Vous êtes sur la page 1sur 15

https://www.scribd.

com/doc/46238960/Makalah-ReTaRdasI-MentaL
TUGAS MAKALAH S. NEUROBEHAVIOUR

RETARDASI MENTAL

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2


IKP REG 3B
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

ANTON BIGUNAWAN
ANISA YULIANTI NUGRAHANI
APRIS NOVITA
ARGA EKA SAPUTRA
LIA YULIA TANTI
WIDHI BAYU AJI
YONI EKA PRASETYO

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


SURYA MITRA HUSADA
KEDIRI
2010

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapakan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis mampu menyelesaikan makalah yang
berjudul RETARDASI MENTAL dengan tepat waktu. Makalah ini dibuat guna
memenuhi tugas mata kuliah S. Neurobehaviour.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang telah
membantu terselesaikannya makalah ini. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ibu Byba Melda S. S.Kep,Ns M.Kes selaku dosen PJMK S.
Neurobehaviour
2. Ibu Agusta Deliana S.Kep, Ns selaku dosen S. Neurobehaviour
3. Teman teman IKP Reg 3B
Penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Untuk itu penulis mohon maaf atas kesalahan penulis baik disengaja maupun
tidak. Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun guna
penyempurnaan makalah berikutnya.

Kediri, 15 Desember 2010


Penulis

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar terutama bagi
Negara berkembang. Diperkirakan angka kejadian retardasi mental berat sekitar 0.3% dari
seluruh populasi dan hamper 3% mempunyai IQ dibawah 70.Sebagai sumber daya manusia
tentunya mereka tidak bias dimanfaatkan karena 0.1% dari anak-anak ini memerlukan
perawatan, bimbingan serta pengawasan sepanjang hidupnya.(Swaiman KF, 1989).
Sehingga retardasi mental masih merupakan dilema, sumber kecemasan bagi keluarga dan
masyarakat.Demikian pula dengan diagnosis, pengobatan dan pencegahannya masih
merupakan masalah yang tidak kecil.

Retardasi Mental masalah dunia, implikasi besar pada negara berkembang


Angka pengangguran 50-70%
Angka kejadian Retardasi Mental 1-3 %, kriteria :
RM ringan : 80-90%
RM sedang : 12 %
RM berat : 7 %
RM sangat berat : 1%

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa dan Bagaimana Definisi, etiologi, gejala, pemeriksaan penunjang dari masalah
retardasi mental (RM) pada anak ?
2. Bagaimana Pengkajian pada anak RM?
3. Apa saja Diagnosis yang muncul pada anak RM?
4. Bagaimana Intervensi yang dilakukan pada anak RM?
5. Bagaimana Evaluasi yang dilakukan pada anak RM?
C. TUJUAN
Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan:
1.
2.
3.
4.
5.

Definisi, etiologi, gejala, pemeriksaan penunjang dari masalah retardasi mental (RM)
pada anak
Pengkajian pada anak RM
Diagnosis yang muncul pada anak RM
Intervensi yang dilakukan pada anak RM
Evaluasi

BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi
Retardasi mental adalah kelainan ataua kelemahan jiwa dengan inteligensi yang kurang
(subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat
perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala yang utama ialah

inteligensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo: kurang atau
sedikit dan fren: jiwa) atau tuna mental (W.F. Maramis, 2005: 386).
Pada Wikipedia (The Free Encyclopedia, 2010), dinyatakan: Mental retardation (MR) is
a generalized disorder, characterized by significantly impaired cognitive functioning and
deficits in two or more adaptive behaviors with onset before the age of 18. It has historically
been defined as an Intelligence Quotient score under 70. The term mental retardation is a
diagnostic term denoting the group of disconnected categories of mental functioning such as
idiot, imbecile, and moron derived from early IQ tests, which acquired pejorative
connotations in popular discourse.

Retardasi mental merupakan kelemahan yang terjadi pada fungsi intelek. Kemampuan
jiwa retardasi mental gagal berkembang secara wajar. Mental, inteligensi, perasaan, dan
kemauannya berada pada tingkat rendah, sehingga yang bersangkutan mengalami hambatan
dalam penyesuaian diri.
B. Kriteria Tradisional untuk Retardasi Mental
Skor Tes Intelegensi. Mereka yang memiliki skor di bawah 70 hingga 75, dua deviasi standar
di bawah rata-rata populasi, memenuhi kriteria fungsi intelektual umum secara signifikan di
bawah rata-rata.
Fungsi Adaptif. Merujuk pada penguasaan keterampilan masa kanak-kanak seperti
menggunakan toilet dan berpakaian, memahami konsep waktu dan uang, mampu
menggunakan peralatan, berbelanja, dan melakukan perjalanan dengan transportasi umum,
serta mengembangkan responsivitas sosial.
Usia Onset. Gangguan retardasi mental terjadi sebelum usia 18 tahun, untuk mencegah
mengklasifikasikan kelemahan intelegensi dan perilaku adaptif yang disebabkan oleh cedera
atau sakit yang terjadi kemudian dalam hidup sebagai retardasi mental.

C. Klasifikasi Retardasi mental


1. Retardasi mental ringan

Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari mereka
ini termasuk dari tipe social-budaya dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak
naik kelas. Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan
bias bisa sampai kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya
kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal. Tetapi pada umumnya mereka
ini kurang mampu menghadapi stress sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari
keluarganya.
Ringan ( IQ 52-69; umur mental 8-12 tahun)
Karakteristik :

Usia presekolah tidak tampak sebagai anak RM, ttp terlambat dalam
kemampuan berjalan, bicara , makan sendiri, dll

Usia sekolah, dpt melakukan ketrampilan, membaca dan aritmatik dg pdd


khusus, diarahkan pada kemampuan aktivitas sosial.

Usia dewasa, melakukan ketrampilan sosial dan vokasional, diperbolehkan


menikah tdk dianjurkan memiliki anak. Ketrampilan psikomotor tdk
berpengaruh kecuali koordinasi.

2. Retardasi mental sedang


Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka ini mampu
latih tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas
dua SD saja, tetapi dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu, misalnya
pertukangan, pertanian, dll. Apabila bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan. Mereka juga
perlu dilatih bagaimana mengurus diri sendiri. Kelompok ini juga kurang kurang mampu
menghadapi stress dan kurang mandiri sehingga perlu bimbingan dan pengawasan.
Sedang ( IQ 35- 40 hingga 50 - 55; umur mental 3 - 7 tahun)
Karakteristik :

Usia presekolah, kelambatan terlihat pada perkembangan motorik, terutama


bicara, respon saat belajar dan perawatan diri.

Usia sekolah, dpt mempelajari komunikasi sederhana, dasar kesehatan,


perilaku aman, serta ketrampilan mulai sederhana, Tdk ada kemampuan
membaca dan berhitung.

Usia dewasa, melakukan aktivitas latihan tertentu, berpartisipasi dlm


rekreasi, dpt melakukan perjalanan sendiri ke tempat yg dikenal, tdk bisa
membiayai sendiri.

3. Retardasi mental berat


Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini. Diagnosis mudah
ditegakkan secara dini karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan
keluhan dari orang tua dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan perkembangan
motorik dan bahasa. Kelompok ini termasuk tipe klinik. Mereka dapat dilatih hygiene dasar
saja dan kemampuan berbicara yang sederhana, tidak dapat dilatih keterampilan kerja, dan
memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya.
Berat ( IQ 20-25 s.d. 35-40; umur mental < 3 tahun)
Karakteristik :

Usia prasekolah kelambatan nyata pada perkembangan motorik, kemampuan


komunikasi sedikit bahkan tidak ada, bisa berespon dalam perawatan diri
tingkat dasar spt makan.

Usia sekolah, gangguan spesifik dlm kemampuan berjalan, memahami sejumlah


komunikasi/berespon, membantu bila dilatih sistematis.

Usia dewasa, melakukan kegiatan rutin dan aktivitas berulang, perlu arahan
berkelanjutan dan protektif lingkungan, kemampuan bicara minimal,
meggunakan gerak tubuh.

4. Retardasi mental sangat berat


Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik. Diagnosis dini mudah dibuat
karena gejala baik mental dan fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat minimal.
Mereka ini seluruh hidupnya tergantung orang disekitarnya.
Sangat Berat ( IQ dibawah 20-25; umur mental seperti bayi)
Karakteristik :

Usia prasekolah retardasi mencolok, fs. Sensorimotor minimal, butuh


perawatan total.

Usia sekolah, kelambatan nyata di semua area perkembangan, memperlihatkan


respon emosional dasar, ketrampilan latihan kaki, tangan dan rahang. Butuh
pengawas pribadi. Usia mental bayi muda.

Usia dewasa, mungkin bisa berjalan, butuh perawatan total, biasanya diikuti
dengan kelainan fisik.

D. ETIOLOGI

Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari


retardasi mental. Untuk mengetahui adanya retardasi mental perlu anamnesis yang baik,
pemeriksaan fisik dan laboratorium. Penyebab dari retardasi mental sangat kompleks dan
multifaktorial. Walaupun begitu terdapat beberapa factor yang potensial berperanan dalam
terjadinya retardasi mental seperti yang dinyatakan oleh Taft LT (1983) dan Shonkoff JP
(1992) dibawah ini.
Faktor-Faktor Yang Potensial Sebagai Penyebab Retardasi Mental
1. Non-Organik
- Kemiskinan dan keluarganya yang tidak harmonis
- Factor sosio cultural
- Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik
- Penelantaran anak
2. Oraganik
- Faktor prakonsepsi
a. Abnormalitas single gene ( penyakit penyakit metabolik, kelainan neurokutaneus, dll )
b. Kelainan kromosom ( X-linked, translokasi, fragile-X), sindrom polygenic familial.
- Factor prenatal
a. Gangguan pertumbuhan otak trimester I
Kelainan kromosom ( trisomi, mosaik, dll)
Infeksi intrauterine, misalnya TORCH, HIV
Zat-zat teratogen ( alcohol, radiasi, dll )
Disfungsi plasenta
Kelainan congenital dari otak (idiopatik)
b. Gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III
Infeksi intrauterine, misalnya TORCH, HIV
Zat- zat teratogen ( alcohol, kokain, logam berat, dll )
Ibu : diabetes mellitus, PKU ( phenilketonuria )
Toksemia gravidarum
Disfungsi plasenta
Ibu malnutrisi

- Factor perinatal
a. Sangat premature

b. Asfiksia neonatorum
c. Truma lahir : perdarahan intracranial
d. Meningitis
e. Kelainan metabolic : hipoglikemik, hiperbilirubinemia
- Factor post natal
a. Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat
b. Neurotoksin, misalnya logam berat
c. CVA ( Cerebrovaskuler accident )
d. Anoksia, misalnya tenggelam
e. Metabolic
Gizi buruk
Kelainan hormonal, misalnya hipotiroid, pseudohipotiroid
Amino aciduria, misalnya PKU
Kelainan metabolisme karbohidrat, galaktosemia dll
Polisakaridosis, misalnya sindrom Hurler
Cerebral lipidosis ( Tay Sachs ), dengan hepatomegali ( Gaucher )
Penyakit degeneratif/ metabolic lainnya.
f. Infeksi
Meningitis, ensefalitis, dll.
Subakut sklerosing panasefalitis
Kebanyakan anak yang menderita retardasi mental ini berasal dari golongan social
ekonomi rendah akibat kurangnya stimulasi dari lingkungannya sehingga secara bertahap
menurunkan IQ yang bersamaan dengan terjadinya maturasi. Demikian pula dengan keadaan
social ekonomi yang rendah dapat sebagai penyebab organic dari retardasi mental, misalnya
keracunan logam berat yang subklinik dalam jangka waktu yang lama dapat mempengaruhi
kemampuan kognitif, ternyata lebih banyak pada anak-anak dikota dari golongan social
ekonomi rendah. Demikian pula dengan kurang gizi, baik pada ibu hamil maupun pada
anaknya setelah lahir dapat mempengaruhi pertumbuhan otak anak.
E. Diagnosis dan Manifestasi Klinis
Untuk menegakkan diagnosis, anamnesis yang baik sangat diperlukan, yaitu untuk mengetahui
penyebab kelainan ini organic atau non organic, apakah kelainannya dapat diobati/tidak dan
apakah ada factor genetic/tidak. Dengan melakukan skrining secara rutin misalnya dengan
menggunakan DDST (Denver Developmental Screening Test), maka diagnosis dini dapat segera
dibuat. Demikian pula anamnesis yang baik dari orang tuanya, pengasuh atau gurunya, sangat
membantu dalam diagnosis kelainan ini. Setelah anak berumur enam tahun dapat dilakukan tes
IQ. Sering kali hasil evaluasi medis tidak khas dan tidak dapat diambil kesimpulan. Pada kasus
seperti ini, apabila tidak ada kelainan pada system susunan saraf pusat, perlu anamnesis yang
teliti apakah ada keluarga yang cacat, mencari masalah lingkungan/factor non organic lainnya
dimana diperkirakan mempengaruhi kelainan pada otak anak.
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik yang
merupakan stigmata congenital yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu
sindrom penyakit tertentu. Dibawah ini beberapa kelaianan fisik dan gejala yang sering disertai
retardasi mental, yaitu :
1. Kelainan pada mata :
a. Katarak
- Sindrom Cockayne
- Sindrom Lowe

- Galactosemia
- Sindrom Down
- Kretin
- Rubella Pranatal, dll.
b. Bintik cherry-merah pada daerah macula
- Mukolipidosis
- Penyakit Niemann-Pick
- Penyakit Tay-Sachs
c. Korioretinitis
- Lues congenital
- Penyakit Sitomegalovirus
- Rubella Pranatal
d. Kornea keruh
- Lues Congenital
- Sindrom Hunter
- Sindrom Hurler
- Sindrom Lowe
2. Kejang
a. Kejang umum tonik klonik
- Defisiensi glikogen sinthesa
- Hipersilinemia
- Hipoglikemia, terutama yang disertai glikogen storage disease I, III, IV, dan VI
- Phenyl ketonuria
- Sindrom malabsobrsi methionin, dll.
b. Kejang pada masa neonatal
- Arginosuccinic asiduria
- Hiperammonemia I dan II
- Laktik asidosis, dll.
3. Kelainan kulit
a. Bintik caf-au-lait
- Atakasia-telengiektasia
- Sindrom bloom
- Neurofibromatosis
- Tuberous selerosis
4. Kelainan rambut
a. Rambut rontok
- Familial laktik asidosis dengan Necrotizing ensefalopati
b. Rambut cepat memutih
- Atrofi progresif serebral hemisfer
- Ataksia telangiektasia
- Sindrom malabsorbsi methionin
c. Rambut halus
- Hipotiroid
- Malnutrisi
5. Kepala
a. Mikrosefali
b. Makrosefali
- Hidrosefalus
- Neuropolisakaridase
- Efusi subdural
6. Perawakan pendek
a. Kretin

b. Sindrom Prader-Willi
7. Distonia
a. Sindrom Hallervorden-Spaz
NB: Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anak dengan retardasi mentaladalah multidimensi dan sangat individual.
Tetapi perlu diingat bahwa tidak setiap anak penaganan multidisiplin merupakan jalan terbaik.
Sebaiknya dibuat rancangan suatu strategi pendekatan bagi setiap anak secara individual untuk
mengembangkan potensi anak tersebut seoptimal mungkin. Untuk itu perlu melibatkan psikolog
untuk menilai perkembangan mental anak terutama kemampuan kognitifnya, dokter anak untuk
memeriksa perkembangan fisiknya, menganalisis penyebab dan mengobati penyakit atau
kelainan yang mungkin ada. Juga kehadiran dari pekerja social kadang-kadang diperlukan untuk
menilai situasi keluarganya. Atas dasar itu maka dibuatlah strategi terapi. Sering kali melibatkan
lebih banyak ahli lagi, misalnya ahli saraf bila anak juga menderita epilepsy, palsi serebral dll.
Psikiater bila anaknya menunjukkan kelainan tingkah laku atau bila orang tuanya membutuhkan
dukungan terapi keluarga. Ahli rehabilitasi medis bila diperlukan untuk merangsang
perkembangan motorik dan sensoriknya. Ahli terapi wicara untuk memperbaiki gangguan
bicaranya atau untuk merangsang perkembangan bicaranya. Serta diperlukan guru pendidikan
luar biasa untuk anak-anak yang retardasi mental ini.
Pada orang tuanya perlu diberikan penerangan yang jelas mengenai keadaan anaknya dan apa
yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan. Kadang-kadang diperlukan waktu yang lama
untuk meyakinkan orang tua mengenai keadaan anaknya maka perlu konsultasi pula dengan
psikolog atau psikiater. Disamping itu diperlukan kerja sama yang baik antara guru dan orang
tuanya, agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam strategi penanganan anak disekolah dan
dirumah. Anggota keluarga lainnya juga harus diberi pengertian agar anak tidak diejek atau
dikucilkan. Disamping itu, masyarakat perlu diberikan penerangan tentang retardasi mental agar
mereka dapat menerima anak tersebut dengan wajar.
Anak dengan retardasi mental memerlukan pendidikan khusus yang sesuaikan dengan taraf
IQ-nya. Mereka digolongkan yang mampu didik untuk golongan retardasi mental ringan dan
yang mampu latih untuk anak dengan retardasi mental sedang. Sekolah khusus untuk anak
retardasi mental ini adalah SLB-C. Di sekolah ini diajarkan juga keterampilan-keterampilan
dengan harapan mereka dapat mandiri di kemudian hari. Di ajarkan pula tentang baik-buruknya
suatu tindakan tertentu sehingga mereka diharapkan tidak memerlukan tindakan yang tidak
terpuji, seperti mencuri, merampas, kejahatan seksual dan lain-lain.
Semua anak yang retardasi mental ini juga memerlukan perawatan seperti pemeriksaan
kesehatan yang rutin, imunisasi dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya. Anak-anak ini
juga disertai dengan kelainan fisik yang memerlukan penangan khusus. Misalnya pada anak yang
mengalami infeksi pranataldengan cytomegalovirus akan mengalami gangguan pendengaran
yang progresif walaupun lambat, demikian pula anak dengan sindrom Down dapat timbul gejala
hipotiroid. Masalah nutrisi juga perlu mendapat perhatian.

G. Prognosis

Retardasi mental yang diketahuipenyakit dasarnya, biasanya prognosisnya lebih baik. Tetapi
pada umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya. Anak dengan dengan retardasi
mental ringan dengan kesehatan yang baik tanpa penyakit kardiorespirasi, pada umumnya umur
harapan hidupnya sama dengan orang yang normal. Tetapi sebaliknya pada retardasi mental yang
berat dengan masalah kesehatan dan gizi, sering meninggal pada usia muda.
G. Pencegahan
Karena penyembuhan dari retardasi mental ini boleh dikatakan tidak ada sebab kerusakan
dari sel-sel otak tidak mungkin fungsinya dapat kembali normal maka yang penting adalah
pencegahan primer yaitu usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit. Dengan
memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit yang potensial dapat menyebabkan
retardasi mental, misalnya melalui imunisasi. Konseling perkawinan, pemeriksaan kehamilan
yang rutin, nutrisi yang baik selama kehamilan dan bersalin pada tenaga kesehatan yang
berwenang maka dapat membantu menurunkan angka kejadian retardasi mental. Demikian pula
dengan mengentaskan kemiskinan dengan membuka lapangan kerja, memberikan pendidikan
yang baik, memperbaiki sanitasi lingkungan, meningkatkan gizi keluarga akan meningkatkan
ketahanan terhadap penyakit. Dengan adanya program BKB ( Bina Keluarga dan Balita ) yang
merupakan stimulasi mental dini dan bisa dikembangkan juga deteksi dini maka dapat
mengoptimalkan perkembangan anak.
Diagnosis dini sangat penting dengan melakukan skrining sedini mungkin terutama pada tahun
pertama maka dapat dilakukan intervensi yang dini pula. Misalnya diagnosis dini dan terpi dini
hipotiroid dapat memperkecil kemungkinan retardasi mental. Deteksi dan intervensi dini pada
retardasi mental sangat membantu memperkecil retardasi yang terjadi. Konsep intervensi pada
retardasi mental yang berdasarkan pemikiran bahwa intervensi dapat merubah status
perkembangan anak. Makin sering dan makin dini intervensi dilakukan, maka makin baik
hasilnya. Tetapi makin berat tingkat kecacatan maka hasil yang dicapai juga makin kurang. Hasil
akhir suatu intervensi adalah makin dini dan teratur suatu intervensi yang diberikan makin baik
hasilnya sehingga agak mengurangi kecacatannya. Namun pada anak yang penyebabnya sangat
kompleks, latar belakang social dan kebiasaan yang kurang baik dan intervensi yang tidak teratur
maka hasilnya juga tidak memuaskan

Asuhan keperawatan pada pasien dengan Retardasi


Mental
1. Pengkajian
1. Pemeriksaan fisik :

Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali (btkkepalatdksimetris)

Rambut : Pusarganda, rambutjarang/tdkada, halus,


mudahputusdancepatberubah

Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll

Hidung : jembatan/punggunghidungmendatar, ukurankecil,


cupingmelengkungkeatas, dll

Mulut : bentuk V yang terbalikdaribibiratas, langitlangitlebar/melengkungtinggi

Geligi : odontogenesis yang tdk normal

Telinga : keduanyaletakrendah; dll

Muka : panjangfiltrum yang bertambah, hipoplasia

Leher : pendek; tdkmempunyaikemampuangeraksempurna

Tangan : jaripendekdantegapataupanjangkecilmeruncing,
ibujarigemukdanlebar, klinodaktil, dll

Dada & Abdomen : tdpbeberapa putting, buncit, dll

Genitalia : mikropenis, testis tidakturun, dll

Kaki : jari kaki salingtumpangtindih, panjang &


tegap/panjangkecilmeruncingdiujungnya, lebar, besar, gemuk
2. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaankromosom

Pemeriksaanurin, serum atau titer virus

Test diagnostikspt : EEG, CT Scan


untukidentifikasiabnormalitasperkembanganjaringanotak, injury
jaringanotakatau trauma yang mengakibatkanperubahan.

2.DIAGNOSIS KEPERAWATAN :

Gangguanpertumbuhandanperkembanganb.dkelainanfs. Kognitif

Gangguankomunikasi verbal b.dkelainanfs, kognitif

Risikocederab.d. perilakuagresif/ketidakseimbanganmobilitasfisik

Gangguaninteraksisosialb.d. kesulitanbicara /kesulitanadaptasisosial

Gangguanproseskeluargab.d. memilikianak RM

Defisitperawatandirib.d.
perubahanmobilitasfisik/kurangnyakematanganperkembangan

dll

3.INTERVENSI :
1.Kaji faktor penyebab gangguan perkembangan anak
2.Identifikasi dan gunakan sumber pendidikan untuk
perkembangan anak yang optimal.
3.Berikan perawatan yang konsisten
4.Tingkatkan komunikasi verbal dan stimulasi taktil
5.Berikan intruksi berulang dan sederhana
6.Berikan reinforcement positif atas hasil yang dicapai anak
7.Dorong anak melakukan perawatan sendiri
8.Manajemen perilaku anak yang sulit
9.Dorong anak melakukan sosialisasi dengan kelompok
10.Ciptakan lingkungan yang aman

memfasilitasi

4. Implementasi PENDIDIKAN PADA ORANGTUA :


a. Perkembangan anak untuk tiap tahap usia
b. Dukung keterlibatan orangtua dalam perawatan anak
c. Bimbingan antisipasi dan manajemen menghadapi perilaku anak yang sulit
d. Informasikan sarana pendidikan yang ada dan kelompok, dll
5.Evaluasi
-Anak dapat berfungsi Optimal sesuai tingkatannya
-Klg dan anak mampu menggunakan koping thd tantangan karena adanya
ketidakmampuan
-Klg mampu mendapatkan sumber-sumber sarana komunitas

BAB III

PENUTUP
KESIMPULAN

Retardasi Mental masalah dunia, implikasi besar pada negara berkembang


Angka pengangguran 50-70%
Angka kejadian Retardasi Mental 1-3 %, kriteria :
RM ringan : 80-90%
RM sedang : 12 %
RM berat : 7 %
RM sangat berat : 1%

DAFTAR PUSTAKA
Maramis, W.F. (2005) Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.
Wikipedia, the Free Encyclopedia. (2010) Mental Retardation. Terdapat pada:
http://en.wikipedia.org/wiki/Mental_retardation.
http://medicafarma.blogspot.com/2008/09/retardasi-mental.html

Vous aimerez peut-être aussi