Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
klorhidroksida, dan dapar aluminium klorida dengan urea 5%. Ternyatamempunyai efek bakterisidal dan
bakteriostatik yang sama kuat
Zat aktif pada Antiperspirant
Antiperspirant berdasarkan garam Aluminum dan atau Aluminum Zirconium dapat membentuk
hambatan oklusif dari hidroksida logam dalam kelenjar ekrin.
1.Garam Aluminum yang mengandung buffer / Buffered Aluminum Salts (ACH)
Antiperspirant yang pertama yaitu Ever Dry, berbahan dasar AlCl 3 diperkenalkan di pasaran
pada tahun 1930. Cream mengandung aluminum sulfat yang pertama diperkenalkan sekitar
tahun 1930an. Tetapi pH yang asam dari sediaan tersebut (2.5 3.0) menyebabkan iritasi
kulit pada ketiak, sehingga sediaan tersebut tidak digunakan lagi.
Untuk itu dibuatlah suatu formula dengan penambahan buffer, sehingga pH naik menjadi 4.0
4.2. Formula ini disebut formula buffered aluminum chloride (aluminum chlorhydrate, atau
ACH). Formula pada garam campur buffer ini adalah {A1 2(OH)5} {Cl_} atau
Al29OH03Cl.
Aluminum Klorida digunakan sebagai antiperspirant dengan kadar 20% dalam alkohol.
Aluminium Klorhidrat digunakan sebagai antiperspirant dengan kadar 10-25 %
2. Aluminum Zirconium Chlorohydrate-Glycine Complek (AZG atau ZAG)
Aluminum zirconium chlorohdrate dibuat dari reaksi ACH dengan zirconylchloride. Reaksi
kedua bahan tersebut dengan adanya glycine akan membentuk komplek ZAG. Glycine
digunakan sebagai buffer. Bentuk aktif antiperspirant ini membentuk struktur komplek
polymeric dalam air.
3. Aluminium sulphate (Tawas) adalah semacam batu putih agak bening yangbisa digunakan untuk
membeningkan air. Selain manfaatnya untuk menjernihkan air, ternyata tawas juga dapat digunakan untuk
menghilangkanbau badan khususnya didaerah ketiak.
4. Potasium aluminium sulphate (Potasium alum) adalah bahan kimia yangsesuai dengan rumus kimia
KAl(SO4)2.12H2O, juga dikenal sebagai Aluminum potassium sulfate. Potasium alum adalah astringent dan
antiseptic,oleh karena itu Potasium alum dapat digunakan sebagai deodorant dengancara menghambat
pertumbuhan bakteri penyebab bau badan sekaligusmengurangi keluarnya keringat.
Garam aluminum sebagai antiperspirant
Garam aluminium dapat mengakibatkan keratinisasi abnormal, sehingga terjadi blockade pada muara kelenjar
keringat sehingga aliran keringat terhambat. Aktivasi antiperspirant diuji berdasarkan percobaan histology
dengan menggunakangaram aluminium, AlCl3, ternyata dapat mengubah pembuluh epidermal sehingga
menyebabkan sebagian besar keringat tertumapah ke sekitar jaringan (meningkatkan absorbs transduktal
keringat). Aluminium klorida dapat menyebabkananidrosis dengan mengubah permeabilitas atu fungsi resorbsi
npembuluh ekrinbagian epidermal. Aktivitas garam aluminium dalam antiperspirant belum seluruhnya jelas,
astringen garam aluminium mempunyai efek antiperspirant jika digunakan dalam kadar cukup tinggi, misalnya
tidak kurang dalam 15%
Bentuk sediaan antiperspirant
Antiperspiran aktif dapat diformulasikan dalam bermacam-macam bentuk sediaan seperti
suspense anhydrous, larutan berbasis air atau hidroalkohol, dan emulsi. Jenis bentuk aplikasi
untuk antiperspirant adalah stik, roll-on, krim, pump sprays, aerosol, gel, dan powder. Tiga
bentuk produk yang paling penting adalah antiperspirant berupa stik, roll-on dan aerosol.
Ingredient yang bersifat hidrofobik, seperti emollient, mempengaruhi efektifitas antiperspirant
aktiv, karena fasa minyak kosmetik atau lilin dapat menutupi pori-pori jaringan ekrin. Efikasi
dari antiperspirant aktif seperti ACH, lebih tinggi dalam sistim yang mengandung air,
dibandingkan dengan formulasi anhydrous.
1.
2.
2.2
2.1.2
2.1.3
2.2.1
Timbang CaCl2 sebanyak 0.5 g dan larutkan dalam labu 100 ml. Pipet 10 ml larutan
ke dalam Erlenmeyer
2.2.2
Tambahkan indikator EBT dan titrasi dengan Na-EDTA hingga berubah warna dari
ungu ke merah ungu.
2.3
2.3.2
2.3.3
2.4
3.
Timbang AlCl3 sebanyak 0.5 gram, masukkan dalam labu ukur 100 ml
3.1.2
3.2
3.2.2
3.3
3.4
3.4.2
3.5
3.6
3.6.2
Masukkan 5 ml larutan NH4CH3COO 10%, 0.5 ml H2SO4 encer dan 1,5 ml EBT
3.6.3
3.6.4
3.6.5
3.6.6
3.7
Pengujian sampel
3.7.1
3.7.2
3.7.3
4.
3.7.4
3.7.5
3.7.6
Cara Titrasi
Data :
Bobot sampel = 0.5 g
Volum pelarut = 20 ml
Volum yang dititar = 10 ml
Volum penitar = 4.4 ml
N penitar = 0.0497 M
BM Al = 27
Perhitungan :
4.2
Cara Spektrofotometri
Data :
Bobot sampel = 0.5 g
Volum pelarut = 20 ml
Volum yang diambil = 5 ml
Serapan deret standard dan sampel :
Deret standar
25 ppm
50 ppm
100 ppm
125 ppm
Sampel-klmpk 1
Absorbansi
0.191
0.214
0.252
0.257
0.586
Perhitungan :
Konsentraasi (ppm)
K u rv a h u b u n ga n a n ta ra ab so rb a n si d a n k o n se n tra si A lC l 3
140
120
100
80
60
40
20
0
y = 1 4 2 5 .7 x - 2 5 0 .7 7
R = 0 .9 6 9 5
0 .1 5
0 .1 7
0 .1 9
0 .2 1
0 .2 3
0 .2 5
0 .2 7
A b so r b an si
Slope = 1425
Intercept = -250.7
Linearitas = 0.969
5.
PEMBAHASAN
Dari hasil praktikum dapat dilihat bahwa kadar Al (sebagai Al 3+) secara titrasi maupun secara
instrumentasi tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Al dalam antiperspirant dapat terikat
sebagai Aluminium Chloride atau sebagai Aluminium Chlorhydrate. Kandungan Aluminium
Chloride atau Aluminium Chlorhydrate dapat diketahui melalui kadar Al, yaitu dengan
mengkonversi bobot molekul sehingga kadar Aluminium Chloride didapat hasil Aluminiu
chloride secara titrasi dan spektro :
Garam aluminium sebagai aluminium chloride biasa digunakan dalam antiperspirant sebanyak
20%, sedangkan sebagai aluminium chloride biasa digunakan sebanyak 10-25% (Martindale
36th).
Preparasi sampel menggunakan ekstraksi dengan chloroform air untuk memisahkan
aluminium dari senyawa-senyawa yang tak larut dalam air. Waktu ekstraksi dan kuatnya
ekstraksi akan mempengaruhi jumlah Al yang dapat diambil dari sediaan lotion tersebut.
Apabila ekstraksi kurang lama atau kurang kuat maka akan berpengaruh terhadap hasil
penetapan kadar. Tidak berbedanya kadar Al secara titrasi maupun spektrofotometri salah
satunya adalah karena sampel berasal dari hasil ekstrak yang sama.
Pemilihan metoda titrasi yaitu titrasi kompleksometri karena pada titrasi tersebut EDTA akan
mengikat (mengkompleks) Al dan kelebihan EDTA akan bereaksi dengan EBT membentuk
warna biru. Ketepatan melihat perubahan warna dari ungu (kompleks Al-EBT) ke biru
(kompleks EDTA-EBT) berpengaruh ke penentuan titik akhir dan mempengaruhi jumlah kadar
Al yang dihitung.
Hubungan antara konsentrasi dan absorbansi yang dinyatakan dalam kurva memiliki linearitas
0,969. Angka ini cukup linier ,tetapi idealnya hubungan antara konsentrasi dan unit ukur (misal
absorbansi) memiliki spesifikasi linearitas tidak kurang dari 0,999. Tidak tercapainya spesifikasi
ini dapat disebabkan oleh berbagai hal misalnya :
-
Dalam pelaksanaan metoda secara spektrofotometri dengan menggunakan deret standar sebagai
pembandingnya, sebaiknya konsentrasi sampel yang diukur diatur melalui pengenceran dan lain sebagainya
sehingga unit ukur (absorbansi) memiliki nilai di dalam range deret standar. Misalnya, bila range absorban deret
standar antara 0,1 ~ 0,3 maka absorbansi sampel uji juga diharapkan diantara absorbansi deret standar tersebut.
Jika diluarnya, misalnya 0,5 maka sampel sebelum diberi pereaksi warna diencerkan terlebih dahulu, kemudian
baru ditambah pereaksi sesuai prosedur dan diukur kembali. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin kelinearitasan
absorbansi sampel uji terhadap konsentrasi, jika absorbansi terlalu besar, tidak menjamin bahwa hal tersebut
masih linear terhadap konsentrasi.