Vous êtes sur la page 1sur 26

ANEURISMA CEREBRAL

BAB.I
1.1.

PENDAHULUAN
Aneurisma merupakan kata yang berasal dari bahasa Yunani aneuyrisma

(ana : across, eurys : broad) yang berarti dilatasi abnormal dari sebuah arteri.
i
Aneurisma intrakranial/ serebral adalah pelebaran atau menggelembungnya dinding
pembuluh darah, yang didasarkan atas rusaknya dua lapisan dinding pembuluh darah,
yaitu tunika media dan tunika intima, yang menjadi elastis mengakibatkan kelemahan
pada pembuluh darah di daerah tersebut sehingga membentuk tonjolan akibat tekanan
pembuluh darah. Dinding pembuluh darah pada aneurisma ini biasanya menjadi lebih
tipis dan mudah pecah. Aneurisma serebral (otak) meliputi sirkulasi otak bagian
anterior dan bagian posterior. Pembuluh Aneurisma otak adalah suatu kelainan pada
dinding darah otak dimana terdapat kelemahan yang mengakibatkan terbentuknya
tonjolan / pada daerah tersebut yang amat riskan terjadi ruptur tiba-tiba. Tonjolan
tersebut sering terlihat seprti berry yang tergantung pada batangnya.1-3
Sebenarnya aneurisma dapat terjadi di pembuluh darah mana saja di tubuh
kita. Apabila aneurisma terjadi pada pembuluh darah di dada, beberapa
gejalanya adalah rasa sakit di dada, batuk yang menetap, dan kesulitan untuk
menelan. Pada perokok sering terjadi aneurisma pada pembuluh darah di
lutut, yang menimbulkan gejala seperti tertusuk-tusuk di belakang lutut.

Apabila aneurisma ini terjadi pada pembuluh darah otak, gejalanya dapat
berupa sakit kepala yang parah atau migren yang sangat berat, sering disertai
dengan sakit leher. Aneurisma pembuluh darah di otak ini lama kelamaan
dapat menyebabkan terjadinya pecahnya pembuluh darah di otak tersebut,
yang juga dikenal dengan stroke. Sayangnya, kasus ini belum banyak
diketahui di Indonesia dan data tentang penyakit itu masih begitu minim.2,3

Figure 1
Pelebaran ini dapat pula menekan dan mengikis jaringan di dekatnya. Bila
aneurisma itu berada dekat tulang, tulang tersebut akan menipis. Bila
berdekatan dengan tenggorok, maka bagian akan tertekan dan saluran napas
tersumbat. Di dalam rongga aneurisma, mudah terbentuk gumpalan darah

yang disebut trombus. Trombus ini sangat rapuh dan mudah menyerpih.
Serpihan ini menimbulkan sumbatan pembuluh darah di berbagai tempat.3
Normalnya, pembuluh darah mempunyai tiga lapisan utama yaitu:
1. Lapisan pertama disebut lapisan intima yang terdiri dari satu lapis endotel.
2. Lapisan kedua adalah lapisan media yang terdiri dari lapisan otot yang elastis.
3. Lapisan ketiga adalah lapisan adventisia yang terdiri dari jaringan ikat longgar dan
lemak. 3
85 - 90 % aneurisma berasal dari bagian depan atau pembuluh darah karotis,
dan sisanya berasal dari bagian belakang atau pembuluh vertebralis. 3
1.2.

INSIDEN
Di banyak negara, prevalensi penyakit ini tergolong tinggi. Di Amerika

Serikat, misalnya, aneurisma mencapai rata-rata lima per 100.000 kasus, tergolong
paling tinggi dibandingkan dengan gangguan atau kelainan otak lainnya. Kasus ini di
banyak negara ditemui pada pasien berusia 3 - 50 tahun. Insiden dari aneurisma baik
yang pecah maupun yang utuh pada otopsi ditemukan sebesar 5 % dari populasi
umum. Insiden pada wanita ditemukan lebih banyak dibandingkan pria, yaitu: 2 - 3 :
1, dan aneurisma multiple atau lebih dari satu didapatkan antara 15 - 31% (Vale dan
Hadley). Umumnya diderita oleh orang dewasa pada lebih dari dekade kedua

kehidupan dengan persentase 6% di seluruh dunia dengan angka kematian lebih dari
50% dengan insidensi pada wanita lebih banyak dibandingkan pria sekitar 2-3:1.
Penelitian menunjukkan prevalensi pada suatu populasi orang dewasa antara 1
dan 5 persen, 2 yang diterjemahkan sampai 10 juta untuk 12.000.000 orang di
amerika serikat.

2,3,5

1.3.KLASIFIKASI
Pembagian aneurisma adalah sebagai berikut :
1. Kongenital (aneurisma sakuler) 4.9%
2. Aneurisma mikotik (septik) 2,6%
3. Aneurisma arteriosklerotik
4. Aneurisma traumatik 5--76,8%. 3
Berdasarkan bentuknya, aneurisma dapat dibedakan menjadi:
1. Aneurisma tipe fusiformis (59%). aneurisma yang menonjol di segala penjuru
dan tidak memiliki leher yang berbeda.4 Penderita aneurisma ini mengalami
kelemahan dinding melingkari pembuluh darah setempat sehingga menyerupai
badan botol.2
2.

Aneurisma tipe sakuler atau aneurisma kantong (9095%). paling umum, juga

disebut "berry") yang menonjol aneurisma dari satu sisi arteri dan memiliki leher
yang berbeda pada dasarnya.4 Pada aneurisma ini, kelemahan hanya pada satu

permukaan pembuluh darah sehingga dapat berbentuk seperti kantong dan


mempunyai tangkai atau leher. Dari seluruh aneurisma dasar tengkorak, kurang lebih
90% merupakan aneurisma sakuler.

Berdasarkan diametemya aneurisma sakuler

dapat dibedakan atas:

Aneurisma sakuler kecil dengan diameter- < 1 cm.

Aneurisma sakuler besar dengan diameter antara 1- 2.5 cm.

Aneurisma sakuler raksasa dengan diameter- > 2.5 cm. 2

3. Aneurisma tipe disekting ( < 1% ).

Figure 2,3 : A ruptured aneurysm releases blood into the subarachnoid space, Different types
of aneurysms

1.4.PREDILEKSI
Predileksi. Lokasi aneurisma: 85-90% pada bagian depan Willis circle; 30
40% pada arteri carotis interna; 30-40% di a. cerebri anterior/communicans anterior;

20-30% di a. cerebri media; 10-15% di a. vertebro-basilaris. Patofisiologi. Aneurisma


sakular berkembang dari defek lapisan otot (tunika muskularis) pada arteri.
Perubahan elastisitas membran dalam (lamina elastika interna) pada arteri cerebri
dipercayai melemahkan dinding pembuluh darah dan mengurangi kerentanan mereka
untuk berubah pada tekanan intraluminal. Perubahan ini banyak terjadi pada
pertemuan pembuluh darah, dimana aliran darah turbulen dan tahanan aliran darah
pada dinding arteri paling besar. 2
Aneurisma fusiformis berkembang dari arteri serebri yang berliku yang
biasanya berasal dari sistem vertebra basiler dan bisa sampai beberapa cm pada
diameternya. Pasien aneurisme fusiformis berkarakter dengan gejala kompresi otak
atau nervus kranialis tapi gejala tidak selalu disertai dengan perdarahan subarakhnoid.
Aneurisma yang disebabkan oleh diseksi terjadi karena adanya nekrosis atau trauma
pada arteri. Berbentuk seperti gumpalan darah sepanjang lumen palsu, sedangkan
lumen sebenarnya kolaps secara otomatis.2
1.5.GEJALA KLINIK
Aneurisma yang belum pecah dapat diketahui apabila timbul gejala-gejala
gangguan saraf (tetapi ada juga yang tidak menimbulkan gejala). Gejala apa
yang timbul tergantung dari lokasi dan ukuran aneurisma tersebut. Beberapa
gejala yang dapat timbul adalah sakit kepala, penglihatan kabur/ ganda,
mual, kaku leher dan kesulitan berjalan. Tetapi beberapa gejala dapat

menjadi peringatan (warning sign) adanya aneurisma, yaitu: kelumpuhan


sebelah anggota gerak kaki dan tangan, gangguan penglihatan, kelopak mata
tidak bisa membuka secara tiba-tiba, nyeri pada daerah wajah, nyeri kepala
sebelah ataupun gejala menyerupai gejala stroke.3
Gambaran klinik pecahnya aneurisma dibagi dalam 5 tingkat ialah:

Tingkat I : Sefalgia ringan dan sedikit tanda perangsangan selaput otak atau
tanpa gejala.

Tingkat II : Sefalgia agak hebat atau ditambah kelumpuhan saraf otak.

Tingkat III : Kesadaran somnolent, bingung atau adanya kelainan neurologik


fokal sedikit.

Tingkat IV : Stupor, hemiparese sampai berat, mungkin adanya permulaan


deserebrasi dan gangguan sistim saraf otonom.

Tingkat V : Koma dalam, tanda rigiditas desebrasi dan tanda stadium paralisis
cerebral vasomotor. 3

BAB.II
2.1.ANATOMI
Sistem Peredaran Darah.
Pada dasarnya sistem peredaran darah arteri ke otak terdiri 2 golongan yaitu:
sepasang peredaran darah karotis pada bagian depan dan vertebrobasilaris pada
bagian belakang . Arteria karotis ini masuk ke dalam rongga tengkorak melalui
kanalis karotikus dan kemudian bercabang menjadi arteria serebri media dan arteria
serebri anterior. Arteria vertebralis cabang dari arteria subclavia memasuki otak
melalui foramen magnum, di bagian dorsal batang otak menyatu menjadi arteria
basilaris dan kemudian berakhir menjadi dua arteri serebri posterior. Pada dasar otak
cabang-cabang dari keduanya membentuk anastomosis (hubungan) yang disebut
Circulus Willisi. Pada peredaran darah balik (vena), aliran darah vena akan bermuara
ke dalam sinus-sinus duramater, sinus merupakan saluran pembuluh darah yang
terdapat di dalam struktur duramater. dalam keadaan fisiologik jumlah darah yang

mengalir ke otak ialah 50-60 ml per 100 gram otak permenit. Jadi untuk berat otak
dewasa 1200-1400 gram diperlukan aliran darah 700-840 ml/menit. 6

Figure 4

Figure 5:

The Intracranial Vasculature, Showing the Most Frequent Locations of


Intracranial Aneurysms. Percentages indicate the incidence of intracranial aneurysms. 5

Figure 6

Figure 7

Figure 6: The common carotid artery courses up the neck and divides into the internal and external
carotid arteries. The brains anterior circulation is fed by the internal carotid arteries (ICA) and the posterior
circulation is fed by the vertebral arteries (VA). The two systems connect at the Circle of Willis (green circle).
Figure 7: Top view of the circle of Willis. The internal carotid and vertebral-basilar systems are joined by the
7
anterior communicating and posterior communicating arteries.

2.2.PATOFISIOLOGI
Peneyebab utama aneurisma masih menjadi kontroversi. Akan tetapi bila
dibandingkan dengan pembuluh darah normal, pada aneurisma ditemukan suatu
kelainan pada lapisan pembuluh darah terdiri dari tiga lapisan, yaitu lapisan tunika
intima, media dan adventitia. Pada aneurisma terdapat penipisan tunika media dan
tunika intima menjadi lebih elastis hal ini mengakibatkan kelemahan pada pembuluh
darah di daerah aneurisma sehingga pembuluh darah membentuk tonjolan akibat
tekanan pembuluh darah. Diperkirakan penyebab aneurisma adalah adanya kelainan
bawaan, hipertensi, emboli, infeksi, dan trauma.8

BAB.III
3.1.DIAGNOSIS
Ketika pasien dibawa ke ruang darurat dengan dugaan aneurisma pecah ,
dokter akan belajar sebanyak mungkin tentang gejala-nya, saat ini dan sebelumnya
masalah medis, obat-obatan, dan sejarah keluarga. Pemeriksaan fisik akan dilakukan.
tes diagnostik akan membantu menentukan sumber pendarahan. 4
Diagnosis ditegakkan dengan menggunakan anamnesis yang lengkap dari
pasien dan pemeriksaan fisis serta menggunakan pemeriksaan tambahan. Pada
anamnesis dapat di temukan gejala-gejalan klinis dari aneurisma itu sendiri, gejala
pada ruptur aneurisma dapat berupa:

Mual dan muntah


Kaku leher atau nyeri leher
Kabur atau penglihatan danda
Nyeri di atas dan di belakang mata
Pupil dilatasi
Sensitivitas terhadap cahaya
Hilangnya sensasi 9
10

Kejang 4
Sedangkan gejala pada unruptur aneurisma dapat berupa :
Nyeri kepala berat
Penurunan fungsi penglihatan
Gangguan berpikir
Gangguan bahasa
Gangguan persepsi
Mendadak perubahan sikap dan perilaku
Kehilangan keseimbangan dan koordinasi
Penurunan kesadaran
Gangguan ingatan jangka panjang dan pendek
Kelelahan 9

Tetapi beberapa gejala dapat menjadi peringatan (warning sign) adanya


aneurisma, yaitu: kelumpuhan sebelah anggota gerak kaki dan tangan, gangguan
penglihatan, kelopak mata tidak bisa membuka secara tiba-tiba, nyeri pada daerah
wajah, nyeri kepala sebelah ataupun gejala menyerupai gejala stroke.3
3.2.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Di negara maju, aneurisma pada stadium dini lebih banyak ditemukan. Hal
ini karena banyak orang yang menjalani pemeriksaan magnetic resonance
imaging (MRI) sehingga aneurisma pada tingkat awal dapat terlihat jelas.
Kadang-kadang aneurisma tidak sengaja ditemukan saat ''check up'' dengan
menggunakan alat canggih seperti CT scan, MRI atau angiogram. Diagnosis
pasti aneurisma pembuluh darah otak, beserta lokasi dan ukuran aneurisma
dapat ditetapkan dengan menggunakan pemeriksaan ''angiogram''. 3

11

Biasanya dilakukan pemeriksaan CT scan dan MRI untuk membedakan stroke


iskemik dengan stroke perdarahan. Pemeriksaan tersebut juga bisa menunjukkan
luasnya kerusakan otak dan peningkatan tekanan di dalam otak. Pungsi lumbal
biasanya tidak perlu dilakukan, kecuali jika diduga terdapat meningitis atau infeksi
lainnya. Jika diperlukan, bisa dilakukan pungsi lumbal untuk melihat adanya darah di
dalam cairan serebrospinal. Angiografi dilakukan untuk memperkuat diagnosis dan
sebagai panduan jika dilakukan pembedahan. Kemungkinan juga bisa terjadi
leukositosis yang tidak terlalu berarti. 3

Figure 8. CT-Scan

Computed Tomography (CT) scan adalah noninvasif X-ray yang menyediakan


gambar struktur anatomi dalam otak. Hal ini sangat berguna untuk mendeteksi darah
di dalam atau di sekitar otak. Teknologi yang lebih baru yang disebut CT angiography
(CTA) melibatkan penyuntikan kontras ke dalam aliran darah untuk melihat arteri
otak. CTA memberikan gambar terbaik dari pembuluh darah (melalui angiography)
dan jaringan lunak (melalui CT).4

12

CT Scan sangat baik dalam mengidentifikasi perdarahan intraventrikel


(dijumpai pada 13-28 % kasus aneurisma), hematoma parenkim, dan hematoma
subdural yang sering dijumpau pada kasus-kasus perdarahan subarakhnoid.
Sensitivitas pemeriksaan CT dapat mengidentifikasi adanya aneurisma serebri dengan
diameter 5 mm atau lebih dengan baik, sedangkan untuk diameter 3-5 mm identifikasi
mencapai 60-70%, sedangkan untuk aneurisma besar / Giant memiliki ketepatan
mencapai 100%.1
Ciri-ciri aneurisma serebri yang dapat dinilai dengan pemeriksaan CT
meliputi sebagai berikut:
area dengan densitas meningkat, focal yang berasal dari darah diluminal.
area elongatio / globular focal dari penyangatan kontras.

kalsifikasi didinding aneurisma.

clot / bekuan darah didalam aneurisma besar.

Aneurisma yang besar mempunyai diameter transversal 1-2,4 cm dan giant


aneurisma bisa mencapai 2,5 cm atau lebih. 1
Magnetic Resonance Imaging (MRI) scan adalah tes non-invasif yang
menggunakan medan magnet dan gelombang frekuensi radio untuk memberikan
tampilan rinci tentang jaringan lunak otak. Sebuah MRA (Magnetic Resonance

13

Angiogram) adalah studi non-invasif yang sama, kecuali bahwa itu juga merupakan
angiogram, yang berarti meneliti pembuluh darah di samping struktur otak.4
Angiogram merupakan prosedur invasif di mana sebuah kateter dimasukkan
ke arteri dan melewati pembuluh darah ke otak. Setelah kateter tersebut di tempat,
pewarna kontras disuntikkan ke dalam aliran darah dan x-ray diambil. 4
MRA DAN ANGIOGRAFI
MRA baik dalam menilai aneurisma serebri (55-86%) dan sensitivitas akan
meningkat bila dikombinasikan dengan pemeriksaan MRI. MRA merupakan
pemeriksaan skrining. Pemeriksaan yang sering dipakai adalah TOF 3D. MOTSA
dipakai jika aliran lambat pada aneurisma distal (flow saturasi rendah, sehingga tak
terlihat pada TOF 3D).
Pemeriksaan MRA dikombinasikan dengan pemeriksaan MRI dapat
memperlihatkan pola aliran interna pada aneurisma besar dan giant dengan aliran
cepat di daerah perifer dan aliran yang stagnant disentral. Kontras gadolinium I.V
tidak di anjurkan dipakai untuk mengidentifikasi aneurisma serebri, namun dapat
membantu

memperjelas

gambaran

aneurisma

kecil.

Kekurangannya

dapat

menimbulkan artefak sehingga menimbulkan penyulitan dalam menilai aneurisma


(karena efek penyangatan pada sinus dura, vena intracranial dan struktur

14

intracranial).1

15

FIG. 9. Preoperative MR angiogram (A) and DS angiogram (B) demonstrating a 2-mm


ACoA aneurysm (arrows),
which was successfully treated with coil embolization. Magnetic resonance angiogram
(C) and DS angiogram (D) obtained in another patient of a wide-necked 2-mm
aneurysm on the left M1 branch. 10

Computed tomografi Angiografi (CTA) adalah sebuah alternatif dengan


metode tradisional dan dapat dilakukan tanpa perlu kateterisasi arteri. Tes ini
menggabungkan CT scan biasa dengan pewarna kontras disuntikkan ke pembuluh
darah. Setelah pewarna yang disuntikkan ke dalam vena, itu perjalanan ke arteri otak,
dan gambar yang dibuat dengan menggunakan CT scan. Gambar-gambar ini
menunjukkan dengan tepat bagaimana darah mengalir ke pembuluh otak.9
BAB.IV

16

4.1.PENANGANAN
4.1.1.MEDIKAMENTOSA
Nyeri akan diberikan obat untuk meringankan sakit kepala, obat
antikonvulsan dapat diresepkan untuk mencegah atau mengobati kejang, dan
vasodilator akan diresepkan untuk mencegah vasospasm. Tekanan darah
diturunkan untuk mengurangi perdarahan lebih lanjut dan untuk mengontrol
tekanan intrakranial.
4.1.2.OPERATIF
Menentukan

perawatan

bedah

terbaik

untuk

aneurisma

pecah

melibatkan banyak faktor, seperti ukuran, lokasi, dan jenis aneurisma serta
kesehatan pasien secara keseluruhan dan riwayat medis mereka.
Bedah kliping: membuka dibuat dalam tengkorak, yang disebut
craniotomy, untuk mencari aneurisma tersebut. Sebuah klip kecil ditempatkan
di leher "" dari aneurisma tersebut untuk memblokir aliran darah normal
masuk (Gbr. 10). klip ini terbuat dari titanium dan tetap pada arteri secara
permanen.

17

Figure.10: A titanium clip is placed across the neck of an aneurysm. The arrow indicates
bloodflow through the artery, but not the aneurysm.

Endovascular melingkar: dilakukan selama angiogram di departemen


radiologi dan kadang-kadang membutuhkan anestesi umum. Sebuah kateter
dimasukkan ke arteri di pangkal paha dan kemudian melewati pembuluh darah
ke aneurisma tersebut. Melalui kateter, aneurisma yang dikemas dengan koil
platinum atau lem akrilik, yang mencegah aliran darah ke dalam aneurisma
(Gbr. 11).

18

Figure 11: The aneurysm is packed with


platinum coils by way of a small catheter. The arrow indicates bloodflow through the artery, but not the
aneurysm.

Arteri oklusi dan memotong: jika kliping bedah tidak mungkin atau
arteri terlalu rusak, ahli bedah yang benar-benar dapat menghalangi (menutup
jalan) arteri yang memiliki aneurisma tersebut. Aliran darah berbelok (bypass)
di sekitar bagian occluded arteri dengan menyisipkan cangkok kapal (Gbr. 12).
graft adalah arteri kecil, biasanya diambil dari kaki Anda, yang terhubung di
atas dan di bawah arteri yang tersumbat sehingga aliran darah dialihkan
(memotong) melalui gratifikasi tersebut. 4

Figure 12: The aneurysm is blocked off between two clips and a bypass is sewn to detour
blood flow around the aneurysm.

19

20

Figure 13: Microsurgical Clipping of an Aneurysm of the Posterior Communicating


Artery. Panel A shows the typical skin incision (unbroken curved line) and craniotomy
(dashed lines) needed to access the aneurysm. Panel B shows the application of the clip blade to the
neck of the aneurysm. 5

Figure.14: Endovascular Occlusion of an Aneurysm of the Posterior Communicating Artery with


Guglielmi Detachable Coils. Panel A and inset show the route of the microcatheter into the aneurysm
through the right femoral artery, aorta, and left carotid artery and the beginning of the coil deployment.
Panel B shows the final occlusion of the aneurysm with coils.5

4.2.KOMPLIKASI
Aneurisma yang pecah dapat mengakibatkan :
Perdarahan subarachnoid saja.
Perdarahan subarachnoid dan perdarahan intra serebral (60%).
Infark serebri (50%).

21

Perdarahan subarachnoid dan subdural.


Perdarahan subarachnoid dan hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi
hidrosephalus normotensif (30%).
Aneurisma a. carotis interna dapat menjadi fistula caroticocavernosum.
Masuk ke sinus sphenoid bisa timbul epistaksis.
Perdarahan subdural saja.
Bahaya dari Aneurisma yang terbentuk, dapat menyebabkan terjadinya stroke
atau kematian, karena pecahnya Aneurisma tersebut. 3
4.3.PROGNOSIS
Prognosis pada aneurisma bergantung pada jenis aneurisma (rupture atau
unruptur), bentuk aneurisma, lokasi, waktu penanganan dan kondisi pasien saat
dilakukan pengobatan (usia, gejala klinis, kesadaran dan adanya penyakit lain seperti
jantung). Prinsipnya semakin cepat ditemukan aneurisma mempunyai kemungkinan
kesembuhan yang baik, oleh karena itu pemeriksaan medis rutin sangat dianjurkan.
Aneurisma a. communicans posterior, dengan ligasi a.carotis communis
kematian sebesar 10%, sedangkan dengan bed rest kematian sebesar 42%.
Aneurisma a. cerebri media, dengan clipping langsung pada aneurismanya
mortalitas 11%, sedang dengan istirahat ditempat tidur mortalitas sebesar
36%.
Aneurisma a. communicans anterior tindakan bedah maupun konservatif
angka kematian sama.
Perdarahan intraserebral merupakan jenis stroke yang paling berbahaya.
Stroke biasanya luas, terutama pada penderita tekanan darah tinggi menahun.
Lebih dari separuh penderita yang memiliki perdarahan yang luas, meninggal dalam

22

beberapa hari. Penderita yang selamat biasanya kembali sadar dan sebagian fungsi
otaknya kembali, karena tubuh akan menyerap sisa-sisa darah.
Pada perdarahan subarahnoid, sekitar sepertiga penderita meninggal pada
episode pertama karena luasnya kerusakan otak. 15% penderita meninggal dalam
beberapa minggu setelah terjadi perdarahan berturut-turut. Penderita aneurisma yang
tidak menjalani pembedahan dan bertahan hidup, setelah 6 bulan memiliki resiko
sebanyak 5% untuk terjadinya perdarahan. Banyak penderita yang sebagian atau
seluruh fungsi mental dan fisiknya kembali normal, tetapi kelainan neurologis kadang
tetap ada. 3

DAFTAR PUSTAKA

23

1. Anonim, Aneurisma Otak, 30 Maret 2010. Available from URL:


http://radiologimedicalcare.blogspot.com/2010/03/aneurisma-otak.html
2. Kumala FD, Aneurisma Intrakranial, 8 februari 2010. Available from URL:
http://fransiscakumala.wordpress.com/2010/02/08/aneurisma-intrakranial-2/
3. Zulkifli , Aneurisma Intrakranial, 15 juni 2008. Available from URL :
http://zulkiflithamrin.blogspot.com/2008/06/aneurisma-intrakranialpendahuluan.html
4. Zucarello M, Ruptured Aneurysms, 2010. Available from URL:
http://www.mayfieldclinic.com/PE-AneurRupt.htm
5. Jonathan L.Brisman, M.D., Joon K. Song,M.D., and David W Newell,M.D :
Cerebral Aneurysms, 928-39.2006
6. Setiawan I, Anatomi Sistim Persarafan, 24 November 2009. Available from
URL:
http://sarafsehatsetiawan.blogspot.com/2009/11/anatomi-sistenpersarafan.html
7. Hynes T, Anatomy Of The Brain, 2010. Available from URL :
http://www.mayfieldclinic.com/PE-AnatBrain.htm
8. Suhendar A, Cerebral Aneurysma, 11 April 2008. Available from URL:
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1802558-cerebral-aneurysma/
9. Anonim , Symptoms of Brain Aneurysms. Available from URL:
http://www.brainaneurysm.com/
10. Robert D.Brown JR, Screening for brain aneurysm in the familial intracranial
aneurysm study: frequency and predictors of lesion detection. J.Neurosurg
108:1132-38,2008
11. Pedro T.Vieco. William P.Shuman, Gary F.Alsofrom, Cordell E.Gross,
Detection of circle of willis aneurysms in patient with acute subarachnoid
hemorrhage: A comparison of Angiography and digital subtraction
Angiography. AJR.1995: 425-30.
12. Unruptured intracranial aneurysmsrisk of rupture and risks of surgical
intervention. International Study of Unruptured Intracranial Aneurysms
Investigators.N Engl J Med. 1998;339:172533.

BAGIAN BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

REFARAT
MEI 2010

24

ANEURISMA CEREBRAL

Oleh:
Kadri Rusman
110 203 061
Supervisor:
Dr.Nasrullah,Sp.BS
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN
KLINIK BAGIAN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010

25

Vous aimerez peut-être aussi