Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
EXO CHRISTIE
RIO ANDESKA
ROZI HERLIN GUSTIAN
I PUTU VEBLY ARGIANTARA
FEBRINA RAREA
FEBRIANA AGUSTINA NAHAK
HENI PEBRIA KORINA
FRANSISKA SOHAT
INTAN PERMATASARI PUA GENO
FRISKA DEWI SUDARMA
FRITHA CONSTANTINA
1. Pendahuluan
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang mencakup
pelayanan bio-psiko-sosio dan spiritual yang komprehensif serta ditujukan kepada individu,
keluarga serta masyarakat baik yang sakit maupun yang sehat, keperawatan pada dasarnya
adalah human science and human care and caring menyangkut upaya memperlakukan klien
secara manusiawi dan utuh sebagai manusia yang berbeda dari manusia lainnya dan kita
ketahui manusia terdiri dari berbagai sistem yang saling menunjang, di antara sistem tersebut
adalah sistem neurobehavior (Potter & Perry, 2006).
Susunan tulang pada manusia terdiri dari berbagai macam tulang di antaranya tulang
vertebra (servikal, torakal, lumbal, sakral, koksigis). Tulang servikalis terdiri dari 7 tulang
yaitu C1 atau atlas, C2 atau axis, C3, C4, C5, C6 dan C7. Apabila cidera pada bagain servikal
akan mengakibatkan terjadinya trauma servikal.di mana trauma servikal merupakan keadaan
cidera pada tulang bekalang servikal dan medulla spinalis yang disebabkan oleh dislokasi,
sublukasi atau frakutur vertebra servikalisdan di tandai kompresi pada medulla spinal daerah
servikal (Muttaqin, 2011).
Trauma medula spinalis terjadi pada 30.000 pasien setiap tahun di Amerika serikat.
Insidensi pada negera berkembang berkisar antara 11,5 hingga 53,4 kasus dalam 1.000.000
populasi. Umumnya terjadi pada remaja dan dewasa muda.2 Penyebab tersering adalah
kecelakaan lalu lintas (50%), jatuh (25%) dan cedera yang berhubungan dengan olahraga
(10%). Sisanya akibat kekerasan dan kecelakaan kerja. Hampir 40%-50% trauma medulla
spinalis mengakibatkan defisit neurologis, sering menimbulkan gejala yang berat, dan
terkadang menimbulkan kematian. Walaupun insidens pertahun relatif rendah, tapi biaya
perawatan dan rehabilitasi untuk cedera medulla spinalis sangat besar, yaitu sekitar US$
1.000.000 / pasien. Angka mortalitas diperkirakan 48% dalam 24 jam pertama, dan lebih
kurang 80% meninggal di tempat kejadian (Emma, 2011).
Di Indonesia kecelakaan merupakan penyebab kematian ke empat, setelah penyakit
jantung, kanker, dan stroke, tercatat 50 meningkat per 100.000 populasi tiap tahun, 3%
penyebab kematian ini karena trauma langsung medulla spinalis, 2% karena multiple trauma.
Insiden trauma pada laki-laki 5 kali lebih besar dari perempuan. Ducker dan Perrot
melaporkan 40% spinal cord injury disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, 20% jatuh, 40%
luka tembak, sport, kecelakaan kerja. Lokasi fraktur atau fraktur dislokasi cervical paling
sering pada C2 diikuti dengan C5 dan C6 terutama pada usia dekade 3 (Emma, 2011).
trauma servikal.
Mahasiswa mampu
merumuskan
diagnosa
keperawatan
dalam
asuhan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditentukan sesuai dengan jenis dan
luasnya (Smeltzer dan Bare, 2007).
Trauma servikal adalah suatu keadaan cedera pada tulang belakang servikal dan
medulla spinalis yang disebabkan oleh dislokasi, subluksasi, atau fraktur vertebra
servikalis dan ditandai dengan kompresi pada medula spinalis daerh servikal. Dislokasi
servikal adalah lepasnya salah satu struktur dari tulang servikal. Subluksasi servikal
merupakan kondisi sebagian dari tulang servikal lepas. Fraktur servikal adalah
terputusnya hubungan dari badan tulang vertebra servikalis (Muttaqin, 2011).
Cedera tulang belakang adalah cedera mengenai cervicalis, vertebralis dan lumbalis
akibat trauma ; jatuh dari ketinggian, kecelakakan lalu lintas, kecelakakan olah raga dsb
(Sjamsuhidayat, 2005).
2.2 KLASIFIKASI
Cedera servikal dapat digolongkan menjadi :
1. Cedera fleksi
Fraktur kompresi : disebabkan karena fleksi yang tiba-tiba.
Fraktur fleksi teardrop : melibatkan seluruh columna ruang interspinosus melebar
dan dapat menyebabkan cedera medulla spinalis.
Subluksasi anterior : kompleks ligamentum superior mengalami ruptur sedangkan
ligamentum anterior tetap utuh.
Dislokasi faset bilateral : disebabkan fleksi yang berlebihan
Fraktur karena dorongan : terjadi karena fleksi leher yang tiba-tiba selain itu bisa juga
terjadi karena fraktur langsung di prosesus spinosus, trauma oksipital, tarikan yang
sangat kuat di ligamentum supraspinosus.
2. Cedera Fleksi-rotasi
Dislokasi faset unilateral : terjadi saat fleksi bersamaan dengan rotasi sehingga
ligamentum dan kapsul teregang maksimal. Dislokasi kedepan pada vertebra di atas
dengan atau tanpa di sertai kerusakan tulang.
Tipe I dan II : fraktur stabil karena terjadi pada arkus anterior dan posterior.
Menurut Pearce, (2009) Vertebra dikelompokkan dan dinamai sesuai dengan daerah
yang ditempatinya yaitu sebagai berikut :
1. Tujuh vertebra servikal atau ruas tulang bagian leher membentuk daerah
tengkuk.
2. Dua belas vertebra torakalis atau ruas tulang punggung membentuk bagian
belakang torax atau dada.
3. Lima vertebra lumbalis atau ruas tulang pinggang membentuk daerah lumbal
atau pinggang.
4. Lima vertebra sakralis atau ruas tulang kelangkang membentuk sakrum atau
tulang kelangkang.
5. Empat vertebra kosigeus atau ruas tulang tungging membentuk tulang
koksigeus atau tulang tungging.
Pada tulang leher, punggung dan pinggang ruasnya tetap tinggal jelas terpisah selama
hidup dan disebut ruas yang dapat bergerak. Ruas pada dua daerah bawah, sakrum dan
koksigeus, pada masa dewasa bersatu membentuk dua tulang. Ini disebut ruas tak
bergerak (Pearce, 2009).Dengan perkecualian dua ruas pertama dari tulang leher maka
semua ruas yang dapat bergerak memiliki ciri khas yang sama. Seperti vertebra terdiri
atas dua bagian, yaitu anterior di sebut badan vertebra dan yang posterior disebut arkus
neuralis yang melingkari kanalis neuralis (foramen vertebra atau saluran sumsum tulang
belakang) yang dilalui sumsum tulang belakang (Syafuddin, 2009).
Vertebra Servikalis atau ruas tulang leher adalah yang paling kecil. Kecuali yang
pertama dan kedua, yang berbentuk istimewa maka ruas tulang leher pada umumnya
mempunyai ciri yang berikut: badannya kecil dan persegi panjang, lebih panjang dari
samping ke samping daripada dari depan ke belakang. Lengkungnya besar. Prosesus
spinosus atau taju duri di ujung memecah dua atau bifida. Prosesus transversusnya atau
taju sayap berlubang karena banyak foramina untuk lewatnya arteri vertebralis
(Syafuddin, 2009).
Vertebra servikalis ketujuh adalah ruas yang pertama yang mempunyai prosesus
spinosus tidak terbelah. Prosesus ini mempunyai tuberkel (benjolan) pada ujngnya.
Membentuk gambaran yang jelas di tengkuk dan tampak pada bagian bawah tengkuk.
Karena iri khususnya ini maka tulang ini disebut vertebra prominens (Syafuddin, 2009).
Saraf servikal sangat penting untuk sensasi dan kontrol motorik, dan kerusakan
kepada mereka disebabkan oleh penyakit atau cedera tulang belakang dapat
menyebabkan hilangnya sebagian atau seluruh perasaan dan mobilitas pada tubuh bagian
atas. Hal ini juga dapat mempengaruhi sistem saraf otonom dalam batang tubuh,
sehingga masalah dengan pencernaan, pernapasan, dan kontrol usus dan kandung kemih.
Cedera pada tulang bagian atas pada umumnya menyebabkan gangguan yang lebih besar
dari cedera pada tulang belakang yang lebih rendah, dan kerusakan cukup untuk saraf
yang lebih tinggi dapat mengakibatkan quadriplegia total kehilangan penggunaan
semua anggota badan dan batang tubuh. Pentingnya diafragma thoraks ke respirasi
berarti bahwa seseorang tidak bisa lagi bernapas secara mandiri jika tulang belakang
terputus di atas C3, meskipun ia dapat tetap hidup dengan respirator.
C1 hanya berupa cincin tulang yang terdiri atas arcus anterior yang tebal dan arcus
posterior yang tipis, serta masa lateralis pada masing-masing sisinya. Tulang ini
berartikulasi dengan kondilus occipitalis membentuk articulatio atlanto-occipitalis,
tempat berlangsungnya gerakan mengangguk. Dibawah, tulang ini beratikulasi dengan
C2, membentuk articulasio atlanto-axialis, tempat berlangsungnya gerakan memutar
kepala. Ketika cidera terjadi fraktur tunggal atau multiple pada cincin C1 dan dislokasi
atlanto-occipitalis sehingga menyebabkan ketidakmampuan menggerakkan kepala dan
kerusakan pada batang otak. Cedera pada C1 dan C2 menyebabkan ventilasi spontan
tidak efektif.
Pada C3-C5 dapat terjadi kerusakan nervus frenikus sehingga dapat terjadi hilangnya
inervasi otot pernafasan aksesori dan otot interkostal yang dapat menyebabkan
komplience paru menurun.
Pada C4-C7 dapat terjadi kerusakan tulang sehingga terjadi penjepitan medula
spinalis oleh ligamentum flavum di posterior dan kompresi osteosif/material diskus dari
anterior yang bisa menyebabkan nekrosis dan menstimulasi pelepasan mediator kimia
yang menyebabkan kerusakan myelin dan akson, sehingga terjadi gangguan sensorik
motorik. Lesi pada C5-C7 dapat mempengaruhi intercostal, parasternal, scalenus, otot2
abdominal. Intak pada diafragma, otot trapezius, dan sebagian pectoralis mayor.
Cedera pada tulang servikal dapat menimbulkan lesi atau cedera pada medulla spinalis
yang dapat terjadi beberapa menit setelah adanya benturan keras mengenai medulla
spinalis. Saat ini, secara histologis medulla spinalis masih normal. Dalam waktu 24-48
jam kemudian terjadi nekrosis fokal dan inflamasi. Pada waktu cedera terjadi disrupsi
mekanik akson dan neuron. Ini disebut cedera neural primer. Disamping itu juga terjadi
perubahan fisiologis dan patologis progresif akibat cedera neural sekunder.
2.4 ETIOLOGI
Menurut Sachdeva dalam Jitowiyono, dkk (2010), penyebab fraktur dapat dibagi
menjadi 3 yaitu :
1. Cedera Traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh:
a. Cedera langsung berarti pukulan atau kekerasan langsung terhadap tulang
sehingga tulang patah secara spontan ditempat itu. Pemukulan biasanya
menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kuylit diatasnya.
b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan.
c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.
2. Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor
dapat mengakibatkan fraktur, dapat juga terjadi pada berbagai keadaan sebabai
berikut:
a. Tumor tulang (jinak atau ganas), pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali
dan progresif.
b. Infeksi seperti osteomielitis, dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat
timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.
c. Rakhitis, suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh difisiensi vitamin D yang
mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh difisiensi
diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi vitamin D atau
oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.
3. Secara Spontan
Disebabkan oleh stress tulang yang terus-menerus misalnya pada penyakit polio dan
orang yang bertugas di kemiliteran.
2.5 PATOFISIOLOGI
Secara spontan
Trauma
Kondisi patologis
fraktur
Fraktur terbuka
Pre operasi
Kontak
dengan
udara
Risiko
infeksi
Laserasi
kulit
Putusnya
vena/arter
i
Kerusak
an
integrit
as kulit
perdarah
an
Fraktur
tertutup
Kerusakan fragmen
tulang
Kehilangan volume
cairan aktif
krepitasi
Perubahan jaringan
sekitar
Spasme otot
Peningkata
n tekanan
kapiler
Kekurangan
Volume Cairan
Perubahan
kontur
Deformit
as
Intra operasi
Pelepasan
histamin
Nyeri akut
Ggn fungsi
ekstremitas
Hambatan
mobilitas fisik
Rusaknya periosteum
& pembuluh darah
Perdarahan dan
kerusakan jaringan
hematoma
Edema
Penekanan
pembuluh
darah
Risiko
ketidakefektifan
perfusi jaringan
Perfusi jaringan
Post operasi
Mobilisasi terganggu
Luka insisi
sisi
Feses keras
Media berkembang mikroorganisme
Konstipasi
afferent
Medula spinalis
Risiko infeksi
thalamus
Kortek serebri
efferent
Nyeri akut
nyeri
Menentukan loksi dan jenis cedera tulang (fraktur, disloksi) untuk kesejajaran, reduksi
setelah dilakukan traksi atau operasi.
2. CT scan
Menentukan tempat luka/jejas, mengevaluasi gangguan struktural.
3. MRI
Mengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal, edema dan kompresi.
4. Mielografi
Untuk memperlihatkan kolumna spinalis (kanal vertebral) jika faktor patologisnya
tidak jelas atau di curigai adanya oklusi pada ruang subarakhnoid medulla spinalis.
5. Foto rontgen torak
Memperlihatkan keadaan paru (contohnya: perubahan pada diagfragma,
anterlektasis).
6. GDA
Menunjukkan keefektifan pertukaran gas atau upaya ventilasi.
2.8 PENATALAKSANAAN
Menurut ENA, (2000) penatalaksanaan pada pasien truama servikal yaitu :
1. Mempertahankan ABC (Airway, Breathing, Circulation)
2. Mengatur posisi kepala dan leher untuk mendukung airway : headtil, chin lip, jaw
thrust.
Jangan
memutar
atau
menarik
leher
ke
belakang
(hiperekstensi),
19. Memberikan obat-obatan untuk menjaga, melindungi dan memulihkan spinal cord :
steroid dengan dosis tinggi diberikan dalam periode lebih dari 24 jam, dimulai dari 8
jam setelah kejadian.
a. Memantau status neurologi pasien untuk mengetahui tingkat kesadaran pasien.
b. Memasang NGT untuk mencegah distensi lambung dan kemungkinan aspirasi jika
c.
d.
e.
f.
ada indikasi.
Memasang kateter urin untuk pengosongan kandung kemih.
Mengubah posisi pasien untuk menghindari terjadinya dekubitus.
Memepersiapkan pasien ke pusat SCI (jika diperlukan).
Mengupayakan pemenuhan kebutuhan pasien yang teridentifikasi secara konsisten
B1 (Breathing)
B2 ( Blood )
B3 ( Brain )
B4 ( Blader )
B5 ( Bowel )
B6 ( Bone )
Psikososial
usus menurun.
: kelemahan ke empat anggota gerak(Quadriplegia)
: menyangkal, tidak percaya, sedih dan marah, takut cemas,
gelisah dan menarik diri.
paha sebelah X
Klien mengatakan
Masalah Keperawatan
Ketidakefektifan pola napas
Nyeri akut
Krepitasi
skala
nyeri 7
Pelepasan histamin
Do :
kesakitan
TD : 130/90
RR : 22
Nadi : 120x/menit
Ds :
Klien mengatakan haus, lemas
Nyeri akut
Agen cidera fisik
Fraktur terbuka
Data
Do :
Etiologi
Putusnya vena atau arteri
Perdarahan
Kehilangan volume cairan
aktif
Kekurangan cairan
Kehilangan cairan aktif:
hilangnya darah dari luka
terbuka, kerusakan vaskuler
dan cedera pada pembuluh
darah
Masalah Keperawatan
Data
DS:
Klien
mengatakan
kakinya
Etiologi
Rusaknya periosteum dan
Masalah Keperawatan
Resiko ketidakefektifan
pembuluh darah
jaringan
rasa
di
daerah
yang
fraktur.
perifer.
Perdarahan dan kerusakan
jaringan
DO:
Edema (+)
Daerah
sekitar
mengalami kemerahan
CRT >3 detik
Hematoma
trauma
Edema
Penekanan pembuluh darah
Perfusi jaringan
Risiko ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer
Penurunan/interupsi aliran
darah. Cedera vaskuler
langsung, edema berlebihan
atau pembentukan trombus,
hipovolemia.
DS:
Perubahan kontur
digerakkan
Deformitas
DO:
dibantu
Gangguan fungsi
ekstremitas
ketika
DS:
DO:
Data
Adanya fraktur terbuka
Akumulasi
ekskresi/sekret
mobilitas fisik
Turgor kulit buruk
Terdapat jaringan nekrotik
Etiologi
Laserasi pada kulit
Masalah Keperawatan
struktur tulang.
Terputusnya kontinuitas
jaringan
Resiko infeksi
pemajanan patogen
DO:
Port dentry
Luka/kerusakan kulit
Adanya prosedur invasif yang
dijalani
mikroorganisme
Media berkembang
mikroorganisme
Risiko infeksi
DS:
Post operasi
nyeri akut
Mobilitas terganggu
DO:
dirasakan klien
klien nampak dekil dan
yang
kurang terawat
DS:
Klien
terasa penuh
Klien mengatakan
mengatakan
Mobilisasi terganggu
anus
Gangguan motilitas usus
tidak
Peningkatan penyerapan
Konstipasi
Data
DO:
Etiologi
H2o dan elektrolit
Masalah Keperawatan
3. Diagnosa keperawatan
a) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelumpuhan otot diafragma
b) Nyeri akut berhubungan dengan Agen cidera fisik : fraktur tulang, spasme otot,
kerusakan jaringan lunak.
c) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif: hilangnya
darah dari luka terbuka, kerusakan vaskuler dan cedera pada pembuluh darah
d) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi, perubahan status cairan
e) Imobilitas fisik berhubungan dengan Kerusakan integritas struktur tulang.
f) Konstipasi berhubungan dengan Kurang aktivitas fisik, penurunan motilitas traktus
gasrtointestinal
g) Defisit perawatan diri berhubungan dengan nyeri dan gangguan muskuluskeletal
h) Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan
Penurunan/interupsi aliran darah. Cedera vaskuler langsung, edema berlebihan atau
pembentukan trombus, hipovolemia.
i) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan Prosedur invasive
N 6.
Diagnosa
7.
Rencana Tindakan Keperawatan
10.
Tujuan
11.
Keperawatan
1 14.
Pola napas tidak
15. Setelah dilakukan tindakan
1.
efektif
berhubungan
keperaawatan selama 3x24
dengan
kelumpuhan
jam, pola nafas klien akan
2.
otot diafragma
efektif, dengan criteria hasil:
16. ventilasi adekuat, PaO2 >
80, PaCo2 < 45, rr = 16-20
3.
x/mt, tanda sianosis
17.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Intervensi
12.
Rasional
Pertahankan jalan nafas; posisi
1. Pasien dengan cedera
kepala tanpa gerak.
cervicalis
akan
Lakukan penghisapan lendir bila
membutuhkan
perlu, catat jumlah, jenis dan
bantuan
untuk
karakteristik sekret.
mencegah
aspirasi/
Kaji
fungsi
pernapasan.
mempertahankan
Rasional : trauma pada C5-6
jalan nafas.
2.
Jika
batuk
tidak
menyebabkan hilangnya fungsi
efektif, penghisapan
pernapasan secara partial, karena
dibutuhkan
untuk
otot
pernapasan
mengalami
mengeluarkan sekret,
kelumpuhan.
dan
mengurangi
Auskultasi
suara
napas.
resiko
infeksi
Observasi warna kulit.
pernapasan.
Kaji distensi perut dan spasme
3. Hipoventilasi
otot.
biasanya terjadi atau
Anjurkan pasien untuk minum
menyebabkan
minimal 2000 cc/hari..
akumulasi sekret yang
Lakukan pengukuran kapasitas
berakibat pnemonia.
vital, volume tidal dan kekuatan
4. Menggambarkan
pernapasan.
adanya
kegagalan
Pantau analisa gas darah. Berikan
pernapasan
yang
oksigen dengan cara yang tepat :
memerlukan tindakan
metode dipilih sesuai dengan
segera
keadaan isufisiensi pernapasan.
5. Kelainan penuh pada
Lakukan fisioterapi nafas.
19.
perut
disebabkan
karena kelumpuhan
diafragma
6. Membantu
mengencerkan sekret,
meningkatkan
mobilisasi
sekret
sebagai ekspektoran
7. Menentukan fungsi
otot-otot pernapasan.
Pengkajian
terus
menerus
untuk
mendeteksi
adanya
kegagalan
pernapasan.
8. Untuk
mengetahui
adanya
kelainan
fungsi pertukaran gas
sebagai contoh :
hiperventilasi PaO2
rendah dan PaCO2
meningkat.
9. Mencegah
sekret
tertahan
18.
dan 1. Tingkat intensitas dan
frekuensi
kualitas nyeri.
menunjukan
21.
fisik
: dengan kriteria hasil:
setiap jam
2. Peningkatan TTV dapat
- klien menyatakan nyeri 3.Berikan rasa nyaman lingkungan
fraktur
meningkatkan kualitas dari
4.Jelaskan pada klien faktor-faktor yang
tulang,
berkurang
nyeri yang muncul
spasme otot,
- menyatakan
tindakan
meningkatkan kualitas nyeri
3. Distraksi pada klien akan
5.Lakukan kolaborasi dengan tim medis
kerusakan
relaksasi,
mampu
meningkatkan rasa tenang
jaringan
dalam pemberian analgesik
berpartisipasi
dalam
lunak.
dan nyaman dan sekaligus
aktivitas/tidur.
mengaihkan nyeri yang
ada
4. Memberikan pengetahuan
akan hal-hal yang dapat
penyebab nyeri meningkat
akan membuka wawasan
klien tentang managemen
nyeri.
5. Merupakan
dependent
Dimana
tindakan
perawat.
analgesik
24. Kekurangan
volume
cairan
berhubunga
n
dengan
26.
stimulasi nyeri
Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau ulang TTV setiap jam atau 1. Takikardi, dispnea
kekurangan
volume
bahkan
sesering
mungkin
sesuai
hipotensi
tanda-tanda
cairan
dan
mengindikasi
kekurangan
dan
25.
kehilangan
hasil :
yang tipis
ketidakseimbangan
3. Jelaskan
kepada
klien
alasan
cairan aktif: - Volume cairan tetap adekuat
elektrolit.
Klien
memiliki
turgor
kulit
elastis
hilangnya
kehilangan cairan dan ajarkan klien 2. Mencegah
vasodilatasi,
darah dari
dan mukosa bibir lembab
untuk memantau volume cairan tiao
terkumpulnya darah di
luka
harinya (dengan cara menimbang
ekstremitas
dan
terbuka,
kerusakan
berat badan dan juga memantau
berkurangnya
darah
vaskuler dan
haluaran dan asupan cairan)
sirkulasi.
cedera pada
4. Jika
diperlukan
kolaborasikan 3. Mendorong keterlibatan
pembuluh
pemberian darah atau produk darah
klien dalam perawatan
darah
atau plasma
personal.
4. Mengganti cairan dan
kehilangan
darah
serta
mempermudah
27.
28. Kerusakan
integritas
kulit
berhubunga
n
dengan
imobilisasi,
perubahan
status cairan
29.
30.
pergerakan
cairan
kedalam
ruang
intravaskuler
Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji ulang kulit dan identifikasi pada 1. Mengetahui
perkembangan
tingkat
luka
diharapkan dapat
mempermudah
dalam
31.
Mencapai
penyembuhan
bau serta jumlah dan tipe cairan luka
melakukan tindakan yang
luka pada waktu yang sesuai. 3. Pantau ualng peningkatan suhu tubuh
tepat.
Dengan kriteria hasil: tidak ada
setiap 15 menit
2. Mengidentifikasi tingkat
tanda-tanda infeksi seperti pus, 4. Berikan perawatan luka dengan
keparahan
akan
luka bersih, tidak lembab dan tidak
teknik aseptik.
5. Jika
pemulihan
tidak
terjadi,
mempermudah intervensi
3. Suhu
tubuh
yang
meningkat
dapat
diidentifikasi
sebagai
proses peradangan
4. Teknik aseptik membantu
mempercepat
penyembuhan luka dan
mencegah
terjadinya
infeksi
5. Agar benda asing atau
jaringan yang terinfeksi
tidak menyebar luas pada
area kulit normal lainnya.
6. Antibiotik
berfungsi
untuk
mematikan
mikroorganisme pathogen
pada
32.
33. Imobilitas
fisik
berhubunga
n
dengan
Kerusakan
34.
daerah
terinfeksi.
Setelah dilakukan tindakan 1.Kaji ulang tingkat kemampuan mobilitas 1. Mengetahui
dapat
memperbaiki
fisik
2.Pantau cara berjalan pasien. Apakah
kemempuan
yang
tingkat
mobilitas
pasien
benar-benar aman.
2. Mengurangi stress yang
mobilitas fisik normal. Dengan
3.Bantu pasien melakukan aktivitas selama
berlebihan pada tulang.
integritas
struktur
tulang.
kriteria hasil:
pasien mengalami 0ketidaknyamanan 3. Menambah kemampuan
35.
Klien mampu melakukan 4.Tinggikan ekstermitas yang bengkak,
klien dalam melakukan
pergerakan dan pemindahan.
anjurkan
latihan
ROM
sesuai
aktivitas.
kemampuan.
4. Untuk
memperlancar
5.Anjurkan pasien berpartisipasi dalam
peredaran darah sehingga
aktivitas sesuai kemampuan
mengurangi
6.Anjurkan menggunakan alat bantu saat
pembengkakan.
pasca operasi sebagai tongkat
5. Untuk
mencegah
36.
kekakuan sendi
6. Mempertahankan
posisi
tulang
38.
39. Defisit
perawatan
diri
berhubunga
n
dengan
nyeri
dan
gangguan
muskuluskel
etal
40.
sampai
terjadi
penulangan.
37.
Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau ulang pelaksanaan mandi dan 1. Mengetahui kualitas dari
higyne klien
2. Bantu klien saat mandi tiap harinya
diharapkan:
3. Berikan privasi klien saat mandi
- Kebutuhan perawatan diri klien
4. Ajar klien tentang langkah-langkah
terpenuhi
mandi atau hygine
- Komplikasi dapat dihindari
bahkan diminimalkan
intervensi
berikutnya
2. Mendorong kemandirin
dan juga kepercayaan
diri
3. Memberikan
privasi
4. Meningkatkan
kemudahan klien untuk
mandi
7.
41. Konstipasi
berhubunga
n
dengan
Kurang
aktivitas
fisik,
penurunan
motilitas
traktus
gasrtointesti
nal
42.
diharapkan
konstipasi
dapat
kondisi
dan
rencana penanganan
51. 2. Asupan cairan tidak
pada
Pantau
ulang
frekuensi
adekuat
memyebabkan
dapat
menstimulasi peristaltik
dan
keinginan
untuk
defekasi.
54. 5. Makanan tinggi serat
menyuplai bulk untuk
menciptakan
yang
eliminasi
normal
dan
Untuk
pasien
mengkonsumsi makanan
yang
56.
8
62.
57. Risiko
ketidakefekt
ifan perfusi
jaringan
perifer
berhubunga
n
dengan
Penurunan/i
nterupsi
aliran darah.
Cedera
vaskuler
langsung,
edema
berlebihan
atau
pembentuka
n trombus,
hipovolemia
.
63. Risiko
infeksi
berhubunga
n
dengan
Prosedur
invasive
58.
tidak
diperbolehkan.
Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau status neurovaskuler, warna 1. Parestesi pada
dapat
yang
akan
bagian
dioprasi,
memelihara
65.
64.
- Klien
mempertahankan
segera.
2. Mencegah
persebaran
perlunya
menghentikan
atau
mengganti
antibiotik.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
terapi
Nama :
Tn. AS
Tanggal Lahir :
02 september 1990
Jenis Kelamin :
Laki-laki
Agama :
Islam
Suku Bangsa :
Sunda
Pendidikan
:
SLTA
Pekerjaan
:
Belum bekerja
Status Perkawinan
:
Belum menikah
Alamat:
Krajan RT 11 RW 06, Salamjaya,
Pondoksalam Kab.
Tanggal Masuk RS
Tanggal Pengkajian
No. Medrec :
Diagnosa Medis
Purwakarta
:
03 September 2015
:
07 September 2015
1468889
:
Spinal Shock at Level
99.
B. Riwayat Kesehatan Klien
1. Keluhan Utama
100.
tusuk, nyeri dirasakan selama 1 menit dan tidak menyebar, dengan skala nyeri 6
(0-10 Numeric Scale), nyeri paling dirasakan saat diberikan rangsangan, dan
berkurang bila klien dalam keadaan istirahat.
101.
102.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
103.
Klien mengatakan 1 minggu sebelum masuk rumah
sakit klien merasa nyeri pada bagian leher dan punggung, hingga akhirnya klien
datang ke RSHS dan dirawat inap di ruangan Orthopedi Kemuning lantai 4. Pada
saat pengkajian 07 September 2015, jam 09.30 wib klien mengeluh nyeri, nyeri
dirasakan seperti tertusuk-tusuk, nyeri dirasakan selama 1 menit dan tidak
menyebar, dengan skala nyeri 6 (0-10 Numeric Scale), nyeri paling dirasakan saat
diberikan rangsangan, dan berkurang bila klien dalam keadaan istirahat.
104.
3. Riwayat Penyakit Masa Lalu
105.
Klien mengatakan 2 bulan sebelum masuk rumah sakit
klien mengalami kecelakaan kendaraan bermotor. Klien di tabrak mobil dari arah
belakang sehingga klien terlempar ke arah depan dengan kepala yang terlebih
dahulu membentur aspal. Klien sempat dirawat di RS Bayu Asih Purwakarta
selama 2 minggu, kemudian klien dibawa kerumah selama 1 minggu, karena tidak
ada perubahan status kesehatan klien akhirnya rawat jalan di poli Orthopedi RSHS
selama 4 hari hingga kemudian akhirnya dirujuk untuk rawat inap di ruangan
Orthopedi Kemuning lantai 4 RSHS..
106.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
107.
Ibu klien mengatakan di dalam keluarga tidak riwayat
penyakit keturunan seperti DM, Jantung/Hipertensi, Ashma, dan Kanker tulang.
108.
C. Pola Aktivitas Sehari-hari
109. 110.
No
113. 114.
1.
111.
Jenis Aktivitas
Makan
Jenis makanan
116.
117.
Sebelum Sakit
124.
125.
Nasi,
daging, sayur
126.
127.
3 x sehari
1
porsi
118.
Frekuensi
Jumlah makanan
119.
120.
Bentuk makanan
Makanan pantangan
Gangguan/keluhan
121.
112.
ikan,
Selama Sakit
129.
130.
Nasi
bubur,
pisang, daging
ayam,
sayur,
pudding, burjo
3 x sehari
porsi
dihabiskan/ 3
dihabiskan/ 3 x
x frekuensi
Padat
Telur
Tidak
ada
frekuensi
Lembek
Telur
Tidak
masalah
masalah
128.
131.
kopi
8 x sehari
2000 ml
Tidak
ada
ada
Air putih
132.
9 x sehari
2500 ml
Tidak
ada
masalah
masalah
143.
144.
2 x sehari
Padat, kuning
Khas
Tidak
ada
2 hari sekali
Padat, kuning
Khas
Tidak
ada
masalah
141.
4-5 x sehari
masalah
145.
Terpasang
142.
1000 cc
Kuning jernih
Amoniak
Tidak
ada
kateter
1500 cc
Kuning jernih
Amoniak
Resiko infeksi
122.
133. 134.
2.
Minum
Jenis minuman
123.
Frekuensi
Jumlah minuman
Gangguan/keluhan
Pola Eliminasi
135.
BAB
Frekuensi
Konsistensi dan warna
Bau
Gangguan/keluhan
136.
137.
BAK
Frekuensi
138.
139.
140.
masalah
146. 147.
3.
Jumlah
Konsistensi dan warna
Bau
Gangguan/keluhan
152.
Pola istirahat/tidur
Siang (waktu,
kualitas,
gangguan
lama,
Tidur
pada
pukul
14.00
siang, lama 2
jam, tidak ada
masalah tidur
153.
154.
155.
Tidur
151.
156.
Tidur
pada
pukul
12.00,
lama selama 4
jam
tidur
nyenyak, tidak
ada
gangguan
tidur
157.
pukul
01.00 dan
bangun
Tidur
jam
tidak
ada
Malam
lama,
pukul
gangguan
gangguan
07.00,
tidur, tidur
(waktu,
kualitas,
tidak
ada
pukul
gangguan
22.00
tidur
bangun
pukul
05.00
158. 159.
4.
Personal Hygine
Mandi
160.
Cuci rambut
161.
Gosok gigi
162.
Ganti pakaian
163.
Gunting kuku
164.
165.
184. 185.
5.
173.
174.
hari
175.
Gangguan/masalah
194. 195.
166.
167.
186.
187.
190.
191.
Mandiri/berjalan kaki
188.
06.00-18.30 wib
189.
193.
Tidak ada
Hambatan
196.
fisik
199.
mobilitas
6.
Kebiasan lain
Merokok
Alkohol
197.
200.
Merokok
198.
Tidak pernah
201.
Tidak pernah
Tidak pernah
202.
203.
204.
205.
D. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
206.
Tingkat kesadaran :
Kualitatif
: Compos Mentis
Kuantitatif
: GCS 15 (E4 V5 M6)
2. Tanda-tanda vital
TD
: 120/80 mmHg
S
: 36.50C
N
: 80 x/menit
RR
: 20 x/menit
Skala nyeri 6 (0-10 Numeric Scale)
TB
: 180 cm
BB
: 65 Kg
207.
3. Pemeriksaan fisik persistem
a. System Respirasi
208.
Bentuk hidung simetris, polip (-), secret (-), pernapasan
cuping hidung (-), penggunaan otot bantu napas (-), peningkatan frekuensi
napas (-), bentuk dada simetris, retraksi dinding dada (-), perkusi paru sonor,
bunyi napas vesikuler, bunyi napas tambahan (-).
b. System Kardiovaskuler
209.
Konjungtiva merah muda, mukosa bibir lembeb,
temperature hangat, CRT < 2 detik, nadi 80x/menit irama regular dan kuat,
edema (-), perkusi jantung redup, tekanan darah 120/80 mmHg, bunyi jantug
S1 S2, bunyi jantung tambahan (-).
c. System Persyarafan
Tingkat kesadaran : Compos Mentis
Fungsi serebral : ekspresi wajah tenang, kesulitan berbicara (-)
Pengkajian saraf kranial
1. Saraf I
: tidak ada kelainan pada fungsi penciuman
2. Saraf II
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Saraf
Saraf
Saraf
Saraf
Saraf
Saraf
III, IV, VI
V
VII
VIII
IX, X
XI
:
:
:
:
:
:
lapang pandang
pergerakan bola mata normal
mengunyah (+).
wajah simetris
pendengaran normal
tidak ada gangguan menelan
tidak mampu menggerakan kepala ke kiri dan
ke kanan
: tidak terjadi deviasi lidah
9. Saraf XII
d. System Urinaria
210.
urin (-)
e. System Pencernaan
211.
terbatas,
kemampuan
memenuhi
Dengan pengkajian 5P
: Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk
: Warna kemerahan 50% di daerah sekitar decubitus, pus
219.
E. Data Psiko-Sosial-Spiritual
1. Data Psikologis
a. Ideal diri
220.
231.
232.
233.
234.
Pemeriksaan
235.
Hasil
309.
310.
311.
Nilai Rujukan
388.
389.
390.
Satuan
466.
467.
468.
<140
391.
392.
393.
394.
Mg/dl
469.
470.
471.
472.
Interpretasi
545.
546.
547.
548.
549.
550.
551.
552.
Tanggal 04//09/2015
1. KIMIA KLINIK
236.
86
312.
Glukosa
Darah
313.
Puasa
314.
2. HEMATOLOGI 315.
237.
316.
Hematologi
Parameter
238.
Hemoglobin
239.
240.
241.
242.
243.
244.
245.
246.
247.
248.
Hematokrit
249.
250.
251.
252.
253.
254.
255.
Eritrosit
256.
Lekosit
257.
258.
259.
260.
261.
262.
263.
264.
265.
266.
267.
Trombosit
268.
269.
270.
Index Eritrosit
271.
MCV
272.
395.
473.
Penurunan nilai
13.5-17.5
396.
397.
398.
399.
400.
401.
402.
403.
404.
405.
g/dL
474.
475.
476.
477.
478.
479.
480.
481.
482.
483.
Hb dapat terjadi
30
327.
328.
329.
330.
331.
332.
333.
40-52
406.
407.
408.
409.
410.
411.
412.
%
484.
485.
486.
487.
488.
489.
490.
4.41
334.
4.5-6.5
413.
Juta/u
11.300
335.
336.
337.
338.
339.
340.
341.
342.
343.
344.
345.
4400-11300
414.
415.
416.
417.
418.
419.
420.
421.
422.
423.
424.
378.000
346.
347.
348.
349.
150000-
14 10.9
317.
318.
319.
320.
321.
322.
323.
324.
325.
326.
68.0
350.
351.
352.
353.
24.7
354.
355.
450000
425.
426.
427.
80-100
428.
429.
430.
431.
26-34
432.
L
491.
pada
anemia
terutama
anemia
yang
terjadi
kekurangan zat
besi,
perdarahan
553.
554.
555.
Penurunan nilai
Hematokrit
merupakan
indikator
anemia, karena
kehilangan
/mm
492.
493.
494.
495.
496.
497.
498.
499.
500.
501.
502.
banyak darah
556.
557.
/mm
503.
504.
505.
506.
mikroorganisme
fL
507.
508.
509.
510.
pg
Adanya
peningkatan
lekosit
yaitu
menunjukan
adanya
peningkatan
yaitu
menunjukan
adanya
peradangan
558.
559.
560.
561.
562.
273.
274.
275.
356.
357.
36.3
358.
359.
360.
361.
362.
363.
MCH
276.
277.
278.
279.
MCHC
280.
281.
282.
283.
Hitung
433.
434.
435.
32-36
436.
437.
438.
439.
440.
441.
0
364.
0-1
442.
5
365.
1-6
443.
0
Jenis
366.
Leukosit
284.
Basofil
285.
Eosinofil
286.
Batang
287.
Segmen
288.
Limfosit
289.
Monosit
290.
291.
292.
293.
294.
KIMIA KLINIK
295.
Albumin
296.
AST (SGOT)
297.
3-5
444.
66
367.
40-70
445.
16
368.
30-45
446.
13
369.
370.
371.
372.
373.
374.
2-10
447.
448.
449.
450.
451.
452.
3.0
375.
3.5-5.2
453.
32
376.
<37
454.
53
377.
<41
455.
6.0
378.
6.6-8.7
456.
11
379.
15-50
457.
0.33
380.
ALT (SGPT)
298.
95
381.
382.
Protein Total
299.
52.5
383.
0.7-1.2
458.
< 140
459.
460.
26
<5
511.
512.
513.
514.
Hasil
%
515.
516.
517.
518.
519.
520.
mikrositik
563.
%
521.
%
522.
%
523.
%
524.
%
525.
%
526.
527.
528.
529.
530.
531.
g/dL
532.
U/L
533.
U/L
534.
g/dL
535.
mg/dL
536.
mg/dL
537.
mg/dL
538.
539.
MCV
menurun
yang
menandakan
Hasil
MCH
menurun
yang
menandakan
hipokromik
564.
Hasil
MCHC
yang meningkat
menandakan
hiperkromik
565.
566.
567.
568.
569.
570.
571.
572.
Monosit
berkaitan
dengan infeksi
virus
parasit
573.
574.
575.
576.
577.
578.
579.
580.
581.
582.
583.
dan
Ureum
300.
384.
385.
386.
387.
Kreatinin
301.
Glukosa
152
126
3.6
4.63
461.
59-158
462.
184-503
463.
Darah
Sewaktu
302.
135-145
464.
CPP Kuantitatif
303.
3.6-5.5
465.
4.7-5.2
mg/L
540.
ug/dL
541.
ug/dL
542.
mEq/L
543.
mEq/L
544.
mg/dL
TIBC
305.
Natrium (Na)
306.
Kalium (K)
307.
Kalsium
(Ca.
Bebas)
308.
584.
G. ANALISA DATA
585. 586.
587.
DATA
ETIOLOGI
O
589. 590.
1.
588.
596.
609.
Fraktur servikal C5 C6
597.
Tirah baring
DO :
592.
598.
599.
melakukan
pasif.
Kerusakan
fragmen tulang
Scale)
593.
600.
MASALAH
601.
Krepitasi
602.
ROM
603.
Pelepasan
Nyeri
594.
histamin
- Ada
luka
decubitus
pada
604.
605.
595.
Nyeri akut
606.
615.
Perubahan kontur
607.
608.
610. 611.
2.
sejak
616.
mengalami
617.
619.
Gangguan fungsi
621.
Hambatan mobilitas fisik
0
Paresis
0
atau
lemah
anggota
gerak
ADL
dibantu
dan
keluarga
623. 624.DS
626.
627.
628.
630.
dengan bantuan
- Cuci rambut : Belum cuci
rambut,
Tidak gosok gigi
Gunting
kuku
Defisit
perawatan
diri
Gangguan fungsi
ekstremitas
631.
632.
dengan
636. 637.DS
: 638. DO :
Deformitas
635.
629.
4.
Perubahan kontur
fisik
620.
perawat
3.
mobilitas
ekstremitas
614.
-
Hambatan
618.
Deformitas
622.
641.
-
Terdapat
luka
Kerusakan
dekubitus di
bagian pelvis
642.
dengan
diameter 7 cm
- Tampak kemerahan pada
-
daerah luka
Tampak kehitaman
Nekrosis
integritas
643.
644.
Kerusakan
kulit
651.
integritas kulit
pada
645.
pinggir luka
646.
639.
Imobilisasi,peruba
han status cairan,
647.
648.
Kerusakan integritas kulit
649.
656.
652. 653.
5.
DS : 654.
657.
658.
665.
Resiko
Infeksi
Keterbatasan gerak
659.
660.
Lapisan kulit hilang secara
lengkap, meluas dan luka dalam
661.
662.
Hilang sebagian lapisan kulit,
terjadi luka
663.
664.
resiko infeksi
666.
H. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan Agen cidera fisik : fraktur tulang
2. Resiko Infeksi berhubungan dengan tindakan infasiv (pemasangan kateter)
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan Kerusakan integritas struktur
tulang.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi. perubahan status
cairan
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
I. Intervensi keperawatan
669.
667. 668.
No
675.
1.
672.
673.
Diagnosa Keperawatan
676. Nyeri
akut
berhubungan
dengan Agen
cidera fisik :
fraktur
tulang
Tujuan
Tujuan Umum:
Setelah
dilakukan
677.
678.
berkurang
menjadi
5 dari 6
scale)
Melakukan
relaksasi
Melaporkan
Intervensi
1. Kaji
nyeri
secara
komprehensif
2. Ukur tanda-tanda vital
3. Berikan lingkungan yang
nyaman
dengan
membatasi pengunjung
4. Anjurkan klien untuk
melakukan
tekhnik
faktor-faktor
meningkatkan
tindakan
bahwa
Rasional
1. Tingkat intensitas
frekuensi
dan
menunjukan
kualitas nyeri.
2. Peningkatan TTV dapat
meningkatkan
kualitas
rasa
mengaihkan
mengurangi
rasa
nyeri
5. Memberikan
pengetahuan akan hal-hal
yang
dapat
penyebab
nyeri
meningkat
akan
tentang
managemen
nyeri.
6. Merupakan
tindakan
dependent
perawat.
Dimana
analgesik
682. Risiko
infeksi
berhubungan
dengan luka
decubitus
683.
684.
Tujuan Umum:
Setelah
dilakukan
benar.
infeksi
dengan
689.
kriteria hasil:
- Suhu dalam rentang normal
690.
klien
(36,5-37,5 C)
- Klien
mempraktekkan
cara
teknik
aseptik
3. Bersihkan luka dekubitus
stimulasi nyeri
1. Suhu
yang
tangan
yang
meningkat
tanda infeksi
2. Mencegah
terus
merupakan
infeksi
nosokomial
3. Mencegah penyebaran
patogen kedalam tubuh
klien.
4. Mencegah
perpindahan
693.
3
694.
Imobilita
fisik
berhubungan
dengan
Kerusakan
integritas
jaringan
695.
696.
688.
Tujuan Umum:
Setelah
dilakukan
jam
dapat
diharapkan
dilakukan
701.
4
jari-jari klien.
702. Kerusaka 704. Tujuan Umum:
dilakukan
n integritas 705. Setelah
kulit
tindakan keperawatan selama
berhubungan
7x24 jam kerusakan integritas
dengan
kuliat berkurang.
imobilisasi,
706. Tujuan Khusus:
perubahan
707. Setelah
dilakukan
status cairan
tindakan keperawatan selama
703.
1x8 jam luka bersih, dengan
1. Mengetahui
tingkat
mobilitas fisik
2. Bantu pasien melakukan
kemempuan
mobilitas
aktivitas
selama
pasien
mengalami
ketidaknyamanan
3. Tinggikan ekstermitas yang
bengkak,
pasien
2. Menambah kemampuan
demonstrasikan
aktivitas.
3. Untuk
memperlancar
tulang
kemampuannya.
penulangan.
699.
sampai
posisi
terjadi
700.
1. Mengetahui
tingkat
perkembangan
luka
perkembangan luka
2. Kaji
lokasi,
ukuran,
mempermudah
dalam
warna
dan
bau
serta
melakukan
tindakan
yang tepat.
2. Mengidentifikasi tingkat
keparahan
mempermudah
akan
kriteria hasil:
- tidak ada tanda-tanda
infeksi
seperti
pus,
kotor
TTV dalam batas
4. Jika
pemulihan
tidak
lanjutan,
misalnya debridement
5. Kolaborasi
pemberian
antibiotik.
normal.
intervensi
3. Suhu
tubuh
yang
meningkat
dapat
diidentifikasi
sebagai
proses peradangan
4. Teknik
aseptik
membantu mempercepat
penyembuhan luka dan
mencegah
terjadinya
infeksi
5. Agar benda asing atau
jaringan yang terinfeksi
tidak
menyebar
luas
berfungsi
mematikan
mikroorganisme
pathogen pada daerah
708.
5
709. Defisit
perawatan
diri
berhubungan
710.
711.
Tujuan Umum:
Setelah
dilakukan
jam
klien
tidak
yang terinfeksi.
1. Mengetahui
kualitas
dari hygine klien dan
sebagai
acuan
dengan
gangguan
muskuluskel
etal
Tujuan Khusus:
Setelah
dilakukan
mandi
4. Demonstrasikan
keluarga
kepada
intervensi berikutnya
2. Mendorong kemandirin
tentang
langkah-langkah
memandikan klien atau
diri
3. Memberikan
akan
hygine
privasi
meningkatkan
714.
melakuakn
hygine
4. Meningkatkan
kemudahan klien untuk
mandi
pada
kondisi
720.
Tanggal
721.
Implementasi
722.
Evaluas
i
723.
p
724.
1
/jam
725.
1. Mengkaji nyeri secara komprehensif
2. Mengukur tanda-tanda vital
08-093. Memberikan lingkungan yang nyaman dengan
2015
membatasi pengunjung.
/ jam 4.Menganjurkan klien untuk melakukan tekhnik
10.0
0
726.
Jam
13.30
727.
-
S:
kualitas tertusuk-tusuk
Klien mengatakan nyaman dengan
pengunjung yang sedikit
728.
O:
Tanda-tanda vital
729.
TD :
120/80 mmHg
730.
N :
84x/menit
731.
36,55 C
732.
RR :
19x/menit
Klien tampak meringis kesakitan saat
digerakan
Klien tampak tenang
733.
741.
734.
A:
735.
Masalah
P:
738.
Interven
si dilanjutkan
739.
I:
742.
2
743.
10.30
745.
761.
13.30
746.
-
aseptik.
5. Mendemonstrasikan kepada klien dan keluarga cara
mencuci tangan yang benar.
Jam
744.
S:
Pain :
747.
Nyeri
O:
Polar :
750.
kemerahan
Warna
50%
di
daerah
decubitus, pus
-
sekitar
10%,
kehitaman 40%.
Pulse :
751.
Nadi
x/menit
Paralisis :
752.
Ekstremitas
80
lumpuh
S : 36,55C
Telah Ganti verban pada luka decubitus:
A:
754.
Masalah
belum teratasi
755.
P:
756.
Interven
si dilanjutkan
757.
I:
klien
763.
12.30
760.
764.
13.30
Jam
772.
765.
bengkak,
S:
kemampuannya.
leher.
Ibu klien mengatakan bahwa ia
mengerti dan membantu melakukan
latihan ROM
766.
O:
ekstremitas bawah
ADL dibantu perawat dan keluarga
769.
A:
P:
774.
09-092015
771.
778.
Jam
13.30
779.
S: -
784.
/
775.
Jam
780.
-
09.0
O:
A:
P:
786.
06.30
787.
06.30
788.
06.30
789.
1.
2.
3.
4.
791.
:tentang 792.
S
O
:
-
keluarga
Klien dimandikan dengan dipasang
sampiran
Gosok gigi
06.30
793.
795.
796.
1
797.
821.
824.
1. Mengkaji nyeri secara komprehensif
10-09am 20.00
2. Mengukur tanda-tanda vital
2015 3. Mempertahankan lingkungan yang nyaman dengan 825.
10.0
0
798.
12.00
799.
13.00
800.
801.
10.00
membatasi pengunjung.
4. Mempertahankan tekhnik aseptik
4. Membersihkan luka dekubitus klien dengan cara
:
-
aseptik.
5. Mempertahankan dan mengingatkan kepada klien
dan keluarga cara mencuci tangan yang benar.
6. Mengkaji kemampuan mobilitas fisik
7. Membantu pasien melakukan aktivitas selama
kualitas tertusuk-tusuk
Ibu klien mengatakan tetap melakukan
latihan ROM
O
838.
802.
08.00
perkembangan luka
10. Mengkaji lokasi, ukuran, warna dan bau serta
803.
804.
10.00
805.
806.
10.00
807.
10.30
808.
:
-
kepada
816.
C
831.
RR :
: 37
20x/menit
Klien tampak tenang
S : 37 C
Membersihkan luka decubitus:
08.00
815.
90x/menit
830.
08.00
814.
N :
810.
813.
120/80 mmHg
829.
08.00
812.
TD :
809.
811.
Tanda-tanda vital
828.
menggenggam
Kekuatan otot
832.
833.
2
0
3
0
817.
Masih
ekstremitas bawah
ADL masih dibantu perawat dan
keluarga
Klien belum bisa merawat diri sendiri
Klien dimandikan dan dibantu
keluarga
Mandi 2 kali, pagi dan sore
Gosok gigi
Cuci rambut
17.30
818.
17.30
819.
17.30
820.
17.30
lemah
pada
834.
:
-
teratasi
kerusakan integritas kulit belum
teratasi
defisit perawatan diri teratasi.
835.
836.
839.
841.
870.
874.
11-09840.
1
am 20.00
875.
-
872.
876.
877.
:
-
kepada
perkembangan luka
11. Mengkaji lokasi, ukuran, warna dan bau serta
jumlah dan tipe cairan luka
12. Membantu klien saat mandi
13. Menjaga privasi klien saat mandi
14. Mempertahankan dan mengingatkan
Tanda-tanda vital
878.
TD :
110/80 mmHg
879.
N :
88x/menit
880.
C
881.
RR :
20x/menit
Klien tampak tenang
S : 36 C
Membersihkan luka decubitus:
: 36
891.
853.
854.
08.00
855.
856.
kepada
873.
08.30
857.
858.
06.30
menggenggam
Kekuatan otot
882.
883.
- Masih
lemah
-
859.
860.
06.00
861.
06.00
863.
keluarga
Klien belum bisa merawat diri sendiri
Klien dimandikan dan dibantu
865.
866.
867.
17.00
886.
:
pada
ekstremitas bawah
ADL masih dibantu perawat dan
864.
3
0
06.00
862.
1
0
keluarga
Mandi 2 kali, pagi dan sore
Gosok gigi 2 kali
884.
885.
A
868.
17.00
teratasi
kerusakan integritas kulit belum
teratasi
defisit perawatan diri teratasi.
869.
17.00
887.
888.
892.
894.
12-09-
893.
1
918.
890.
936.
898.
899.
08.00
900.
08.00
901.
902.
08.00
903.
904.
kemampuan.
10. Mengkaji keadaan kulit dan identifikasi pada tahap
perkembangan luka
11. Mengkaji lokasi, ukuran, warna dan bau serta
jumlah dan tipe cairan luka
919.
920.
kepada
11.00
905.
10.00
910.
911.
08.00
N :
80x/menit
927.
C
928.
RR :
: 36
20x/menit
Klien tampak tenang
S : 36 C
Membersihkan luka decubitus:
909.
08.00
110/80 mmHg
926.
921.
907.
908.
TD :
906.
08.00
Tanda-tanda vital
925.
tampak merah.
Melakukan latihan ROM pasif
Klien belum dapat menggerakan jari
sebelah kanan namun tdk dapat
menggenggam
Kekuatan otot
929.
930.
- Masih
lemah
-
1
0
pada
3
0
912.
ekstremitas
913.
ekstremitas
914.
915.
17.00
916.
17.00
atas
hanya
kanan
ADL masih dibantu perawat dan
keluarga
Klien belum bisa merawat diri sendiri
Klien dimandikan dan dibantu
keluarga
Mandi 2 kali, pagi dengan keluarga
917.
17.00
bawah,
931.
:
-
teratasi
kerusakan integritas kulit belum
teratasi
defisit perawatan diri teratasi.
932.
933.
937.
939.
14-09-
938.
1
963.
967.
981.
08.00
946.
947.
08.00
948.
949.
11.00
950.
10.00
951.
perkembangan luka
11. Mengkaji lokasi, ukuran, warna dan bau serta
jumlah dan tipe cairan luka
964.
965.
kepada
966.
970.
TD :
120/80 mmHg
971.
N :
86x/menit
972.
C
973.
RR :
: 36
19x/menit
Klien tampak tenang
S : 36 C
Membersihkan luka decubitus:
kedalaman luka 2 cm, pus berkurang
952.
08.00
953.
954.
08.00
955.
956.
08.00
957.
958.
tampak merah.
Melakukan latihan ROM pasif
Klien belum dapat menggerakan jari
sebelah kanan namun tdk dapat
menggenggam
Kekuatan otot
974.
975.
- Masih
lemah
-
959.
ekstremitas
960.
ekstremitas
1
0
pada
bawah,
atas
hanya
3
0
06.00
961.
06.00
962.
06.00
kanan
ADL masih dibantu perawat dan
keluarga
Klien belum bisa merawat diri sendiri
Klien dimandikan oleh keluarga
Mandi 1 kali,
Gosok gigi 2 kali
976.
:
-
teratasi
kerusakan integritas kulit belum
teratasi
defisit perawatan diri teratasi.
977.
978.
982.
984.
DAFTAR PUSTAKA
983.
Muttaqin, Arif. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan