Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Kepala desa waktu itu berdalih, bahwa pasir yang ada di kawasan itu dikeruk dan diratakan
agar pengembangan pariwisata watu pecah berjalan lancar. Rupanya, alasan pengembangan
pariwisata watu pecah hanya kedok belaka. Hingga tahun 2015 pengerukkan pasir tidak
berhenti dan semakin menjadi-jadi. Bahkan, meninggalkan kubangan-kubangan dan merusak
lingkungan.
"Protes pun mulai diajukan lagi. Melalui forum tersebut warga melayangkan protes kemanamana bahkan hingga ke Bupati Lumajang. Lagi-lagi protes itu tidak digubris. Saat warga
meminta audensi dengan Bupati Lumajang malah diwakili oleh Camat Pasirian," jelasnya.
Puncaknya, pihak yang pro dengan penambangan pasir ilegal ini melakukan teror dengan
membatai dua orang aktivis petani yakni Salim Kancil dan Tosan. Dua orang ini dianggap
sebagai otak penolakan penambangan pasir sehingga harus dihabisi.
Akibat pembantaian itu, Salim Kancil tewas dan Tosan mengalami luka berat harus dirawat di
rumah sakit.
(http://news.okezone.com/read/2015/09/29/519/1222539/sejarah-penambangan-pasir-ilegalberujung-pembantaian-aktivis-tani)