Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
untuk
menghasilkan
suatu
produk sehingga
dapat
meminimalisir
tingkat kehilangan atau penurunan kandungan gizi yang dikandung oleh ikan
nila setelah diolah, sehingga nutrisi yang terdapat pada bahan tersebut tetap
dapat dipertahankan (Mustar, 2013).
Diversifikasi atau penganekaragaman pangan merupakan salah satu usaha
dalam meningkatkan konsumsi ikan masyarakat. Diversifikasi ini bertujuan untuk
memenuhi selera konsumen yang beragam dan terus berkembang sehingga
selalu ada alternatif dan penyegaran menu, dengan demikian kejenuhan pasar
dapat teratasi. Selain itu diversifikasi pangan merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan daya serap pasar, atau dengan kata lain meningkatkan
permintaan serta menciptakan alternatif lebih banyak lagi para pengolah hasil
perikanan untuk mengembangkan usahanya (Agustini dan Swastawati, 2003).
1.2 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Magang (PKM) adalah :
1. Mengetahui proses ikan nila (Oreochromis sp.) menjadi produk ikan
krispi, stick ikan dan untir-untir tulang ikan di UMKM Balibu
Kecamatan Godean Kabupaten SlemanYogyakarta.
2. Mengetahui bahan baku dan bahan tambahan yang digunakan pada
pengolahan krispi ikan, stick ikan dan untir-untir tulang ikan di UMKM
Balibu Kecamatan Godean Kabupaten Sleman Yogyakarta.
3. Mengetahui kandungan gizi dari produk krispi ikan, stick ikan dan
untir-untir tulang ikan di UMKM Balibu Kecamatan Godean Kabupaten
Sleman Yogyakarta.
4. Mengetahui alat dan prasarana yang digunakan pada proses
pengolahan krispi ikan, stick ikan dan untir-untir tulang ikan di UMKM
Balibu Kecamatan Godean Kabupaten Sleman Yogyakarta.
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa diharapkan mendapatkan pengalaman mengenai dunia
kerja.
2. Mahasiswa
diharapkan
dapat
meningkatkan
kemampuan,
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ikan Nila
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi
2
Ikan nila selama ini dikenal dengan nama ilmiah Tilapia nilotica, namun
menurut klasifikasi terbaru pada tahun 1982 nama ilmiah ikan nila adalah
Oreochromis nilotica. Perubahan klasifikasi terbaru tersebut dipelopori oleh
Trewavas pada Tahun 1980 dengan membagi Tilapia menjadi tiga genus
berdasarkan perilaku kepedulian induk ikan terhadap anaknya (Suyanto, 1994).
Menurut Saanin (1984), ikan nila (Oreochromis niloticus) mempunyai
klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Osteichthyes
Sub-class : Actinopterygii
Ordo : Percomorphi
Sub-ordo : Percoidea
Family : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Species : Oreochromis niloticus
Ikan nila (O. niloticus) merupakan genus ikan yang dapat hidup dalam
kondisi lingkungan yang memiliki toleransi tinggi terhadap kualitas air yang
rendah, sering kali ditemukan hidup normal pada habitat-habitat yang ikan dari
jenis lain tidak dapat hidup. Bentuk dari ikan nila panjang dan ramping berwarna
kemerahan atau kuning keputih-putihan. Perbandingan antara panjang total dan
tinggi badan 3 : 1. Ikan nila merah memiliki rupa yang mirip dengan ikan mujair,
tetapi ikan ini berpunggung lebih tinggi dan lebih tebal, ciri khas lain adalah garisgaris kearah vertikal disepanjang tubuh yang lebih jelas dibanding badan sirip
ekor dan sirip punggung. Mata kelihatan menonjol dan relatif besar dengan tepi
bagian mata berwarna putih (Sumantadinata, 1999).
dan keunggulan berkembang dengan cepat. Kandungan gizi ikan nila yaitu
protein 16-24%, kandungan lemak berkisar antara 0,2-2,2% dan mempunyai
kandungan karbohidrat, mineral serta vitamin. Ikan nila mempunyai pertahanan
yang tinggi terhadap gangguan dan serangan penyakit. Namun demikian, tidak
berarti tidak ada hama dan penyakit yang akan mempengaruhi kesehatan dan
pertumbuhan ikan nila, terlebih pada fase benih (Mulia, 2006). Komposisi kimia
ikan nila disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Kimia Ikan Nila
Komposisi kimia
Jumlah (%)
Air
79,44
Protein
12,52
Karbohidrat
4,21
Lemak
2,57
Abu
1,26
Proses Pengolahan
Menurut Razi (2014), proses pengolahan ikan nila krispi dapat dilihat pada
gambar 3.
Bahan Baku
Pencucian
Penyiapan Bumbu
Pencampuran
Bahan Baku Dengan
Bumbu
Penggorengan
Gambar 3. Proses Pengolahan Ikan Krispi
Sumber: Razi (2014)
2.2.1.1 Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan ialah ikan nila yang berukuran kecil atau
Ikan balita merupakan masih anak-anak, ukuran ikan balita ini kira-kira sebesar
kelingking yang digoreng kering sehingga bisa dimakan beserta tulangtulangnya. Ikan nila balita ini dipilih karena produk makanan bercita rasa lezat,
renyah dan sehat yang dapat mencukupi kebutuhan akan kalsium pada tulang
(Razi, 2014).
2.2.1.2 Pencucian
Dalam proses pencucian, ikan dicuci didalam bak yang berisi air yang
mengalir. pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran, sisik, dan lendir
dengan membelah bagian perut sampai dekat anus. Cara pencucian yang baik
adalah menggunakan air dingin bersuhu < 5 0C dan bersih, serta aiir itu mengalir
untuk menghilangkan kotoran yang terikut pada bahan baku (Suseno, 2008).
2.2.1.3 Penyiapan Bumbu
Dalam tahap penyiapan bumbu ini menggunakan bumbu dasar tepung
tapioka, tepung beras, telur, bawang putih yang sudah dihaluskan, garam, dan
santan.
Bumbu-bumbu
dimasukkan
kedalam
wadah
atau
baskom
lalu
ditambahkan air sedikit agar dapat tercampur merata. Setelah itu diaduk
menggunakan sendok hingga rata dan tidak ada yang menggumpal. Karena
penggumpalan akan mempengaruhi kerenyahan dan rasa dari ikan krispi
(Permadi dan Dharmayanti, 2011)
2.2.1.4 Pencampuran Bahan Baku Dengan Bumbu
Proses pencampuran dilakukan dengan cara mengaduk ikan dengan
bumbu-bumbu yang sudah disiapkan. Proses pengadukan ini berperan sangat
penting sekali. Karena proses pengadukan lumatan ikan dengan bumbu
dilakukan dengan tujuan membuat rasa dan kerenyahan produk ikan krispi yang
dihasilkan merata (Asosiasi Pemandu Wirausaha Indonesia, 2015).
2.2.1.5 Penggorengan
Proses penggorengan dilakukan dengan suhu berkisar antara 130C 145C selama kurang lebih 45 menit. Suhu selalu dijaga selama proses
penggorengan, apabila terlalu panas akan mengakibatkan warna produk ikan
krispi yang dihasilkan kurang menarik. Ikan krispi yang telah matang ditandai
dengan warna kerupuk yang kuning keemasan dan tekstur mengeras tanpa
kembali mengempes (Asosiasi Pemandu Wirausaha Indonesia, 2015).
2.2.2
menggunakan ikan yang tentunya sebagai bahan baku dan ditambahkan bahan
tambahan yang sebagai bumbu atau penyedap yaitu meliputi, tepung tapioka (1
kg), tepung beras (1kg), telur (1 butir), bawang putih (50 gram), garam (40 gram),
merica (20 gram), minyak goreng dan lada (20 gram) (Koswara, 2009).
2.3 Stick Ikan
Stick merupakan salah satu makanan ringan atau jenis kue kering dengan
bahan dasar tepung terigu, tepung tapioka atau tepung sagu, lemak, telur serta
air, yang berbentuk pipih panjang dan cara penyelesaiannya dengan cara
digoreng, mempunyai rasa gurih serta bertekstur renyah sehingga banyak
disukai masyarakat. Adonan stick tergolong dalam adonan goreng jenis padat.
Stick dapat dihidangkan setiap saat baik sebagai makanan selingan, makanan
camilan, sebagai teman minum teh dan dapat juga sebagai buah tangan saat
mengunjungi saudara. Stick merupakan kata serapan dari bahasa Inggris yang
artinya tongkat atau sesuatu yang berbentuk seperti batang (Salim, 2011).
Produk stick ikan dapat dilihat pada gambar 4.
Proses Pengolahan
Proses pembuatan stick ikan. Pertama-tama bahan baku ikan disiapkan,
sebelum itu ikan sudah dibersihkan sisik, insang dan isi perut ikan tersebut serta
dicuci sampai bersih. Selanjutnya ikan dimasukkan dalam panci untuk dikukus,
pada saat pengukusan air ditunggu sampai mendidih baru ikan dimasukkan
dalam panci. Setelah ditunggu kira-kira selama 30 menit ikan diangkat dan
ditaruh dalam wadah, lalu Ikan diambil dagingnya dan tulang serta kepala ikan
dibuang. Setelah itu, ikan di campur dengan bumbu, bumbu yang digunakan
pada pengolahan stick ikan ini yaitu tepung tapioka, tepung beras, telur, bawang
putih, garam dan merica. Setelah dicampur dengan bumbu adonan tersebut
diuleni hingga merata. Adonan yang telah diuleni di buat lembaran kira-kira
setebal 0,5 cm dan lebarnya 10cm. Selanjutnya adonan dicetak memanjang
setinggi 10 cm dan lebarnya 0,5 cm. Selanjutnya ikan digoreng dan dikemas.
Proses pengolahan stick ikan disajikan pada gambar 5.
Ikan
Pengukusan
Pengambilan daging
Pencampuran Bumbu
Telur
Bawang putih
Garam
Pengulenan
Pembuatan lembaran
Pencetakan
Penggorengan
Stick Ikan
Gambar 5. Proses Pengolahan Stick Ikan
Sumber: Sukarwanto (2006)
2.3.1.1 Pengukusan
Ikan setelah dicuci selanjutnya dikukus atau direbus untuk mematangkan
bahan. Secara umum pengukusan ini bertujuan untuk membuat tekstur daging
ikan menjadi empuk. Kondisi tekstur daging ikan yang empuk dapat
memudahkan pemfilletan dan pencampuran dengan bumbu merata. Pengukusan
yang dilakukan selama 1-2 jam dengan suhu 120 0-1350C. Karena jika terlalu
lama dan suhu terlalu tinggi akan menyebabkan penurunan tekstur menjadi
lembek (Fachruddin, 1997).
2.3.1.2 Pengambilan Daging
Pengambilan daging ikan biasa disebut dengan penyiangan. Penyiangan
dilakukan untuk membuang bagian-bagian bahan yang tidak dapat digunakan
dalam pembuatan sick ikan. Ikan disiangi dengan membuang bagian kepala,
sirip, insang, sisik dan isi perutnya. Setelah ikan disiangi, daging ikan tersebut
dicuci dwngan air mengalir sampai bersih (Fachruddin, 1997)
2.3.1.3 Pencampuran Bumbu
Menurut Rukmana (2000), setelah pengambilan daging ikan dan dicuci
sampai
bersih.
Daging
ikan
dicampur
dengan
bumbu-bumbu.
Tujuan
Penggorengan
merupakan
salah
satu
metode
pengeringan
untuk
bahan
baku
dan
bahan
tambahan
atau
bumbu.
Bahan
baku
utama
Proses Pengolahan
10
Untir-untir atau disebut juga dengan kue tambang ini merupakan kue kering
yang digunakan untuk cemilan. Menurut Rita (2014), proses pembuatan untiruntir yaitu pada gambar7.
Ikan Utuh
Pencucian
Penggilingan 1
Tepung terigu
Gula
Garam
Mentega
Telur
Penggilingan 2
Diaduk
Pemotongan
Pemilinan
Gambar 7. Proses Pengolahan Untir-untir Tulang Ikan
Sumber: Rita
(2014)
Penggorengan
2.4.1.1
Pemfilletan dan
Pemisahan Tulang
Dengan
Daging
Ikan yang telah disiangi dan dicuci kemudian di fillet yaitu mengambil dan
memisahkan antara daging, kulit dan tulang ikan. Pemfilletan ini dilakukan
dengan cara ikan diletakkan di atas talenan, kemudian disayat memanjang
dengan pisau pada ekor hingga ke arah kepala. Selama proses, bahan baku
ditangani secara hati-hati, cepat, cermat dan memperhatikan kebersihannya
serta tetap mempertahankan suhu ikan maksimal 5C. Agar tulang ikan yang
dihasilkan baik, maka daging ikan yang masih menempel di tulang diambil
11
pencampuran merata. Tujuan dari penggilingan ini adalah agar tepung dari
12
tulang ikan dengan bumbu akan lebih tercampur secara merata dan
menghasilkan adonan yang kalis. Selain itu, menghasilkan tekstur, rasa yang
sempurna dan memudahkan proses selanjutnya (Purnomo, 1990).
2.4.1.6 Pemotongan
Sebelum dilakukan pemotongan adonan memasuki proses penggilasan
terlebih dahulu. Proses penggilasan ialah proses pembentukan atau pencetakan
adonan yang dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan tangan.
Adonan dibentuk menjadi silinder memanjang, ukuran adonan yang dibentuk
kira-kira berdiameter kurang lebih 1 cm. Setelah adonan yang telah terbentuk,
maka dilakukan proses pemotongan. Pemotongan adonan dilakukan dengan
menggunakan lempeng besi. Panjang potongan adonan adalah 10 cm (Rumenta
dan Yuliati, 2011)
2.4.1.7 Pemilinan
Adoanan yang telah di dipotong-potong dengan panjang 10 cm tersebut.
Selanjutnya adonan dilakukan pembentukan dengan cara dipilin melingkar
sehingga bentuknya menyerupai tali tambang dan adonan dipotong kembali
kurang lebih panjangnya 3-4 cm. Setelah adonan dipilin sampai adonan habis,
selama proses ini sebaiknya adonan yang telah dipilin di masukan langsung
kedalam minyak goreng yang masih dingin (Mustofa, 2013).
2.4.1.8 Penggorengan
Selanjutnya adonan memasuki tahap penggorengan. Menurut Mustofa
(2013), Adonan yang telah siap dalam penggorengan di goreng menggunakan
minyak yang banyak, dengan diawali minyak harus dalam kondisi dingin
kemudian di goreng hingga berwarna kuning keemasan. Setelah berwarna
kuning keemasan angkat dan tiriskan. Menggoreng adonan tidak diperbolehkan
langsung menggunakan minyak panas karena adonan dapat meletus dan
mengakibatkan teksturnya tidak halus.
2.4.2
Astawan
sebagai bahan produk atau bahan tambahan pada pembuatan makanan seperti
roti, kue, kerupuk dan lain sebagainya. Kegunaan tepung tapioka yang lainnya
sebagai bahan pengental dan bahan pengisi, seperti dalam pembuatan puding,
sup, makanan bayi, pengolahan sosis daging, industri farmasi, dan lain
sebagainya.
Cara pembuatan tepung tapioka secara tradisional meliputi pengupasan
dan pencucian, penggilingan, pengeringan dan pengayakan. Pengolahan tepung
tapioka yang berasal dari ubi kayu dengan cara tradisional lebih praktis dan
hemat biaya untuk penyajiannya (Amin, 2006). Komposisi kimia tepung tapioka
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi Kimia Tepung Tapioka
Komposisi
Serat (%)
2.5.2
Jumlah
0,5
Air (%)
15
Karbohidrat (%)
85
Protein (%)
0,5-0,7
Lemak (%)
0,2
Energi (kalori/100gram)
Sumber: Rahman (2007)
307
Tepung Beras
Tepung beras memiliki bentuk tekstur yang lembut, tetapi tidak lengket
saat dimasak. Tepung beras mengandung pati beras yang memberikan tampilan
tidak bening setelah proses pemasakan. Contoh produk yang menggunakan
tepung beras sebagai bahan utama adalah bubur sum-sum, es cendol, palu
butung dan kue pisang (Imanningsih, 2012).
Kandungan gizi beras merah per 100 gram, terdiri atas protein 7,5 g, lemak
0,9 g, karbohidrat 77,6 g, kalsium 16 mg, fosfor 163 mg, zat besi 0,3 g, vitamin
B1 0,21 mg dan antosianin. Pembuatan tepung beras ini selain memiliki nilai gizi
yang tidak kalah dengan tepung tapioka, tepung terigu dan tepung lainnya.
Pembuatan Tepung beras juga menunjang program diversifikasi konsumsi
pangan yang berbahan baku beras (Indriyani et, al., 2013). Syarat tepung beras
dapat dilihat pada tabel 3.
No
Persyaratan
14
1
1.1
1.2
1.3
2
3
Keadaan
Bentuk
Bau
Warna
Benda asing
Serangan dalam semua
bentuk stadia
dan potongan-potongannya
yang tampak
Jenis pati lain selain pati beras
Kehalusan, lolos ayakam 80
mesh (b/b)
Kadar air (b/b)
Kadar abu (b/b)
Belerang dioksida
Silikat (b/b)
Ph
Cemaran logam
Kadmium (Cd)
Timbal (Pb)
Merkuri (Hg)
Cemaran arsen (As)
Cemaran mikroba
Angka lempeng total
Escherichia coli
Bacillus cereus
Kapang
4
5
6
7
8
9
10
11
11.1
11.2
11.3
12
13
13.
1
13.
2
13.
3
14
Serbuk halus
Normal
Putih, khas tepung beras
Tidak boleh ada
Tidak boleh ada
%
%
%
-
Maks. 13
Maks. 1,0
Tidak boleh ada
Maks. 0,1
5-7
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Maks. 0,4
Maks. 0,3
Maks. 0,05
Maks. 0,5
Koloni/g
APM/g
Koloni/g
Koloni/g
Maks. 1x108
Maks. 10
Maks. 1x104
Maks. 1x104
Tepung Terigu
Tepung terigu yang mempunyai kadar protein tinggi akan memerlukan air
lebih banyak agar gluten yang terbentuk dapat menyimpan gas sebanyakbanyaknya.
protein
Umumnya,
tinggi
untuk
dalam pembuatan
mendapatkan
roti
volume
digunakan
yang
tepung
terigu
besar, tetapi
ada
kemungkinan roti menjadi keras. Oleh karena itu, dalam pembuatan roti
perlu penambahan bahan-bahan lain yang berfungsi untuk mengempukkan
roti
seperti
gula,
margarin atau
mentega,
dan
kuning
telur
dengan
mempertinggi
kandungan
protein
dalam
roti.
15
Biasanya mutu terigu yang dikehendaki adalah terigu yang memiliki kadar air
14%, kadar protein 8-12%, kadar abu 0,25-0,60% dan gluten basah 24-36%.
Kandungan gizi tepung terigu dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Kandungan Zat Gizi Tepung Terigu
Zat gizi
Kalori (kal)
Kandungan
362
Protein (gram)
8,9
Lemak (gram)
1,3
Karbohidrat (gram)
72,3
Kalsium (mg)
16,0
Phospor (mg)
106,0
Besi (mg)
1,2
Vitamin A (mg)
Vitamin B (mg)
0,12
Vitamin C (mg)
0
Sumber: Astawan (2004)
2.5.4
Bawang Putih
Bawang putih (Allium sativum) merupakan tanaman rempah yang
putih
yang
khas
dengan struktur tidak jenuh dan dalam beberapa saat terurai menjadi senyawa
dialil-disulfida. Di dalam tubuh, alisin dapat merusak protein bakteri, sehingga
bakteri penyebab penyakit tersebut mati. Alisin merupakan zat aktif yang
mempunyai daya antibiotika cukup ampuh. Kadar gizi bawang putih dapat dilihat
pada tabel 5.
Tabel 5. Kadar Zat Gizi Bawang Putih
Kandungan
Nilai Gizi
16
Protein (g)
4,50
Lemak (g)
0,20
23,10
Kalsium (mg)
42,00
Fosfor (mg)
134,00
Besi (mg)
1,00
Vitamin B1 (mg)
0,22
Vitamin C (mg)
15,00
Air (g)
71,00
Kalori (kal)
95,00
Sumber: Wibowo (1999)
2.5.5
Lada
Kegunaan lada adalah sebagai bumbu masakan, bahan obat-abatan dan
bahan minyak lada. Sebagai bahan pengawet daging misalnya pada daging yang
dibuat dendeng. Lada dapat menghasilkan minyak lada. Minyak lada ini
dihasilkan dari penyulingan. Minyak
Komposisi
359 kal
Air
13 g
Protein
11.5 g
Lemak
6.8 g
Karbon
64.4 g
Komponen
Kalsium (Ca)
Komposisi
460 mg
Fosfor (P)
200 mg
Besi (Fe)
16.8 mg
Vitamin B
0.20 mg
Sumber:
Sediaoetama (1987)
2.5.6
Margarine
Menurut SNI (1994),
margarin
adalah
produk
17
air, dengan atau tanpa penambahan bahan lain yang diizinkan. Margarin
merupakan emulsi dengan tipe emulsi air dalam minyak, yaitu fase air berada
dalam fase minyak atau lemak. Ditambahkan oleh Wahyuni dan Astawan (1998),
margarin
dimaksudkan
sebagai
pengganti
mentega
dengan
rupa,
bau
konsistensi rasa dan nilai gizi yang hampir sama dengan mentega. Margarin
mengandung 80 % lemak, 16 % air dan beberapa zat lain.
Margarin adalah mentega buatan. Bisa dibuat dari minyak nabati, atau
minyak hewani. Margarin mengandung lemak lebih sedikit dari pada mentega,
sehingga margarin digunakan sebagai pengganti mentega. Fungsi margarin
adalah untuk menjaga kue agar tahan lama, menambah nilai gizi, memberi
aroma pada kue dan membuat kue terasa empuk serta menimbulkan rasa enak
(Tobing, 2010). Komposisi kimia dari margarine dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Komposisi Kimia Margarine
Komposisi
Lemak
Vitamin
-katoren
TBHQ
Skim milk
Garam dapur (NaCl)
Natrium benzoat (Na2CO3)
Air
Lecithin
Sumber: (Tobing, 2010)
2.5.7
80
0.0005
0.0005
0.015
0.01
4 maks
0.09
16.2
0.1 0.5
Nilai (%)
60
0.0005
0.0005
0.015
0.01
4 maks
37.36
0.1 0.5
40
0.0005
0.0005
0.015
0.01
4 maks
54.86
0.1 0.5
Telur
Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi.
Umumnya telur yang dikonsumsi berasal dari unggas. Sebagian besar produk
telur ayam ditujukan untuk dikonsumsi orang tidak disterilkan. Telur yang
disterilkan dapat pula dipesan dan dimakan sebagaimana telur-telur yang tidak
disterilkan, dengan sedikit perbedaan kandungan nutrisi. Telur yang disterilkan
tidak akan mengandung embrio yang telah berkembang. (Haryoto, 1996).
Telur dalam pengertian sehari-hari mempunyai dua kriteria yaitu sebagai
bahan biologi dan sebagai bahan pangan. Sebagai bahan biologi, telur
merupakan sumber nutrisi kompleks yang lengkap bagi pertumbuhan sel yang
dibuahi. Sedangkan sebagai bahan pangan, telur merupakan salah satu sumber
protein hewani kedua yang mudah dijangkau setelah ikan (Varcania,2008).
Komposisi gizi telur ayam dalam 100 gram bahan dapat dilihat pada Tabel 8.
18
Telur Ayam
Kuning Telur
361,0
Putih telur
50,0
Air (g)
49,4
87,8
Protein (g)
16,3
10,8
Lemak (g)
31,9
0,0
Karbohidrat (g)
0,7
0,8
Kalsium (mg)
147,0
6,0
Fosfor (mg)
586,0
17,0
Vitamin A (SI)
2000,0
Sumber: (Varcania,2008)
2.5.8
0,0
Gula
Gula merupakan salah satu bahan pemanis yang sangat penting karena
hampir setiap produk mempergunakan gula. Gula pasir diperoleh dari batang
tebu, warnanya putih dan butiran kasar. Gula terdiri dari 99,9% gula murni yang
berguna untuk menghasilkan salah satu bahan utama dalam pembuatan roti
karena dapat memenuhi beberapa fungsi yaitu sebagai bahan penambah rasa,
memberi warna dan bahan pengawetan makanan (Hamidah, 1996).
Menurut Buckle et al., (1987), gula biasa mempunyai tingkat kemurnian
yang tinggi terdapat dalam ukuran kristal normal, untuk gula ukuran menengah
(gula kastor atau gula halus yang lembut) biasanya mengandung seperti pati,
yang ditambahkan untuk mencegah terjadinya pengerasan. Gula banyak
digunakan dalam pengawetan produk makanan. Daya larut yang tinggi dari gula
merupakan salah satu sifat gula maka pengawetan bahan pangan. Syarat mutu
gula menurut Standar Nasional Indonesia dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Syarat Mutu Gula
No.
Kriteria Uji
1.
Keadaan :
1.1. Bau
1.2. Rasa
2.
Satuan
Persyaratan
GKP (SHS)
GKM (HS)
Normal
Normal
Normal
Normal
%, b/b
Min. 53
Min. 53
19
3.
Mm
0,8 - 1,2
0,8 - 1,2
4.
Air
% b/b
Maks. 0,1
Maks. 0,1
5.
Sakarosa
%, b/b
Min. 99,3
Min. 99,0
6.
Gula pereduksi
%, b/b
Mmaks. 0,1
Maks. 0,2
7.
Abu
%, b/b
Maks. 0,1
Maks. 0,2
8.
Derajat
Maks. 5
9.
mg/kg
Maks. 20
Maks. 70
11.
Cemaran logam :
10.1. Timbal (Pb)
mg/kg
Maks. 2,0
Maks. 2,0
mg/kg
Maks. 2,0
Maks. 2,0
mg/kg
Maks. 0,03
Maks. 0,03
mg/kg
Maks. 40,0
Maks. 40,0
mg/kg
Maks. 40,0
Maks. 40,0
Maks. 1,0
Maks. 1,1
Arsen (As)
mg/kg
2.5.9
Garam
Menurut Suprapti (2000), garam merupakan bumbu utama dalam makanan
20
garam pada produk kering sebaiknya tidak kurang dari 2%, karena konsentrasi
garam yang kurang dari 1,8% akan menyebabkan rendahnya protein yang
terlarut (Usmiati dan Priyanti, 2008). Komposisi gizi garam konsumsi beryodium
dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Komposisi Garam Konsumsi Beryodium
Senyawa
Natrium klorida
Air
Iodium sebagai KI
Logam timbal (Pb)
Logam tembaga (Cu)
Logam air raksa (Hg)
Logam arsen
Ca
Mg
Fe
Kadar
Min 94,7 %
Maks 5 %
Min 30 mg/Kg
Maks 10,0 mg/Kg
Maks 10,0 mg/Kg
Maks 0,1 mg/Kg
Maks 0,5 mg/Kg
Maks 2,0 mg/Kg
Maks 2,0 mg/Kg
Maks 2,0 mg/Kg
21
beberapa hal.
Pertama
Satuan
-
Syarat
Normal
rasa
Maks 0,30
Air
Maks 0,30
Pemkes No.
Pemkes No.
722/Menkes/Per/IX/88
722/Menkes/Per/IX/8
Cemaran logam :
-
Besi (Fe)
Tembaga (Cu)
Raksa (Hg)
Timbal (Pb)
8
Mg/kg
Mg/kg
Maks 1,5
Mg/kg
Maks 0,1
22
Timah (Sn)
Seng (Zn)
Arsen (As)
Mg/kg
Maks 0,1
Mg/kg
Maks 40,0
Mg/kg
Maks 0,005
Maks 40,0/250,0
% mg 02/gr
Maks 0,1
Angka Peroksida
Maks 1
Sumber: SNI 01-3741-1995
2.5.11 Air
Air terdiri dari molekul-molekul H2O yang terikat satu sama lain dengan
ikatan hidrogen yang bersifat polar. Sifat ini mampu melemahkan ikatan hidrogen
bahan lain sehingga mempercepat proses pencampuran dan pembentukan
adonan. Daya larut bahan yang melibatkan ikatan hidrogen meningkat dengan
meningkatnya suhu misalnya kelarutan gula (Winarno,2002).
Air merupakan zat yang sangat dibutuhkan oleh semua makhluk hidup
yakni manusia, hewan serta tumbuh tumbuhan. Penyediaan air merupakan
salah satu kebutuhan utama bagi manusia untuk kelangsungan hidupnya. Air
yang bersih mutlak diperlukan, karena air merupakan salah satu media dari
berbagai
macam
penularan
penyakit,
terutama
penyakitpenyakit
pada
untuk
kandungan
mikronutrien
difokuskan
pada
kandungan
Sampet ditimbang
Dimasukkan lagi dalam oven
dengan suhu 1000C selama 3
jam dengan interval 30 menit
sampai berat konstan
Sampet ditimbang
Dihitung kadar air sampel
Gambar 8. Prosedur Kerja Pengukuran Kadar Air Pengeringan (oven)
Sumber: Sudarmadji, et. al., (1997)
Perhitungan kadar air dengan rumus :
%Kadar air = berat awal berat akhir x 100%
berat akhir
2.6.2 Kadar Protein
Menurut Sudarmadji et. al., (1997), kadar protein ditentukan dengan
metode kjedahl. Analisa protein cara kjeldahl pada dasarnya dapat dibagi
menjadi tiga tahapan yaitu proses destruksi, proses destilasi dan tahap titrasi.
Prosedur kerja analisa protein dapat dilihat pada gambar 9.
Masukan H2SO4 pekat dan batu didih ke
dalam labu kjeldahl 100 ml
Titrasi
Hasil
Pengujian atau ekstraksi kadar lemak
Sampel
Ditimbang 2 gram
Dibungkus kertas
saring
Pelarut PE 70 ml
Dimasukkan
tabung destilasi
Dimasukan labu
soxhlet
Di reflox 5 jam
26
Ditimbang
P x (b-a)
x 100%
gram sampel
P = Pengenceran = 10/5
Cawan
Dikeringkan dalam oven 1050C
Dikeringkan dalam eksilator
Ditimbang
Sampel
Ditimbang
Ditimbang
Dihitung
Kadar abu
Gambar 11. Prosedur Kerja Analisa Kadar Abu Metode Pengabuan Kering
Sumber: Yongki (2009)
Perhitungan kadar abunya dengan rumus :
%Kadar abu =
2.6.5
Kadar Karbohidrat
Menurut Winarno (1992), bahwa perhitungan kadar karbohidrat suatu
bahan pangan dapat dihitung secara perbedaan antara jumlah kandungan air,
protein, lemak dan abu. Ditambahkan Legowo dan Nurwantoro (2004), pada
analisis karbohidrat sering kali ditujukan untuk menentukan jumlah golongan
karbohidrat tertentu, misal pada laktosa, kadar gula pereduksi, kadar dekstrin
dan kadar pati. Kadar karbohidrat suatu bahan pangan ditentukan dengan cara
menghitung selisih dari angka 100 dengan jumlah komponen bahan yang lain
(kadar air, kadar protein, kadar lemak dan kadar abu). Cara penentuan kadar
karbohidrat ini sering disebut sebagai metode karbohidrat by difference.
Pengukuran karbohidrat dapat juga dihitung dengan rumus karbohidrat yaitu :
% Kadar karbohidrat = 100% - % (protein+lemak+abu+air)
2.6.6
Daya Kembang
Daya kembang produk penggorengan merupakan salah satu faktor yang
menentukan mutu dari ikan krispi, stick ikan dan untir-untir ikan. Pada dasarnya
pengembangan produk penggorengan disebabkan oleh tekanan uap yang
terbentuk dari pemanasan kandungan air dalam bahan, sehingga mengakibatkan
struktur produk menjadi mengembang. Mekanisme terjadinya pengembangan
produk diakibatkan terlepasnya air yang terikat pada gel pati sewaktu
penggorengan (Koswara, 2009). Pengukuran daya kembang dapat dihitung
menggunakan rumus :
% daya kembang = V1 x 100%
28
V2
Keterangan :
V1 : Volume sebelum digoreng
V2 : Volume sesudah digoreng
2.6.7
Daya Patah
Daya patah produk penggorengan berbanding terbalik dengan daya
29
Data yang diambil pada praktek kerja magang tentang proses pembuatan
ikan krispi, stick ikan, dan untir-untir tulang ikan Berbahan Dasar Ikan nila
(Oreochromis niloticus) di UMKM Balibu desa Sidoarum kecamatan Godean
kabupaten Sleman, Provinsi Yogyakarta meliputi data primer dan data sekunder.
3.2.1
Data Primer
Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud
khusus
menyelesaikan
permasalahan
yang
sedang
ditanganinya. Data
dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat
objek penelitian dilakukan (Sugiyono, 2009). Data primer ini dapat diperoleh
melalui kegiatan observasi, survey atau wawancara dan partisipasi aktif dalam
kegiatan proses pembuatan ikan krispi, stick ikan, dan untir-untir tulang ikan
Berbahan Dasar Ikan nila (Oreochromis niloticus).
3.2.1.1 Observasi
Observasi
adalah
memperhatikan
sesuatu
dengan
menggunakan
30
Bernilai
Tambah
(Value-Added)
Dalam
Upaya
Pertumbuhan
Streptococcus
Mutans
Secara
In
Vitro.
31
2015.
BSN. 1994. Margarin. SNI 01-3541-1994. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta
____. 1995. Minyak Goreng. SNI 01-3741-1995. Badan Standarisasi Nasional.
Jakarta
____. 2009. Tepung Beras. SNI 3549-2009. Badan Standarisasi Nasional.
Jakarta.
____. 2000. Garam Konsumsi Beryodium. SNI 01-3556-2000 Badan Standarisasi
Nasional. Jakarta.
Buckle, K.A., R.A. Edward, G.H. Fleet, M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan.
Universitas Indonesia Press. Jakarta. 365 hlm.
Cahyadi. 2009. Sifat Fisik dan Kimia Bahan. Universitas Sumatera Utara.
Sumatera Utara
Darmasih. 1997. Prinsip Soxhlet. peternakan.litbang.deptan.go.id/user/ptek9724.pdf. diakses pada tanggal 2 Juli 2015.
Dedi,
S.
2010.
Partisipasi
Aktif.
P, J.
1990.
Food Processing
and
Technology, Principles
and
Gigih.
2013.
Protein
Analysis
Kjeldahl
Metodh.
33
di
Sekitar
Kabupaten Bantul
TPA
Yogykarta).
(Studi
Kasus
Yogyakarta:
di
TPAS
Program
Piyungan
Studi
Ilmu
Kesehatan Masyarakat.
Mustofa, B. K. 2013. Pembuatan Telur Gabus Dari Bahan Dasar Pati Garut.
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Nazir. 2003. Objek dan Metode Penelitian. http://repository.widyatama.ac.id/bitstream/handle/103/869/content 2.html. Diakses pada tanggal 1 Juli
2015.
Permadi,A. dan N. Dharmayanti. 2011. Modul Penyuluh Perikanan. Pusat
Penyuluhan Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Pii. 2014. Pengolahan Nugget dan Kerupuk Kemplang Ikan Lele. Jakarta.
Purnomo, H. 1990. Kajian mutu bakso daging, bakso urat dan bakso aci di
Bogor. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Rahman, A. M., 2007. Mempelajari Karakteristik Kimia Dan Fisik Tepung Tapioka
Dan Mocal (Modified Cassava Flour) Sebagai Penyalut Kacang Pada
Produk Kacang Salut. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor.
Razi, F. 2014. Keripik Ikan Nila Balita (Baby Fish Chips). Komunitas Penyuluhan
Perikanan. Yogyakarta
Rita, T.N. 2014. 101 Resep Kue Kering Klasik Dan Modern. Cetakan I Penerbit
Kata Hati. Yogyakarta.
Rukmana,R. 2000. Garut Budidaya dan Pasca Panen. Yogyakarta: Kanisius.
Rumenta, R. S. dan Yuliati, H. S. 2011. Penyuluh Perikanan di bidang
Pengolahan Hasil Perikanan. Jakarta
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan, Bina Cipta. Jakarta.
Salim, E. 2011.Mengolah Singkong Menjadi Tepung Mocaf, Bisnis Alternatif
Pengganti Terigu. Andi Offset, Gamedia. Jakarta.
34
Sari, N. P. 2014. Diagram Alir Lemak. http://id.scribd.com/doc/216088858/Diagram-Alir-Lemak#scribd. Diakses pada 2 Juli 2015.
Sarpian, T. 2003. Pedoman Berkebun Lada Dan Analisis Usaha Tani. Kanisius.
Yogyakarta.
Sediaoetama, A.D. 1987. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi di Indonesia.
Jilid 1 Dian Rakyat. Jakarta.
Setiaty, P. 1995. Kimia Lingkungan. Universitas Gadjah mada. Yogyakarta.
Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhardi. 1997. Prosedur Analisis untuk Bahan
Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta. Cetakan ke 8, hal. 137.
Sukarwanto, A. 2006. Teknologi Pengolahan Hasil Laut Dan Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat Kabupaten Alor Melalui Teknologi Tepat Guna.
Sumantadinata, K. 1999. Program Penelitian Genetika Ikan. Infigrad. Jakarta.
Suprapti, L. 2000. Membuat Saus Tomat. Trubus Agrisana. Surabaya.
Suseno, A. 2008. Diktat Penanganan Hasil Perikanan. Akademi Perikanan
Sidoarjo. Sidoarjo
Suyanto, R. 1994. Usaha Budidaya Ikan Nila. Penebar Swadaya. Jakarta. 105
halaman.
Tim Penulis Penebar Swadaya. 1999. Bawang Putih Dataran Rendah. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Tobing, A. Hayatinufus, L. 2010. Modern Indonesian Chef. Jakarta: Dian Rakyat.
Trewevas F. 1986. Tilapias: Taxonomi and Speciation. In R.S.V. Dullin and R.H
Low Mc.Connell (Eds.) The Biology and Culture of Tilapias. ICLARM
Converence, Mamalia.
Usmiati,
S.
dan
A.
Priyanti.
2008.
Sifat
fisikokimia
dan
palatabilitas
Vemale, 2014. Ciri Adonan Yang Anda Uleni Telah Kalis Sempurna.
http://www.vemale.com/kuliner/tips-dapur/74396-ciri-adonan-yang-andauleni-telah-kalis-sempurna.html. diakses pada tanggal 1 Juli 2015.
Wahyuni, M dan M. Astawan. 1998. Teknologi Pengolahan Pangan Hewani
Tepat Guna. Jakarta : Cv Akademika Pressindo.
Wibowo, S. 1999. Budidaya Bawang Putih, Merah dan Bombay. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
____________. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia: Jakarta.
____________. 2004. Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen. Gramedia
Pustaka Utama: Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1
RENCANA PENYUSUNAN LAPORAN PRAKTEK KERJA MAGANG
JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
RINGKASAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
METODE PENELITIAN
2.1 Metode
2.2 Teknik Pengambilan Data
2.2.1 Data Primer
2.2.2 Data Sekunder
KEADAAN UMUM UMKM
36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
37
Lampiran 2
Daftar pertanyaan Praktek Kerja Magang (PKM)
Daftar Pertanyaan
38
1.
1.1
1.2
1.3
1.4
2.
2.1
2.3
dsb)
b Jumlah ruangan dan luas masing - masing ruangan
c Penataan ruang
d Luas unit pemasaran
Peralatan
a Jenis peralatan
b Fungsi peralatan
c Kapasitas peralatan
d Pemeliharaan peralatan
e Dokumentasi alat
Jenis Bahan
2.3.1
Bahan Baku
2.2
a
b
c
d
e
f
c
d
2.3.3
Bahan Pengemas
a
b
c
2.3.4
Air
a
b
krispi
Penanganan awal bahan baku ikan krispi
Berat ikan nila untuk ikan krispi
Dokumentasi persiapan bahan baku ikan krispi
Alat dan bahan yang digunakan dalam persiapan bahan baku ikan
krispi
Jumlah tenaga yang menangani persiapan bahan baku ikan krispi
Apa formulasi bahan tambahan dalam pembuatan ikan krispi
Berapa lama proses pengolahan ikan krispi
Berapa suhu dalam proses pembuatan ikan krispi
Mesin apa saja yang digunakan dalam pembuatan ikan krispi
Metode pengolahan yang digunakan dalam pembuatan ikan krispi
Kapasitas mesin yang digunakan ikan krispi
Jumlah tenaga kerja tiap proses pengolahan ikan krispi
Dokumentasi tiap proses dan alat ikan krispi
Bahan pengepak, alasan menggunakan bahan pengepak ikan krispi
Kapasitas bahan pengepak ikan krispi
Alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengepakan ikan krispi
Cara kerja dan fungsinya pengepakan ikan krispi
Dokumentasi tiap perlakuan ikan krispi
Waktu yang diperlukan pengepakan ikan krispi
Faktor yang harus diperhatikan dalam pengepakan ikan krispi
Jumlah tenaga kerja yang menangani pengepakan ikan krispi
Bagaimana pengawasan mutu ikan krispi
Cara penyimpanan ikan krispi
Cara pengaturan (penyusunan) ikan krispi
Lama waktu penyimpanan ikan krispi
Suhu penyimpanan untuk ikan krispi
Jumlah tenaga kerja yang menangani pengepakan ikan krispi
40
ikan
Penanganan awal bahan baku sick ikan
Berat ikan nila untuk stick ikan
Dokumentasi persiapan bahan baku stick ikan
Alat dan bahan yang digunakan dalam persiapan bahan baku stick
ikan
Jumlah tenaga yang menangani persiapan bahan baku stick ikan
Apa formulasi bahan tambahan dalam pembuatan stick ikan
Berapa lama proses pengolahan stick ikan
Berapa suhu dalam proses pembuatan stick ikan
Mesin apa saja yang digunakan dalam pembuatan stick ikan
Metode pengolahan yang digunakan dalam pembuatan stick ikan
Kapasitas mesin yang digunakan stick ikan
Jumlah tenaga kerja tiap proses pengolahan stick ikan
Dokumentasi taip proses dan alat stick ikan
Bahan pengepak, alasan menggunakan bahan pengepak stick ikan
Kapasitas bahan pengepak stick ikan
Alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengepakan stick ikan
Cara kerja dan fungsinya pengepakan stick ikan
Dokumentasi tiap perlakuan stick ikan
Waktu yang diperlukan pengepakan stick ikan
Faktor yang harus diperhatikan dalam pengepakan stick ikan
Jumlah tenaga kerja yang menangani pengepakan stick ikan
Bagaimana pengawasan mutu stick ikan
Cara penyimpanan stick ikan
Cara pengaturan (penyusunan) stick ikan
Lama waktu penyimpanan stick ikan
Suhu penyimpanan untuk stick ikan
Jumlah tenaga kerja yang menangani pengepakan stick ikan
Dokumentasi proses penyimpanan stick ikan
Sistem dan daerah pemasaran stick ikan
Sistem transportasi untuk stick ikan
Dokumentasi stick ikan
Kapasitas dan intensitas pengiriman stick ikan
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan pemasaran stick ikan
3.3 Untir-untir Tulang Ikan
41
tulang ikan
Macam macam bahan tambahan pembuatan untir-untir tulang ikan
Apa tujuan penambahan bahan tambahan dalam pembuatan untir-
ikan
Apa formulasi bahan tambahan dalam pembuatan untir-untir tulang
ikan
Berapa lama proses pengolahan untir-untir tulang ikan
Berapa suhu dalam proses pembuatan untir-untir tulang ikan
Mesin apa saja yag digunakan dalam pembuatan untir-untir tulang
ikan
Metode pengolahan yang digunakan dalam pembuatan untir-untir
tulang ikan
Kapasitas mesin yang digunakan untir-untir tulang ikan
Jumlah tenaga kerja tiap proses pengolahan untir-untir tulang ikan
Dokumentasi tiap proses dan alat untir-untir tulang ikan
Bahan pengepak, alasan menggunakan bahan bahan baku untir-untir
tulang ikan
Kapasitas bahan pengepak untir-untir tulang ikan
Alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengepakan untir-untir
tulang ikan
Cara kerja dan fungsinya pengepakan untir-untir tulang ikan
Dokumentasi tiap perlakuan untir-untir tulang ikan
Waktu yang diperlukan pengepakan untir-untir tulang ikan
Faktor yang harus diperhatikan dalam pengepakan untir-untir tulang
ikan
Jumlah tenaga kerja yang menangani pengepakan untir-untir tulang
ikan
Bagaimana pengawasan mutu untir-untir tulang ikan
Cara penyimpanan untir-untir tulang ikan
Cara pengaturan (penyusunan) untir-untir tulang ikan
Lama waktu penyimpanan untir-untir tulang ikan
Suhu penyimpanan untuk untir-untir tulang ikan
Jumlah tenaga kerja yang menangani pengepakan untir-untir tulang
ikan
42
Lampiran 3
JADWAL PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA MAGANG
Praktek Kerja Magang ini akan dilaksanakan pada bulan Juli hingga
September 2015 dengan jadwal sebagai berikut :
43
Jenis Kegiatan
Minggu ke-
Juli
1
Agustus
4
5 1 2
September
1 2
Keadaan Umum
UMKM dan Sarana
Produksi (Kontruksi
bangunan dan
Peralatan)
Persiapan Bahan
Baku dan Bahan
Tambahan
Proses Pembuatan
Pengolahan Produk
(Krispi Ikan, Stick
Ikan dan Untir-untir
Tulang Ikan)
Pengepakan dan
Penyimpanan
Produk
Proses Pemasaran
Produk
Mesin dan Peralatan
yang Digunakan
Tata Letak Pabrik
dan Peralatan
Jenis Kegiatan
Minggu ke-
Juli
1
Agustus
4
5 1 2
September
1 2
Sanitasi Tempat
Usaha
Penyiapan Bahan
Baku dan Bahan
Tambahan
Pembuatan produk
sendiri
Pengujian Produk di
Laboratorium
44