Vous êtes sur la page 1sur 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah trauma abdomen atau gawat abdomen menggambarkan keadaan
klinik akibat kegawatan dirongga abdomen yang biasanya timbul mendadak
dengan nyeri sebagian keluhan utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan
segera yang sering berpa tindakan beda, misalnya pada obstruksi, perforasi atau
perdarahan, infeksi, obstruksi atau strangulasi jalan cerna dapat menyebabkan
perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna
sehingga terjadilah peritonitis.
Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas
biasanya lebih tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma tusuk.
Walaupun tehnik diagnostik baru sudah banyak dipakai, misalnya Computed
Tomografi, namun trauma tumpul abdomen masih merupakan tantangan bagi ahli
klinik. Diagnosa dini diperlukan untuk pengelolaan secara optimal.
Trauma abdomen akan ditemukan pada 25 % penderita multi-trauma,
gejala dan tanda yang ditimbulkannya kadang-kadang lambat sehingga
memerlukan tingkat kewaspadaan yang tinggi untuk dapat menetapkan diagnosis.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimananakah tentang konsep tentang trauma abdomen?
2. Bagaimananakah tentang asuhan keperawatan pada trauma abdomen?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan gawat darurat pada klien dengan trauma
abdomen.

1.3.2Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami tentang konsep tentang trauma abdomen
2. Mahasiswa mampu memahami tentang asuhan keperawatan pada trauma
abdomen.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan
pengalaman dalam melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung
pada pasien sehingga dapat digunakan sebagai berkas penulis di dalam
melaksanakan tugas sebagai perawat.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan sumber kepustakaan dan perbandingan pada asuhan
kperawatan.
3. Bagi Lahan Praktek
Hasil penulisan dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan
untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi

Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan


cedera. (Sjamsuhidayat,1997).
Trauma abdomen adalah terjadi atau kerusakan pada organ abdomen yang
dapat menyebabkan perubahan fisiologis sehingga terjadi gangguan metabolism,
kelainan imunologi dan gangguan faal berbagai organ. (Sjamsuhidayat,1997).
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma
tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja, (Smeltzer,
2001).
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan
atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan
lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi, (FKUI,
1995).
Trauma pada abdomen dapat dibagi menjadi dua jenis:
1. Trauma penetrasi dan trauma non penetrasi
a. Trauma penetrasi
1) Trauma tembak
2) Trauma tumpul
b. Trauma non penetrasi
1) Kompresi
2) Hancur akibat kecelakaan
3) Sabuk pengaman
4) Cedera akselerasi
2. Trauma pada dinding abdomen terdiri kontusio dan laserasi.
a. Kontusio dinding abdomen disebabkan trauma non penetrasi
Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen,
kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan
lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor.
b. Laserasi
Jika terdaat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen
harus di eksplorasi (Sjamsuhidayat, 1997). Atau terjadi karena trauma
penetrasi.
Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Sjamsuhidayat (1997)
terdiri dari:
1. Perforasi organ visceral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin disertai oleh bukti adanya cedera pada
dinding abdomen.
2. Luka tusuk (Trauma Penetrasi)pada abdomen.
3

Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostic ahli bedah
3. Cedera thoraks abdomen
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafrgma, atau
sayap kanan dan hati harus dieksplorasi.
2.2 Etiologi
Berdasarkan mekanisme trauma, dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium).
Disebabkan oleh:
a. Luka akibat terkena tembakan
b. Luka akibat tikaman benda tajam
c. Luka akibat tusukan
2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium)
Disebabkan oleh:
a. Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
b. Hancur (tertabrak mobil)
c. Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
d. Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga
2.3 Patofisiologi
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat
kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari
ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara
faktorfaktor fisik dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat
trauma yang terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek statis (yang
ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya
perbedaan pergerakan dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi
jaringan.Hal ini juga karakteristik dari permukaan yang menghentikan tubuh
juga penting.
Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan
tubuh. Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan
yang sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga
bentuk aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan benturan
tergantung pada kedua keadaan tersebut.. Beratnya trauma yang terjadi
tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati
ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam

beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal
tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan beberapa
mekanisme:
1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat
oleh gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman
yang letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari
organ padat maupun organ berongga.
2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior
dan vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
3. Terjadi gaya akselerasi-deselerasi secara mendadak

dapat

menyebabkan gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler.

2.4 Manifestasi Klinis


1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga
peritonium):
a) Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
b) Respon stres simpatis
c) Perdarahan dan pembekuan darah
d) Kontaminasi bakteri
e) Kematian sel
2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga
peritonium).
a) Kehilangan darah.
b) Memar/jejas pada dinding perut
c) Kerusakan organ-organ.
d) Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity)
dinding perut
e) Iritasi cairan usus
2.5 Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto thoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorak.
2. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-linedata bila terjadi perdarahan
terus

menerus. Demikian pula

dengan pemeriksaan

hematokrit.

Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000 /mm tanpa terdapatnya


infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak kemungkinan

ruptura

lienalis.

Serum

amilase

yang

meninggi

menunjukkan

kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi usus halus.


Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pada hepar.
3. Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas retro
perineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran usus.
4. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri.
Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada
saluran urogenital.
5. VP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan
trauma pada ginjal
6. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam
rongga perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL inihanya alat
diagnostik. Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard).
a. Indikasi untuk melakukan DPL adalah sebagai berikut:
1) Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
2) Trauma pada bagian bawah dari dada
3) Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
4) Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat,
alkohol, cedera otak)
5) Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum
tulang belakang)
6) Patah tulang pelvis
b. Kontra indikasi relatif melakukan DPL adalah sebagai berikut:
1) Hamil
2) Pernah operasi abdominal
3) Operator tidak berpengalaman
4) Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan
7. Ultrasonografi dan CT Scan
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan
disangsikan

adanya

trauma

pada

hepar

dan

retro

peritoneum.

Pemeriksaan khusus
a. Abdomonal Paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk
menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih
dari100.000 eritrosit /mm dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga

peritoneum setelah dimasukkan 100200 ml larutan NaCl 0.9%


selama 5 menit, merupakan indikasi untuk laparotomi.
b. Pemeriksaan Laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung
sumber penyebabnya.
c. Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rektosigmoidoskopi.
2.6 Penatalaksanaan
a) Pre Hospital
Pengkajian yang

dilakukan

untuk

menentukan

masalah

yang

mengancam nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi


dilokasi kejadian. Paramedik mungkin harus melihat apabila sudah
ditemukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus segera
ditangani, penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika ada indikasi. Jika
korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan jalan napas.
a) Airway
Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas
menggunakan teknik head tilt chin lift atau menengadahkan
kepala dan mengangkat dagu,periksa adakah benda asing yang
dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas, muntahan, makanan,
darah atau benda asing lainnya.
b) Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan
menggunakan cara lihat dengar rasakan tidak lebih dari 10
detik untuk memastikan apakah ada napas atau tidak. Selanjutnya
lakukan pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan
adekuat tidaknya pernapasan).
c) Circulation
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban
tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapat
dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi
jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas
dalam RJP adalah 30 : 2 (30kali kompresi dada dan 2 kali bantuan
napas).
7

d) Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma tumpul):


1) Stop makanan dan minuman
2) Imobilisasi
3) Kirim kerumah sakit
e) Penetrasi (trauma tajam)
1) Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam
lainnya) tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis.
2) Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan
melilitkan dengan kain kassa pada daerah antara pisau untuk
memfiksasi pisau sehingga tidak memperparah luka.
3) Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut
tidak dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh,
kemudian organ yang keluar dari dalam tersebut dibalut kain
bersih atau bila ada verban steril.
4) Imobilisasi pasien.
5) Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
6) Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan
menekang.
7) Kirim ke rumah sakit.
b) Hospital
a) Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang
ahli bedah yang berpengalaman akan memeriksa lukanya secara lokal
untuk menentukan dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat berguna
bila ada luka masuk dan luka keluar yang berdekatan.
b) Skrinning pemeriksaan rontgen
Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan kemungkinan
hemo atau pneumotoraks atau untuk menemukan adanya udara intra
peritonium. Serta rontgen abdomen sambil tidur (supine) untuk
menentukan jalan peluru atau adanya udara retro peritoneum.
c) IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning Ini di lakukan untuk
mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada
d) Uretrografi
Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.
e) Sistografi
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada kandung
kencing, contohnya pada:
1) Fraktur pelvis
8

2) Trauma non penetrasi


f) Penanganan pada trauma benda tumpul dirumah sakit:
a. Pengambilan contoh darah dan urine
Darah di ambil dari salah satu vena permukaan untuk
pemeriksaan laboratorium rutin, dan juga untuk pemeriksaan
laboratorium khusus seperti pemeriksaan darah lengkap,
potasium, glukosa, amilase.
b. Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan rongten servikal lateral, toraks antero posterior dan
pelvis adalah pemeriksaan yang harus di lakukan pada penderita
dengan multi trauma, mungkin berguna untuk mengetahui udara
ekstraluminal di retro peritoneum atau udara bebas di bawah
diafragma, yang keduanya memerlukan laparotomi segera.
c. Study kontras urologi dan gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon
ascendensatau decendens dan dubur.
2.7 Komplikasi
1. Segera : hemoragi, syok, dan cedera
2. Lambat : infeksi
3. Trombosis Vena
4. Emboli Pulmonar
5. Stress Ulserasi dan perdarahan
6. Pneumonia
7. Tekanan ulserasi
8. Atelektasis
2.8 Konsep asuhan keperawatan
Dasar pemeriksaan fisik head to toe harus dilakukan dengan singkat
tetapi

menyeluruh

dari

bagian

kepala

ke

ujung

kaki.

Pengkajian data dasar menurut Brunner & Suddart (2001), adalah :


1. Aktifitas / istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit kepala,nyeri, mulas
Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseimbangan cedera
(trauma).
2. Sirkulasi
Data Obyektif : Kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas (hipoventilasi,
hiperventilasi, dll).
3. Integritas ego
Data Subyektif : Perubahan tingkah laku / kepribadian (tenang atau dramatis)

Data Obyektif : Cemas, bingung, depresi.


4. Eliminasi
Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih / usus atau mengalami
gangguan fungsi.
5. Makanan dan cairan
Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera makan.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen
6. Neurosensori
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara,vertigo
Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan
statusmental, kesulitan dalam menentukan posisi tubuh
7. Nyeri dan kenyamanan
Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi yang
berbeda, biasanya lama.
Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.
8. Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas
9. Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru / trauma karena kecelakaan.
Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif, gangguan rentang gerak
1. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan
b. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi
abdomen.
c. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer,
perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan
kerusakan kulit. infeksi tidak terjadi / terkontrol.
d. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status
e.
f.
2.
a.

kesehatan
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera tusuk.
Intervensi Keperawatan
Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan.
Tujuan : Terjadi keseimbangan volume cairan.
Kriteria hasil: Kebutuhan cairan terpenuhi
Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda vital
Rasional: untuk mengidentifikasi defisit volume cairan

10

2) Pantau cairan parenteral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin


Rasional: mengidentifikasi keadaan perdarahan
3) Kaji tetesan infuse
Rasional: awasi tetesan untuk mengidentifikasi kebutuhan cairan.
4) Kolaborasi : Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.
Rasional: cara parenteral membantu memenuhi kebutuhan nuitrisi
tubuh.
5) Kolaborasi Tranfusi darah
Rasional: menggantikan darah yang keluar.
b. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi
abdomen.
Tujuan : Nyeri teratasi
Intervensi :
1) Kaji karakteristik nyeri
Rasional: mengetahui tingkat nyeri klien.
2) Beri posisi semi fowler.
Rasional: mengurngi kontraksi abdomen
3) Anjurkan tehnik manajemen nyeri seperti distraksi
Rasional: membantu mengurangi rasa nyeri dengan mengalihkan
perhatian
4) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.
Rasional: analgetik membantu mengurangi rasa nyeri.
5) Managemant lingkungan yang nyaman
Rasional: lingkungan yang nyaman dapat memberikan rasa nyaman
klien
c. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer,
perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan
kerusakan kulit.
Tujuan : infeksi tidak terjadi / terkontrol.
Kriteria hasil :
1) Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
2) Luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
3) Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
Intervensi :
1) Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : mengetahui keadaan umum klien
2) Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
Rasional : menjaga agar luka bersih dan kering

11

3) Lakukan perawatan terhadap prosedur invasif seperti infus, kateter,


drainase luka
Rasional : mencegah terjadi infeksi lebih lanjut
4) Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah,
seperti Hb dan leukosit.
Rasional : memberikan data penunjang tentang resiko infeksi
5) Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
Rasional : membunuh mikroorganisme penyebab infeksi
d. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status
kesehatan
Tujuan : Ansietas teratasi
Intervensi :
1) Perilaku koping baru dan anjurkan penggunaan ketrampilan yang
berhasil pada waktu lalu
Rasional: koping yang baik akan mengurangi ansietas klien.
2) Dorong dan sediakan waktu untuk mengungkapkan ansietas dan
rasa takut dan berikan penanganan
Rasional: mengetahui ansietas,

rasa

takut

klien

bisa

mengidentifikasi masalah dan untuk memberikan penjelasan kepada


klien.
3) Jelaskan prosedur dan tindakan dan beripenguatan penjelasan
mengenai penyakit
Rasional: apabila klien tahu tentang prosedur dan tindakan yang
akan dilakukan, klienmengerti dan diharapkan ansietas berkurang
4) Pertahankan lingkungan yang tenang dantanpa stress
Rasional: lingkungan yang nyaman dapat membuat klien nyaman
dalam menghadapi situasi
5) Dorong dan dukungan orang terdekat
Rasional: memotifasi klien
e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan : Dapat bergerak bebas
Intervensi :
1) Kaji kemampuan pasien untuk bergerak
Rasional: mengidentifikasi kemampuan klien dalam mobilisasi
2) Dekatkan peralatan yang dibutuhkan pasien
Rasional: meminimalisir pergerakan kien
3) Berikan latihan gerak aktif pasif
Rasional: melatih otot-otot klien
4) Bantu kebutuhan pasien

12

Rasional: membantu dalam mengatasi kebutuhan dasarklien


5) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi.
Rasional: terapi fisioterapi dapat memulihkan kondisi klien
f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera tusuk.
Tujuan: Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
Kriteria Hasil :
1) Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
2) Luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
3) Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
Intervensi:
1) Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.
Rasional : mengetahui tingkat kerusakan kulit klien
2) Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka
Rasional : mengkaji resiko terjadinya infeksi
3) Pantau peningkatan suhu tubuh.
Rasional : mengontrol tanda-tanda infeksi
4) Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa
kering dan steril, gunakan plester kertas.
Rasional : membantu proses penyembuhan luka dan menjaha agar luka
kering dan bersih
5) Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya
debridement.
Rasional : memperbaiki keutuhan integritas kulit secara cepat
6) Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan.
Rasional : menjaga luka agar tidak terpapar mikroorganisme
7) Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
Rasional : membunuh mikroba penyebab infek

3. Pathway
Trauma paksa (jatuh, benda
tumpul, kompresi dll)

Trauma benda tajam (Pisau,


peluru, dll)

13

Gaya predisposisi trauma > elastisitas & Viskositas tubuh

Ketahanan jaringan tidak mampu mengkompensasi


Trauma Abdomen

Trauma Tajam

Kerusakan
Jaringan Kulit

Luka terbuka

Resiko
infeksi

Kerusakan organ
abdomen
Perforasi lapisan
abdomen(Kontusio,
Laserasi, jejas,
hematoma)

Trauma Tumpul

Kerusakan
jaringan vaskuler

Kompresi organ abdomen

Perdarahan
Resiko
kekurangan
volume cairan

Perdarahan intra
abdomen
Peningkatan TIA
Distensi Abdomen

Nyeri akut
Syok
Hipovilemik
Kerusakan
integritas kulit

Mual/muntah

Resiko ketidak
seimbangan nutrisi

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S DENGAN TRAUMA TUMPUL
ABDOMEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT
RUMAH SAKIT DATOEK BINANGKANG

14

No. Register

: 355678/9897

Ruang

: UGD

Tgl/Jam MRS

: 02-03-2015/Jam 09.50

Tgl. Pengkajian

: 02-03-2015/Jam 10.00

Diagnosa Medis

: Ruptur Limfa e.c Trauma Tembus Abdomen

A. IDENTITAS
1. Biodata Pasien
Nama

: Tn. S

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Umur

: 50 Tahun

Agama

: Islam

Suku/Bangsa

: Mongondow/Indonesia

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan :Tani
Alamat

: Bilalang 2

2. Penanggung Jawab
Nama

: Tn. M

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Umur

: 25 Tahun

Agama

: Islam

Suku/Bangsa

: Mongondow/Indonesia

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan : Karyawan swasta


Alamat

: Bilalang 2

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama : Klien mengatakan nyeri pada perut sebelah kiri
2. Riwayat Penyakit Sekarang: Klien masuk Rumah Sakit 1 jam yang
lalu (Kronologis klien: ketika sedang mengendarai sepeda motor, klien
mengalami kecelakaan. Sepeda motor klien ditabrak mobil angkot yang
ada di belakangnya saat pulang kerja, Klien terjatuh membentur aspal,

15

tertancap paku 10 cm dan sempat pingsan. Klien langsung dibawa ke


rumah sakit dengan dijemput anaknya. Klien merasa perut sebelah kiri
sakit, mual.
3. Riwayat Penyakit Dahulu : Klien Pernah mengalami Hipertensi dan
pernah dirawat dirumah sakit 1 tahun yang lalu
4. Riwayat Penyakit Keluarga : Dalam keluarga klien tidak ada yang
menderita penyakit turunan dan penyakit menular.
5. Riwayat Alergi : Klien dan keluarga mengatakan klien tidak memiliki
alergi, baik makanan ataupun obat-obatan.

C. PEMERIKSAAN
1. Airway

: Bebas, tidak ada sumbatan, tidak ada secret.

2. Breathing

:Klien

bernafas

secara

spontan.

Klien

menggunakan O2 4 liter/ menit, Frekuensi napas: 24 x/ menit, pernafasan


reguler
3. Circulation

TD : 140/ 80 mmHg
N : 82 x/ menit
Capillary reffil: < 3 detik
4. Disability
Kesadaran

: Compos Mentis

GCS

: E= 4, M= 5, V= 6

5. Exposure
Terdapat luka tembus disertai sedikit perdarahan, jejas dan hematoma
pada abdomen sebelah kiri atas
D. DATA PSIKOLOGIS
Klien mengatakan takut dengan kondisinya sekarang, klien tampak
gelisah, cemas, dan bingung.
E. DATA SOSIAL
1. Pendidikan

: SMP

2. Sumber Penghasilan : Bertani

16

3. Pola Komunikasi

: Klien komunikasi menggunakan bahasa

Indonesia dan bahasa daera


4. Pola Interaksi

: Klien mampu berinteraksi dengan tetangga

dan keluarga
F. DATA SPIRITUAL
Klien beragama islam dan juga sering melaksanakan solat 5 waktu,
sekarang klien hanya berdoa agar diberikan kesembuhan.
G. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum

:Cukup, Perdarahan: minimal di abdomen kiri atas.

2. Kesadaran

:Compos mentis

3. Tanda-Tanda Vital
TD

: 140/80 mmHg

Nadi

:82x/menit

RR

:24x/mn

Suhu

: 370C

4. Kepala
Ekspresi Wajah

:Klien tampak meringis

Rambut

: Rambut dan kulit kepala cukup bersih

Mata

: Pupil Isokor, Sklera tidak ikterik, konjungtiva

tampak anemis
Telinga

: Tampak bersih, tidak ada serumen, tidak ada peradangan,

pendengaran baik
Hidung
Mulut:

: Simetris, tidak ada peradangan, penciuman baik


:Kurang bersih, mukosa lembab, terdapat karies,
gigilengkap, tidak ada peradangan

Leher

: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada


kaku kuduk.

5. Thorax
Inspeksi

:Bentuk simetris, gerakan antara kanan dan kiri

sama

17

Palpasi

:Fremitus vokal kanan dan kiri sama

Perkusi

:Sonor

Auskultasi

: Vesikuler

6. Abdomen
Inspeksi

:Terdapat Jejas Dan Hematoma Pada Abdomen

Sebelah Kiri
Palpasi

: Ada Pembesaran Hati

Perkusi

: Pekak

Auskultasi

: Peristaltik Usus 5x/Menit

7. Ekstremitas
Ekstermitas atas dan bawah tidak ada oedem, turgor kulit baik.Kekuatan
otot ektermitas atas dan bawah dalam batas normal.
8. Genetalia

: Tidak ada kelainan

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Hasil laboratorium tanggal 02-03-2015/Jam 11.00
a. Hemoglobin

: 9,5 g/dl

(n : 14-17,5 g/dl)

b. Eritrosit

: 5,00 105/ul

(n : 4,5-5,9 106

c. Leukosit

: 10,5 104/ul

(n : 4,0-11,3 103/ul)

d. Hematokrit

: 41,8%

(n : 40-52%)

e. Trombosit

: 208

f. Gol darah

:A

g. HBSAG

: - (negatif)

h. Hasil USG Abdomen


Gambaran: ruptur dan perdarahan pada limfa anterior. terdapat luka
tembus namun tidak mengenai organ dalam abdomen.
I. Therapy
Terpasang IVFD cairan RL 30 gtt/menit
Injeksi Cefotaxim 1 gr/12 jam/IV
Injeksi Ketorolac 2 mg/8 jam/IV
J. Analisa Data

18

Nama :Tn. S

Ruang

Umur :50 Thn

Jenis Kelamin : Laki-laki

No
1

Data Fokus

: UGD

Etiologi

Ds: - Klien mengatakan perut

Adanya trauma

sebelah kiri

abdomen atau luka

Do: Klien tampak meringis menahan

tembus abdomen

Masalah
Nyeri akut

nyeri
-

Terdapat luka lecet dan jejas pada


abdomen sebelah kiri atas

Intensitas nyeri
P : bila bergerak dan bernafas
Q : seperti tertusuk-tusuk
R : perut sebelah kanan
S :7
T : hilang timbul
- Tanda tanda vital
TD:140/80mmHg
Nadi

: 82x/menit

RR

: 24x/mnt

Suhu : 370C
2

Ds: -

Kontaminasi bakteri,

Do: - Terdapat luka lecet pada perut

luka tembus abdomen

Resiko tinggi infeksi

kanan
-

Terdapat jejas dan hematoma pada


abdomen sebelah kanan

3.

Hb : 9,5 g/dl

Leukosit : 10,5 104/ul

Luka non-penetrasi abdomen

Ds:

Perdarahan intra

Resiko

Do:- Hasil USG: Terdapat ruptur dan

abdomen

volume cairan

perdarahan pada limfa anterior


-

Konjungtiva anemis

Kulit pucat

19

kekurangan

Turgor kulit elastis

J. Diagnosa keperawatan
1. Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
perdarahan intra abdomen
2. Nyeri akut berhubungan adanya trauma abdomen atau luka tembus abdomen
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kontaminasi bakteri dan luka
tembus abdomen
K. Intervensi keperawatan
Nama
:Tn. S
Umur
:50 Tahun
No
1.

Ruang
:UGD
Jenis Kelamin : LakI-laki

Dx kep
Resiko kekurangan

Tujuan/KH
Setelah dilakukan

Intervensi
1. Kaji tanda-tanda

rasional
1. Mengidentifikasi

volume cairan dan

tindakan keperawatan

elektrolit

selama 1x15 menit,

vital
2. Kaji tetesan infuse

kondisi pasien.
2. Awasi tetesan

berhubungan dengan

volume cairan

perdarahan intra

seimbang.
Dengan KH:
- Turgor elastic
- Konjungtiva tidak

abdomen

anemis
Hasil lab normal

(HB)
Tidak ada
perdarahan

3. Pantau cairan
parenteral dengan
elektrolit, antibiotik

Nyeri

akut Setelah dilakukan

berhubungan adanya tindakan keperawatan


trauma
atau

luka

abdomen 1x10 menit, nyeri

mengidentifikasi
kebutuhan cairan
3. Mengidentifikasi

dan vitamin
4. Kolaborasi : Berikan

keadaan

cairan parenteral

perdarahan
4. Membantu

sesuai indikasi.
5. Kolaborasi Tranfusi

lanjutan

untuk

darah

1. Kaji intensitas nyeri


2. Beri posisi sesuai
kenyamanan klien
3. Ajarkan teknik

tembus berkurang dengan

relaksasi

20

memenuhi nutrisi
tubuh.
5. Menggantikan
darah yang keluar.

1. Memantau tingkat
nyeri pasien
2. Mengurangi
kontraksi abdomen
3. Mengurangi

abdomen

Kriteria Hasil :
4. Kolaborasi
- Klien mengatakan
pemberian analgetik
nyeri
-

berkurang/hilang
Klien tenang tidak

3.

berhubungan dengan tindakan keperawatan


kontaminasi bakteri 1 x 20 menit, tidak
dan

luka

nyeri
1. Monitoring tanda-

aseptic
3. Monitor hasil

tanda infeksi
- Tidak ada perdarahan
- Suhu tubuh normal :
36-37oC
- Tidak terjadi tetanus

1. Memantau tanda

tanda infeksi
infeksi pada pasien
2. Anjurkan perawatan 2. Mencegah infeksi
luka dengan prinsip

Kriteria Hasil :
- Tidak ada tanda-

mengurangi nyeri
4. Analgetik
menghilangkan

tembus terjadi infeksi

abdomen

sehingga

berfungsi

mengerang-erang
kesakitan
- Skala nyeri 4-5
Resiko tinggi infeksi Setelah dilakukan

ketegangan otot

karena port de entry


kuman.
3. Memantau

laboratorium

perkembangan

terutama Hb,

klien
4. Mencegah infeksi
5. Mencegah infeksi

leukosit
4. Kolaborasi
pemberian antibiotic
5. Kolaborasi

tetanus akibat luka


tembus

pemberian suntik
anti tetanus (TT

L. Implementasi
Nama
:Tn. S
Umur
;50 Tahun
No
1

Dx. keperawatan
Resiko kekurangan
volume cairan dan
elektrolit
berhubungan dengan
perdarahan intra
abdomen

Ruang
:UGD
Jenis Kelamin :Laki-laki

Hari/tgl
Implementasi
Senin 02-03-15/ 1. Mengkaji tanda-tanda vital
Jam 10.00
TD:140/80mmHg
Nadi: 82x/menit
RR : 24x/mnt
Suhu: 370C
2. Mengkaji tetesan infuse
Infus Rl 30 gtt/mnt
3. Memantau cairan parenteral dengan

21

Paraf

elektrolit, antibiotik dan vitamin


4. Mengkolaborasi : Berikan cairan
parenteral sesuai indikasi.
Terpasang cairan infuse RL 30gtt/mnt
5. Mengkolaborasi pemberian Tranfusi
darah
6. Mengkolaborasi tindakan
2

pembedahan
Nyeri akut
Senin 02-03 15/ 1. Mengkaji intensitas nyeri
Jam 10.15
P : bila bergerak dan bernafas
berhubungan adanya
Q : seperti tertusuk-tusuk
trauma abdomen atau
R : perut sebelah kanan
S :7
luka tembus
T : hilang timbul
abdomen
2. Menjelaskan penyebab nyeri kepada
klien dengan hasil klien mengeri
tentang penjelasan perawat
3. Memberikan posisi sesuai

kenyamanan klien
4. Mengajarkan teknik relaksasi
5. Mengkolaborasi pemberian analgetik
Ketorolac 2mg/IV
Resiko tinggi infeksi Senin 02-03 15/ 1. Memonitor tanda-tanda infeksi
Jam 10.30
berhubungan dengan
dengan hasil belum terdapat tandakontaminasi

bakteri

dan

tembus

luka

abdomen

tanda infeksi
2. Menganjurkan perawatan luka
dengan prinsip aseptic
3. Memonitor hasil laboratorium
terutama Hb, leukosit
4. Mengkolaborasi pemberian antibiotic
Cefotaxim 1 gr/IV
5. Mengkolaborasi pemberian suntik
anti tetanus (TT)

22

M. Evaluasi
Nama :Tn. S
Umur :50 tahun
No
1

Dx. Kep
Resiko kekurangan
volume cairan dan
elektrolit berhubungan

Ruang
:UGD
Jenis Kelamin :Laki-laki
Hari/Tgl
Senin 02-03-15/
Jam 11.00

Evaluasi
S.
O: - Turgor Elastik
- konjungtiva anemis
- TTV

dengan perdarahan
intra abdomen

2.

Nyeri akut
berhubungan adanya
trauma abdomen atau

TD: 120/70 mmHg


Nadi: 72x/ menit
RR: 20x/mnt
Hb : 9,5 g/dl
- Perdarahan tidak ada
A. Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi di bangsal
Senin 02-03-15/ S: - Klien mengatakan nyeri
Jam 11.00
sedikit berkurang
O: - Klien masih gelisah
- Klien masih tampak merintih

luka tembus abdomen

3.

kesakitan
- Skala nyeri 5
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi di bangsal
Resiko tinggi infeksi Senin 02-03-15/ S:
Jam 11.00
O: - Tidak ada tanda- tanda infeksi
berhubungan dengan
- Hb : 9,5 g/dl
kontaminasi
bakteri
- Leukosit : 10,5 104/ul
dan
luka
tembus
A: Masalah teratasi sebagian
abdomen
P: Lanjutkan intervensi di bangsal
BAB IV
23

Paraf

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma
tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja. Prioritas
keperawatan tertuju pada menghentikan perdarahan, menghilangkan/ mengurangi
nyeri, menghilangkan cemas pasien, mencegah komplikasi dan memberikan
informasi tentang penyakit dan kebutuhan pasien. Prinsipprinsip pengkajian
pada trauma abdomen harus berdasarkan A (Airway), B (Breathing), C
(Circulation).
Pada kasus di atas Tn. S mengalami Trauma tembus (trauma perut dengan
penetrasi ke dalam rongga peritonium) akibat luka akibat tusukan. Masalah
keperawatan yang timbul pada klien antara lain: defisit volume cairan dan
elektrolit berhubungan dengan perdarahan intra abdomen; nyeri berhubungan
adanya trauma abdomen atau luka tembus abdomen; resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan kontaminasi bakteri dan luka tembus abdomen.
4.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini juga penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah masi terdapat banyak kesalahan, kekurangan serta
kejanggalan baik dalam penulisan maupun dalam pengonsepan materi. Utnuk itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kedepan
lebih baik dan penulis berharap kepada semua pmbaca mahasiswa khususnya,
untuk lebih ditingkatkan dalam pembuatan makalah yang akan datang.

24

Vous aimerez peut-être aussi