Vous êtes sur la page 1sur 4

ANTARA AKU DAN DIA

Haii...!! kusapa pagiku dengan senyuman yang terlukiskan dibibirku.


Sambil menghirup udara pagi yang masih bersih dan segar, aku memejamkan
mata menikmati udara yang ada disekelilingku. Aku benar-benar menikmatinya,
hingga mataku pun tak ingin terbuka lagi. Ingin rasanya aku terus memejamkan
mata ini dan menikmati keindahan ini dalam waktu yang cukup lama.
Kupejamkan mata ini, dan pikiranku melayang pada kejadian yng kemarin,
sangat menyekat dihati. Dalam pejaman mataku, sedikit demi sedikit air mataku
jatuh. Aku merasakan suatu perasaan yang begitu mendalam dan menyakitkan
saatku mengingatnya. Entah kepada siapa aku bisa mencurahkan semua keluh
kesah hati ini, kegundahan hati ini, aku tak tahu. Aku hanya menyimpannya
dalam hati ini dan terus menerus merasakan perihnya. Ya, walaupun aku tetap
bisa tersenyum dihadapan semua orang, namun tak satu pun orang yang tahu
apa yang sebenarnya terjadi di balik senyumku.
Suatu penyesalanku yang amat terdalam ketika aku menyia-nyiakan kasih
sayang seorang laki-laki yang begitu sayang sama aku. Dia selalu memberikanku
semangat, perhatian, dan kasih sayang. Selalu mengert keadaanku dan apa
yang aku butuhkan. Sesibuk apapun dia, selalu ada waktu untuk mengingatkan
untuk makan, jaga kesehatan, dan semangat yang tak pernah pudar. Dia sangat
baik dan aku sangat nyaman bersama dia.
1 bulan lebih aku berhubungan dengan dia dan komunikasi tak pernah
putus. Walaupun aku dan dia belum memiliki status hubungan yang jelas. Yang
pastinya aku dan dia sama-sama saling sayang. Aku yang sedikit sensitif, dan
selalu butuh perhatian dari dia, apabila dia sedikit berubah, aku mulai menangis
dan ngambek. Terkadang aku suka egois, tidak mengerti keadaannya yang selalu
bekerja. Tapi, walaupun konflik terjadi, dia selalu berusaha untuk meredakan
konflik itu. Dia lelaki terbaik dan mulia.
Namun, suatu kesalahan fatal telah ku perbuat. Pada saat itu, aku pergi
mengikuti Kongres Serikat Mahasiswa ke Puncak. Aku pamit, dia selalu
mengingatkan ku menjaga kesehatan dan makan. Selama di Kongres aku begitu
sibuk. Aku jarang memainkan hp ku. Bahkan untuk bbm sama dia, sangat sedikit
waktunya. Namun, aku tetap mengingatnya untuk makan dan bercerita tentang
kegiatanku dengan dia.
Pada hari menjelangnya berakhirnya Kongres, malamnya aku benar-benar
sibuk. Banyak tugas yang harus aku selesaikan. Aku sempat bbm dia, bahwa aku
akan sibuk. Dia pun mengerti keadaanku, dia tetap mengingatku untuk makan
dan jaga kesehatan. Kondisiku benar-benar sangat fokus selama kongres itu
berlangsun. Tidurpun aku jam 03.00 WIB, terus lanjut lagi pukul 08.00 WIB.
Dari pagi hingga siang, aku memang tidak ada mengabarin dia. Aku sibuk
dengan kegiatanku. Ya, begitulah aku, jika aku sibuk, aku pasti melupakan
segalanya. Karena bagiku karir dan pendidikan itu nomor satu. Prinsip itu terus

aku pakai hingga saat ini. Aku memang sengaja tidak mengabarinya, karena
pada saat itu aku berpikir lebih baik selesai kongres ini aku akan mengabarinya.

Handphone aku bergetar, setitik lampu kecil di handphoneku menyala


warna merah bertanda ada bbm yang masuk. Kemudian aku buka isinya: Bete
gw, apa salahnya bbm sekali atau dua kali geto?. Melihat isi bbm seperti itu,
emosiku terpancing dan aku membalas bbm itu dengan ketus. Perselisihan
antara aku dan dia terjadi, semuanya tampak emosi. Perasaanku saat itu sangat
kesal dan pengennya marah. Ntah itu karena aku kecapean ntah karena apalah,
aku jadi sangat emosi.
Kongres selesai, aku dan yang lainnya packing untuk balik lagi ke Jakarta.
Sepanjang perjalanan pulang, aku masih saja emosi. Pikiranku rasanya sangat
kacau, semuanya dipenuhi dengan rasa emosi yang meluap-luap. Sedikit
senyuman tidak ada aku lukiskan, begitu pula wajah yang ceria tidak ada
mengisi waktu ku saat itu.
Sesampainya di kostan, aku merebahkan tubuh di atas kasur dan menarik
nafas dalam-dalam. Aku mengecash hadphoneku yang sudah habis batrei. Tibatiba aku melamun, memikirkan dia, dan memikirkan masalah tadi. Aku
menuliskan kata-kata di facebook Kita belum jadian, terserah anda mau menilai
aku apa? Aku memang cewek supersibuk. Setelah anda melihat aku sebenarnya,
kalau anda ingin mencari cewek lagi ya silahkan itu hak anda. Karir dan
pendidikanku nomor satu, masih banyak yang ingin aku capai.
Aku tidak tahu, itu tulisan menyakitkan atau tidak. Ketika aku membuka
bbm ku, aku terkejut melihat status dia kandas di tengah jalan. Aku tersentak,
dan langsung bbm dia. Aku meminta maaf atas khilafanku tadi, air mataku
terjatuh sambil memencet tombol-tombol yang ada di handphoneku.
Akan tetapi, respon dia biasa saja untuk apa minta maaf, aku yang salah,
aku egois. Kamu benar banyak yang harus kamu capai, aku ngak mau jadi
penghalang kamu. Pelajaran harus nomor satu, dan pacaran nomor 2. Gak ada
yang mesti di minta maaf. Semuanya memang sudah kandas ditengah jalan.
Air mataku bercucuran, aku seolah-olah merasa kehilangan dia saat ku
membaca kalimat yang ditulisnya. Aku benar- benar merasa bersalah dan aku
menyesal atas sikapku yang egois. Sumpah, aku tidak menyadari apa yang telah
aku perbuat dengan dia hingga dia menjadi berubah denganku. Rasanya
semuanya benar-benar sudah hilang, sudah kandas. Hingga saat itu semuanya
berubah, dia seakan sudah pergi. Walaupun aku dan dia masih tetap bbm, tapi
semuanya tidak sehangat dan seindah hari sebelumnya.
Tidak ada lagi dirinya yang selalu mengirimkan Voice note dipagi hari,
semangatin aku saat pergi kuliah, menghibur aku waktu aku sedih, mengetok
kepalaku kalau diet, mengomelinku bila aku malas makan, dan yang suka eksis.
Aku sangat bersyukur mengenal dia dan sepenuhnya aku sangat menyayangi dia
setulus hati. Aku selalu berdoa, kalau aku bisa tetap bersama dia dalam waktu

yang cukup lama. Tapi Tuhan memiliki rencana lain, semuanya harus kandas dan
hancur.

Unsur intrinsik :
Tema : Penyesalan
Tokoh : aku (perempuan)
Dia (laki-laki)
Watak : aku = sensitif, butuh perhatian, jutek, egois
Dia = penyayang, sabar, baik hat
Alur : mundur
Sudut pandang : orang pertama pelaku utama

Unsur ekstrinsik :
Agama : Tuhan memiliki rencana yang lain
Sosial : menulis status di Facebook

Vous aimerez peut-être aussi