Vous êtes sur la page 1sur 18

TINJAUAN PUSTAKA

LIMFADENITIS

I.

DEFINISI
Limfadenitis adalah radang yang terjadi pada kelenjar limfa karena infeksi,
merupakan suatu reaksi mikroorganisme yg terbawa oleh limfa dari daerah
yang terinfeksi ke kelenjar limfa regional yg kadang-kadang membengkak.
Definisi lain menyebutkan bahwa peradangan pada satu atau beberapa kelenjar
getah bening. Peradangan tersebut akan menimbulkan hiperplasia kelenjar
getah bening hingga terasa membesar secara klinik. Kemunculan penyakit ini
ditandai dengan gejala munculnya benjolan pada saluran getah bening
misalnya ketiak, leher dan sebagainya. Kelenjar getah bening yang terinfeksi
akan membesar dan biasanya teraba lunak dan nyeri. Kadang-kadang kulit
diatasnya tampak merah dan teraba hangat.
Jenis limfadenitis ada dua yaitu limfadenitis akut dan limfadenitis kronis.
Sedangkan jenis limfadenitis kronis sendiri masih dibagi menjadi menjadi dua
macam yaitu limfadenitis kronis spesifik dan non spesifik atau limfadenitis
tuberkulosis. Cara menentukan penyebab limfadenitis bisa melalui biopsi.
Biopsi adalah pengambilan jaringan tubuh untuk pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan jaringan tersebut bertujuan untuk mendeteksi adanya penyakit
atau mencocokkan jaringan organ sebelum melakukan transplantasi organ.
Resiko yang dapat ditimpulkan oleh kesalahan proses biopsi adalah infeksi dan
pendarahan. Jenis biopsi yang dilakukan untuk mendeteksi jenis penyakit ini
adalah biopsi jarum yang dilakukan untuk mengetahui keadaan dibawah
jaringan kulit.

II. ETIOLOGI
Limfadenitis bisa disebabkan oleh infeksi dari berbagai organisme yaitu
bakteri,virus, protozoa, riketsia atau jamur. Secara khusus penyebaran ke

kelenjar getah bening terjadi melalui infeksi kulit, telinga, hidung atau mata.
Lymphadenitis

hampir

selalu

dihasilkan

dari

sebuah

infeksi,

yang

kemungkinan disebabkan oleh bakteri, virus, protozoa, ricketsia, atau jamur.


Ciri khasnya, infeksi tersebut menyebar menuju kelenjar getah bening dari
infeksi kulit, telinga, hidung, atau mata atau dari beberapa infeksi seperti
infectious mononucleosis, infeksi cytomegalovirus, infeksi streptococcal,
tuberkulosis, atau sifilis. Infeksi tersebut bisa mempengaruhi kelenjar getah
bening atau hanya pada salah satu daerah pada tubuh.
Gejala awal limfadenitis adalah pembengkakan kelenjar yang disebabkan oleh
penumpukan cairan jaringan dan peningkatan jumlah sel darah putih akibat
respon tubuh terhadap infeksi, kehilangan nafsu makan, vehicles keringat, nadi
cepat, dan kelemahan.
Limfadenitis dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:

III.

Infeksi bakteri streptococcal atau staphylococcal

Sakit tenggorokan karena bakteri

Tonsillitis

Infeksi gigi

Infeksi HIV

Tuberkulosis

Infeksi mikobakterial non tuberculosis

PATOFISIOLOGI
Kelenjar getah bening (KGB) adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh.
Tubuh kita memiliki kurang lebih sekitar 600 kelenjar getah bening, namun
hanya di daerah sub mandibular, ketiak atau lipat paha yang teraba normal
pada orang sehat. Terbungkus kapsul fibrosa yang berisi kumpulan sel-sel
pembentuk pertahanan tubuh dan merupakan tempat penyaringan antigen
(protein asing) dari pembuluh-pembuluh getah bening yang melewatinya.
Pembuluh-pembuluh limfe akan mengalir ke kelenjar getah bening sehingga

dari lokasi kelenjar getah bening akan diketahui aliran pembuluh limfe yang
melewatinya. Oleh karena dilewati oleh aliran pembuluh getah bening yang
dapat membawa antigen dan memiliki sel pertahanan tubuh maka apabila ada
antigen yang menginfeksi maka kelenjar getah bening dapat menghasilkan
sel-sel pertahanan tubuh yang lebih banyak untuk mengatasi antigen tersebut
sehingga kelenjar getah bening membesar.
Pembesaran kelenjar getah bening dapat berasal dari penambahan sel-sel
pertahanan tubuh yang berasal dari kelenjar getah bening itu sendiri seperti
limfosit, sel plasma, monosit dan histiosit atau karena datangnya sel-sel
peradangan (neutrofil) untuk mengatasi infeksi di kelenjar getah bening
(limfadenitis), infiltrasi sel-sel ganas atau timbunan dari penyakit metabolite
macrophage (gaucher disease). Dengan mengetahui lokasi pembesaran
kelenjar getah bening maka kita dapat mengarahkan kepada lokasi
kemungkinan terjadinya infeksi atau penyebab pembesaran kelenjar getah
bening. Benjolan, bisa berupa tumor baik jinak atau ganas, bisa juga berupa
pembesaran kelenjar getah bening. Kelenjar ini ada banyak sekali di tubuh
kita, antara lain di daerah leher, ketiak, dalam rongga dada dan perut, di
sepanjang tulang belakang kiri dan kanan sampai mata kaki. Kelenjar getah
bening berfungsi sebagai penyaring bila ada infeksi lokal yang disebabkan
bakteri atau virus. Jadi, fungsinya justru sebagai benteng pertahanan tubuh.
Jika tidak terjadi infeksi, kemungkinan adalah tumor. Apalagi bila
pembesaran kelenjar didaerah-daerah tersebut di atas, pertumbuhannya cepat
dan mudah membesar. Bila sudah sebesar biji nangka, misalnya, bila ditekan
tidak sakit, maka perlu diwaspadai. Jalan terbaik, adalah dilakukan biopsy di
kelenjar tersebut. Diperiksa jenis sel-nya untuk memastikan apakah sekedar
infeksi atau keganasan. Jika tumor dan ternyata ganas, pembesaran kelenjar
akan cepat terjadi. Dalam sebulan, misalnya sudah membesar dan tak terasa
sakit saat ditekan. Beda dengan yang disebabkan infeksi, umumnya tidak
bertambah besar dan jika daerah di sekitar benjolan ditekan,terasa sakit.

IV.

MANIFESTASI KLINIK
Gejala untuk menganalisa apakah terkena penyakit ini adalah kelenjar getah
bening yang terserang biasanya akan membesar dan jika diraba terasa lunak
dan nyeri, selain itu gejala klinis yang timbul adalah demam, nyeri tekan, dan
tanda radang. Kulit di atasnya terlihat merah dan terasa hangat,
pembengkakan ini akan menyerupai daging tumbuh atau biasa disebut dengan
tumor. Dan untuk memastikan apakah gejala-gejala tersebut merujuk pada
penyakit limfadenitis maka perlu adanya pengangkatan jaringan untuk
pemeriksaan di bawah mikroskop.
Limfadenitis pada taraf parah disebut limfadenitis kronis. Limfadenitis ini
terjadi ketika penderita mengalami infeksi kronis, misal pada kondisi ketika
seseorang dengan faringitis kronis akan ditemukan pembesaran kelenjar getah
bening leher (limfadenitis). Pembesaran di sini ditandai oleh tanda radang
yang sangat minimal dan tidak nyeri. Pembesaran kronis yang spesifik dan
masih banyak di Indonesia adalah akibat tuberkulosa. Limfadenitis
tuberkulosa ini ditandai oleh pembesaran kelenjar getah bening, padat/keras,
multiple dan dapat berhubungan satu sama lain. Dapat pula sudah terjadi
perkijuan seluruh kelenjar, sehingga kelenjar itu melunak seperti abses tetapi
tidak nyeri seperti abses banal. Apabila abses ini pecah kekulit, lukanya sulit
sembuh oleh karena keluar secara terus menerus sehingga seperti fistula.

Limfadenitis tuberculosa pada kelenjar getah bening dapat terjadi sedemikian


rupa, besar dan berhubungan sehingga leher penderita itu disebut seperti bull
neck. Pada keadaan seperti ini kadang-kadang sulit

dibedakan

dengan

limfoma malignum. Limfadenitis tuberkulosa diagnosis ditegakkan dengan


pemeriksaan histopatologi, terutama yang tidak disertai oleh tuberkulosa
paru.
V. DIAGNOSIS
Diagnosis

dilakukan berdasarkan gejala-gejalanya. Untuk membantu

menentukan penyebabnya, bisa dilakukan biopsi (pengangkatan jaringan


untuk diperiksa di bawah mikroskop).
Biasanya, lymphadenitis bisa didiagnosa berdasarkan gejala-gejala dasar, dan
hal itu menyebabkan infeksi sekitarnya yang nyata. Ketika penyebab tersebut
tidak dapat diidentifikasi dengan mudah, biopsi (pengangkatan dan
penelitian pada contoh jaringan di bawah mikroskop) dan kultur (contoh
dikirim ke laboratorium dan diletakkan pada kultur medium yang
membiarkan mikroorganisme untuk berkembang) kemungkinan diperlukan
untuk memastikan diagnosa dan untuk mengidentifikasikan organisme
penyebab infeksi.

Anamnesis
Dari anamnesis dapat diperoleh:
1. Lokasi pembesaran kelenjar getah bening
Pembesaran kelenjar getah bening pada dua sisi leher secara
mendadak biasanya disebabkan oleh infeksi virus saluran pernapasan
bagian atas. Pada infeksi oleh penyakit kawasaki umumnya
pembesaran KGB hanya satu sisi saja. Apabila berlangsung lama
(kronik) dapat disebabkan infeksi oleh mikobakterium, toksoplasma,
ebstein barr virus atau citomegalovirus.

2. Gejala-gejala penyerta (symptoms)


Demam, nyeri tenggorok dan batuk mengarahkan kepada penyebab
infeksi saluran pernapasan bagian atas. Demam, keringat malam dan
penurunan berat badan mengarahkan kepada infeksi tuberkulosis atau
keganasan. Demam yang tidak jelas penyebabnya, rasa lelah dan nyeri
sendi meningkatkan kemungkinan oleh penyakit kolagen atau
penyakit serum (serum sickness), ditambah riwayat obat-obatan.
3. Riwayat penyakit
Adanya peradangan tonsil (amandel) sebelumnya mengarahkan
kepada infeksi oleh streptokokus. Adanya infeksi gigi dan gusi dapat
mengarahkan kepada infeksi bakteri anaerob.
4. Riwayat pekerjaan dan perjalanan
Paparan terhadap infeksi / kontak sebelumnya kepada orang dengan
infeksi saluran nafas atas, faringitis oleh Streptococcus, atau
tuberculosis turut membantu mengarahkan penyebab limfadenopati.
Riwayat perjalanan atau pekerjaan, misalnya perjalanan ke daerahdaerah Afrika dapat mengakibatkan penyakit Tripanosomiasis. Orang
yang bekerja di hutan dapat terkena Tularemia.

Pemeriksaan Fisik
Karakteristik dari kelenjar getah bening:
Kelenjar Getah Bening dan daerah sekitarnya harus diperhatikan. Kelenjar
getah bening harus diukur untuk perbandingan berikutnya. Harus dicatat
ada tidaknya nyeri tekan, kemerahan, hangat pada perabaan, dapat bebas
digerakkan atau tidak dapat digerakkan, apakah ada fluktuasi, konsistensi
apakah keras atau kenyal.
Ukuran: normal bila diameter <1cm (pada epitroclear >0,5cm dan
lipat paha >1,5cm dikatakan abnormal).

Nyeri tekan: umumnya diakibatkan peradangan atau proses


perdarahan.
Konsistensi: keras seperti batu mengarahkan kepada keganasan,
padat

seperti

karet

mengarahkan

kepada

limfoma;

lunak

mengarahkan kepada proses infeksi; fluktuatif mengarahkan telah


terjadinya abses/pernanahan.
Penempelan: beberapa Kelenjar Getah Bening yang menempel dan
bergerak bersamaan bila digerakkan. Dapat akibat tuberkulosis,
sarkoidosis keganasan.
Pembesaran KGB leher bagian posterior (belakang) terdapat pada infeksi
rubela dan mononukleosis. Pada pembesaran KGB oleh infeksi virus,
KGB umumnya bilateral (dua sisi-kiri/kiri dan kanan), lunak dan dapat
digerakkan. Bila ada infeksi oleh bakteri, kelenjar biasanya nyeri pada
penekanan, baik satu sisi atau dua sisi dan dapat fluktuatif dan dapat
digerakkan. Adanya kemerahan dan suhu lebih panas dari sekitarnya
mengarahkan infeksi bakteri dan adanya fluktuatif menandakan terjadinya
abses. Bila limfadenitis disebabkan keganasan, tanda-tanda peradangan
tidak ada, KGB keras dan tidak dapat digerakkan (terikat dengan jaringan
di bawahnya).
Pada infeksi oleh mikobakterium pembesaran kelenjar berjalan mingguanbulanan, walaupun dapat mendadak, KGB menjadi fluktuatif dan kulit
diatasnya menjadi tipis, dan dapat pecah.

Tanda-tanda penyerta (sign):


Adanya tenggorokan yang merah, bercak-bercak putih pada tonsil, bintikbintik merah pada langit-langit mengarahkan infeksi oleh bakteri
streptokokus. Adanya selaput pada dinding tenggorok, tonsil, langit-langit
yang sulit dilepas dan bila dilepas berdarah, pembengkakan pada jaringan
lunak leher (bull neck) mengarahkan kepada infeksi oleh bakteri difteri.
Faringitis, ruam-ruam dan pembesaran limpa mengarahkan kepada infeksi

epstein barr virus. Adanya radang pada selaput mata dan bercak koplik
mengarahkan kepada campak. Adanya pucat, bintik-bintik perdarahan
(bintik merah yang tidak hilang dengan penekanan), memar yang tidak
jelas penyebabnya, dan pembesaran hati dan limpa mengarahkan kepada
leukemia.
VI.

DIAGNOSIS BANDING
Benjolan di leher yang seringkali disalahartikan sebagai pembesaran KGB
leher :
1. Gondongan: pembesaran kelenjar parotits akibat infeksi virus, sudut
rahang bawah dapat menghilang karena bengkak.
2. Kista Duktus Tiroglosus: berada di garis tengah dan bergerak dengan
menelan.
3. Kista Dermoid: benjolan di garis tengah dapat padat atau berisi cairan.
4. Hemangioma: kelainan pembuluh darah sehingga timbul benjolan
berisi jalinan pembuluh darah, berwarna merah atau kebiruan

VII.

PENATALAKSANAAN
a. Pengobatan
Pengobatan tergantung dari organisme penyebabnya. Untuk infeksi
bakteri, biasanya diberikan antibiotik per-oral (melalui mulut) atau
intravena (melalui pembuluh darah). Untuk membantu mengurangi rasa
sakit, kelenjar getah bening yang terkena bisa dikompres hangat. Biasanya
jika infeksi telah diobati, kelenjar akan mengecil secara perlahan dan rasa
sakit akan hilang. Kadang-kadang kelenjar yang membesar tetap keras dan
tidak lagi terasa lunak pada perabaan.
Pembesaran KGB biasanya disebabkan oleh virus dan sembuh sendiri,
walaupun pembesaran KGB dapat berlangsung mingguan. Pengobatan
pada infeksi KGB oleh bakteri (limfadenitis) adalah anti-biotic oral 10 hari

dengan pemantauan dalam 2 hari pertama flucloxacillin 25 mg/kgBB


empat kali sehari. Bila ada reaksi alergi terhadap antibiotic golongan
penicillin dapat diberikan cephalexin 25 mg/kg (sampai dengan 500 mg)
tiga kali sehari atau erythromycin 15 mg/kg (sampai 500 mg) tiga kali
sehari.
Bila penyebab limfadenopati adalah mycobacterium tuberculosis maka
diberikan obat anti tuberculosis selama 9-12 bulan. Bila disebabkan
mycobacterium selain tuberculosis maka memerlukan pengangkatan KGB
yang terinfeksi atau bila pembedahan tidak memungkinkan atau tidak
maksimal

diberikan

antibiotic

golongan

makrolida

dan

anti-

mycobacterium
b. Pencegahan
Menjaga kesehatan dan kebersihan badan bisa membantu mencegah
terjadinya berbagai infeksi.
VIII. PROGNOSIS
Prognosis untuk pemulihan adalah baik jika segera diobati dengan
antibiotik. Dalam kebanyakan kasus, infeksi dapat dikendalikan dalam tiga
atau empat hari. Namun, dalam beberapa kasus mungkin diperlukan waktu
beberapa minggu atau bulan untuk pembengkakan menghilang, panjang
pemulihan

tergantung

pada

penyebab

infeksi.

Penderita

dengan

limfadenitis yang tidak diobati dapat mengembangkan abses, selulitis, atau


keracunan darah (septikemia), yang kadang-kadang fatal.

DAFTAR PUSTAKA

Price, A. Sylvia. 2006. Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.


Rasuna, Gilang. drg. 2010. Prinsip penggunaan antibiotika.
Sjamsuhidajat. R, Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC.
Jakarta.
www.mims.com
http://www.freemd.com/cervical-lymphadenitis/prevention.htm
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16862/4/Chapter%20II.pdf
http://www.scribd.com/doc/76526307/Limfadenitis
MAKALAH LIMFADENITIS
BAB II
KONSEP TEORI
I.

Konsep Medis

A.

Pengertian

Limfadenitis adalah peradangan pada satu atau beberapa kelenjar getah bening.
Limfadenitis adalah nodus limfa yang terletak sepanjang perjalanan pembuluh
limfa. Nodus yang sering terlibat adalah yang terdapat diselangkangan, aksila dan
leher.
Limfadenitis adalah peradangan pada salah satu atau lebih kelenjar getah bening,
yang biasanya menjadi bengkak dan lunak.
B.

Klasifikasi

1.

Limfadenitis Nonspesifik Akut

Limfadenitis ini bentuknya terbatas pada sekelompok kelenjar getah bening yang
mendrainase suatu fokus infeksi, atau mungkin generalisata apabila terrjadi

infeksi bakteri atau virus sistemik. Secara histologis, tampak pusat germinativum
besar yang memperlihatkan banyak gambaran mitotik. Apabila keadaan ini
disebabkan oleh organisme piogenik, disekitar folikel dan di dalam sinus limfoid
ditemukan infiltrat neutrofilik. Pada infeksi yang parah, pusat germinativum
mengalami nekrosis sehingga terbentuk abses. Apabila infeksi terkendali, kelenjar
getah bening akan kembali tampak normal atau terjadi pembentukan jaringan
parut apabila dekstruktif.
2.

Limfadenitis Nonspesifik Kronik

Menimbulkan tiga pola, bergantung pada agen penyebabnya: hiperplasia folikel,


hiperplasia limfoid parakorteks, atau histiositosis sinus. Hiperplasia folikel
berkaitan dengan infeksi atau proses proses peradangan yang mengaktifkan sel B.
Sel B dalam berbagai tahap diferensiasi berkumpul di dalam pusat germinativum
besar yang bulat atau oblong (folikel sekunder). Hiperplasia limfoid parakorteks
ditandai dengan perubahan reaktif di dalam regio sel T kelenjar getah bening. Sel
T parafolikel mengalami proliferasi dan transformasi menjadi imunoblas yang
mungkin menyebabkan lenyapnya folikel germinativum.
C.

Etiologi

Limfadenitis hampir selalu dihasilkan dari sebuah infeksi, yang kemungkinan


disebabkan oleh bakteri, virus, protozoa, ricketsia, atau jamur. Ciri khasnya,
infeksi tersebut menyebar menuju kelenjar getah bening dari infeksi kulit, telinga,
hidung, atau mata atau dari beberapa infeksi seperti infectious mononucleosis,
infeksi cytomegalovirus, infeksi streptococcal, tuberkulosis, atau sifilis. Infeksi
tersebut bisa mempengaruhi kelenjar getah bening atau hanya pada salah satu
daerah pada tubuh.
D.

Patofisiologi

Suatu cairan disebut getah bening bersirkulasi melalui pembuluh limfatik dan
mmebawa limfosit (sel darah putih) mengelilingi tubuh. limfosit ini merupakan
sel-sel dari system imun yang membantu tubuh melawan penyakit. Terdapat 2 tipe

utama limfosit yaitu limfosit T dan limfosit B, karena cairan limfe tidak
mengandung sel darah merah maka ia berwarna putih.
Pembuluh limfatik melalui kelenjar getah bening, kelenjar getah bening berisi
sejumlah besar limfosit dan bertindak sebagai penyaring menangkap organisme
yang menyebabkan infeksi seperti bakteri dan virus. Kelenjar getah bening
cenderung bergerombol dalam suatu kelompok sebagai contoh tardapat
sekelompok besar di ketiak, dileher dan lipat.pangkal paha.
Ketika suatu bagian tubuh terinfeksi atau bengkak, kelenjar getah bening terdekat
sering membesar dan nyeri. hal berikut ini terjadi sebagai contoh jika seseorang
dengan sakit leher mengalami pembengkakan kelenjar di leher. cairan limfatik
dari tenggorokan mengalir ke dalam kelenjar getah bening di leher, dimana
organisme penyebab infeksi dapat dihancurkan dan dicegah penyebarannya ke
bagian tubuh lainnya.
E.

Manifestasi Klinis

Kelenjar getah bening yang terinfeksi membesar dan biasanya lunak dan sangat
menyakitkan. Kadangkala, kulit disepanjang kelenjar yang terinfeksi tampak
merah dan terasa hangat. Orang tersebut bisa mengalami demam. Kadangkala,
kantung atau nanah (abses) terbentuk. Kelenjar tubuh yang membesar yang tidak
menyebabkan nyeri, atau kemerahan bisa mengindikasikan gangguan serius
lainnya, seperti limfoma, tuberkulosis atau hodgkin limfoma.
F.

Pemeriksaan Diagnosis

Sistem limfatik dapat diperiksa dengan

sinar-X setelah penyuntikan media

kontras langsung ke pembuluh limfa ditangan dan kaki. Teknik ini, limfangiografi
merupakan cara mendeteksi keterlibatan nodus akibat metastase karsinoma,
limfoma atau infeksi di tempat-tempat yang tidak terjangkau oleh petugas
kesehatan, kecuali dengan pembedahan terbuka.
Prosedur ini akan melokalisir pembuluh limfa pada masing-masing kaki (atau
tangan) ketika media kontras Evans blue disuntikan secara intradermal di antara
jari pertama dan kedua. Kemudian satu segmen limfatik berwarna biru
diidentifikasi, diisolasi, dikanulasi dengan jarum nomor 25-30 dan dilakukan infus
lambat dengan bahan kontras yang mengandung yodium dan minyak. Dua puluh
empat jam menjelang penyuntikan berakhir serangkaian foto sinar-X diambil, dan

dilanjutkan secara berkala apabila perlu. Nodus limfa yang teridentifikasi dapat
mempertahankan bahan kontras sampai 1 tahun setelah penyuntikan, dan setiap
perubahan ukuran akibat radiasi atau kemoterapi dapat diukur dan digunakan
sebagai kriteria untuk menentukan efek terapi.
Limfoskintigrafi merupakan alternatif limfangiografi yang terpercaya. Koloiid
berlabel radioaktif disuntikkan secara subkutan pada rongga interdigital kedua.
Ekstremitas kemudian digerak-gerakkan untuk memperlancar aliran media dalam
sistem limfatik. Kemudian diambil pencitraan secara berseri dengan jangka waktu
yang telah diatur. Tidak ada efek samping yang dilaporkan.
G.

Penatalaksanaan

a.

Pengobatan

Pengobatan tergantung dari organisme penyebabnya. Untuk infeksi bakteri,


biasanya diberikan antibiotik per-oral (melalui mulut) atau intravena (melalui
pembuluh darah). Untuk membantu mengurangi rasa sakit, kelenjar getah bening
yang terkena bisa dikompres hangat. Biasanya jika infeksi telah diobati, kelenjar
akan mengecil secara perlahan dan rasa sakit akan hilang. Kadang-kadang
kelenjar yang membesar tetap keras dan tidak lagi terasa lunak pada perabaan.
b.

Pencegahan

Menjaga kesehatan dan kebersihan badan bisa membantu mencegah terjadinya


berbagai infeksi.
I.

Konsep Keperawatan

A.

Pengkajian

Gejala pada Limfadenitis secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, terasa
nyeri, mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran
kelenjar tadi dapat dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat
malam. Hal ini dapat segera dicurigai sebagai Limfadenitis. Namun tidak semua
benjolan yang terjadi di sistem limfatik merupakan Limfadenitis. Bisa saja
benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar limfe dengan sejenis virus atau
mungkin tuberculosis limfa.

Pada pengkajian data yang dapat ditemukan pada pasien limfadenitis antara lain :
1.

Data subjektif

a.

Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38C

b.

Sering keringat malam.

c.

Cepat merasa lelah

d.

Badan Lemah

e.

Mengeluh nyeri pada benjolan

f.

Nafsu makan berkurang

2.

Data Obyektif

a.

Timbul benjolan yang kenyal,mudah digerakkan pada leher,ketiak atau

pangkal paha.
b.
3.
a.

Wajah pucat
Kebutuhan dasar
Aktivitas/istirahat

Gejala :

Kelelahan, kelemahan atau malaise umum.

Kehilangan produktifitasdan penurunan toleransi latihan

Kebutuhan tidaur dan istirahat lebih bantak

Tanda :

Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban dan tanda lain yang

menunjukkan kelelahan
b.

Sirkulasi

Gejala :

Palpitasi, angina/nyeri dada

Tanda :

Takikardia, disritmia.

Sianosis wajah dan leher (obstruksi drainase vena karena pembesaran nodus

limfa adalah kejadian yang jarang)

Ikterus sklera dan ikterik umum sehubungan dengan kerusakan hati dan

obtruksi duktus empedu dan pembesaran nodus limfa(mungkin tanda lanjut)

Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.

c.

Integritas ego

Gejala :

Faktor stress, misalnya sekolah, pekerjaan, keluarga

Takut/ansietas sehubungan dengan diagnosis dan kemungkinan takut mati

Takut sehubungan dengan tes diagnostik dan modalitas pengobatan

(kemoterapi dan terapi radiasi)

Masalah finansial : biaya rumah sakit, pengobatan mahal, takut kehilangan

pekerjaan sehubungan dengan kehilangan waktu kerja.

Status hubungan : takut dan ansietas sehubungan menjadi orang yang

tergantung pada keluarga.


Tanda :

Berbagai perilaku, misalnya marah, menarik diri, pasif

d.

Eliminasi

Gejala :

Perubahan karakteristik urine dan atau feses.

Riwayat Obstruksi usus, contoh intususepsi, atau sindrom malabsorbsi

(infiltrasi dari nodus limfa retroperitoneal)


Tanda :

Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada palpasi

(hepatomegali)

Nyeri tekan pada kudran kiri atas dan pembesaran pada palpasi

(splenomegali)

Penurunan haluaran urine urine gelap/pekat, anuria (obstruksi uretal/ gagal

ginjal).

Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi batang spinal terjadi lebih

lanjut)
e.

Makanan/cairan

Gejala :

Anoreksia/kehilangna nafsu makan

Disfagia (tekanan pada easofagus)

Adanya penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan sama dengan 10%

atau lebih dari berat badan dalam 6 bulan sebelumnya dengan tanpa upaya diet.

Tanda :

Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau tangan kanan (sekunder

terhadap kompresi venakava superior oleh pembesaran nodus limfa)

Ekstremitas : edema ekstremitas bawah sehubungan dengan obtruksi vena

kava inferior dari pembesaran nodus limfa intraabdominal (non-Hodgkin)

Asites (obstruksi vena kava inferior sehubungan dengan pembesaran nodus

limfa intraabdominal)
f.

Neurosensori

Gejala :

Nyeri saraf (neuralgia) menunjukkan kompresi akar saraf oleh pembesaran

nodus limfa pada brakial, lumbar, dan pada pleksus sakral

Kelemahan otot, parestesia.

Tanda :

Status mental : letargi, menarik diri, kurang minatumum terhadap sekitar.

Paraplegia (kompresi batang spinaldari tubuh vetrebal, keterlibatan diskus

pada kompresiegenerasi, atau kompresi suplai darah terhadap batang spinal.


g.

Nyeri/kenyamanan

Gejala :

Nyeri tekan/nyeri pada nodus limfa yang terkena misalnya, pada sekitar

mediastinum, nyeri dada, nyeri punggung (kompresi vertebra), nyeri tulang umum
(keterlibatan tulang limfomatus).

Nyeri segera pada area yang terkena setelah minum alkohol.

Tanda

Fokus pada diri sendiri, perilaku berhati-hati.

h.

Pernapasan

Gejala :

Dispnea pada kerja atau istirahat; nyeri dada.

Tanda :

Dispnea, takikardia

Batuk kering non-produktif

Tanda distres pernapasan, contoh peningkatan frekwensi pernapasan dan

kedaalaman penggunaan otot bantu, stridor, sianosis.

Parau/paralisis laringeal (tekanan dari pembesaran nodus pada saraf

laringeal).
i.

Keamanan

Gejala :

Riwayat sering/adanya infeksi (abnormalitasimunitas seluler pwencetus

untuk infeksi virus herpes sistemik, TB, toksoplasmosis atau infeksi bakterial)

Riwayat monokleus (resiko tinggi penyakit Hodgkin pada pasien yang titer

tinggi virus Epstein-Barr).

Riwayat ulkus/perforasi perdarahan gaster.

Pola sabit adalah peningkatan suhu malam hari terakhir sampai beberapa minggu
(demam pel Ebstein) diikuti oleh periode demam, keringat malam tanpa
menggigil.

Kemerahan/pruritus umum

Tanda :

Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi dari 38oC tanpa

gejala infeksi.

Nodus limfe simetris, tak nyeri,membengkak/membesar (nodus servikal

paling umum terkena, lebih pada sisi kiri daripada kanan, kemudian nodus aksila
dan mediastinal)

Nodus dapat terasa kenyal dan keras, diskret dan dapat digerakkan.

Pembesaran tosil

Pruritus umum.

Sebagian area kehilangan pigmentasi melanin (vitiligo)

j.

Seksualitas

Gejala :

Masalah tentang fertilitas/ kehamilan (sementara penyakit tidak

mempengaruhi, tetapi pengobatan mempengaruhi)

Penurunan libido.

k.

Penyuluhan/pembelajaran

Gejala :

Faktor resiko keluargaa (lebih tinggi insiden diantara keluarga pasien

Hodgkin dari pada populasi umum)

Pekerjaan terpajan pada herbisida (pekerja kayu/kimia)

B.

Diagnosa Teori

a.

Diagnosa keperawatan

1.

Nyeri b.d agen cedera biologi

2.

Hyperthermia b.d tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap

inflamasi
3.

Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah

4.

Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan informasi

5.

Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pembesaran nodus

medinal / edema jalan nafas.

Vous aimerez peut-être aussi