Vous êtes sur la page 1sur 22

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ 1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 5


1.2 Tujuan Penulisan ........................................................................................... 5
1.3 Manfaat Penulisan ......................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 ANATOMI FISIOLOGI KLAVIKULA

2.1.1 Anatomi Klavikula..........................................................................7

2.1.2 Fisiologi klavikula.................................................................................8


1

2.2 FRAKTUR KLAVIKULA


2.2.1 Definisi fraktur klavikula ..8

2.2.2 Epidemiologi fraktur klavikula .8

2.2.3 Etiologi fraktur klavikula ..9

2.2.4 Patofisiologi fraktur klavikula 9

2.2.5 Konsep WOC fraktur klavikula .11

2.2.6 Klasifikasi fraktur klavikula.11

2.2.7 Manifestasi klinis fraktur klavikula .13

2.2.8 Komplikasi fraktur klavikula 13

2.2.9 Penatalaksanaan fraktur klavikula .14

2.2.10 Pemeriksaan penunjang fraktur klavikula....16

2.2.11 Penanganan fraktur klavikula...16

2.2.12 Prognosis fraktur klavikula 17

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

3.1 Pengkajian18

3.2 Diagnosa Keperawatan20

3.3 Intervensi Keperawatan..20

3.4 Implementasi Keperawatan.....23

3.5 Evaluasi Keperawatan.23

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan...24

4.2 Saran.24

DAFTAR PUSTAKA ..25

BAB I
4

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tulang merupakan alat penopang dan sebagai pelindung pada tubuh. Tanpa tulang tubuh
tidak akan tegak berdiri. Fungsi tulang dapat diklasifikasikan sebagai aspek mekanikal
maupun aspek fisiologikal. Dari aspek mekanikal, tulang membina rangka tubuh badan dan
memberikan sokongan yang kokoh terhadap tubuh. Sedangkan dari dari aspek fisiologikal
tulang melindungi organ-organ dalam seperti jantung, paru-paru dan lainnya.
Tulang juga menghasilkan sel darah merah, sel darah putih dan plasma. Selain itu tulang
sebagai tempat penyimpanan kalsium, fosfat, dan garam magnesium. Namun karena tulang
bersifat relatif rapuh, pada keadaan tertentu tulang dapat mengalami patah, sehingga
menyebabkan gangguan fungsi tulang terutama pada pergerakan. Patah tulang atau fraktur
merupakan hilangnya kontinuitas tulang yang umumnya disebabkan oleh tekanan.
1.2 Tujuan penulisan
1.2.1

Tujuan umum
Diharapkan mahasiswa mampu memahami tentang asuhan keperawatan pada
pasien dengan fraktur klavikula serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan

1.2.2

sehari-hari sesuai dengan konsep yang telah di pelajari.


Tujuan khusus
Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui dan memahami :
1. Anatomi dan fisiologi Klavikula
2. Definisi fraktur klavikula
3. Epidemiologi fraktur klavikula
4. Etiologi fraktur klavikula
5. Patofisiologi fraktur klavikula
6. Konsep WOC fraktur klavikula
7. Klasifikasi fraktur klavikula
8. Manifestasi klinis fraktur klavikula
9. Komplikasi fraktur klavikula
10. Penatalaksanaan medis fraktur klavikula
11. Pemeriksaan penunjang fraktur klavikula
12. Penanganan fraktur klavikula
13. Prognosis fraktur klavikula
14. Asuhan keperawatan terhadap pasien fraktur klavikula

1.3 Manfaat penulisan


Alasan penulis menulis makalah ini agar mahasiswa mengetahui apa itu fraktur klavikula,
kemudian apa yang menyebabkan fraktur serta bagaimana penanganan apabila terjadi fraktur
klavikula dan apa saja asuhan keperawatan yang mungkin diberikan kepada pasien dengan
fraktur klavikula.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 ANATOMI FISIOLOGI CLAVICULA


2.1.1 Anatomi Clavicula

Os clavicula (tulang selangka) berhubungan dengan os sternum di sebelah medial


dan di lateral tulang ini berhubungan dengan os scapula pada acromion yang dapat diraba
sebagai tonjolan di bahu bagian lateral. Tulang ini termasuk jenis tulang pipa yang
pendek, walaupun bagian lateral tulang ini tampak pipih. Bentuknya seperti huruf S
terbalik, dengan bagian medial yang melengkung ke depan, dan bagian lateral agak
melengkung ke belakang. Permukaan atasnya relatif lebih halus dibanding dengan
permukaan inferior. Ujung medial atau ujung sterna mempunyai facies articularis
sternalis

yang

berhubungan

dengan

discus

articularis

sendi

atau

articulatio

sternoclavicularis.
Tulang selangka, juga disebut klavikula, adalah tulang dari atas dada, antara
tulang dada (sternum) dan tulang belikat (tulang belikat). Mudah untuk merasa klavikula,
karena tidak seperti tulang lain yang dibungkus dengan otot, hanya kulit yang mencakup
sebagian besar tulang.
2.1.2 Fisiologi Clavicula
Fungsi klavikula memberi kaitan kepada otot dari leher dan bahu dan dengan
demikian bekerja sepagai penopang lengan. Intinya klavikula berfungsi sebagai tempat
pendekatan sebagian otot leher, toraks, punggung dan lengan.

2.2 FRAKTUR CLAVICULA

2.2.1 Definisi fraktur clavicula


Menurut Linda Juall C (1999) Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang
disebabkan oleh tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh
tulang.
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan
epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial.
Fraktur klavikula (tulang kolar) merupakan cedera yang sering terjadi akibat jatuh
atau hantaman langsung ke bahu. Lebih dari 80% fraktur ini terjadi pada sepertiga tengah
atau proksimal klavikula.

2.2.2 Epidemiologi fraktur clavicula


Menurut data epidemiologi pada orang dewasa insiden fraktur clavicula sekitar 40
kasus dari 100.000 orang, dengan perbandingan laki-laki perempuan adalah 2 : 1. Fraktur
pada midclavicula yang paling sering terjadi yaitu sekitar 85% dari semua fraktur
clavicula, sementara fraktur bagian distal sekitar 10% dan bagian proximal sekitar 5%.
Sekitar 2% sampai 5% dari semua jenis fraktur merupakan fraktur clavicula.
Menurut American Academy of Orthopaedic Surgeon, frekuensi fraktur clavicula
sekitar 1 kasus dari 1000 orang dalam satu tahun. Fraktur clavicula juga merupakan kasus
trauma pada kasus obstetrik dengan prevalensi 1 kasus dari 213 kasus kelahiran anak
yang hidup.
8

Terdapat 5-10% fraktur clavicula dari semua jenis fraktur. Fraktur ini kebanyakan
terjadi pada pria yang berusia kurang dari 25 tahun, namun juga lebih sering terjadi pada
pria yang lebih tua, yaitu >55 tahun dan pada wanita >75 tahun.

2.2.3

Etiologi fraktur clavicula


Penyebab fraktur clavicula biasanya disebabkan oleh trauma pada bahu akibat

kecelakaan apakah itu karena jatuh atau kecelakaan kendaraan bermotor, namun kadang
dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non traumatik. Berikut beberapa penyebab pada
fraktur clavicula yaitu :
1. Fraktur clavicula pada bayi baru lahir akibat tekanan pada bahu oleh
simphisis pubis selama proses melahirkan.
2. Fraktur clavicula akibat kecelakaan termasuk kecelakaan kendaraan
bermotor, jatuh dari ketinggian dan yang lainnya.
3. Fraktur clavicula akibat kompresi pada bahu dalam jangka waktu lama,
misalnya pada pelajar yang menggunakan tas yang terlalu berat.
4. Fraktur clavicula akibat proses patologik, misalnya pada pasien post
radioterapi, keganasan clan lain-lain.
2.2.4

Patofisiologi fraktur clavicula


Klavikula adalah tulang pertama yang mengalami proses pengerasan
selama perkembangan embrio minggu ke-5 dan 6. Tulang klavikula, tulang
humerus bagian proksimal dan tulang skapula bersama-sama membentuk bahu.
Tulang klavikula juga membentuk hubungan antara anggota badan atas dan
Thorax. Tulang ini membantu mengangkat bahu ke atas, ke luar, dan ke belakang
thorax. Pada bagian proksimal tulang clavikula bergabung dengan sternum
disebut sebagai sambungan sternoclavicular (SC). Pada bagian distal klavikula
bergabung

dengan

acromion

dari

skapula

membentuk

sambungan

acromioclavicular (AC).
Patah tulang klavikula pada umumnya mudah untuk dikenali dikarenakan
tulang klavikula adalah tulang yang terletak dibawah kulit (subcutaneus) dan
tempatnya relatif di depan. Karena posisinya yang teletak dibawah kulit maka
tulang ini sangat rawan sekali untuk patah. Patah tulang klavikula terjadi akibat
9

dari tekanan yang kuat atau hantaman yang keras ke bahu. Energi tinggi yang
menekan bahu ataupun pukulan langsung pada tulang akan menyebabkan fraktur.
Fraktur clavicula paling sering disebabkan oleh karena mekanisme
kompressi atau penekanan, paling sering karena suatu kekuatan yang melebihi
kekuatan tulang tersebut dimana arahnya dari lateral bahu apakah itu karena jatuh,
kecelakaan olahraga, ataupun kecelakaan kendaraan bermotor.
Pada daerah tengah tulang clavicula tidak di perkuat oleh otot ataupun
ligament-ligament seperti pada daerah distal dan proksimal clavicula. Clavicula
bagian tengah juga merupakan transition point antara bagian lateral dan bagian
medial. Hal ini yang menjelaskan kenapa pada daerah ini paling sering terjadi
fraktur dibandingkan daerah distal ataupun proksimal.

2.2.5

Konsep WOC fraktur clavicula

10

2.2.6

Klasifikasi fraktur clavicula


Patah tulang dapat dibagi menurut ada tidaknya hubungan antara patahan tulang
dengan dunia luar, yaitu:
1. Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh,
tulang tidak menonjol melalui kulit.
2. Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya
hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi
infeksi.
Pengklasifikasian fraktur clavicula didasari oleh lokasi fraktur pada clavicula
tersebut. Ada tiga lokasi pada clavicula yang paling sering mengalami fraktur
yaitu pada bagian midshape clavikula dimana pada anak-anak berupa greenstick,
bagian distal clavicula dan bagian proksimal clavicula. Menurut Neer secara
umum fraktur klavikula diklasifikasikan menjadi tiga tipe yaitu :
a. Tipe I : Fraktur mid klavikula (Fraktur 1/3 tengah klavikula)
1. Fraktur pada bagian tengah clavicula
2. Lokasi yang paling sering terjadi fraktur, paling banyak
ditemui.
3. Terjadi medial ligament korako-klavikula (antara medial
dan 1/3 lateral)
4. Mekanisme trauma berupa trauma langsung atau tak
langsung (dari lateral bahu)
b. Tipe II : Fraktur pada bagian distal klavikula. Lokasi tersering
kedua mengalami fraktur setelah midclavicula.
Ada beberapa subtype fraktur clavicula bagian distal, menurut
Neer ada 3 yaitu :
1. Type I : merupakan fraktur dengan kerusakan minimal,
dimana ligament tidak mengalami kerusakan
2. Type II : merupakan fraktur pada daerah medial ligament
coracoclavicular.
3. Type III : merupakan fraktur pada daerah distal ligament
coracoclavicular dan melibatkan permukaan tulang bagian
distal clavicula pada AC joint.

11

c. Tipe III : Fraktur pada bagian proksimal clavicula. Fraktur yang


paling jarang terjadi dari semua jenis fraktur clavicula, insidensnya
hanya sekitar 5%.

2.2.7

Manifestasi Klinis fraktur clavicula


a. Nyeri lokal
b. Pembengkakan
c. Eritema
d. Peningkatan suhu
e. Pergerakan abnormal

2.2.8

Komplikasi fraktur clavicula


a. Komplikasi akut
1. Komplikasi neurovaskular, bisa menyebabkan timbulnya trombosis dan
pseudoaneurisma pada arteri axillaris dan vena subclavian kemudian bisa
menyebabkan timbulnya cerebral emboli. Kerusakan nervus
supraclavicular menyebabkan timbulnya nyeri dinding dada.
2. Refraktur, fraktur berulang pada clavicula yang mengalami fraktur
sebelumnya.
3. Pneumothoraks biasa didapatkan pada pasien dengan fraktur clavicula
terutama yang mengalami multiple traumatik, diakibatkan oleh karena
12

robeknya lapisan pleura sehingga masuk udara pada ruang potensial


antara pleura viseral dan parietal.
b. Komplikasi lambat
1. Mal union : Proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi
dalam waktu semestinya namun tidak dengan bentuk aslinya atau
abnormal.
2. Non Union

: Kegagalan penyambungan tulang setelah 4 sampai 6

bulan.
2.2.9

Penatalaksanaan medis fraktur clavicula


Penatalaksanaan pada fraktur clavicula ada dua pilihan yaitu dengan
tindakan bedah atau operative treatment dan tindakan non bedah atau
nonoperative treatment. Tujuan dari penanganan ini adalah untuk menempatkan
ujung-ujung dari patah tulang supaya satu sama lain saling berdekatan dan untuk
menjaga agar mereka tetap menempel sebagaimana mestinya sehingga tidak
terjadi deformitas dan proses penyembuhan tulang yang mengalami fraktur lebih
cepat.
Pada orang dewasa dan anak-anak biasanya pengobatannya konservatif
tanpa reposisi, yaitu dengan pemasangan mitela. Reposisi tidak diperlukan,
apalagi pada anak karena salah-sambung klavikula jarang menyebabkan gangguan
pada bahu, baik fungsi maupun kekuatannya. Kalus yang menonjol kadang secara
kosmetik mengganggu meskipun lama-kelamaan akan hilang dengan proses
pemugaran. Yang penting pada penggunaan mitela ialah letak tangan lebih tinggi
daripada tingkat siku, analgetik, dan latihan gerak jari dan tangan pada hari
pertama dan latihan gerak bahu setelah beberapa hari.
Proses penyembuhan pada fraktur clavicula memerlukan waktu yang
cukup lama.Penanganan nonoperative dilakukan dengan pemasangan paling
selama 6 minggu. Selama masa ini pasien harus membatasi pergerakan bahu, siku
dan tangan. Setelah sembuh, tulang yang mengalami fraktur biasanya kuat dan
kembali berfungsi. Pada beberapa patah tulang, dilakukan pembidaian untuk
membatasi pergerakan. atau mobilisasi pada tulang untuk mempercepat
penyembuhan. Patah tulang lainnya harus benar-benar tidak boleh digerakkan
(immobilisasi).
13

Imobilisasi bisa dilakukan melalui:


1. Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang.
2. Pemasangan gips : merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar
tulang yang patah. Modifikasi spika bahu (gips klavikula) atau balutan
berbentuk angka delapan atau strap klavikula dapat digunakan untuk
mereduksi fraktur ini, menarik bahu ke belakang, dan mempertahankan
dalam posisi ini. Bila dipergunakan strap klavikula, ketiak harus diberi
bantalan yang memadai untuk mencegah cedera kompresi terhadap
pleksus brakhialis dan arteri aksilaris. Peredaran darah dan saraf kedua
lengan harus dipantau.
3. Penarikan (traksi) : menggunakan beban untuk menahan sebuah anggota,
gerak pada tempatnya.
4. Fiksasi internal : dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan
(plate) atau batang logam pada pecahan-pecahan tulang atau sering disebut
open reduction with internal fixation (ORIF).
5. Fiksasi eksternal: Immobilisasi lengan atau tungkai menyebabkan otot
menjadi lemah dan menciut. Karena itu sebagian besar penderita perlu
menjalani terapi fisik.
Tindakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :
1. Fraktur terbuka.
2. Terdapat cedera neurovaskuler.
3. Fraktur comminuted.
4. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
5. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
6. Posisi penyatuan tulang tidak semestinya(malunion)
2.2.10 Pemeriksaan penunjang fraktur clavicula)
1. CT SCAN
Sebuah mesin x-ray khusus menggunakan komputer untuk mengambil gambar
dari klavikula Anda. Anda mungkin akan diberi pewarna sebelum gambar
diambil. Pewarna biasanya diberikan dalam pembuluh darah Anda (Intra
Vena). Pewarna ini dapat membantu petugas melihat foto yang lebih baik.
Orang yang alergi terhadap yodium atau kerang (lobster, kepiting, atau udang)
mungkin alergi terhadap beberapa pewarna. Beritahu petugas jika Anda alergi
terhadap kerang, atau memiliki alergi atau kondisi medis lainnya.
2. MRI

14

MRI menggunakan gelombang magnetik untuk mengambil gambar tulang


selangka /klavikula, tulang dada, dan daerah bahu. Selama MRI, gambar
diambil dari tulang, otot, sendi, atau pembuluh darah. Anda perlu berbaring
diam selama MRI.
3. X-ray
X-ray digunakan untuk memeriksa patah tulang atau masalah lain. X-ray dari
kedua klavikula Anda terluka dan terluka dapat diambil.

2.2.11 Penanganan fraktur clavicula


Tujuan penanganan adalah menjaga bahu tetap dalam posisi normalnya dengan
cara reduksi tertutup dan imobilisasi. Modifikasi spika bahu (gips klavikula) atau
balutan berbentuk angka delapan atau strap klavikula dapat digunakan untuk
mereduksi fraktur ini, menarik bahu ke belakang, dan mempertahankan dalam
posisi ini. Bila dipergunakan strap klavikula, ketiak harus diberi bantalan yang
memadai untuk mencegah cedera kompresi terhadap pleksus brakhialis dan arteri
aksilaris. Peredaran darah dan saraf kedua lengan harus dipantau. Fraktur 1/3
distal klavikula tanpa pergeseran dan terpotongnya ligamen dapat ditangani
dengan sling dan pembatasan gerakan lengan. Bila fraktur 1/3 distal disertai
dengan terputusnya ligamen korakoklavikular, akan terjadi pergeseran, yang harus
ditangani dengan reduksi terbuka dan fiksasi interna
2.2.12 Prognosis fraktur clavicula
Prognosis jangka pendek dan panjang sedikit banyak bergantung pada berat
ringannya trauma yang dialami, bagaimana penanganan yang tepat dan usia
penderita. Pada anak prognosis sangat baik karena proses penyembuhan sangat

15

cepat, sementara pada orang dewasa prognosis tergantung dari penanganan, jika
penanganan baik maka komplikasi dapat diminimalisir.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PADA PASIEN FRAKTUR
KLAVIKULA
3.1 Pengkajian
a. Biodata pasien
Nama Klien
: Tn. S
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Usia
: 32 tahun
Status Perkawinan
: Menikah
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Indonesia
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Karyawan Swasta
Sumber biaya (Pribadi, Perusahaan, Lain-lain) : Perusahaan
16

Sumber Informasi (Klien / Keluarga)

: Klien

b. Anamnesa
Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan utama
: nyeri
Faktor Pencetus
: ketika tangan digerakkan
Timbulnya Keluhan : secara mendadak
Lamanya
: +/- 10 menit
Upaya mengatasi
: tarik napas dalam
Riwayat kesehatan masa lalu.
Klien tidak pernah mengalami kecelakaan lalu lintas sebelumnya
Klien mengalami riwayat alergi bila udara dingin
Klien tidak pernah mengknsumsi obat jangka panjang sebelumnya.
Riwayat kesehatan keluarga.
Didalam kelurga tidak ada penyakit yang pernah diderita yang menjadi factor
resiko.
c. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran
Tanda vital
Tekanan darah
Nadi
Pernafasan
Suhu
BB
Tinggi badan
Mata
Leher
Paru
Jantung
Abdomen
Ekstermitas
Muskuloskeletal

: Baik
: Compos Mentis
: 120/90 mmHg
: 88 kali /menit
: 22 kali / menit
: 36,50C
: 53 kg
: 165 cm
: Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
: Pembesaran KGB (-/-)
: Bunyi nafas vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/: Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
: Datar, supel. Hepar dan Lien tidak ada
pembesaran, bising usus (+) normal
: Akral hangat, edema di tungkai atas
: Nyeri pada tulang sendi , edema akibat fraktur
klavikula sinistra.

d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium : HB 15,4 gr/dl ,
Leuko 10600/mm3,
Trombosit 226.000/mm3
Pemeriksaan radiologi : Rontgen Thoraks fraktur clavikula

17

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan frakmen tulang, spasme otot dan cidera pada
jarinan lunak
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur
tulang
3. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan berkurangnya
aliran darah akibat adanya trauma jaringan atau tulang
4. Risiko tinggi infesksi berhubungan dengan tidak adekuatnya patahan primer,
kerusakan kulit, trauma jaringan
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka
3.3 Intervensi Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan frakmen tulang, spasme otot dan cidera pada
jaringan lunak (Doenges, 1999).
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria hasil : Pasien menyatakan nyeri berkurang dan dapat dikontrol,
ekspresi wajah tenang.
Intervensi :
1. Kaji lokasi intensitas dan tipe nyeri gunakan peringkat nyeri
2. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring
3. Bantu dan ajarkan metoda alternatif penatalaksanaan rasa nyeri
4. Beri posisi yang nyaman sesuai dengan toleransi klien
5. Berikan lingkungan yang nyaman dan berikan dorongan untuk
melakukan aktifitas segera
6. Lakukan dan awasi latihan gerak aktif dan pasif.
7. Kolaborasi
- Lakukan kompres dingin atau es 24-48 jam pertama
- Pemberian obat-obat analgetik
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur
tulang
NOC : Setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri dapat
teratasi dengan kriteria hasil:
1. Tidak adanya kontraktur / footdrop
2. Ada peningkatan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit
3. Mampu mendemonstrasikan aktivitas yang dilakukan.

18

NIC :
1. Periksa kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional pada
kerusakan yang terjadi
2. Berikan bantu untuk latihan rentang gerak
3. Bantu pasien dalam program latihan alat imobilisai. Ingatkan aktivitas
dan partisipasi dalam merawat diri sendiri sesuai kemampuan
c. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan berkurangnya
aliran darah akibat adanya trauma jaringan atau tulang (Tucker, 1998).
Tujuan : Perfusi jaringan adekuat.
Kriteria hasil :
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal (menunjukkan nadi distal fraktur).
b. Kulit teraba hangat
Intervensi :
1. Pantau nadi distal dari fraktur setelah satu atau dua jam, observasi
terhadap warna dan suhu.
2. Kaji pengisian kapiler laporkan temuan normal bandingkan dengan
eksterimitas yang fraktur.
3. Pertahankan Kesejajaran tubuh observasi terhadap tanda-tanda
sindroma kompertemen (warna jaringan pucat, nadi lemah, nyeri, pati
rasa, sianosis).
4. Observasi perubahan tanda-tanda vital.
5. Observasi tanda-tanda iskemi (penurunan suhu dan peningkatan rasa)
6. Observasi posisi dan lokasi bidai jangan sampai menekan pembuluh
darah.
d. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya patahan primer,
kerusakan kulit, trauma jaringan (Doenges, 1999).
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
a. Mencapai penyembuhan luka tanpa adanya infeksi, bebas pust.
b. Tanda-tanda infeksi tidak ada (rubor, kolor, dolor, tumor, fungsiolaesa).
Intervensi :
1. Observasi kulit untuk adanya iritasi robekan
2. Kaji keadaan luka terhadap adanya tanda-tanda infeksi (tumor, dolor,
kolor, rubor).
3. Lakukan perawatan luka.
4. Kaji keluhan peningkatan nyeri atau rasa terbakar atau adanya edema.
19

5. Observasi luka adanya krepitasi, perubahan warna kulit kecoklatan


6. Observasi bau drainase yang tidak enak
7. Kolaborasi :
Berikan antibiotik sesuai indikasi.
e. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka (Doenges,
1999)
Tujuan : Ketidaknyamanan hilang.
Kriteria hasil : Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu.
Intervensi :
1. Kaji kulit untuk luka terbuka adanya benda asing, kemurahan dan
2.
3.
4.
5.
6.

perdarahan
Ubah posisi dengan sering bila memungkinkan
Observasi untuk potensial area yang tertekan
Letakkan bantalan Pelindung di bawah kaki dan di atas tonjolan tulang
Palpasi jaringan yang diplester tiap hari dan catat adanya nyeri tekan.
Beri bantalan atau Pelindung dari busa.
(doengoes . 2001)

3.4 Implementasi Keperawatan


Dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang sudah direncanakan.
3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah langkah terakhir dalam proses keperawatan dimana pada tahap ini
perawat mempertimbangkan efektif tidaknya tindakan yang dilakukan sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.

20

BAB IV
PENUTUP

1. Kesimpulan
Clavikula (tulang selangka) adalah tulang menonjol di kedua sisi di bagian depan
bahu dan atas dada. Dalam anatomi manusia, tulang selangka atau clavicula adalah
tulang yang membentuk bahu dan menghubungkan lengan atas pada batang tubuh.
serta memberikan perlindungan kepada penting yang mendasari pembuluh darah dan
saraf. Tulang clavicula merupakan tumpuan beban dari tangan, sehingga jika terdapat
beban berlebih akan menyebabkan beban tulang clavicula berlebih, hal ini bisa
menyebabkan terputusnya kontinuitas tulang tersebut yg disebut dengan fraktur.
Fraktur adalah retaknya tulang, biasanya disertai dengan cedera di jaringan
sekitarnya. Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan
yang berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung.
2. Saran
Penulis menyadari mungkin dalam penulisan makalah ini masih terdapat
kekurangan. Apabila terdapat kesalahan nama dalam penulisan makalah ini. Penulis
21

mohon maaf. Penulis mengharapkan kritikan dan saran untuk penulisan makalah yang
lebih baik kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA
.
Rasjad C. Trauma. In: Pengantar ilmu bedah ortopedi. 6th.ed. Jakarta: Yarsif Watampone,
2009, p. 355-356.
Sjmsuhidajat R, Jong WD. Sistem muskuloskeletal. In: Buku ajar ilmu bedah. 2nd. ed.Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004, p. 841.
Wibowo DS, Paryana W. Anggota gerak atas. In: Anatomi Tubuh Manusia. Bandung: Graha
Ilmu Publishing, 2009, p.3-4.
Richard S. Snell, 2006, Anatomi Klinik Edisi 6, EGC, Jakarta.

22

Vous aimerez peut-être aussi