Vous êtes sur la page 1sur 10

ANALISIS TIAP BIDANG DI BIDANG INDUSTRI DAN DISTRIBUTOR

DEPARTEMEN MEDICAL AFFAIRS


MAKALAH
MANAJEMEN DAN PEKERJAAN KEFARMASIAN DI INDUSTRI

Disusun oleh:
Novita, S. Farm

NIM: 158115108

Venny Valeria, S. Farm

NIM: 158115124

Kelas: A

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
Industri farmasi memiliki fungsi pembuatan obat dan atau bahan obat,
pendidikan

dan pelatihan,

serta penelitian

dan pengembangan.

Dalam

menjalankan fungsi tersebut industri farmasi dibagi menjadi beberapa departemen


yang memiliki fungsi dan wewenang masing-masing. Tujuan dilakukan
pembagian departemen yaitu untuk memudahkan kerja karena dengan adanya
pembagian kerja maka mekanisme kerja menjadi jelas. Semua departemen yang
ada di perusahaan berjalan atas satu tujuan yang sama, sehingga untuk mencapai
tujuan tersebut antar departemen perlu menjalin komunikasi yang baik dan sehat.
Departemen yang terdapat di dalam industri farmasi dua diantaranya
adalah departemen Research and Development (R&D) yang bertugas untuk
mengembangkan produk, dan departemen Marketing yang bertugas untuk memasarkan
dan menjual produk yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi tersebut, sehingga
untuk menjembatani departemen R&D dan Marketing diperlukan departemen Medical
Affairs.
Departemen Medical Affairs memiliki tugas untuk menyiapkan informasi
terkait produk yang diproduksi oleh industri farmasi, membantu departemen Marketing
dalam menyiapkan materi untuk pemasaran produk dan melakukan pelatihan terhadap
tenaga lapangan, membantu product manager dalam melakukan simposium,
menangani pertanyaan medis terkait produk dari pihak eksternal, memberikan
presentasi ilmiah terkait produk kepada para tenaga kesehatan, membantu departemen
Regulatory Affairs dalam proses persetujuan atau evaluasi produk.
Dengan adanya departemen Medical Affairs diharapkan dapat memudahkan
semua pihak baik internal maupun eksternal industri untuk mendapatkan informasi
terkait produk berdasarkan data-data yang ilmiah, sehingga seorang Medical Affairs
harus memiliki pengetahuan dan kemampuan komunikasi yang baik yaitu mampu
untuk mengkomunikasikan data-data ilmiah dengan bahasa yang awam, selain itu juga
harus memiliki kemampuan untuk mencari informasi dengan cepat dan terpercaya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Departemen Medical Affairs
Medical Affairs adalah istilah luas untuk mengambarkan departemen dalam
perusahaan farmasi atau perusahaan alat kesehatan yang berinteraksi dengan dokter
atau tenaga kesehatan lainnya yang memanfaatkan atau menggunakan produk-produk
perusahaan. Departemen Medical Affairs pada umumnya menangani berbagai macam
komunikasi medis dengan dokter penulis resep, diantaranya adalah menanggapi
permintaan untuk informasi tentang penggunaan off-label, publikasi, dan informasi
keamanan (Werling, Carneell, McCormick, 2011).
B. Tugas dan Ruang Lingkup
Gambar 1. Aktivitas Departemen Medical Affairs

(Morgon, 2014).
Farmasis memiliki latar belakang ilmiah dan klinis yang diperlukan
untuk menginterpretasi dan melaporkan informasi secara ringkas dan akurat.
Tugas utama dari departemen Medical Affairs di sebuah perusahaan farmasi adalah
untuk memberikan informasi produk yang akurat dan tepat untuk tenaga kesehatan
profesional, konsumen, dan departemen lain dalam perusahaan tersebut. Dalam area ini
farmasis menanggapi pertanyaan dari tenaga kesehatan profesional dan menyediakan
informasi untuk konsumen terkait keamanan dan penggunaan obat secara efektif dari
produk yang dipasarkan. Selain itu, orang yang bekerja dalam departemen Medical
Affairs menjadi penghubung antara perusahaan dan konsumen yang tidak puas, dan

memberikan informasi medis serta membantu dokumentasi terkait kejadian efek


samping obat secara akurat dan cepat (Koberly, Mann, Denisco, 1989).
Departemen Medical Affairs bertanggung jawab untuk memberikan informasi
terkait informasi obat dalam menanggapi pertanyaan dari tenaga kesehatan profesional,
konsumen, dan departemen lain. Pada umumnya informasi yang dibutuhkan terkait
indikasi obat, dosis obat, cara penggunaan obat, efek samping, interaksi obat yang
potensional, isu farmakokinetik, evaluasi klinik komparatif dengan produk yang sama,
penyimpanan produk, karakteristik formulasi, dan informasi dalam komposisi
kandungan yang tidak aktif dan bersifat inert. Farmasis harus memiliki kemampuan
untuk menginterprestasi pertanyaan konsumen dan menyediakan respon yang sesuai
atau penjelasan langsung pada tingkat pemahaman konsumen (Koberly, Mann,
Denisco, 1989).
Departemen Medical Affairs bertanggung jawab atas penyusunan naskah
ilmiah berdasarkan hasil studi klinis dan laporan statistik. Hal ini umumnya
diinginkan untuk mempersiapkan dokumen-dokumen untuk publikasi di jurnal
medis atau jurnal farmasi yang sesuai. Departemen Medical Affairs memiliki
pengetahuan mendalam tentang literatur yang dipublikasikan dan memiliki
kemampuan untuk menyampaikan informasi secara ilmiah dan akurat dalam
bahasa yang sesuai (Koberly, Mann, Denisco, 1989). Departemen Medical Affairs
juga menyediakan dukungan secara internal kepada departemen lain seperti Regulatory
Affairs, Marketing, Marketing Research, Professional Sales, dan Research and
Development (Logan, 2011).
Pada beberapa perusahaan farmasi, departemen Medical Affairs bekerjasama
dengan Regulatory Affairs dan departemen hukum untuk memastikan bahwa semua
dokumen yang tertulis akurat dan mematuhi pedoaman yang dikeluarkan oleh Badan
Penyelidikan Obat dan Makanan (BPOM) atau Food and Drug Administration (FDA).
Selain itu, departemen Medical Affairs membantu menangani keamanan obat,
mengumpulkan laporan kejadian efek samping, dan meninjau materi teknis dan
promosi (Koberly, Mann, Denisco, 1989).
Departemen Medical Affairs membantu dalam meninjau dan memperkuat
klaim penjualan yang diajukan mengenai keamanan dan efektivitas dari produk yang
dijual. Departemen Medical Affairs memberikan informasi yang akurat dan

memiliki keahlian dalam menyusun semua materi dan kegiatan promosi.


Departemen Medical Affairs juga terlibat di bagian penulisan dalam menyiapkan
monograf produk atau panduan manual pelatihan penjualan, dan menyajikan
informasi ilmiah yang relevan dalam fungsi pemasaran. Selain itu, departemen
Medical Affairs juga bertanggung jawab untuk semua tahap pengembangan klinis
termasuk desain penelitian, inisiasi dan monitoring. Tujuannya departemen Medical
Affairs selalu untuk menyediakan interprestasi yang sesuai dari literatur medis,
membantu perusahaan untuk mencapai tujuan pemasaran, dan memberikan
pemahaman tentang masalah kompetitif (Koberly, Mann, Denisco, 1989).
C. Kualifikasi Departemen Medical Affairs
Orang-orang yang bekerja di departemen Medical Affairs memiliki
tantangan yang cukup tinggi. Mereka perlu untuk berkolaborasi dengan
departemen Research and Development (R&D) dan memahami ilmu-ilmu yang
dapat mendukung pekerjaan mereka, mereka harus memahami peraturan yang
mengatur industri seperti yang dilakukan rekan-rekan mereka di departemen
compliance and legal, dan mereka membutuhkan kemampuan berpikir strategis
serta ketrampilan dalam berinteraksi dengan pelanggan seperti yang dilakukan
rekan-rekan di departemen marketing (Suresh, Buxton, Ferrer, Piervincenzi,
Nathoo, 2013).
Untuk dapat menjadi seorang Medical Affairs yang baik maka terdapat
beberapa hal yang harus dimiliki, yaitu:
1. Learning agility
Orang tidak akan berhasil jika hanya mengandalkan keahlian medical saja.
Kemampuan untuk tetap belajar dan mau keluar dari apa yang telah diketahui
menjadi tanda bagi seorang Medical Affair yang memiliki potensi untuk
berkembang dan beradaptasi dengan perkembangan pekerjaan mereka
(Suresh, Buxton, Ferrer, Piervincenzi, Nathoo, 2013).

2. Business leadership dan kemampuan adaptasi

Seorang Medical Affairs harus terbiasa dengan seluruh proses pemasaran dan
dinamika pasar yang lebih luas sehingga mereka dapat menangani para
pesaing (Suresh, Buxton, Ferrer, Piervincenzi, Nathoo, 2013).
3. Pandangan strategis
Seorang Medical Affairs perlu terlibat dalam perencanaan yang dilakukan oleh
departemen pemasaran dan pengembangan produk. Hal ini dilakukan untuk
membuat Medical Affairs tetap sinkron dengan seluruh bagian dan mencegah
terjadinya perpecahan departemen, usaha yang sia-sia, uji coba yang tidak
relevan, dan kehilangan kesempatan (Suresh, Buxton, Ferrer, Piervincenzi,
Nathoo, 2013).
4. Emotional intelligence and communication skills.
Seorang Medical Affairs harus mampu memahami dinamika yang mendasar
dalam suatu organisasi dan antar individu. Mereka harus mampu untuk
bertindak sebagai pendukung untuk kerjaan mereka dengan sesama pemimpin
dalam perusahaan dan trampil dalam menjaga kontak dengan pemangku
kepentingan, termasuk konferensi dan media social (Suresh, Buxton, Ferrer,
Piervincenzi, Nathoo, 2013).
5. Pemahaman yang mendalam tentang kepatuhan
Seorang Medical Affairs harus mampu bekerja secara efektif dalam suatu
batasan untuk meningkatkan kepatuhan (Suresh, Buxton, Ferrer, Piervincenzi,
Nathoo, 2013).
6. Scientific and technological thought leadership
Seorang Medical Affairs harus memiliki pandangan yang independen ketika
menganalisis mengenai resiko terhadap manfaat. Mereka juga harus tidak buta
teknologi, dan memiliki pemahaman tentang bagaimana menerapkan data
besar yang dapat mejadi berharga dan lebih berharga (Suresh, Buxton, Ferrer,
Piervincenzi, Nathoo, 2013).

BAB III
STUDI KASUS, PEMBAHASAN, DAN KESIMPULAN
A. Kasus
Perusahaan Salam Sehat memproduksi obat X yang merupakan obat
baru yang pertama kali ada di Indonesia. Obat X adalah obat generasi dari
golongannya. Dari sisi efektivitas, obat X memiliki efektivitas yang lebih baik
dibandingkan golongan sebelumnya. Namun, penggunaan obat X dalam jangka
panjang dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Apabila dibandingkan
dengan generasi sebelumnya, obat X memiliki tingkat kejadian yang rendah.
Bagian departemen Medical Affairs (MA) bertugas untuk membuat materi sesuai
dengan data penelitian yang ada dan memberikan training kepada departemen
Medical Representative (MedRep) untuk memasarkan obat X. Setelah diberikan
materi dan dilakukan training, seorang MedRep memasarkan obat X kepada salah
satu dokter (dr. A) di rumah sakit dan mengatakan bahwa obat tersebut merupakan
obat yang tidak akan merusak ginjal apabila digunakan dalam jangka panjang
kepada pasien. dr. A tertarik terhadap produk yang ditawarkan, tetapi dokter
tersebut belum setuju untuk menggunakan produk tersebut. dr. A kemudian mencari
informasi terkait obat X dan mendapatkan bukti bahwa obat X tidak sepenuhnya
aman bagi ginjal pasien apabila digunakan dalam jangka panjang. dr. A pun
melakukan pelaporan melalui customer service dan laporan tersebut diteruskan ke
bagian MA.
B. Pembahasan Kasus
Issue
Cause
Kesalahan informasi Medical Affairs (MA)

Informasi
yang
yang
diperoleh
diberikan
tidak
konsumen
tersampaikan
karena
materi atau pada saat
training

tim

menggunakan

MA

bahasa
yang tidak awam/ sulit

Solution
Melakukan pembenahan
diri

terkait

cara

penyampaian

dengan

bahasa

mudah

dimengerti
MedRep.
Memohon

yang

kepada

tim

permintaan

maaf kepada konsumen

dimengerti.

terkait kesalahan informasi


yang

diberikan

menjelaskan

dan
kembali

informasi obat X secara


Medical Representative
(MedRep)
Tidak

memahami

materi

yang

diberikan oleh tim


MA.
Kejar

target

penjualan

dengan

mengabaikan
informasi

benar dan detail.


Memberikan
lewat

teguran
manager/

supervisor

dari

departemen Marketing.
Memberikan materi dan
training kembali.
Memohon
permintaan
maaf kepada konsumen
terkait kesalahan informasi

yang

yang

diberikan

dan

diberikan oleh tim

menjelaskan

MA.

informasi obat X secara

Dokter

dr. A sebagai konsumen


salah

menangkap

informasi
diberikan
MedRep.

yang
oleh

tim

kembali

benar dan detail.


Klarifikasi kepada

tim

MedRep terkait informasi


yang

diberikan

konsumen.
Menjelaskan

kepada
kembali

informasi obat X secara


benar dan detail sesuai
dengan

data

penelitian

yang ada.
C. Kesimpulan
Departemen Medical Affairs merupakan bagian yang menjembatani
antara 2 departemen, yaitu departemen R&D yang bertugas dalam penelitian dan
pengembangan suatu produk dan departemen Marketing yang bertugas dalam

pemasaran produk kepada konsumen. Pemberian materi dan training kepada tim
Medical Representative perlu menggunakan bahasa yang mudah dimengerti agar
informasi yang diberikan tidak salah. Menurut Morgon (2014), departemen
Medical Affairs menyampaikan kreadibilitas dan secara menyeluruh berkontribusi
meningkatkan reputasi perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA
Koberly, B. H., Mann, K. V., Denisco, M. J. C., 1989, Carrers for Pharmacists in the
Pharmaceutical Industry: Perspective on Medical Affairs, Journal of Pharmacy
Practice, 2, 105-109.
Logan G., 2011, Medical Science Liaison (MSL). Understanding, Engaging &
Interacting, Pharmaceutical Information and Pharmacovigilance Association,
34, 25-27.
Morgon, P., 2014, Medical Affairs, cegedim, Prancis, 1-20.
Suresh, B., Buxton, C., Ferrer, J., Piervincenzi, R., Nathoo, A., 2013, Managing Talent
in Medical Affairs Function, McKinsey&Company and Korn/ Ferry
International, 1-6.
Werling, K., Carnell, H., McCormick, D., 2011, Focus on Life Science Compliance:
The Evolution of Medical Affairs Departements, AHLA Connections, 14-18.

Vous aimerez peut-être aussi