Vous êtes sur la page 1sur 4

ABRASI PANTAI SELATAN

Abrasi pantai sepanjang.di . Kabupaten Bantul kini kembali diterjang, sehingga


menimbulkan kekhawatiran masyarakat yang bermukim di sekitar pantai tersebut.
Abrasi yang disebabkan gerusan air laut ini telah menyebabkan .
BERITA Sabtu, 29 Jun 2013 13:46 WIB
BANTUL- Kamis (27/06/2013) lalu, pantai Samas kembali diterjang gelombang
pasang yang mengakibatkan terjadinya abrasi. Akibat abrasi ini, kawasan bibir
pantai tergerus menjorok ke arah darat mencapai 100 meter, sehingga rumahrumah warga yang bermukim di sekitar bibir pantai mengalami kerusakan.
Berdasarkan hasil assesment/kaji cepat yang dilakukan oleh Tim Reaksi Cepat (TRC)
BPBD Kabupaten Bantul, terdapat 20 rumah warga yang mengalami dampak
langsung, yaitu 4 rumah mengalami rusak total, 6 rumah mengalami rusak sedang,
5 rumah mengalami rusak ringan dan 5 rumah lainnya terancam abrasi. Sementara
jumlah warga yang terkena dampak mencapai 48 jiwa dan dilaporkan tidak ada
korban jiwa dalam peristiwa tersebut dan saat ini sebagian besar warga Samas
telah mengungsi ketempat yang lebih aman.
Pada saat itu juga, Pemerintah Kabupaten Bantul yang bekerjasama dengan BPBD
Kabupaten Bantul segera mengerahkan personil penanggulangan bencananya,
yaitu SAR (Search and Rescue) dan TRC, TNI, POLRI, TAGANA (Tanggap Bencana)
untuk membantu masyarakat melakukan kegiatan gotong-royang secara bersamasama dalam mengevakuasi rumah warga. Kegiatan ini dilakukan, sebagai bentuk
antisipasi risiko bencana abrasi susulan yang dapat menancam jiwa.
Berdasarkan Informasi yang telah diperoleh PUSDALOPS Bantul dari Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pusat, diperkirakan pemicu
terjadinya gelombang pasang yang telah terjadi selama beberapa hari ini adalah
adanya tekanan rendah di Wilayah Utara Australia, yaitu Samudera Hindia. Tekanan
rendah ini telah memicu terjadinya gelombang pasang di sekitar perairan selatan
Pulau Jawa. Faktor lain yang dapat berpengaruh adalah adanya awan cumulonimbus
yang dapat memicu datangnya angin kencang dan menambah tingginya gelombang
air laut. selain itu, sejak hari selasa, tepatnya dua hari sebelum terjadinya abrasi ini
terjadi fenomena bulan purnama, yang memicu pasang surutnya air laut, sehingga
di prediksikan sampai dengan tanggal 29 Juni 2013 ini, kecenderungan yang terjadi

di sekitar pesisir pantai selatan adalah kenaikan gelombang mencapai 4 meter dan
akan mulai turun setelah tanggal 2 Juli 2013 mendatang.
Oleh karena itu, berkenaan dengan kejadian abrasi tersebut dan sebagai salah satu
upaya mitigasi bencana di panatai selatan, khususnya Pantai Samas, BPBD
kabupaten Bantul akan melaksanakan operasi tanggap darurat selama 1 minggu
(samapi tanggal 1 Juli 2013) dan tidak lupa, diberikan bantuan untuk warga yang
terdampak langsung dari kejadian ini. untuk mendukung kegiatan operasi tanggap
darurat ini, dikerahkan beberapa personol yang diambil dari Tim SAR, FPRB, Kodim,
Angkatan Laut (AL), TAGANA, dan POLSEK.
Minggu, 8 September 2013 18:35 WIB | Bhekti Suryani/JIBI/Harian Jogja |
Dilihat: 144 Kali

| Harian Jogja.com, BANTULWarga Pantai Samas, Desa

Srigading, Kecamatan Sanden, Bantul, mendesak agar Pemerintah Kabupaten


(Pemkab) Bantul segera mendatangkan alat berat untuk mengeruk muara sungai
guna meminimalisasi abrasi akibat terjangan air laut.
Hingga Minggu (8/9/2013), warga dibantu puluhan petugas SAR dan para relawan
bekerja keras membangun tanggul untuk menahan terjangan air pasang menuju
permukiman.
Ketua RT 64, Dusun Ngepet, Desa Srigading, Sadino, mengatakan, keberadaan alat
berat sangat dibutuhkan untuk mengeruk muara Sungai Opak yang dapat
membantu menahan terjangan air.
Bisa dibuat calon muara, kalau enggak begitu, air yang masuk ke sini bakal deras,
katanya saat ditemui Minggu (8/9/2013).
Namun hingga sekarang bantuan alat berat itu tak kunjung datang. Informasi yang
ia terima dari Pemkab, Bantul tak punya alat berat yang dapat digunakan mengeruk
muara.
Warga masih bahu-membahu menangani bencana abrasi. Puluhan petugas SAR
ditambah berbagai relawan di DIY saat ini terjun ke Samas. Mereka memasang
ribuan karung berisi pasir di tengah sungai untuk mengurangi derasnya aliran air
dari timur menuju ke barat.

Kalau enggak ditahan seperti ini, bakal makin banyak air pasang mengenai
permukiman, kata Masdian salah seorang relawan yang ikut bekerja mengangkut
karung pasir.
Hingga saat ini, tercatat sebanyak 16 jiwa dari empat kepala keluarga terpaksa
mengungsi akibat rumahnya rusak diterjang abrasi. Sepanjang tahun ini tercatat
sudah 12 rumah yang hilang ditelan abrasi belum termasuk fasilitas umum seperti
tempat pelelangan ikan (TPI) Samas.
Harian Jogja.com, BANTULHingga Minggu (8/9/2013), warga Pantai Samas,
dibantu Tim SAR dan relawan terus bahu membahu membangun tanggul pengaman
di sekitar permukiman warga. Pembangunan tanggul bertujuan menahan abrasi
yang terus meluas.
Namun upaya warga ini dianggap sia-sia. Kepala Badan Penanganan Bencana
Daerah (BPBD) Bantul, Dwi Daryanto, mengimbau agar warga tidak melanjutkan
pembangunan tanggul. Dwi menilai, pembuatan tanggul hanya sia-sia karena dasar
tanggul merupakan pasir yang tidak akan kuat menahan gerusan air laut.
Dwi mengakui, pemerintah pernah membangun tanggul dengan menggunakan batu
uruk, dan hasilnya juga tidak maksimal. Apalagi tanggul hanya akan dari bebatuan
dengan dasar pasir, jelasnya, Minggu (8/9/2013).
Ketua BPBD mengimbau agar warga pesisir Pantai Samas di Desa Srigading,
Kecamatan Sanden, menunggu upaya pemerintah yang tengah dalam proses
penentuan tempat relokasi. Rencana merelokasi warga tengah berjalan dengan
menunggu selesainya pendataan aset tanah Sultan Ground (SG) yang tengah
dilakukan.
Yang jelas kami masih melangkah untuk menentukan tempat relokasi warga yang
lebih aman, berjarak 100 meter sampai 200 meter dari pantai, ujar Dwi Daryanto.

BANTUL, suaramerdeka.com - Sejak beberapa hari terakhir ini, abrasi di Pantai


Samas, Desa Srigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul, sudah cukup

memprihatinkan. Sebab sudah meruntuhkan satu rumah dan memutuskan akses


jalan utama menuju Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang ada di pantai tersebut.
Abrasi tidak hanya memutuskan jalan utama menuju TPI, tapi juga mengancam
rumah-rumah yang tidak jauh dari akses jalan yang telah putus tersebut. Terhitung
lebih dari lima rumah milik warga yang terancam hancur jika tidak ada langkah
cepat dari pemerintah setempat.
Menurut Tri Jarwanto, salah seorang warga setempat yang juga anggota Sar Korwil
IV Pantai Samas, abrasi cukup besar terjadi pada Minggu (23/6). Namun Senin
(24/6) dini hari ombak besar kembali datang memporakporandakan semua
bangunan dan sarana jalan yang ada di tempat itu.
"Ombak besar terjadi pagi tadi (Senin 24/6) hingga meluluhlantahkan sarana jalan
utama yang ada di kawasan tersebut," jelas Gontrek, panggilan akrab Tri Jarwanto
disela-sela mengantisipasi dan berjaga-jaga bila terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan, Senin (24/6).
Menurut dia, abrasi yang tinggi ini terjadi sejak beberapa hari terakhir dan semakin
besar karena bulan mendekati purnama sehingga gelombang pasang terjadi di
sepanjang pantai selatan.
Disisi lain derasnya arus sungai opak akibat hujan, juga makin memperparah
kondisi yang ada di sekitar pantai.
"Jalan utama menuju TPI jaraknya cukup dekat dengan muara laut, sehingga
gelombang pasang yang terjadi langsung menghantam badan jalan dan lamakelamaan badan jalan hancur dan akhirnya jalan itu putus," ujarnya menjelaskan.

Vous aimerez peut-être aussi