Vous êtes sur la page 1sur 45

TUGAS KEPERAWATAN DEWASA

Kanker Kolon
Dosen Pembimbing : Ns. Henni Kusuma S.Kep., M.Kep., Sp.KMB
Disusun Oleh : Kelompok 7
Ikha Nur Jihan

22020114130118

Lia Budiningmas

22020114120018

Putri Cahya Ningrum

22020114130100

Deni Rifais

22020114120042

Yohana Esti P

22020114120054

Sinta

22020114130070
A.14.2

PROGRAM STUDI ILMU KEPERWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami dengan tepat waktu untuk
memenuhi tugas mata kuliah keperawatan dewasa yang berjudul konsep dan asuhan
keperawatan melanoma maligna. Tak lupa shalawat serta saam kami haturkan kepada Nabi
Agung Muhammad SAW, sahabat dan keluarganya.
Terimakasih kami ucapkan kepada Ns. Henni Kusuma S.Kep, M.Kep., Sp.KMB yang
telah bersedia membimbing kami dalam menyelasaikan tugas ini. Kami ucapkan terimakasih
juga kepada orang tua dan sahabat-sahabat kami yang selalu memberikan doa dan
dukungannya.
Kami tahu makalah ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu mohon kritik dan
sarannya agar dapat terciptanya karya yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami dan para pembaca sekalian.

Semarang, 25 November 2015

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................
A.

Latar Belakang............................................................................................................................

B.

Rumusan Masalah.......................................................................................................................

C.

Tujuan Penulisan.........................................................................................................................

D.

Manfaat Penulisan......................................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................


A.

Definisi........................................................................................................................................

B.

Etiologi........................................................................................................................................

C.

Patofisiologi.................................................................................................................................

D.

Manifestasi klinis.........................................................................................................................

E.

Faktor Resiko Kanker Kolon.......................................................................................................

F.

Stadium pada Kanker Kolon dan Rektal......................................................................................

G.

Diagnosis.....................................................................................................................................

H.

Penatalaksanaan medis................................................................................................................

BAB III PROSES KEPERAWATAN......................................................................................................


A.

Pengkajian Keperawatan..............................................................................................................

B.

Diagnosa Keperawatan................................................................................................................

C.

Intervensi.....................................................................................................................................

BAB IV PENUTUP................................................................................................................................
A.

Kesimpulan..................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Neoplasma adalah pertumbuhan baru massa yang tidak normal akibat proliferasi
sel-sel yang beradaptasi tanpa memiliki keuntungan dan tujuan yang. Neoplasma terbagi
jinak dan ganas. kanker kolon ialah keganasan tumbuh lambat yang paling sering
ditemukan didaerah kolon terutama pada sekum, desendens bawah dan kolon sigmoid.
Kanker kolon adalah polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak
jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitar. Kanker dapat terlepas dari struktur
primer dan menyebar ke bagian tubuh lain terutama hati.
Karsinoma kolorektal merupakan penyebab kematian kedua setelah kanker paru di
Amerika Serikat. Saat kanker kolon dan rektal terdeteksi dan diobati pada tahap
terlokalisasi awal, maka terdapat angka bertahan hidup 5 tahun sebesar 80-90%. Faktorfaktor yang mencetuskan seseorang terhadap kanker kolorektal adalah

hereditas,

masukan lemak, penyakit inflamasi usus, homoseksualitas, dan polip kolon. Kanker ini
umum terjadi pada pria dan wanita; dan terjadi pada semua umur, tetapi frekuensi paling
besar pada decade ke-5, ke-6, dan ke-7. Pravalensi paling tinggi pada orang Eropa Barat
dan Amerika Utara serta paling sedikit di Amerika, Afrika, dan Asia. Karsinoma
kolorektal merupakan keganasan ke empat di seluruh dunia dengan perkiraan kasus baru
1.023.000 dan kematian 529.000 tiap tahun. Di Amerika Serikat menduduki urutan
keganasan ke tiga dan menjadi penyebab kematian ke dua terbanyak. Pada tahun 2005
diperkirakan akan ditemukan 145.290 kasus baru dengan kematian 56.290.
Di Indonesia dari berbagai laporan terdapat kenaikan jumlah kasus tetapi belum
ada angka pasti insiden karsinoma kolorektal. Sjamsuhidajat (1986) dari evaluasi data di
Departemen Kesehatan mendapatkan 1,8 per 100.000 penduduk. Tirtosugondo (1986)
untuk Kodya Semarang, melaporkan peningkatan karsinoma kolorektal dengan Age
Standardized Rate (ASR) per 100.000 penduduk untuk laki-laki tahun 1970-1974: 2,5;
tahun 1980-1981: 3,2; sementara untuk wanita tahun 1970-1974: 2,2 tahun 1982: 3,4 dan
menduduki urutan ke lima di antara keganasan lain.

Modalitas terapi kanker kolorektal adalah pembedahan, radioterapi dan


kemoterapi sesuai stadium penyakitnya. Terapi kanker kolorektal stadium dini dilakukan
dengan pembedahan, tetapi keadaan lanjut dan tidak dapat dibedah merupakan masalah
dan sering fatal. Deteksi dini merupakan suatu upaya untuk menemukan kanker
kolorektal stadium awal. Radioterapi dan kemoterapi merupakan pilihan pada stadium
lanjut. Terapi sitostatika untuk kanker kolorektal di beberapa pusat kanker menggunakan
fluorourasil (FU), irinotecan dan obat baru oxaliplatin. Masalah dalam pengelolaan
karsinoma kolorektal adalah refrakter terhadap regimen sitostatika dan adanya efek
samping sehingga diperlukan pilihan terapi lain.
B. Rumusan Masalah
Apa konsep teori dari kanker kolon dan bagaimana proses keperawatan pada
klien dengan kanker kolon ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umumnya adalah untuk memenuhi tugas keperawatan dewasa
mengenai ganggguan pada sistem gastrointestinal yaitu kanker kolon. Selain itu juga
untuk memberikan pengetahuan kepada mahasiswa mengenai kanker kolon.
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami definisi dari kanker kolon
2. Mahasiswa mampu memahami etiologi dari kanker kolon
3. Mahasiswa mampu memahami Manifestasi klinis dari kanker kolon
4. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan dari kanker kolon
5. Mahasiswa mampu memahami komplikasi dari kanker kolon
6. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi dari kanker kolon
7. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan dari kanker kolon
D. Manfaat Penulisan
Penulis berharap dari adanya penulisan makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi beberapa pihak diantaranya sebagai berikut :

1. Bagi masyarakat
Untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan masyarakat dalam dunia
kesehatan khususnya mengenai penyakit kanker kolon.
2. Bagi keperawatan
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi
keperawaratan dalam dunia kesehatan.
3. Bagi peneliti
Untuk memperluas wawasan penulis dalam menyusun makalah dimasa yang
akan mendatang.
1.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Kanker usus besar disebut juga dengan kanker kolon. Kanker ini berada di bawah
pencernaan manusia. Kanker usus besar jika sudah menyebar bisa disebut juga dengan kanker
rektum. Kanker rektum adalah kanker yang berada di organ beberapa inci dari usus besar.
Kanker usus besar dan kanker rektum disebut dengan kanker kolorektal. Sebagian besar
kasus kanker usus besar diawali dengan pembentukan gumpalan-gumpalan sel berukuran
kecil yang disebut polip adenoma. Gumpalan ini kemudian menyebar secara tidak terkendali
seiring waktu.
B. Etiologi
Secara umum dinyatakan bahwa untuk perkembangan kanker kolon dan rektum
merupakan interaksi berbagai faktor yakni factor lingkungan dan faktor genetik. Factor
lingkungan yang multiple bereaksi terhadap predisposisi genetik atau defek yang didapat dan
berkembang menjadi kanker kolon dan rektum. Terdapat 3 kelompok kanker kolon dan
rektum berdasarkan perkembangannya yaitu :
1.

Kelompok yang diturunkan (inherited) yang mencakup kurang dari 10% dari
kasus kanker kolon dan rektum. Kelompok yang diturunkan merupakan pasien
yang ketika dilahirkan sudah dengan mutasi sel sel germinativum pada salah satu
alel dan terjadi mutasi somatik pada alel yang lain.

2.

Kelompok sporadic, yang mencakup sekitar 70%. Kelompok sporadic


membutuhkan dua mutasi somatik, satu pada masing masing 2 alelnya.

3.

Kelompok familial, mencakup 20%. Meskipun kelompok familial dapat terjadi


karena kebetulan saja namun ada kemungkinan peran dari faktor lingkungan,
penetrasi mutasi yang lemah atau mutasi mutasi germinativum yang sedang
berlangsung.

C. Patofisiologi
Penyelidikan terhadap penyebab karsinoma kolorektal telah mendorong penelitian
tentang lemak hewan dalam diet, bakteri anaerob dari usus besar, dan kandungan serat
dalam otot. Masing-masing faktor ini sebagian dapat menjelaskan distribusi geografis
penyakit. Aspek serat menarik perhatian, karena dengan meningkatkan bulk dalam diet
akan menurunkan waktu transit dan juga waktu kontak antara makanan dan usus.
Kira-kira 60%-70% karsinoma ini terjadi pada rectum, area rektosigmoid, atau
kolonsigmoid. Tipe pertumbuhan tergantung pada area asal. Karsinoma disisi kiri
cenderung tumbuh mengitari usus, mengelilinginya dan menimbulkan masa bulk,
polypoid, dan berjamur. Mayoritas kanker ini adalah adenokarsinoma. Tipe lain masuk
menembus usus dan menyebabkan abses, peritonitis, infasi organ sekitarnya, atau
perdarahan. Tumor-tumor ini cenderung tumbuh dengan lambat, dan tetap asimtomatik
untuk periode waktu yang lama. Metastasis dapat terjadi pada hepar, paru-paru, tulang,
atau sistem limfatik.
Manifestasi klinis tergantung pada lokasi tumor. Individu yang mengalami
melena, diare, dan konstipasi; ini adalah manisfestasi paling sering dari lesi sisi kiri.
Tumor sisi kanan menyebabkan kelemahan, malaise, dan penurunan berat badan. Nyeri
jarang terjadi, dan juga dapat sebagai akibat dari kontraksi usus yang berhubungan
dengan obstruksi kolon parsial atau keterlibatan saraf. Masa tumor sering terpalpasi pada
pemeriksaan fisik. Obstruksi usus mungkin tanda pertama dari penyakit. Metastasis
sangat dapat diperkirakan, dengan invasi saluran limfatik, peritoneum, dan saluran vena
yang membuat penyebaran. Sisi umum dari jarak metastasis adalah paru-paru, tulang, dan
otak. Pada saat diagnosis, beberapa perluasan tumor, sering telah terjadi, tetapi keganasan
ini tumbuh secara lambat, hal ini dipertimbangkan tahap yang sangat dapat diobati
dengan diagnosis awal dan tindakan pembedahan.
D. Manifestasi klinis
Berikut ini beberapa gejala yang dapat dirasakan penderita kanker usus besar, di
antaranya:
1.
2.

Adanya darah pada feses atau bahkan pendarahan di anus.


Berubahnya tekstur kepadatan feses.

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Menurunnya berat badan.


Tubuh terasa lelah.
Nyeri atau kram pada bagian perut.
Perut kembung.
Meningkatnya frekuensi buang air besar atau diare.
Konstipasi.
Hilang nafsu makan.

E. Faktor Resiko Kanker Kolon


1. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol
Resiko kanker usus bergantung pada keturuan dan cara hidup. Faktor yang
tidak dapat anda kontrol mencakup :
a. Umur, rata - rata pasien diatas 50 tahun
b. Polip atau penyakit inflamasi usus
c. Riwayat keluarga kanker kolorektal
d. Penyakit saluran cerna
e. Riwayat kolitis ulseratif
2. Faktor risiko yang dapat dikontrol
Beberapa faktor yang menyebabkan kanker usus yang dapat anda kontrol :
a.
b.
c.
d.

Diet dengan daging merah atau olahan, atau daging dimasak pada suhu tinggi
Kelebihan berat badan (lemak berlebih di sekitar pinggang)
Berolahraga terlalu sedikit
Merokok atau minum alcohol

F. Stadium pada Kanker Kolon dan Rektal


Penetapan stadium kanker kolon dan rektal harus melalui beberapa tahap prosedur
pemeriksaan. Prosedur yang dilakukan adalah :

Deteksi perluasan tumor primer dan infiltrasinya kejaringan sekitarnya


Deteksi kelenjar getah bening regional dan para aorta
Deteksi metastasis ke hepar dan paru paru
Deteksi metastasis kecairanintraperitoneal.
Penetapan starlium preoperatif pada karsinoma kolon Deteksi perluasan tumor

primer dan infiltrasinya pada karsinoma kolon secara USG per endoskopi belum
berkembang. Dapat dilakukan Abdomino Pelvik CT Scanning, MR1, USG
transabdominal dan foto thorak. Selain itu, juga dapat dilakukan dengan pemeriksan
colok dubur dan Ultrasonografi endoluminal transrektal.
Stadium kanker kolon dan rektum

1. Sistem Dukes Modifikasi Astler Coller


Stadium A

: Tumor terbatas pada lapisan rnukosa

Stadium B1

: Tumor menginvasi sampai lapisan muskularis propria

Stadiun B2

: Tumor menginvasi menembus lapisan muskularis propria

Stadium C1

: Tumor B1 dan ditemukan anak sebar pada KGB

Stadium C2

: Tumor B2 dan ditemukan anak sebar pada KGB

Stadium D

: Tirmor bermetastasis jauh

2. Stadium berdasarkan TNM :


pT-Tumor Primer
pTx

: Tirmor primer tidak dapat dinilai

pT0

: Tumor Primer tidak ditemukan

pTis

: Karsinoma insitu , intraepitlial atau sebatas lapisan mukosa saja

pT1

: Tumor menginvasi submukosa

pT2

: Tumor menginvasi lapisan muskularis propria

pT3

: Tumor menembus muskularis propia hingga lapisan serosa atau


jaringan perikolika / perirektal belum mencapai peritoneum.

pT4

: Tumor menginvasi organ atau struktur disekitarnya atau menginvasi


sampai Peritoneum.

pN - Kelenjar getah bening regional

pNx

: Kelenjar getah bening regional tidak dapat dinilai

pN0

: Tidak ditemukan metastasis pada kelenjar getah bening regional

pN1

: Ditemukan anak sebar Pada 1-3 KGB regional

pN2

: Ditemukan anak sebar Pada 4 atau lebih KGB regional

pM Metastasis jauh

pMx

: metastasis jauh tidak dapat dinilai

pM0

: tidak ditemukan metastasis jauh

pM1

: ditemukan metastasis jauh.

n StadiumKinik

Stadium 0

: Tis

N0

M0

Stadium IA

: T1

N0

M0

Stadium IB

: T2

N0

M0

Stadium IIA

: T3

N0

M0

Stadium IIB

: T4

N0

M0

Stadium IIIA : Semua T

N1

M0

Stadium IIIB : Semua T

N2

M0

Stadium lV

Semua N

M1

: Semua T

Jika kanker terdeteksi, maka akan dikelompokkan, suatu proses mencari tahu
seberapa jauh kanker telah menyebar. Ukuran tumor mungkin tidak berkorelasi
dengan stadium kanker.
Tahap 0 - Kanker hanya pada lapisan terdalam dari usus besar atau rektum.
Tahap I - Kanker belum menyebar ke luar dinding bagian dalam usus besar
atau rektum.
Tahap II - Kanker telah menyebar ke dalam lapisan otot dari usus besar atau
rektum.
Tahap III - Kanker telah menyebar ke satu atau lebih kelenjar getah bening di
daerah tersebut.
Tahap IV - Kanker telah menyebar ke bagian lain dari tubuh, seperti hati, paruparu, atau tulang.

G. Diagnosis
Gejala dan tanda yang menunjukkan nilai prediksi tinggi terhadap akan adanya
kanker kolon dan rektum.
1. Keluhan utama dan pemariksaan klinis seperti
Perdarahan peranum disertai peningkatan frekuensi defekasi dan atau diare

selama minimal 6 minggu (semua usia)


Perdarahan peranumtanpa gejala anal (usia diatas 60 tahun)
Peningkatan frekuensi defekasi atau diare selama minimal 6 minggu (diatas 60

tahun)
Massa teraba pada fossa iliaca dekstra (semua usia)
Massa intra luminal didalam rectum
Tanda tanda obstruksi mekanik usus (ileus obstruksi)
Penderita mengalami anemia dengan defisiensi Fe (Hb< 11 gr % pada pria dan
Hb< 10 gr % pada wanita pasca menopause)

2.

Pemeriksaan colok dubur


Dilakukan pada setiap penderita dengan gejala anorektal
Menetapkan keutuhan sfingter ani
Menetapkan ukuran dan derajat fiksasi serta jarak tumor dari garis anokutan.
Lokasinya 1/3 tengah dan 1/3 distal rectum

3. Test darah samar pada feses ( Fecal Occult Blood Test : FOBT)
4. Pemeriksaan penunjang

Berdasarkan bukti terdapat 3 macam pemeriksaan penunjang yang efektif di


dalam mendiagnosa kanker kolon dan rektal, yaitu :

Enema barium dengan kontras ganda

Keuntungan :
-

Sensitivitas untuk kanker kolon dan rektal yaitu 65 95 %


Tidak memerlukan sedasi
Keberhasilan prosedur sangat tinggi
Tersedia hamper di seluruh rumah sakit
Cukup aman

Kelemahan :
-

Lesi T1 sering tidak terdiagnosa


Lesi direktosigmoid dengan diverticulosis dan sekum, akurasinya rendah
Akurasinya rendah untuk lesi dengan tipe datar
Untuk polip dengan ukuran < 1 cm, sensitivitasnya hanya 70 95 %
Mendapat paparan radiasi

Endoskopi

Jenis endoskopi yang dapat digunakan adalah sigmoidoskopi rigid,


sigmoidoskopi fleksibel dan kolonoskopi.
o Kolonoskopi
Kelebihan :
-

Sensitivitas untuk polip dan adenokarsinoma kolorektal 95 %


Dapat langsung dilakukan sebagai biopsy untuk diagnostic
Untuk lesi synchronous polyp dapat dilakukan reseksi
Tidak ada paparan radiasi

kelemahan :

5 30 % kasus pemeriksaan tidak sampai ke sekum


Lokalisasi tumor dapat tidak akurat
Harus selalu sedasi intravena
Mortalitas 1 : 5000 kolonoskopi

Pneumocolon Computed Tomography (PCT)

Dapat dilakukan pemeriksaan ini jika terdapat ahli radiologi yang


berkompeten.
Kelebihan :
-

Sensitivitas tinggi dalam mendiagnosa kanker kolon dan rektal


Toleransi dari penderita baik
Dapat memberikan informasi kondisi luar kolon termasuk menentukan
stadium invasi lokal, metastasis hepar dan kelenjar getah bening

Kerugian :
-

Tidak dapat mendiagnosa polip < 10 mm


Memerluka radiasi yang lebih tinggi
Jumlah dokter spesialis radilogi yang berkompeten masih terbatas
Tidak dapat dilakukan biopsy dan polipektomi

H. Penatalaksanaan medis
1. Radioterapi
Terapi radiasi sering digunakan sebagai tambahan dari pengangkatan bedah dari
tumor usus. Bagi kanker rektal yang kecil, intrakavitari, eksternal, atau implantasi
radiasi dapat dengan atau tanpa eksisi bedah dari tumor. Radiasi preoperative
diberikan bagi klien dengan tumor besar sampai lengkap pengangkatan. Bila terapi
radiasi megavoltase digunakan, kemungkinan dalam kombinasi dengan kemoterapi,
karsinoma rektal berkurang ukurannya, sel-sel jaringan limpatik regional dibunuh,
dan kekambuhan lamban atau tidak kambuh sama. Terapi radiasi megavoltase juga
dapat digunakan postoperatif untuk mengurangi risiko kekambuhan dan untuk
mengurangi nyeri. Lesi yang terfiksir luas tidak diangkat dapat ditangani dengan
mengurangi pemisah / hambatan dan memperlambat berkembangnya kanker.
2.

Kemoterapi
Perkembangan pemberian kemoterapi pada kanker kolorektal mengalami
kemajuan yang amat pesat dalam dua dasawarsa ini. Tanpa pemberian kemoterapi
pada pasien kanker kolon dan rektum stadium III hanya mempunyai masa bebas
penyakit (DFS : disease free survival) 3 tahun sebesar 52%. Angka ini membaik
dengan telah dilemukannva 5- FU bolus (dengan atau tanpa levamizole ) dengan lama
pemberian 6 hingga 12 bulan. Kemudian pemberian kemoterapi pada stadium II

secara bermakna meningkatkan harapan hidup pasien dari 77,4% tanpa kemoterapi
menjadi 80,3% dengan kemoterapi. Sejak dekade 60 an hingga tahun 1998, 5 FU +
LV (asam folinat) yang diberikan 5 hari berturut turut. (Protokol Mayo ) dinyatakan
sebagai protokol terbaik yang diberikan selama 12 bulan (kemudian diperpendek
menjadi 6 bulan oleh studi NCCTG dan IMPACT). Pada tahun 2002 pemberian 5-FU
secata infus dikatakan lebih aman daripada bolus dan menjadi dasar pemberian
protokol de Gramont. Indikasi pemberian kemoterapi untuk mencegah kekambuhan
dengan kriteria :

Derajat keganasan 3 - 4
Invasi tumor ke limfatik dan pembuluh darah
Adanya obstruksi usus
Kelenjar yang diperiksa kurang dari 12 buah
Stadium T 4,N0,M0 atau T3 dengan perforasi terlokalisasi
Tepi sayatan dengan positif untuk tumor
Tepi sayatan dengan penentuan batas yang terlalu dekat dengan tumor
atau sulit ditentukan
Standar kemoterapi sebagai terapi adjuvan saat ini adalah 5-FU/LV selama 6

bulan. Pemberian kemoterapi dapat dilakukan secara sendiri atau bersamaan dengan
radio terapi pasca pembedahan. Perkembangan terakhir dari kemoterapi telah
disetujui pula sebagai first line theraphy pemakaian irinotecan, oxaliplatin dan
capecitabine sebagai pengganti 5-FU/FA yang diberikan secara peroral. Berdasarkan
pada WCGS di Barcelona 2003 dan pertemuan berikutnya tahun 2004 maka
capecitabine sudah diakui paling tidak ekivalen dengan protokol Mayo pada
kemoterapi kanker kolon dan rektumberikutnya diresmikan oleh USFDA pada tahun
2005. Beberapa protokol atau cara pemberian sitostatika pada kanker kolon dan
rektum yang saat ini digunakan adalah :

Capecitabine tunggal : 2500 mg/m2/hari dibagi 2 dosis, hari 1 14 diikuti

7 hari istirahat. Ulangi setiap 3 minggu.


Protokol Mayo : Leucovorin 20 mg /m2 IV bolus, hari 1 5; 5 FU 425

mg/rn2 IV bolus 1 jam setelah leucovorin hari 1-5 ; ulangi setiap 4 minggu.
Protokol Roswell Park : leucovorin 500 mg/m2 selama 2 jam, hari ke
1,8,15,22,29 dan 36; 5 -FU 500 mg/m2 I.V 1 jam setelah leucovorin hari ke

1,8,15,22,29 dan 36 ; ulangi setiap 6 minggu.


Cetuximab.
Pemilihan protokol tergantung kepada dokter yang merawat

penyakit,keadaan umum pasien dan keadaan sosial ekonomi serta


laksana.
3. Pembedahan
Pemotongan bedah pada tumor, kolon yang berdekatan, dan kelenjar getah
bening yang berdekatan adalah penanganan pilihan untuk kanker kolorektal.
Penanganan pembedahan bervariasi dari pengrusakan tumor oleh laser
photokoagulasi selama endoskopi sampai pemotongan abdominoperineal (APR =
abdominoperineal resection) dengan colostomy permanen. Bila memungkinkan,
spingkter anal dipertahankan dan hidari kolostomi (Way, 1994). Laser
photokoagulasi digunakan sangat kecil, usus diberi sorotan sinar untuk
pemanasan langsung jaringan didalamnya. Panas oleh laser umumnya dapat
digunakan untuk merusak tumor kecil. Juga digunakan untuk bedah palliatif atau
tumor lanjut untuk mengangkat sumbatan. Laser photokoagulasi dapat dibentuk
berupa endoskopik dan digunakan untuk klien yang tidak mampu / tidak toleransi
untuk dilakukan bedah mayor. Penanganan bedah lain untuk yang kecil, lokalisasi
tumor termasuk pemotongan lokal dan fulguration. Prosedur ini juga dapat
dilakukan selama endoskopi, dengan mengeluarkan jarum untuk bedah abdomen.
Eksisi local dapat digunakan untuk mengangkat pengerasan di rectum berisi
tumor kecil, yang differensiasi baik, lesi polipoid yang mobile / bergerak bebas.
Fulguration atau elektrokoagulasi digunakan untuk mengurangi ukuran tumor
yang besar bagi klien yang risiko pembedahan jelek. Prosedur ini umumnya
dilakukan anesthesia umum dan dapat dilakukan bertahap.
Banyak klien dengan kanker kolorektal dilakukan pemotongan bedah dari
kolon dengan anastomosis dari sisa usus sebagai prosedur pengobatan.
Penyebaran ke kelenjar getah bening regional dibedakan untuk dipotong bila
berisi lesi metastasis. Sering tumor di bagian asending, transverse, desending, dan
colong sigmoid dapat dipotong. Tumor pada rektum biasanya ditangani dengan
pemotongan abdominoperineal dimana kolon sigmoid, rektum, dan anus diangkat
melalui insisi abdominal dan insisi perineal. Kolostomy sigmoid permanen
dilakukan untuk memfasilitasi pengeluaran feses.
Perawatan klien dengan bedah usus lihat di perawtan pre dan post operatif
bedah usus. Pemotongan bedah usus dapat dikombinasi dengan kolostomy untuk
pengeluaran isi usus / feses. Kolostomy adalah membuat ostomi di kolon.
Dibentuk bila usus tersumbat oleh tumor, sebagai pemeriksaan sementara untuk

mendukung penyembuhan dari anastomoses, atau sebagai pengeluaran feces


permanen bila kolon bagian distal dan rektum diangkat / dibuang. Kolostomy
diberi nama berdasarkan : asending kolostomi, trasverse kolostomi, desending
kolostomi, dan sigmoid kolostomi. Kolostomi sigmoid sering permanen, sebagian
dilakukan untuk kanker rektum. Biasanya dilakukan selama reseksi / pemotongan
abdominoperineal. Prosedur ini meliputi pengangkatan kolon sigmoid, rektum,
dan anus melalui insisi perineal dan abdominal. Saluran anal ditutup, dan stoma
dibentuk dari kolon sigmoid proximal. Stoma berlokasi di bagian bawah
kuandran kiri abdomen. Bila colostomi double barrel, dibentuk dua stoma yang
berpisah. Colon bagian distal tidak diangkat, tetapi dibuat saluran bebas / bypass.
Stoma proximal yang fungsional, mengalirkan feces ke dinding abdomen. Stoma
distal berlokasi dekat dengan stoma ptoximal, atau di akhir dari bagian tengah
insisi. Disebut juga mukus fistula, stoma distal mengeluarkan mukus dari colon
distal. Dapat dibalut dengan balutan kasa 4 X 4 inci. Colostomi double barrel
dapat diindikasikan untuk kasus trauma, tumor, atau peradangan, dan dapat
sementara atau permanen.
Dalam prosedur emergensi digunakan untuk mengatasi sumbatan usus atau
perforasi yang disebut colostomi transverse loop. Selama prosedur, loop dari
colon transverse dibawa keluar dari dinding abdominal dan didigantungkam
diatas tangkai atau jembatan plastik, yang mencegah loop terlepas dari belakang
ke dalam rongga abdomen. Stoma loop dapat dibuka pada saat bedah atau
beberapa hari kemudian cukup di tempat tidur klien. Jembatan dapat di buka
dalam 1 2 minggu. Kolostomi loop transverse biasanya sementara / tidak
permanen. Pada prosedur Hartmann, prosedur colostomi sementara, bagian distal
dari colon ditempatkan di kiri dan diawasi untuk ditutup kembali. Kolostomi
sementara dapat dibentuk bila usus istirahat atau dibutuhkan penyembuhan,
seperti pemotongan tumor atau peradangan pada usus. Juga dibentuk akibat injuri
traumatik pada colon, seperti luka tembak. Bedah penyambungan kembali atau
anastomosa dari bagian kolon tidak dilakukan segera karena kolonisasi bakteri
berat dari luka kolon tidak dikiuti penyembuhan sempurna dari anastomosa.
Berkisar 3 6 bulan diikuti kolostomi sementara, kolostomi ditutup dan dibentuk
anastomosa colon. Klien dengan kolostomi sementara diberikan perawatan yang
sama dengan klien dengan colostomi permant.

BAB III
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
1. Anamnesa
Anamnesis yang baik harus mengacu pada pertanyaan yang sistematis, yaitu
dengan berpedoman pada empat pokok pikiran (The Fundamental Four) dan tujuh
butir mutiara anamnesis (The Sacred Seven).
Yang dimaksud dengan empat pokok pikiran, adalah melakukan anamnesis
dengan cara mencari data :
a) Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Hal ini meliputi keluhan utama dan anamnesis lanjutan. Keluhan utama
adalah keluhan yang membuat seseorang datang ke tempat pelayanan
kesehatan untuk mencari pertolongan, misalnya : demam, sesak nafas,
nyeri pinggang, dll. Keluhan utama ini sebaiknya tidak lebih dari satu
keluhan. Kemudian setelah keluhan utama, dilanjutkan anamnesis secara
sistematis dengan menggunakan tujuh butir mutiara anamnesis, yaitu :
1) Lokasi (dimana ? menyebar atau tidak?)
Seorang penderita yang datang dengan keluhan, perlu ditanyakan lebih
lanjut, bila perlu penderita diminta menunjukkan dengan tangannya,
dimana bagian yang paling sakit dan penjalarannya ke arah mana.
2) Onset / awitan dan kronologis (kapan terjadinya? berapa lama?)
Perlu ditanyakan kapan mulai timbulnya sakit atau sudah berlangsung
berapa lama. Apakah keluhan itu timbul mendadak atau perlahanlahan, hilang timbul atau menetap.
3) Kuantitas keluhan (ringan atau berat, seberapa sering terjadi?)
Bagaimana rasa sakit yang dialami penderita harus ditanyakan,
misalnya rasa sakit yang tajam (jelas) seperti rasa panas, terbakar,
pedih, diiris, tertusuk, menunjukkan inflamasi organ. Rasa sakit yang
tumpul (dull) seperti diremas, kramp, kolik, sesuatu yang bergerak 5
biasanya menunjukkan proses pada organ yang berongga (saluran
cerna, empedu). Rasa sakit yang tidak khas menunjukkan organ padat
(hati, pankreas).
4) Kualitas keluhan (rasa seperti apa?)

Ditanyakan seberapa berat rasa sakit yang dirasakan penderita. Hal ini
tergantung dari penyebab penyakitnya, tetapi sangat subjektif, karena
dipengaruhi antara lain kepekaan seorang penderita terhadap rasa sakit,
status emosi dan kepedulian terhadap penyakitnya. Dapat ditanyakan
apakah sakitnya ringan, sedang atau berat. Apakah sakitnya
mengganggu kegiatan sehari-hari, pekerjaan penderita atau aktifitas
fisik lainnya.
5) Faktor-faktor yang memperberat keluhan
Ditanyakan adakah faktor-faktor yang memperberat sakit, seperti
aktifitas makan, fisik, keadaan atau posisi tertentu.
6) Faktor-faktor yang meringankan keluhan
Ditanyakan adakah usaha penderita yang dapat memperingan sakit,
misalnya dengan minum antasida rasa sakit berkurang,
7) Analisis sistem yang menyertai keluhan utama
Perlu ditanyakan keluhankeluhan lain yang timbul menyertai dan
faktor pencetusnya
b) Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
Ditanyakan adakah penderita pernah sakit serupa sebelumnya, bila dan
kapan terjadinya dan sudah berapa kali dan telah diberi obat apa saja, serta
mencari penyakit yang relevan dengan keadaan sekarang dan penyakit
kronik (hipertensi, diabetes mellitus, dll), perawatan lama, rawat inap,
imunisasi, riwayat pengobatan dan riwayat menstruasi (untuk wanita).
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Anamnesis ini digunakan untuk mencari ada tidaknya penyakit keturunan
dari pihak keluarga (diabetes mellitus, hipertensi, tumor, dll) atau riwayat
penyakit yang menular.
d) Riwayat Sosial dan Ekonomi
Hal ini untuk mengetahui status sosial pasien, yang meliputi pendidikan,
pekerjaan pernikahan, kebiasaan yang sering dilakukan (pola tidur, minum
alkohol atau merokok, obatobatan, aktivitas seksual, sumber keuangan,
asuransi kesehatan dan kepercayaan).
Sebelum melakukan anamnesis lebih lanjut, pertama yang harus ditanyakan adalah
identitas pasien, yaitu umur, jenis kelamin, ras, status pernikahan, agama dan
pekerjaan.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan colok dubur merupakan keharusan dan dapat disusul dengan
pemeriksaan rektosigmoidoskopi (Sjamsuhidajat & de Jong, 2011). Pada

pemeriksaan colok dubur ini yang harus dinilai adalah keadaan tumor dan
mobilitas tumor (Sjamsuhidajat, 2004).
Pemeriksaan colok dubur dilakukan pada setiap penderita dengan gejala anorektal
serta menetapkan ukuran dan derajat fiksasi serta jarak tumor dari garis anokutan.
Pemeriksaan ini lebih akurat dalam penentuan stadium lokal lanjut daripada
stadium tumor dini.
3. Pemeriksaan Penunjang
Terdapat beberapa macam pemeriksaan penunjang yang terbukti efektif untuk
diagnosis karsinoma kolorektal, yaitu endoskopi, CT Scan, MRI, barium enema, dan
CEA (Sjamsuhidajat, 2004).
a. Endoskopi
Jenis endoskopi yang dapat digunakan adalah sigmoidoskopi rigid,
sigmoidoskopi fleksibel dan kolonoskopi. Sigmoidoskopi Rigid digunakan untuk
visualisasi kolon dan rektum sebenarnya kurang efektif dibandingkan dengan
sigmoidoskopi fleksibel (Sjamsuhidajat, 2004). Sigmoidoskopi Fleksibel yaitu
visualisasi langsung pada 40 hingga 60 cm terminal rektum dan kolon sigmoid
dapat dilakukan dengan persiapan yang minim dan lebih nyaman bagi pasien.
Enam puluh persen dari semua tumor usus besar dapat terlihat secara langsung
menggunakan alat ini (Price & Wilson, 2006). Kolonoskopi adalah pemeriksaan
endoskopi yang sangat efektif dan sensitif dalam mendiagnosis karsinoma
kolorektal. Tingkat sensitivitas di dalam mendiagnosis adenokarsinoma atau polip
kolorektal adalah 95% (Sjamsuhidajat, 2004).
b. CT Scan dan MRI
CT Scan dan MRI digunakan untuk mendeteksi metastasis ke kelenjar getah
bening retroperitoneal dan metastasis ke hepar. Pemeriksaan ini dapat melihat
invasi ekstra rektal dan invasi organ sekita rektum. Akurasi tidak setinggi USG
endoluminal. Akurasi pembagian stadium dengan menggunakan CT-Scan adalah
80% dibanding MRI 59%. Untuk menilai metastase kelenjar getah bening akurasi
CT-Scan adalah 65%, sedang MRI 39% (Sjamsuhidajat, 2004).
c. Barium Enema
Merupakan pemeriksaan yang sering dilakukan untuk mendeteksi gangguan
kolon. Penambahan kontras-udara dengan radiografi enema barium bersifat
akurat hingga 90% pemeriksaan (Price & Wilson, 2006).
d. CEA (Carcinoembrionik Antigen) Screening
CEA adalah sebuah glikoprotein yang terdapat pada permukaan sel yang
masuk ke dalam peredaran darah dan digunakan sebagai marker serologi untuk
memonitor status karsinoma kolorektal dan mendeteksi rekurensi dini dan

metastase ke hepar. CEA terlalu insensitif dan non spesifik untuk bisa digunakan
sebagai screening karsinoma kolorektal (Kendal & Tao, 2013).
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pre-Operative
1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
berhubungan dengan peningkatan kebutuhan kalori dan kesulitan dalam
mencerna cukup kalori akibat kanker
2) Diare (00013) berhubungan dengan malabsorpsi atau inflamasi sekunder
akibat kanker kolon
3) Nyeri akut (00132) berhubungan dengan obstruksi tumor pada usus
dengan kemungkinan menekan organ yang lain
4) Ansietas (00146) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
kondisi dan pengobatan
5) Kurang pengetahuan (00126) berhubungan dengan rencana intervensi
pembedahan, radiasi, dan kemoterapi
2. Post-Operative
1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan atau
absorpsi nutrient sebagai akibat dari faktor-faktor fisiologis atau
psikologis yang dialami pascaoperatif
2) Nyeri akut (00132) berhubungan dengan agen cidera fisik
3) Risiko infeksi (00004) berhubungan dengan tindakan invasive, insisi post
pembedahan
4) Intoleransi aktivitas (00092) berhubungan dengan kelemahan fisik
5) Gangguan citra tubuh (00118) berhubungan dengan pembuatan ostomy
karena lokasi kanker kolorektal.

6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
13)
14)
15)
16)
17)
18)
19)
20)
21)
22)
23)
24)
25)
26)
27)
28)
29)
30)
31)
32)

C. Intervensi
1. Pre-Operatif
33)

Diagnosa Keperawatan

34)

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan kebutuhan
kalori dan kesulitan dalam mencerna

Tujuan dan Kriteria Hasil

35)

36) Status gizi

37) Mandiri

Tingkat gizi yang tersedia untuk

memenuhi kebutuhan tubuh


Jumlah makanan dan cairan yang

cukup kalori akibat kanker

jam meningkat
Keadekuatan
zat

gizi

yang

Minta
menyangkut

penjelasan

pasien

alergi

terhadap

beberapa jenis makanan


38)
Rasional : memberikan

dikonsumsi tubuh selama waktu 24


-

Intervensi

dikonsumsi tubuh
-

data
Timbang pasien pada saat yang tepat
39)
Rasional : memberikan
data untuk evaluasi
Tentukan kemampuan pasien untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi
40)
Rasional : memberikan
informasi

mengenai

pemenuhan

nutrisi
Pantau dan catat kandungan nutrisi
dan kalori pada catatan asupan
41)
Rasional : memberikan
informasi

untuk

rekomendasi
Pantau kesesuaian

evaluasi

dan

pesanan

diet

untuk memenuhi kebutuhan nutrisi


harian
42)

Rasional : meningkatkan

diet seimbang
43) Kolaborasi
-

Dengan ahli gizi : tentukan jumlah


kalori

dan

diperlukan

jenis

nutrien

untuk

yang

memenuhi

kebutuhan akan nutrisi


44)
Rasional : memberikan
informasi

mengenai

pemenuhan

nutrisi
2. Diare berhubungan dengan

Saluran

gastrointestinal

malabsorpsi atau inflamasi sekunder

untuk

akibat kanker kolon

mengeluarkan feses secara efektif


Pola eliminasi dalam rentang yang

membentuk

mampu

diharapkan
Diare tidak ada
Kembung tidak ada

dan

Minta pasien untuk menimbang


berat badan
45)
Rasional

memberikan

data untuk evaluasi


Minta pasien untuk mengidentifikasi
kebiasaan pola defekasi
46)
Rasional : memberikan

informasi pola normal defekasi klien


Instruksikan klien / keluarga untuk
mencatat warna, jumlah, frekuensi,

dan konsistensi dari feses


47)
Rasional : memberikan
informasi

mengenai

ketidaknormalan dalam BAB dan


-

perkembangan diare
Observasi turgor kulit
48)
Rasional :

respon tubuh terhadap diare


Monitor persiapan makanan yang
aman
49)

mengetahui

Rasional

mengontrol

makanan yang sesuai pada diare


Evaluasi intake makanan yang
masuk
50)

Rasional

memberikan

informasi kesesuaian masukan pada


diare
3. Nyeri akut berhubungan dengan
obstruksi tumor pada usus dengan
kemungkinan menekan organ yang

Nyeri tidak ada atau nyeri terkontrol


Melaporkan nyeri berkurang
Ekspresi wajah rileks
Berpartisipasi
dalam
aktivitas

dengan tepat
TTV normal

lain

51) Mandiri
-

Monitor keadaan pasien dan TTV


nya
52)
vital

Rasional
dalam

tanda-tanda

keadaan

normal

menunjukan tubuh dalam keadaan

normal
Kaji skala nyeri
53)
Rasional

mengetahui

perubahan nyeri
Fasilitasi lingkungan yang nyaman
54)
Rasional :
kenyamanan
meningkatkan rasa rileks untuk

mengurangi nyeri
Berikan edukasi mengenai nyeri
55)
Rasional : pasien memiliki
respon yang tepat terhada nyeri
56) Kolaborasi

Kolaborasi
analgesic

pemberian
dengan

dengan indikasi
57)
Rasional

dokter
:

obat
sesuai

menurunkan

rasa nyeri
4. Ansietas berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang
kondisi dan pengobatan

Tingkat kecemasan menurun


Ketegangan
terhadap
sumber
-

berkurang
Mampu mengatasi stressor
Tidak ada manifestasi perilaku

akibat kecemasan
Mampu
merencanakan

strategi

58) Mandiri
Jelaskan semua prosedur
59)
Rasional : mengurangi
ansietas
Kaji dan dokumentasikan tingkat
kecemasan

pada

pasien

dalam

koping untuk situasi


Melaporkan tidak ada gangguan

beberapa rentang waktu


60)
Rasional
:
membantu

persepsi sensori

dalam mengidentifikasi berat-ringan


-

nya ansietas
Gunakan satu sistem pendekatan
yang tenang dan meyakinkan
61)
Rasional : meningkatka

kepercayaan terhadap lingkungan


Lakukan teknik mendengar aktif
62)
Rasional : mendorong
pengungkapan perasaan
Dukung penggunaan mekanisme
pertahanan yang sesuai
63)
Rasional : mekanisme
pertahanan

membantu

dalam

koping selama periode stress


64) Kolaborasi
-

Berikan obat untuk menurunkan


ansietas sesuai kebutuhan
65)
Rasional : menurunkan
tingkat kecemasan

5. Kurang pengetahuan berhubungan

Tingkat

penyakit bertambah
Tingkat
pemahaman

dengan rencana intervensi


pembedahan, radiasi, dan kemoterapi

pemahaman

mengenai

Kaji tingkat pengetahuan pasien


saat ini terhadap kanker
66)
Rasional : data

mengenai

prosedur pengobatan bertambah

memberikan
penyuluhan
-

dasar
dan

akan
untuk

menghindari

adanya duplikasi
Gambarkan proses penyakit kanker
sesuai dengan kebutuhan
67)
Rasional
:
membantu
pasien dalam memahami proses

penyakit
Berikan informasi mengenai terapi
dan atau pilihan pengobatan yang
potensial
keuntungan

terjadi
dari

tersebut
68)
Rasional

dana
setiap
:

tau
terapi

membantu

pasien dalam membuat keputusan


-

pengobatan
Beritahu pasien tentang alternative
pilihan yang sesuai
69)
Rasional

membantu

pasien dalam memahami pilihannya


Dapatkan persetujuan tindakan jika

diperlukan
70)
Rasional : meningkatkan
persetujuan tindakan

71)
2. Post-Operatif
72) Diagnosa

73) Tujuan dan

Keperawatan

Kriteria Hasil

1. Perubahan nutrisi: kurang dari

75) Status gizi

kebutuhan tubuh berhubungan

dibuktikan dengan

dengan ketidakmampuan untuk

indikator:

mencerna makanan atau absorpsi


nutrient sebagai akibat dari faktor-

76) Penatalaksanaan
nutrisi
-

Tingkat gizi yang tersedia dalam

diperoleh tepat sesuai dengan kondisi

kebutuhan metabolik pasien


Jumlah makanan dan cairan yang
dikonsumsi tubuh selama 24 waktu

pasien
Anjurkan masukan protein, vitamin
C, dan zat besi
78)
Rasional: meningkatkan

24 jam meningkat
Keadekuatan zat gizi yang
dikonsumsi tubuh pasien.

Kaji riwayat alergi pasien terhadap


beberapa jenis makanan.
77)
Rasional: supaya data yang

tubuh pasien dapat memenuhi

faktor fisiologis atau psikologis yang


dialami pascaoperatif

74) Intervensi

penyembuhan
Pantau catatan masukan terhadap isi
dan kalori nutrisi

79)

Rasional: memberikan

informasi untuk evaluasi dan


-

rekomendasi
Pantau kesesuaian pesanan diet untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi harian
80)
Rasional: meningkatkan diet

seimbang
Tentukan pilihan makanan dengan
pertimbangan agama dan kultural
81)
Rasional: memberikan data

untuk perencanaan nutrisi


Pilih gandum, susu kocok, dan es krim
untuk nutrisi tambahan jika tidak
toleran terhadap laktosa
82)
Rasional: memberikan

kalori tambahan
Yakinkan bahwa diet meliputi
makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
83)
Rasional: meningkatkan

fungsi gastrointestinal secara teratur


Anjurkan makanan dari rumah yang
sesuai
84)

Rasional: meningkatkan

pengembalian pada diet reguler


Lakukan perawatan mulut sebelum
makan sesuai kebutuhan
85)
Rasional: meningkatkan

nafsu makan
Instruksikan pasien dan keluarga
dalam kebutuhan akan makanan

untuk pemulihan pembedahan


Rasional: meningkatkan pengetahuan
yang akan memberikan penguatan

nutrisi yang adekuat


Beritahu pasien dan keluarga
terhadap perlunya makanan
tambahan
86)
Rasional: meningkatkan

masukan kalori yang adekuat


Instruksikan pasien dan keluarga
mengenai pembatasan diet sehari-hari
87)
Rasional: meningkatkan

pemahaman terhadap pembatan diet


Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenjis
nutrien yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan akan nutrisi

88)

Rasional: memberika

perencanaan pelayanan nutrisi


2. Nyeri akut berhubungan dengan
agen cidera fisik (intervensi
pembedahan)

Tingkat nyeri pasien menurun


Penurunan nyeri lisan atau pada

wajah
Posisi tubuh melindungi
Kegelisahan atau ketegangan otot

89) Pemberian analgesik


-

Tentukan letak nyeri, karakteristik,


kualitas dan beratnya sebelum pasien
mendapatkan pengobatan
90)
Rasional: mengumpulkan

menurun
-

data
Cek pesanan medis terhadap obat,
dosis, dan frekuensi pemberian
analgesik
91)
Rasional: mencegah

kesalahan
Cek riwayat alergi obat
92)
Rasional: mencegah
kesalahan
Pilih analgesik yang sesuai jika lebih
dari satu yang diresepkan
93)
Rasional: memberikan
pasien obat penghilang nyeri yang

optimal
Pilih IV melalui rute pompa PCA
daripada IM untuk pemberian injeksi
obat nyeri secara teratur jika

mungkin.
94)
Rasional: mengoptimalkan
-

absorpsi obat
Pantau tanda-tanda vital sebelum dan
seusdah pemberian analgesik narkotik
untuk dosis pertama atau jika ada
tanda yang tidak umum mohon dicatat
95)
Rasional: mengumpulkan
data mengenai respon pasien pada

obat
Bantu relaksasi untuk memfasilitasi
respon terhadap analgesik
96)
Rasional: meningkatkan

respon terbaik pada pemberian obat


Berikan analgesik pada waktunya
terutama untuk nyeri berat
97)
Rasional: mencegah kadar

obat pada darah yang tinggi


Berikan tambahan analgesik dan atau
obat ketika diperlukan pada potensial
analgesik
98)
Rasional: memberikan

respon terbaik pada analgesik


Pertimbangkan penggunaan infus
analgesia kontinu dengan bolus opioid

untuk mengontrol nyeri


99)
Rasional: memberikan
kadar obat dalam darah secara
-

konsisten
Perbaiki kesalahan konsep/mitor yang
dipegang pasien atau anggota keluarga
mengenai analgesik terutama opioid
(mis., adiksi, risiko takar jalak)
100)
Rasional: meningkatkan
kerjasama dengan perencanaan

penatalaksanaan nyeri
Beritahu pasien dan keluarga tentang
kebutuhan terhadap obat dan
kemungkinan efek samping
101)
Rasional: meningkatkan

pengertian/pemahaman
Instruksikan meminta obat nyeri PRN
sebelum nyeri menjadi berat
102)
Rasional: meningkatkan

efektivitas dari pengobatan PRN


Beritahu pasien dan keluarga metode
tambahan untuk mengontrol nyeri
103)
Rasional: memberikan
peningkatan kesadaran akan teknik

relaksasi, irama napas, dan obat


Instruksikan pasien bahwa obat nyeri
hanya untuk penggunaan pasien
semata
104)

Rasional: mencegah

potensial masalah
3. Risiko infeksi berhubungan dengan

Faktor risiko infeksi akan hilang

tindakan invasive, insisi post

dibuktikan oleh keadekuatan status

pembedahan
-

imun pasien
Pasien mendapat imunisasi yang

tepat
Terbebas dari tanda dan gejala

Pantau tanda/gejala infeksi


105)
Rasional: mengetahui
perubahan yang terjadi pada tubuh

pasien
Kaji faktor yang meningkatkan
serangan infeksi
106)
Rasional: mencegah

infeksi
-

keparahan infeksi
Pantau hasil laboratorium
107)
Rasional: mengetahui
perubahan yang terjadi pada tubuh

pasien
Amati penampilan praktik higiene
pribadi untuk perlindungan terhadap
infeksi
108)

Rasional: terhindar dari

infeksi
Jelaskan kepada pasien/keluarga
mengapa sakit dan pengobatan

meningkatkan risiko terhdapa infeksi


109)
Rasional: meningkatkan
pemahaman pasien/keluarga terhadap
-

penyakit
Instruksikan untuk menjaga higiene
pribadi utnuk melindungi tubuh
terhdap infeksi
110)
Rasional: mencegah

keparahan infeksi
Ajarkan pasien teknik mencuci tangan
yang benar
111)
Rasional: meningkatkan
pengetahuan pasien

4. Intoleransi aktivitas berhubungan


dengan kelemahan fisik

Menyadari keterbatasan energi


Menyeimbangkan aktivitas dan

istirahat
Tingkat daya tahan adekuat untuk
beraktivitas

Kaji respon emosi, sosial, dan spiritual


terhadap aktivitas
112)
Rasional: mengetahui respon

yang ditunjukkan pasien


Evaluasi motivasi dan keinginan
pasien untuk meningkatkan aktivitas
113)
Rasional: perencanaan

tindakan keperawatan selanjutnya


Tentukan penyebab keletihan
114)
Rasional: menentukan
tindakan keperawatan yang sesuai
Pantau asupan nutrisi pasien

115)
-

Rasional: memastikan

keadekuatan sumber-sumber energi


Pantau/dokumentasikan pola istirahat
pasien dan lamanya waktu tidur
116)
Rasional: memastikan

kualitas istirahat
Instruksikan pasien/keluarga dalam
penggunaan teknik relaksasi selama
aktivitas
117)
Rasional: meningkatkan

kemampuan aktivitas pasien


Kolaborasikan dengan ahli terapi
okupasi, fisik dan atau rekreasi
118)
Rasional: utnuk
merencanakan dan memantau
program aktivitas sesuai dengan
kebutuhan

5. Gangguan citra tubuh berhubungan

Citra tubuh membaik, dipertahankan

dan dipelihara
Akomodasi dibuat dan adaptasi

dengan pembuatan ostomy karena


lokasi kanker kolorektal

terhadap ostomi dimulai

119)

Peningkatan

citra tubuh
-

Dorong pasien untuk mengekspresikan


perasaan mengenai ostomi dan
diagnosis kanker kolorektal, dan
perkiraan dampaknya pada gaya

hidup
120)

Rasional: meningkatkan

integritas perubahan kedalam gaya


hidup
-

Evaluasi perasaan pasien mengenai


ostomi dan efeknya pada identitas
seksual, hubungan, dan citra tubuh
121)

Rasional: memberikan data

latar belakang untuk merumuskan


recana perawatan
-

Bantu pasien utnuk memisahkan


penampilan fisik dan perasaan makna
pribadi
122)

Rasional: meningkatkan

citra diri positif


-

Berikan kesempatan untuk berduka


terhadaa kehilangan fungsi defekasi
normalnya

123)

Rasional: menyediakan

waktu bagi pasien untuk menghadapi


kehilangan
-

Berikan kesempatan utnuk


mengungkapakan emosi negatif
seperti marah dan rasa bersalah
124)

Rasional: meningkatkan

koping dimana ini sebagai reaksi


normal terhadap kehilangan
-

Pantau apakah pasien dapat melihat


ostomi
125)

Rasional: ketidakmampuan

melihat ostomi dapat mengindikasikan


kesulitan koping
-

Dorong komunikasi terbuka antara


pasien dan keluarga terhdapa
pembuatan ostomi dan dampaknya
terhdap penyakit
126)

Rasional: meningkatakna

koping keluarga/pasien
-

Usahakaan pengunjung dari kelompok


ostomi untuk melihat pasien sebelum
pulang
127)

Rasional: menigkatkan

perasaan penerimaan
-

Informasikan pasien tentang sumber


komunitas seperti kelompok ostomi
128)

Rasional: memberikan

sumber potensial untuk dukungan


lebih lanjut
-

Berikan pasien materi tertulis


mengenai kelompok ostomi
129)

Rasional: memberikan

penguatan tentang informasi verbal


130)
131)

132)

133)

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker usus besar disebut juga dengan kanker kolon. Kanker ini berada di bawah
pencernaan manusia. Kanker usus besar jika sudah menyebar bisa disebut juga dengan
kanker rektum. Kanker rektum adalah kanker yang berada di organ beberapa inci dari
usus besar. Kanker usus besar dan kanker rektum disebut dengan kanker kolorektal.
Sebagian besar kasus kanker usus besar diawali dengan pembentukan gumpalangumpalan sel berukuran kecil yang disebut polip adenoma. Gumpalan ini kemudian
menyebar secara tidak terkendali seiring waktu. Secara umum dinyatakan bahwa untuk
perkembangan kanker kolon dan rektum merupakan interaksi berbagai faktor yakni factor
lingkungan dan faktor genetik.
Berikut ini beberapa gejala yang dapat dirasakan penderita kanker usus besar, di
antaranya: Adanya darah pada feses atau bahkan pendarahan di anus, Berubahnya tekstur
kepadatan feses, Menurunnya berat badan, Tubuh terasa lelah, Nyeri atau kram pada
bagian perut, Perut kembung, Meningkatnya frekuensi buang air besar atau diare,
Konstipasi dan Hilang nafsu makan.
Dibawah ini beberapa diagnosa Keperawatan yang terkait pasien
dengan kanker kolon dan rektum yaitu:
Pre-Operative : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh (00002), Diare (00013), Nyeri akut (00132), Ansietas (00146),
Kurang pengetahuan (00126)
Post-Operative : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh (00002), Nyeri akut (00132), Risiko infeksi (00004), Intoleransi
aktivitas (00092), Gangguan citra tubuh (00118).

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan untuk
perencanaan dan pendukomentasian perawatan Pasien, Edisi-3, Alih bahasa; Kariasa,I.M.,
Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta.
Anonim. Bab II tinjauan pustaka. Available at

http://digilib.unila.ac.id/2316/10/BAB%20II.pdf. Accessed 25 November 2015

Zahari, Asril. Deteksi dini, diagnosa, dan penatalaksanaan kanker kolon dan rektum.
Available at

http://repository.unand.ac.id/12202/1/Deteksi_Dini,_Diagnosa_dan_Penatalaksanaan_Kanker
_Kolon_dan_Kerektum.pdf Accessed 25 November 2015

Vous aimerez peut-être aussi