Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
sehat, bisa disertai dengan perdarahan atau pembentukan ulkus (borok, luka
terbuka), paling sering terjadi pada alkoholik.
d. Gastritis karena virus atau jamur bisa terjai pada penderita penyakit menahun atau
penderita yang mengalamu gangguan sistem kekebalan.
e. Gastritis eosinofilik bisa terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi terhadap infeksi
cacing gelang . eosinofil (sel darah putih) terkumpul di dinding lambung.
f. Gastritis atrofik terjadi jika antibodi menyerang lapisan lambung, sehingga lapisan
lambung menjadi sangat tipis dan kehilangan sebagian atau seluruh selnya yang
menghasilkan asam dan enzim. Keadaan ini biasanya terjadi pada usia lanjut gastritis
ini juga cenderung terjadi pada orang-orang yang sebagian lambungnya telah
diangkat (mengalami pembedahan gastrektomi parsial). Gastritis atrofik bisa
menyebabkan anemia pernisiosa karena mempengaruhi penyerapan vittamin B12
dari makanan.
g. Penyakit Meniere merupakan jenis gastritis yang penyebabnya tidak diketahui.
Dinding lambung menjadi tebal, lipatanya melebar, kelenjarnya membesar dan
memiliki kista yang terisi cairan. Sekitar 10% penderita penyakit ini menderita
kanker lambung.
h. Gastritis sel plasma merupakan gastritis yang penyebabnya tidak diketahui. Sel
plasma (salah satu jenis sel darah putih) terkumpul di dalam dinding lambung dan
organ lainnya. Gastritis juga bisa terjadi jika seseorang menelan bahan korosif atau
menerima terapi penyinaran dengan dosis yang berlebihan.
Klasifikasi :
a. Gastritis Superfisialis Akut
1) Definisi
Adalah suatu peradangan permukaan lambung yang akut dengan kerusakankerusakan erosi.
2) Etiologi
a) Obat analgetik-anti inflamasi terutama aspirin
b) Bahan kimia, misalnya lisol
c) Merokok
d) Alkohol
e) Stress fisis ( combustio, sepsis, trauma, gagal ginjal)
f) Refluks usus halus
g) Endotoksin bakteri
ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih
jelas ketika di ronsen.
4) Komplikasi
a) Perdarahan saluran cerna
b) Ulkus
c) Perforasi (jarang terjadi)
5) Penatalaksanaan
a) Gastritis superfisial akut biasanya mereda bila agen-agen penyebab
dapat dihilangkan
b) Penatalaksanaan medik yang diberikan:
(1) Obat anti mual/ muntah
(2) Koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit IV jika masih muntah
(3) Penghambat H2 (ranitidine)
(4) Antacid
b. Gastritis Atropik Kronik
1) Definisi
Suatu peradangan bagian permukaan lambung yang menahun. Gastritis ini
ditandai oleh artrofi progesif epitely
2) Etiologi
Belum diketahui
a) Namun penyakit ini sering terdapat pada orang tua, peminum alkohol
berlebih, merokok ( merupakan predisposisi gastritis atrofik)
b) Pada klien dengan anemia pernisiosa , patogenesis berkaitan dengan
mekanisme imunologik
c) Gastritis kronik merupakan predisposisi timbulnya tukak lambung dan
Ca
B. TANDA DAN GEJALA
1. Manifestasi Klinis Gastritis Akut
a. Keluhan dapat bervariasi, kadang tidak ada keluhan tertentu sebelumnya dan
sebagian besar hanya mengeluh nyeri epigastrium yang tidak hebat
b. Kadang disertai dengan nausea dan vomitus
c. Anorexia
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Hispatologi biopsy
2. Analisis cairan lambung
3. Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H.Pylori
dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernnah kontak
dengan bakteri pasa suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa
pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa
anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat gastritis.
4.
Pemeriksaan feces. Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses atau
tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga
dilakukan terhadap adanya darah dalam feces. Hal ini menunjukkan adanya
pendarahan pada lambung.
5. Endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat terlihat adanya
ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari
sinar-X. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang
fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esophagus, lambung dan
bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi)
sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani
tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter
akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian
akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih
20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini
selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, kurang lebih
satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko akibat tes ini. Komplikasi yang sering
terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
6. Ronsen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tandatanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan
cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi
saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di ronsen.
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Faktor utama adalah dengan menghilangkan etiologinya, diet lambung, dengan
porsi kecil dan sering obat obatan di tunjukan untuk mengatur sekresi asam lambung
berupa anragonis reseplar H, inhibitor pompa proton, antikelinergerik dan antosid juga
ditunjukan sebagai sitoprotektor, berupa sukrafat dan prostaglandin.
1. Untuk menetralisasi asam digunakan antasida ( mis. Alumunium hidroksida ) untuk
menetralisasi alkali, digunakan jus lemon encer atau cuka encer.
2. Bila korosi luas, ernetik, lavase lebih dari karena bahaya perforasi tapi pendukung
mencakup inlubasi analgesic sedative, anasida serta inlravana endoskapi eptik
mungkin diperlukan, pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat
gangren atau jaringan forasi, gastrojejunastam atau reaksi lambung diperlukan untuk
abstruksipilorus.
F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1.
Riwayat kesehatan
a. Gejala nyeri ulu hati
b. Tidak dapat makan
c. Mual/muntah
d. Kapan gejala dirasakan : sebelum/sedudah makan, setelah mencerna makanan
pedas atau mengiritasi lambung, atau setelah mencerna obat tertentu atau
alkohol?
e. Apakah gejala b.d ansietas, stress, alergi, makan atau minum terlalu banyak,
atau makan terlalu cepat?
f. Bagaimana gejala hilang?
g. Apakah ada riwayat penyakit lambung sebelumnya atau menjalani pembedahan
lambung?
h. Pola makan dan riwayat diet
i. Identifikasi lamanya gejala, kapan hilang atau berkurang, dengan metode apa
pasien mengatasi keluhan, efek gejala terhadap pasien
2.
Pemeriksaan fisik
a. Nyeri tekan abdomen
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan tidak cukup
dan kehilangan cairan berlebih karena muntah.
2. Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi.
3. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan
nutrient yang tidak akurat.
4. Cemas berhubungan dengan stress
5. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan diet dan proses penyakit.
H. RENCANA KEPERAWATAN
No
DX
NOC
NIC
(060107) keseimbangan
intake dan output dalam 24
jam
1 = Sangat bermasalah
2 = Cukup bermasalah
3 = Bermasalah sedang
4 = Sedikit bermasalah
5 = Tidak bermasalah
2
(160502) mengenali
lamanya obat
(160503) menggunakan
metode pencegahan
(160504) menggunakan
pencegahaan nonanalgetik
1. Tenangkan klien
mengurangi kecemasan
-
(180302) description of
disease proses
(180303) description of
cause or contribusing
factors
(180305) description of
effects of disease
(180308) descriptioin of
minimese disease
progression
Keterangan penilain
1 = Tidak pernah dilakukan
2 = Jarang dilakukan
3 = Kadang dilakukan
4 = Sering dilakukan
5 = Selalu dilakukan
Tabel 1 : Intervensi keperawatan untuk penyakit gastritis
I. REFERENSI
Doengoes M.E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Hadi, Sujono. (1999). Gastroentrologi. Jakarta : Penerbit Alumni.
Inayah. Lin. (2004). Asuhan Keperawatan Pada Klien denagn gangguan sistem
Masjoer, Arif dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI
Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnose Medis
dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta : Mediaction
Price, Sylvia A. Wilson, L. M. (1994). Patofisiologi Konsep Proses Penyakit, edisi 4,
Alih Bahasa Peter Anugrah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Saferi, Wijaya. 2013.KMB 1. Yogyakarta : Nuha Medika
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono,
Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta : EGC.
Underwood, J. C. E. (1996). Patologi Umum dan Sitemik, edisi 2. Jakarta : EGC.
Wilkinson, Judith M. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC