Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
4
4 Analisis Struktur Dermaga
Eksisting
Penanganan Kerusakan Dermaga Studi Kasus Dermaga A I Pelabuhan Palembang
4.1
Umum
4.2
Langkah awal melakukan analisis struktur dengan SAP2000 adalah membuat model
struktur. Model struktur untuk Dermaga A - I dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
1. Bagian 1, sepanjang 280 meter : Dermaga A-G.
2. Bagian 2, sepanjang 100 meter : Dermaga H.
3. Bagian 3, sepanjang 100 meter : Dermaga I.
Sketsa layout Dermaga A - I Pelabuhan Palembang dapat dilihat pada Gambar 4.1.
4-1
4-2
Gambar 4.1
Komponen struktur yang dimodelkan dalam SAP2000 adalah balok, dan tiang
pancang. Komponen struktur yang letaknya paling atas adalah pelat lantai. Pelat
lantai ditopang oleh balok melintang dan memanjang, sedangkan balok melintang dan
memanjang ditopang oleh tiang pancang. Komponen struktur poer (pile cap) tidak
dapat dimodelkan dalam peragkat lunak SAP2000.
Asumsi penjepitan diperoleh dari kebiasan yang biasa digunakan yaitu panjang tiang
pancang di atas mudline ditambah 4 meter.
Adapun kriteria kapal yang dilayani adalah sebagai berikut :
: 10.000
DWT
: -7,00
m LWS
: 137
Overall Width
: 19,9
4.3
4.3.1
Beban Hidup
Beban hidup yang biasa bekerja pada dermaga sehari-hari adalah 2,5 ton/m2. Beban
ini merupakan beban merata diseluruh lantai dermaga. Beban merata pada lantai
dermaga didistribusikan ke balok melintang dan memanjang seperti pada Gambar
4.2.
Gambar 4.2
Selain beban merata, struktur juga menerima beban terpusat akibat truck dan crane.
Truck yang digunakan merupakan truck dengan berat 26 ton ketika kondisi penuh.
Sementara mobile crane yang digunakan memiliki bobot 50 ton.
Gambar 4.3
Truck 26 ton.
4-3
Gambar 4.4
Crane 50 ton.
Beban truck sebesar 26 ton dibagi kedalam 4 titik roda, sehingga masing-masing roda
menanggung beban sebesar 6,53 ton. Beban mobile crane sebesar 50 ton dibagi
kedalam 6 titik roda, sehingga masing-masing roda menanggung beban sebesar 8,26
ton.
4.3.2
Beban Berthing
A. Prosedur Perhitungan
Gaya berthing adalah gaya yang diterima dermaga saat kapal sedang bersandar pada
dermaga. Gaya maksimum yang diterima dermaga adalah saat kapal merapat ke
dermaga dan membentur dermaga pada sudut 10 terhadap sisi depan dermaga (The
Overseas Coastal Area Development Institute of Japan, 2002). Gaya benturan
diterima dermaga dan energinya diserap oleh fender pada dermaga. Besar energi
tersebut dapat dihitung sesuai dengan ketentuan The Overseas Coastal Area
Development Institute of Japan (OCDI), 2002 sebagai berikut:
E=
M s V 2
Ce Cm Cs Cc ........................................................................(4.1)
2
dimana :
Ms
Ce
= Koefisien eksentrisitas.
Cm
Cs
Cc
4-4
Gambar 4.5
Berthing kapal.
Ce =
1
l
1+
r
....................................................................................... (4.2)
........................................................................ (4.3)
Lef
Lpp
............................................................................................. (4.6)
Catatan : Lef adalah panjang bagian kapal yang mengalami kontak dengan fender
besarnya antara 0,33 sampai dengan 0,5 Lpp.
e=
Jarak Fender
Lpp cos
.................................................................................. (4.7)
4-5
k=
eLpp cos
......................... (4.8)
Cb =
LppBd
........................................................................................ (4.9)
Cb
= Koefisien blok.
Lpp
Cm = 1 +
2Cb
d
................................................................................... (4.10)
B
Gambar 4.6
4-6
Koefisien konfigurasi penambatan merupakan koefisien yang diambil dari efek massa
air yang terperangkap antara lambung kapal dan sisi dermaga. Nilai koefisien
konfigurasi penambatan bergantung pada jenis struktur derrnaga, adapun besar CC
sebagai berikut (OCDI, 2002):
a)
b) 0,8 <
Cm
Cb
r
k
e
l2
l1
Ce
Cs
Cc
E
Nilai
10.000
137
19,9
8,2
128
13996
10
0,075
13655
1,99
0,65
30
0,50
0,5
0,03
2
29,5
0,99
1
1
77,9
Satuan
DWT
m
m
m
Ton
derajat
m/s
m3
kNm
Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa energi kinetik akibat berthing kapal
adalah sebesar 77,9 kNm atau setara dengan 8 tonm. Hasil pengamatan di lapangan
vender yang digunakan adalah vender berbentuk V dengan tinggi 0,4 m dan
panjang 2 m. Untuk mengetahui reaction force yang dihasilkan perhatikan katalog
fender di bawah ini.
4-7
Tabel 4.2
Deflection
Perfor
Reaction
mance
Force
Length Rubber
ton
m
Grade
V1
34,20
V2
30,00
1,0
V3
22,50
V4
15,00
V1
51,30
V2
45,00
1,5
V3
33,80
V4
22,50
V1
68,40
V2
60,00
2,0
V3
45,00
V4
30,00
V1
85,50
V2
75,00
2,5
V3
56,30
V4
37,50
V1
103,00
V2
90,00
3,0
V3
67,50
V4
45,00
V1
120,00
V2
105,00
3,5
V3
78,80
V4
52,50
Designed 45%
Energy
Hull
Abs.
Pressure
ton.m
4,56
4,00
3,00
2,00
6,84
6,00
4,50
3,00
9,12
8,00
6,00
4,00
11,40
10,00
7,50
5,00
13,70
12,00
9,00
6,00
16,00
14,00
10,50
7,00
ton/m2
110,00
96,00
72,00
48,00
110,00
96,00
72,00
48,00
110,00
96,00
72,00
48,00
110,00
96,00
72,00
48,00
110,00
96,00
72,00
48,00
110,00
96,00
72,00
48,00
Maximum 50%
Energy
Reaction
Abs.
Force
ton.m
ton
46,20
5,36
40,50
4,70
30,40
3,53
20,30
2,35
69,30
8,04
60,80
7,05
45,60
5,30
30,50
3,53
92,40
10,70
81,00
9,40
60,80
7,06
40,60
4,70
116,00
13,40
101,00
11,80
76,00
8,83
50,80
5,88
139,00
16,10
122,00
14,10
91,20
10,60
60,90
7,05
162,00
18,80
142,00
16,50
106,00
12,40
71,10
8,23
Sumber : Katalog produsen.
Dari katalog tersebut dapat dilihat bahwa yang mampu menahan energi sebesar 8
tonm adalah vender 400 x 2000 dengan grade V2. Kolom disebelah kiri menunjukan
bahwa saat terjadi defleksi sebesar 45 % akan dihasilkan gaya reaksi sebesar 60 ton.
Sketsa fender yang dimaksud dapat dilihat pada Gambar 4.7.
4-8
4-9
Gambar 4.7
Gambar fender.
4.3.3
Gaya Mooring
Mengacu pada OCDI, gaya tarik yang dialami oleh bollard ke semua arah dapat
diperoleh dari Tabel 4.3 di bawah.
Tabel 4.3
150
250
250
350
350
500
700
1.000
1.000
Kapal yang dilayani Dermaga A I, adalah kapal dengan ukuran 10.000 DWT. Untuk
mengkonversi satuan DWT menjadi DT bisa digunakan persamaan berikut ini :
DT
2,83
........................................................................................(4.12)
Hasil perhitungan diperoleh bahwa 10.000 DWT setara dengan 5.000 GT, sehingga
gaya tarik bollard adalah sebesar 500 kN.
4.3.4
Gaya Arus
A. Prosedur Perhitungan
Untuk mengestimasi gaya arus digunakan persamaan gaya gesek pada persamaan
Morison sebagai berikut :
1
FD = CD 0 AU 2 ....................................................................................(4.13)
2
Dimana :
FD
CD
= Koefisien gesek.
Gaya arus bekerja pada tiang pancang yang berada di bawah permukaan air.
Nilai koefisien gesek (CD) sesuai dengan OCDI dapat dilihat pada Tabel 4.4.
4 - 10
Tabel 4.4
CD
2
2
1
1025
1025
1025
(m2)
0,4
0,3
0,5
(m/s)
2
2
2
FD
(kN/m)
1,39
1,04
0,87
Gaya arus dikenakan pada tiang pancang merata sepanjang tiang pancang tersebut.
Kondisi sebenarnya gaya gesek akibat arus berubah terhadap kedalaman karena besar
kecepatan arus berubah terhadap kedalaman. Dalam permodelan diasumsikan bahwa
arus seragam terhadap kedalaman, diambil arus maksimum pada permukaan yaitu
sebesar 2 m/s.
4 - 11
4.3.5
Gaya Angin
A. Prosedur Perhitungan
Perhitungan gaya angin mengacu pada SNI 1727-1989 : Tata Cara Perencanaan
Pembebanan untuk Rumah dan Gedung. Untuk menghitung gaya akibat angin dapat
digunakan persamaan sebagai berikut :
1
P = AV 2 ....................................................................................(4.14)
2
Dimana :
= 1,25 kg/m3
= 7,2 m/s
= 4,6 m2
4.3.6
Beban Gempa
A. Prosedur Perhitungan
V = C1
I
Wt ....................................................................................(4.16)
R
Dimana
C1
= Koefisien gempa dasar yang merupakan fungsi lokasi dan jenis tanah.
= Faktor reduksi.
Wt
4 - 12
4 - 13
Gambar 4.8
Lokasi studi berada di kota Palembang yang merupakan zona gempa dua. Langkah
pertama yang dilakukan adalah mencari perioda getar alamiah dari struktur, perioda
getar alamiah struktur dapat dilihat pada Tabel 4.6. Perioda getar diperoleh dengan
melakukan analisis struktur dengan SAP2000.
Tabel 4.6
T (detik)
Struktur
Dermaga A-G (bagian 1)
Dermaga H (bagian 2)
Dermaga I (bagian 3)
3,9
2,0
2,7
Jenis tanah
Tanah Keras
Tanah Sedang
Tanah Lunak
Tanah Khusus
Jenis-jenis Tanah
Kecepatan rambat
gelombang geser rata-
rata, v s (m/det)
vs
> 350
175 < v s
vs
< 350
< 175
15
Kuat geser
niralir rata-rata
S u (kPa)
N > 50
S u > 100
< N < 50
N < 15
50 < S u <
100
S u < 50
atau, setiap profil dengan tanah lunak yang tebal total lebih dari 3 m
dengan PI > 20, wn > 40 % dan Su < 25 kPa
Diperlukan evaluasi khusus di setiap lokasi.
Diketahui bahwa rata-rata nilai SPT di lokasi kajian adalah sebesar 37, mengacu pada
Tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa tanah di lokasi kajian termasuk kedalam jenis
tanah sedang. Untuk tanah sedang waktu getar alami sudut (Tc) adalah sebesar 0,6
detik. Dari Tabel 4.6 diketahui bahwa waktu getar alami struktur (T) lebih besar dari
pada waktu getar alami sudut (Tc). Sehingga C1 dapat dirumuskan sebagai berikut :
C1 =
Ar
..................................................................................(4.17)
T
Dimana :
C1
= Koefisien gempa dasar yang merupakan fungsi lokasi dan jenis tanah.
Ar
4 - 14
Tabel 4.8
Tanah Keras
Tc = 0,5 det.
Wilayah
Gempa
Tc = 0,6 det.
Tanah Lunak
Tc = 1,0 det.
Am
Ar
Am
Ar
Am
Ar
0,10
0,05
0,13
0,08
0,20
0,20
0,30
0,15
0,38
0,23
0,50
0,50
0,45
0,23
0,55
0,33
0,75
0,75
0,60
0,30
0,70
0,42
0,85
0,85
0,70
0,35
0,83
0,50
0,90
0,90
0,83
0,42
0,90
0,54
0,95
0,95
Berdasarkan jenis tanah sedang dan lokasi studi berada pada zona gempa 2 maka
nilai Ar adalah 0,23. Perhitungan gaya gempa untuk tiga bagian permodelan dapat
dilihat pada Tabel 4.9. I diambil sebesar 1,5 (bangunan lain) sementara R diambil
sebesar 3,5 (rangka pemikul momen).
Tabel 4.9
Struktur
4.3.7
1,5
1,5
1,5
3,5
3,5
3,5
C1
0,059
0,115
0,085
Wt
(kN)
56781
27262
20386
Vx
(kN)
10,32
36,31
28,62
Vy
(kN)
478,37
223,94
148,85
Kombinasi Pembebanan
Berikut ini adalah kombinasi pembebanan yang digunakan untuk memperoleh besar
gaya struktur yang bekerja pada elemen-elemen struktur :
1. 1,4 DL + 1,4 CR
2. 1,2 DL + 1,6 LL
3. 1,2 DL + 1 LL + 1 EQX + 0,3 EQY
4. 1,2 DL + 1 LL 1 EQX + 0,3 EQY
5. 1,2 DL + 1 LL + 1 EQX - 0,3 EQY
6. 1,2 DL + 1 LL + 0,3 EQX +1 EQY
7. 1,2 DL + 1 LL - 0,3 EQX + 1EQY
8. 1,2 DL + 1LL + 0,3 EQX - 1EQY
9. 1,2 DL + 1,6 LL + 1,2 CR + 1,2 BRT + 0,8 WNX + 0,8 WNY
10. 1,2 DL + 1,6 LL + 1,2 CR + 1,2 BRT - 0,8 WNX +0,8 WNY
11. 1,2 DL + 1,6 LL + 1,2 CR + 1,2 BRT + 0,8 WNX - 0,8 WNY
12. 1,2 DL + 1,6 LL + 1,2 CR + 1,2 MRNG + 0,8 WNX + 0,8 WNY
13. 1,2 DL + 1,6 LL + 1,2 CR + 1,2 MRNG - 0,8 WNX + 0,8 WNY
4 - 15
= Beban mati.
LL
= Beban hidup.
CR
= Beban arus.
EQY
WNX
WNY
4.4
Pemodelan Struktur 3D
4.4.1
Model struktur 3D Dermaga A-G (bagian 1) dapat dilihat pada Gambar 4.8.
Gambar 4.9
Gaya dalam dermaga A-G (bagian 1) dapat dilihat pada Tabel 4.10.
4 - 16
Tabel 4.10
Elemen Code
B0.4x0.5P-AG10
B0.4x0.5P-AG135
B0.4x0.5P-AG270
B0.55x0.5L-AG10
B0.55x0.5L-AG135
B0.55x0.5L-AG270
B0.75x0.5L-AG10
B0.75x0.5L-AG135
B0.75x0.5L-AG270
B0.75x0.5P-AG10
B0.75x0.5P-AG135
B0.75x0.5P-AG270
B1.17x0.65P-AG10
B1.17x0.65P-AG135
B1.17x0.65P-AG270
K 0.3-AG
K 0.4-AG-10
K 0.4-AG-135
K 0.4-AG-270
P
KN
118,03
-370,02
268,11
-411,24
268,11
-411,24
141,07
-350,59
153,83
-252,00
44,23
-373,11
85,27
-278,97
94,93
-89,98
170,84
-287,04
226,36
-3804,63
3499,42
-4244,42
853,43
-1324,62
5513,38
-474,92
5542,51
-4574,85
1903,48
-1223,33
42,12
-252,30
2439,05
-2483,37
1343,10
-1374,75
6627,08
-6732,48
V
KN
375,93
-396,93
402,61
-454,95
481,59
-468,19
446,80
-384,79
436,76
-351,28
444,33
-351,26
247,50
-377,66
219,76
-367,18
195,83
-412,14
302,85
-326,26
369,88
-343,85
342,64
-373,89
504,66
-489,49
503,75
-487,65
601,24
-564,18
3,01
-3,07
24,82
-24,82
77,81
-13,75
70,98
-88,85
M
KN-m
285,91
-485,40
427,75
-526,32
427,75
-727,71
315,77
-522,89
303,08
-486,30
305,31
-522,70
510,58
-263,25
498,45
-301,23
517,72
-424,66
496,09
-512,60
539,83
-538,42
516,20
-798,43
880,99
-839,36
870,54
-826,21
822,73
-1175,64
7,64
-8,12
193,05
-193,07
106,81
-1198,26
659,96
-688,12
4 - 17
4.4.2
Dermaga H (bagian 2)
Gambar 4.10
Tabel 4.11
Elemen Code
B0.3x0.65L-H
B0.3x0.75L-H
B0.3x0.75P-H
B0.4x0.65P-H
B0.4x0.65L-H
B0.4x0.75L-H
B0.56x2.2P-H
B0.67x0.65P-H
B0.6x0.75P-H
K0.4
K0.5
P
KN
6,677
-18,092
6,285
-134,385
29,209
-21,32
18,831
-55,939
10,063
-4,864
8,395
-22,05
481,004
-249,897
72,939
-86,312
16,181
-13,757
-123,151
-2008,93
-164,368
-2655,25
V
KN
200,955
-188,693
200,955
-188,693
340,602
-340,746
340,602
-340,746
200,955
-188,693
200,955
-188,693
340,602
-340,746
340,602
-546,228
340,602
-340,746
3,084
-8,374
6,783
-11,221
M
KN-m
133,3554
-111,05
133,3554
-111,05
108,9915
-188,757
172,9378
-313,54
133,3554
-111,05
133,3554
-111,05
209,6729
-701,958
250,8952
-280,699
108,9915
-188,757
53,695
-58,9073
78,3376
-80,9594
4 - 18
4.4.3
Dermaga I (bagian 3)
Gambar 4.11
Tabel 4.12
Elemen Code
Balok Melintang 3D
Balok Memanjang 3D
K0.4
P
KN
100,854
-113,263
80,764
-74,817
241,933
-1332,45
V
KN
262,672
-277,97
182,281
-203,875
23,822
-25,384
M
KN-m
147,9098
-383,761
131,0175
-166,189
185,8523
-176,771
4.5
4.5.1
Berikut ini adalah diagram tegangan dan regangan yang terjadi pada suatu elemen
balok.
4 - 19
Tulangan Tekan
0.003
d1
h d
c2
0.85fc
Cs1 0.5a2
es1 a2=C2
Cc
T=Asfy
Tulangan Tarik
Gambar 4.12
Algoritma perhitungan kapasitas lentur balok secara ringkas adalah sebagai berikut :
1. Menentukan Mu (momen ultimate) baik positif maupun negatif. Mu diperoleh dari
perhitungan analisis struktur berdasarkan beban kerja (applied load).
2. Menghitung Mn perlu.
Mn perlu =
Mu
.......................................................................(4.18)
= 0,8 ...................................................................................(4.19)
3. Asumsikan nilai C.
4. Hitung nilai a.
a = x C .................................................................................(4.20)
Dimana : = 0,85.
5. Cek apakah tulangan tekan telah leleh atau belum.
s ' =
C d1
0,003 ...................................................................(4.21)
C
Apabila
maka tulangan
Cc = 0,85 fc ' a b
Dimana : fc = Mutu beton.
7. Hitung kuat tekan akibat tulangan tekan (Cs). Perhitungan kuat tekan akibat
tulangan tergantung pada kondisi tulangan tekan telah leleh atau belum leleh
(poin nomor 5).
4 - 20
Cs = f y As1 .......................................................................(4.22)
Dimana : As1 = Luas tulangan tekan.
Cs = f s As1 .......................................................................(4.23)
Dimana : As1 = Luas tulangan tekan.
fs = s ' Es .......................................................(4.24)
Es = Modulus elastisitas baja.
8. Hitung kuat tarik akibat tulangan tarik.
T = f y As 2 ............................................................................(4.25)
Dimana : As 2 = Luas tulangan tarik.
H = 0 ). Sehingga :
T = Cc + Cs ...........................................................................(4.26)
T Cc + Cs
T
0,02 ............................................................(4.27)
Apabila persamaan (4.27) maka kembali ke poin 3 kemudian ulangi poin 4 sampai
dengan poin 9, lakukan terus iterasi nilai C sampai persamaan (4.27) terpenuhi.
10. Hitung kapasitas lentur penampang (Mn) dengan menggunakan persamaan di
bawah ini.
M n = Cc ( d 0,5 a ) + Cs (d d1 ) ............................................(4.28)
Apabila Mn > Mn maka kapasitas penampang mencukupi.
B. Perhitungan Kapasitas Geser
Vn perlu =
Vu
......................................................................(4.29)
= 0,75 .............................................................................(4.30)
4 - 21
Vc =
fc ' b d ...............................................................(4.31)
Vs =
f y Av d
....................................................................(4.32)
2
Vs max =
3
fc ' b d .............................................................(4.33)
Apabila Vsmax < Vs maka akan terjadi concrete crushing atau kehancuran tiba-tiba.
Hal seperti ini bias ditanggulangi dengan memperbesar ukuran penampang beton.
6. Menghitung kapasitas geser total.
Vn = Vs + Vc ........................................................................(4.34)
Apabila Vn > Vn maka kapasitas penampang mencukupi.
C. Perhitungan Kapasitas Kolom
Kolom adalah elemen struktur yang menahan kombinasi beban gaya aksial (biasanya
tekan) dan momen lentur. Terdapat dua tipe keruntuhan yang terjadi pada kolom
antara lain :
1. Keruntuhan tarik.
2. Keruntuhan tekan.
Berhubung ada dua tipe keruntuhan yang bergantung pada kombinasi beban aksial
(Pn) dan momen (Mn) maka interaksi antara momen Pn & Mn menghasilkan diagram
interaksi keruntuhan sebagai berikut :
Po
Compression
Failur
Pnmax
kPnmax
k=0,7
Desain
Kekuatan Nominal
balanced failure
C
eb
Tension
Failur
(Mnb,Pnb)
tan
= Mu/Pn=e
E M
n
Mn
Gambar 4.13
Diagram interaksi.
Untuk desain kolom, selama kombinasi Pn & Mn mempunyai koordinat didalam failure
surface desain dapat diterima.
4 - 22
Berikut ini adalah algoritma pengecekan kapasitas kolom dengan membuat diagram
interaksi.
Pot A-A
A
As
A d
d
d
Pn
1.
Cs
Cc
s
s
Gambar 4.14
fc
ca
As
Plastic
Centroid
0,85
0,003
k Pnmax (Poin A)
Pnmax = 0,8 (0,85 fcAg + Ast fy) ..............................................(4.35)
Dimana :
fc = Mutu beton.
fy = Tegangan leleh baja.
Ag = Luas penampang kolom.
Ast = Luas tulangan total.
600
Cb =
600 + f y
d ..............................................................(4.36)
b. Hitung nilai a.
ab = x C .........................................................................(4.37)
c. Lakukan perhitungan seperti pada poin 5 sampai dengan poin 8 pada
perhitungan kapasitas lentur.
d. Hitung Pnb dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
Pnb = Cc + Cs T ................................................................(4.38)
e. Hitung Mnb dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
4 - 23
3. Mnb (Poin E)
Analisis dilakukan dengan asumsi As=0 (pengaruh terhadap Mn relatif kecil).
a. Hitung nilai a.
a=
As f y
0,85 fc ' b
..............................................................(4.40)
M n = As f y d .......................................................(4.41)
2
c. Hitung Mn..
4. Titik antara B dan C
Ambil suatu nilai C yang lebih besar dari Cb (daerah compression failure). Lakukan
perhitungan seperti pada kondisi balance (poin b sampai dengan f).
5. Titik D saat 0,1 fcAg = Pn
Ambil suatu nilai C sehingga diperoleh nilai Pn = 0,1 fcAg. Lalu hitung nilai Mn
dengan persamaan (4.39).
4 - 24
4.5.2
P
KN
118,03
-370,02
268,11
-411,24
268,11
-411,24
141,07
-350,59
153,83
-252,00
44,23
-373,11
85,27
-278,97
94,93
-89,98
170,84
-287,04
226,36
-3804,63
3499,42
-4244,42
853,43
-1324,62
5513,38
-474,92
5542,51
-4574,85
1903,48
-1223,33
Elemen Code
B0.4x0.5P-AG10
B0.4x0.5P-AG135
B0.4x0.5P-AG270
B0.55x0.5L-AG10
B0.55x0.5L-AG135
B0.55x0.5L-AG270
B0.75x0.5L-AG10
B0.75x0.5L-AG135
B0.75x0.5L-AG270
B0.75x0.5P-AG10
B0.75x0.5P-AG135
B0.75x0.5P-AG270
B1.17x0.65P-AG10
B1.17x0.65P-AG135
B1.17x0.65P-AG270
Tabel 4.14
Elemen Code
B0.3x0.65L-H
B0.3x0.75L-H
B0.3x0.75P-H
B0.4x0.65P-H
B0.4x0.65L-H
B0.4x0.75L-H
B0.56x2.2P-H
B0.67x0.65P-H
B0.6x0.75P-H
Balok Melintang 3D
Balok Memanjang 3D
V
M
KN
KN-m
375,93
285,91
-396,93 -485,40
402,61
427,75
-454,95 -526,32
481,59
427,75
-468,19 -727,71
446,80
315,77
-384,79 -522,89
436,76
303,08
-351,28 -486,30
444,33
305,31
-351,26 -522,70
247,50
510,58
-377,66 -263,25
219,76
498,45
-367,18 -301,23
195,83
517,72
-412,14 -424,66
302,85
496,09
-326,26 -512,60
369,88
539,83
-343,85 -538,42
342,64
516,20
-373,89 -798,43
504,66
880,99
-489,49 -839,36
503,75
870,54
-487,65 -826,21
601,24
822,73
-564,18 -1175,64
Vn
KN
Vn
KN
Status
253,97
190,48
GAGAL
293,36
220,02
GAGAL
285,19
213,89
GAGAL
318,17
238,63
GAGAL
315,44
236,58
GAGAL
329,13
246,85
GAGAL
386,75
290,06
GAGAL
383,03
287,27
GAGAL
401,69
301,27
GAGAL
389,8
292,35
GAGAL
436,65
327,49
GAGAL
421,33
316,00
GAGAL
OK
883,83
662,87
OK
1549,6
OK
984,88
738,66
OK
1557,6
OK
951,83
713,87
OK
Mn
KN-m
527,84
-405,97
549,8
-407,98
543,94
-400,87
553,38
-410,16
541,56
-410,05
562,11
-408,18
715,62
-446,15
718,67
-449,37
738,52
-443,17
707,37
-434,61
749,26
-453,83
725,11
-455,31
Mn
KN-m
422,272
-324,78
439,84
-326,38
435,152
-320,7
442,704
-328,13
433,248
-328,04
449,688
-326,54
572,496
-356,92
574,936
-359,5
590,816
-354,54
565,896
-347,69
599,408
-363,06
580,088
-364,25
OK
GAGAL
OK
GAGAL
OK
GAGAL
OK
GAGAL
OK
GAGAL
OK
GAGAL
OK
OK
OK
OK
OK
GAGAL
OK
GAGAL
OK
GAGAL
OK
GAGAL
1902
1521,6
1937
1947
Status
P
KN
6,677
-18,092
6,285
-134,385
29,209
-21,32
18,831
-55,939
10,063
-4,864
8,395
-22,05
481,004
-249,897
72,939
-86,312
16,181
-13,757
Tabel 4.15
Elemen Code
V
KN
200,955
-188,693
200,955
-188,693
340,602
-340,746
340,602
-340,746
200,955
-188,693
200,955
-188,693
340,602
-340,746
340,602
-546,228
340,602
-340,746
M
KN-m
133,3554
-111,0499
133,3554
-111,0499
108,9915
-188,7571
172,9378
-313,5398
133,3554
-111,0499
133,3554
-111,0499
209,6729
-701,9583
250,8952
-280,6994
108,9915
-188,7571
Mn
KN-m
Mn
KN-m
Status
Vn
KN
Vn
KN
Status
415,34
332,272
OK
331,04
248,28
OK
483,63
386,904
OK
386,21
289,66
OK
501,48
401,184
OK
390,4
292,80
GAGAL
584,18
467,344
OK
377,05
282,79
GAGAL
561
448,8
OK
372,27
279,20
OK
692,24
553,792
OK
434,3
325,73
OK
3832
3065,6
OK
1570
1594,00
OK
621,08
496,864
OK
499,22
374,42
GAGAL
692,27
553,816
OK
538,88
404,16
OK
P
KN
100,854
-113,263
80,764
-74,817
V
KN
262,672
-277,97
182,281
-203,875
M
KN-m
147,9098
-383,7605
131,0175
-166,1887
Mn
KN-m
Mn
KN-m
Status
Vn
KN
Vn
KN
Status
328,94
263,152
OK
348,56
261,42
GAGAL
352,53
282,024
OK
409,13
306,85
OK
4 - 25
4.5.3
Gambar 4.15
Gambar 4.16
4 - 26
Gambar 4.17
Gambar 4.18
4 - 27
Gambar 4.19
Gambar 4.20
4 - 28