Vous êtes sur la page 1sur 38

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Di zaman globalisasi seperti sekarang ini peran transportasi sangatlah penting di
berbagai aspek kehidupan terutama untuk perekonomian bangsa. Transportasi merupakan
urat nadi perekonomian di sebuah negara tak terkecuali di Indonesia. Oleh karena itu
kebutuhan akan moda angkutan sangat tinggi. Dengan meningkatnya pertumbuhan
ekonomi yang sebanding dengan meningkatnya moda angkutan maka kebutuhan lahan
seperti jalan sebagai infrastruktur transportasi akan meningkat pula. Dan bagaimana jika
infrastruktur tersebut sudah dapat menampung jumlah kendaraan yang ada.
Persimpangan adalah pertemuan atau percabangan dua jalan atau lebih yang
bersilangan, baik sebidang maupun yang tidak sebidang (Peraturan Pemerintah Nomor
43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu lintas jalan). Lajur adalah bagian jalur yang
memanjang, dengan atau tanpa marka jalan, yang memiliki lebar cukup untuk satu
kendaraan bermotor sedang berjalan, selain sepeda motor (Peraturan Pemerintah Nomor
43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu lintas jalan)
Dalam sebuah persimpangan baik itu bersinyal maupun tidak bersinyal
mempunyai beberapa permasalahan meliputi volume kendaraan yang melintas, panjang
antrian kendaraan, konflik lalu lintas, kapasitas simpang, drajat kejenuhan, efektifitas
kerja simpang dan kondisi fisik dari persimpangan tersebut.
Jalan Pantura merupakan jalan arteri primer dengan volume lalu lintas yang padat
karena pada jalan ini merupakan jalan lintas utama perdagangan di kawasan pantai utara
jawa yang menghubungkan beberapa kota besar yang ada di Pulau Jawa. Volume lalu
lintas yang terjadi pada Jalan Pantura padat maka secara otomatis persimpangan yang
berpotongan dengan Jalan Pantura volume lalu lintasnya juga padat khususnya pada
persimpangan Jalan Gajah Mada di kawasan Mulya Dana kota Tegal. Simpang Panggung
Baru merupakan sebuah persimpangan yang mempertemukan Jalan Pantura dari arah
Jakarta menuju Semarang dan arah sebaliknya (Jalan Gajah Mada) yang berpotongan
dengan Jalan Kolektor yaitu jalan Perintis Kemerdekaan menuju ke pusat kota Tegal.
1

Volume lalu intas pada persimpangan ini termasuk padat terutama pada jam sibuk pagi
dan siang khususnya pada Jalan Martoloyo dari arah Jakarta menuju Semarang dan
sebaliknya, konflik lalu lintas pada persimpangan ini rata-rata adalah serius.
Maka dari itu Perlu adanya sebuah survai untuk mengamati suatu persimpangan
apakah persimpangan masih dapat memberikan tingkat pelayanan yang bagus atau tidak.
Apabila jumlah kendaraan yang melalui ruas jalan di kaki persimpangan tertentu pada
satuan waktu tertentu melebihi kapasitas pada jalan tersebut maka dapat dikatakan ruas
jalan pada kaki persimpangan sudah mencapai tingkat pelayanan yang buruk. Selain
mengamati tingkat pelayanan pada jalan kita juga perlu mengamati kualitas jalan apakah
ada kerusakan pada jalan, apakah kerusakan jalan dapat berakibat pada meningkatnya
angka kecelakaan dan kemacetan lalu lintas. Usaha untuk meningkatkan tingkat
pelayanan tersebut adalah dengan melakukan manajemen rekayasa lalu lintas. Kami
membuat laporan suvai lalu lintas ini dengan sampel persimpangan Panggung Baru di
Kota Tegal untuk menghitung drajat kejenuhan guna mengamati kinerja fase pada traffic
light yang ada pada persimpangan, dan konflik lalu lintas yang terjadi pada
persimpangan. Agar kami dapat menentukan salah satu alternatif untuk dijadikan
rekomendasi manajemen lalu lintas pada persimpangan tersebut.
B.

Maksud dan Tujuan


Maksud dari dilakukannya penelitian desain kapasitas simpang yaitu:
1. Mengetahui karakteristik lalu lintas di persimpangan Panggung Baru, Kota Tegal
khususnya yang terletak pada Jalan Perintis Kemerdekaan yang bertemu dengan
Jalan Martoloyo Pantura .
2. Mengidentifikasi prasarana yang disediakan oleh pihak berwenang dan kondisi
existing dari prasarana tersebut.
Tujuan dari dilakukannya penelitian desain kapasitas simpang yaitu:
1. Mengamati dan mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan
bidang rekayasa lalu lintas.
2. Mengevaluasi unjuk kerja desain kapasitas simpang di Kota Tegal, dengan
peninjauan dari segi derajat kejenuhan, kapasitas, arus lalu lintas.

C.

Ruang Lingkup Pembahasan

Pembahasan mengenai desain kapasitas simpang, dan kondisi eksisting simpang Mulya
Dana di Kota Tegal dengan prasarana yang disediakan pihak pengelola Kota Tegal.
Dengan batasan masalah yaitu :
1. Untuk menghitung volume lalu lintas.
2. Untuk menghitung drajat kejenuhan.
3. Untuk mengetahui kondisi sarana dan kelengkapan jalan pada tiap kaki simpang
dengan melakukan inventarisasi jalan.
4. Untuk mengetahui kinerja fase pada traffic light.

BAB II
GAMBARAN UMUM
Gambaran Umum
3

Kota Tegal merupakan sebuah kota yang banyak dibangun pertokoan dan pusat Pemerintah
Kota Tegal sehingga daerah ini menjadi cukup ramai. Selain itu kota Tegal merupakan daerah
yang di lalui oleh jalan Pantura sehingga banyak aktifitas pengiriman barang baik yang berasal
dari daerah lain masuk ke kota Tegal maupun dari kota Tegal menuju ke kota - kota lain karena
di Tegal terdapat industri logam dalam skala kecil, menyebabkan banyak kendaraan berat untuk
mengirimkan barang yang masuk masuk ke daerah ini.
Lokasi yang kami survai adalah simpang Panggung Baru , simpang ini merupakan sebuah
simpang tiga yang mempertemukan Jalan Perintis Kemerdekaan (Jalan Kolektor) dari dan
menuju kota Tegal dengan Jalan Martoloyo (Arteri / jalan Pantura) dari arah Jakarta menuju
Semarang dan sebaliknya. Secara umum persimpangan Panggung Baru merupakan sebuah
persimpangan bersinyal yang terletak pada suatu kawasan perumahan dan pertokoan, sehingga
daerah persimpangan ini menjadi daerah yang cukup ramai dengan volume lalu lintas dengan
jumlah yang tinggi, baik yang berasal dari arah Jalan Martoloyo Pantura maupun arus lau lintas
dari arah jalan Perintis Kemerdekaan kolektor menuju arah kota Tegal, selain itu Simpang
Panggung Baru Kota Tegal merupakan titik simpul atau pertemuan antara arus yang berasal dari
jalan Perintis Kemerdekaan Kota Tegal dan kawasan jalan Pantura yaitu Jalan Martoloyo. Pada
Jalan Martoloyo Kendaraan yang paling banyak melintas merupakan kendaraan niaga adalah
kendaraan berat dan sedang diantaranya, truk sedang 2 sumbu, truk berat 3 sumbu, trailer, tangki,
kontainer dan kendaraan angkutan umum. Dan kendaraan dari dan menuju Jalan Perintis
kemerdekaan kendaraan yang paling banyak melintas adalah kendaraan ringan seperti sepeda
motor, sepeda, becak, mobil pribadi, truk sedang, pick up dan mobil box kecil. Kondisi jalan
pada simpang Panggung Baru ini cukup baik tapi tidak memenuhi syarat lalu lintas karena
pengaturan fasenya yang salah menyebabkan panjangnya antrian di sepanjang jalan patura
tepatnya di jalan gajah mada sehingga terjadi kemacetan lebih dari 60 meter.

Lokasi Persimpangan Mulya Dana kota Tegal

BAB III
5

METODE SURVAI
Dalam penyusunan laporan umum ini menggunakan data primer. Metode
pengumpulan data adalah dengan melaksanakan survai di lapangan, survai-survai tersebut
telah ditentukan dalam studi Rekayasa dan Manajemen Lalu Lintas. Survai-survai yang
dilakukan adalah :
a.

Survai inventarisasi persimpangan;

b.

Survai gerakan membelok terklasifikasi (CTMC);

c.

Survai TC

d.

Survei Spot Speed

A. Survai Inventarisasi Persimpangan


1.

Maksud Dan Tujuan


Maksud Survai inventarisasi ini dilakukan untuk mencatat dan mengetahui
kondisi simpang, berupa panjang dan lebar serta perlengkapan jalan yang terdapat
dalam wilayah studi.
Adapun Tujuan dari Survai inventarisasi ini dimaksudkan untuk menunjang
pelaksanaan survai-survai selanjutnya.

2.

Persiapan Dan Peralatan Survai


Sebelum survai inventarisasi persimpangan dilaksanakan, maka dilakukan
persiapan berupa :
a. Peralatan dan perlengkapan yang akan digunakan, antara lain:
1)

Alat-alat tulis;

2)

Formulir untuk survai;

3)

Roda meteran (Walking Measure);

4)

Meteran (Roll meter);

5)

Papan Alas (Clip board).

6)

stopwatch

b. Penentuan lokasi survai.


Survai inventarisasi simpang dilakukan pada persimpangan Panggung Baru.
6

3.

Metode Pelaksanaan Survai


Survai inventarisasi simpang ini dilaksanakan dengan cara mengamati,
mengukur dan mencatat data ke dalam formulir survai, sesuai dengan target data
yang akan diambil.
Metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan survai ini adalah pengamatan
yang dilakukan dengan cara mengukur semua titik survai yang ditetapkan, yaitu
:Lebar simpang, lebar jalan, lebar bahu, lebar Lebar trotoar, lebar median, dan lebar
drainase.

4.

Jadwal Pelaksaan Survai


Survai Inventarisasi ini dilaksanakan pada tanggal 7 Februari 2013, yang
dilaksanakan pada jam sibuk. Survai ini dilakukan pada jam sibuk, dimaksudkan agar
mengetahui hambatan samping yang terjadi pada jalan.

B.

Survai Gerakan Membelok


1.

Maksud Dan Tujuan


Maksud dari survai gerakan membelok terklasifikasi (survai pencacahan lalu
lintas terklasifikasi di persimpangan) adalah untuk mengetahui karakteristrik lalu
lintas di persimpangan, dengan melakukan pengamatan dan pencacahan langsung
pada tiap-tiap kaki persimpangan dalam perioade waktu tertentu.
Survai ini perlu dilakukan karena sebagian besar hambatan perjalanan terjadi
pada persimpangan yang disebabkan karena persimpangan merupakan suatu sistem
pembagian ruang.Adapun tujuan dari survai ini adalah :
a. Mengetahui volume lalu lintas pada suatu persimpangan;
b. Mengetahui jumlah penggunaan dari moda pada suatu persimpangan.

2.

Target Data
Target data yang diamati adalah data arus lalu lintas atau volume lalu lintas dan
jenis/klasifikasi jenis kendaraan untuk setiap arah pergerakan kendaraan pada tiaptiap kaki persimpangan dalam satuan waktu tertentu.

3.

Persiapan Dan Pelaksanaan Survai


Untuk melakukan survai gerakan membelok diperlukan persiapan berupa
penentuan titik-titik survai dan persiapan peralatan.Peralatan yang diperlukan dalam
pelaksanaan survai ini adalah :
a. Alat tulis;
b. Alat penghitung (Counter);
c. Clip Board;
d. Formulir Survai.

4.

Lokasi Survai
Survai gerakan membelok dilakuan pada titik persimpangan Mulyadana Kota
Tegal, pada tiap kaki simpangnya.

5.

Metode Pelaksanaan Survai


Survei gerakan membelok ini dilaksanakan pada tanggal 7 Februari 2013, yang
dilaksanakan pada jam sibuk.Pencacahan gerakan membelok dilakukan dua sesi jam
sibuk yaitu pagi hari pada pagi pukul 06.00 08.00 WIB dengan kondisi cuaca cerah
dan siang hari pada pukul 11.00-13.00 WIB dengan kondisi cuaca cerah, dan dengan
interval 15 menit. Alasan dilakukan pada waktu jam sibuk dengan tujuan guna
mendapatkan data volume lalu lintas terpadat dan data volume lalu lintas terendah
selama berlangsungnya kegiatan survai. Dimana untuk tiap kaki persimpangan
diamati oleh dua orang surveyor untuk mengamati gerakan kendaraan dari kaki
persimpangan tersebut. Untukmenentukan volume kendaraan pada suatu ruas jalan,
digunakan satuan mobil penumpang (smp). Dimana satuan tersebut berfungsi untuk
mengkonversi volume kendaraan, sehingga memiliki keseragaman satuan.

C.

Survai Konflik Lalu Lintas


1. Maksud dan Tujuan
Maksud Survai konflik lalu lintas ini dilakukan untukmengetahui kondisi
tingkat keseriusan konflik yang terjadi di persimpangan. Dengan mencatat data
kecepatan kendaraan yang akan mengalami konflik dan jarak antar kendaraan.
8

2.

Target Data
Target data yang akan didapatkan dari survai konflik lalu lintas ini adalah
kecepatan kendaraan dan jarak antar kendaraan yang mengalami konflik di
persimpangan.

3.

Persiapan dan Peralatan Survai


Sebelum survai konflik lalu lintas ini dilaksanakan, maka dilakukan persiapan
berupa :

a.

b.

Peralatan dan perlengkapan yang akan digunakan, antara lain:


i. Alat-alat tulis;
ii. Formulir untuk survai;
iii. Papan Alas (Clip board).
Penentuan lokasi survai
Survai inventarisasi simpang dilakukan pada persimpangan Jalan Gajah Mada.
4.

Metode Pelaksanaan Survai


Survai konflik lalu lintas ini dilaksanakan dengan cara mengamati, menaksir
dan mencatat data ke dalam formulir survai, sesuai dengan target data yang akan
diambil.
Metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan survai ini adalah pengamatan
yang dilakukan dengan cara mengamati kendaraan yang akan mengalami konflik
dengan kendaraan lain dengan menaksir kecepatan dan jarak kendaraan tersebut. Dan
diambil sampel sebanyak 20 kendaraan tiap peak hour.

5.

Jadwal Pelaksanaan Survai


Survai gerakan membelok ini dilaksanakan pada tanggal 7 Februari 2013, yang
dilaksanakan pada jam sibuk yaitu pagi hari pada pagi pukul 06.00 08.00 WIB dan
siang hari pada pukul 11.00 -13.00 WIB dengan kondisi cuaca cerah

BAGAN ALUR PENELITIAN

DATA PRIMER

DATA SEKUNDER

INVENTARISASI SIMPANG

gerakan membelok
terklasifikasi (CTMC)

PETA JARINGAN JALAN

TC
Spot Speed

PELAKSANAAN SURVEY

Kondisi Simpang
Derajat Kejenuhan

INPUT DATA PRIMER


INPUT DATA SEKUNDER

IDENTIFIKASI MASALAH

BAB IV
10

TK..KECELAKAAN

ANALISA KAKI SIMPANG


A.

Teori Analisa Simpang


Data analisis penelitian berguna untuk mengetahui teori pelaksanaan
pada kondisi eksisiting sebenarnya. Unjuk kerja simpang dibedakan atas
simpang tak bersinyal dan simpang bersinyal. Indikator unjuk kerja simpang
antara lain derajat kejenuhan, tundaan dan peluang antrian serta rasio arus
dan waktu siklus alat pemberi isyarat lalu lintas. Untuk kerja simpang
bersinyal

dicari dengan mengetahui arus jenuh dasar, nilai arus jenuh,

perbandingan arus lalu lintas dengan arus jenuh, waktu siklus penyesuaian
dan waktu hijau, kapasitas dan derajat kejenuhan.
B.

Analisa Data

1. Inventarisasi Simpang

a. Lokasi Persimpangan Mulya Dana

Persimpangan Mulya Dana Kota Tegal


b.

Klasifikasi Jalan
Prasarana jalan di Persimpangan Jalan Gajah Mada di Mulya
Dana termasuk dalam kategori jalan arteri yang melayani semua jenis
kendaraan dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata
tinggi, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. Jalan ini banyak dilewati
mobil angkutan niaga dan angkutan umum yang menuju ke beberapa
daerah kota dan kabupaten lain dari Kota Tegal maupun kota dan
11

kabupaten lain yang melintasi wilayah Kota Tegal. Prasarana jalan Hos
Cokroaminoto termasuk dalam kategori jalan kolektor yang melayani
angkutan pengumpulan/pembagi dengan ciri-ciri perjalanan jarak
sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
Jalan ini banyak dilewati mobil pribadi yang menuju Pusat Pemerintah
Daerah Kota Tegal dan menuju ke pemukiman serta kendaraan barang
yang menuju ke Kawasan Industri.
Persimpangan Mulya Dana di Jalan Gajah Mada memiliki 3 kaki
simpang:
Kaki Utara

: JL. Gajah Mada dari arah Semarang

Kaki Timur : Jl. Hos Cokroaminoto dari arah kota Tegal


Kaki Selatan: Jl. Gajah Mada dari arah Jakarta
Kaki

KELAS JALAN

FUNGSI JALAN

Simpang
Utara
Selatan
Timur

II C
III B
II C

Arteri
Kolektor
Arteri

c. Lebar jalan
Prasarana jalan persimpangan Mulyadana harus mendapat
perhatian yang lebih. Karena desain geometris jalan yang ada sudah
cukup baik. Lebar jalan tersebut dianggap sudah efektif untuk
menampung

volume

lalu

lintas

yang

melewati

persimpangan

Mulyadana. Namun, pada kaki simpang di Jalan Hos Cokroaminoto


lebarnya kurang efektif karena di sepanjang jalan di gunakan untuk
lahan parkir dengan bentuk sudut 90.

d. Kondisi jalan
Kondisi jalan di persimpangan Mulyadana mengalami kerusakan
jalan yang cukup parah di kaki simpang sebelah utara. Jalan berlubang
dengan kedalaman yang cukup dalam dan lebar. Jenis konstruksi jalan
dengan perkerasan aspal dan beton di dekat traffic light sebelah utara
12

sepanjang 40 meter. Permukaan jalan rata dengan lapisan jalan aspal


hotmix.
e.

Trotoar
Pada persimpangan Mulyadana terdapat trotoar selebar 2.5
meter di semua kaki simpang.

f.

Drainase / Saluran Air


Di persimpangan Mulyadana ini, drainase terletak di bawah
trotoar.

g.

Tikungan / Belokan
Tikungan atau belokan di simpang ini telah didesain dengan baik
yang memiliki radius putar yang cukup untuk kendaraan besar.
Gerakan belok kiri pada saat lampu merah (left turn on red, LTOR)
diijinkan karena ruas jalan pada kaki simpang memiliki lebar approach
yang

cukup

sehingga

dapat

langsung

melintasi

antrian

pada

kendaraan yang lurus.


h.

Marka Jalan
Marka jalan di persimpangan ini berupa stop line pada mulut
simpang dan marka panah pada belok kiri serta marka lajur pada kaki
simpang. Pada semua kaki simpang ditemukan fasilitas penyeberang
jalan atau zebra cross pada mulut simpang.

i.

Penerangan Jalan
Penerangan jalan di simpang sudah cukup baik.Pada setiap
pulau lalu lintas sudah dipasang lampu.Dan pada setiap kaki simpang
juga dipasang lampu dengan jarak antar lampu 40 meter, dilengkapi
dengan

lampu

yang

dipasang

pada

pohon,

selain

menambah

penerangan lampu pada pohon ini juga memperindah simpang.


13

j.

Lampu Lalu Lintas


Jenis pengendalian simpang di Persimpangan Mulyadana ini
menggunakan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL). Kondisi lampu
lalu lintas dalam keadaan baik dan berfungsi kurang efektif. Lampu lalu
lintas dipasang pada tiap pulau lalu lintas. Tiap kaki simpang memiliki
waktu fase yang berbeda-beda yaitu :
1. Simpang utara dan selatan

Merah : 54 detik

Kuning : 5 detik

Hijau : 32 detik

2. Simpang timur

Merah : 61 detik

Kuning : 5 detik

Hijau : 29 detik

Waktu fase antara simpang utara dan selatan dibuat sama Karen arus
pada jalan pantura ini cukup

ramai, sedangkan di simpang timur

relative sedikit di persimpangan Mulyadana ini. Pada simpang ini


pengaturan lalu lintas dengan 2 fase.
2. Survai Gerakan Membelok Terklasifikasi
Berikut ini merupakan proporsi arus lalu lintas pada jam tersibuk
disetiap kaki simpang Mulyadana
a) Kaki simpang utara
jenis
kendaraan
Kendaraan
Ringan

Kiri

Lurus
34

211
14

Kendaraan
berat
Sepeda
motor
Tidak
bermotor
Belok Kiri

301

157

136

31

17

06.00-07.00
100
80
60
40
20
0
1 Sepeda motor

2 Kendaraan Ringan

3 Kendaraan berat

4 Kendraan tidak bermotor

07.00-08.00
60
50
40
30
20
10
0
1 Sepeda motor

2 Kendaraan Ringan

3 Kendaraan berat

4 Kendraan tidak bermotor

15

11.00-12.00
50
0
1 Sepeda motor
2 Kendaraan Ringan
3 Kendaraan berat
4 Kendraan tidak bermotor

12.00-13.00
40
30
20
10
0
1 Sepeda motor

2 Kendaraan Ringan

3 Kendaraan berat

4 Kendraan tidak bermotor

b) Kaki simpang Selatan


jenis
kendaraan
Kendaraan
Ringan
Kendaraan
berat
Sepeda
motor
Tidak
bermotor

Kana
n

Lurus

25

211

341

107

136

22

15

Belok Kanan

16

06.00-07.00
30
20
10
0
1 Sepeda motor

2 Kendaraan Ringan

3 Kendaraan berat

4 Kendraan tidak bermotor

07.00-08.00
40
30
20
10
0
1 Sepeda motor

2 Kendaraan Ringan

3 Kendaraan berat

4 Kendraan tidak bermotor

11.00-12.00
40
30
20
10
0
1 Sepeda motor

2 Kendaraan Ringan

3 Kendaraan berat

4 Kendraan tidak bermotor

17

12.00-13.00
40
30
20
10
0
1 Sepeda motor

2 Kendaraan Ringan

3 Kendaraan berat

4 Kendraan tidak bermotor

c) Kaki simpang timur


jenis
kendaraan
Kendaraan
Ringan
Kendaraan
berat
Sepeda
motor
Tidak
bermotor

Kana
n

Kiri

42

29

138

166

58

25

Belok Kiri

06.00-07.00
80
60
40
20
0
1 Sepeda motor

2 Kendaraan Ringan

3 Kendaraan berat

4 Kendraan tidak bermotor

18

07.00-08.00
50
40
30
20
10
0
1 Sepeda motor

2 Kendaraan Ringan

3 Kendaraan berat

4 Kendraan tidak bermotor

11.00-12.00
60
40
20
0
1 Sepeda motor

2 Kendaraan Ringan

3 Kendaraan berat

4 Kendraan tidak bermotor

12.00-13.00
40
30
20
10
0
1 Sepeda motor

2 Kendaraan Ringan

3 Kendaraan berat

4 Kendraan tidak bermotor

19

Tabel Arus Lalu Lintas


Kaki

Arah

Simpan

Lalu

Lintas

Timur

Selatan

Utara

Kiri
Kanan
Kanan
Lurus
Kiri
Lurus

N
o

Volume

Nilai

(smp/jam)
Sian
Pagi
g
138 153
139
102
99
101
554
799
110
392
490
523

(Q)

134
777
757

Arus lalu lintas tertinggi terjadi pada kaki simpang selatan dengan nilai Q
sebesar 777 smp/jam.Hal ini dikarenakan pada arah selatan simpang
Mulyadana merupakan jalan utama pantura menuju arah Jakarta. Sedangkan
untuk arus lalu lintas terendah terjadi pada kaki simpang sebelah timur
dengan nilai Q sebesar 134 smp/jam.Hal ini dikarenakan pada arah timur
simpang Mulyadana tidak terdapat tarikan perjalanan hanya terdapat sedikit
pemukiman dan pertokoan yang tidak terlalu ramai.
3. Survai Antrian dan Tundaan

N0
N0
1

KAKI
SIMPAN
G
KAKI
SIMPAN
Utara
G

PANJANG
ANTRIAN
TUNDAAN
72

2
1

Timur
Utara

18

3
2

Selatan
Timur

78 27

Selatan

28

29

Antrian paling panjang terjadi pada simpang selatan yaitu 78 meter. Pada
simpang ini sering terjadi antrian panjang karena arus lalu lintasnya yang
relatif tinggi dibandingkan dengan arus lalu lintas pada kaki simpang yang
lain.

20

Tundaan tertinggi terjadi pada kaki sebelah utara dengan waktu tundaan 29
detik.

21

4. Arus Jenuh
Arus jenuh adalah besarnya keberangkatan antrian didalam suatu pen dekat
selama kondisi yang ditentukan (smp/jam hijau).

S=So Fcs Fsf Fg Fp Frt Flt (smp/ jam hijau)


Dengan : So = arus jenuh dasar
Fcs

= faktor koreksi ukuran kota

Fsf

= faktor koreksi gangguan samping

Fg

= faktor koreksi kelandaian

Fp

= faktor koreksi parkir

Frt

= faktor koreksi belok kanan

Flt

= faktor koreksi belok kiri

a.

Menghitung arus jenuh dasar masing masing kaki simpang


dengan menggunakan persamaan:

So=600 We
Lebih lengkapnya bisa dilihat dalam tabel penghitungan arus jenuh dasar
dibawah ini :
Penghitungan arus jenuh
LEBAR
Kaki Simpang

Utara
Timur
Selatan

b.

We
(m)
6.7
4.7
6.7

ARUS

JENUH

DASAR
So ( smp/ jam )
4000
2800
4000

Jumlah penduduk yang berada di Tegal< 1 juta penduduk,


maka dapat diketahui bahwa nilai faktor penyesuaian ukuran Tegal adalah Fcs
= 0,94. Dapat dilihat pada table berikut.

22

c.

Dengan memadukan antara jumlah kendaraan tidak bermotor,


lingkungan sekitar simpang, maupun kondisi tata guna lahannya dapat
diketahui nilai faktor hambatan :
Penentuan factor penyesuaian hambatan samping dapat dilihat pada tabel
berikut,

Kaki
simpan
g

Lingkung
an jalan

Hambat
an
samping

Rasio
kendaraan
tidak
bermotor

Utara

Komersil

Sedang

0,06

Timur

Komersil

Sedang

0,62

23

Fsf

0,8
9
0,8

Selatan

d.

Komersil

Sedang

0,05

2
0,8
9

Friksi kelandaian persimpangan untuk masing masing kaki


simpang adalah datar ( 0% ), oleh karena itu faktor gradien ( Fg ) adalah 1,00

e.

Disekitar simpang utara dan selatan tidak terdapat parkir,


maka faktor penyesuaian parkir adalah 1,00. Sedangkan disekitar simpang
timur terdapat parkir dengan jarak antara garis henti dan kendaraan parkir
pertama adalah 30 meter sehingga factor penyesuaian parkir 0,82

f.

Prosentase Belok kanan dan kiri


1)

Faktor penyesuaian belok kanan( Frt )


Sebelum mendapatkan Frt, terlebih dahulu harus diketahui besarnya Prt :

Prt=rt (

smp
smp
)/Q(
)
jam
jam

Prt adalah jumlah kendaraan belok kanan dibagi dengan jumlah total arus
kendaraan pada kaki simpang tersebut ( smp/jam ). Setelah Prt diketahui
dapat dihitung Frt dengan rumus :

Frt=1.00Prt 0.26

2)

Faktor penyesuaian belok kiri ( Flt )


Sebelum mendapatkan Flt, terlebih dahulu harus diketahui Plt pada
simpang tersebut:

24

Plt=(

smp
smp
)/Q (
)
jam
jam
Plt adalah jumlah kendaraan belok kiri dibagi dengan jumlah total arus
kendaraan pada kaki simpang tersebut ( smp/jam ). Untuk mencari Flt
dapat dicari dengan rumus :

Flt=1.00Plt 0.16

Sehingga arus kendaraan masing masing kaki dapat dilihat melalui tabel berikut :
Faktor penyesuaian belok kanan dan kiri
jumlah
belok
kaki

arus

kanan

belok kiri

simpang

( smp/jam

( smp/jam

( smp/jam

Prt

Plt

Frt

0,1
Utara

757

101

Timur

134

65

Selatan

777

68

g.

70

0,97

3
0.5

0.4
8
0.0

Flt

1,12

5
1.02

9
0,91
7

Setelah faktor faktor penyesuaian diketahui, maka arus jenuh


masing masing kaki simpang dapat dihitung dengan menggunakan
rumus :

S=So Fcs Fsf Fg Fp Frt Flt

kaki
simpa
ng

Lebar
We

So

(m)

( smp/j
am)

Faktor Penyesuaian
Fcs

Fsf
25

Fg

Fp

Frt

Flt

Arus
Jenuh S
( smp/jam
)

Utara

6.7

4000

0.94

Timur
Selata
n

4.7

2800

0.94

6.7

4000

0.94

0,8
9
0,8
2
0,8
9

1
1
1

1
0.7 1,12
6 5
1.02
1 3

0,97
9
0,91
7

3276.8
1691.5
3242.7

Arus jenuh tertinggi terjadi pada kaki simpang sebelah utara dengan nilai
3276.8 smp/jam karena pada kaki simpang ini merupakan jalan Pantura
menuju

arah

Semarang yang banyak dilewati oleh kendaraan yang berdimensi besar


sehingga arus lalu lintas cenderung padat dibandingkan dengan kaki
simpang yang lain

Waktu Siklus
Dengan melakukan survey dilapangan, maka kondisi eksisting waktu siklus dapat
diketahui dengan memakai alat stop watch, hasil yang diperoleh dari survey semua
kaki simpang memiliki fase yang sama yaitu:

No.
1
2
3

Kaki
Simpang
Utara
Timur
Selatan

Cycle Time (detik)


Hijau
36
29
36

Kunin
g

Merah

5
5
5

54
61
54

All
Red
6
6
6

Keterang
an

Total
101
101
101

Semua
sama

Menurut MKJI 1997 untuk waktu siklus yang disarankan untuk simpang berfase
2 adalah antara 40-80 detik. Simpang ini memiliki waktu siklus 101 detik, jadi
simpang ini belum memenuhi aturan waktu siklus menurut MKJI 1997.
Besarnya waktu siklus ini, menyebabkan kemacetan lalu lintas karena,
tingginya arus lalu lintas yang melewati simpang ini sehingga waktu siklus
yang tidak sesuai dengan aturan waktu siklus untuk simpang 2 fase ini
menimbulkan masalah yang berarti, apalagi pada jam sibuk siang.

26

5. Kapasitas
Kapasitas sesungguhnya C ( smp/jam ) dihitung dengan menggunakan rumus :

g
C=S ( )
c

Kaki simpang

Utara
Timur
Selatan

Penghitungan nilai kapasitas


Arus
jenuh
Waktu
Waktu
(S)
siklus ( c ) hijau ( g )
( smp/ja
m)
( detik )
( detik )
101
3276.8
36
1691.5
29
101
3242.7
26
101

Rasio
hijau
( GR )
( g/c )
0.36
0.29
0.36

Kapasitas
(C)
( smp/ja
m)
1167.97
485.67
1220.69

Dari perhitungan diatas didapatkan kapasitas terbesar adalah pada kaki


simpang sebelah selatan dengan nilai 1220.69 smp/jam.Kapasitas pada kaki
simpang ini dibuat besar karena kaki simpang ini merupakan akses jalan utama
pantura sehingga banyak dipenuhi kendaraan kendaraan besar.

6. Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

DS=

Q
C

DS adalah jumlah volume pada kaki simpang dibagi kapasitas pada kaki
simpang yang sama.

Penghitungan derajat kejenuhan


Arus
Kapasitas (
Derajat
(
Q
)
C
)
Kejenuhan
Kaki
simpang
( smp/ja
( DS )
m)
( smp/jam )
27

Utara
Timur
Selatan

757
134
777

1167.97
485.67
1220.69

0.65
0.28
0.64

Kaki simpang yang memiliki derajat kejenuhan tertinggi adalah simpang utara jalan
Gajah Mada dari arah Semarang ke Jakarta yaitu sebesar 0.65.

7. Kinerja Tiap Kaki Simpang

No

Kaki
Simpang

Derajat

Utara
Timur
Selatan

Tundaa

Time

Panjang
Antrian

s
(smp/ja

(detik)
101
101
101

(detik)
29
27
28

(m)
72
18
78

m)
1167.97
485.67
1220.69

Kejenuha
n

1
2
3

Cycle

0.65
0.28
0.64

Kapasita

Dari hasil analisis yang telah kami lakukan dapat terlihat kinerja tiap-tiap kaki
simpang sebagai berikut:
a) Kaki simpang sebelah utara dengan lebar pendekat 6,7 meter, memiliki
derajat kejenuhan 0.65, waktu siklus 101, tundaan 29 detik, panjang antrian
72 meter, kapasitas 1167.97 smp/jam.
b) Kaki simpang sebelah timur dengan lebar pendekat 4,7 meter, memiliki
derajat kejenuhan 0.28, waktu siklus 101, tundaan 27 detik, panjang antrian
18 meter, kapasitas 485.67 smp/jam.
c) Kaki simpang sebelah selatan dengan lebar pendekat 6,7 meter, memiliki
derajat kejenuhan 0.64, waktu siklus 101, tundaan 28 detik, panjang antrian
78 meter, kapasitas 1220.69 smp/jam.
28

8. Survai Konflik Lalu Lintas


Metode penilaian studi konflik adalah dengan menggunakan lampu rem dan
juga pergerakan kendaraan dalam menghindar sebagai tanda terjadinya konflik.
Untuk menentukan keseriusan pada konflik lalu lintas maka perlu mencari data
dengan cara menaksir kecepatan kendaraan dan jarak ketika terjadi konflik. Kedua
faktor tersebut diperlukan untuk menentukan (TA) pada tabel Time to Accident
Value Distance. Kemudian TA dan jarak digunakan untuk menentukan tingkat
keseriusan pada grafik keseriusan konflik yang diambil dari negara Swedia sebagai
acuan. Dan untuk mengetahui persentase tingkat keseriusan tiap kaki simpang
dengan cara : misalnya pada sepeda motor, jumlah sepeda motor yang mengalami
konflik dibagi jumlah sampel konflik dilihat per kaki simpang maka dari hasil survai
mendapatkan data sebagai berikut :
a. Dari kaki simpang Jl. Hos Cokroaminoto
Pada jam sibuk pagi terdapat :
- 13/20 x 100% = 65% adalah sepeda motor dengan tingkat keseriusan
konflik yang serius yaitu sebanyak 9 sepeda motor dan non serius 4
-

motor.
3/20 x 100% = 15% adalah mobil dengan tingkat keseriusan konflik

yang serius sebanyak 2 dan non serius 1 mobil.


3/20 x 100% = 15% adalah 3 sepeda dengan tingkat keseriusan non

serius.
1/20 x 100% = 5% adalah 1 becak dengan tingkat keseriusan non
serius.

Pada jam sibuk siang terdapat :


- 12/20 x 100% = 60% adalah sepeda motor dengan tingkat keseriusan
konflik yang serius yaitu sebanyak 10 sepeda motor dan non serius 2
-

motor.
5/20 x 100% = 25% adalah mobil dengan tingkat keseriusan konflik

yang serius sebanyak 2 dan yang non serius sebanyak 3 mobil.


2/20 x 100% = 10% adalah sepeda dengan tingkat keseriusan konflik

yang non serius sebanyak 1 kendaraan.


1/20 x 100% = 5% adalah truk dengan tingkat keseriusan konflik yang
non serius yaitu sebanyak 1 truk.

b. Dari kaki simpang JL.Gajah Mada dari arah Semarang-Jakarta


29

Pada jam sibuk pagi terdapat :


10/20 x 100% = 50% adalah sepeda motor dengan tingkat keseriusan

konflik yang serius yaitu sebanyak 10 sepeda motor.


6/20 x 100% = 20% adalah mobil dengan tingkat keseriusan konflik

yang serius yaitu sebanyak 4 mobil.


4/20 x 100% = 20% adalah truck dengan tingkat keseriusan konflik
yang non serius yaitu sebanyak 4 kendaraan.
Pada jam sibuk siang terdapat :

7/20 x 100% = 35% adalah sepeda motor dengan tingkat keseriusan

konflik yang 5 serius dan non serius yaitu sebanyak 2 kendaraan.


8/20 x 100% = 40% adalah mobil dengan tingkat keseriusan konflik

yang serius dan non serius sebanyak 1 mobil.


2/20 x 100% = 10% adalah becak dengan tingkat keseriusan konflik

yang non serius yaitu sebanyak 2 becak.


3/20 x 100% = 15% adalah truck dengan tingkat keseriusan konflik
yang serius dan non serius sebanyak 2 kendaraan.

c. Dari kaki simpang Jl Gajah Mada dari arah Jakarta-Semarang


Pada jam sibuk pagi terdapat :
- 10/20 x 100% = 5% adalah sepeda motor dengan tingkat keseriusan
-

konflik yang serius dan non serius sebanyak 1 kendaraan.


9/20 x 100% = 45% adalah mobil dengan tingkat keseriusan konflik

yang serius sebanyak 9 mobil.


1/20 x 100% = 5% adalah truk dengan dengan tingkat keseriusan

konflik yang serius sebanyak 1 truk.


Pada jam sibuk siang terdapat :
11/20 x 100% = 55% adalah sepeda motor dengan tingkat keseriusan

konflik yang serius yaitu sebanyak 11 sepeda motor.


8/20 x 100% = 40% adalah mobil dengan tingkat keseriusan konflik

yang serius sebanyak 8 kendaraan.


1/20 x 100% = 5% adalah pick up dengan tingkat keseriusan konflik
yang serius sebanyak 1 kendaraan.
B. SIMPANG TIMUR

30

GRAFIK KESERIUSAN KONFLIK


25
20
15
JUMLAH 10
5
0
non serius

serius

KETERANGAN

C. SIMPANG SELATAN

GRAFIK TINGKAT KESERIUSAN KONFLIK


50
40
30
JUMLAH 20
10
0
non serius
KETERANGAN

D. SIMPANG UTARA

31

serius

GRAFIK TINGKAT KESERIUSAN KONFLIK


35
30
25
20
JUMLAH 15
10
5
0
SERIUS

NON SERIUS

KETERANGAN

BAB V
PENUTUP
I.

Kesimpulan

Dari hasil analisis di atas maka dapat disimpulkan bahwa :

Arus lalu lintas di Simpang utara dan selatan persimpangan


mulyadana cukup padat dengan derajat kejenuhan 0.65 di simpang
utara dan 0.64 di simpang selatan dan mengalami kemacetan
terutama pada siang hari, sedangkan simpang timur arus lalu
lintasnya cukup kecil yaitu 0.28.

Perlu adanya pengaturan ulang (control) pada traffic light di


simpang mulyadana.

32

Kondisi jalan pada simpang utara cukup parah dengan lubang yang
besar dan dalam.

Konflik yang banyak terjadi adalah tipe crossing dengan tingkat


keseriusan cukup serius.

II. Saran

Untuk dinas perhubungan:


1.

Seharusnya

Fase

pada

Simpang

Mulyadana harus diperbaiki atau di atur kembali waktu


siklusnya. Karena Menurut MKJI waktu siklus yang layak untuk 2
fase adalah antara 40-80 detik. Sedangkan di persimpangan
mulyadana waktu siklusnya 101 detik.
Saran menurut kelompok kami adalah dengan pengaturan
lampu sebagai berikut :

Fase 1 (simpang utara selatan)


Merah

37 detik

Kuning

3 detik

Hijau

30 detik

Fase 2 (simpang timur)


Merah

52 detik

Kuning

3 detik

Hijau

15 detik

Dari pengaturan fase tersebut maka derajat kejenuhan tiap


simpang juga akan berubah menjadi lebih kecil.
2.

Perbaikan
marka jalan agar terlihat lebih jelas.

Untuk dinas pekerjaan umum:

33

atau

pengecatan

ulang

1. perlu adanya perbaikan jalan untuk menutup lubang-lubang


yang ada di persimpangan mulyadana terutama simpang
sebelah utara.

9. Lampiran Foto

34

Gb. 9.1 Kondisi jalan di simpang utara yang mengalami kerusakan.

Gb. 9.2 perbaikan jalan yang telah dilakukan di simpang utara

35

Gb. 9.3 konflik yang terjadi di persimpangan mulyadana di peak pagi

Gb. 9.4 fasilitas penyeberang jalan (zebra cross) yang mulai menghilang

36

Gb. 9.5 pelanggaran terhadap rambu lalu lintas dilarang parkir

Gb. 9.6 sebagian jalan di simpang timur yang digunakan untuk lahan parkir

37

Gb. 9.7 kemacetan yang terjadi di jalan pantura

Gb. 9.8 kemacetan di jalan pantura simpang selatan

38

Vous aimerez peut-être aussi