Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
I.1 IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. R
Jenis kelamin
: Laki-Laki
Tanggal Lahir
: 8 Januari 1992
Umur
: 24 tahun
Pekerjaan
: Belum bekerja
Alamat
Tanggal Masuk
: 19 Desember 2015
No RM
: 2222747
I.2 SUBJECTIVE
Keluhan Utama :
Kejang sejak 1 jam SMRS
: disangkal
Hipertensi
: disangkal
DM
: disangkal
: disangkal
Riwayat Alergi
: disangkal
: disangkal
I.3 OBJECTIVE
STATUS GENERALIS
Keadaan Umum
: Sakit sedang
Kesadaran
: Compos Mentis
Vital Sign
STATUS LOKALISATA
Status Interna
Kepala/Leher:
-
Thoraks :
-
Jantung :
o Inspeksi
o Palpasi : Iktus kordis teraba, tidak kuat angkat, terdapat pada sela
iga 5 garis midclavicula
o Perkusi
: Redup, batas jantung normal
o Auskultasi
: Suara jantung I dan II regular, tidak terdapat gallop
-
Paru
o
o
o
o
Abdomen :
Inspeksi
: Simetris, protuberan
Auskultasi
: Bising usus normal terdengar di seluruh kuadran abdomen
Palpasi
:
Teraba soefl
Tidak terdapat ascites
Hepar dan lien tidak teraba
Tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen
Ekstremitas:
Tidak ada edema
Tidak terdapat akral yang dingin
Tidak terdapat sianosis
Status Neurologi
GCS
: E4V5M6
MENINGEAL SIGN
:
Kaku Kuduk
: Kernig
: Brudzinski I-IV : NERVUS CRANIALIS :
1. N. Olfaktorius (N. I) : Tidak ada kelainan
2. N. Optikus (N. II)
:
a. Tajam Penglihatan
: Tidak ada kelainan
b. Lapang pandang (visual field)
: Tidak ada kelainan
c. Warna
: Tidak dilakukan
d. Funduskopi
: Tidak dilakukan
3. N. okulomotorius, troklearis, abducen (N. III,IV,VI)
a. Kedudukan bola mata saat diam : Dalam batas normal
b. Gerakan bola mata : Tidak ada kelainan
3
c. Pupil:
i. Bentuk, lebar, perbedaan lebar
: Dalam batas normal
ii. Reaksi cahaya langsung dan konsensuil: +/+
iii. Reaksi akomodasi dan konvergensi : Dalam batas normal
4. N. Trigeminus (N. V)
a. Sensorik : Dalam batas normal
b. Motorik :
i. Merapatkan gigi
: Tidak ada kelainan
ii. Buka mulut
: Tidak ada kelainan
iii. Menggigit tongue spatel kayu : Tidak dilakukan
iv. Menggerakkan rahang
: Tidak ada kelainan
c. Refleks :
i. Maseter /mandibular
: (-)
ii. Kornea
: (+)
5. N. Facialis (N. VII)
a. Sensorik
: sensorik raba dalam batas normal
b. Motorik
i.
Kondisi diam
: simetris
ii. Kondisi bergerak :
a) Musculus frontalis
: Tidak ada
kelainan
b) Musculus nasalis
: Tidak
ada kelainan
c) Musculus orbicularis oculi
kelainan
d) Musculus orbicularis oris
: Tidak ada
: Tidak
ada kelainan
e) Musculus zigomaticus
: Tidak ada
kelainan
f)Musculus bucinator
: Tidak ada
kelainan
g) Musculus mentalis
: Tidak ada
kelainan
c. Sensorik khusus
i.
Lakrimasi
ii.
Refleks stapedius
iii.
Pengecapan 2/3 anterior lidah
: Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan
: Tidak ada
kelainan
6. N. Statoakustikus (N. VIII)
a. Suara bisik: Tidak ada kelainan
b. Arloji
: Tidak ada kelainan
c. Garpu tala : Tidak dilakukan
d. Nistagmus : Tidak dilakukan
e. Tes Kalori : Tidak dilakukan
: uvula simetris
: uvula simetris
: muntah (+), batuk
(+)
d. Sensorik khusus
:
- Pengecapan 1/3 belakang lidah
: tidak ada kelainan
e. Suara serak atau parau
: (-)
f. Kesulitan menelan
: (-)
8. N. Acesorius (N.XI)
a. Kekuatan m. trapezius
: Dalam batas normal
b. Kekuatan m. sternokleidomastoideus
: Tidak ada kelainan
9. N. hipoglosus (N. XII)
a. Kondisi diam
: lidah simetris
b. Kondisi bergerak : lidah simetris
MOTORIK :
a. Trofi
: atrofi pada ekstremitas bawah
b. Tonus
: hipotonus pada sisi kanan
c. Kekuatan otot :
3
5
3
SENSORIK
a. Eksteroseptik / protopatik (nyeri/suhu, raba halus/kasar) :
Dalam batas normal
b. Proprioseptik (gerak/posisi, getar dan tekan) : Dalam batas
normal
REFLEKS FISIOLOGIS
a. Refleks Superficial
i.
Dinding perut /BHR : - / ii.
Cremaster
: tidak dilakukan
b. Refleks tendon / periostenum :
i.
BPR / Biceps
: / +
ii.
TPR / Triceps
: / +
iii.
KPR / Patella
: / +
iv.
APR / Achilles
: / +
v.
Klonus :
Lutut / patella
:-/ Kaki / ankle
:-/REFLEKS PATOLOGIS
Hoffman Tromer : - / Babinsky
:+/Chaddok
:+/Gordon
:-/Schaefer
:-/-
PEMERIKSAAN SEREBELLUM
a. Koordinasi
: Dalam batas normal
b. Keseimbangan : Tidak dilakukan
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
Hasil
Unit
Nilai rujukan
9.46
ribu/mm3
5 10
0.4
1.7
80.7
14.2
3.0
%
%
%
%
%
01
24
50 - 70
25 - 40
28
4.04
11.6
37
91.0
28.6
31.5
17.18
351
juta/uL
g/dL
%
fL
Pg
%
%
ribu/mm3
3.6 -5.8
12.10 - 16.0
35 47
80 - 100
26 34
32 36
11.5 - 14.5
150 - 440
7.275
22.5
107.0
10.1
10.8
-15.5
13.4
97.5
mmHg
mmHg
mmol/L
mmol/L
mmol/L
%
7.34-7.44
35-45
85-95
22-26
23-27
-2.5-2.5
22-26
96-97
GDS
Asam urat
Trigliserida
Kolesterol total
Kolesterol HDL
Kolesterol LDL
106
2.5
107
182
41
119.6
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL
Ureum
Kreatinin
Elektrolit
Natrium
Kalium
Clorida
16
0.4
mg/dL
mg/dL
<180
36
<150
<200 , 200-239 batas tinggi
<40 : rendah >=60 : tinggi
<100 : optimal
100 - 129 : mendekati optimal
130 - 159: batas tinggi
160 - 189: tinggi
> 190: sangat tinggi
20 - 40
0.8 - 1.5
137
4.00
101.0
mmol/L
mmol/L
mmol/L
135 - 145
3.5 - 5.5
9.3 - 109
U/L 37 C
U/L
U/L
U/L
U/L
g/dL
<120
<190
0-37
0-40
29-41
3.4-5
Amilase P
95.6
Lipase
190.4
SGOT
53
SGPT
64
Gamma GT
431.0
Albumin
4
IMUNOSEROLOGI
Anti Toxolasma IgG 286
IU/mL
Negatif <4
Equivocal <=4-<8
Positif >=8
Non Reaktif
Anti Toxolasma IgM
0.07
Non Reaktif
Anti HIV
0.06
Reaktif >=0.25
2. CT-Scan Brain
I.5 ASSESSMENT
A.
B.
C.
D.
Klinis
Topik
Etiologi
Diagnosis PA
I.6 PENATALAKSANAAN
PLANNING TERAPI
-
Streptomicyn 1x750 mg
Rifampicyn 1x450 mg
INH 1x300 mg
Etambutol 1x1000 mg
Pirazinamid 1x1000 mg
Depacote 1x500 mg
Fenitoin 3x1
Vit B6 3x1
Citicholine 2x500
Clyndamicyn 3x600 mg
Neurobion 5000 (drip)
Ranitidine 2x1
Loratadin 2x1
Ceftriaxone 1x2 gr
Dexametasone 2x1gr
PLANNING MONITORING
Observasi keadaan umum
Observasi vital sign
Observasi defisit neurologis
EDUKASI
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Tuberkuloma intrakranial adalah suatu massa seperti tumor yang berasal
dari penyebaran secara hematogen lesi tuberkulosa pada bagian tubuh yang lain
terutama dari paru. Infeksi granulomatosa yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis ini melibatkan parenkim otak dan kadang kadang melibatkan selaput
otak (meninges). Tuberkuloma sering multiple dan paling banyak berlokasi pada
fosa posterior pada anak dan orang dewasa tetapi dapat juga pada hemisfer
serebri. Tuberkuloma merupakan konglomerasi dari tuberkel kecil dan bergabung
membentuk tubekuloma matur yang terdiri atas nekrosis perkejuan di pusatnya
dikelilingi oleh fibroblas, sel epiteloid, sel raksasa dan limfosit. 1,2
II. 2 Epidemiologi
Tuberkulosis tetap menjadi beban di seluruh dunia, dengan sebagian besar
kasus baru tuberkulosis aktif terjadi di negara-negara terbelakang dan
berkembang. Delapan puluh persen kasus baru tuberkulosis berhubungan dengan
faktor demografi seperti kemiskinan, jumlah penduduk yang padat, malnutrisi,
sistem kekebalan tubuh dan memainkan peran utama dalam epidemi di seluruh
dunia. Sedangkan 20% sisanya berhubungan dengan HIV (Human
Immunodefisiensy Virus) di Sub-Sahara Afrika. Faktor risiko lain adalah penderita
campak, alkoholisme, keganasan, dan pengguna agen imunosupresif pada orang
dewasa.
Dalam sebuah penelitian besar tentang epidemiologi tuberkulosis paru di
Amerika Serikat, keterlibatan sistem saraf pusat tercatat 5 sampai 10% dari kasus
tuberkulosis ekstrapulmoner. Data tahun 2005 menunjukkan bahwa 6,3% kasus
ekstrapulmoner melibatkan sistem saraf pusat (1,3% dari kasus tuberkulosis total).
10
11
pecah atau tumbuh dari satu atau lebih lesi kecil menjadi berbagai jenis
tuberkulosis sistem saraf pusat. Jenis dan perluasan lesi tergantung dari jumlah
dan virulensi basil serta respon imun dari inang. Lokasi fokus dan kekebalan
tubuh menentukan bentuk tuberkulosis sistem saraf pusat.
Patogenesis dari lesi yang terlokalisir di otak di anggap berhubungan
dengan adanya penyebaran basil tuberkulosis secara hematogen yang fokus
primernya dari paru, meskipun pada beberapa penelitian hanya tampak 30% pada
radiografi paru. Hal itu memberi keyakinan bahwa inokulasi dalam ukuran kecil
dan tidak adanya kekebalan tubuh dapat menyebabkan fokus tuberkulosis di
parenkim otak dan dapat berkembang menjadi tuberkuloma atau abses
tuberkulosis otak.
Tuberkel dapat pecah dan memasuki cairan otak dalam ruang subarachnoid
dan sistim ventrikel, menimbulkan meningitis dengan proses patologi berupa
1)
2)
3)
12
II.6 Diagnosis1,4,6
Diagnosis tuberkulosis intrakranial meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan darah, pemeriksaan radiologi (foto
polos, CT, MRI) dan pemeriksaan PA.
a. Pemeriksaan darah
Erythrocyte sedimentation rate (ESR) dianggap membantu dalam
diagnosis tuberkulosis paru dan ekstra paru. ESR ini dilaporkan meningkat
pada tuberkuloma cerebral namun pada prosentase kasus yang kecil. Diagnosis
definitif tuberkulosis intrakranial adalah adanya deteksi basil tuberkulum
dalam CSF, baik dengan pemeriksaan BTA atau kultur bakteri. Namun kultur
bakteri diperlukan waktu yang lama. Pada pemeriksaan CSF pasien
tuberkuloma menunjukkan adanya limfomonositik pleositosis dengan level
glukosa yang rendah dan proten yang tinggi. Karena sulit mendeteksi basil TB,
dikembangkan pemeriksaan antibodi terhadap basil tuberkulum yang terdeteksi
dengan ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay) dan terbukti pemeriksaan
tersebut berhasil. Namun, tes ELISA dapat memberikan hasil negatif palsu,
misalnya dalam keadaan tidak ada imunosupresi atau jika ada imunosupresi
oleh karena reaksi positif terhadap antigen secara umum (misalnya jamur dan
gondok). Tes kulit tuberkulin dilaporkan awalnya negatif 50-70% kasus dan
sering menjadi positif selama terapi. Metode terbaik untuk mendiagnosis
mikrobakteri infeksi adalah dengan PCR (poli chain reaction) di mana probe
cDNA digunakan untuk mengidentifikasi RNA mikrobakteri atau urutan DNA
di CSF.
b. Pemeriksaan Radiologi
Pencitraan dengan CT dan MR merupakan pencitraan awal yang
digunakan untuk melihat lokasi dan karakter tuberkulosis intrakranial, yang
kemudian biasanya di konfirmasi dengan bedah atau otopsi. Kalsifikasi jarang
terjadi dengan prosentase <20%. Gambaran khas tuberkuloma berupa nodul
dengan area pusat yang kecil (nekrosis perkejuan) pada CT menunjukkan
gambaran dengan densitas rendah dan pada MRI T2WI/FLAIR menunjukkan
13
14
16