rencana
usaha yang diusulkan itu.

DOKUMEN AMDAL
KERANGKA ACUAN (KA)
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
(ANDAL)
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
(RKL)
RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN
(RPL)
RINGKASAN EKSEKUTIF

A. KERANGKA ACUAN

1.
2.

1.
2.

Kerangka Acuan (KA) merupakan dasar


pembuatan AMDAL yang disusun oleh pemrakarsa
dengan berkonsultasi dengan pejabat yang
berwenang.
KA adalah ruang lingkup studi ANDAL yang
merupakan hasil pelingkupan yang disepakati oleh
Pemrakarsa/Penyusun AMDAL dan Komisi AMDAL.
Tujuan penyusunan KA adalah:
Merumuskan ruang lingkup dan kedalaman studi
ANDAL
Mengarahkan studi ANDAL agar berjalan secara
efektif dan efisien sesuai dengan biaya, tenaga,
dan waktu yang tersedia.
Fungsi KA:
Sebagai rujukan penting bagi pemrakarsa, instansi ,
penyusun studi AMDAL tentang lingkup dan
kedalaman kajian ANDAL
Sebagai salah satu rujukan bagi penilai dokumen,
untuk mengevaluasi hasil kajian ANDAL

Dasar pertimbangan
penyusunan KA
Keanekaragaman (jenis usaha/kegiatan, dampak
usaha, rona lingkungan hidup, bentuk usaha, ukuran,
tujuan dan sasaran usaha).
Keterbatasan sumber daya. KA yang disusun
harus mempertimbangkan adanya keterbatasan
waktu, dana, tenaga, metode, dsb, tanpa mengurangi
mutu kajian ANDAL. Dengan adanya keterbatasan ini,
perlu kiranya menentukan prioritas yang diutamakan,
sehingga tujuan ANDAL masih dapat terpenuhi.
Efisiensi. Dengan melakukan pembatasan pada
faktor dan ruang lingkup yang berkaitan langsung
dengan keperluan ANDAL, maka pelaksanaan ANDAL
dapat dilakukan secara efisien

Pihak-pihak yang terlibat


dalam penyusunan KA

Pemrakarsa proyek
Instansi yang bertanggungjawab
Penyusun studi ANDAL
Para pakar lingkungan dan masyarakat yang
berkepentingan (Ps 33-35 PP 27/1999 tentang
AMDAL

Pemakai dokumen KA
Pemrakarsa dan penyusun studi ANDAL
Perencana dan Pengambil Keputusan
studi kelayakan lingkungan

Diagram Alir Penyusunan KA

1.
2.
3.
4.
5.

Harus mengikuti diagram penyusunan ANDAL


sebagai berikut:
Pengumpulan data dan informasi: Rencana
usaha/kegiatan dan Rona Lingkungan Hidup
(RLH)
Proyeksi perubahan RLH awal sebagai akibat
rencana usaha/kegiatan
Penentuan dampak besar dan penting
terhadap lingkungan akibat usaha/kegiatan
Evaluasi dampak besar dan penting terhadap
LH
Rekomendasi/saran tindak lanjut untuk
pengambil keputusan, perencana, dan
penngelola LH, berupa: Alternatif
usaha/kegiatan, RKL, dan RPL

Proses Pelingkupan KA

1.

2.
3.

Pelingkupan merupakan proses terpenting dalam


penyusunan KA, yaitu untuk menentukan lingkup
permasalahan dan mengidentifikasi dampak besar
dan penting dan kedalaman studi ANDAL. Semakin
baik pelingkupan, semakin tegas dan jelas arah
kajian ANDAL yang dilakukan.
Pelingkupan KA terdiri dari:
Pelingkupan dampak besar dan penting, meliputi
identifikasi dampak potensial, evaluasi dampak
potensial, pemusatan pada dampak besar dan
penting yang potensial (focussing).
Pelingkupan wilayah studi, meliputi batas proyek,
batas ekologis, batas sosial, dan batas administrasi.
Pelingkupan kedalaman kajian ANDAL, mencakup
metode yang digunakan, jumlah sampel, tenaga
ahli yang diperlukan, dana dan waktu kajian.

Sistematika KA

Bab I. Pendahuluan,
mencakup Latar belakang (tujuan dan kegunaan
usaha/proyek, Landasan hukum dan kebijaksanaan
regional dan lokal tentang pengelolaan lingkungan hidup),
Tujuan dan kegunaan Studi ANDAL.
Bab II. Ruang Lingkup Studi,
mencakup lingkup rencana usaha, lingkup rona
lingkungan hidup awal, isu-isu pokok, dan lingkup wilayah
kajian.
Bab III. Metodologi,
mencakup metode pengumpulan dan analisis data,
metode prakiraan dampak, metode evaluasi dampak.
Bab IV. Pelaksana Studi,
mencakup Pemrakarsa, Penyusun AMDAL, Biaya studi dan
Waktu Studi.
Bab V. Daftar Pustaka
Bab VI. Lampiran

B. ANALISIS DAMPAK
LINGKUNGAN (ANDAL)
ANDAL adalah telaahan/kajian secara cermat dan
mendalam tentang dampak besar dan penting suatu
rencana usaha dan atau kegiatan (PP No 27/1999,
pasal 1).
ANDAL disusun oleh pemrakarsa usaha atau
penyusun AMDAL (jasa konsultan yang ditunjuk)
berdasarkan pada Kerangka Acuan (KA) yang telah
ditetapkan.
Penyusunan ANDAL berpedoman pada penyusunan
ANDAL, RKL, dan RPL yang telah ditetapkan KepKa
Bapedal No 09 Tahun 2000, tanggal 17 Februari
2000, tentang pedoman penyusunan AMDAL.
Untuk Industri Farmasi dan Usaha Kegiatan di Bidang
Kesehatan ANDAL mengacu pada Permenkes No
157/MenKes/Per/III/1990 dan SK Menkes No 286/
Menkes/SK/VI/1990.

B.1. Tujuan Studi ANDAL


Mengidentifikasi semua rencana usaha yang
akan dilaksanakan terutama yang
menimbulkan dampak besar dan penting
terhadap lingkungan hidup.
Mengidentifikasi komponen-komponen
lingkungan hidup yang akan terkena dampak.
Memprakirakan dan mengevaluasi rencana
usaha yang menimbulkan dampak pada
setiap tahapan : prakostruksi, konstruksi,
operasi, dan pasca operasi.
Merumuskan RKL dan RPL

B.2. Kegunaan studi


ANDAL

Sebagai bahan/masukan bagi perencana


pembangunan wilayah
Membantu proses pengambilan keputusan
kelayakan lingkungan untuk izin rencana
usaha
Memberi masukan untuk penyusunan
desain rinci teknis dari rencana usaha
Memberi masukan untuk penyusunan RKL
dan RPL
Memberi informasi bagi masyarakat atas
dampak yang ditimbulkan oleh rencana
usaha atau kegiatan.

B.3. Isi/Sistematika
Dokumen ANDAL
a.
b.
c.
d.

Pendahuluan
Ruang lingkup studi
Metodologi
Rencana usaha dan atau kegiatan Rona
lingkungan awal Prakiraan dampak besar
dan penting
e. Evaluasi dampak besar dan penting
f. Daftar pustaka
g. Lampiran

B.4. Sistematika Dokumen


ANDAL
Ringkasan.
a.
b.
c.

Ringkasan ANDAL disusun sedemikian rupa,


sehingga dapat:
Langsung mengemukakan masukan penting
yang bermanfaat bagi pengambil keputusan.
Mudah dipahami isinya oleh semua pihak,
termasuk masyarakat
Memuat uraian singkat tentang :
rencana usaha dengan berbagai dampak besar
dan penting pada tahap prakonstruksi,
konstruksi, operasi, dan pasca operasi;
keterangan kemungkinan adanya kesenjangan
informasi,
keterbatasan dan kendala yang dihadapi
selama penyusunan ANDAL; dan hal- hal lain
yang perlu disampaikan.

Bab I. Pendahuluan
1.1. Latar belakang
Uraian singkat dan jelas tentang:
a. tujuan dan kegunaan usaha,
b. peraturan dan perundangan yang berlaku
c. kebijaksanaan lokal tentang pengelolaan
lingkungan hidup
d.kaitan rencana usaha dengan dampak yang
akan ditimbulkan
e. isu-isu pokok hasil pelingkupan KA.
1.2. Tujuan Studi ANDAL

Bab II. Ruang Lingkup Studi ANDAL


Mencakup:
a. Kajian dampak besar dan penting pada
berbagai tahap, kondisi rona lingkungan
hidup yang terkena dampak,. Uraian setiap
tahapan kegiatan yang ada di sekitar lokasi
usaha beserta dampak-dampak yang
ditimbulkan terhadap lingkungan hidup.
Aspek yang dikaji sesuai dengan hasil
pelingkupan KA.
b. Wilayah kajian yang telah digariskan oleh
pelingkupan wilayah pada KA .
c. Hasil pengamatan lapangan.

Bab III. Metodologi


3.1. Metodologi Pengumpulan Data
3.2 Metodologi Analisis Data
3.3. Metodologi Identifikasi Dampak
3.4. Metodologi Pendugaan dan Evaluasi
Dampak Penting

Bab IV. Rencana


usaha/kegiatan

1. Identitas Pemrakarsa dan Penyusun


ANDAL (lengkap)
2. Tujuan rencana usaha/kegiatan
3. Kegunaan dan keperluan rencana
usaha/kegiatan, meliputi lokasi,
hubungan lokasi dengan sumber daya,
alternatif usaha dan lokasi berdasarkan
hasil studi kelayakan, tata letak, tahapan
pelaksanaan (prakonstruksi/persiapan,
konstruksi, operasi, dan pasca operasi
4. Keterkaitan proyek/usaha dengan
kegiatan lain di sekitar lokasi

Bab V. Rona lingkungan hidup

a.
b.
c.
d.

Rona lingkungan hidup (sebelum ada


proyek/usaha) di wilayah studi diungkap
dengan jelas dan mendalam, terdiri dari
komponen:
Fisiko-kimia (iklim, topografi, kualitas
udara, hidrologi, angin,curah hujan, ruang
lahan dan tanah);
Biologi ( flora, dan fauna)
Sosial ( demografi, ekonomi, budaya )
Kesehatan masyarakat (parameter IPM,
angka kesakitan/kematian, sanitasi, status
gizi, sumber daya kesehatan, dll)

Bab VI. Prakiraan dampak


besar dan penting
Dalam melakukan analisis prakiraan dampak,
hendaknya digunakan metode-metode formal
secara matematik. Pengunaan metode non
formal dapat digunakan jika tidak ada formula
matematiknya.
Prakiraan dampak dilakukan pada setiap
tahapan kegiatan : prakonstruksi, konstruksi,
operasi, dan pasca operasi
Uraian tentang kegiatan yang menimbulkan
dampak yang langsung maupun tidak
langsung terhadap rona lingkungan, dan
dampak yang saling berkaitan/berantai di
antara komponen lingkungan.

a. Prakiraan dampak
pada Udara

Menguraikan semua polutan udara yang akan


dihasilkan dan diemisikan oleh proyek yang diusulkan
Mengukur dan menetapkan tingkat kualitas udara di
daerah proyek
Memprakirakan dispersi/sebaran polutan dengan
mempertimbangkan arah dan kecepatan angin,
tinggi cerobong, iklim setempat, ketinggian daerah
proyek.
Menghitung jumlah polutan per tahun yang akan
diemisikan proyek dan dampaknya dengan
mempertimbangkan kondisi iklim daerah proyek
Prakirakan dampat polutan terhadap kesehatan
manusia, tanaman, khewan, struktur bangunan, dan
estetika (bau, warna, asap, smog, dll)

b. Prakiraan dampak pada air


Tentukan jenis dan jumlah (harian) polutan air dan
air limbah yang dikeluarkan proyek yang diusulkan
Tentukan kondisi atau kualitas air permukaan
ataupun air tanah di sekitar proyek (karakter fisika,
kimia, biologi, dan radiokimia air)
Kumpulkan informasi limnologi badan penerima air
(pH, suhu, fitoplankton, zooplankton, ikan, dll)
Prakirakan titik-titik pembuangan air limbah pada
badan penerima air
Gunakan standar kualitas air dan air limbah sebagai
bandingan dalam memprakirakan dampak
Prakirakan dampak terhadap: banjir, konsumsi air,
dan kualitas air permukaan dan air tanah.

c. Prakiraan dampak pada biologi


lingkungan sekitar
Tentukan jenis dan jumlah populasi atau komunitas
flora dan fauna di sekitar proyek
Identifikasi spesies yang jarang dan dilindungi
serta kalau ada jelaskan sifat khas dari spesies tsb
Tentukan jenis dan kualitas suksesi alami dari
komunitas biologi yang ada (produktivitas, aliran
masa dan energi, jumlah dan jenis
populasi/spesies)
Prakirakan dampak proyek terhadap biologi
lingkungan sekitarnya (sebelum dan sesudah ada
proyek)
Prakiraan dampak terhadap: kehilangan langsung
suatu spesies, masuknya spesies dan predator
baru, dan kesetimbangan ekologi setempat.

d. Prakiraan dampak pada sosiobudaya-ekonomi lingkungan


Tentukan faktor sosekbud lingkungan di sekitar
proyek
Tentukan adanya tempat cagar/situs budaya,
makam keramat, dan situs penting menurut adat
istiadat setempat.
Prakirakan dampak/perubahan akibat adanya
proyek pada setiap tahapan
Prakiraan dampak terhadap: populasi, pekerjaan,
perumahan, kesehatan, transportasi, layanan
publik, bisnis perdagangan, pertanian, dan
kebudayaan (termasuk perilaku).

Bab VII. Evaluasi dampak


besar dan penting
Hasil kajian dampak besar dan penting dari rencana
usaha/kegiatan secara holistik/totalitas.
Hubungan sebab-akibat antara rencana
usaha/kegiatan dan rona lingkungan hidup dengan
dampak positif atau negatif yang mungkin timbul
Ciri dampak penting (intensitas, lamanya dampak,
reversibilitas, dan saling berkaitan satu sama lain)
Kelompok masyarakat yang kena dampak dan
kesenjangan yang akan ditimbulkan akibat dampak.
Seberapa luas dampak yang timbul (lokal, regional,
nasional, atau internasional)
Analisis bencana alam dan analisis risiko bila lokasi
proyek berada di wilayah atau dekat sumber
bencana.

a. Evaluasi dampak kualitas


udara
Evaluasi dampak proyek pada kualitas udara
dilakukan terhadap lingkungan: kesehatan
manusia, organisme hidup lainnya, struktur bahan
dan bangunan, serta estetika
Parameter udara yang digunakan sebagai
indikator adalah: CO, NO, SO, Amonia,
Hidrokarbon, partikulat, bau, debu, dll.
Perubahan yang terjadi akibat adanya proyek :
meningkatnya konsentrasi polutan, meningkatnya
frekwensi paparan polutan, meningkatnya jumlah
orang yang terganggu sistem respirasinya,
menurunnya visibiltas, menurunnya harga
properti, menurunnya sumber makanan,
meningkatnya kerusakan bangunan dan bahanbahan akibat kotoran dan korosi.

b. Evaluasi dampak pada


Air
Evaluasi dampak proyek terhadap air dinyatakan
sebagai: banjir, konsumsi air, dan kualitas air.
Perubahan yang mungkin terjadi akibat adanya
proyek adalah: peningkatan aliran air permukaan
(surface runoff), peningkatan risiko bahaya
terhadap kesehatan, peningkatan banjir (akibat
pemadatan tanah, kerusakan tanaman pelindung,
kerusakan sistem drainase, perubahan iklim
akibat polusi udara), kehilangan properti,
penurunan pasokan air, penurunan kualitas air
(akibat peningkatan kadar cemaran) dan
peningkatan frekwensi paparan polutan.

c. Evaluasi dampak pada


komponen biologi lingkungan
Dampak lingkungan oleh proyek pada komponen
biologi dinyatakan terhadap sifat ekosistem:
produktivitas, aliran dan jumlah masa dan
energi, jumlah dan jenis populasi/spesies.
Indikator yang digunakan adalah: Produktivitas
(jenis dan jumlah organisme hidup per satuan
luas daerah, ukuran daerah), Aliran bahan dan
energi (suhu, kualitas air dan udara,
pertumbuhan spesies berbahaya: parasit, vektor
penyakit, patogen, beracun), Jenis dan jumlah
spesies/populasi ( luas hutan gundul atau yang
dibuka, pengaruh adanya manusia dan air,
perubahan kualitas air dan udara, masuknya
predator baru, hilangnya spesies/habitat)

d. Evaluasi dampak
sosekbud

Dampak lingkungan akibat adanya proyek yang dirasakan


manusia langsung dinyatakan sebagai dampak sosial,
ekonomi, dan kebudayaan (sosekbud).
Dampak ini berkaitan langsung ataupun tidak langsung
dengan konsekwensi adanya proyek yang diusulkan.
Misalnya kebutuhan sumber daya manusia (manager,dan
karyawan/pekerja) yang datang dari berbagai tempat),
kebutuhan lahan dan infrastruktur akan meningkatkan:
jumlah populasi, jumlah pekerjaan, perumahan,
transportasi, penghasilan, kesehatan, penghasilan daerah
layanan masyarakat, harga tanah, perubahan fungsi lahan,
dll.
Parameter yang diukur: populasi, pekerjaan, perumahan,
derajat kesehatan, transportasi, layanan masyarakat, harga
tanah, perdagangan/bisnis, pertanian, dll.

Bab VIII. Daftar Pustaka.


Rujukan pustaka yang ilmiah dan
mutakhir dengan cara penulisan yang
baku.
Bab IX. Lampiran.
Dokumen yang tidak tercantum dalam
uraian hendaknya dilampirkan di sini,
misalnya: surat izin atau rekomendasi,
surat rujukan, foto-foto, diagram, peta,
gambar, grafik, tabel-tabel serta hal-hal
lain yang dianggap penting.

C. RENCANA PENGELOLAAN
LINGKUNGAN (RKL)
RKL ini merupakan dokumen yang memuat upaya
pencegahan, pengendalian, dan penanggulangan
dampak besar dan penting yang bersifat negatif,
serta upaya peningkatan dampak positif dari
usaha/kegiatan.
RKL dan RPL merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari AMDAL.
RKL merupakan saran tindak lanjut yang menjadi
pedoman utama bagi pengelola lingkungan di
perusahaan tersebut.
RKL bersifat pokok arahan, prinsip-prinsip atau
persyaratan yang diperlukan dalam rancangan rinci
rekayasa.
Dalam implementasinya, RKL dapat dilakukan dengan
berbagai pendekatan: sains dan teknologi, sosial
ekonomi, dan kelembagaan. Ketiga cara pendekatan
ini saling menyempurnakan RKL dan RPL.

C.1. Sistematika RKL


1. Pendahuluan (mencakup pernyataan umum
maksud dan tujuan RKL, kebijakan
lingkungan/komitmen pemrakarsa, dan
kegunaan RKL)
2. Pendekatan Pengelolaan Lingkungan
(meliputi pendekatan teknologi (3R, terasering,
reklamasi lahan), pendekatan sosial-ekonomi,
pendekatan institusional)
3. Rencana Pelaksanaan RKL (meliputi dampak,
sumber dampak, tolok ukur dampak, tujuan RKL,
pengelolaan LH, lokasi pengelolaan LH, periode
KL, pembiayaan RKL, institusi pengelola LH)
4. Daftar Pustaka
5. Lampiran (Ringkasan dokumen RKL, Data dan
Informasi penting hasil ANDAL, dll.)

D. RENCANA PEMANTAUAN
LINGKUNGAN (RPL)
Pemantauan lingkungan hidup digunakan untuk
memahami fenomena yang terjadi di alam akibat
adanya usaha/kegiatan.
Pemantauan berbeda dengan pengamatan,
karena kegiatan pemantauan yang dilakukan
bersifat sistematis, berulang dan terencana
RPL memuat komponen/parameter lingkungan
hidup yang dipantau, lokasi pemantauan,
frekwensi dan waktu pemantauan, metode
pengumpulan dan analisis data, kelayakan
secara ekonomis, lembaga yang bertanggung
jawab dan penyandang dana, pelaksana
pemantauan, pengawas, dll
Aspek-aspek yang dipantau harus terkait dengan
dampak yang dinyatakan dalam ANDAL dan
dirumuskan dalam RKL.

D.1. Sistematika RPL


1. Pendahuluan (mencakup latar belakang,
pentingnya, tujuan dan kegunaan
pemantauan LH).
2. Rencana Pelaksanaan RPL( meliputi
Dampak besar dan penting, sumber
dampak, parameter LH yang dipantau,
tempat pemantauan, metode pemantauan,
institusi pemantaua LH)
3. Daftar Pustaka
4. Lampiran (Ringkasan dokumen RPL, data
dan informasi penting yang menunjang
RPL)

E. Ringkasan Eksekutif
1.

2.

3.

PENDAHULUAN ( berisi latar belakang kegiatan,


Rencana Usaha, Waktu pelaksanaan kajian:
prakonstruksi, konstruksi, operasi, pasca
operasi, Pemrakarsa kegiatan,
DAMPAK BESAR DAN PENTING ( mencakup
dampak besar dan penting terhadap lingkungan
yang harus dikelola sesuai hasil evaluasi
dampak)
DAMPAK UPAYA PENGELOLAAN DAN
PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (uraian RKL
dan RPL yang dilakukan dalam rangka antisipasi
dampak yang akan ditimbulkan oleh rencana
usaha/kegiatan)

6. Penilaian Dokumen
AMDAL
Penilaian dokumen AMDAL dilakukan oleh Komisi
1.

2.

3.

1.
2.

Penilaian AMDAL:
Tingkat Pusat, berkedudukan di Jakarta dibentuk oleh
MNLH/BAPEDAL untuk menilai usaha/kegiatan yang
bersifat strategis, lokasi melebihi satu propinsi, berada di
wilayah sengketa, berada di lautan, atau di lintas batas
negara RI dengan negara lain.
Tingkat Propinsi, berkedudukan di ibu kota Propinsi,
dibentuk oleh Gubernur atau Ka BAPEDALDA propinsi
untuk menilai usaha/kegiatan yang lokasinya melebihi
satu kabupaten/kota.
Tingkat Kabupaten/Kota, berkedudukan di
kabupaten /kota dibentuk oleh Bupati atau Walikota,
dipimpin oleh Ka Bapedalda kabupaten/kota
Dua aspek penilaian AMDAL:
Kelengkapan administrasi dan Dokumen AMDAL
Kualitas Dokumen AMDAL

Komisi Penilai AMDAL


1.
2.
3.
4.
5.

Unsur pemerintahan
Unsur/wakil masyarakat yang terkena dampak
Unsur Perguruan Tinggi
Unsur Pakar
Organisasi Masyarakat Lingkungan (LSM
Lingkungan)
Susunan Komisi terdiri dari Ketua (dijabat
Kepala Bapedal, Bapedalda), Sekretaris (dijabat
oleh pejabat yang menangani AMDAL), Anggota
komisi (unsur-unsur komisi penilai AMDAL)
Anggota komisi penilai hendaknya telah memiliki
sertifikat kursus AMDAL tipe A, B, dan C, atau
pernah menyusun AMDAL.

Hasil Penilaian Dokumen


AMDAL
Instansi yang bertanggung jawab menerbitkan
keputusan kelayakan LH suatu usaha/kegiatan
berdasarkan hasil penilaian AMDAL, RKL dan
RPL.
Keputusan kelayakan LH diterbitkan dalam jangka
waktu selambat-lambatnya 75 hari setelah tanggal
diterimanya dokumen AMDAL. Bila tidak diterbitkan
dalam waktu itu, maka usaha/kegiatan dianggap layak
lingkungan.
Instansi yang bertanggung jawab dapat
mengembalikan dokumen AMDAL untuk diperbaiki bila
kualitas dokumen tidak sesuai dengan pedoman
penyusunan AMDAL.
Komisi Penilai dapat menyimpulkan rencana
usaha/kegiatan tidak layak lingkungan bila: a) dampak
besar dan penting yang negatif tidak dapat
ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia, atau
b) biaya penanggulangan dampak negatif lebih
besar dari manfaat dampak positif

Upaya pengelolaan dan


pemantauan Lingkungan
Upaya pengelolaan lingkungan (UKL) dan Upaya
pemantauan lingkungan (UPL) usaha yang bukan
wajib AMDAL, oleh karena itu tidak dinilai Komisi
AMDAL.
UKL dan UPL diarahkan langsung oleh instansi
teknis, bersifat spesifik bagi masing-masing jenis
usaha/kegiatan yang terkait dengan dampak
yang ditimbulkan.
Pemrakarsa terikat oleh UKL/UPL ini dan menjadi
syarat pemberian izin usaha.

UKL-UPL dan SPPL


Diatur dalam Permen Lingkungan Hidup No 13
tahun 2010 tentang UKL-UPL dan SPPL.
Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan Upaya
pemantauan lingkungan hidup (UKL-UPL) adalah
pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha
dan/atau kegiatan yang tidak berdampak penting
terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
Surat pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan hidup (SPPL) adalah
pernyataan kesanggupan dari penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan untuk melalukan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
atas dampak dari usaha diluar usaha wajib AMDAL.

Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak


termasuk dalam kriteria wajib AMDAL wajib
memiliki UKL-UPL dan wajib membuat SPPL.
Jenis usaha atau kegiatan wajib UKL-UPL ditentukan
oleh gubernur, bupati atau walikota berdasarkan
hasil penapisan.
UKL-UPL dan SPPL disusun oleh pemrakarsa sesuai
Permen KLH no 13/2010 dan diajukan kepada
Kepala instansi lingkungan hidup setempat.
Kepala Instansi LH wajib melakukan pemeriksaan
UKL-UPL dan SPPL serta merekomendasikan UKLUPL serta memberikan persetujuan SPPL.
Rekomendasi UKL-UPL digunakan sebagai dasar
untuk memperoleh izin lingkungan dan melakukan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

Kadaluwarsa AMDAL
Keputusan kelayakan LH suatu usaha/ kegiatan
dinyatakan kadaluwarsa atas kekuatan PP no
27/1999, bila rencana usaha/kegiatan tidak
dilaksanakan dalam jangka waktu 3 tahun
setelah diterbitkannya keputusan kelayakan tsb.
Jika telah dinyatakan kadaluwarsa, jika usaha
tsb akan dilaksanakan kembali maka
pemrakarsa wajib mengajukan kembali
permohonan persetujuan atas AMDAL
kepada instansi yang bertanggungjawab.
Instansi yang bertanggungjawab dapat
memutuskan, AMDAL yang pernah disetujui
dapat sepenuhnya digunakan lagi, atau
pemrakarsa wajib membuat studi AMDAL
yang baru.

Batalnya Keputusan
Kelayakan LH
Apabila terjadi perubahan lingkungan hidup
yang sangat mendasar akibat peristiwa
alam atau akibat lain, sebelum dan pada
waktu usaha sedang dilaksanakan
Apabila pemrakarsa mengubah desain,
proses, kapasitas, bahan baku dan bahan
penolong yang digunakan.
Jika pemrakarsa hendak melaksanakan
usaha/kegiatan yang telah dibatalkan,
maka wajib mengajukan studi AMDAL yang
baru

Biaya Kajian AMDAL


Biaya kegiatan Komisi Penilai dan Tim
Teknis AMDAL dibebankan pada
anggaran instansi (Pusat dan
Daerah)
Biaya penyusunan dan penilaian
Kerangka Acuan, ANDAL, RKL, dan
RPL dibebankan kepada Pemrakarsa
usaha/kegiatan

TERIMA KASIH

Vous aimerez peut-être aussi