Vous êtes sur la page 1sur 44

ASKEP ABSES RENAL

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Medik Dari Abses Renal
A.I. Pengertian Abses Renal
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri.Jika
bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi.Sebagian sel mati dan
hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih
yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut
dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati inilah yang
membentuk nanah, yang mengisi rongga tersebut.
Abses Ginjal yaitu peradangan ginjal akibat infeksi.Ditandai dengan pembentukan
sejumlah bercak kecil bernanah atau abses yang lebih besar yang disebabkan oleh infeksi yang
menjalar ke jaringan ginjal melalui aliran darah.
Penyakit Abses ginjal bisa disebabkan oleh bakteri yang berasal dari suatuinfeksi yang
terbawa ke ginjal melalui aliran darah atau akibat suatu infeksisaluran kemih yang terbawa ke
ginjal dan menyebar ke dalam jaringan ginjal.
Abses ginjal adalah penyakit yang sangat tidak biasa, tetapi umumnya terjadi sebagai
akibat dar i masalah umum seperti radang ginjal, penyakit batu dan refluks vesicoureteral.
Kadang-kadang, abses ginjal dapat berkembang dari sumber infeksi di setiap area tubuh. Abses
kulit multiple dan penyalah gunaan obat intravena juga dapat menjadi sumber abses ginjal.
Infeksi saluran kemih yang rumit terkait dengan batu, kehamilan, kandung kemih neurogenik

dan diabetes mellitus juga menempatkan seseorang pada risiko untuk abses ginjal.
A.II. Etiologi Abses Renal
Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara, yaitu sebagai berikut :
bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak steril
bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain
bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan
gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.
Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika:

terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi


daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang
terdapat gangguan sistem kekebalan.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

A.III. Tanda dan Gejala Abses Renal


Adapun berbagai tanda dan gejala dari abses renal adalah sebagai berikut :
Demam, menggigil.
Nyeri di punggung sebelah bawah
Nyeri tekan
Nyeri perut
Nyeri ketika berkemih
Air kemih mengandung darah (kadang-kadang).
A.IV. Patofisiologi dan Patogenesis Abses Renal
Abses ginjal hasil dari penyebaran hematogen kortikal bakteri dari fokus extrarenal utama
infeksi.Staphylococcus aureus adalah agen etiologi dalam 90% kasus abses kortikal.Sebaliknya,
abses corticomedullary ginjal berkembang sebagai infeksi menaik oleh organisme yang telah
diisolasi dari urin.Keterlibatan parenkim ginjal yang parah dalam kombinasi dengan abses
corticomedullary lebih mungkin untuk memperluas pada kapsul ginjal dan berlubang, sehingga
membentuk abses perinephric. Ginjal corticomedullary infeksi termasuk proses infeksi bawah
akut dan kronis ginjal.

A.I. Pemeriksaan Diagnostik Abses Renal


Rontgen
USG
CT scan
MRI
A.II. Pemeriksaan Laboratorium Abses Renal
Pemeriksaan urine, apakah ada kandungan darah pada urine
A.III. Penatalaksanaan Abses Renal
Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk dan

dikeluarkan isinya.
Antibiotik bisa diberikan setelah suatu abses mengering dan hal ini dilakukan untuk mencegah

kekambuhan. Antibiotik juga diberikan jika abses menyebarkan infeksi ke bagian tubuh lainnya.
Abses diinsisi, didrainase dan di test kultur
Pemilihan obat antimicrobial yang tepat berdasarkan hasil test kultur

A. Konsep Keperawatan DariAbses Renal


B.I. Pengkajian
Identitas

Adapun konsep pengkajian identitas pada pasien penderita abses renal adalah sebagai
berikut :
Pasien
Nama
:Tempat/Tanggal Lahir : Status Perkawinan
:Pendidikan
: SD/SMP/SMA/PT
Pekerjaan
:Suku/Bangsa
:Tanggal Masuk RS
:No. RM
:Ruang
:Diagnosa Medis
: Abses Renal
Keluarga/Penanggung jawab
Nama
:Hubungan
: Suami/istri
Umur
: 55 Tahun
Pendidikan
: SD/SMP/SMA/PT
Pekerjaan
:Alamat
: Riwayat kesehatan
Kesehatan pasien
1. Keluhan Utama
: Adapun keluhan utama yang biasa
disampaikan oleh pasien penderita abses renal adalah klien mengeluh nyeri pada punggung
sebelah bawah. Nyeri seperti ditekan dan menjalar ke abdomen bagian bawah
2. Keluhan tambahan
: Adapun keluhan tambahan yang dapat
dialami oleh klien penderita abses renal adalah demam, menggigil, nyeri ketika berkemih.
3. Alasan utama masuk RS
: Pasien mengatakan nyeri yang semakin
sakit
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital :
TD
:140/100 mmHg
ND
: 84 x/menit
RR
: 28 x/menit
S. Axila
: 36,7 C
B.II. Analisis Data
NO
1.

Data Fokus
DS:
Klien mengatakan nyeri pada punggung bagian
bahwa
Klien mengatakan nyeri menjalar ke area abdomen

Masalah
Nyeri

bagian bawah
Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk
Klien mengatakan nyeri sering timbul pada malam
dan pagi hari saat bangun tidur
Klien mengatakan nyeri bertambah saat bergerak
Klien mengatakan nyeri hilang timbul
DO:
Ekspresi wajah meringis
Skala nyeri 5 (0-10) nyeri sedang
Klien tampak mengalami perubahan selera makan
Klien tampak mengalami perubahan tekanan darah
Klien tampak mengalami perubahan frekuensi
jantung
2.

DS: -

Hipertermia

DO:
Klien mengalami suhu tubuh diatas rentang normal

3.

serangan atau konvulsi (kejang)


Klien mengalami pertambahan RR/Respiration Rate
Klien mengalami Takikardi
Kulit klien teraba panas/ hangat
DS :

Ketidakseimbanga

Klien mengatakan mengalami kejang perut


n nutrisi kurang
Klien mengatakan merasakan tiba-tiba perut penuh
dari
kebutuhan
setelah makan
tubuh
DO:

4.

Klien tampak muntah


Klien mengatakan anoreksia (kurang nafsu makan)
Konjungtiva klien tampak pucat
Denyut nadi pasien lemah
DS :

Defisiensi

Klien mengatakan tidak tahu-menahu tentang Pengetahuan


penyakit yang dialaminya
DO :
Klien tampak tidak akurat dalam mengikuti instruksi
Klien tampak bingung pada waktu dilakukan
pemeriksaan
Klien sering melakukan perilaku yang tidak sesuai

selama proses pemeriksaan


B.III. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnose keperawatan yang sering ada pada klien penderita abses renal adalah
sebagai berikut :
1. Nyeri Akut
Domain 12 : kenyamanan
Kelas 1
: kenyamanan fisik
Definisi
: pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau di gambarkan dalam hal
kesrusakan sedemikian rupa (international association for the study of pain). Awitan yang tiba
-tiba atau lambat dengan intesitas dari ringan hingga berat, terjadi secara konstan atau berulang

tanpa akhir yang dapat di antisipasi atau di prediksi dan berlangsung ,< 6 bulan.
Batasan karakteristik :
Perubahan selera makan
Perubahan tekanan darah
Perubahan frekuensi jantung
Perubahan frekuensi pernapasan laporan isyarat
Mengepresikan perilaku (mis, gelisah, merengek, menangis, waspada, iritabilitas mendesah)
Masker wajah (mis mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpencar atau tetap

pada satu fokus, meringis


Indikasi nyeri yang dapat diamati
Melaporkan nyeri secara verbal
Faktoryangberhubungan: Agen cedera biologis

2. Hipetermia
Domain 11 : keamanan/ perlindungan
Kelas 6
: termoregulasi
Definisi
: peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
Batasan karakteristik :
- Kulit kemerahan
- Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal
- Kulit terasa hangat
Faktor yang berhubungan :
-

Anestesia
Penurunan perspirasi
Dehidrasi
Pemajanan lingkungan yang panas
Penyakit
Pemakaian pakaian yang tidak sesuai dengan suhu lingkungan
Peningkatan laju metabolism
Medikasi
Trauma

- Aktivitas berlebihan
3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Domain 2 : nutrisi
Kelas 1
: makan
Batasan karakteristik :
- Kram abdomen
- Nyeri abdomen
- Berat badan 20% atau lebih di bawa berat badan ideal
- Kurang makan
- Kurang informasi
- Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
- Membran mukosa pucat
- Tonus otot menurun
Faktor yang berhubungan :
- Faktor biologis
- Faktor ekonomi
- Ketidak mampuan untuk mengabsorpsi nutrient
- Ketidak mampuan untuk mencerna makanan
- Ketidak mampuan untuk mencerna makanan
- Ketidak mampuan menelan makanan
- Faktor psikologis
4. Defisiensi pengetahuan
Domain 5 : persepsi/kognisi
Kelas 4
: kognisi
Definisi
: ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan
dengan topik tertentu
5. Batasan karakteristik :
- Perilaku hiperbola
- Ketidakakuratan mengikuti perintah
- Ketidakakuratan melakukan tes
- Pengungkapan masalah
Faktor yang berhubungan :
-

Keterbatasan kognitif
Salah interpretasi informasi
Kurang pajanan
Kurang minat dalam belajar
Kurang dapat mengingat
Tidak familier dengan sumber informasi
B.IV. Intervensi dan Evaluasi
Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut

NOC

NIC

(Nursing Outcome

(Nursing Intervention

Clasification)
Setelah dilakukan tindakan

Clasification)
Lakukan pengkajian nyeri

berhubungan dengan:

keperawatan selama

secara komprehensif termasuk

Agen injuri (biologi, kimia, x/23 jam Pasien tidak

lokasi, karakteristik, durasi,

fisik, psikologis),

mengalami nyeri, dengan

frekuensi, kualitas dan faktor

kerusakan jaringan

kriteria hasil:

presipitasi

DS:

Mampu mengontrol nyeri

Observasi reaksi nonverbal

Klien mengatakan nyeri

(tahu penyebab nyeri,

pada punggung bagian

mampu menggunakan

bahwa
Klien mengatakan nyeri

tehnik nonfarmakologi

untuk mencari dan menemukan

untuk mengurangi nyeri,

dukungan

menjalar ke area abdomen


bagian bawah
Klien mengatakan nyeri
seperti ditusuk-tusuk
Klien mengatakan nyeri
sering timbul pada malam

mencari bantuan
Melaporkan bahwa nyeri

dari ketidaknyamanan
Bantu pasien dan keluarga

Kontrol lingkungan yang dapat


mempengaruhi nyeri seperti

berkurang dengan

suhu ruangan, pencahayaan dan

menggunakan manajemen

kebisingan

nyeri

Kurangi faktor presipitasi nyeri

dan pagi hari saat bangun

Mampu mengenali nyeri

Kaji tipe dan sumber nyeri

tidur
Klien mengatakan nyeri

(skala, intensitas, frekuensi

untuk menentukan intervensi

bertambah saat bergerak


Klien mengatakan nyeri
hilang timbul
DO:
Ekspresi wajah meringis
Skala nyeri 5 (0-10) nyeri
sedang
Klien tampak mengalami
perubahan selera makan
Klien tampak mengalami
perubahan tekanan darah
Klien tampak mengalami

dan tanda nyeri)


Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang
normal
Tidak mengalami
gangguan tidur

Ajarkan tentang teknik non


farmakologi: napas dala,
relaksasi, distraksi, kompres
hangat/ dingin
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri: ...
Tingkatkan istirahat
Berikan informasi tentang
nyeri seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi

perubahan frekuensi

ketidaknyamanan dari prosedur

jantung

Monitor vital sign sebelum dan


sesudah pemberian analgesik
pertama kali

Hipertermia

Setelah dilakukan tindakan

berhubungan

keperawatan selamax/24

denganpenyakit/

jam pasien menunjukkan :

Monitor warna dan suhu kulit

Suhu tubuh dalam batas

Monitor tekanan darah, nadi

trauma,peningkatan
metabolisme, aktivitas

normal dengan kreiteria

yang berlebihdehidrasi

hasil:Suhu 36 37C

DS: -

Nadi dan RR (Respiration

Monitor suhu sesering


mungkin

dan RR
Monitor penurunan tingkat
kesadaran

DO:

Rate) dalam rentang

Monitor WBC, Hb, dan Hct

Klien mengalami suhu

normal

Monitor intake dan output

tubuh diatas rentang

Berikan anti piretik:

normal serangan atau

Selimuti pasien

konvulsi (kejang)
Klien mengalami

Berikan cairan intravena


Kompres pasien padalipat paha

pertambahan

dan aksila

RR/Respiration Rate
Klien mengalami

Tingkatkan sirkulasi udara


Tingkatkan intake cairan dan

Takikardi
Kulit klien teraba panas/

nutrisi

hangat

Monitor TD, nadi, suhu, dan


RR
Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
Monitor hidrasi seperti turgor
kulit, kelembaban membran

Ketidakseimbangan

Setelah dilakukan tindakan

mukosa
Kaji adanya alergi makanan

nutrisi kurangdari

keperawatan selama

Kolaborasi dengan ahli gizi

kebutuhan tubuh

x/24 jam nutrisi kurang

untuk menentukan jumlah

Berhubungan dengan :

teratasi dengan

kalori dan nutrisi yang

Ketidakmampuan untuk

indicator:Albumin serum

dibutuhkan pasien

memasukkan atau

Pre albumin serum

Yakinkan diet yang dimakan

mencerna nutrisi oleh

Hematokrit

mengandung tinggi serat untuk

karena faktor biologis,

Hemoglobin

mencegah konstipasi

psikologis atau ekonomi.

Total iron binding capacity

Ajarkan pasien bagaimana

DS :

Jumlah limfosit

membuat catatan makanan

Klien mengatakan

harian

mengalami kejang perut


Klien mengatakan

Monitor adanya penurunan BB


dan gula darah

merasakan tiba-tiba perut

Monitor lingkungan selama

penuh setelah makan

makan

DO:

Jadwalkan pengobatan dan

Klien tampak muntah


Klien mengatakan

tindakan tidak selama jam


makan

anoreksia (kurang nafsu

Monitor turgor kulit

makan)
Konjungtiva klien tampak

Monitor kekeringan, rambut

pucat

kusam, total protein, Hb

Denyut nadi pasien lemah

Monitor mual dan muntah


Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor intake nuntrisi
Informasikan pada klien dan
keluarga tentang manfaat nutrisi
Kolaborasi dengan dokter
tentang kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/ TPN
sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan
Atur posisi semi fowler atau

Kurang Pengetahuan

Setelah dilakukan tindakan

fowler tinggi selama makan


Kaji tingkat pengetahuan

Berhubungan dengan :

keperawatan selama .

pasien dan keluarga

keterbatasan kognitif,

x/24 jam pasien

Jelaskan patofisiologi dari

interpretasi terhadap

menunjukkan pengetahuan

penyakit dan bagaimana hal ini

informasi yang salah,

tentang proses penyakit

berhubungan dengan anatomi

kurangnya keinginan untuk

dengan kriteria hasil:

dan fisiologi, dengan cara yang

mencari informasi, tidak

Pasien dan keluarga

tepat.

mengetahui sumber-

menyatakan pemahaman

sumber informasi.

tentang penyakit, kondisi,

yang biasa muncul pada

DS :

prognosis dan program

penyakit, dengan cara yang

Klien mengatakan tidak

pengobata

tepat

tahu-menahu tentang

Pasien dan keluarga

penyakit yang dialaminya

mampu melaksanakan

DO :

prosedur yang dijelaskan

Klien tampak tidak akurat

secara benar

dalam mengikuti instruksi


Klien tampak bingung
pada waktu dilakukan
pemeriksaan
Klien sering melakukan
perilaku yang tidak sesuai
selama proses pemeriksaan

Pasien dan keluarga


mampu menjelaskan

Gambarkan tanda dan gejala

Gambarkan proses penyakit,


dengan cara yang tepat
Identifikasi kemungkinan
penyebab, dengan cara yang
tepat
Sediakan informasi pada

kembali apa yang

pasien tentang kondisi, dengan

dijelaskan perawat/tim

cara yang tepat

kesehatan lainnya

Sediakan bagi keluarga


informasi tentang kemajuan
pasien dengancara yang tepat
Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan, dengan
cara yang tepat

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, Tim Penulis dapat menarik beberapa kesimpulan bahwa :
1.

Abses Renal merupakan suatu penyakit autoimun kronis dengan gejala nyeri, kekakuan,

gangguan pergerakan, erosi sendi dan berbagai gejala inflamasi lainnya


2. Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara
3. Adapun berbagai tanda dan gejala dari abses renal adalah demam, menggigil, nyeri di punggung
sebelah bawah, nyeri tekan, nyeri perut, nyeri ketika berkemih, air kemih mengandung darah
(kadang-kadang)
4. Pemeriksaan diagnostik pada klien penderita abses renal dapat dilakukan melalui :rontgen, USG,
CT scan, dan MRI. Sedangkan Pemeriksaan laboratoriumnya dapat dilakukan dengan
5.

pemeriksaan urine untuk mendeteksi apakah ada kandungan darah pada urine
Asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien penderita abses renal dilakukan mulai dari
pengakajian, analisis data, diagnosa keperawatan, serta intervensi dan evaluasi
B. Saran
Melalui kesimpulan diatas, adapun saran yang diajukkan oleh Tim Penulis adalah :

1. Mahasiswa dapat menginterpretasikan dengan baik dalam melakukan tindakan keperawatan


dalam praktik, khususnya pada pasien yang mengalami gangguan Abses Renal

ABSES 22222222222222222222

ABSES RENAL
Posted: 04/04/2013 in Bahan Kuliah

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika bakteri
menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan
hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah
putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga
tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati
inilah yang membentuk nanah, yang mengisi rongga tersebut.
Abses ginjal adalah salah satu yang terbatas pada ginjal dan disebabkan baik oleh bakteri dari
infeksi bepergian ke ginjal melalui aliran darah atau infeksi saluran kemih bepergian ke ginjal
dan kemudian menyebar ke jaringan ginjal.
Abses ginjal adalah penyakit yang sangat tidak biasa, tetapi umumnya terjadi sebagai akibat
dar i masalah umum seperti radang ginjal, penyakit batu dan refluks vesicoureteral. Kadangkadang, abses ginjal dapat berkembang dari sumber infeksi di setiap area tubuh . Abses kulit
multiple dan penyalah gunaan obat intravena juga dapat menjadi sumber abses ginjal. Infeksi
saluran kemih yang rumit terkait dengan batu, kehamilan, kandung kemih neurogenik dan
diabetes mellitus juga menempatkan seseorang pada risiko untuk abses ginjal.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Secara umum makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan abses
renal .
1. Tujuan Khusus

Menjelaskan defenisi, etioogi, patofisiologi dari abses renal

Menjelaskan klasifikasi, manifestasi klinis dan penatalaksanaan dari abses


renal

Menjelaskan asuhan keperawatan dari abses renal

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi

Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri.
Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi.
Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang
terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi,
bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati.
Sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah, yang mengisi rongga tersebut.
Abses Ginjal yaitu peradangan ginjal akibat infeksi. Ditandai dengan pembentukan sejumlah
bercak kecil bernanah atau abses yang lebih besar yang disebabkan oleh infeksi yang menjalar ke
jaringan ginjal melalui aliran darah.
Penyakit Abses ginjal bisa disebabkan oleh bakteri yang berasal dari suatu infeksi yang terbawa
ke ginjal melalui aliran darah atau akibat suatu infeksi saluran kemih yang terbawa ke ginjal dan
menyebar ke dalam jaringan ginjal.

B. Etiologi

Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara:

bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum
yang tidak steril
bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain
bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak
menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.

Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika:

terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi

daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang

terdapat gangguan sistem kekebalan.

C. Patofisiologi

Abses ginjal hasil dari penyebaran hematogen kortikal bakteri dari fokus extrarenal utama
infeksi. Staphylococcus aureus adalah agen etiologi dalam 90% kasus abses kortikal. Sebaliknya,
abses corticomedullary ginjal berkembang sebagai infeksi menaik oleh organisme yang telah
diisolasi dari urin. Keterlibatan parenkim ginjal yang parah dalam kombinasi dengan abses
corticomedullary lebih mungkin untuk memperluas pada kapsul ginjal dan berlubang, sehingga
membentuk abses perinephric. Ginjal corticomedullary infeksi termasuk proses infeksi bawah
akut dan kronis ginjal.

D. Manifestasi klinis

demam, menggigil.
nyeri di punggung sebelah bawah

Nyeri tekan

Nyeri perut

nyeri ketika berkemih,

air kemih mengandung darah (kadang-kadang).

E.Pemeriksaan diagnostic
rontgen,

USG,
CT scan
MRI

F. Penatalaksanaan

Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa


ditusuk dan dikeluarkan isinya.

Antibiotik bisa diberikan setelah suatu abses mengering dan hal ini dilakukan
untuk mencegah kekambuhan. Antibiotik juga diberikan jika abses
menyebarkan infeksi ke bagian tubuh lainnya.

Abses diinsisi, didrainase dan di test kultur

Pemilihan obat antimicrobial yang tepat berdasarkan hasil test kultur

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. identitas pasien :

Nama
jenis kelamin

Usia

Alamat

agama, dan lain- lain

b. riwayat kesehatan

riwayat kesehatan sekarang

riwayat kesehatan dahulu

riwayat kesehatan keluarga

c. pemeriksaan fisik
1. Aktivitas/istirahat
Gejala: kelemahan/malaise
Tanda: kelemahan otot, kehilangan tonus otot
2. Sirkulasi
Tanda: pucat,edema
3. Eliminasi
Gejala: perubahan pola berkemih (oliguri)
Tanda: Perubahan warna urine (kuning pekat, merah)
4. Makanan/cairan
Gejala: penurunan BB , anoreksia, mual,muntah
Tanda: penurunan haluaran urine
5. Pernafasan
Gejala: nafas pendek
Tanda: Takipnea, dispnea, peningkatan frekwensi, kedalaman (pernafasan kusmaul)
6. Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri pinggang, sakit kepala
Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah

d. Pemeriksaan penunjang
Pada laboratorium didapatkan:
-Leukosit +
-Eritrosit +
-Urinalisis (Urine meningkat)
- darah + Dalam urin

B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan proses insisi
3. Kurangnya pengetahuan sehubungan dengan kekurangan informasi tentang penyakitnya,
prosedur perawatan
4. Gangguan nutrisi berhubungan dengan intake yang dibatasi.
C. Intervensi
Dx 1
-Kaji intensitas nyeri (skala 1-10).
-Atur posisi yang nyaman bagi pasien
-Perhatikan petunjuk nyeri nonverbal (perubahan pada tanda vital dan emosi/prilaku)
-Ajarkan klien tentang alternative lain untuk mengatasi dan mengurangi rasa nyerinya
Dx 2
-pantau tanda-tanda vital
-berikan posisi yang nyaman, batasi pengujung bila perlu
-kaji dan catat respon pasien
Dx 3
-Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang proses penyakit
-Beri informasi yang sesuai tentang prosedur perawatan dari tindakan yang diberikan selama dan
sesudah sembuh.
-Bantu kebutuhan kebersihan perawatan diri sampai mampu mandiri.
-Rawat kebersihan kulit dan lakukan prosedur perawatan luka, infus, kateterisasi secara steril
Dx 4

- Awasi konsumsi makanan/cairan dan hitung intake per hari


- Batasi pemberian cairan, garam, kalium peroral (makan dan minum) .
- Menjelaskan tentang pembatasan makan yang diberikan
-Perhatikan adanya mual dan muntah

ABSES 333333333333333333333333

ABSES
Abses adalah rongga yang berisi nanah. Tanda utamanya dari suatu abses adalah fluktuasi,
meskipun tidak selalu terdeteksi. Rasa hangat yang terlokalisir, bengkak dan nyeri tekan
langsung pada rongga abses adalah tanda yang khas juga. (Eliastam, Michael.1998 : 183)
Terapinya memerlukan insisi dan drainase cairan purulen. Antibiotik dapat sebagai
tambahan tapi bukan terapi primer. (Schwartz .2000 : 49)
Abses disebabkan oleh flora bacterial campuran yang berkisar sekitar 2,5 spesies bakteri
1,6 diantaranya merupakanbakteri anaerob sementara 0,9 lainnya adalah bakteri aerob atau
fakultatif. Bakteri komensal dari tempat-tempat disekitarnya merupakan penyebab abses yang
biasa ditemukan sehingga spesies bakteri dalam abses secara tipikal merupakan spesies yang
ditemukan dalam flora normal. (Richard N.mitchell.2008 : 230)
Abses Ginjal
Abses ginjal bisa disebabkan oleh bakteri yang berasal dari suatu infeksi yang terbawa ke
ginjal melalui aliran darah atau akibat suatu infeksi saluran kemih yang terbawa ke ginjal dan
menyebar ke dalam jaringan ginjal.
Abses di permukaan ginjal (abses perinefrik) hampir selalu disebabkan oleh pecahnya
suatu abses di dalam ginjal, yang menyebarkan infeksi ke permukaan dan jaringan di sekitarnya.
Gejala dari abses ginjal adalah:

a)
b)
c)
d)

Demam, menggigil.
Nyeri di punggung sebelah bawah.
Nyeri ketika berkemih.
Air kemih mengandung darah (kadang-kadang).

Abses Perinefrik (Abses perirenal)

Abses perinefrik adalah abses renal yang meluas kedalam jaringan lemak disekitar ginjal.
Ini dapat diakibatkan oleh infeksi ginjal, seperti pielonefritis atau dapat terjadi secara hematogen
( menyebar melalui aliran darah ) yang berasal dari bagian mana saja di tubuh. Organisme
penyebab mencangkup Staphylococcus, proteus dan E.coli. kadang-kadang infeksi menyebar
dari area yang berdekatan, seperti divertikulatis atau apendisitis. (Smeltzer. 2001 : 1437)
Abses perinefrik sering terjadi akibat penyebaran hematogen atau sekunder akibat
obstruksi renal dan pada penderita diabetes lebih rentan (Pradip R. Patel.2007 :157)
Abses perinefrik/pionefrosis memiliki karakteristik nyeri tekan akut, timbul tanda-tanda
sistemik, namun abses jarang menjadi besar. (Pierce A, Grace & Neil R. Borley. 2006 : 35)
Abses perinefrik terdiri atas abses diluar ginjal yang biasanya dibebabkan oleh infeksi
diluar pielum. Sering disertai batu pielum. Berangsur-angsur abses menjadi besar sampai dapat
diraba. Pada pemeriksaan ditemukan piuria dan pada pemeriksaan ultrasonografi dilihat ruang
abses diluar ginjal. ( Sjamsuhidajat.2010 : 866)
Terapi terdiri atas penyaliran, sering ginjal sudah tidak berfungsi lagi sehingga
nefrektomi harus dianjurkan. ( Sjamsuhidajat.2010 : 866)
Pasien abses perinefrik yang harus mendapat perhatian lebih adalah dengan nyeri sudut
kostovertebra yang hebat, rigiditas otot-otot daerah panggul, massa daerah panggul atau demam
tinggi, terutama jika infeksinya resisten terhadap terapi antibiotika. ( Eliastam, Michael.1998 :
165)

Abses perinefrik ini biasanya mengikuti perforasi dari infeksi ginjal atau abses kedalam
rongga perinefrik. Pasien datang dengan demam tinggi dan abdomen yang keras. Pada radiografi
tidak terlihat adanya bayangan psoas dan tulang belakang mencembung kearah lesi. Terapi
membutuhkan drainase dan antibiotika jangka panjang. (Schwartz.2000: 586)
Etiologi
Beberapa agen bakteri penyebab abses perirenal, meliputi Esherichia coli, Proterus, dan
Staphylococcus aureus. Beberapa bakteri gram negatif lain dapat menyebabkan infeksi ini
meliputi Klebsiella, Enterobacter, Pseudomonas, Serratia, dan Citrobacter spesies.
Penyebab lainnya adalah jamur, terutama Candida biasanya terjadi pada pasien dengan
diabetes. Faktor predisposisi mencakup pembedahan (termasuk transplantasi ginjal) dan terapi
antibiotik berkepanjangan. (Musttaqin. 2012 : 122)

Manifestasi Klinis
Manifestasi yang terjadi sering akut awitan, disertai menggigil, demam, lekositosis, nyeri
tumpul atau teraba massa di panggul : nyeri abdomen dan nyeri tekan sudut konstovertebral sakit
berat.
Penatalaksaannya dengan insisi abses, didrainase dan kultur serta sensivitas dari seluruh
cairan darinase diperiksa. Terapi antimikrobial yang tepat diresepkan.
Drain biasanya dimasukkan dan dibiarkan diruangan perinefrik sampai drainase
signifikan keluar seluruhnya. Karena cairan drainase biasanya banyak, maka diperlukan
penggantian balutan luar dengan sering. Seperti pada penanganan abses disetiap tempat, pasien
dipantau terhadap adanya sepsis, masukan dan haluaran cairan, dan respons umum terhadap
penanganan. (Smeltzer. 2001 : 1438)
Patofisiologi
Mekanisme yang paling umum terjadi untuk abses bakteri gram-gram negatif adalah
pecahnya abses kortikomedular, sementara mekanisme yang paling umum untuk pengembangan
infeksi staphylococcal adalah pecahnya abses kortikal ginjal. Temuan ini sering diamati dalam

hubungan dengan operasi ginjal sebelumnya seperti nephrectomy parsial atau nefrolisiasis atau
paling sering, sebagai komplikasi diabetes mellitus (Bolkier, 1991). (Musttaqin. 2012 : 122)
Pasien dengan penyakit ginjal polikistik yang menjalani hemodialisis mungkin sangat
rentan untuk mengembangkan abses perirenal 62% dari kasus. Faktor predisposisi untuk abses
perirenal meliputi neurogenik kandung kemih, refluks vesicoureteral, obstruksi kandung kemih,
nekrosis papiler ginjal, TBC saluran kemih, trauma ginjal, imunosupresi, dan penyalahgunaan
narkoba suntikan.
Ketika pecah, infeksi abses perirenal melalui fasia gerota ke riuang pararenal, keadaan
tersebut mengarah pada pembentukan abses pararenal. Abses parerenal juga dapat disebabkan
oleh gangguan dari pancreas, usus, hati, kantung empedu, prostat, dan rongga pleura, dan mereka
mungkin disebabkan oleh osteomielitis tulang rusuk yang berdekatan atau tulang belakang.
Respons terbentuknya abses pada perineal akan memberikan manifestasi reaksi lokal
yang sistemik. Reaksi lokal memberikan respons inflamasi lokal dengan adanya keluhan nyeri
kostovetebral. Respons sistemik akan menimbulkan masalah peningkatan suhu tubuh, kelemahan
fisik umum, serta ketidakseimbangan nutrisi dan kecemasan. (Musttaqin. 2012 : 122)
Pengkajian Anamnesis
Keluhan utama yang sering dikeluhkan bervariasi meliputi keluhan infeksi kulit atau
infeksi saluran kemih. Infeksi bisa diikuti dalam 1-2 minggu dengan demam dan nyeri pada
pinggang atau kostovertebra.( Musttaqin. 2012 :122)
Keluhan nyeri daerah pingggang atau kostovertebra misalnya disertai adanya peningkatan
suhu tubuh, demam, sampai menggigil. Pasien mengeluh adanya massa pada daerah pinggang
disertai penurunan nafsu makan. Keluhan lainnya adalah nyeri perut, disuria, penurunan berat
badan, malaise, dan gejala gastrointestinal seperti mual dan muntah.
Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu penting bagi perawat untuk mengkaji apakah
ada riwayat penyakit seperti adanya penyakit bisul atau karbunkel pada daerah tubuh lainnya,
adanya riwayat demam sampai menggigil. Kaji apakah pasien pernah menderita penyakit
diabetes mellitus. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan
adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan.
Pada pengkajian psikososiokultural, adanya nyeri, benjolan pada pinggang dan
pemeriksaan diagnostik yang akan dilakukan akan memberikan dampak rasa cemas pada pasien.
(Musttaqin. 2012 :123)

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum pasien lemah dan terlihat sakit berat denagn tingkat kesadran biasanya
compos metis. Pada TTV sering didapatkan adanya perubahan suhu tubuh meningkat, frekuensi
denyut nadi mengalami peningkatan, frekunsi meningkat sesuai dengan peningkatan suhu tubuh
dan denyut nadi. Tekanan darah tidak terjadi perubahan secara signifikan kecuali adanya
penyakit hipertensi renal.
(Musttaqin. 2012 :124)
Pemeriksaan Fisik Fokus
1. Inspeksi : Terdapat pembesaran pada daerah kostovertebral. Pada abses yang mengenai kedua
ginjal sering didapatkan penurunan urine output karena terjadi penurunan dari fungsi ginjal.
Pasien mungkin mengalami nyeri pada saat melakukan fleksi panggul kesisi kontralateral.
2. Palpasi : Didapatkan adanya massa pembesaran ginjal pada area konstovertebra.
3. Perkusi : perkusi pada sudut kontovertebra memberikan stimulus nyeri lokal disertai suatu
penjalaran nyeri ke pinggang dan perut. (Musttaqin. 2012 :124)
Pengkajian Diagnostik
1. Laboratorium : Pemerikasaan urinalisis menunjukkan adanya piuria dan hematuria, kultur urine
menunjukkan kuman penyebab infeksi, sedangkan pada pemeriksaan darah terdapat leukositosis
dan laju endap darah yang meningkat.
2. Radiografi : Pemeriksaan foto polos abdomen mungkin didapatkan kekaburan pada daerah
pinggang, bayangan psoas menjadi kabur, terdapat bayangan gas pada jaringan lunak, skoliosis,
atau bayangan opak dari suatu batu di saluran kemih. Pemeriksaan CT scan dapat menunjukkan
adanya cairan pus didalam perirenal.
3. Radiografi : Pemerikasaan foto polos abdomen mungkin didapatkan kekaburan pada daerah
pinggang, bayangan psoas menjadi kabur, terdapat bayangan gas pada jaringan lunak, skoliosis,
atau bayangan opak dari suatu batu di saluran kemih. Pemerikasaan Ct scan dapat menunjukkan
adanya cairan pus didalam parirenal.
4. Ultrasonografi : Pemeriksaan menunjukkan cairan abses. (Musttaqin. 2012 :124)
Penatalaksanaan Medis
1. Drainase abses perkutan. Aspirasi drainase perkutan dengan panduan ultrasonografi memberikan
manifestasi kerusakan jaringan minimal. Hasil drainase dilakukan kultur, serta sensitivitas dari
seluruh cairan drainase. Keuntungan drainase perkutan meliputi : menghindari anestesi umum
dan bedah, lebih diterima baik fisik maupun psikososial oleh pasien, biaya rendah,
mempermudah perawat pascaprosedur, serta memperpendek hari rawat. Sementara itu,

kerugiannya meliputi : infeksi jamur, pembentukan kalsifikasi, drainase buntu oleh drainase
purulen, terbentuk rongga retroperitoneal, serta emfisematous dalam ginjal.
2. Terapi bedah. Pada kondsi tertentu, seperti abses fistula ginjal-enterik, mungkin memerlukan
intervensi bedah segera.
3. Pemberian antimikroba yang sesuai dengan hasil uji sensivitas yang bersifat bakterisidal, dan
berspektrum luas. Drain biasanya dimasukkan dan dibiarkan di ruang perirenal sampai seluruh
drainase signifikan keluar seluruhnya. Seperti pada penanganan abses disetiap tempat, pasien
dipantau terhadap adanya sepsis, intake dan ouput cairan, serta respons umum terhadap
penanganan dang anti balutan sesering mungkin.
4. Simtomatik, untuk menurunkan keluhan nyeri dan demam. (Musttaqin. 2012 :125)

Diagnosa Keperawatan
1.

Diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah :


Nyeri berhubungan dengan pasca drainase abses, proses inflamasi, kontraksi otot efek sekunder

2.
3.

adanya abses renal.


Hipertermi berhubungan dengan respon sistemik sekunder adanya abses renal
Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake

4.
5.

nutrisi
Gangguan activity daily living (ADL) berhubungan dengan kelemahan fisik secara umum
Kecemasan berhubungan dengan prognosis penyakit, ancaman, kondisi sakit, dan perubahan
kesehatan (Musttaqin. 2012 :125)

WOC (Web of Caution

Malpraktek Dalam Kasus Pasien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan


Ny. T usia 45 tahun dua hari yang lalu telah menjalani operasi abses perinefrik (fistula
ginjal enterik) di ginjal sebelah kiri. Namun setelah dilakukan pembedahan, pasien selalu
mengeluhkan nyeri yang sangat hebat di pinggang sebalah kirinya tersebut. Perawat yang
menangani Ny. T hanya memberitahukan bahwa itu mungkin efek dari operasi, nanti juga hilang
sendiri dan perawat tersebut tidak mengkaji data/informasi secara adekuat tehadap pasien

tersebut. Rawat luka operasi sudah dilakukan sesuai jadwal, pasien juga terpasang drainase untuk
memeriksa kultur cairan yang keluar, penggantian balutan luar juga sering dilakukan, kebutuhan
cairan pasien pun terpenuhi sesuai advice dokter, namun walaupun diberikan analgesik untuk
meredakan nyeri, pasien masih mengeluhkan nyeri. Akhirnya dokter pun menyarankan Ny. T
untuk dilakukan foto abdomen. Dari situ diketahui bahwa di tempat yang beberapa hari lalu
dioperasi terdapat lembaran kasa yang tertinggal. Dokter pun menjadwalkan operasi pengeluaran
benda asing tersebut. Ny. T pun terpaksa harus dioperasi kembali untuk mengeluarkan kasa yang
tertinggal tersebut agar tidak membahayakan kesehatannya. Hal tersebut sudah barang tentu
merupakan suatu tindakan malpraktik yang dilakukan oleh tenaga medis.

Issue dan Malpraktik Dalam Keperawatan


Menurut Guwandi (1994) dalam buku Kelalaian Medik (medical negligence)
mendefinisikan Malpractice is the neglect of a physician or nuse to apply that degree of skil
and learning on treating and nursing a patient which is customarily applied in treating and
caring for the sick or wounded similiarly in the same community. Yang dapat diartikan bahwa
malpraktik adalah kelalaian dari seorang dokter atau perawat untuk menterapkan tingkat
ketrampilan dan pengetahuannya di dalam memberikan pelayanan pengobatan dan perawatan
terhadap seorang pasien yang lazim diterapkan dalam mengobati dan merawat orang sakit atau
terluka di lingkungan wilayah yang sama.
Ellis dan Hartley (1998) mengungkapkan bahwa malpraktik merupakan batasan yang
spesifik dari kelalaian (negligence) yang ditujukan kepada seseorang yang telah terlatih atau
berpendidikan yang menunjukkan kinerjanya sesuai bidang tugas/pekejaannya. Terhadap
malpraktek dalam keperawatan maka malpraktik adalah suatu batasan yang dugunakan untuk
menggambarkan kelalaian perawat dalam melakukan kewajibannya.
Ada dua istilah yang sering dibicarakan secara bersamaan dalam kaitan malpraktik yaitu
kelalaian dan malpratik itu sendiri. Kelalaian adalah melakukan sesuatu dibawah standar yang
ditetapkan oleh aturan/hukum guna melindungi orang lain yang bertentangan dengan tindakantindakan yang tidak beralasan dan berisko melakukan kesalahan (Keeton, 1984 dalam Leahy dan
Kizilay, 1998).
Menurut Hanafiah dan Amir (1999) mengatakan bahwa kelalaian adalah sikap yang kurang
hati-hati, yaitu tidak melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati melakukannya

dengan wajar, atau sebaliknya melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati tidak akan
melakukannya dalam situasi tersebut.
Dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa kelalaian lebih bersifat ketidaksengajaan,
kurang teliti, kurang hati-hati, acuh tak acuh, sembrono, tidak peduli terhadap kepentingan orang
lain, namun akibat yang ditimbulkan memang bukanlah menjadi tujuannya. Kelalaian bukanlah
suatu pelanggaran hukum atau kejahatan, jika kelalaian itu tidak sampai membawa kerugian atau
cedera kepada orang lain dan orang itu dapat menerimanya (Hanafiah & Amir, 1999). Tetapi jika
kelalaian itu mengakibatkan kerugian materi, mencelakakan bahkan merengut nyawa orang lain,
maka ini dklasifikasikan sebagai kelalaian berat (culpa lata), serius dan kriminal.
Malpraktek tidaklah sama dengan kelalaian. Malpraktik sangat spesifik dan terksait dengan
status profesional dari pemberi pelayanan dan standar pelayanan profesional Malpraktik adalah
kegagalan seorang profesional (misalnya dokter dan perawat) melakukan sesuai dengan standar
profesi yang berlaku bagi seseorang yang karena memiliki ketrampilan dan pendidikan
(Vestal,K.W, 1995). Hal ini bih dipertegas oleh Ellis & Hartley (1998) bahwa malpraktik adalah
suatu batasan spesifik dari kelalaian. Ini ditujukan pada kelalaian yang dilakukan oleh yang telah
terlatih secara khusus atau seseorang yang berpendidikan yang ditampilkan dalam pekerjaannya.
Oleh karena itu batasan malpraktik ditujukan untuk menggambarkan kelaliaian oleh perawat
dalam melakukan kewjibannya sebagai tenaga keperawatan.
Kelalaian memang termasuk dalam arti malpraktik, tetapi didalam malpraktik tidak selalu
harus ada unsur kelalaian. Malpraktik lebih luas daripada negligence.Karena selain mencakup
arti kelalaian, istilah malpraktik pun mencakup tindakan-tindakan yang dilakukan dengan
sengaja (criminal malpractice) dan melanggar Undang-undang. Didalam arti kesengajaan tersirat
ada motifnya (guilty mind) sehingga tuntutannya dapat bersifat perdata atau pidana.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan malpraktik adalah :
1. Melakukan suatu hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh seorang tenaga kesehatan.
2. Tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan atau melalaikan kewajibannya (negligence)
3. Melanggar suatu ketentuan menurut atau berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Problem solving
Dalam mencegah kesalahan tersebut diatas, sebagai perawat professional jangan hanya
megira-ngira dalam membuat rencana keperawatan tanpa dipertimbangkan dengan sebaik-

baiknya. Seharusnya dalam menulisan harus dengan pertimbangan yang jelas dengan
berdasarkan masalah pasien. Bila dianggap perlu, lakukan modifikasi rencana berdasarkan data
baru yang terkumpul. Rencana harus realistik, berdasarkan standar yang telah ditetapkan
termasuk pertimbangan yang diberikan oleh pasien. Komunikasikan secara jelas baik secara lisan
maupun dengan tulisan. Bekerja berdasarkan rencana dan dilakukan secara hati-hati instruksi
yang ada. Setiap pendapatnya perlu divalidasi dengan teliti.
Ada pula Intervention errors, yang termasuk dalam kegagalan menginterpretasikan dan
melaksanakan tindakan kolaborasi, kegagalan melakukan asuhan keperawatan secara hati-hati,
kegagalan mengikuti/mencatat order/perintah dari dokter atau dari supervisor. Kesalahan pada
tindakan keperawatan yang sering terjadi adalah kesalahan dalam membaca perintah/order,
mengidentifikasi pasien sebelum dilakukan tindakan/prosedur, memberikan obat, dan terapi
pembatasan (restrictive therapy). Dari seluruh kegiatan ini yang paling berbahaya nampaknya
pada tindakan pemberian obat, oleh karena itu perlunya komunikasi baik diantara anggota tim
kesehatan maupun terhadap pasien dan keluarganya.
Untuk menghindari kesalahan ini, sebaiknya rumah sakit tetap melaksanakan program
pendidikan berkelanjutan (Continuing Nursing Education).
Beberapa contoh kesalahan perawat :
1.

Pada pasien usia lanjut, pasien mengalami disorientasi pada saat berada diruang perawatan.
Perawat tidak membuat rencana keperawatan guna memonitoring dan mempertahankan
keamanan pasien dengan memasang penghalang tempat tidur. Sebagai akibat disorientasi, pasien
kemudian terjatuh dari tempat tidur pada waktu malam hari dan pasien mengalami patah tulang
tungkai.

2. Pada pasien dengan pasca bedah disarankan untuk melakukan ambulasi. Perawat secara drastis
menganjurkan pasien melakukan mobilisasi berjalan, pada hal disaat itu pasien mengalami
demam, denyut nadi cepat, dan mengeluh nyeri abdomen. Perawat melakukan ambulasi pada
pasien sesuai rencana keperawatan yang telah dibuat tanpa mengkaji terlebih dahulu kondisi
pasien. Pasien kemudian bangun dan berjalan, pasien mengeluh pusing dan jatuh sehingga pasien
mengalami trauma kepala.
Untuk mencegah hal yang bersangkutan dengan malpraktek sangat perlu bagi seorang
perawat berupaya melakukan sesuatu guna mencegah terjadinya tuntutan malpraktik yaitu upaya

mempertahankan standar pelayanan/asuhan yaqng berkualitas tinggi. Hal ini dilakukan dalam
pekerjaan sebagai perawat yaitu meningkatkan kemampuan dalam praktik keperaweatan dan
menciptakan iklim yang dapat mendorong peningkatan praktik keperawatan., yaitu :
1. Kesadaran diri (self-awareness):
Yaitu mengidentifikasi dan memahami pada diri sendiri tentang kekutan dan kelamahan dalam
praktik keperawatan. Bila terindentifikasi akan kelemahan yang dimiliki maka berusahalah untuk
mencari penyelesaiannya. Beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu melalui pendidikan,
pengalaman langsung, atau berdiskusi dengan teman sekerja/kolega. Apabila berhubungan
seorang supervisor, sebaiknya bersikap terbuka akan kelemahannnya dan jangan menerima
tanggung jawab dimana perawat yang bersangkutan belum siap untuk itu. Jangan menerima
suatu jabatan atau pekerjaan kalau menurut kriteria yang ada tidak dapat dipenuhi.
2. Beradaptasi terhadap tugas yang diemban
Tenaga keperawatan yang diberika tugas pada suatu unit perawatan dimana dia merasa kurang
berpengalaman dalam merawat pasien yang ada di unit tersebut, maka sebaiknya perawat perlu
mengikuti program orientasi/program adaptasi di unit tersebut. Perawat perlu berkonsultasio
dengan perawat senior yang aa diunit terbut
3. Mengikuti kebijakan dan prosedur yang ditetapkan
Seorangmperawat dalam melaksanakan tugasnya harus sealu mempertimbangkan kebijakan dan
prosedur yang berlaku di unit tersebut. Ikuti kebijakan dan prosedur yang berlaku secara cermat,
misalnya kebijakan/prosedur yang berhubungan dengan pemberian obat pada pasien.
4. Mengevaluasi kebijakan dan prosedur yang berlaku
Ilmu pengetahuan dan tehnologi keperawatan bersifat dinamis artinya berkembang secara terus
menerus. Dalam perkembangannya, kemungkinan kebijakan dan prosedur yang ada diperlukan
guna menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi. Oleh krena itu itu ada kebutuhan untuk
menyeuaikan kebijakan dan proseudr atau protokol tertentu. Untuk itu merupakan tanggung
jawab perawat profesional bekerja guna mempertahankan mutu pelayanan sesuai dengan
tuntutan perkembangan.
5. Pendokumentasian

Pencatatan perawat dapat dikatakan sesuatu yang unit dalam tatanan pelayanan kesehatan, karena
kegiatan ini dilakukan selama 24 jam. Apa yang dicatat oleh perawat merupakan faktor yang
krusial guna menghindari suatu tuntutan. Dokumentasi dalam suatu pencatatan adalah laporan
tentang pengamatan yang dilakukan, keputusan yang diambil, kegiatan yang dilakukan, dan
penilaian terhadap respon pasien.
Oleh karena setiap kasus ditentukan adanya fakta yang mednkung suatu tuntutan, maka
diperlukan pencatatan yang jelas dan relevan. Pencatatan diperlukan secara jelas, benar, dan jelas
sehingga dapat dipahami. Pedoman guna mencegah terjadinya malpraktik, sebagai berikut :
1. Berikan kasih sayang kepada pasien sebagaimana anda mengasihi diri sendiri. Layani pasien dan
keluarganya dengan jujur dan penuh rasa hormat.
2.

Gunakan pengetahuan keperawatan untuk menetapkan diagnosa keperawatan yang tepat dan
laksanakan intervensi keperawatan yang diperlukan. Perawat mempunyai kewajiban untuk
menyusun pengkajian dan melaksanakan pengkajian dengan benar.

3.

Utamakan kepentingan pasien. Jika tim kesehatan lainnya ragu-ragu terhadap tindakan yang
akan dilakukan atau kurang merespon terhadap perubahan kondisi pasien, diskusikan bersama
dengan tim keperawatan guna memberikan masukan yang diperlukan bagi tim kesehatan lainnya.

4.

Tanyakan saran/order yang diberikan oleh dokter jika : Perintah tidak jelas,masalah itu
ditanyakan oleh pasien atau pasien menolak, tindakan yang meragukan atau tidak tepat
sehubungan dengan perubahan dari kondisi kesehatan pasien. Terima perintah dengan jelas dan
tertulis.

5.

Tingkatkan kemampuan anda secara terus menerus, sehingga pengetahuan/kemampuan yang


dimiliki senantiasa up-to-date. Ikuti perkemangan yang terbaru yang terjadi di lapangan
pekerjaan dan bekerjalah berdasarkan pedoman yang berlaku.

6. Jangan melakukan tindakan dimana tindakan itu belum anda kuasai.


7. Laksanakan asuhan keperawatan berdasarkan model proses keperawatan. Hindari kekurang hatihatian dalam memberikan asuhan keperawatan.
8.

Catatlah rencana keperawatan dan respon pasien selama dalam asuhan keperawatan.
Nyatakanlah secara jelas dan lengkap. Catatlah sesegera mungkin fakta yang anda observasi
secara jelas.

9.

Lakukan konsultasi dengan anggota tim lainnya. Biasakan bekerja berdasarkan kebijakan
organisasi/rumah sakit dan prosedur tindakan yang berlaku.( Vestal, K.W. 1995)

10. Pelimpahan tugas secara bijaksana, dan ketahui lingkup tugas masing-masing. Jangan pernah
menerima atau meminta orang lain menerima tanggung jawab yang tidak dapat anda tangani.

ABSES 444444444444444444444444

ASKEP ABSES RENAL

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika
bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan
hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah
putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga
tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati
inilah yang membentuk nanah, yang mengisi rongga tersebut.
Abses ginjal adalah salah satu yang terbatas pada ginjal dan disebabkan baik oleh bakteri
dari infeksi bepergian ke ginjal melalui aliran darah atau infeksi saluran kemih bepergian ke
ginjal dan kemudian menyebar ke jaringan ginjal.
Abses ginjal adalah penyakit yang sangat tidak biasa, tetapi umumnya terjadi
sebagai akibat dar i masalah umum seperti radang ginjal, penyakit batu dan refluks
vesicoureteral. Kadang-kadang, abses ginjal dapat berkembang dari sumber infeksi di setiap area
tubuh . Abses kulit multiple dan penyalah gunaan obat intravena juga dapat menjadi sumber
abses ginjal. Infeksi saluran kemih yang rumit terkait dengan batu, kehamilan, kandung kemih
neurogenik dan diabetes mellitus juga menempatkan seseorang pada risiko untuk abses ginjal.
1.2
1.2.1
1.2.1.1
1.2.1.2
1.2.1.3
1.2.1.4
1.2.1.5
1.2.1.6
1.2.1.7

Rumusan Masalah
Rumusan Masalah
Bagaimana anatomi dan fisiologi perkemihan ?
Apa definisi dari abses renal ?
Apa etiologi dari abses renal ?
Apa patofisiologi dari abses renal ?
Apa manifestasi klinis dari abses renal ?
Bagaimana pemeriksaan penunjang dari abses renal ?
Bagaimana penetalaksanaan medis dari abses renal ?

1.2.1.8 Apa komplikasi dari abses renal ?


1.2.1.9 Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan abses renal ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Umum
1.3.1.1 Untuk mengetahui gagal ginjal kronik dan asuhan keperawatan pada pasien abses renal.
1.3.2
1.3.2.1
1.3.2.2
1.3.2.3
1.3.2.4
1.3.2.5
1.3.2.6
1.3.2.7
1.3.2.8
1.3.2.9

Khusus
Mengetahui anatomi dan fisiologi dari sistem perkemihan.
Mengetahui definisi dari abses renal.
Mengetahui etiologi dari abses renal.
Mengetahui patofisiologi dari abses renal.
Mengetahui manifestasi klinis dari abses renal.
Mengetahui pemeriksaan penunjang dari abses renal.
Mengetahui penetalaksanaan medis dari gagal ginjal kronik.
Mengetahui komplikasi dari abses renal.
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan abses renal.

BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Anatomi dan Fisiologi
Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh
tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Susunan Sistem Perkemihan atau Sistem Urinaria :
1. GINJAL
Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang
peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding abdomen.
Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah kiri dan
kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan. Pada orang dewasa berat ginjal 200 gram.
Dan pada umumnya ginjal laki laki lebih panjang dari pada ginjal wanita.
Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap tiap nefron
terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh
pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam
komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta tubulus tubulus, yaitu tubulus kontortus
proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada
medula.
Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis viseral
(langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan banyak juluran mirip
jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler secara teratur sehingga
celah celah antara pedikel itu sangat teratur.
Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus yang keluar
dari korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena jalannya yang berbelok
belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal kemudian menjadi tipis disebut
ansa Henle atau loop of Henle, karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel
renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.

a.

Bagian Bagian Ginjal


Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari tiga
bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian rongga ginjal (pelvis

renalis).
a) Kulit Ginjal (Korteks)
Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah yang disebut
nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung kapiler kapiler darah yang
tersusun bergumpal gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai
bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai bownman disebut badan malphigi.
Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan simpai bownman.
Zat zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat
zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang
terdapat di dalam sumsum ginjal.
b) Sumsum Ginjal (Medula)
Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid renal. Dengan
dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian
dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid
antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli
dan duktus koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna
renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai
bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan hasil penyaringan
darah dalam badan malphigi, setelah mengalami berbagai proses.
c) Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)
Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar. Sabelum
berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor,
yang masing masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi
papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari
Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam
kandung kemih (vesikula urinaria).
b. Fungsi Ginjal:
1. Mengekskresikan zat zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogennitrogen, misalnya
amonia.
2. Mengekskresikan zat zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan vitamin) dan
berbahaya (misalnya obat obatan, bakteri dan zat warna).
3. Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.

4. Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau basa.
c. Peredaran Darah dan Persyarafan Ginjal
Peredaran Darah
Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis, yang
berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi arteri
akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk
gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan dikelilingi leh alat yang disebut dengan simpai
bowman, didalamnya terjadi penyadangan pertama dan kapilerdarah yang meninggalkan simpai
bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.
Persyarafan Ginjal
Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini berfungsi untuk mengatur
jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf inibarjalan bersamaan dengan pembuluh darah
yang masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal yang merupakan
senuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua) macam hormon yaitu hormone adrenalin dan
hormn kortison.
2. URETER
Terdiri dari 2 saluran pipa masing masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih
(vesika urinaria) panjangnya 25 30 cm dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak
dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis. Lapisan dinding ureter terdiri
dari :
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang
akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).
Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan
disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih.
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi oleh
pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada tempat ureter
meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya mempunyai saraf
sensorik.

3. VESIKULA URINARIA ( Kandung Kemih )

Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di
belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang
dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius. Bagian
a.

vesika urinaria terdiri dari :


Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari
rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis

b.
c.

dan prostate.
Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika
umbilikalis.
Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan sebelah
luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

4. URETRA
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi
menyalurkan air kemih keluar.
Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok kelok melalui tengah tengah prostat
kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis panjangnya
20 cm. Uretra pada laki laki terdiri dari :
a. Uretra Prostaria
b. Uretra membranosa
c. Uretra kavernosa
Lapisan uretra laki laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan
submukosa. Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan miring sedikit kearah
atas, panjangnya 3 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah
luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena vena, dan lapisan mukosa (lapisan
sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan
vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.

1.2 Definisi
Abses ginjal adalah abses yang terdapat pada parenkim ginjal. Abses ini dibedakan dalam 2
macam, yaitu abses korteks ginjal dan abses kortiko-meduler. Abses korteks ginjal atau disebut
karbunkel ginjal pada umumnya disebabkan oleh penyebaran infeksi kuman Stafilokokus aureus

yang menjalar secara hematogen dari fokus infeksi di luar sistem saluran kemih (antara lain dari
kulit). Abses kortiko-medulare merupakan penjalaran infeksi secara asending oleh bakteri E.
Coli,Proteus, atau Klebsiella spp. Abses kortikomedulare ini seringkali merupakan penyulit dari
pielonefritis akut. (Basuki P. Purnomo, 2011)
Abses perirenal adalah abses yang terdapat di dalam rongga perirenal, yaitu rongga yang
terletak di luar ginjal tetapi masih dibatasi oleh kapsula Gerota, sedangkan abses pararenal
adalah abses yang terletak di antara kapsula Gerota dan peritoneum posterior (Gambar 3-3).
Abses perirenal dapat terjadi karena pecahnya abses renal ke dalam rongga perirenal, sedangkan
abses pararenal dapat terjadi karena : (1) pecahnya abses erirenal yang mengalir ke rongga
pararenal atau (2) karena penjalaran infeksi dari usus, pankreas, atau dari kavum pleura ke
rongga pararenal. (Basuki P. Purnomo, 2011)
1.4 Etiologi
Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara:
a. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak
steril
b. Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain
c. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak
menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.
Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika:
a. Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi
b. Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang
c. Terdapat gangguan sistem kekebalan.
1.5 Patofisiologi
Abses ginjal hasil dari penyebaran hematogen kortikal bakteri dari fokus extrarenal utama
infeksi. Staphylococcus aureus adalah agen etiologi dalam 90% kasus abses kortikal. Sebaliknya,
abses corticomedullary ginjal berkembang sebagai infeksi menaik oleh organisme yang telah
diisolasi dari urin. Keterlibatan parenkim ginjal yang parah dalam kombinasi dengan abses

corticomedullary lebih mungkin untuk memperluas pada kapsul ginjal dan berlubang, sehingga
membentuk abses perinephric. Ginjal corticomedullary infeksi termasuk proses infeksi bawah
akut dan kronis ginjal.

1.5 Manifestasi Klinis


Menurut (Basuki P. Purnomo, 2011) :
a.
b.
c.
d.

Nyeri pinggang
Demam disertai menggigil
Teraba massa sipinggang (pada abses peri atau pararenal)
Keluhan miksi jika fokus infeksinya berasaal dari : saluran kemih, anoreksia, malas dan lemah.
Gejala ini sering didiagnosis banding dengan pielonefritis akut. Nyeri dapat dirasakan pula di
daerah (1) Pleura karena pleuritis akibat penyebaran infeksi ke subprenik dan Intrathorakal (2)
Inguinal (3) abdominal akibat pada peritoneum posterior. Nyeri pada saat hiperekstensi pada
sendi panggul adalah tanda dari penjalaran infeksi ke otot psoas.
1.6 Pemeriksaan Diagnosis
Menurut (Basuki P. Purnomo, 2011) :

a.

Pemeriksaan Urinalalis
Menunjukkan adanya oluria dan hematuria
b. Kultur Urine
Menunjukkan penyebab infeksi
c. Pemeriksaan darah
Terdapat leukositosis dan laju endap darah yang meningkat
d. Pemeriksaan foto polos abddomen
Didapatkan kekaburan pada daerah pinggang, bayanga psoas menjadi kabur, terdapat bayangan
gas pada jaringan lunak, skoliosis, atau bayangan opak dari suatu batu di saluran kemih. Adanya
proses pada subdiafragma akan tampak pada foto thoraks sebagai ateletaksis, efusi pleura,
empiema, atau elevasi diafrgama.
Pemeriksaan USG
Adanya cairan abses, tetapi pemeriksaan ini sanagt tergantung pada kemampuan pemeriksa.
f. Pemeriksaan CT Scan
Dapat menunjukkan adanya cairan nanah di dalam intrarenal, perirenal, maupun pararenal
e.

1.7 Penatalaksanaan
Menurut (Basuki P. Purnomo, 2011) :
Jika dijumpai suatu abses harus dilakukan drainase, sedangkan sumber infeksi diberantas
dengan pemberian antibiotika yang adekuat. Drainase abses dapat dilakukan melalui operasi

terbuka ataupun perkutan melalui insisi kecil di kulit. Selanjutnya dilakukan berbagai
pemeriksaan untuk mencari penyebab terjadinya abses guna menghilangkan sumbernya.
BAB 3
PENUTUP

1.
2.
3.
4.
5.

3.1 Pengkajian
a. Anamnesis
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama yang sering dikeluhkan bervariasi meliputi keluhan infeksi kulit atau infeksi
saluran kemih. Infeksi bias diikuti dalam 11-2 minggu dengan demam dan nyeri pada pinggang
atau kostovertebra.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Mengkaji apakah ada riwayat penyakit seperti adanya penyakit bisul atau karbunkel pada
daerah tubuh lainnya, adanya riwayat demam sampai menggigil. Kaji apakah pasien pernah
menderita penyakit diabetes mellitus. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obatobatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian di dokumentasikan.
d. pengkajian psikososiokultural
adanya nyeri, benjolan pada pinggang dan pemeriksaan diagnostik yang akan dilakukan
akan memberikan dampak rasa cemas pada pasien.
3.2 Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum pasien lemah dan terlihat sakit berat dengan tingkat kesadaran biasanya
composmentis. Pada TTV sering didapatkan adanya perubahan suhu tubuh meningkat, nadi
meningkat, frekuensi meningkat sesuai dengan peningkatan suhu tubuh dan denyut nadi, TD
tidak terjadi perubahan secara signifikan kecuali adanya penyakit hipertensi renal
3.3 Pemeriksaan Fisik Fokus
Inspeksi. Terdapat pembesaran pada daerah costovertebra. Pada abses yang mengenai ginjal
sering didapatkan penurunan urin output karena terjadi penurunan dari fungsi ginjal. Pasien
mungkin mengalami nyeri pada saat melakukan fleksi panggul kesisikontra lateral.
Palpasi.
Didapatkan
adanya
massa
pembesaran
ginjal
pada
costovertebra.
Perkusi. Pada sudut costovertebra memberikan stimulus nyeri local disertai suatu penjalaran
nyeri kepingang dan perut
3.4 DiagnosaKeperawatan
Nyeri b.d pasca drainase abses, respon inflamasi, kontraksiototefek sekunder, adanyaabses renal.
Hipertermi b.d repon sistemik sekunder, adanya abses renal.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi yang tidak adekuat,
efek sekunder dari anoreksia, mual, muntah.
Gangguan activity daily living b.d kelemahan fisik secara umum
Kecemasan b.d prognosis penyakit, ancaman, kondisisakit, dan perubahan kesehatan.
3.5 RencanaKeperawatan
Rencana keperawatan

1. Nyeri b.d pasca drainase abses, respons inflamasi, kontraksi otot efek sekunder adanya abses
renal

Tujuan

: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam nyeri berkurang / hilang atau
teradaptasi.

Kriteriahasil : - Pasien mengatakan nyeri berkurang / terkontrol


- Skala nyeri 0-4
- Raut wajah rileks
- TTV Normal (TD: 120/80 mmHg ; Nadi : 60-100x/menit ; T : 36,5 oC-37,5oC ; RR : 1624x/menit)
Intervensi

Rasional

Mandiri :
Beri posisi yang nyaman pada pasien

Mandiri :
1. Posisi yang nyaman akan mengurangi rasa
nyeri

pasien

sehinggga

pasien

dapat

beristirahat
2. Lingkungan yang tenang akan menurunkan
2. Beri lingkungan yang nyaman dan tenang
stimulus nyeri ekternal dan menganjurkan
pada pasien
pasien untuk beristirahat
3. Istirahat akan menurunkan O2 jaringan
Istirahatkan pasien
perifer sehingga akan meningkatkan suplai
4.
Lakukan masase sekitar nyeri

darah ke jaringan
Meningkatkan kelancaran suplai darah
untuk menurunkan iskemik
HE :

H. E :
1. Ajarkan tehnik distraksi

1.

Distraksi (pengalihan perhatian) dapat

mengurangi persepsi nyeri


2. Meningkatkan asupan O2 sehinggadapt

2. Ajarkan tehnik nafas dalam

menurunkan nyeri sekunder


Kolaborasi :

Kolaborasi :
1.

1.

Mempercepat

penyembuhan,

untuk

Kolaborasi dengan tim medis dalam mengurangi nyeri


pemberian obat analgetik sesuai indikasi
Observasi :
Observasi:

1. Mengetahui tingkat kapasitas nyeri pasien


2. Memantau keadaan pasien

1. Kaji nyeri menggunakan PQRST


2. Kaji TTV pasien

2. Hipertermi b.d repons istemik sekunder, adanya abses renal.


Tujuan

: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, suhu tubuh pasien menurun/ kembali
normal

K.H

: - Suhu tubuh normal (36,5-37,5oC)


- Akral hangat
- Mukosa bibir lembab
- Turgor kulit tidak tampak kemerahan
Intervensi

Rasional

Mandiri:
1. Beri kompres air hangat
2. Pertahan kantirah baring total

Mandiri :
1. Memvasodilatasi pembuluh darah
2. Mengurangi peningkatan metabolisme
umum yang memberikan dampak terhadap
peningkatan suhu tubuh secara sistemik
HE :
1. Untuk pemenuhan hidrasi cairan dalam

H. E :
1. anjurkan pasien untuk banyak minum

2.

2. Anjurkan pasien memakain pakaian

tubuh
Untuk mempercepat evaporasi sehingga
terjadi proses penguapan
Kolaborasi :

yang tipis
1.

Untuk

mempercepat

penyembuhan,

menurunkan suhu tubuh

Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan tim medis lain dalam

Observasi :

pemberian antipiretik dan antibiotic


1.

Mengetahui

/mengontrol

adanya

Observasi :

peningkatan suhu tubuh untuk di berikan

1. Monitor suhu tubuh

intervensi selanjutnya
2. Memantau keadaan pasien

2. observasi keadaan umum tubuh pasien


3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi yang tidak adekuat,
efek sekunder dari anoreksia, mual, muntah.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
K.H

: - Porsi makan habis


- BB meningkat
- Mukosa bibir lembab
- Hb dan Albumin Normal
Intervensi

Rasional

Mandiri :

Mandiri :

1. Berikan makanan lunak

1. Memudahkan masuknya makanan


2. Meningkatkan kemampuan pasien dalam
2. Berikan makanan setengah padat dengan
menelan
sedikit air
HE :

HE :
1.
Membantupemenuhan nutrisi peroral

pasien
1. Anjurkan pasien makan sedikit tapi
2. Mencegah kelelahan pasien saat makan
sering
2. Anjurkan pasien untuk menelan secara
berurutan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat antasida

Kolaborasi :
1. Mengurangi mual / ggn lambung pasien
Observasi :
1.
Mengetahui
Fungsi
system
gastrointestinal penting untuk pemasukan

Observasi :
1. Kaji suara bising usus, catat terjadi
perubahan di dalam lambung seperti mual,
muntah. Observasi perubahan pergerakan

makanan

usus, misalnya : diare, konstipasi

4. Gangguan activity daily living b.d kelemahan fisik secara umum


Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, terjadi peningkatan perilaku dalam
perawatan diri
K.H

: - pasien menampakkan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri


- pasien mampu dalam melakukan aktivitas
- koordinasi otot , tulang, rangka baik
Intervensi

Mandiri :

Rasional
Mandiri:

1. Beri lingkungan yang tenang

1. Lingkungan yang tenang membantu pasien

2. Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi pasien

untuk beristirahat
2. Melatih perkembangan pasien

3. Berikan latihan ROM


3. Membantu melatih otot, tulang dan rangka
HE :
HE :
1. Ajarkan pasien untuk mobilisasi

1. Untuk melancarkan peredarah darah


sehingga keaadan pasien tidak kaku

Kolaborasi :
Kolaborasi :
1. Rencanakan tindakan dengan tim medis lain
1. Mempercepat adanya peningkatan aktivitas
untuk dalam memberikan tindakan fisioterapi
pasien
yang tepat
Observasi :
Observasi :
1. Untuk mengetahui tingkat kemampuan
1.Kaji kemampuan klien dalam melakukan
aktivitas pasien
aktivitas
5. Kecemasan b.d prognosis penyakit, ancaman, kondisi sakit, dan perubahan kesehatan.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, kecemasan pasien berkurang
K.H

: - Pasien menyatakan kecemasan berkurang


- Mengenal perasannya
- Kooperatif dalam tindakan

- W ajah tampak rileks


Intervensi

Rasional

Mandiri :
1.
2.

Mandiri :

Beri lingkungan yang tenang dan suasana


1. Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak
penuh istirahat
Beri kesempatan

kepadapasien

untuk
2.

perlu
Dapatmenghilangkanketegangan terhadap

mnegungkapkan perasaannya

kekawatiran yang tidak diekspresikan


3. Memberikan waktuuntuk mengekspresikan
3. Beri privasi untuk pasien dan orang terdekat
perasaan, menghilangkan kecemasan dan
perilaku adaptasi
HE:
1.

HE :

Jelaskan tentang prosedur tindakan yang


1.
akan dilakukan selama perawatan

Menurunkan

kecemasan

pada

setiap

tindakan yang akan dilakukan

Kolaborasi :
1.

Kolaborasi dengantim medis lain dalam


Kolaborasi :

pemberian obat anti cemas sesuai indikasi


1.

Meningkatkan relaksasi dan menurunkan


kecemasan

Observasi :
1. Kaji tanda verbal dan nonverbal kecemasan,
damping pasien dan lakukan tindakan bila

Observasi :

menunnjukkan perilaku merusak


1.

Relaksasiverbal/nonverbal

dapat

menunjukkan rasa agitasi,marah, gelisah

Vous aimerez peut-être aussi