Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
MANAJEMEN RISIKO
DEVRI RADISTYA
9D Kurikulum Khusus/ 12
Diploma IV Akuntansi
DAFTAR ISI
I.
B.
C.
D.
E.
ANALISIS RISIKO.......................................................................................................................... 24
F.
G.
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Identifikasi Risiko PT KAI.
21
23
24
24
25
26
33
36
38
40
I. GAMBARAN UMUM
1. Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Industri Perkertaapian
a. PT Kereta Api Indonesia (KAI)
PT KAI yang dibentuk pada tahun 1998 dengan sejarah panjang sejak jaman Belanda,
bergerak pada bidang usaha pelayanan jasa transportasi perkertaapian dengan kepemilikan
100% dimiliki oleh Indonesia.
Tujuan dari PT KAI adalah untuk melaksanakan dan mendukung kebijaksanaan dan
program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional, khususnya di bidang
transportasi, dengan menyediakan barang dan jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing
kuat untuk dapat melakukan ekspansi baik di pasar domestik maupun internasional di
bidang perkeretaapian. Usaha tersebut meliputi usaha pengangkutan orang dan barang
dengan kereta api, kegiatan
perkeretaapian,
prasarana dan sarana kereta api secara efektif untuk kemanfaatan umum.
PT KAI beroperasi sebagai lembaga bisnis yang berorientasi pada laba, namun untuk
tetap menjalankan misinya sebagai organisasi pelayanan public, pemerintah menyediakan
dana Public Service Obligation yang digunakan PT KAI untuk menyubsidi tiket KA ekonomi.
Kepemilikan sarana, prasarana dan aset PT KAI secara ringkas adalah sebagai berikut:
a. Sarana
PT KAI memiliki jumlah lokomotif sebanyak 469 unit pada tahun 2013, gerbong
siap operasi 5.758, kereta rel diesel 85 unit, KRL 410 unit, dan kereta siap
operasi 1482 unit.
b. Prasarana
Prasarana berupa jalan rel yang dimiliki oleh PT KAI saat ini yaitu 2.710 km di
sepanjang Pulau Jawa dan 1.151,5 km di sepanjang Pulau Sumatera.
c. Aset
Aset potensial yang berada di wilayah operasional PT KAI dibagi menjadi dua
jenis, yaitu tanah milik pemerintah dan tanah milik PT KAI, tanah Pemerintah,
yaitu tanah yang di atasnya berdiri prasarana pokok milik pemerintah dengan
luas tanah milik pemerintah yaitu 57.510.403,21 m2, dan tanah PT KAI, yaitu
tanah yang di atasnya berdiri bangunan-bangunan milik PT. Kereta Api Indonesia
(Persero)dan luas tanah milik PT KAI yaitu 262.581.957,56 m2.
Pada tahun 2013 PT KAI berhasil memperoleh laba komprehensif Rp. 560,716 miliar
dan meningkat sebesar 31% dari tahun sebelumnya. Penggunaan laba komprehensif PT
Kereta Api Indonesia (Persero) tahun buku 2013 sebesar Rp 560,71 miliar adalah Rp 84,06
miliar (15%) untuk dividen dan Rp 476,34 miliar (85%) untuk cadangan umum. Perseroan
telah membayar dividen kepada pemegang saham melalui Menteri Keuangan sebesar Rp
67 miliar, dengan rincian: Berdasarkan keputusan RUPS No. RIS 38/D3. MBU/2013 sebesar
Rp 42 miliar dan berdasarkan Surat Menteri BUMN No. S 767/MBU/2013 sebesar Rp 25
miliar. Investasi dan ekspansi Perseroan pada tahun 2-13 menganggarkan investasi sebesar
Rp 7,266 triliun. Investasi tersebut digunakan untuk membeli sarana dan membangun
prasarana bisnis saat ini sebesar Rp 2,884 triliun. Selebihnya, Rp 4,832 triliun, diinvestasikan
untuk pengembangan bisnis seperti angkutan batubara di Sumatera Selatan dan angkutan
bandara Soekarno-Hatta di Jakarta.
Kinerja PT KAI dalam pelayanan dan keselamatan secara ringkas adalah sebagai
berikut:
a. Jumlah lokomotif mogok turun menjadi 698 kejadian dari 954 kejadian pada
tahun 2012.
b. Rata-rata keterlambatan kereta api penumpang keberangkatan 2,57 menit, di
bawah toleransi 4,00 menit dan kedatangan 31,40 menit, di bawah toleransi
32,67 menit.
c. Rata-rata keterlambatan kereta api barang keberangkatan 77,23 menit, di atas
toleransi 55,00 menit, dan kedatangan 108,64 menit, di atas toleransi 64,00
menit.
d. Jumlah peristiwa luar biasa hebat(kecelakaan) turun menjadi 56 dari 57 kejadian
pada 2012.
PT KAI memiliki enam anak perusahaan yang bergerak dalam berbagai sektor usaha
untuk mendukung bisnis perusahaan induk dan bergerak pada bidang selain dari angkutan
penumpang dan angkutan barang. Keenam anak perusahaan tersebut yakni
1. PT. KAI Commuter Jabodetabek, kereta api listrik (commuter)
dalam area
Jabodetabek
2. PT. KAI Pariwisata, penyewaan kereta Wisata yaitu Bali, Toraja dan Nusantara,
tiket pesawat, tiket kereta api reguler dan paket-paket tour domestik &
internasional
3. PT. Reska Multi Usaha, bisnis fasilitas kereta makan, OTC (On Train Cleaning) dan
peluang bisnis baik yang ada di stasiun, di luar stasiun
4. PT. KAI Logistik, bidang layanan distribusi logistik dengan basis kereta api
5. PT. Railink, pengelolaan dan pengusahaan kereta api bandara
6. PT. KAI Property Management, pengembangan properti KAI.
Wilayah operasi Perseroan mencakup Pulau Sumatera dan Jawa-Bali. Wilayah kerja
di Pulau Jawa dibagi berdasarkan Daerah Operasi (DaOp) terdiri dari 9 DaOp, sedangkan
wilayah kerja di Sumatera dibagi berdasarkan Divisi Regional (DivRe) terdiri dari 3 DivRe.
penyiapan
penyusunan
standar,
norma,
prosedur,
dan
kriteria
penyelenggaraan perkeretaapian;
railbus, kereta ekonomi AC Bogowonto, kereta Gajayana, KRL dan beberapa produk bus dan
kereta lainnya.
berfokus pada
volume angkutan barang seperti volume angkutan peti kemas 32,85%, volume
angkutan batu bara 27,43%, dan volume angkutan semen 25,49%.
mengembangkan
integrated
managementsystem,
dan
Pengadaan KRL untuk kereta api Commuter Jabodetabek yang akan dilakukan oleh
PT KCJ selaku anak perusahaan, pengadaan KRDE dan KRL untuk kereta api bandara
yang dilakukan oleh anak perusahaan PT Railink.
Efisiensi Manajemen
8
Bisnis diversifikasi
Mendiversifikasi bisnis
Menjadi empat divisi: rel kereta, transportasi, real estate, dan bisnis lain
TIket murah
Dari dua pendapat diatas terdapat beberapa kesamaan dimana ditekankan pada
diversifikasi bisnis dan manajemen yang bagus, dengan faktor-faktor lainnya sesuai dengan
dua pendapat di atas.
10
hal ini dapat membuat PT KAI perlu melakukan perhitungan ulang atas biaya yang
diperlukan untuk pembangunan tersebut atau opsi lainnya adalah menambah biaya
yang perlu dikeluarkan bila terjadi depresiasi nilai rupiah. Berdasarkan laporan tahunan
tahun 2013 tercatat PT KAI perlu menambah biaya investasi hingga 20% akibat ada
selisih kurs tersebut untuk pembelian alat produksi.
e. Gugatan dan perkara hukum;
PT KAI juga menghadapi gugatan-gugatan hukum yang saat ini kasusnya masih dalam
proses hukum terkait dengan kepemilikan tanah dan bangunan ini, dampak yang
diperkirakan terjadi dari gugatan ini antara lain:
di Jl. Elang,
Potensi kehilangan tanah dan bangunan milik PT.KAI (Persero) yang terletak di
Jalan Wastukencana Nomor 81 dan 83 Bandung.
Potensi kehilangan aset di Jalan Bulak Laut RT.02/ RW.02 Desa Pangandaran,
Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis.
Potensi kehilangan asetnya di Jalan Kemukus Nomor 6-9, Jakarta Barat akibat
dari Perbuatan Terdakwa
Potensi kehilangan tanah ini apabila dilihat dari luas tanah dan lokasi yang beberapa
diantaranya terletak pada lokasi yang strategis dapat menyebabkan PT KAI mengalami
risiko kerugian yang besar dan risiko bisnis lainnya.
f.
Tekanan masyarakat; tekanan masyarakat akan kebutuhan kereta api yang semakin
banyak dan tinggi; kemacetan yang semakin parah membuat masyarakat mencari
alternatif transportasi lain yang dapat memberikan kenyamanan dan ketepatan waktu
dalam menembus kota besar terutama Jakarta. Selain itu dengan tingkat polusi yang
dihasilkan oleh kereta api jauh lebih kecil daripada alat transportasi yang ada saat ini dan
12
kapasitas angkut yang sangat banyak menjadikan kereta sebagai alternatif transportasi
yang ditunggu masyarakat.
g. Kerjasama dengan perusahaan-perusahaan yang lini bisnisnya mendukung bisnis PT
KAI; pembelian kereta yang mayoritas masih impor tidak mendukung sektor
perkeretaapian nasional, padahal di Indonesia PT INKA sebagai salah satu BUMN yang
dapat memasok kereta untuk PT KAI sudah dapat membuat kereta yang cukup modern
dan tidak kalah bila dibandingkan dengan kereta-kereta yang diimpor apalagi bila
dibandingkan kereta bekas dari Jepang.
2. Kondisi internal
Kondisi internal yang dapat berdampak pada manajemen risiko PT KAI adalah
a. Kebijakan strategis perusahaan; kebijakan perusahaan yang telah diterapkan saat ini
dapat dilihat dalam laporan tahunan 2013 dimana terdapat 5 inisiatif strategis
berdasarkan laporan tahunan KAI tahun 2013:
pelayanan pelanggan di tahun 2013 adalah penataan stasiun dan penerapan e-ticketing
untuk commuter line.
tahun 2013, kontribusi pendapatan dari non-angkutan penumpang naik menjadi 55%.
operasi untuk
pelayanan, dan
keamanan.
Selain daripada 5 kebijakan yang telah diambil perusahaan pada tahun 2013 terdapat
pula rencana kebijakan yang akan diambil seperti pada tercantum dalam strategi jangka
panjang perusahaan. Wacana terkait kebijakan yang akan diambil perusahaan di masa
depan juga menjadi perhatian dari perusahaan seperti wacana pemisahbukuan/
pencatatan atas pengoperasian kereta PSO.
13
b. Kebijakan pengelolaan SDM; kebijakan penerimaan SDM PT KAI saat ini lebih banyak
mengambil personel dengan pendidikan yang cukup tinggi dan mengurangi pegawai
dengan kualifikasi pendidikan setingkat SD dan SMP, dan juga dijalankan pula kebijakan
pengurangan pegawai secara bertahap sampai dengan jumlah ideal sesuai permintaan
Dewan Komisaris.
c. Kinerja angkutan penumpang; Perseroan mencatat jumlah volume penumpang kereta
api tahun 2013 mencapai 221
9,29% bila
dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 202 juta penumpang. Jabodetabek masih
memberikan kontribusi terbesar, yaitu 88,07% terhadap total volume angkutan kereta
api penumpang di tahun 2013, sisanya berasal dari kontribusi kereta api komersial jarak
jauh sebesar 11,93%. Dari total jumlah penumpang sebanyak 221 juta tersebut, total
penumpang di Pulau Jawa yang dapat terangkut oleh kereta api penumpang mencapai
217,69 juta orang di tahun 2013 dan penumpang di pulau Sumatera hanya sebagian kecil
dari itu. Fokus saat ini untuk kereta di pulau Sumatera lebih kepada pengangkutan
barang tambang dan kelapa sawit
d. Kinerja angkutan barang; pada tahun 2013 angkutan barang naik 11,93% menjadi 24,71
juta ton dari 22,08 juta ton tahun 2012. Angkutan barang ini masih didominasi dari
angkutan batubara yang memberikan kontribusi volume tertinggi sebesar 14,8 juta ton
di Sumatera Selatan bekerjasama dengan PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero).
Selain dari angkutan di Sumatera, saat ini meningkat pula secara bertahap pelayanan
angkutan barang di Jawa yang dapat menjadi prospek ke depan PT KAI.
e. Pengembangan teknologi PT KAI; pengembangan teknologi perkeretaapian saat ini
telah dilakukan dengan sistem informasi dan aplikasi yang telah dikembangkan untuk
meningkatkan layanan PT KAI. Sistem tersebut antara lain dengan
1. pengaplikasian Rail Ticketing System (RTS) adalah aplikasi baru ticketing system
PT KAI. RTS ini dikembangkan dalam bentuk railbox dan railcard, railbox adalah
mesin penjual tiket kereta api yang ditempatkan di beberapa stasiun. Railcard
yaitu kartu prabayar, pelanggan kereta dapat membeli tiket di mesin railbox.
2. Program B2B (Business to Business); kerjasama antara PT KAI dengan perusahaan
lain yang memiliki sistem pembayaran tersendiri. Channel eksternal yang
dimiliki PT KAI diantaranya Indomaret, Alfamart, Kantor Pos, Gerai Fastpay, PPOB
BRI Delaprasta, Fin Channel, Pegadaian, Cooppay, dan lain-lain.
14
KAI
www.kereta-api.co.id,
atau
dapat
melalui
www.tiket.com
dan
www.tiketkai.com.
4. Drive Thru adalah produk jasa layanan tambahan agar kendaraan mobil tidak perlu
parkir ataupun turun dari kendaraan terlebih dahulu untuk membeli tiket kereta api.
5. Pencegahan Pelanggaran Sinyal (Garansi); sistem yang dapat mencegah terjadi
tabrakan KA, baik yang terjadi di petak jalan maupun di stasiun dengan memberikan
informasi awal kepada masinis untuk pengontrolan kecepatan kereta.
f.
proses
e. Gerbong Realisasi Siap Operasi (SO) Gerbong 2013 mencapai 5.758 unit, naik 10,03%
dari realisasi tahun 2012 sebanyak 5.233 kereta.
g. Prasarana (rel, stasiun, dan fasilitas) dan pengembangannya
Prasarana utama yang digunakan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) adalah jalan
rel, jembatan, sistem persinyalan dan jaringan listrik aliran atas. Dari sisi prasarana
ditemukan kendala berupa gangguan dan kerusakan pada rel, peralatan persinyalan
dan listrik aliran atas, yang disebabkan oleh kendala teknis maupun gangguan pihak luar
(eksternal).
h. Bisnis anak perusahaan
PT KAI dengan 3 lini bisnis intinya yakni; angkutan penumpang, angkutan barang, dan
usaha non angkutan dibantu oleh beberapa perusahaan anak untuk menjalankannya.
Bisnis dari perusahaan anak tersebut secara ringkas adalah sebagai berikut:
1. PT. Reska Multi Usaha (PT RMU) melakukan bisnis di bidang restoran kereta api,
OTC (On Train Cleaning), pengoperasian kantin dan restoran, perparkiran di
lingkungan stasiun PT KAI, Res TV, Housekeeping, cuci dan salon kereta, dan lainlain.
2. PT. Railink merupakan joint venture antara PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
dengan PT. Angkasa Pura II (Persero) dan kegiatan usaha yang dijalaninya yakni
pengoperasian, pengelolaan dan pengusahaan kereta api bandara. Saat ini PT.
Railink telah berhasil mengembangkan dan membangun Airport Railink Station
(ARS), khususnya untuk layanan angkutan KA ke Bandara Kualanamu, Deli Serdang,
Sumatera Utara dan proyek selanjutnya adalah untuk Bandara Soekarno-Hatta.
3. PT KCJ (Kereta api Commuter Jakarta) melakukan usaha di bidang pelayanan KRL
Commuter Line. Volume penumpang sepanjang 2013 sebanyak 129,77 juta, naik
130,68% dibanding tahun 2012 sebanyak
pendapatan sepanjang 2013 sebesar Rp
Realisasi
5. PT KA Logistik memiliki bidang layanan distribusi logistik berbasis kereta api, dengan
kemasan bisnis door to door service untuk memberikan bagi pelanggan kereta
api yang didukung dengan angkutan pra dan lanjutan serta layanan penunjangnya,
meliputi pengelolaan Terminal Peti Kemas (TPK), bongkar muat, pergudangan,
pengepakan, pelabelan, pengangkutan, penjejakan, pengawalan logistik serta
manajemen logistik .
6. PT. KA Properti Manajemen (PT KAPM) adalah anak perusahaan PT KAI yang
memiliki tugas dalam pengembangan properti milik PT . Kereta Api Indonesia (P
ersero). Aset - aset itu oleh PT KAPM akan dimaksimalkan dengan membangun
tempat-tempat komersial yang terintegrasi seperti mall, hotel dan apar temen.
Selain faktor pertimbangan bisnis, pengelolaan aset ini juga untuk mencegah
terjadinya kasus penyerobotan lahan milik PT KAI. Prospek usaha untuk tahun
2014 PT KAPM ini antara lain:
a. Pembangunan hotel/Pertokoan di Lokasi Ex-Rumah dinas waru
b. Pembangunan Pasar bersih dan Pertokoan di Lahan srondol semarang
c. Pembangunan Emplasemen Purwokerto Timur
Penunjang Lainnya
d. Pembangunan jembatan Penghubung di Emplasemen jatinegara jakarta yang
Akan dijadikan Area komesial (kios/Toko).
i.
Konteks yang ditetapkan untuk perkeretaapian Indonesia yang saat ini bisnisnya dilakukan
oleh PT KAI dan anak perusahaannya beserta PT INKA menjadi perlu melihat secara luas tidak hanya
dijabarkan dari visi dan misi saja. Namun, tetap perlu pula diketahui apa yang menjadi visi misi dari
PT KAI.
17
Visi PT KAI
Misi PT KAI
Menyelenggarakan
bisnis
penunjangnya melalui
perkeretaapian
dan
bisnis
usaha
bagi pemangku
Misi PT KAI
perpindahan orang dan atau barang secara massal terkait dengan sisi operasional, sarana, dan
prasarana PT KAI, sumber pendanaan terkait dengan kebijakan-kebijakan, pengembangan sarana,
dan prasarana.
Sumber pendanaan ini terkait erat dengan keuntungan dari PT KAI sendiri, mengingat bahwa
dana dari pemerintah untuk PT KAI saat ini hanya melalui PSO, sehingga PT KAI sebagai perusahaan
menjadi perusahaan yang bertujuan mendapat untung. Tujuan perusahaan pada umumnya adalah
untuk meningkatkan laba, kontinuitas usaha, pertumbuhan perusahaan, meningkatkan nilai
perusahaan, dan tanggapan positif dari masyarakat. Posisi PT KAI sebagai BUMN menjadikan posisi
PT KAI lebih difokuskan pada pelayanan, tidak untuk mencari laba, padahal tujuan untuk mendapat
laba ini menjadi penting karena laba yang didapatkan oleh PT KAI digunakan untuk pengembangan
dan investasi untuk peningkatan layanan PT KAI yang dapat menambah pengembangan bisnis.
Dividen yang dibagikan bukan merupakan fokus utama mengingat bahwa pengembangan
layanan lebih penting, walaupun tidak menjadi masalah bila dividen dibagikan pula ke kas negara
seperti yang dilakukan PT KAI saat ini. Investasi-investasi dan pengembangan usaha dari laba yang
diperoleh dapat meningkatkan pertumbuhan dan mempertahankan kontinuitas perusahaan. Selain
itu pula dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan ditegaskan pula bahwa PT KAI memiliki sasaran
untuk meraih citra kereta api sebagai pilihan transportasi unggul.
Lingkungan yang akan dihadapi PT KAI sebagai perusahaan BUMN yang berperan dalam
bidang perkeretaapian adalah sampai saat ini masih menjadi perusahaan monopoli di bidang
perkeretaapian.Otomatis PT KAI menjadi penyedia jasa perkeretaapian terbaik karena monopoli ini.
Monopoli yang dilakukan oleh PT KAI di bidang perkeretaapian membuat pesaing PT KAI datang dari
luar bidang perkeretaapian yakni angkutan laut, udara, dan angkutan darat lainnya. Namun dengan,
situasi demikian maka PT KAI dapat melangkah 1 langkah lebih maju daripada pesaing. Hal ini
berbeda dengan BUMN di angkutan udara, laut, dan udara lainnya dimana misal PT Garuda
Indonesia bersaing dengan perusahaan penerbangan milik swasta pula.
Kriteria untuk risiko yang perlu ditangani tergantung pada kebijakan internal, tujuan, dan
keinginan stakeholder. Konteks untuk memaksimalkan 3 lini bisnis utama yaitu angkutan
penumpang, barang, dan usaha non angkutanserta untuk meraih citra kereta sebagai transportasi
unggul dan memuaskan stakeholder maka kriteria risiko yang ditetapkan diutamakan pada ketiga hal
tersebut. Pengembangan kriteria yang mengacu pada hal tersebut dapat dibuat pada risiko mana
yang luar dapat mengganggu perusahaan baik yg kecil ataupun katastropis.
19
Aktivitas perlu dibagi agar tidak ada risiko signifikan yang terlewat.
1. Memperlancar perpindahan orang dan/atau barang secara massal dengan selamat,
aman, nyaman, cepat dan lancar, tepat, tertib dan teratur, efisien serta menunjang
pemerataan, pertumbuhan, stabilitas, pendorong, dan penggerak pembangunan
nasional dengan pengembangan layanan, sarana, dan prasarana PT KAI.
2. Meningkatkan laba dengan memaksimalkan 3 lini bisnis; angkutan penumpang, barang,
dan usaha non angkutan. Angkutan penumpang yang makin meningkat tiap tahun perlu
diperhatikan risikonya, terutama dengan keterbatasan sarana dan prasarana yang
dimiliki PT KAI. Aktivitas angkutan barang mayoritas dilakukan masih di Sumatera dan
direncanakan pengembangan di Jawa, memerlukan investasi yang lebih besar dan
publikasi besar karena pasar angkutan barang di Jawa sudah ramai. Pengembangan
usaha non angkutan dengan memaksimalkan PT KAI bagaimana pengembangannya.
Berdasarkan pembahasan bagian konteks di atas maka dapat ditentukan bahwa tujuan
perkeretaapian Indonesia adalah
20
Sarana
Prasarana
Kerusakan pada rel kereta, baik itu karena patah, ataupun anjlog
21
No
Keuangan
Strategis
Kurs
Likuiditas
Kebijakan
strategis
Eksternal
Hukum
Kebijakan
pemerintah
asing
Perubahan peraturan tentang perkeretaapian dan PT KAI
Risiko media
Perilaku
22
No
Mitra bisnis
Kompetitor
Sarana dan
prasarana
Produksi
Teknologi
SDM
Keuangan
Permodalan
Eksternal
Reputasi
Kompetitor
Kebijakan
pemerintah
23
V. ANALISIS RISIKO
Analisis
risiko
melibatkan
tingkat
kemungkinan(likelihood)dan
konsekuensi
(consequences)dari suatu risiko. Internal control dalam melakukan analisis risiko ini juga menjadi hal
yang perlu diperhatikan, dengan melihat annual report tahun 2013 PT KAI dan company profile PT
KAI tahun 2012 dapat dilakukan penilaian bahwa sistem pengendalian internal sudah dilakukan
dengan memadai. Sedangkan untuk PT INKA data tersebut tidak didapatkan sehingga diasumsikan
bahwa pengendalian internal belum dilakukan secara memadai sehingga dapat berpengaruh pula
pada analisis risikonya. Tabel kriteria untuk melakukan penilaian risiko diatas dapat dibuat seperti di
bawah ini
DESCRIPTOR
Insignificant
Minor
EXAMPLE OF DESCRIPTION
No injuries, low financial loss
First aid treatment, on-site release immediately contained, medium
financial loss
Moderate
Major
Catastrophic
Death, toxic release off-site with detrimental effect, huge financial loss
Descriptor
Almost certain
Likely
Possible
Unlikely
Rare
DESCRIPTION
24
Likelihood
Almost
Certain
Insignificant
Minor
Moderate
Major
Catastrophic
Likely
Possible
Unlikely
Rare
25
Impact
from event
Happen
happening
Strategies
Level
and their
Consequence
effecti
Likelihood
Risk Reference
Current Risk
Source
The Risk
control
Acceptability (A/U)
Current
C4
B3
veness
(A)
Adequate (M)
Moderate
(I)
Indadequate
Kereta atau
Perawatan kereta
tidak memadai,
digunakan,
kecelakaan, usia
merugikan
atau lokomotif
kereta, perusakan
mengangkut
kereta oleh
penumpang,
masyarakat.
berdampak pada
pendapatan
Kereta atau
lokomotif tidak bisa
Ketidaktersediaan
2
digunakan,
merugikan
belum diperbaiki di
mengangkut
depo.
penumpang,
berdampak pada
pendapatan
26
Impact
from event
Happen
happening
Current
control
Current Risk
Strategies
Level
(A/U)
Source
Acceptability
Reference
Risk
The Risk
Kereta atau
lokomotif tidak bisa
digunakan,
Ketidaktersediaan suku
merugikan
cadang
tidak tersedia di
mengangkut
dalam negeri
penumpang,
berdampak pada
pendapatan
Kereta atau
lokomotif tidak bisa
and their
effecti
I
veness
B3
C4
D2
C2
(A)
Adequate (M)
Moderate
(I)
Indadequate
digunakan,
merugikan
mengangkut
penumpang,
berdampak pada
pendapatan
Kereta atau
lokomotif tidak bisa
Sistem tidak
digunakan,
persinyalan dan
update, tidak
merugikan
teknologi
terawat dengan
mengangkut
perkeretaapian
baik
penumpang,
berdampak pada
pendapatan
Kerusakan fasilitas
6
stasiun dan
ketidakoptimalan
pengelolaan stasiun
Fasilitas stasiun
Pelayanan
tidak terawat,
terganggu, tidak
termakan usia,
optimal pengelolaan
diserobot lahannya
stasiun berdampak
untuk berjualan
pada pendapatan.
27
Impact
from event
Happen
happening
Current
control
Current Risk
Strategies
Level
(A/U)
Source
Acceptability
Reference
Risk
The Risk
Masyarakat
13
Kegagalan kegiatan
penataan stasiun
cItra buruk,
aturan, pendanaan
mengurangi
untuk kegiatan
pendapatan
penataan kurang.
14
Kegagalan penerapan e-
memakai e-
C2
C1
B2
C4
B4
effecti
veness
(A)
Ketidaksiapan
masyarakat untuk
and their
Adequate (M)
cItra buruk,
Moderate
merugikan
(I)
M
perusahaan
Indadequate
memadai
Kegagalan pemasaran/
15
Kegiatan promosi
Pemasaran tidak
belum dilakukan
tersampaikan ke
secara intens
masyarakat
Kereta atau
lokomotif tidak
16
Kegagalan penambahan
Kekurangan
tersedia, merugikan
pendanaan,
mengangkut
dan bisnis
kegagalan tender
penumpang,
berdampak pada
pendapatan
Persaingan
Kegagalan peningkatan
17
angkutan barang
terutama di Jawa
sangat ketat,
pengembangan di
luar pulau Jawa
Biaya operasional
meningkat,
merugikan
perusahaan
butuh investasi
29
Impact
from event
Happen
happening
Current
control
Current Risk
Strategies
Level
(A/U)
Source
Acceptability
Reference
Risk
The Risk
and their
dikembangkan
effecti
veness
(A)
Adequate (M)
Pengembangan TI
18
Kegagalan pemanfaatan
Merugikan
TI untuk memperbaiki
TI gagal
perusahaan,
menerjemahkan
pelayanan tidak
operasi
proses bisnis
efektif
Moderate
(I)
I
Indadequate
C3
C4
C4
E5
dengan baik
Merugikan
19
Gugatan hukum
perusahaan, citra
timbul
dari masyarakat
Risiko penyerobotan
aset KAI yang belum
20
bersertifikat dan
beberapa gugatan
hukum terkait sengketa
tanah
Manajemen PT KAI
belum melakukan
Kehilangan aset,
sertifikasi tanah,
merugikan
perusahaan
masyarakat
Perubahan
Risiko swastanisasi
21
kepemilikan dapat
Wacana pemerintah merubah
melakukan
perusahaan
swastanisasi PT KAI
keseluruhan, bahkan
dapat membubarkan
perusahaan
30
Impact
from event
Happen
happening
Current
control
Current Risk
Strategies
Level
(A/U)
Source
Acceptability
Reference
Risk
The Risk
Perubahan aturan
Perubahan peraturan
22
tentang perkeretaapian
dan PT KAI
Tuntutan dari
dapat merubah
masyarakat, DPR,
perusahaan
ataupun elemen
keseluruhan, bahkan
lainnya
dapat membubarkan
perusahaan
Kegagalan dalam
23
Pemberitaan yang
melakukan
merugikan PT KAI
kehumasan yang
memadai
Aksi perusakan,
24
vandalisme, dan
ketidaktertiban
Perilaku masyarakat
Perilaku masyarakat
pribadi
26
E5
C3
C3
C2
D3
C3
veness
(A)
Adequate (M)
Moderate
merugikan
(I)A
perusahaan
Indadequate
merugikan
perusahaan
Preferensi pemilihan
penggunaan mobil
effecti
I
Aset rusak,
masyarakat
25
and their
Pengguna kereta
berkurang
Risiko perjanjian
Aksi korporasi
Merugikan
dalam melakukan
perusahaan, citra
kerjasama
buruk
Persaingan
angkutan barang
27
terutama di Jawa
Tidak tercapainya
Keterbatasan pengguna
sangat ketat,
target pendapatan
angkutan barang
pengembangan di
layanan angkutan
barang
butuh investasi
besar
31
Impact
from event
Happen
happening
Current
control
Current Risk
Strategies
Level
(A/U)
Source
Acceptability
Reference
Risk
The Risk
Persaingan ketat
dengan moda
transportasi lain,
28
and their
Tidak tercapainya
effecti
target pendapatan
veness
layanan angkutan
penumpang
C4
(A)
Adequate (M)
Moderate
(I)
Indadequate
32
Source
Impact
control
from event
and their
Happen
happening
effectiveness
Current
Risk Reference
Risk Level
(A) Adequate
(M)
Moderate
C4
C3
C3
Level
Consequence
Indadequate
Current Risk
Likelihood
(I)
Acceptability (A/U)
Strategies
Produksi mengalami
1
Peralatan rusak,
keterlambatan/
penunjang produksi
kegagalan,
mengganggu bisnis
Bahan produksi
Produksi mengalami
Ketersediaan bahan
terlambat datang,
keterlambatan/
produksi
beberapa bahan
kegagalan,
mengganggu bisnis
Material telat
datang,
keterlambatan
Citra buruk,
Ketidaktepatan jadwal
proses produksi
pelanggan kecewa,
produksi
karena tahap
mengganggu bisnis
produksi tidak
secara keseluruhan
dijalankan dengan
baik
33
Source
Impact
control
Strategies
Produktivitas tidak
sesuai, harga bahan
produksi berfluktuasi
Merugikan
perusahaan
Current
Risk Level
ity (A/U)
The Risk
Acceptabil
Reference
Risk
Current
D2
C4
C4
D5
D3
D2
E4
Merugikan
perusahaan
proses produksi
Ketertinggalan update
6
sesuai persyaratan
konsumen
Kerjasama alih
Pelanggan memilih
teknologi tidak
kompetitor yang
dilakukan, pelatihan
pegawai jarang
peluang bisnis
Kerjasama alih
Citra buruk,
teknologi tidak
pelanggan kecewa,
dilakukan, pelatihan
mengganggu bisnis
pegawai jarang
secara keseluruhan
Sistem perekrutan
dan pelatihan
pegawai lemah
Produksi mengalami
keterlambatan/
kegagalan,
mengganggu bisnis
Ketergantungan pada
9
permodalan dari
pemerintah,
perbaikan sudah
Sedikit kesulitan
pendanaan
mulai dilakukan
10
Teknologi dan
diperbaharui,
pelanggan terganggu
kegagalan dalam
34
Source
Impact
control
Strategies
gandeng TransJ
Current
Risk Level
ity (A/U)
The Risk
Acceptabil
Reference
Risk
Current
melakukan
kehumasan yang
memadai
PT KAI lebih
mengutamakan
11
kerjasama
Kehilangan potensi
pengadaan kereta
pendapatan, bisnis
terganggu
A4
D3
dengan
pertimbangan bisnis
Dukungan pemerintah baik
12
Kebijakan
pemerintah
Merugikan
perusahaan,
mengganggu bisnis
35
Evaluasi risiko dilakukan berdasarkan pada analisa risiko yang telah dilakukan untuk
menentukan mana saja risiko yang merupakan prioritas dan membutuhkan perlakuan-perlakuan
khusus. Pada analisa risiko yang telah dilakukan ditemukan risiko-risiko mana saja yang dapat
diterima (acceptable) atau tak dapat diterima (unacceptable) dimana risiko-risiko yang unacceptable
yang perlu ditangani oleh perusahaan.
Current
Risk
Level
Current
Risk
Level
Acceptability (A/U)
The Risk
Risk Level
Risk Reference
C4
High
B3
High
B3
High
C4
High
D2
Medium
C2
Medium
C1
Low
A3
Medium
C2
Medium
10
E1
Low
11
A3
High
12
D4
High
13
C2
Medium
U
36
15
16
17
18
19
20
21
Risk
Level
Current
Risk
Level
Acceptability (A/U)
Current
Risk Level
Risk Reference
14
The Risk
C1
Low
B2
Medium
C4
High
B4
High
C3
Medium
C4
High
C4
High
E5
High
22
E5
High
23
C3
Medium
24
C3
Medium
25
C2
Medium
26
D3
Medium
27
C3
Medium
28
C4
High
37
Level
Current Risk
Level
Risk Level
Risk Reference
Risk
Acceptability (A/U)
C4
High
C3
Medium
C3
Medium
D2
Medium
C4
High
C4
High
D5
High
D3
Medium
D2
Medium
E4
Medium
A4
Extreme
D3
High
10
11
12
Evaluasi dari kedua perusahaan di atas didasarkan pada konteks yang telah ditetapkan
sebelumnya yakni memperlancar perpindahan orang dan/atau barang secara massal dengan
selamat, aman, nyaman, cepat dan lancar, tepat, tertib dan teratur, efisien, serta menunjang
38
39
VII.
PENANGANAN RISIKO
Penanganan risiko secara garis besar dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu: menghindari risiko, menurunkan risiko, mentransfer risiko, dan
mempertahankan risiko.Risiko yang digolongkan pada Unacceptable pada tahap evaluasi risiko tersebut yang dilakukan mitigasinya. Cost and benefit dari
tindakan penanganan risiko juga perlu diperhatikan dan dapat berdampak pada bagaimana perusahaan menanganinya. Penyusunan jadwal penanganan
risiko dan rencana tindakan dapat dibuat seperti pada tabel di bawah ini.
Target Risk
Responsible
Treatment to
Level
Person
Timetable
measure
Implemented
For
Target Level
Likelihood
Consequence
effectiveness
(Y/N)
Yes
Monitoring
strategies to
be
Risk Reference
Is the
D2
implementation
Top Level
dapat diperoleh
sebelumnya; Review
oleh manajemen
penghematan bisa
Manajer
8 bulan
of Risk Treatments
Kerusakan kereta
menurun sebanyak
dilakukan
40
Reference
Risk
Is the
Target Risk
Responsible
Treatment to
Level
Person
Timetable
strategies to
be
measure
Implemented
Yasa PT KAI
Yes
Monitoring
effectiveness
D2
Top Level
8 bulan
Manajer
Kerusakan
kereta
of Risk Treatments
menurun sebanyak
Benefit untuk
menutupi kerugian
masyarakat
lebih besar
Yes
C1
Mid Level
2 bulan
Manajer
Yasa PT KAI
Yes
D2
Top Level
Manajer
7 bulan
Ketidaktersediaan
kereta siap operasi
turun sebanyak 30%
dibanding tahun
sebelumnya; Review
oleh manajemen
41
Reference
Risk
Is the
Target Risk
Responsible
Treatment to
Level
Person
Timetable
strategies to
be
measure
Implemented
Yes
Monitoring
effectiveness
D2
Top Level
5 bulan
Manajer
Ketidaktersediaan
of Risk Treatments
kereta siap operasi
dibanding tahun
dengan PT INKA
sebelumnya; Review
oleh manajemen
No
D1
Top Level
2 bulan
Manajer
Ketidaktersediaan
kereta siap operasi
lebih cepat
dibanding tahun
sebelumnya; Review
oleh manajemen
Biaya besar,benefitnya
cadang
Yes
D1
Mid Level
Manajer
1 bulan
Ketidaktersediaan
suku cadang turun
sebanyak 40%
dibanding tahun
sebelumnya; Review
oleh manajemen
42
Reference
Risk
Is the
Target Risk
Responsible
Treatment to
Level
Person
Timetable
strategies to
be
measure
Implemented
effectiveness
D1
kemungkinan risiko
sebanyak 40%
melalui PT INKA
dibanding tahun
sebelumnya; Review
dengan infrastruktur
oleh manajemen
preventif
Yes
Monitoring
Top Level
11 bulan
Manajer
Yes
D3
Mid Level
Ketidaktersediaan
of Risk Treatments
suku cadang turun
5 bulan
Manajer
Biaya besar
Yes
D2
sudah tua
Mid Level
5 bulan
Manajer
Yes
E3
Mid Level
Manajer
5 bulan
Kejadian gangguan
sinyal turun 30 % dari
bertambah, layanan
bertambah
oleh manajemen
43
Reference
Risk
Is the
Target Risk
Responsible
Treatment to
Level
Person
Timetable
strategies to
be
measure
Implemented
Biaya rendah
Yes
Monitoring
effectiveness
E1
peralatan persinyalan
Low Level
1 bulan
Kejadian
gangguan
of Risk Treatments
Manajer &
Teknisi
Biaya rendah
Yes
E2
keamanan stasiun
Low Level
3 bulan
Manajer
Kejadian kerusakan
stasiun turun 40%
dari tahun lalu
Multi Usaha
investasi perusahaan
Yes
D3
Top Level
4 bulan
Manajer
Keuntungan
pengelolaan bisnis
meningkat 20%;
KAI
review oleh
manajemen
ticketing
Yes
D2
Mid Level
Manajer
2 bulan
Kerusakan dan
kegagalan sistem tiket
online turun 30%;
review oleh
manajemen
44
Reference
Risk
Is the
Target Risk
Responsible
Treatment to
Level
Person
Timetable
strategies to
be
measure
Implemented
Biaya kecil
Yes
Monitoring
effectiveness
D3
Low Level
1 bulan
Kerusakan
dan
of Risk Treatments
Manajer &
Teknisi
Biaya besar
Yes
C1
Mid Level
3 bulan
Manajer
Penurunan tingkat
ketidakselesaian
pengerjaan kereta
oleh Depo sebesar
50%; review oleh
manajemen
menutupi kekurangan
Yes
D2
Top Level
Manajer
10 bulan
Penurunan tingkat
ketidakselesaian
menampung kapasitas
pengerjaan kereta
depan
45
Reference
Risk
Is the
Target Risk
Responsible
Treatment to
Level
Person
Timetable
strategies to
be
measure
Implemented
Biaya kecil
Yes
Monitoring
effectiveness
D1
berkala
Mid Level
1 bulan
Manajer
Penurunan
tingkat
of Risk Treatments
kecelakaan akibat
kesalahan manusia
sebanyak 40%; review
oleh manajemen
No
D1
Mid Level
6 bulan
Manajer
Penurunan tingkat
kecelakaan akibat
kesalahan manusia
sebanyak 40%; review
oleh manajemen
Yes
C1
cover kerugian
Mid Level
1 bulan
Manajer
Penurunan tingkat
kerugian akibat
kesalahan manusia
sebanyak 60%; review
oleh manajemen
11
tambahan dimana
Yes
D2
Top Level
5 tahun (jangka
Penurunan tingkat
Manajer
panjang)
penambalan dana
akibat selisih kurs
46
Reference
Risk
Is the
Target Risk
Responsible
Treatment to
Level
Person
Timetable
Monitoring
strategies to
be
measure
Implemented
effectiveness
sebanyak
50%; review
of Risk Treatments
dengan infrastruktur
oleh manajemen
KAI
Asuransi selisih kurs
Biaya medium
Yes
A1
Top Level
1 bulan
Manajer
Penurunan tingkat
penambalan dana
akibat selisih kurs
sebanyak 70%; review
oleh manajemen
12
Yes
E1
Mid Level
5 bulan
masyarakat pengguna
PSO untuk KA
KA ekonomi
ekonomi sebesar
Manajer
Penurunan
penggunaan dana
pengembangan stasiun
Yes
D2
Mid Level
Manajer
2 bulan
Mengawasi
penerapan strategi
bisnis & target stasiun
yang ditata 100%;
47
Reference
Risk
Is the
Target Risk
Responsible
Treatment to
Level
Person
Timetable
Monitoring
strategies to
be
measure
Implemented
effectiveness
review
of Riskoleh
Treatments
manajemen
Yes
D1
Top Level
4 tahun (jangka
Mengawasi
kerjasama memberikan
Manajer
menengah)
penerapan strategi
dibagi 2 pembiayaan
untuk pengembangan
review oleh
manajemen
ticketing
Yes
D2
Mid Level
2 bulan
Manajer
Kerusakan dan
kegagalan sistem tiket
season
Biaya kecil
Yes
D3
Low Level
1 bulan
Kerusakan dan
Manajer &
Teknisi
Reference
Risk
Is the
Target Risk
Responsible
Treatment to
Level
Person
Timetable
Monitoring
strategies to
be
measure
Implemented
effectiveness
review
of Riskoleh
Treatments
manajemen
15
Biaya sedang
Yes
D2
Low Level
1 bulan
Manajeri
Peningkatan
penggunaan produk
16
No
D1
Top Level
2 bulan
Manajer
Ketidaktersediaan
kereta siap operasi
lebih cepat
dibanding tahun
sebelumnya; Review
oleh manajemen
Yes
D2
Top Level
merupakan investasi
besar ke depannya
dibanding tahun
Manajer
8 bulan
Ketidaktersediaan
kereta siap operasi
sebelumnya; Review
oleh manajemen
49
50
Reference
Risk
Is the
Target Risk
Responsible
Treatment to
Level
Person
Timetable
Monitoring
strategies to
be
measure
Implemented
effectiveness
depan
oleh
manajemen
of Risk
Treatments
D2
Biaya sedang;
Top Level
10 bulan
memotong waktu
oleh manajemen
Manajer
Peningkatan segmen
angkutan barang
D3
Biaya sedang,
Top Level
4 tahun (jangka
Peningkatan segmen
permodalan bisa
Manajer
menengah)
kerjasama dengan
swasta
manajemen
Reference
Risk
Is the
Target Risk
Responsible
Treatment to
Level
Person
Timetable
strategies to
be
measure
Implemented
meningkat
Yes
Monitoring
effectiveness
D2
Top Level
2 bulan
Manajer
Peningkatan
segmen
of Risk Treatments
non usaha sebesar
20%; review oleh
manajemen
18
operasi
Yes
D2
Mid Level
2 bulan
Manajer
Kerusakan dan
kegagalan sistem tiket
season
Biaya kecil
Yes
D3
Low Level
1 bulan
Kerusakan dan
Manajer &
Teknisi
19
Biaya medium
Yes
C2
Mid Level
Manajer
2 bulan
Kerugian akibat
gugatan hukum turun
30%; review oleh
manajemen
52
Reference
Risk
20
Is the
Target Risk
Responsible
Treatment to
Level
Person
Timetable
strategies to
be
measure
Implemented
Biaya medium
Yes
Monitoring
effectiveness
E3
Mid Level
5 bulan
Manajer
Aset
yangTreatments
of Risk
bersertifikat
strategis
Biaya medium
Yes
C2
Mid Level
2 bulan
Manajer
Kerugian akibat
gugatan hukum turun
30%; review oleh
manajemen
21
Biaya sedang
Yes
E4
Top Level
4 bulan
Manajer
Disetujui rencana
terbaik untuk KAI di
masa depan
Biaya sedang
Yes
E4
Top Level
4 bulan
Manajer
Kesiapan PT KAI
dalam melaksanakan
baru KAI
keinginan stakeholder
baru
22
Biaya sedang
Yes
E3
Top Level
Manajer
4 bulan
Disetujui rencana
terbaik untuk KAI di
53
Reference
Risk
Is the
Target Risk
Responsible
Treatment to
Level
Person
Timetable
Monitoring
strategies to
be
measure
Implemented
effectiveness
masa
depan
of Risk
Treatments
23
Yes
E2
Biaya besar;
Mid Level
1 bulan
ke masyarakat dapat
review oleh
berdampak besar di
manajemen
Manajer
Jumlah pemberitaan
baik meningkat 60%;
masa depan
Yes
E2
Mid Level
1 bulan
citra baik ke
menjatuhkan PT KAI
masyarakat dapat
review oleh
berdampak besar di
manajemen
Manajer
Jumlah pemberitaan
baik meningkat 60%;
masa depan
24
Biaya medium;
penegakan hukum
Yes
E2
Mid Level
1 bulan
Manajer
Jumlah kerusakan
berkurang 60%;
review oleh
manajemen
Asuransi kerusakan
Biaya medium;
kerugian berkurang
Yes
E1
Mid Level
Manajer
1 bulan
Jumlah kerugian
akibat kerusakan
turun 50%; review
54
Reference
Risk
Is the
Target Risk
Responsible
Treatment to
Level
Person
Timetable
Monitoring
strategies to
be
measure
Implemented
effectiveness
oleh
manajemen
of Risk
Treatments
25
Yes
E3
Biaya besar;
Mid Level
1 bulan
ke masyarakat dapat
berdampak besar di
kendaraan pribadi
masa depan
Manajer
Pengguna KA
meningkat 20%,
manajemen
Lobi politik dengan pembuat
Biaya medium
Yes
E3
Top Level
4 bulan
Manajer
Pengguna KA
meningkat 20%,
26
Biaya medium
Yes
D2
Top Level
Manajer
4 bulan
Kerugian akibat
kegagalan kerjasama
turun 30%; review
oleh manajemen
55
Reference
Risk
Is the
Target Risk
Responsible
Treatment to
Level
Person
Timetable
strategies to
be
measure
Implemented
Biaya medium
Yes
Monitoring
effectiveness
D2
Top Level
4 bulan
Manajer
Kerugian
akibat
of Risk Treatments
kegagalan kerjasama
turun 30%; review
oleh manajemen
27
Yes
D2
Biaya sedang;
Top Level
10 bulan
memotong waktu
oleh manajemen
Manajer
Peningkatan segmen
angkutan barang
Biaya sedang;
Yes
D2
Top Level
1 bulan
Manajer
Peningkatan segmen
angkutan sebesar
Biaya sedang;
Yes
D2
Top Level
Manajer
10 bulan
Peningkatan segmen
angkutan barang
56
Reference
Risk
kapasitas besar
Is the
Target Risk
Responsible
Treatment to
Level
Person
be
Implemented
Timetable
Monitoring
strategies to
measure
effectiveness
memotong waktu
sebesar
review
of Risk 35%;
Treatments
oleh manajemen
57
Risk Reference
Options
Is the
Target Risk
Responsible
Treatment to
Level
Person
Timetable
Monitoring
strategies to
be
measure
Implemented
effectiveness of
Likelihood
(Y/N)
Yes
For
Target Level
Consequence
Potential Treatment
D3
Risk Treatments
implementation
Peningkatan pengawasan
Low Level
2 bulan
Penurunan
penggunaan peralatan
Manajer &
ketidaktersediaan
penunjang
meningkat
Teknisi
peralatan siap
digunakan sebesar
30%; review oleh
manajemen
Yes
D2
Mid Level
jadi
menambah biaya
peralatan siap
khusus untuk
digunakan sebesar
perawatan peralatan
Manajer
4 bulan
Penurunan
ketidaktersediaan
manajemen
58
Reference
Risk
Potential Treatment
Options
Is the
Target Risk
Responsible
Treatment to
Level
Person
Timetable
Monitoring
strategies to
be
measure
Implemented
effectiveness of
Yes
C2
Mid Level
2 bulan
Manajer
Risk Treatments
Ketersediaan bahan
produksi meningkat
40%; review oleh
manajemen
terdapat risiko
Yes
D1
Top Level
4 tahun (jangka
Ketersediaan bahan
Manajer
menengah)
produksi meningkat
tambahan kegagalan
penerapan IT
manajemen
pengawasan internal
tahapan produksi
meningkat
terdapat risiko
Yes
D3
Mid Level
2 bulan
Manajer
Ketidaktepatan
jadwal produksi
berkurang 25%
Yes
D1
Top Level
4 tahun (jangka
Ketidaktepatan
Manajer
menengah)
jadwal produksi
tambahan kegagalan
berkurang 15%
penerapan IT
4
pengawasan internal
tahapan produksi
meningkat
Yes
E1
Mid Level
Manajer
1 bulan
Reference
Risk
Potential Treatment
Options
Biaya medium
Is the
Target Risk
Responsible
Treatment to
Level
Person
Timetable
Monitoring
strategies to
be
measure
Implemented
effectiveness of
Yes
D1
impor
Top Level
1 bulan
Manajer
Risk Treatments
Yes
D1
Biaya medium;
Top Level
2 bulan
penggunaan tenaga
biaya penyusunan
40%
Manajer
Komplain pelanggan
terkait produk di
namun kesalahan
dapat dikurangi
Komunikasi internsif dengan
Biaya kecil
Yes
E1
Low Level
1 bulan
Komplain pelanggan
Manajer &
terkait produk di
produksi
Teknisi
Yes
E3
Top Level
teknologi berguna
dengan keinginan
konsumen
Manajer
2 bulan
Teknologi yang
dipakai sesuai
asal
60
Reference
Risk
Potential Treatment
Options
Biaya kecil
Is the
Target Risk
Responsible
Treatment to
Level
Person
Timetable
Monitoring
strategies to
be
measure
Implemented
effectiveness of
Yes
D2
Low Level
1 bulan
Manajer
Risk Treatments
Teknologi yang
dipakai sesuai
ditingkatkan
dengan keinginan
konsumen
Biaya kecil
Yes
E1
Top Level
1 bulan
Manajer
Teknologi yang
dipakai sesuai
dengan keinginan
produksi
konsumen
Yes
E3
Top Level
2 bulan
teknologi berguna
dengan keinginan
konsumen
Manajer
Teknologi yang
dipakai sesuai
asal
Pengawasan kepada pegawai
ditingkatkan dan pelatihan teknis
ditingkatkan
Biaya kecil
Yes
D2
Low Level
Manajer
1 bulan
Teknologi yang
dipakai sesuai
dengan keinginan
konsumen
61
Reference
Risk
Potential Treatment
Options
Biaya medium;
Is the
Target Risk
Responsible
Treatment to
Level
Person
Timetable
Monitoring
strategies to
be
measure
Implemented
effectiveness of
Yes
D1
Top Level
2 bulan
Manajer
Risk Treatments
Kebutuhan tenaga
kualifikasi yang
dibutuhkan
lebih terlatih
Yes
D2
Top Level
11 bulan
Manajer
Kebutuhan tenaga
kerja sesuai dengan
kualifikasi yang
pelaksanaan program
dibutuhkan
Biaya kecil
Yes
E2
Top Level
11 bulan
Permodalan aman
1 bulan
Jumlah pemberitaan
Manajer
BUMN juga
10
Yes
E2
Biaya besar;
Mid Level
ke masyarakat dapat
review oleh
berdampak besar di
manajemen
Manajer
masa depan
Kerjasama pengembangan dan alih
teknologi dari negara lain
Biaya besar
Yes
E2
Top Level
Manajer
1 bulan
Jumlah pemberitaan
baik meningkat 60%;
62
Reference
Risk
Potential Treatment
Options
Is the
Target Risk
Responsible
Treatment to
Level
Person
Timetable
Monitoring
strategies to
be
measure
Implemented
effectiveness of
Risk Treatments
review oleh
manajemen
11
Biaya besar
Yes
C3
Top Level
3 tahun (jangka
Penggunaan produk
Manajer
menengah)
INKA di PT KAI
meningkat 80%;
review oleh
manajemen
Biaya sedang
Yes
E3
Top Level
Manajer
4 bulan
Disetujui rencana
terbaik untuk INKA di
masa depan
pembuat kebijakan
63
VIII.
MONITORING RISIKO
Monitoring perlu dilakukan karena risiko dan prioritas dapat berubah sesuai situasi yang
sedang dihadapi perusahaan. Monitoring dan reviu bertujuan mengantisipasi perubahan risiko yang
bersifat mendadak dan persistent baik pada tingkat risiko maupun arah risiko yang berdampak
negatif pada profil risiko. Proses Monitoring dan Reviu dilakukan dengan cara memantau efektivitas
rencana penanganan risiko, strategi, dan sistem manajemen risiko. Outcome akan dievaluasi
bagaimana bila dibandingkan dengan jejak langkah dan acuan kesuksesan atau kegagalan
manajemen risiko. Monitoring yang dilakukan melihat pada outcome dan telah dimasukkan pada
tabel perencanaan risiko di atas yaitu tabel 10 rencana penanganan risiko PT KAI dan pada
64
IX. REFERENSI
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian
Permenhub nomor 49 tahun 2005 tentang Sistem Transportasi Nasional (Sistranas)
Laporan Tahunan PT. Kereta Api Indonesia 2013
Company Profile PT Kereta Api Indonesia 2012
Standards Australia/Standards New Zealand Standard Committee,AS NZS ISO 31000:2009
Risk Management and Guidliness. Agustus 2010
Fred R. David. Manajemen Strategis. Jakarta: 2004.
Takahito, Saito.Japanese Private Railways Companies.1997. Japan Railway Transport Review
EJCRF. http://jrtr.net/jrtr10/pdf/f02_sai.pdf. Diakses pada 11 Agustus 2014
Calimente, John. Rail Integrated Communities in Tokyo. http://wstlur.org/symposium/
2011/agenda/documents/presentations/11-calimente.pdf. Diakses pada 11 Agustus 2014
PT. Industri Kereta Api. http://id.wikipedia.org/wiki/PT_Industri_Kereta_Api . Diakses pada
tanggal 11 Agustus 2014
65