Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Jobless Factor #3 : Too Many Social Graduates. Di tanah air ini mungkin terlalu
banyak lulusan jurusan sosial humaniora (ekonomi, manajemen, hukum, sospol,
sastra, dst, dst).
Di hampir semua kampus di Indonesia pasti ada fakultas Hukum dan Ekonomi.
Padahal mungkin kebutuhan lulusan dua fakultas ini tidak sebanyak pasokan
jumlah sarjana yang lulus. Over supply. Akhirnya jadi pengangguran.
Demikian juga, ribuan sarjana sosial lulus, dan menemui fakta bahwa gelar yang
mereka pegang ternyata tidak laku di pasaran. Akhirnya jadi pengangguran lagi.
Di sisi lain, sebenarnya kita sangat kekurangan jumlah sarjana teknik
(engineering). Kita kekurangan sekitar 120 ribu insinyur padahal ada ribuan KM
jalan raya dan ribuan megawatt listrik yang akan dibangun. Masak yang harus
bangun jalan tol dan listrik, lulusan Sarjana Sastra Jawa.
Btw, studi World Bank menunjukkan jumlah lulusan engineering sebuah negara
berbanding lurus dengan kemajuan bangsa itu. Secara persentase, lulusan
sarjana teknik di Jepang, Korea, Taiwan dan China sangat tinggi. Tak heran
mereka jadi negara maju.
Jobless Factor #4 : Stupid Graduates. Selain faktor-faktor makro seperti diatas,
Jobless Factor #5 : No Wow Factor. Oke ini adalah faktor yang terakhir. Kalau
faktor yang keempat menyangkut aspek kognitif (daya intelektualitas dan
penguasaan ilmu dan teori), maka faktor yang kelima ini menyangkut hasil nyata
: kebanyakan sarjana nganggur karena memang sama sekali tidak punya
something wow.
Hidupnya datar-datar saja, dan terlalu mainstream. Sudah penguasaan teorinya
buruk, ditambah selama menjadi mahasiswa selama 4 5 tahun, tidak pernah
menghasilkan sesuatu yang layak dijadikan penambah nilai jual dihadapan tim
rekrutmen (mungkin saat jadi mahasiswa kerjanya cuma setor muka kuliah,
pulang ke kosan, main game, sibuk socmed, hahahihi, setor muka kuliah lagi,
begitu terus sampe lulus).
Wong ndak punya something wow dan penguasaan teori buruk kok bermimpi
diterima kerja di Chevron atau Citibank dengan gaji pertama langsung 10
juta/bulan. Gaji 10 juta dari Hongkong ?!!
Wow Factor ini memang tidak mudah direngkuh. Mungkin dibutuhkan kreativitas,
daya juang, resourcefulness dan ketekunan untuk menciptakannya.
Sayangnya, 95% mahasiswa tanah air mungkin tidak punya elemen-elemen
pembentuk wow factor itu. Tanpa wow factor, seorang lulusan sarjana tidak akan
bisa stand out above the crowd.
Nasib dia akan sama dengan 400 ribuan sarjana lainnya : masuk jadi penambah
angka statistik pengangguran.
DEMIKIANLAH, lima faktor atau alasan kunci kenapa ratusan ribu lulusan Sarjana
S1 jadi pengangguran.
Sebagian karena alasan makro, sebagian karena faktor kompetensi diri para
lulusannya sendiri.
Pesan terakhir bagi mereka yang mungkin masih jadi pengangguran, atau adik,
keponakan, teman atau saudara Anda yang masih jobless.