Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Novita, S. Farm
NIM: 158115108
NIM: 158115124
Kelas: A
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Industri farmasi memiliki fungsi pembuatan obat dan atau bahan obat,
pendidikan
dan pelatihan,
serta penelitian
dan pengembangan.
Dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Departemen Medical Affairs
Medical Affairs adalah istilah luas untuk mengambarkan departemen dalam
perusahaan farmasi atau perusahaan alat kesehatan yang berinteraksi dengan dokter
atau tenaga kesehatan lainnya yang memanfaatkan atau menggunakan produk-produk
perusahaan. Departemen Medical Affairs pada umumnya menangani berbagai macam
komunikasi medis dengan dokter penulis resep, diantaranya adalah menanggapi
permintaan untuk informasi tentang penggunaan off-label, publikasi, dan informasi
keamanan (Werling, Carneell, McCormick, 2011).
B. Tugas dan Ruang Lingkup
Gambar 1. Aktivitas Departemen Medical Affairs
(Morgon, 2014).
Farmasis memiliki latar belakang ilmiah dan klinis yang diperlukan
untuk menginterpretasi dan melaporkan informasi secara ringkas dan akurat.
Tugas utama dari departemen Medical Affairs di sebuah perusahaan farmasi adalah
untuk memberikan informasi produk yang akurat dan tepat untuk tenaga kesehatan
profesional, konsumen, dan departemen lain dalam perusahaan tersebut. Dalam area ini
farmasis menanggapi pertanyaan dari tenaga kesehatan profesional dan menyediakan
informasi untuk konsumen terkait keamanan dan penggunaan obat secara efektif dari
produk yang dipasarkan. Selain itu, orang yang bekerja dalam departemen Medical
Affairs menjadi penghubung antara perusahaan dan konsumen yang tidak puas, dan
Seorang Medical Affairs harus terbiasa dengan seluruh proses pemasaran dan
dinamika pasar yang lebih luas sehingga mereka dapat menangani para
pesaing (Suresh, Buxton, Ferrer, Piervincenzi, Nathoo, 2013).
3. Pandangan strategis
Seorang Medical Affairs perlu terlibat dalam perencanaan yang dilakukan oleh
departemen pemasaran dan pengembangan produk. Hal ini dilakukan untuk
membuat Medical Affairs tetap sinkron dengan seluruh bagian dan mencegah
terjadinya perpecahan departemen, usaha yang sia-sia, uji coba yang tidak
relevan, dan kehilangan kesempatan (Suresh, Buxton, Ferrer, Piervincenzi,
Nathoo, 2013).
4. Emotional intelligence and communication skills.
Seorang Medical Affairs harus mampu memahami dinamika yang mendasar
dalam suatu organisasi dan antar individu. Mereka harus mampu untuk
bertindak sebagai pendukung untuk kerjaan mereka dengan sesama pemimpin
dalam perusahaan dan trampil dalam menjaga kontak dengan pemangku
kepentingan, termasuk konferensi dan media social (Suresh, Buxton, Ferrer,
Piervincenzi, Nathoo, 2013).
5. Pemahaman yang mendalam tentang kepatuhan
Seorang Medical Affairs harus mampu bekerja secara efektif dalam suatu
batasan untuk meningkatkan kepatuhan (Suresh, Buxton, Ferrer, Piervincenzi,
Nathoo, 2013).
6. Scientific and technological thought leadership
Seorang Medical Affairs harus memiliki pandangan yang independen ketika
menganalisis mengenai resiko terhadap manfaat. Mereka juga harus tidak buta
teknologi, dan memiliki pemahaman tentang bagaimana menerapkan data
besar yang dapat mejadi berharga dan lebih berharga (Suresh, Buxton, Ferrer,
Piervincenzi, Nathoo, 2013).
BAB III
STUDI KASUS, PEMBAHASAN, DAN KESIMPULAN
A. Kasus
Perusahaan Salam Sehat memproduksi obat X yang merupakan obat
baru yang pertama kali ada di Indonesia. Obat X adalah obat generasi dari
golongannya. Dari sisi efektivitas, obat X memiliki efektivitas yang lebih baik
dibandingkan golongan sebelumnya. Namun, penggunaan obat X dalam jangka
panjang dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Apabila dibandingkan
dengan generasi sebelumnya, obat X memiliki tingkat kejadian yang rendah.
Bagian departemen Medical Affairs (MA) bertugas untuk membuat materi sesuai
dengan data penelitian yang ada dan memberikan training kepada departemen
Medical Representative (MedRep) untuk memasarkan obat X. Setelah diberikan
materi dan dilakukan training, seorang MedRep memasarkan obat X kepada salah
satu dokter (dr. A) di rumah sakit dan mengatakan bahwa obat tersebut merupakan
obat yang tidak akan merusak ginjal apabila digunakan dalam jangka panjang
kepada pasien. dr. A tertarik terhadap produk yang ditawarkan, tetapi dokter
tersebut belum setuju untuk menggunakan produk tersebut. dr. A kemudian mencari
informasi terkait obat X dan mendapatkan bukti bahwa obat X tidak sepenuhnya
aman bagi ginjal pasien apabila digunakan dalam jangka panjang. dr. A pun
melakukan pelaporan melalui customer service dan laporan tersebut diteruskan ke
bagian MA.
B. Pembahasan Kasus
Issue
Cause
Kesalahan informasi Medical Affairs (MA)
Informasi
yang
yang
diperoleh
diberikan
tidak
konsumen
tersampaikan
karena
materi atau pada saat
training
tim
menggunakan
MA
bahasa
yang tidak awam/ sulit
Solution
Melakukan pembenahan
diri
terkait
cara
penyampaian
dengan
bahasa
mudah
dimengerti
MedRep.
Memohon
yang
kepada
tim
permintaan
dimengerti.
diberikan
menjelaskan
dan
kembali
memahami
materi
yang
target
penjualan
dengan
mengabaikan
informasi
teguran
manager/
supervisor
dari
departemen Marketing.
Memberikan materi dan
training kembali.
Memohon
permintaan
maaf kepada konsumen
terkait kesalahan informasi
yang
yang
diberikan
dan
menjelaskan
MA.
Dokter
menangkap
informasi
diberikan
MedRep.
yang
oleh
tim
kembali
tim
diberikan
konsumen.
Menjelaskan
kepada
kembali
data
penelitian
yang ada.
C. Kesimpulan
Departemen Medical Affairs merupakan bagian yang menjembatani
antara 2 departemen, yaitu departemen R&D yang bertugas dalam penelitian dan
pengembangan suatu produk dan departemen Marketing yang bertugas dalam
pemasaran produk kepada konsumen. Pemberian materi dan training kepada tim
Medical Representative perlu menggunakan bahasa yang mudah dimengerti agar
informasi yang diberikan tidak salah. Menurut Morgon (2014), departemen
Medical Affairs menyampaikan kreadibilitas dan secara menyeluruh berkontribusi
meningkatkan reputasi perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Koberly, B. H., Mann, K. V., Denisco, M. J. C., 1989, Carrers for Pharmacists in the
Pharmaceutical Industry: Perspective on Medical Affairs, Journal of Pharmacy
Practice, 2, 105-109.
Logan G., 2011, Medical Science Liaison (MSL). Understanding, Engaging &
Interacting, Pharmaceutical Information and Pharmacovigilance Association,
34, 25-27.
Morgon, P., 2014, Medical Affairs, cegedim, Prancis, 1-20.
Suresh, B., Buxton, C., Ferrer, J., Piervincenzi, R., Nathoo, A., 2013, Managing Talent
in Medical Affairs Function, McKinsey&Company and Korn/ Ferry
International, 1-6.
Werling, K., Carnell, H., McCormick, D., 2011, Focus on Life Science Compliance:
The Evolution of Medical Affairs Departements, AHLA Connections, 14-18.