Vous êtes sur la page 1sur 18

BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1

Pengertian

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum kehamilan 28 minggu atau bert
badan janin kurang dari 100 gram. Dimana janin tidak dapat hidup diluar rahim (Mochtar,
2008).

Abortus adalah berahirnya suatu kehamilan (oleh akibat akibat tertentu) sebelum
kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup
diluar kandungan (Sarwono, 2006).

Abortus Imminens adalah bersifat mengancam dan masih dapat dipertahankan dengan
memberikan obat obatan hormonal dan disertai dengan istirahat total (Mochtar, 2008).

Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi
serviks (Winkjosastro, 2007).

2.2

Etilogi
a

Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi


Faktor yang menyebabkan kehamilan :
Kelainan kromosom terutama trisomi, poliploidi kromosom seks.
Lingkungan sekitar tempat impalantasi kurang sempurna.
Pengaruh tertogen akibat radiasi, virus, obat obatan, tembakau, dan alkohol.

b Kelainan Pada Placenta.


Misalnya : Edoristis dapat terjadi dalam villi konales karena hipertensi menahun.
c

Penyakit ibu seperti Pneomonia, tifus abdominalis, plelonefritis, malaria, dan tokso
plasmosis.

d kelainan traktus genetalis seperti Retroversio uteri, mioma uteri, serviks inkopetensi,
dilatasi serviks berlebihan (Mochtar, 2008).

2.3

Patofisiologi
Lepasnya bagian jaringan Plasenta

Perdarahan

Placenta Lepas Janin Kekurangan nutrisi & O2

Sebagian benda yang di lepas Hasil konsepsi mati


dianggap sebagai benda asing.
Uterus kontraksi untuk Mengeluarkan

Pengeluaran sebagai hasil Konsepsi


disertai dengan perdarahan.

Pada pemulaan terjadi perdarahan dalam desidua basalis diikuti oleh serosis
jaringan sekitarnya karena dianggap benda asing, maka uterus berkontraksi untuk
mengeluarkannya. Pada kehamilan 8 14 minngu. Karena placenta belum terbentuk,
maka sebagian hasil konsepsi dapat keluar sebagian dan sebagian lagi akan tertinggal,
oleh sebab itulah akan banyak terjadi perdarahan (Mochtar, 2008).
2.4

Tanda Dan Gejala

Aminorhoe

Mules mules.

Perdarahan sedikit / banyak biasanya berupa setosel darah berkuah sudah ada keluar fetus
/ jaringan.

Perdarahan berlangsung terus menerus.

Servik menutup / tertutup.

Nyeri abdomen bagian bawah.

Dapat diraba jaringan dalam rahim / dicanaous, servikal (Mochtar, 2008).

2.5

Pemeriksaan Penunjang

Tes kehamilan positif bila jani masih hidup, bahkan 2 3 minggu setelah abortus.

Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup atau tidak.

Pemeriksaan kadar Fibrinogen darah pada Missed Abortion (Sarwono, 2005).

2.6

Komplikasi Abortus (Mochtar, 2008)

Perdarahan

Perforasi

Infeksi dan tetanus

Syok, pada abortus dapat disebabkan oleh :


Perdarahan yang banyak disebut syok Hemoragik
Infeksi berat atau sepsis disebut syok septik

2.7

2.8

Diagnosa Pada Kehamilan Muda (Sarwono, 2006)

Perdarahan sedikit

Serviks tertutup

Uterus sesuai dengan usia gestasi

Kram perut bagian bawah

Tidak ditentukan kelainan pada serviks


Macam Macam Abortus Dan Penanganannya

2.8.1

Abortus Komplit
Yaitu perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil konsepsi telah

dikeluarkan, sehingga rongga rahim kosong.

Penanganan

Penderita tidak memerlukan pengobatan kusus, namun jika penderita anemia maka perlu
ditansfusi darah (Sarwono, 2005).
2.8.2

Abortus Inkomplit
Yaitu perdarahan pada kehamilan muda dimana hanya sebagian dari hasil konsepsi
yang diperlukan dari canalis servikasi, yang tertinggi adalah / placenta.
Gejala

Aminorhoe

Sakit perut bagian bawah

Mulas mulas

Perdarahan, bila sakit / banyak

Stosel / darah beku


Penanganannya
Jika disertai syok karena perdarahan berikan ifus dan transfusi darah. Setelah syok
diatasi segera lakukan kuretase (Sarwono, 2005).
Alat Alat Kuretase

Bak Instrumen Yang Berisi

Tampontang

Spekulum sim

Tenakulum

Sonde uterus

Sendok kuretase

Busi ( Laminaria )

Handscoon

Kasa

Betadin

Ever light

Bengkok

2.8.3

Abortus Insipien
Yaitu abortus yang sedang berlangsung dengan ostium sudah terbuka dan ketuban
yang terbukan. Dan kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi.
Gejala :

Perdarahan banyak, kadand kadang keluar gumpalan darah.

Nyeri karena kontraksi rahim kuat.

Akibat kontraksi rahim, trjadi pembukaan.

Penanganan

Dilakukan tindakan kuretase (Sarwono, 2005).

2.8.4

Abortus Imminens
Yaitu

abortus

ini

baru

mangancam

dan

masih

ada

harapan.

Untuk

mempertahankannya. Yaitu keluarnya fetus masih dapt dicegah dengan memberikan obat
obatan hormonal serta istirahat.
Dengan pemeriksaan USG untuk menentukan janin masih hidup atau tidak. Jika
masih ada harapan, janin bisa diselamatkan. Biasanya ibu diminta untuk istirahat total denga
tidur berbaring. Cara ini dapat mencegar aliran darah ke rahim dan berkurangnya rangsangan
mekanik. Seminggu kemudian lakukan pemeriksaan untuk mengetahui kondisi janin. Jika
baik berikan obat obatan pada ibu untuk mempertahankan janinnya. Jika kondisi jani tidak
berkembang maka lakuan kuretase (Sarwono, 2005).
2.8.5

Missed Abortion
Yaitu dimana keadaan jani sudah mati, tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak

dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.


Penanganan

Berikan obat dengan maksut agar terjadi His sehingga Fetus dan Desidua dapr
dikeluarkan, kalau tidak berasil dilakukan kuretase.

2.8.6

Dapat dilakukan histerotomia anterior

Hendaknya kepada penderita juga diberikan antibiotik.

Abortus Habitualis
Yaitu dimana telah terjadi 3 kali abortus yang spontan secara berturut turut
Terapi

Mengurangi merokok dan minum alkohol.

Penanganan
Kelainan ini diobati dengan transfusi leukosit ( sel darah putih ) atau Heparin
( Mukopoli sakarida yang banyak dijumpai dalam hati dan paru paru ) yang berguna
untuk mencegah pembekuan darah karena penyebabnya tidak diketahui pasti,
penanganan dapat dengan memperbaiki keadaan umum, pemberian makanan yang
sempurna, istirahat cukup, larangan ubungan seksual dan olah raga (Sarwono, 2005).

2.8.7

Abortus Infeksiosus
Yaitu keguguran yang disertai infeksi genetal.
Penanganan
Jika telah mengalami banyak perdarahan berikan infus, transfusi darah, dan
antibiotik. Dilakukan kuretase setelah 6 jam (Sarwono, 2005).

2.9

Tinjauan Asuhan Kebidanan


1.
Definisi asuhan kebidanan
Asuhan kebidanan adalah prosedur tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan
wewenang dalam lingkup prakteknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan, dengan
memperhatikan pengaruh-pengaruh sosial, budaya, psikologis, emosional, spiritual, fisik, etika
dan kode etik serta hubungan interpersonal dan hak dalam mengambil keputusan dengan prinsip
kemitraan dengan perempuan dan mengutamakan keamanan ibu, janin atau bayi dan penolong
serta kepuasan perempuan dan keluarganya. Asuhan kebidanan diberikan dengan mempraktikan
prinsip-prinsip bela rasa, kompetensi, suara hati, saling percaya dan komitmen untuk memelihara
serta meningkatkan kesejahteraan ibu dan janin atau bayinya.
2.
Manajemen kebidanan
Manajemen asuhan kebidanan atau manejemen kebidanan adalah suatu metode berfikir
dan bertindak tepat secara logis tentang asuhan yang diberikan. Dalam prakteknya bidan harus
berfikir kritis, tidak pragmatis untuk menjamin keamanan dan kepuasan klien sebagai hasil.
Asuhan kebidanan dengan abortus iminens ini merupakan manajemen kebidanan yang
terdiri dari tujuh langkah yang dikembangkan oleh Varney dan didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.
3.
Langkah-langkah asuhan kebidanan menurut Varney (1997)
Konsep tujuh langkah manajemen kebidanan menurut Varney (1997), yaitu:

Pengkajian
Menurut Wildan dan Hidayat, (2008)pengkajian merupakan suatu langkah awal
yang dipakai dalam menerapkan asuhan kebidanan pada pasien. Pada tahap ini semua
data dasar dan informasi yang akurat dan lengkap tentang klien dikumpulkan dan
dianalisis unuk mengevaluasi keadaan klien, maka pada pengkajian difokuskan pada:
Data Subyektif :
1)

Identitas Pasien
Nama

Dikaji dengan tujuan agar dapat mengenal/memanggil penderita dan tidak keliru dengan
penderita lain.

Umur
Dikaji untuk mengetahui usia aman untukkehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun.

Agama

Dikaji untuk menuntun kesuatu diskusi tentang pentingnya agama dalam kehidupan pasien,
tradisi keagamaan dalam kehamilan dan persalinan.

Suku/bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.

Pendidikan

Berpengaruh pada tingkat penerimaan pasien terhadap konseling yang diberikan serta tingkat
kemampuan pengetahuan ibu terhadap keadaannya.

Pekerjaan

Berkaitan dengan keadaan pasien maka pekerjaan perlu dikaji apakah keadaan terlalu berat
sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya keadaan yang lebih parah.

Alamat

Dikaji untuk mengetahui ibu tinggal dimana dan diperlukan bila mengadakan kunjungan pada
pasien.
2)

Keluhan utama

Menurut Wildan dan Hidayat, keluhan utama berkaitan dengan kejadian yang dirasakan
pasien, dalam kasus abortus iminens pasien akan mengeluh keluar darah sedikit ataupun banyak
dari jalan lahir serta merasakan mules pada perut bagian bawah.
3)

Riwayat kesehatan
a)

Riwayat kesehatan dahulu

Menurut Wildan dan Hidayat, riwayat kesehatan yanglalu ditunjukkan pada


pengkajian penyakit yang diderita pasien yang dapat menyebabkan terjadinya keadaan
yang sekarang. Perlu dikaji juga ibu mempunyai penyakit jantung, asma,hipertensi, DM,
karena jika penyakit-penyaki tersebut sudah ada sebelum ibu hamil maka akan diperberat
dengan adanya kehamilan, dapat berisiko pada waktu persalinan.
b)

Riwayat kesehatan sekarang

Menurut Wildan dan Hidayat, riwayat kesehatan ini dikaji untuk mengetahui
adakah penyakit yang diderita pasien seperti: penyakit jantung, asma, hipertensi, dan
DM.
c)

Riwayat kesehatan keluarga

Menurut Wildan dan Hidayat, riwayat kesehatan ini dikaji untuk mengetahui
apakah ada riwayat kembar pada keluarga, selain itu juga dikaji adakah riwayat kecacatan
pada keluarga.
4)

Riwayat Obstetri
a)

Riwayat menstruasi

Menurut Wildan dan Hidayat, riwayat menstruasi dikaji untuk mengetahui usia
kandungan apakah sudah aterm atau belum, melalui HPHT (hari pertama haid terakhir)
karena bila dijumpai ibu bersalin dengan preterm, (<37minggu) merupakan
kontraindikasi dilakukannya indikasi persalinan, selain itu untuk mengetahui apakah ibu
ada riwayat keputihan, karena jika ada keputihan yang sifatnya patologis, maka ada
kemungkinan terjadi infeksi.
b)

Riwayat kehamilan sekarang

Menurut Muslihatun Wildan dan Hidayat, perlu dikaji untuk menyatakan tentang
keadaan kehamilan ibu yang sekarang ini.
5)

Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari


a)

Pola nutrisi

Menggambarkan tentang kebutuhan nutrisi ibu selama hamil, apakah sudah sesuai
dengan gizi seimbang untuk ibu hamil.
b)

Pola eliminasi

Menggambarkan pola fungsi ekskresi, kebiasaan BAB (frekuensi, jumlah,


konsistensi, bau) dan kebiasaan BAK (warna, frekuensi, jumlahdan terakhir kali ibu BAB
atau BAK), karena jika ibu mengalami kesulitan BAB maka kemungkinan ibu sering
mengejan sehingga uterus berkontraksi.
c)

Pola istirahat

Menggambarkan tentang pola istirahat ibu, yaitu berapa jam ibu tidur siang dan
berapa jam ibu tidur malam, karena berpengaruh terhadap kesehatan fisik ibu.
d)

Personal hygiene
Menggambarkan pola hygiene pasien misalnya: berapa kali ganti pakaian dalam,
mandi, gosok gigi dalam sehari dan keramas dalam satu minggu. Pola ini perlu dikaji
untuk mengetahui apakah pasien menjaga kebersihan dirinya.

e)

Pola seksual

Untuk mengetahui kapan ibu terakhir melakukan hubungan seksual dengan suami
karena prostaglandin yang terkandung dalam sperma dapat merangsang terjadinya
kontraksi.
f)

Pola aktivitas

Untuk mengetahui apakah pekerjaan ibu sehari-hari terlalu berat, sehingga dapat
mempengaruhi kehamilan.
g)

Psikososiospiritual

Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana respon, tanggapan, dukungan
yang diberikan suami dan keluarga, serta kecemasan pasien dan keluarga dalam
menghadapi masalah yang terjadi dalam proses persalinan. Dalam kasus
abortus iminens pasien biasanya mengatakan takut dan cemas akan kehilangan bayinya.
Data Obyektif :
1)
Keadaan umum dilakukan untuk mengetahui kemungkinan terjadi infeksi yang ditandai
dengan suhu meningkat, nadi meningkat, untuk mendukung kondisi selama hamil berjalan baik,
maka keadaan umum pasien dan tanda-tanda fisik hendaknya tidak ada masalah.
2)

Pemeriksaan tanda vital


a)

Tekanan darah

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui tekanan sistolik dan tekanan


diastolik darah. Dengan pemeriksaan ini kita bisa menilai adanya kelainan pada sistem
kardiovaskuler. Tekanan darah normal pada orang dewasa yaitu tekanan sistolik kurang
dari 130 Mmhg dan tekanan diastolik kurang dari 80 Mmhg.
b)

Pemeriksaan nadi

Pemerikasaan ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi dan irama detak jantung.
Frekuensi nadi normal pada orang dewasa 60-90 kali permenit.

c)

Pemeriksaan pernafasan

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai frekuensi pernafasan, irama, kedalaman,


dan tipe atau pola pernafasan. Frekuensi pernafasan normal orang dewasa yaitu sekitar
16-20 kali permenit.

d)

Pemeriksaan suhu

Pemeriksaan ini untuk mengetahui keadaan suhu tubuh ibu,sehingga bisa


digunakan untuk mendeteksi dini suatu penyakit. Pemeriksaan ini bisa dilakukan melalui
oral, rektal, dan aksila. Suhu tubuh normal pada orang dewasa yaitu 36-37 0C.
3)

Antropometri
a)

Berat Badan

Dikaji untuk menentukan pertambahan berat badan total, atau untuk membantu
mengevaluasi keparahan edema yang disertai preeklamsi.
b)

Tinggi badan

Dikaji karena pada ibu hamil yang tinggi badannya kurang dari 140 cm, dicurigai
adanya disproporsi sefalo pelvik.
c)

LILA

Untuk mengetahui berapa lingkar lengan atas ibu, karena bila kurang dari 23,5 cm
ibu menderita KEK ( Kekurangan Energi Protein).
4)

Pemeriksaan fisik pasien


Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan pada organ tubuh pasien.
a)

Kepala : untuk mengetahui bentuk kepala, kulit kepala dan kebersihan rambut.

b)

Muka

: untuk mengetahui pucat karena anemia.

c)

Mata

: dilihat dari konjungtiva pucat atau tidak, bila ditemukan pucat berarti
mengarah pada anemia, sklera kuning atau tidak bila kuning mengarah
pada hepatitis.

d)

Hidung : untuk mengetahui kebersihan hidung dan ada kelainan pada hidung atau
tidak.

e)

Telinga : untuk mengetahui kebersihan telinga.

f)

Mulut

: untuk mengetahui apakah ada kelainan pada bibir, lidah dan gigi.

g)

Leher

: untuk mengetahui ada pembesaran kelenjar.

h)

Dada

i)

Abdomen : untuk mengetahui ada tidaknya luka bekas operasi, tumor, linea nigra,
dan strie gravidarum. Pada kasus abortus iminens akan dikaji ada tidaknya
nyeri perut bagian bawah dan nyeri tekan.

: untuk mengetahui ada tidaknya kelainan pada pernafasan normal atau


tidak.

5)

j)

Genetalia :Untuk mengetahui varises, tumor, tanda-tanda infeksi atau penyakit


menular seksual, jumlah perdarahan dan warna perdarahan.

k)

Anus

l)

Ekstremitas
: Pemeriksaan ekstremitas harus mencakup pengkajian reflek
tendon dalam, pemeriksaan adanya edema tungkai dan vena verikosa dan
pemeriksaan ukuran tangan dan kaki bentuk serta letak jari tangan dan
jari kaki, kelainan menunjukkan gangguan genetic.

: Untuk mengetahui adanya haemoroid atau tidak.

Pemeriksaan Obstetri
a)

Inspeksi

Pada abdomen adakah bekas operasi SC, pembesaran uterus, apakah ada
ketegangan perut karena kehamilan, pada genetalia dikaji jumlah perdarahan dan warna
perdarahanyang keluar.
b)

Palpasi

Apabila dari hasil palpasi ditemukan mal persentasi serta gemeli, tinggi fundus
uteri. Pada kasus abortus iminensbelum dilakukan palpasi karana umur kehamilan masih
muda.
c)
Auskultasi
Untuk mengetahui apakah DJJ < 120 atau > 160 kali permenit berarti
kemungkinan terjadi gawat janin sampai dapat menyebabkan kematian janin, dalam
kasus abortus iminens belum dilakukan auskultasi.
6)

Pemeriksaan Penunjang

Data penunjang diperlukan pada kasus abortus iminensuntuk mengetahui apakah kehamilan
dapat berjalan normal apa tidak, seperti:pemeriksaan laboratorium, USG, periksa panggul luar,
pemeriksaan panggul dalam, PP test, hasil pemeriksaan dalam (vaginal toucher).
1. Interpretasi Data
Diagnosa: dengan melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa
berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Diagnosa masalah
dan kebutuhan ibu hamildengan abortus iminens tergantung dengan pengkajian terhadap pasien
tersebut.
2. Diagnosa Kebidanan
Seorang ibu G..P..Ab..umur tahun hamil minggu, dengan abortus iminens.
Data Subjektuf :
a)

Pernyataan dari ibu ini kehamilan yang keberapa

b)

Pernyataan dari ibu mengenai umur ibu

c)

Pernyataan dari ibu apakah ibu pernah keguguran atau tidak

d)

Pernyataan dari ibu mengenai HPHT

e)

Pernyataan dari ibu mengenai ada tidaknya nyeri pada perut bagian bawah

Data Objektif :
a)

Ekspresi wajah

b)

Keadaan umum

c)

kesadaran

d)

Berat badansebelum hamil

e)

Berat badansekarang

f)

Tinggi badan

g)

LILA

h)

Vital sign : tekanan darah, suhu, nadi, respirasi

i)

TFU

j)

Hb

k)

PP test positif (+)

3. Hasil pemeriksaan dalam (vaginal toucher): mengkaji vagina terdapat fleks atau
tidak, porsio tertutup atau terbuka, terdapat nyeri tekan atau tidak, digoyangkan terasa nyeri
atau tidak.Adnexa parametrium kanan dan kiri terasa nyeri atau tidak, cavum
douglas menonjol atau tidak.
4. Diagnosa Masalah
Permasalahan yang muncul pada abortus iminens yaitu adanya perasaan cemas.
5. Dignosa Kebutuhan
a)

KIE cara mengurangi rasa nyeri dan relaksasi

b)

Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi

c)

Monitor tanda-tanda vital

6.

Diagnosa Potensial
Diagnosa atau masalah potensial diidentifikasi berdasarkan diagnosis atau masalah yang telah
teridentifikasi. Langkah ini penting dalam melakukan asuhan yang aman, diagnosa potensial
pada kasus abortus iminens yaitu dapat terjadinya abortus insipiens.
Antisipasi Tindakan Segera. Antisipasi tindakan segera dibuat berdasarkan hasil identifikasi
pada diagnosa potensial. Langkah ini digunakan untuk mengidentifikasi dan menetapkan
penanganan segera untuk mengantisipasi dan bersiap-siap terhadap kemungkinan yang terjadi.
Antisipasi tindakan segera dalam kasus abortus iminens yaitu: Bed rest total dan segera
kolaborasi dengan dokter Obsgyn.
7. Perencanaan
Menurut Wildan dan Hidayat, langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan
oleh hasil kajian pda langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan
menyeluruh tidak hanya meliputi yang sudah teridentifikasi atau setiap masalah yang berkaitan,
tetapi juga dapat dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut apa yang akan
terjadi berikutnya, apakah dia membutuhkan penyuluhan, konseling, atau rujukan bila ada
masalah yang berkaitan dengan aspek sosial-kultural, ekonomi atau psikologi. Setiap rencana
asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak sehingga asuhan yang diberikan dapat efektif,
karena sebagian dari asuhan akan dilaksanakan pasien. Perencanaan yang harus dipikirkan pada
kasus abortus iminensadalah:
1)

Beri ibu dukungan psikologis dan libatkan keluarga dalam memberikan dukungan
psikologis

2)

Observasi keadaan umum dan tanda vital ibu

3)

Kaji perdarahan pasien tiap jam

4)
5)
6)
7)

Anjurkan bed rest total


Kolaborasi dengan dokter Obsgynuntuk memberikan terapi obat untuk mengurangi
keluhan pasian
Anjurkan ibu untuk mengurangi aktivitas yang berat dan tidak
melakukan coitus selama satu bulan setelah perdarahan berhenti
Anjurkan ibu untuk kontrol ulang apabila perdarahan tidak berhenti dalam 2 hari atau
bertambah banyak.

8. Pelaksanaan
Menurut Wildan dan Hidayat, melaksanakan asuhan menyeluruh yang telah direncanakan
secara efektif dan aman. Pelaksanaan asuhan ini sebagian dilakukan oleh bidan, sebagian oleh
klien sendiri atau oleh petugas lainnya. Walau bidan tidak melaksanakan seluruh asuhan sendiri,
tetapi dia tetap memiliki tanggug jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya
memantau rencananya benar-benar terlaksana). Pelaksanaan pada kasus abortus iminens adalah:
1)

Memberi ibu dukungan psikologis

Menjelaskan bahwa ibu bisa melewati masalah ini dengan baik, memberikan
support kepada ibu, dan mendampingi ibu selama ibu dalam pemantauan di BPS Tatik
Suryanti, serta menghadirkan keluarga yang paling dekat dengan ibu.
2)
3)

Mengobservasi keadaan umum dan tanda vital ibu setiap 1 jam


Mengkaji perdarahan pasien tiap jam, catat warna perdarahan, jumlah pembalut
yang digunakan selama ibu berada di tempat pelayanan.

4)

Menganjurkan ibu bad rest total atau istirahat rebah baik di tempat pelayanan
maupun di rumah selama 48 jam, apabila kehamilan masih dapat dipertahankan
perdarahan dalam waktu 48 jam akan berhenti.
5)
Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi obat untuk
mengurangi keluhan pasian yaitu:
a) Penenang penobarbital 330 ml gram, valium
b) Anti pendarahan : Adona, Transamin
c) Vitamin B komplek
d) Hormonal : Progesteron 10 mg sehari untuk terapi subsitusi dan untuk
mengurangi kerentanan otot-otot rahim (misalnya:Gestanon, Dhupaston).
e) Anti kontraksi rahim : Duvadilan, Papaverin
6)
7)

Menganjurkan ibu untuk mengurangi aktivitas yang dapat memperberat keadaan


seperti: angkat junjung berat, bekerja terlalu keras dan hindari stres serta tidak
melakukan coitus selama satu bulan setelah perdarahan berhenti.
Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang apabila perdarahan tidak berhenti dalam 2
hari atau bertambah banyak.

9. Evaluasi
Pada langkah ini dievaluasi keefektifan asuhan yang telah diberikan, apakah telah memenuhi
kebutuhan asuhan yang telah teridentifikasi dalam diagnosis maupun masalah. Pelaksanaan
rencana asuhan tersebut dapat dianggap efektif apabila ibu mengalami perkembangan yang lebih
baik. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut terlaksana dengan efektif dan mungkin
sebagian belum efektif. Karena proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang
berkesinabungan maka perlu evaluasi, kenapa asuhan yang diberikan belum efektif. Langkahlangkah proses manajemen umunya merupakan pengkajian yang memperjelas proses berfikir
yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis, karena proes manajemen
tersebut berlangsung di dalam situasi klinik.

DAFTAR PUSTAKA
Sarwono Prawirohardjo. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. Jakarta.
Sarwono Prawirohardjo.2005.Ilmu Kebidanan. Jakarta.
Depkes RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta: Depkes RI.
Mochtar, Rustam. 2008. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
Manuaba. 2008. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC
Winkjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Vous aimerez peut-être aussi