Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
2. Etiologi
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil
mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang berbentuk batang
dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar kuman
terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Kuman ini
tahan hidup pada udara
kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari
es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant
ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat
lain kuman adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi
jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal
paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini
merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis. Tuberkulosis paru merupakan
penyakit infeksi penting saluran pernapasan. Basil mikrobakterium tersebut
masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas (droplet infection) sampai
alveoli, maka terjadilah infeksi primer (ghon) selanjutnya menyebar kekelenjar
getah bening setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke). Keduanya
dinamakan tuberkulosis primer, yang dalam perjalanannya sebagian besar akan
mengalami penyembuhan. Tuberkulosis paru primer, peradangan terjadi sebelum
tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil mikobakterium. Tuberkulosis
yang kebanyakan didapatkan pad usia 1-3 tahun. Sedangkan yang disebut
tuberkulosis post primer (reinfection) adalah peradangan jaringan paru oleh
karena terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh terbentuk kekebalan
spesifik terhadap basil tersebut.
3. Proses Penularan
Tuberkulosis tergolong airborne disease yakni penularan melalui droplet
nuclei yang dikeluarkan ke udara oleh individu terinfeksi dalam fase aktif.
Setiapkali penderita ini batuk dapat mengeluarkan 3000 droplet nuclei. Penularan
umumnya terjadi di dalam ruangan dimana droplet nuclei dapat tinggal di udara
dalam waktu lebih lama. Di bawah sinar matahari langsung basil tuberkel mati
dengan cepat tetapi dalam ruang yang gelap lembab dapat bertahan sampai
beberapa jam. Dua factor penentu keberhasilan pemaparan Tuberkulosis pada
individu baru yakni konsentrasi droplet nuclei dalam udara dan panjang waktu
individu bernapas dalam udara yang terkontaminasi tersebut di samping daya
tahan tubuh yang bersangkutan. Di samping penularan melalui saluran pernapasan
(paling sering), M. tuberculosis juga dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran
pencernaan dan luka terbuka pada kulit (lebih jarang).
4. Insiden
Penyakit tuberkulosis adalah penyakit yang sangat epidemik karena kuman
mikrobakterium tuberkulosa telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia.
Program penaggulangan secara terpadu baru dilakkan pada tahun 1995 melalui
strategi DOTS (directly observed treatment shortcourse chemoterapy), meskipun
sejak tahun 1993 telah dicanangkan kedaruratan global penyakit tuberkulosis.
Kegelisahan global ini didasarkan pada fakta bahwa pada sebagian besar negara di
dunia, penyakit tuberkulosis tidak terkendali, hal ini disebabkan banyak penderita
yang tidak berhasil disembuhkan, terutama penderita menular (BTA positif). Pada
tahun 1995, diperkirakan setiap tahun terjadi sekitar sembilan juta penderita
kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh ligarnen dan membran. Trachea
atau batang tenggorok kira- kira 9 cm panjangnya trachea berjalan dari larynx
sarnpai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini
bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi). Trachea tersusun atas 16 - 20
lingkaran tak- lengkap yang berupan cincin tulang rawan yang diikat bersama
oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea,
selain itu juga membuat beberapa jaringan otot. Bronchus yang terbentuk dari
belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira vertebrata torakalis kelima,
mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh.jenis sel yang sama.
Bronkus - bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru.
Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih
tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di
bawah arteri, disebut bronckus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih
langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di
belah menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah. Cabang
utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus lobaris dan
kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi
bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus
terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong
udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih I mm.
Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot
polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai
tingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi
utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan
respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada
dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus
parsial antara darah dan fase gas. (5) Perfusi, yaitu pemindahan gas secara efektif
antara. alveolus dan kapiler paru-paru membutuhkan distribusi merata dari udara
dalam paru-paru dan perfusi (aliran darah) dalam kapiler dengan perkataan lain
ventilasi dan perfusi. dari unit pulmonary harus sesuai pada orang normal dengan
posisi tegak dan keadaan istirahat maka ventilasi dan perfusi hampir seimbang
kecuali pada apeks paru-paru. Secara garis besar bahwa Paru-paru memiliki fungsi
sebagai berikut: (1) Terdapat permukaan gas-gas yaitu mengalirkan Oksigen dari
udara atmosfer kedarah vena dan mengeluarkan gas carbondioksida dari alveoli ke
udara atmosfer. (2) menyaring bahan beracun dari sirkulasi (3) reservoir darah (4)
fungsi utamanya adalah pertukaran gas-gas.
6. Patofisiologi
Port de entri kuman microbaterium tuberculosis adalah saluran pernafasan,
saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit, kebanyakan infeksi tuberculosis
terjadi melalui udara (air borne), yaitu melalui inhalasi droppet yang mengandung
kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Basil
tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi terdiri dari satu
sampai tiga gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung
dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam
ruang alveolus biasanya di bagian bawah lobus atau paru-paru, atau di bagian atas
lobus bawah. Basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit
polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bacteria namun
tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari-hari pertama maka leukosit
diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan
timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan
sendirinya sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan
terus, dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga
7. Manifestasi Klinik
Tuberkulosis sering dijuluki the great imitator yaitu suatu penyakit yang
mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala
umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul
tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik. Gambaran
klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala
sistemik:
d. Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan.
Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
8. Test Diagnostik
Foto thorax PA dengan atau tanpa literal merupakan pemeriksaan radiology
standar. Jenis pemeriksaan radiology lain hanya atas indikasi Top foto, oblik,
tomogram dan lain-lain. Karakteristik radiology yang menunjang diagnostik
antara lain :
a. Bayangan lesi radiology yang terletak di lapangan atas paru.
b. Bayangan yang berawan (patchy) atau berbercak (noduler)
c. Kelainan yang bilateral, terutama bila terdapat di lapangan atas paru
d. Bayang yang menetap atau relative menetap setelah beberapa minggu
e. Bayangan bilier
10. Klasifikasi
Klasifikasi TB Paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik,
radiologik dan riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena
merupakan salah satu faktor determinan untuk menetapkan strategi terapi. Sesuai
dengan program Gerdunas P2TB klasifikasi TB Paru dibagi sebagai berikut:
B. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Riwayat PerjalananPenyakit
a. Pola aktivitas dan istirahat Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas
berat timbul. sesak (nafas pendek), sulit tidur, demam, menggigil,
berkeringat pada malam hari. Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat
kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah
paru), demam subfebris (40 -410C) hilang timbul.
b. Pola nutrisi Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan
berat badan. Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering / bersisik,
kehilangan lemak sub kutan.
c. Respirasi Subjektif : Batuk produktif / non produktif sesak napas, sakit
dada. Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum
hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar
limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu
(penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas,
pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi pleura.), perkusi pekak
dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran
bronkogenik).
d. Rasa nyaman / nyeri Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk
berulang. Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi,
gelisah, nyeri bias timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga
timbul pleuritis.
e. Integritas ego Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan,
perasaan tak berdaya/tak ada harapan. Objektif : Menyangkal (selama
tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah tersinggung.
5. Faktor Pendukung:
a. Riwayat lingkungan.
b. Pola hidup. Nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat
dan tidur, kebersihan diri.
6. Pemeriksaan Diagnostik:
a. Kultur sputum: Mikobakterium Tuberkulosis positif pada tahap akhir
penyakit.
b. Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm
terjadi 48-72 jam).
c. Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas ; Pada tahap dini
tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas ;
Pada kavitas bayangan, berupa cincin ; Pada kalsifikasi tampak bayangan
bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
d. Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru
karena TB paru.
e. Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
f. Spirometri: penurunan fuagsi paru dengan kapasitas vital menurun.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada klien dengan Tuberkulosis
paru adalah sebagai berikut:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan: Sekret kental atau
secret darah, Kelemahan, upaya batuk buruk. Edema trakeal / faringeal.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan: Berkurangnya keefektifan
permukaan paru, atelektasis, Kerusakan membran alveolar kapiler, Sekret
yang kental, Edema bronchial.
3. Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan: Daya
tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang inenetap, Kerusakan
jaringan akibat infeksi yang menyebar, Malnutrisi, Terkontaminasi oleh
Kurang
pengetahuan
tentang
kondisi,
pengobatan,
pencegahan
3. Rencana Keperawatan
Adapun rencana keperawatan yang ditetapkan berdasarkan diagnosis
keperawatan yang telah dirumuskan sebagai berikut:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
Tujuan: Mempertahankan jalan napas pasien. Mengeluarkan sekret
tanpa bantuan. Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan
napas. Berpartisipasi dalam program pengobatan sesuai kondisi.
Mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan tindakan tepat.
Intervensi:
a. Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas, kecepatan, imma, kedalaman
dan penggunaan otot aksesori. Rasional: Penurunan bunyi napas
indikasi
atelektasis,
ronki
indikasi
akumulasi
secret
paru
dapat
rnenyebabkan
meluasnya
Gunakan
masker
setiap
melakukan
tindakan.
Rasional:
obat
pilihan
bagi
penyakit
Tuberkulosis
primer
metabolik,
mengurangi
kelelahan,
intake
cairan
4. Evaluasi
a. Keefektifan bersihan jalan napas.
b. Fungsi pernapasan adekuat untuk mernenuhi kebutuhan individu.
c. Perilaku/pola hidup berubah untuk mencegah penyebaran infeksi.
d. Kebutuhan nutrisi adekuat, berat badan meningkat dan tidak terjadi
malnutrisi. e. Pemahaman tentang proses penyakit / prognosis dan program
pengobatan dan perubahan perilaku untuk memperbaiki kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Basford, Lynn, 2006, Teori dan Praktik
Keperawatan, EGC, Jakarta.
www.inna-ppni.or.id
keperawatan-gun.blogspot.com
one.indoskripsi.com
www.keperawatan.ugm.ac.id
mediakeperawatan.com