Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB 1 PENDAHULUAN
3.1 Pengkajian18
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan...24
4.2 Saran.24
BAB I
4
PENDAHULUAN
Tujuan umum
Diharapkan mahasiswa mampu memahami tentang asuhan keperawatan pada
pasien dengan fraktur klavikula serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan
1.2.2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
yang
berhubungan
dengan
discus
articularis
sendi
atau
articulatio
sternoclavicularis.
Tulang selangka, juga disebut klavikula, adalah tulang dari atas dada, antara
tulang dada (sternum) dan tulang belikat (tulang belikat). Mudah untuk merasa klavikula,
karena tidak seperti tulang lain yang dibungkus dengan otot, hanya kulit yang mencakup
sebagian besar tulang.
2.1.2 Fisiologi Clavicula
Fungsi klavikula memberi kaitan kepada otot dari leher dan bahu dan dengan
demikian bekerja sepagai penopang lengan. Intinya klavikula berfungsi sebagai tempat
pendekatan sebagian otot leher, toraks, punggung dan lengan.
Terdapat 5-10% fraktur clavicula dari semua jenis fraktur. Fraktur ini kebanyakan
terjadi pada pria yang berusia kurang dari 25 tahun, namun juga lebih sering terjadi pada
pria yang lebih tua, yaitu >55 tahun dan pada wanita >75 tahun.
2.2.3
kecelakaan apakah itu karena jatuh atau kecelakaan kendaraan bermotor, namun kadang
dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non traumatik. Berikut beberapa penyebab pada
fraktur clavicula yaitu :
1. Fraktur clavicula pada bayi baru lahir akibat tekanan pada bahu oleh
simphisis pubis selama proses melahirkan.
2. Fraktur clavicula akibat kecelakaan termasuk kecelakaan kendaraan
bermotor, jatuh dari ketinggian dan yang lainnya.
3. Fraktur clavicula akibat kompresi pada bahu dalam jangka waktu lama,
misalnya pada pelajar yang menggunakan tas yang terlalu berat.
4. Fraktur clavicula akibat proses patologik, misalnya pada pasien post
radioterapi, keganasan clan lain-lain.
2.2.4
dengan
acromion
dari
skapula
membentuk
sambungan
acromioclavicular (AC).
Patah tulang klavikula pada umumnya mudah untuk dikenali dikarenakan
tulang klavikula adalah tulang yang terletak dibawah kulit (subcutaneus) dan
tempatnya relatif di depan. Karena posisinya yang teletak dibawah kulit maka
tulang ini sangat rawan sekali untuk patah. Patah tulang klavikula terjadi akibat
9
dari tekanan yang kuat atau hantaman yang keras ke bahu. Energi tinggi yang
menekan bahu ataupun pukulan langsung pada tulang akan menyebabkan fraktur.
Fraktur clavicula paling sering disebabkan oleh karena mekanisme
kompressi atau penekanan, paling sering karena suatu kekuatan yang melebihi
kekuatan tulang tersebut dimana arahnya dari lateral bahu apakah itu karena jatuh,
kecelakaan olahraga, ataupun kecelakaan kendaraan bermotor.
Pada daerah tengah tulang clavicula tidak di perkuat oleh otot ataupun
ligament-ligament seperti pada daerah distal dan proksimal clavicula. Clavicula
bagian tengah juga merupakan transition point antara bagian lateral dan bagian
medial. Hal ini yang menjelaskan kenapa pada daerah ini paling sering terjadi
fraktur dibandingkan daerah distal ataupun proksimal.
2.2.5
10
2.2.6
11
2.2.7
2.2.8
bulan.
2.2.9
14
15
cepat, sementara pada orang dewasa prognosis tergantung dari penanganan, jika
penanganan baik maka komplikasi dapat diminimalisir.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PADA PASIEN FRAKTUR
KLAVIKULA
3.1 Pengkajian
a. Biodata pasien
Nama Klien
: Tn. S
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Usia
: 32 tahun
Status Perkawinan
: Menikah
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Indonesia
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Karyawan Swasta
Sumber biaya (Pribadi, Perusahaan, Lain-lain) : Perusahaan
16
: Klien
b. Anamnesa
Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan utama
: nyeri
Faktor Pencetus
: ketika tangan digerakkan
Timbulnya Keluhan : secara mendadak
Lamanya
: +/- 10 menit
Upaya mengatasi
: tarik napas dalam
Riwayat kesehatan masa lalu.
Klien tidak pernah mengalami kecelakaan lalu lintas sebelumnya
Klien mengalami riwayat alergi bila udara dingin
Klien tidak pernah mengknsumsi obat jangka panjang sebelumnya.
Riwayat kesehatan keluarga.
Didalam kelurga tidak ada penyakit yang pernah diderita yang menjadi factor
resiko.
c. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran
Tanda vital
Tekanan darah
Nadi
Pernafasan
Suhu
BB
Tinggi badan
Mata
Leher
Paru
Jantung
Abdomen
Ekstermitas
Muskuloskeletal
: Baik
: Compos Mentis
: 120/90 mmHg
: 88 kali /menit
: 22 kali / menit
: 36,50C
: 53 kg
: 165 cm
: Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
: Pembesaran KGB (-/-)
: Bunyi nafas vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/: Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
: Datar, supel. Hepar dan Lien tidak ada
pembesaran, bising usus (+) normal
: Akral hangat, edema di tungkai atas
: Nyeri pada tulang sendi , edema akibat fraktur
klavikula sinistra.
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium : HB 15,4 gr/dl ,
Leuko 10600/mm3,
Trombosit 226.000/mm3
Pemeriksaan radiologi : Rontgen Thoraks fraktur clavikula
17
18
NIC :
1. Periksa kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional pada
kerusakan yang terjadi
2. Berikan bantu untuk latihan rentang gerak
3. Bantu pasien dalam program latihan alat imobilisai. Ingatkan aktivitas
dan partisipasi dalam merawat diri sendiri sesuai kemampuan
c. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan berkurangnya
aliran darah akibat adanya trauma jaringan atau tulang (Tucker, 1998).
Tujuan : Perfusi jaringan adekuat.
Kriteria hasil :
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal (menunjukkan nadi distal fraktur).
b. Kulit teraba hangat
Intervensi :
1. Pantau nadi distal dari fraktur setelah satu atau dua jam, observasi
terhadap warna dan suhu.
2. Kaji pengisian kapiler laporkan temuan normal bandingkan dengan
eksterimitas yang fraktur.
3. Pertahankan Kesejajaran tubuh observasi terhadap tanda-tanda
sindroma kompertemen (warna jaringan pucat, nadi lemah, nyeri, pati
rasa, sianosis).
4. Observasi perubahan tanda-tanda vital.
5. Observasi tanda-tanda iskemi (penurunan suhu dan peningkatan rasa)
6. Observasi posisi dan lokasi bidai jangan sampai menekan pembuluh
darah.
d. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya patahan primer,
kerusakan kulit, trauma jaringan (Doenges, 1999).
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
a. Mencapai penyembuhan luka tanpa adanya infeksi, bebas pust.
b. Tanda-tanda infeksi tidak ada (rubor, kolor, dolor, tumor, fungsiolaesa).
Intervensi :
1. Observasi kulit untuk adanya iritasi robekan
2. Kaji keadaan luka terhadap adanya tanda-tanda infeksi (tumor, dolor,
kolor, rubor).
3. Lakukan perawatan luka.
4. Kaji keluhan peningkatan nyeri atau rasa terbakar atau adanya edema.
19
perdarahan
Ubah posisi dengan sering bila memungkinkan
Observasi untuk potensial area yang tertekan
Letakkan bantalan Pelindung di bawah kaki dan di atas tonjolan tulang
Palpasi jaringan yang diplester tiap hari dan catat adanya nyeri tekan.
Beri bantalan atau Pelindung dari busa.
(doengoes . 2001)
20
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Clavikula (tulang selangka) adalah tulang menonjol di kedua sisi di bagian depan
bahu dan atas dada. Dalam anatomi manusia, tulang selangka atau clavicula adalah
tulang yang membentuk bahu dan menghubungkan lengan atas pada batang tubuh.
serta memberikan perlindungan kepada penting yang mendasari pembuluh darah dan
saraf. Tulang clavicula merupakan tumpuan beban dari tangan, sehingga jika terdapat
beban berlebih akan menyebabkan beban tulang clavicula berlebih, hal ini bisa
menyebabkan terputusnya kontinuitas tulang tersebut yg disebut dengan fraktur.
Fraktur adalah retaknya tulang, biasanya disertai dengan cedera di jaringan
sekitarnya. Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan
yang berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung.
2. Saran
Penulis menyadari mungkin dalam penulisan makalah ini masih terdapat
kekurangan. Apabila terdapat kesalahan nama dalam penulisan makalah ini. Penulis
21
mohon maaf. Penulis mengharapkan kritikan dan saran untuk penulisan makalah yang
lebih baik kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
.
Rasjad C. Trauma. In: Pengantar ilmu bedah ortopedi. 6th.ed. Jakarta: Yarsif Watampone,
2009, p. 355-356.
Sjmsuhidajat R, Jong WD. Sistem muskuloskeletal. In: Buku ajar ilmu bedah. 2nd. ed.Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004, p. 841.
Wibowo DS, Paryana W. Anggota gerak atas. In: Anatomi Tubuh Manusia. Bandung: Graha
Ilmu Publishing, 2009, p.3-4.
Richard S. Snell, 2006, Anatomi Klinik Edisi 6, EGC, Jakarta.
22