Vous êtes sur la page 1sur 24

EFEK PENYUNTIKAN

ANTIBIOTIK PADA HEWAN


KURBAN
JENIFER PRISCILLA S.
6103014037
CYNTHIA EKA P.

6103014053

THERESIA ROSITA S.

6103014061

FELICIA TRI S.

6103014098

PENDAHULUAN
Penggunaan antibotik pada ternak
tumbuh lebih besar dalam waktu lebih
cepat
Penggunaan yang tidak beraturan/tidak
tepat dosis:
Resistensi bakteri terhadap antibiotik
Antibiotik gagal mengobati manusia

Perlu diketahui cara penggunaan


antibiotik secara tepat sehingga tidak
membahayakan kesehatan

MEKANISME RESISTENSI
BAKTERI
Proses mutasi, transduksi dan
transformasi merupakan mekanisme yang
terutama berperan di dalam timbulnya
resistensi antibiotik pada bakteri kokus
Gram positif, sedangkan pada bakteri
batang Gram negatif semua proses
termasuk konjugasi bertanggung jawab
dalam timbulnya resistensi (Sande, 1990).

TINJAUAN
PUSTAKA

KEBERADAAN RESIDU
Bahan dari ternak akibat penggunaan
antibiotik, feed aditive, dan hormon
Dapat berasal dari pestisida, herbisida,
fungisida, antiarasitika dalam pakan
Antibiotik tidak dapat seluruhnya
dieksresi dari jaringan tubuh tertahan
(Imbang)

SIFAT RESIDU YANG SERING


DITEMUKAN
1.
Tetrasiklin : tidak bisa terdegradasi
sepenuhnya
2. Streptomisin : tidak terpengaruh
pemanasan 100C 2 jam
3. Khloramfenikol : stabil terhadap panas
4. Benzyl-penicillin : pemanasan tinggi
menyebabkan isomerisasi produk
degradasi
Toksisitas belum diketahui
(Imbang)

CARA MENGHINDARI DAMPAK


NEGATIF ANTIBIOTIK
Penggunaan
antibiotik
berdasarkan
diagnosa
Pembatasan pemakaian antibiotik
Pergiliran antibiotik yang digunakan
Diversifikasi

memanfaatkan
antibiotika baru
(Yuningsih)

CARA MENGHINDARI DAMPAK


NEGATIF ANTIBIOTIK
Kombinasi antibiotik yang telah teruji
Menggunakan antibiotik yang memiliki
withdrawal time pendek
Kontrol residu antibiotik
Penerapan HACCP
(Yuningsih)

CONTOH KASUS

CONTOH KASUS
Lokasi: Semarang
Kejadian: Dinas Pertanian Kota Semarang
melarang penyuntikan antibiotik dan
obat-obatan ke dalam tubuh hewan
kurban, dalam kurun waktu dua pekan
sebelum disembelih sebelum kurban
Narasumber: Hutamadi - Kepala Klinik
Hewan Gayamsari, Kota Semarang
diwawancarai pada 30/09/14
Sumber: http
://berita.suaramerdeka.com/smcetak/jelan
g-disembelih-tidak-boleh-disuntik

CONTOH KASUS (LANJUTAN...)


Penyebab

1. Kesulitan pemerintah mengontrol para pedagang


hewan kurban di Kota Semarang yang jumlahnya
banyak.
2. Selama ini para pedagang hewan kurban memiliki
mantri hewan sendiri yang kadang menyuntikan
obat antibiotik tanpa seizin pemerintah.
3. Pemeriksa hewan kurban adalah tidak mampu
mendeteksi secara fisik kondisi sapi yang telah
disuntik antibiotik dan obat lain.
. Basori (50), pedagang sapi asal Kecamatan
Gunungpati membenarkan adanya larangan yang
dilakukan oleh pemerintah. Untuk menyiasati suntikan
ia menggunakan obat ramuan tradisional bila
ditemukan sapi yang hendak dijual jatuh sakit.

PEMBAHASAN

PEMBAHASAN
1. Penggunaan obat-obatan dalam usaha peternakan
hampir tidak dapat dihindarkan.
2. Dalam bidang peternakan, pemakaian antibiotika
selain untuk pengobatan penyakit,juga digunakan
untuk memacu pertumbuhan ternak (growth
promotor)
3. Antibiotika dalam dosis yang sangat kecil dapat
mempercepat pertumbuhan ternak, sehingga
menyebabkan timbulnya kelonggaran dalam
memperoleh antibiotika untuk dipergunakan dalam
bidang peternakan.

PEMBAHASAN (LANJUTAN...)
1. Timbulnya kasus resistensi Salmonela pada
tahun 1960 telah mendorong untuk berpikir
tentang kerugian dan keuntungan pemakaian
antibiotika dalam bidang peternakan.
2. Juli 1968 dibentuk suatu komisi di Inggris, yang
diberi nama Swann Committe, yang bertugas
membahas pemakaian antibiotika dalam bidang
peternakan (BRANDER, 1977).

PEMBAHASAN
(LANJUTAN...)
Beberapa Keputusan Swann Committe

1. Antibiotika dapat dipergunakan sebagai imbuhan pakan,


akan tetapi sebaiknya yang secara ekonomi memang
menguntungkan.
2. Antibiotika yang dipergunakan sebagai imbuhan pakan
bukan yang dipergunakan untuk pengobatan baik pada
hewan maupun manusia.
3. Pemakaian antibiotika sebagai imbuhan pakan
hendaknya tidakmeninbulkan resistensi silang atau
resistensi berganda terhadap obat yang dipergunakan
untuk pengobatan manusia maupun ternak.
4. Antibiotika yang digunakan sebagai imbuhan pakan
sebaiknya bisa diperoleh tanpa resep dokter. (Murdiati)

PEMBAHASAN (LANJUTAN...)
1. Di Indonesia, kesadaran akan bahaya residu
antibiotika dalam produk peternakan masih
kurang mendapatkan perhatian, karena
pengaruhnya memang tidak terlihat secara
langsung
2. Dapat menyebabkan resistensi antibiotik,
residu antibiotika juga dapat menimbulkan
allergi, dan kemungkinan keracunan.
3. Adanya mikroba yang resisten dapat menjadi
penyebab kegagalan pengobatan penyakit
infeksi.

PEMBAHASAN TENTANG RESISTENSI


ANTIBIOTIK

PEMBAHASAN (LANJUTAN...)
1. Seharusnya, pada pemakaian antibiotika dan
obat hewan lainnya dalam bidang peternakan
perlu diperhatikan waktu henti atau
withdrawal time dari antibiotika yang
bersangkutan.
2. Setelah waktu henti terlampui, diharapkan
tidak diketemukan lagi residu obat atau residu
telah berada dibawah nilai batas maksimum,
sehingga produk ternak yang bersangkutan
dapat dikatakan aman untuk dikonsumsi
(DEBACKERE, 1990).

PEMBAHASAN (LANJUTAN...)
1. Antibiotika yang diizinkan untuk
dipergunakan sebagai imbuhan pakan
umumnyaticlak diabsorbsi dari saluran
pencernaan, atau absorbsinya sangat
kecil, sehingga antibiotika tersebut
akan cepat di eliminasi dari tubuh.

1.
Pemakaian antibiotika secara
KESIMPULAN
berlebihan akan menyebabkan adanya
residu dalam produk peternakan
seperti daging, susu dan telur
2. Adanya residu akan menyebabkan
turunnya tingkat kesehatan masyarakat
karena dapat menyebabkan resistensi,
alergi atau keracunan.
3. Sebaiknya pedagang dan masyarakat
lebih bijak dalam memilih bahan
pangan hewani yang dipilih demi
kesehatan / mengurangi resiko
penimbunan residu antibiotik dalam

DAFTAR PUSTAKA
1. Imbang Rahayu (Staff UMM) http://
imbang.staff.umm.ac.id/download-as-pdf/blog_
article_81.pdf
(diakses 25 Februari 2016)
2. Yuningsih. Keberadaan Residu Antibiotika
dalam Produk Peternakan (Susu dan Daging),
Lokakarya Nasional Keamanan Produk
Peternakan, Balai Pertanian Veteriner, Bogor.
3. Murdiati, T. B. Pemakaian Antibiotika Dalam
Usaha Peternakan. BalaiPenelitian Veteriner.
http
://peternakan.litbang.pertanian.go.id/index
.php?option=com_content&view=article&id=108

DAFTAR PUSTAKA
4. Debackere, M. 1990. Veterinary Medicine
Products : Their Pharmacokinetics In Relation To
The Residue Problem. Euroresidue.
Noordwijkerhout : The Netherlands :326-395.
5. Brander, G.C. 1977. The use of antibiotics in
the veterinary field in the 1970's. In Antibiotics
and Antibiosis in Agriculture. Butterworths:
London : 199-209.

TERIMAKASIH

Vous aimerez peut-être aussi