Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Kebiasaan seperti pedang bermata dua. Di satu sisi ia memiliki manfaat yang
begitu besar. Tapi di sisi lain, bahayanya juga tak kalah besar, yaitu ketika keadaan kita
dikendalikan kebiasaan. Mengetahui cara kerja kebiasaan sangat berguna untuk kita
mampu menguasai kebiasaan. Saat kebiasaan menjadi begitu liar, tali kekangnya perlu
kita kendalikan.
Orang yang memiliki banyak kebiasaan baik dalam dirinya sudah dapat
dipastikan akan lebih berhasil dalam kehidupannya dibandingkan dengan orang yang
memiliki sedikit kebiasaan yang baik. Kebiasaan menentukan berhasil tidaknya kita
dalam hidup ini.
menjadi
bahan penelitian para ilmuwan. Melalui berbagai riset, para ilmuwan mencoba
membedah segala hal tentang kebiasaan. Dari ratusan riset yang telah dilakukan,
didapatlah sebuah kesimpulan bahwasanya yang bertanggung jawab atas munculnya
kebiasaan pada manusia adalah bagian otak yang disebut ganglia basal. Ganglia basal
merupakan bagian otak yang berbentuk lonjong seukuran bola golf. Letaknya di otak,
berada sebelah lebih dalam dan lebih dekat dengan batang otak, di mana otak bertemu
sumsum tulang belakang.
Ganglia basal inilah yang berperan membentuk dan menyimpan kebiasaan.
Setiap harinya kita tidak pernah kesulitan saat berjalan, apakah harus melangkahkan
kaki kanan atau kaki kiri dulu. Kita juga tidak perlu berpikir keras untuk menentukan
apakah harus menginjak rem atau gas ketika berkendara. Keputusan-keputusan itu
sudah jadi kebiasaan, tanpa perlu usaha. Selama ganglia basal Anda utuh dan normal,
perilaku-perilaku itu akan terjadi tanpa dipikirkan. Namun bila ganglia basal tidak
bekerja semestinya, maka kita akan kehilangan akses ke ratusan kebiasaan yang kita
andalkan setiap hari.
Sebagaimana ditulis Charles Duhigg dalam bukunya The Power of Habit,
keterlibatan ganglia basal terhadap kebiasaan ini diketahui lewat penelitian yang
menggunakan tikus sebagai bahan percobaannya. Beberapa tikus dibedah otaknya dan
disisipi alat pendeteksi aktivitas otak yang berukuran sangat kecil. Alat ini
memungkinkan ilmuwan untuk mengamati, secara sangat terperinci, apa yang terjadi di
dalam kepala tikus sewaktu melaksanakan rutinitas yang diujicobakan. Tikus-tikus itu
kemudian dimasukkan ke dalam lorong berbentuk T dengan umpan coklat di satu
ujungnya. Lorong tersebut memiliki pintu, dan setiap bunyi klik keras diperdengarkan,
maka pintu itu akan terbuka dan tikus-tikus yang diletakkan di balik pintu bisa masuk ke
lorong T.