Vous êtes sur la page 1sur 8

PENDAHULUAN

Wilayah Indonesia pada masa klasik merupakan tempat persilangan jaringan lalu lintas
perdagangan yang menghubungkan benua timur dengan barat. Keberadaan Indonesia ini sangat
menguntungkan dalam perdagangan serta hasil bumi yang melimpah menarik perhatian bangsabangsa lain untuk ikut menikmati keuntungan tersebut. Motif motif ekonomi ini mendorong
masyarakat Arab, Cina, Belanda bertekad mengadu keuntungan di Indonesia.
Kota Gresik termasuk dalam tahap perkembangan kota Indonesia Awal yang benar-benar
dipengaruhi oleh sebuah kerajaan besar yang cukup berpengaruh di nusantara, yakni Kerajaan
Majapahit. Kota Gresik sebagai kota pelabuhan pertama di Jawa Timur (dari Leran pindah ke
Gresik) berperan penting dalam rute perdagangan Internasional pada jalur Selatan : Selat Malaka
- Laut Jawa Maluku.
Kota Gresik ini adalah salah satu kota perlabuhan dan perdagangan yang cukup
berkembang pada zaman Majapahit. Kondisi wilayah yang berupa pantai yang aman dan nyaman
untuk berlabuh menjadikannya salah satu pelabuhan bagi kerajaan besar seperti Majapahit.

SEJARAH KAMPUNG ARAB GAPUROSUKOLILO, GRESIK, JAWA TIMUR

Gresik sebagai kota pelabuhan pertama di Jawa Timur (dari Leran pindah ke Gresik)
berperan penting dalam rute perdagangan Internasional pada jalur Selatan : Selat Malaka - Laut
Jawa - Maluku, selain sebagai rute perdagangan dunia, juga sejalan dengan rute perkembangan
dan penyebaran agama Islam.
Agama Islam mulai masuk ke pulau Jawa diduga jauh sebelum abad XIII Masehi.
Beberapa sejarawan, seperti Azyumardi menyatakan bahwa, agama Islam mulai masuk ke
Nusantara pada abad ke VII Masehi. Abad ini menetapkan dengan abad pertama Hijiriah, atau
semasa dengan kekhalifahan Bani Umayyah. Bukti bukti ini dapat dilihat pada catatan sejarah
yang menyatakan pada tahun 674 M sudah ada koloni-koloni saudagar Arab yang berniaga di
sepanjang pantai timur, barat sumatera dan utara dan utara Jawa.
Pusat-pusat tertua penyebaran Agama Islam adalah Gresik, dan Surabaya. Kesimpulan ini
di dasarkan pada kenyataan yang menuturkan bahwa di Gresik terdapat banyak sekali makam
islam yang tua.
Sebagimana di maklumi daerah-daerah pesisir utara pulau jawa, seperti Gresik, Tuban,
Jepara, dahulu merupakan pelabuhan-pelabuhan yang ramai di kunjungi oleh saudagar-saudagar
asing. Melalui pintu gerbang itulah Islam masuk ke daerah pesisir Jawa Utara yang kemudian
berpusat di Demak. Hingga abad ke-11 M komunitas Arab semakin besar. Namun mereka masih
belum memiliki misi untuk menyebarkan Agama Islam. Agama Islam hanya sebagai ajaran
komunitas mereka.
Pada abad ke-14 M komunitas Arab memiliki misi yang tidak sengaja memperkenalkan
Islam. Menurut Prof.Dr.Badri Yatim, pada awalnya komunitas Arab yang besar ini membutuhkan
para ulama untuk membimbing dan menentukkan hukum-hukum diantara mereka. Mereka
mendatangkan ulam-ulama dari Persia, Turki, dan Hijaz. Ulama-ulama tersebut diundang khusus
untuk membimbing Agama diantara komunitas mereka. Namun, belakangan ulama-ulama ini
mendapatkan simpati tidak hanya dari komunitas Arab, tetapi juga dari penduduk asli nusantara,
karena para ulama ini memiliki budi pekerti luhur dan mudah bergaul.

Salah satu tokoh yang paling berpengaruh akan adanya Kampung Arab ini adalah Syech
Maulana Malik Ibrahim, ulama penyebar agama Islam di Jawa (mendarat di desa Leran pada
abad ke 13). Beliau kebanggaan para penguasa pada zaman Majapahit, sehingga beliau diangkat
sebagai syah bandar pertama di Gresik dan diberi tanah kekuasaan di desa Gapuro (dekat
pelabuhan Gresik), yang kini dikenal sebagai batas wilayah Desa Gapurosukolilo dan terletak di
pusat kota Gresik (Gresik kota lama). Kini wilayah itu adalah salah satu kampung tua di Gresik
dan disebut Kampung Arab Malik Ibrahim. Penduduknya mayoritas keturunan Arab-Yaman.

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK

Faktor-faktor pembentuk Kampung Arab

Orang-orang arab (arabi)1 yang sekarang bermukim di Indonesia sebagian besar dari Hadramaut.
Hanya sebagian kecil saja yang berasal dari Maskat,2 Hijas,3 Mesir.4 Sejumlah kecil orang Arab yang
datang dari berbagai negeri ke wilayah nusantara jarang yang menetap kalaupun mereka menetap mereka
akan beradaptasi dengan orang Arab yang berasal dari Hadramaut. Sebagian dari mereka adalah
pengembara atau pedagang yang dalam waktu yang sangat singkat datang dan pergi ke wilayah Indonesia.
Para migran Arab tersebut datang dalam jumlah besar setiap tahun. Mereka tiba di Singapura dan
dari sana kebanyakan menuju pedalaman Malaka dan ke negeri negeri vasal pemerintah Hindia Belanda
dan di segala tempat di Indonesia. Mereka datang ke wilayah nusantara dengan beberapa alasan, alasan
pertama didorong kondisi alam yang kering dan kurang subur serta kerasnya alam membuat mereka
kesulitan bertahan hidup, alasan kedua pola stratifikasi sosial yang tertutup dan tidak memungkinkan
adanya perubahan nasib dari golongan kelas bawah (seperti golongan budak), sedangkan Islam tidak ada
stratifikasi semua umat sama yang membedakan adalah tingkat keimanan seseorang. Pola stratifikasi
itulah menyebabkan tidak dapat diupayakan perubahan nasib di tanah Hadramaut sehingga mereka
berkelana mencari peruntungan nasib di tanah Nusantara5. Untuk dapat memasuki wilayah Nusantara
yang berada langsung di bawah kekuasaan Belanda, mereka datang layaknya pedagang keliling yang
membawa barang barang seperti obat obatan, sari mawar, permata, tasbih, jimat, air zam zam6
Pedagang arab tersebut menyebar ke seluruh wilayah pesisir Indonesia. Mereka melakukan
perdagangan dengan pribumi dan pedagang lain, Sehingga banyak daerah-daerah pesisir yang
berkembang menjadi kota-kota perdagangan yang berkembang pesat. Bahkan menjadi kota-kota
perdagangan internasional sebagai jaringan perdagangan dunia.

Para penduduk asli banyak yang bergaul dan belajar dari kehidupan mereka. Sedikit demi
sedikit banyak diantara mereka bergabung menjadi pemeluk Islam. Dengan demikian, adanya
Islam di Indonesia di awali dari tidak kesengajaan hal ini di dasari dari masuknya Islam pertama

kali oleh para pedagang Arab sekitar Abad ke-7 M. Para pedagang Arab melakukan aktivitasnya
tanpa ada misi menyebarkan Agama. Dengan proses yang panjang Islam masuk ke Indonesia
tidak dengan kekerasaan, tetapi dengan cara damai. Banyak saluran yang terpakai.
Saluran-saluran yang di gunakan Islam masuk ke Indonesia adalah :
1.
2.
3.
4.
5.

Saluran perdagangan,
Saluran pernikahan,
Saluran kebudayaan dan kesenian,
Saluran ilmu pengetahuan, dan
Saluran politik

a. Faktor Sosial - Spiritual


Kampung Arab terbentuk salah satu alsannya adalah karena adanya faktor sosial spiritual
yang berperan di dalamnya, diantaranya adalah :
1. Karena ajaran yang dibawa oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim yang memiliki budi
pekerti luhur dan juga mudah bergaul, menarik perhatian orang yang berdagang (Arab)
maupun orang pribumi sehingga berkeinginan untuk menetap dan mempelajari lebih
dalam tentang ajaran Islam yang dibawa oleh beliau.
2. Karena interaksi sosial yang berujung pada pernikahan, sehingga terjadi asimilasi entah
antara orang luar Indonesia (Arab) yang berdagang dengan orang pribumi, maupun orang
Arab dengan Arab yang kemudian menetap di kawasan pesisir utara Jawa,
Gapurosukolilo.
b. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi merupakan faktor utama dari terbentuknya Kampung Arab tersebut, yaitu
perdagangan dan juga perlabuhan. Karena asal mulanya para pengembara dan pedagang dari luar
Indonesia (Arab) merasa sulit mencari nafkah di tempat mereka tinggal karena tanah yang kering
dan gersang, akhirnya mereka berhijrah ke Indonesia dengan memperdagangkan barang-barang
yang mereka bawa dari asal tempat tinggalnya, seperti permata, jubbah, minyak wangi, tasbih, air
zam-zam, sari mawar, obat-obatan, dan sebagainya. Karena untung yang didapat sangatlah
banyak dari hasil berdagang di Indonesia, akhirnya mereka menetap di kawasan Kampung Arab
Gapurosukolilo.

A. Pola lingkungan kawasan Kampung Arab yang tertutup.


Kondisi lingkungan hunian di Kampung Arab terlihat dibedakan atas:

Lingkungan hunian yang terletak di tengah kawasan dengan akses khusus; dan
Lingkungan rumah tinggal ditepi jalan
Kondisi lingkungan hunian tersebut menyebabkan terbentuknya pola jalan kawasan
berbeda dengan kawasan lainnya, jalan lingkungan akan berakhir pada akses ke lingkungan
hunian di tengah kawasan, sehingga membentuk pola cul-de-sac tidak membentuk pola grid
seperti pada kawasan perkampungan lain di kota lama Gresik. (lampiran Gambar 2)
B. Spasial lingkungan hunian pendukung wira usaha sebagai ciri masyarakat Arab (islam).
Kondisi spasial lingkungan hunian di tengah kawasan di samping berupa spasial ruang
ruang hunian, juga terdapat ruangruang produksi (tenun) sebagai ciri wira usaha masyarakat
Arab.
C. Konsistensi pola spasial lingkungan rumah tinggal dengan pola asal
Berdasarkan pada kondisi spasial lingkungan rumah tinggal di tengah kawasan dan spasial
lingkungan rumah tinggal di tepi jalan, maka terlihat bahwa halaman depan dan belakang, rumah
tinggal utama, dan bangunan pendukung yang terpisah merupakan unsurunsur inti. Pola serupa
sama seperti yang digambarkan tentang lingkungan rumah tinggal di Hadramaut (Berg 1989:69),
sedangkan halaman sebagai privat open spaces merupakan elemen utama yang mencirikan
arsitektur hunian di negaranegara Islam (Rapoport 1969:45).
D. Bangunan rumah tinggal utama: ciri bangunan rumah tinggal era kolonial
1. Kondisi spasial
Kondisi spasial rumah tinggal utama terdiri atas serambi depan; ruang tamu; ruang tengah
atau ruang keluarga; ruangruang tidur dan serambi belakang. Pola ruang ini merupakan tipe
bangunan yang berkembang selama abad ke-19, yaitu tipe landhuis (Akihary dalam Handinoto
1992:55).
2. Bentuk bangunan
Bentuk bangunan yang berkembang di kawasan Kampung Arab Gresik secara umum
merupakan tipe bangunan lama dengan style kolonial.

SISTEM KURVALINIER

Sistem kurvalinier merupakan gabungan dari pola garis lurus dan garis lengkung, yang
memanfaatkan topografi dengan cara mengikuti bentuk lahan sedekat mungkin. Pada sistem
kurvalinier jalan-jalan tembusnya lebih sedikit dibanding dengan sistem grid, cul-de-sac, atau
jalan buntu yang mempunyai panjang maksimum 150 meter, sering digunakan.

Vous aimerez peut-être aussi