Vous êtes sur la page 1sur 6

Wilayah Indonesia pada masa klasik merupakan tempat persilangan jaringan lalu lintas

perdagangan yang menghubungkan benua timur dengan barat. Keberadaan Indonesia ini sangat
menguntungkan dalam perdagangan serta hasil bumi yang melimpah menarik perhatian bangsa bangsa
lain untuk ikut menikmati keuntungan tersebut. Motif motif ekonomi ini mendorong masyarakat Arab,
Cina, Belanda bertekad mengadu keuntungan di Indonesia. Ekspedisi ekspedisi perdagangan ini
mendorong orang Arab dan bangsa bangsa lain datang ke Indonesia.
Orang-orang arab (arabi)1 yang sekarang bermukim di Indonesia sebagian besar dari Hadramaut.
Hanya sebagian kecil saja yang berasal dari Maskat,2 Hijas,3 Mesir.4 Sejumlah kecil orang Arab yang
datang dari berbagai negeri ke wilayah nusantara jarang yang menetap kalaupun mereka menetap mereka
akan beradaptasi dengan orang Arab yang berasal dari Hadramaut. Sebagian dari mereka adalah
pengembara atau pedagang yang dalam waktu yang sangat singkat datang dan pergi ke wilayah Indonesia.
Para migran Arab tersebut datang dalam jumlah besar setiap tahun. Mereka tiba di Singapura dan
dari sana kebanyakan menuju pedalaman Malaka dan ke negeri negeri vasal pemerintah Hindia Belanda
dan di segala tempat di Indonesia. Mereka datang ke wilayah nusantara dengan beberapa alasan, alasan
pertama didorong kondisi alam yang kering dan kurang subur serta kerasnya alam membuat mereka
kesulitan bertahan hidup, alasan kedua pola stratifikasi sosial yang tertutup dan tidak memungkinkan
adanya perubahan nasib dari golongan kelas bawah (seperti golongan budak), sedangkan Islam tidak ada
stratifikasi semua umat sama yang membedakan adalah tingkat keimanan seseorang. Pola stratifikasi
itulah menyebabkan tidak dapat diupayakan perubahan nasib di tanah Hadramaut sehingga mereka
berkelana mencari peruntungan nasib di tanah Nusantara5. Untuk dapat memasuki wilayah Nusantara
yang berada langsung di bawah kekuasaan Belanda, mereka datang layaknya pedagang keliling yang
membawa barang barang seperti obat obatan, sari mawar, permata, tasbih, jimat, air zam zam6
Pedagang arab tersebut menyebar ke seluruh wilayah pesisir Indonesia. Mereka melakukan
perdagangan dengan pribumi dan pedagang lain, Sehingga banyak daerah-daerah pesisir yang
berkembang menjadi kota-kota perdagangan yang berkembang pesat. Bahkan menjadi kota-kota
perdagangan internasional sebagai jaringan perdagangan dunia.

Kota yang akan diambil sebagai studi kasus adalah Kota Gresik dan Kota Demak.
Pengambilan studi kasus tersebut didasarkan pertimbangan bahwa kedua kota tersebut termasuk
dalam tahap perkembangan kota Indonesia Awal yang benar-benar dipengaruhi oleh dua kerajaan
besar yang cukup berpengaruh di nusantara, yakni Kerajaan Majapahit untuk Kota Gresik dan
Kerajaan Demak untuk Kota Demak. Kota Gresik ini adalah salah satu kota perlabuhan dan
perdagangan yang cukup berkembang pada zaman Majapahit. Kondisi wilayah yang berupa
pantai yang aman dan nyaman untuk berlabuh menjadikannya salah satu pelabuhan bagi kerajaan
besar seperti Majapahit. Sedangkan Kota Demak dahulunya adalah pusat kerajaan Demak yang
berkembang menjadi kotaperdagangan untuk memperkuat ekonomi kota setelah awal
berkembangnya sebagai kota pusat penyebaran agama islam yang didirikan oleh Walisongo.
Kota Demak ini berkembang setelah Kerajaan Majapahit mulai menyurut perannya.
Kedua kota ini juga masih memiliki ciriciri kota perdagangan dan kota pusat penyebaran
agama islam yang menonjol. Ciri-ciri kota perdagangan dan kota pusat penyebaran agama masih
tampak walaupun tidak seratus persen masih utuh. Sejarah perkembangan Kota Gresik dan
Demak ini tidak dapat dipisahkan dari peran walisongo yang tinggal di kedua kota tersebut,
yakni Sunan Maulana Malik Ibrahim dan Sunan Giri di Kota Gresik dan Sunan Kalijaga di Kota
Demak.
Awal perkembangan kota seperti yang dijelaskan di atas membuat karakteristik kota yang
cukup unik karena kedua kota tersebut berkembang dipengaruhi oleh pengaruh pelabuhan atau
perdagangan, dan juga penyebaran agama islam yang akan membentuk pola morfologi tersendiri.

Agama Islam mulai masuk ke pulau Jawa diduga jauh sebelum abad XIII Masehi.
Beberapa sejarawan, seperti Azyumardi menyatakan bahwa, agama Islam mulai masuk ke
Nusantara pada abad ke VII Masehi. Abad ini menetapkan dengan abad pertama Hijiriah, atau
semasa dengan kekhalifahan Bani Umayyah. Bukti bukti ini dapat dilihat pada catatan sejarah
yang menyatakan pada tahun 674 M sudah ada koloni-koloni saudagar Arab yang berniaga di
sepanjang pantai timur, barat sumatera dan utara dan utara jawa. Pada waktu itu pedagangpedagang Arab melakukan kegiatan ekonomi di perairan laut dan pelabuhan-pelabuhan
nusantara. Namun, para pedagang ini tidak memiliki misi apapun. Kedatangan mereka hanya
untuk berdagang. Lama-kelamaan para pedagang memiliki aktivitas ini membuat sebuah
komunitas hingga lahirlah beberapa perkampungan Arab. Para pedagang Arab yang tinggal di
komunitas ini tidak semuanya kawin dan berinteraksi dengan sesama Arab, tetapi banyak di
antara mereka melakukan asimilasi, yaitu dengan perkawinan.
Pusat-pusat tertua penyebaran Agama Islam adalah Gresik, dan Surabaya. Kesimpulan ini
di dasarkan pada kenyataan yang menuturkan bahwa di Gresik terdapat banyak sekali makam
islam yang tua.
Sebagimana di maklumi daerah-daerah pesisir utara pulau jawa, seperti Gresik, Tuban,
Jepara, dahulu merupakan pelabuhan-pelabuhan yang ramai di kunjungi oleh saudagar-saudagar
asing. Melalui pintu gerbang itulah islam masuk ke daerah pesisir jawa utara yang kemudian
berpusat di Demak. Hingga abad ke-11 M komunitas Arab semakin besar. Namun mereka masih
belum memiliki misi untuk menyebarkan Agama Islam. Agama Islam hanya sebagai ajaran
komunitas mereka.
Pada abad ke-14 M komunitas Arab memiliki misi yang tidak sengaja memperkenalkan
Islam. Menurut Prof.Dr.Badri Yatim, pada awalnya komunitas Arab yang besar ini membutuhkan
para ulama untuk membimbing dan menentukkan hokum-hukum diantara mereka. Mereka
mendatangkan ulam-ulama dari Persia, Turki, dan Hijaz. Ulama-ulama tersebut diundang khusus
untuk membimbing Agama diantara komunitas mereka. Namun, belakangan ulama-ulama ini
mendapatkan simpati tidak hanya dari komunitas Arab, tetapi juga dari penduduk asli nusantara,
karena para ulama ini memiliki budi pekerti luhur dan mudah bergaul. Para penduduk asli
banyak yang bergaul dan belajar dari kehidupan mereka. Sedikit demi sedikit banyak diantara
mereka bergabung menjadi pemeluk Islam. Dengan demikian, adanya Islam di Indonesia di

awali dari tidak kesengajaan hal ini di dasari dari masuknya Islam pertama kali oleh para
pedagang Arab sekitar Abad ke-7 M. Para pedagang Arab melakukan aktivitasnya tanpa ada misi
menyebarkan Agama. Dengan proses yang panjang Islam masuk ke Indonesia tidak dengan
kekerasaan, tetapi dengan cara damai. Banyak saluran yang terpakai.
Saluran-saluran yang di gunakan Islam masuk ke Indonesia adalah :
1.
2.
3.
4.
5.

Saluran perdagangan,
Saluran pernikahan,
Saluran kebudayaan dan kesenian,
Saluran ilmu pengetahuan, dan
Saluran politik

Gresik sebagai kota pelabuhan pertama di Jawa Timur (dari Leran pindah ke Gresik)
berperanan penting dalam rute perdagangan Internasional pada jalur Selatan : Selat Malaka -

Laut Jawa - Maluku, selain sebagai rute perdagangan dunia, juga sejalan dengan rute
perkembangan dan penyebaran agama Islam. Syech Maulana Malik Ibrahim, ulama penyebar
agama Islam di Jawa (mendarat di desa Leran pada abad ke 13), beliau kebanggaan para
penguasa pada zaman Majapahit, sehingga beliau diangkat sebagai syah bandar pertama di
Gresik dan diberi tanah kek uasaan di desa Gapuro (dekat pelabuhan Gresik), yang kini dikenal
sebagai batas wilayah Desa Gapurosukolilo dan terletak di pusat kota Gresik (Gresik kota lama).
Kini wilayah itu adalah salah satu kampung tua di Gresik dan disebut Kampung Arab
Malik Ibrahim. Penduduknya mayoritas keturunan Arab-Yaman. Jika dilihat dari tampilan; pola
tatanan dan fungsi perumahan di kampung ini; terjadi perubahan yang khas dan mencolok
(kontras/dobrak/dekonstruksi) antara kondisi di masa lalu dan masa kini. Perubahan kondisi itu
disebabkan oleh perubahan pola perilaku dan mata pencaharian penduduk Kampung Arab; atau
oleh sebab-sebab yang lain.

Vous aimerez peut-être aussi