Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
sebelumnya pada JNC 7. Selain itu, tidak ada alasan yang dirasakan membuat standar
tersebut perlu diganti.
Alasan berikutnya terkait dengan penelitian tentang tekanan darah diastolic yang
digunakan pada rekomendasi 2 yang mana didapatkan bahwa pasien yang
mendapatkan tekanan darah kurang dari 90 mmHg juga mengalami penurunan tekanan
darah sistolik kurang dari 140 mmHg. Sulit untuk menentukan bahwa benefit yang
terjadi pada penelitian tersebut disebabkan oleh penurunan tekanan darah sistolik,
diastolic atau keduanya. Tentunya dengan mengkombinasikan rekomendasi 2 dan 3,
manfaat yang didapatkan seperti pada penelitian tersebut juga diharapkan mampu
digapai.
Rekomendasi 4. Rekomendasi 4 dikhususkan untuk populasi penderita tekanan darah
tinggi dengan chronic kidney disease (CKD). Populasi usia 18 tahun atau lebih
dengan CKD perlu diinisiasi terapi hipertensi untuk mendapatkan target tekanan darah
sistolik kurang dari 140 mmHg serta diastolik kurang dari 90 mmHg. Rekomendasi
ini merupakan expert opinion.
RCT yang digunakan untuk mendukung rekomendasi ini melibatkan populasi usia
kurang dari 70 tahun dengan eGFR atau measured GFR kurang dari 60 mL/min/1.73
m2 dan pada orang dengan albuminuria (lebih dari 30 mg albumin/g kreatinin) pada
berbagai level GFR maupun usia.
Perlu diperhatikan bahwa setelah kita mengetahui data usia pasien, pada pasien lebih
dari 60 tahun kita perlu menentukan status fungsi ginjal. Jika tidak ada CKD, target
tekanan darah sistolik yang digunakan adalah 150/90 mmHg sementara jika ada CKD,
targetnya lebih rendah, yaitu 140/90 mmHg.
Rekomendasi 5. Pada pasien usia 18 tahun atau lebih dengan diabetes,inisiasi terapi
dimulai untuk menurunkan tekanan darah sistolik kurang dari 140 mmHg dan
diastolic kurang dari 90 mmHg. Rekomendasi ini merupakan expert opinion. Target
tekanan darah ini lebih tinggi dari guideline sebelumnya, yaitu tekanan darah sistolik
<130 mmHg serta diastolic <85 mmHg.
Rekomendasi 6. Pada populasi umum non kulit hitam (negro), termasuk pasien
dengan diabetes, terapi antihipertensi inisial sebaiknya menyertakan diuretic thiazid,
Calcium channel blocker (CCB), Angiotensin-converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
atau Angiotensin Receptor Blocker (ARB). Rekomendasi ini merupakan rekomendasi
B.
Masing-masing kelas obat tersebut direkomendasikan karena memberikan efek yang
dapat dibandingkan terkait angka kematian secara umum, fungsi kardiovaskular,
serebrovaskular dan outcome ginjal, kecuali gagal jantung. Terapi inisiasi dengan
diuretic thiazid lebih efektif dibandingkan CCB atau ACEI, dan ACEI lebih efektif
dibandingkan CCB dalam meningkatkan outcome pada gagal jantung. Jadi pada kasus
selain gagal jantung kita dapat memilih salah satu dari golongan obat tersebut, tetapi
pada gagal jantung sebaiknya thiazid yang dipilih.
Beta blocker tidak direkomendasikan untuk terapi inisial hipertensi karena penggunaan
beta blocker memberikan kejadian yang lebih tinggi pada kematian akibat penyakit
kardiovaskular, infark miokard, atau stroke dibandingkan dengan ARB.
Sementara itu, alpha blocker tidak direkomendasikan karena justru golongan obat
tersebut memberikan kejadian cerebrovaskular, gagal jantung dan outcome
kardiovaskular yang lebih jelek dibandingkan dengan penggunaan diuretic sebagai
terapi inisiasi.
Rekomendasi 7. Pada populasi kulit hitam, termasuk mereka dengan diabetes, terapi
inisial hipertensi sebaiknya menggunakan diuretic tipe thiazide atau CCB. Pada
populasi ini, ARB dan ACEI tidak direkomendasikan. Rekomendasi untuk populasi kulit
hitam adalah rekomendasi B sedangkan populasi kulit hitam dengan diabetes adalah
rekomendasi C.
Pada studi yang digunakan, didapatkan bahwa penggunaan diuretic thiazide
memberikan perbaikan yang lebih tinggi pada kejadian cerebrovaskular, gagal jantung
dan outcome kardiovaskular yang dikombinasi dibandingkan ACEI. Sementara itu,
meski CCB lebih kurang dibandingkan diuretic dalam mencegah gagal jantung, tetapi
outcome lain tidak terlalu berbeda dibandingkan dengan diuretik thiazide.
CCB juga lebih direkomendasikan dibandingkan ACEI karena ternyata didapatkan hasil
bahwa pada pasien kulit hitam memiliki 51% kejadian lebih tinggi mengalami stroke
pada penggunaan ACEI sebagai terapi inisial dibandingkan dengan penggunaan CCB.
Selain itu, pada populasi kulit hitam, ACEI juga memberikan efek penurunan tekanan
darah yang kurang efektif dibandingkan CCB.
Rekomendasi 8. Pada populasi berusia 18 tahun atau lebih dengan CKD dan
hipertensi, ACEI atau ARB sebaiknya digunakan dalam terapi inisial atau terapi
tambahan untuk meningkatkan outcome pada ginjal. Hal ini berlaku pada semua pasien
CKD dalam semua ras maupun status diabetes.
Pasien CKD, dengan atau tanpa proteinuria mendapatkan outcome ginjal yang lebih
baik dengan penggunaan ACEI atau ARB. Sementara itu, pada pasien kulit hitam
dengan CKD, terutama yang mengalami proteinuria, ACEI atau ARB tetap
direkomendasikan karena adanya kemungkinan untuk progresif menjadi ESRD (end
stage renal disease). Sementara jika tidak ada proteinuria, pilihan terapi inisial masih
belum jelas antara thiazide, ARB, ACEI atau CCB. Jadi, bisa dipilih salah satunya. Jika
ACEI atau ARB tidak digunakan dalam terapi inisial, obat tersebut juga bisa digunakan
sebagai terapi tambahan atau terapi kombinasi.
Penggunaan ACEI dan ARB secara umum dapat meningkatkan kadar kreatinin serum
dan mungkin menghasilkan efek metabolic seperti hiperkalemia, terutama pada mereka
dengan fungsi ginjal yang sudah menurun. Peningkatan kadar kreatinin dan potassium
tidak selalu membutuhkan penyesuaian terapi. Namun, kita perlu memantau kadar
elektrolit dan kreatinin yang mana pada beberapa kasus perlu mendapatkan penurunan
dosis atau penghentian obat.
Rekomendasi 9. Rekomendasi 9 ini termasuk dalam rekomendasi E atau expert
opinion. Rekomendasi 9 dari JNC 8 mengarahkan kita untuk melakukan penyesuaian
apabila terapi inisial yang diberikan belum memberikan target tekanan darah yang
diharapkan. Jangka waktu yang menjadi patokan awal adalah satu bulan, Jika dalam
satu bulan target tekanan darah belum tercapai, kita dapat memilih antara
meningkatkan dosis obat pertama atau menambahkan obat lain sebagai terapi
kombinasi. Obat yang digunakan sesuai dengan rekomendasi yaitu thiazide, ACEI, ARB
atau CCB. Namun, ARB dan ACEI sebaiknya tidak dikombinasikan. Jika dengan dua
obat belum berhasil, kita dapat memberikan obat ketiga secara titrasi. Pada masingmasing tahap kita perlu terus memantai perkembangan tekanan darahnya serta
bagaimana terapi dijalankan, termasuk kepatuhan pasien. Jika perlu lebih dari tiga obat
atau obat yang direkomendasikan tersebut tidak dapat diberikan, kita bisa
menggunakan antihipertensi golongan lain.