Vous êtes sur la page 1sur 52

dr.Mahesa Paranadipa,M.

H
Disampaikan dalam Symposium on Emergency Ke-4
Hotel Borobudur Jakarta, 13 Juni 2015

KASUS
Dr.T, seorang dokter umum yang sedang bertugas di sebuah unit
gawat darurat RS swasta. Kali ini dr.T mendapat giliran jaga pukul 7
pagi hingga 3 sore. Pada pukul 15.05, UGD kedatangan pasien lakilaki dengan keluhan nyeri perut. Namun pasien tidak langsung
ditangani karena dr.T sudah beranjak pulang sambil berpesan kepada
perawat jaga untuk menunggu dr.K yang bertugas jaga berikut baru
dapat menangani pasien. Hingga pukul 15.35 dr.K belum juga datang,
melalui hubungan telepon dr.K mengatakan kepada perawat jaga
bahwa ia masih di acara keluarga. Pasien pun sudah berteriak
kesakitan di seluruh bagian perutnya. Oleh perawat jaga pasien
hanya diinfus dengan NaCl tanpa diberikan obat parenteral apapun.
Pukul 15.50 pasien mengalami muntah-muntah yang tidak lama
kemudian diikuti dengan kejang. Dr.K belum juga datang, sehingga
perawat memberikan obat anti kejang intramuskuler ditambah dengan
oksigen. Pukul 16.10 pasien mengalami penurunan kesadaran, dan
pada pukul 16.20 pasien meninggal dunia.

DEFINISI KEADAAN DARURAT MEDIS

Kondisi yang mengancam keselamatan


(nyawa) dan berisiko menimbulkan kecacatan
(Undang-Undang No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan)

DEFINISI KEADAAN DARURAT MEDIS


Keadaan klinis pasien yang membutuhkan
tindakan medis segera guna penyelamatan

nyawa dan pencegahan kecacatan


lebih lanjut.
(Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit)

PENYEBAB KEADAAN DARURAT


1. Bencana alam (disaster)
2. Kegagalan teknis, spt. Kebakaran, kebocoran
nuklir, ledakan, kecelakaan lalu lintas
3. Huru hara
(Kementerian Tenaga Kerja,2003)

MASALAH UTAMA PADA SITUASI

GAWAT DARURAT MEDIK


Periode waktu pengamatan/pelayanan relatif
lebih singkat
Perubahan klinisi yang mendadak
Mobilitas petugas yang tinggi

Situasi emosional dari pihak


pasien/keluarganya karena
tertimpa risiko
dan pekerjaan tenaga
kesehatan yang dibawah
tekanan mudah menyulut
konflik

KEWAJIBAN MEMBERIKAN PELAYANAN


KEGAWATDARURATAN

KEWAJIBAN DOKTER

UU No.29 tahun 2004



Pasal 51
d. melakukan pertolongan darurat
atas dasar perikemanusiaan, kecuali
bila ia yakin ada orang lain yang
bertugas dan mampu melakukannya

KEWAJIBAN FASILITAS
KESEHATAN

UU No.36 tahun 2009



Pasal 32
(1) Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan
kesehatan, baik pemerintah maupun swasta,
wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi
penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan
kecacatan terlebih dahulu.
(2) Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan
kesehatan, baik pemerintah maupun swasta
dilarang menolak pasien dan/atau meminta
uang muka.

KEDARURATAN MEDIS PADA


ABORSI

UU No.36 tahun 2009



Pasal 75
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dikecualikan berdasarkan:
indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak
usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa
ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik
berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak
dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut
hidup di luar kandungan; atau
kehamilan akibat perkosaan yang dapat
menyebabkan trauma psikologis bagi korban
perkosaan.

(1) Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat


bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya,
fasilitas, dan pelaksanaan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan berkesinambungan pada bencana.
(2) Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi pelayanan kesehatan pada tanggap
darurat dan pascabencana.
(UU No.36/2009 Pasal 82)

(3) Pemerintah bertanggung jawab


atas pemenuhan kecukupan gizi pada
keluarga miskin dan dalam situasi
darurat.
(UU No.36/2009 Pasal 142)

Pasal 6 UU NO.44/2009 tentang Rumah Sakit


(1) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung
jawab untuk :
h. menjamin pembiayaan pelayanan kegawatdaruratan di
Rumah Sakit akibat bencana dan kejadian luar biasa;

Pasal 29 UU NO.44/2009 tentang Rumah Sakit


(1) Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban :
c. memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan
kemampuan pelayanannya;
f. melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas
pelayanan pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa
uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar
biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan;

dokter dan dokter gigi dalam


menjalankan praktik kedokteran
selain tunduk pada ketentuan
hukum yang berlaku, juga
harus menaati ketentuan kode
etik yang disusun oleh
organisasi profesi dan
didasarkan pada disiplin ilmu
kedokteran atau kedokteran gigi.
(Paragraf 10 Bagian Umum, Penjelasan UU No.29 tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran)

Hubungan kepercayaan antara sang


pengobat dengan pasien
Hubungan

Dokter-Pasien

KESEPAKATAN TERAPEUTIK
Saling percaya mempercayai
(konfidensial) antara dokter-pasien yang
diliputi oleh segala emosi, harapan, &
kekhawatiran makhluk insani
Sifat fundamental dokter yang baik &
bijaksana: sifat ketuhanan,
kemurnian niat, keluhuran budi,
kerendahan hati, kesungguhan
kerja, integritas ilmiah & sosial,

kesejawatan yg tidak diragukan


17

HUBUNGAN

DOKTERPASIEN

DALAM KEADAAN GAWATDARURAT

Tidak berlaku:
Azas volunterisme
(kesepakatan)
Pre-existing relationship

Etika Kedokteran

400 SM

Etika profesi adalah kode etik dokter dan kode etik


dokter gigi yang disusun oleh Ikatan Dokter Indonesia
(IDI) dan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI).
(Penjelasan Pasal 8 huruf f UU No.29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran)

Seperangkat aturan etika khusus sebagai


konsensus semua anggota asosiasi
profesi, yang memuat amar & larangan
yang wajib ditaati dan dilaksanakan oleh
semua anggota asosiasi dalam
menjalankan fungsi dan kegiatan
profesionalnya.
Tiga bagian utama
1. Kewajiban Umum
2. Kewajiban terhadap pasien
3. Kewajiban terhadap diri sendiri dan
sejawat dokter

#KODEKI
Seorang dokter wajib selalu
melakukan pengambilan
keputusan profesional secara
independen, dan mempertahankan
perilaku profesional dalam ukuran
yang tertinggi.
(pasal 2)

dalam melakukan pekerjaannya
seorang dokter tidak boleh
dipengaruhi oleh sesuatu yang
mengakibatkan hilangnya
kebebasan & kemandirian profesi
(pasal 3)

#KODEKI
seorang dokter hanya memberi
surat keterangan dan pendapat
yang telah diperiksa sendiri
kebenarannya (pasal7)
Setiap dokter wajib melakukan
pertolongan darurat sebagai
suatu wujud tugas
perikemanusiaan, kecuali bila
ia yakin ada orang lain
bersedia dan mampu
memberikannya.
(pasal 17)

#KODEKI
setiap dokter memperlakukan
teman sejawat nya
sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan (pasal 18)
setiap dokter harus
senantiasa mengikuti
perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
kedokteran/kesehatan (psl
21)

PENGAWASAN & PEMBINAAN


Institusi
Pelayanan

Komite
Medik

Organisasi
Profesi

Majelis
Etik

Sanksi :
q Ringan
q Sedang
q Berat

Disiplin Kedokteran

Disiplin profesional Dokter


dan Dokter Gigi adalah
ketaatan terhadap aturanaturan dan/atau ketentuan
penerapan keilmuan dalam
pelaksanaan praktik
kedokteran
(Pasal 1 butir 1 Peraturan KKI No.4 tahun 2011)

UU No.24 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran


Pasal 51 , Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai
kewajiban :
memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;
Penjelasan:
Yang dimaksud dengan standar profesi adalah batasan kemampuan (knowledge, skill
and professional attitude) minimal yang harus dikuasai oleh seorang individu untuk
dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri yang dibuat
oleh organisasi profesi.
a.

WHO?

WHERE?

HOW?

SarPras
Standar
Tindakan

SDM

Kredensialing
- Sertifikat Kompetensi
- STR
- Rekomendasi Ijin
Praktik dari OP
- SIP

Tidak
melekat
ke dokter

Kredensialing
- Syarat tempat
- Syarat alat kesehatan
- Syarat obat-obat
- Syarat unit penunjang
(farmasi, lab,dll)

- Rangkaian tindakan
kedokteran
(anamnesis,
PF,PP,Dx,Tx)
- Rekam Medik &
Inform Consent
- Rujukan

Who & Where


UU NO.29 thn 2004 Rg PrakSk
Kedokteran, UU No.44 thn 2009 Rg RS
PERMENKES NO.2052 TAHUN 2011
TTG IJIN PRAKTIK
PERMENKES NO.9 TAHUN 2014 TTG
KLINIK
KMK No.856 thn 2009 tentang
Standar IGD RS
PERMENKES No.75 thn 2014 Rg
PUSKESMAS

How

STANDAR KOMPETENSI DOKTER


IINDONESIA thn 2012
PERMENKES No.1438 thn 2010
tentang STANDAR PELAYANAN
KEDOKTERAN
PERMENKES No.05 thn 2014 Rg
Panduan PrakSk Klinik DPP

PNPK tentang TB, HIV/AID, HepaSSs,


dll

PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK


DALAM PELAYANAN
KEGAWATDARURATAN

Undang-Undang No.29 thn 2004 ttg

Praktik Kedokteran
Pasal 45
(1) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap
pasien harus mendapat persetujuan.
(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien mendapat penjelasan secara lengkap.
(3) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup :
Diagnosis dan tata cara tindakan medis;
Tujuan tindakan medis yang dilakukan;
alternatif tindakan lain dan risikonya;
Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi;dan
Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.
(4) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan baik secara tertulis maupun lisan.
(5) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung risiko tinggi harus diberikan dengan
persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan.

Permenkes 290/2008 tentang


Persetujuan Tindakan Kedokteran
Pasal 4
(1) Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa
pasien dan/atau mencegah kecacatan tidak diperlukan
persetujuan tindakan kedokteran.
(2) Keputusan untuk melakukan tindakan kedokteran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diputuskan oleh dokter
atau dokter gigi dan dicatat di dalam rekam medik.
(3) Dalam hal dilakukannya tindakan kedokteran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dokter atau dokter gigi
wajib memberikan penjelasan sesegera mungkin kepada
pasien setelah pasien sadar atau kepada keluarga terdekat.

Permenkes 290/2008 tentang


Persetujuan Tindakan Kedokteran
Pasal 7
(1) Penjelasan tentang tindakan kedokteran harus
diberikan langsung kepada pasien dan/atau keluarga
terdekat, baik diminta maupun tidak diminta.
(2) Dalam hal pasien adalah anak-anak atau orang yang
tidak sadar, penjelasan diberikan kepada keluarganya
atau yang mengantar.

Permenkes 290/2008 tentang


Persetujuan Tindakan Kedokteran
Pasal 9
(1) Penjelasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 harus diberikan secara
lengkap dengan bahasa yang mudah dimengerti atau cara lain yang bertujuan
untuk mempermudah pemahaman.
(2) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat dan
didokumentasikan dalam berkas rekam medis oleh dokter atau dokter gigi
yang memberikan penjelasan dengan mencantumkan tanggal, waktu, nama,
dan tanda tangan pemberi penjelasan dan penerima penjelasan.
(3) Dalam hal dokter atau dokter gigi menilai bahwa penjelasan tersebut dapat
merugikan kepentingan kesehatan pasien atau pasien menolak diberikan
penjelasan, maka dokter atau dokter gigi dapat memberikan penjelasan
tersebut kepada keluarga terdekat dengan didampingi oleh seorang tenaga
kesehatan lain sebagai saksi.

Penegakan Displin Kedokteran


Majelis Kehormatan &
Disiplin Kedokteran
(MKDKI)

Delik Aduan

Sangsi Disiplin (Pasal 69 ayat 3, UUPK):


1. Pemberian peringatan tertulis
2. Rekomendasi pencabutan STR atau SIP
3. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan
kedokteran

PENCATATAN PADA PELAYANAN


KEGAWATDARURATAN

Pasal 3 ayat (3) Permenkes No.269 thn 2008


Isi RM untuk pasien gawat darurat, sekurang-kurangnya
meliputi:
a. Identitas pasien;
b. Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan;
c. Identitas pengantar pasien;
d. Tanggal dan waktu;
e. Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya
keluhan dan riwayat penyakit;
f. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;
g. Diagnosis;
h. Pengobatan dan/atau tindakan;
i. Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan
pelayanan untuk rencana tindak lanjut;
j. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau
tenaga kesehatan tertentu yang memberikan
pelayanan;
k. Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien
yang akan dipindahkan ke pelayanan kesehatan
lain;
l. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien

Isi RM untuk pasien dalam


keadaan bencana, selain
memuat ketentuan pada Pasal 3
ayat (3) ditambahkan:
a. Jenis bencana dan lokasi
dimana pasien ditemukan;
b. Kategori kegawatan dan
nomor pasien bencana
masal;
c. Identitas yang menemukan
pasien.
(Pasal 3 ayat (4) Permenkes 269/2008)

ASPEK HUKUM DALAM PELAYANAN


KEDARURATAN MEDIK

Good Samaritan Law


A principle of Tort Law that provides that a person who
see another individual in imminent and serious danger
or peril cannot be charged with Negligence if that first
person attempts to aid or rescue the injured party,
provided the attempt is not made recklessly

Pasal 48
Barang siapa melakukan perbuatan karena pengaruh
daya paksa, tidak dipidana.
(Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP)

Keadaan darurat (Noodtoestand) masuk kategori daya


paksa.

Pasal 304
Barang siapa dengan sengaja menempatkan atau

membiarkan seorang dalam keadaan sengsara,

padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena


persetujuan dia wajib memberi kehidupan, perawatan atau
pemeliharaan kepada orang itu, diancam dengan pidana
penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda
paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
(Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP)

Pasal 306
(1) Jika salah satu perbuatan berdasarkan pasal 304 dan
305 mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah
diancamdengan pidana penjara paling lama tujuh tahun
enam bulan.
(2) Jika mengakibatkan kematian pidana penjara paling
lama sembilan tahun.
(Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP)

Pasal 58
(2) Tuntutan ganti rugi (red. PERDATA) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi tenaga
kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan
nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam
keadaan darurat.
(UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan)

Pasal 190
(1) Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang
melakukan praktik atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang
dengan sengaja tidak memberikan pertolongan pertama

terhadap pasien yang dalam keadaan gawat darurat

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) atau Pasal 85 ayat (2)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling
banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
(Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan)

Delik Hukum
PIDANA

PERDATA

KESIMPULAN
Penanganan kegawatdaruratan medis yang sesuai
standar profesi (pertimbangan etik dan disiplin)
tidak dapat dijatuhi sanksi hukum
Dokter atau tenaga kesehatan lain yang melakukan
pembiaran dalam pelayanan kegawatdaruratan
dapat dikenakan sanksi hukum

Salus Aegroti Suprema Lex Est


Keselamatan pasien adalah hukum utama

Terima kasih

Vous aimerez peut-être aussi