Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Etiologi
Faktor Lingkungan A
Faktor Lingkungan B
Patofisiologi
Asma dikarakterisasikan dengan:
Inflamasi
Hiper responsifitas Saluran Nafas
Obstruksi Saluran Nafas
Mekanisme Asma
Klasifikasi
Berdasarkan jenisnya
Asma Kronik.
Gejala
Dispnea berkelanjutan, sesak dada, batuk (khususnya pada malam hari),
bengik (wheezing), atau suara seperti peluit ketika bernafas. Hal ini sering
terjadi ketika sedang olahraga, tapi juga secara spontan atau bisa
bersamaan dengan alergen.
Laboratorium
Hasil uji obstruksi dengan alat Spirometry
Uji Diagnosis Lainnya
Jumlah eosinofil tinggi dan konsentrasi IgE dalam darah.
FeNO tinggi
Methacholine positif
Asma Akut
Gejala
Pasien mengeluh dispnea berat, sesak napas, sesak dada, atau rasa terbakar. Pasien
hanya mampu mengucapkan beberapa kata dengan setiap napas.
Laboratorium
PEF dan / atau FEV1 kurang dari 50% dari nilai prediksi normal. Penurunan oksigen
arteri (PaO2), dan O2 saturasi oleh oksimetri nadi .
Penurunan arteri atau kapiler CO2 jika ringan, tetapi dalam kisaran normal atau
meningkat sedang hingga berat obstruksi.
Uji Diagnosa Lainnya
Gas darah untuk menilai asidosis metabolik (asidosis laktat) pada obstruksi parah.
Hitung darah lengkap jika ada tanda-tanda infeksi (demam dan sputum purulen).
Elektrolit serum sebagai terapi dengan 2-agonis dan kortikosteroid dapat menurunkan
serum kalium dan magnesium dan peningkatan glukosa. Rontgen dada jika tandatanda konsolidasi pada auskultasi.
PENATALAKSANAAN
ASMA
Pendekatan individu tiap pasien
Selain terapi farmakologi, terapi non-farmakologi juga sangat
penting diperhatikan
Kelas umur dibagi tiga; <5 thn; 5-12 thn; >12 thn
Penatalaksanaan
Diagnosa
Penanganan Asma
Asma Kronik
Hasil yang Diinginkan
Asma Akut
Tujuan terapi adalah untuk:
(1) hipoksemia signifikan yang benar
(2) cepat membalikkan obstruksi aliran udara
(3) mengurangi kemungkinan obstruksi aliran udara yang
parah berulang
Catatan Khusus
Agonis adrenoseptor
Ipatropium
Efektif meredakan
eksaserbasi akut pada 2/3
pasien
Methylxanthine
Teofilin, aminofilin
Add-on therapy
Indeks terapi sempit
Kortikosteroid
Beclomethasone, budesonide,
fluticasone, mometasone
Antibodi
Rekombinan
Omalizumab
Bloker reseptor
leukotrien
Zafirlukast, montelukast
Zileuton
Hepatotoksik
BRONKODIL Antagonis
ATOR
muskarinik
ANTIINFLAMASI
ANTAGONIS
LEUKOTRIEN Lipoksigenase
inhibitor
Penyakit asma
parah
Eksaserbasi
akut
Follow up
Golongan Obat
>12
5-12
<5
1++
1+
1++
1++
Teofilin
1++
STEP 1
Budesonide
Fluticasone
Proprionate
Clidesonide
Momethasone
Furoate
Dosis
dimulai
400
mikrogram (setara BDP)
untuk dewasa dan 200
mikrogram untuk anak-anak
(5-12 tahun)
Untuk anak <5 tahun, jika
tidak bisa diobati dengan
ICS,
maka
digantikan
dengan
antagonis
leukotrien
STEP 2
add-on therapy
Antagonis leukotrien
Teofilin
Tablet agonis-2 lepas lambat
Kontrol
Respon
baik
Lanjutkan
STEP 3
STEP 4
Jika kontrol masih tidak adekuat, tambahkan kortikosteroid oral,
misalnya tablet prednison (dapat juga digunakan bentuk injeksi
jika pasien berada di pelayanan kesehatan seperti rumah sakit)
STEP 5
dijalankan jika:
Pasien berusia >6 tahun
Telah melakukan pengobatan dengan steroid oral dalam jangka waktu
yang panjang
Ada perjanjian antara produsen dengan konsumen
Dilakukan di sarana pelayanan kesehatan dengan tenaga ahli
Pasien telah diperiksa kepatuhan mengonsumsi obat-obat sebelumnya
Oksigen
Agonis-2 Kerja Singkat
Steroid
Ipatropium Bromide
Mg Sulfat