Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Nifas
a. Pengertian
Masa nifas (puepurium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu. Jadi masa nifas
(puepurium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat
reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas
berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari. (Setyo Retno dan Sri
Handayani, 2011)
b. Tahapan Masa Nifas
Nifas dibagi dalam 3 periode:
1. Puerpurium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan, dalam agama islam dianggap telah
bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari
2. Puerpurium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat
genetalia yang lamanya 6-8 minggu
3. Remote puerpurium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai kmplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa
berminggu-minggu, berbulan-bulan atau tahunan.
c. Perubahan Fisiologi Masa Nifas
1. Perubahan Sistem Reproduksi
a. Involusi
Involusi uterus adalah kembalinya uterus ke
keadaan
sebelum
hamil
baik
dalam
bentuk
proses
involusi,
uterus
menipis
dan
terlepas,
otot
uterus
berkontraksi
tidak
mengalami
atau
terjadi
setelah
dimana
darah
besar
bermuara.
Pada pembuluh darah terjadi pembentukan
thrombosis
pembuluh
disamping
pembuluh
darah
pertumbuhan
endometrium
yang
endometrium.
Luka sembuh sempurna pada 6-8 minggu
postpartum.
d. Perubahan-perubahan
Normal
Pada
Uterus
Selama Postpartum
Involusi
Tinggi
Berat
Diameter
Palpasi
Uterus
fundus
Uterus
Uterus
Servik
1000 gr
12.5 cm
Lembut/lunak
500 gr
2 cm
2 cm
350 gr
5 cm
1 cm
Uteri
Plasenta
lahir
Setinggi
pusat
7 hari
( minggu 1) Pertengahan
antara pusat
shympisis
14 hari
(2 minggu)
Tidak teraba
6 minggu
Normal
60 gr
2,5 cm
Menyempit
e. Lochea
Lochea adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas.
Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang
nekrotik dari dalam uterus. Lochea mempunyai reaksi basa /
alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih
cepat daripada kondisi asam yang pada vagina normal. Lochea
mempunyai bau amis/anyir seperti darah menstruasi, meskipun
tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda beda pada
setiap wanita. Lochea yang berbau tidak sedap menandakan
adanya infeksi. Lochea mempunyai perubahan karena proses
involusi. (Setyo Retno Wulandari, Sri Handayani, 2011)
Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4
tahapan :
1) Loceha Rubra / Merah
Lochea ini mumcul pada hari 1 sampa hari ke 4 masa
postpartum. Cairan yang keluar verwarna merah karena berisi
darah segar, jaringan sisa sisa plasenta, dinding rahim, lemak
bayi, lanugo (rambut bayi) dan mekonium.
2) Lochea Sanguinolenta
Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan
berlendir. Berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7
postpartum.
3) Lochea Serosa
Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena
mengandung serum, leukosit, dan robekan / laserasi plasenta.
Muncul pada hari ke 7 sampai hari ke 14 postpartum.
4) Lochea Alba / Putih
Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput
lendir serviks dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba bisa
serta
3.
2011)
Perubahan Sistem Kardiovaskular
Kardiak auput meningkat
selama
persalinan
dan
akan
naik
dan
pada
section
caesaria
kala. Umunya hal ini terjadi pada hari ke tiga sampai 5 hari post
partum. (Setyo Retno Wulandari, Sri Handayani, 2011)
7. Perubahan Sistem Hematologi
Leukositosis mungkin terjadi selama persalinan, sel darah
merah berkisar 15.000 selama persalinan. Peningkatan sel darah
putih berkisar antara 25.000 30.000 merupakan manifestasi
adanya infeksi pada persalinan lama, dapat meningkat pada awal
nifas yang terjadi bersamaan dengan peningkatan tekanan darah,
volume plasma dan volume sel darah merah. Pada 2 3 hari
postpartum konsentrasi hematokrit menurun sekitar 2% atau lebih.
Total kehilangan darah pada saat persalinan dan nifas berkisar
antara 1500ml. 200ml hilang pada saat persalinan; 500 800ml
hilang pada minggu pertama post partum dan 500 ml hilang pada
saat masa nifas. (Setyo Retno Wulandari, Sri Handayani, 2011)
8. Perubahan Sistem Musculoskeletal
Ligament, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada
waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur angsur
menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh
ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligament rotundum
menjadi kendor. Stabilitas secara sempurna terjadi pada 6 8 jam
minggu setelah persalinan. Sebagai akibat putusnya serat serat
elastik kuliat dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya
uterus pada saat hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur
untuk sementara waktu. Pemulihan dibantu dengan latihan. (Setyo
Retno Wulandari, Sri Handayani, 2011)
d. Kebutuhan Dasar Pada Masa Nifas
1. Nutrisi dan Cairan
Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan
oleh
tubuh
untuk
keperluan
metabolismenya.
harus
tidurnya
dan
membimbingnya
selekas
merawat
memandikan
dll
perawatan.
Kontraindikasi:
atau
memelihara
selama
Klien
ibu
anaknya,
masih
dengan
dalam
penyulit,
sabun
membersihkan
dan
daerah
air
sebelum
kelaminnya.
dan
sesudah
Apabila
ibu
susu
dengan
menggunakan
BH
yang
menyokong payudara
2. Apabila putting susu lecet oleskan colostrum atau
ASI yang keluar pada sekitar putting susu setiap
selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai
dari putting yang tidak lecet.
3. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan
selama 24 jam, ASI dikeluarkan dan diminumkan
dengan menggunakan sendok.
4. Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat diberikan
paracetamol 1 tablet setiap 4-6 jam
Hal-hal yang perlu dijelaskan pada ibu nifas agar
bayi tetap terjaga kebersihannya:
a. Memandikan bayi setelah 6 jam untuk mencegah
hipotermi
b. Memandikan bayi 2 kali sehari setiap pagi dan sore.
c. Mengganti pakaian bayi tiap habis mandi dan tiap
kali basah atau kotor karena BAB/BAK
d. Menjaga pantat dan daerah kelamin bayi agar
selalu bersih dan kering
e. Menjaga tempat tidur bayi selalu bersih dan hangat
karena ini adalah tempat tinggal bayi.
f. Menjaga alat apa saja yang dipakai bayi agar selalu
bersih
5. Istirahat
Anjurkan ibu untuk:
a. Istirahat cukup untuk mengurangi kelelahan
b. Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur
c. Kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahanlahan
d. Mengatur
kegiatan
rumahnya
sehingga
dapat
menyediakan waktu untuk istirahat pada siang kirakira 2 jam dan malam 7-8 jam
Kurang istirahat pada ibu nifas dapat berakibat:
a. Mengurangi jumlah ASI
b. Memperlambat
involusi,
yang
akhirnya
bias
menyebabkan perdarahan
c. Depresi
6. Seksual
Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomy
sudah sembuh makan coitus bias dilakukan pada 3-4
minggu postpartum. Hasrat seksual pada bulan pertama
akan berkurang baik kecepatannya maupun lamanya,
juga
orgasme
pun
akan
menurun.
Ada
juga
yang
ibu
banyak
gerakan-gerakan
yang
berguna
untuk
hamil
lagi
dan
ibu
belum
mendapatkan
haid
(metode
frekuensi
membahayakan
Menghindari makanan berprotein seperti telur, ikan,
pertama
dilakukan
6-8
jam
setelah
persalinan.
Tujuannya:
a. Mencegah perdarahan waktu nifas karena atonia
uteri.
b. Mendeteksi
dan
merawat
penyebab
lain
pemberian
ASI
dengan
ibu
dan
dengan
tepat
hal-hal
yang
diperlukan.
Jika ada yang tidak normal segeralah merujuk ibu
dan atau bayi ke puskesmas atau RS.
2. Sectio Caesaria
a. Pengertian
Sectio Caesaria yaitu suatu tindakan untuk melahirkan bayi
melalui tindakan pembedahan dengan membuka dinding perut dan
dinding rahim yang disebabkan karena bayi tidak bisa lahir
9 pervaginam. Jadi seksio caesaria yaitu tindakan yang dilakukan
perdarahan
karena
plasenta
previa
ibu
tidak
dapat
melairkan
secara
alami.
empat
jenis,
yaitu
panggul
Sebenarnya
bentuk
apapun
yang
dimiliki
tidak
bentuk
panggul
ginekoid yang
akan
membantu
partus
akibat
dilampauinya
daya
regang
miomentrium.
persalinan
dengan
atau
tanpa
robeknya
perioneumvisceral.
5) Partus lama (prolonged labor)
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih
dari24 jam pada primi dan lebih dari 18 jam pada multigravida.
6) Partus tak maju (obsctructed labor )
Partus tak maju adalah suatu persalinan dengan his
yangadekuat yang
tidak menunjukkan
kelainan
kelainan his, pimpinan partus yang salah, janin besar atau ada
kelainan kongenital, primitua, perutgantung, grandmulti dan
ketuban
pecah
dini.
tensi
darah
menggunakan
alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa
(sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya.
10)Malpresentasi janin
Malpresentasi merupakan bagian terendah
yang berada di bagian
bagian belakangkepala
segmen bawah
sedangkan
janin
rahim, bukan
malposisi
merupakan
kasus :
4. Panggul sempit
5. Primigravida
6. Janin besar dan berharga
Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) jika
tidak
adanya
tanda-tanda
kehidupan
janin
dalam
2)
3)
4)
5)
Insufisiensi plasenta
Infark plasenta
Solusio plasenta
Plasenta previa
Faktor ibu
Diabetes mellitus
Preeklampsi dan eklampsi
Kronis
Polihidramnion dan oligohidramnion
Shipilis
Penyakit jantung
Hipertensi
Penyakit paru atau TBC
Inkompatability rhesus
AIDS
Faktor intrapartum
Perdarahan antepartum
Lama
Anastesi
Partus macet
Persalinan presipitatus
Persalinan sungsang
Obat-obatan
Faktor janin
Prematuritas
Postmaturitas
Kelainan bawaan
Perdarahan otak
Faktor tali pusat
Prolapsus tali pusat
Lilitan tali pusat
Vassa praevia
Tali pusat pendek
bayi.
Trauma saat hamil
Trauma bisa mengakibatkan terjadi solusio plasenta.
Trauma terjadi, misalnya, karena benturan pada perut, karena
kecelakaan atau pemukulan. Benturan ini bisa mengenai
plasenta.
Infeksi materna
Ibu hamil sebaiknya menghindari berbagai infeksi, seperti
infeksi akibat bakteri maupun virus. Demam tinggi pada ibu
hamil bisa menyebabkan janin mati.
c. Patofisiologi
Janin bisa juga mati di dalam kandungan (IFUD) karena
beberapa faktor antara lain gangguan gizi dan anemia dalam
kehamilan, hal tersebut menjadi berbahaya karena suplai makanan
yang di konsumsi ibu tidak mencukupi kebutuhan janin. Serta
anemia, karena anemia disebabkan kekurangan Fe maka dampak
pada janin adalah irefersibel. Kerja organ organ maupu aliran
darah janin tidak seimbang dengan pertumbuhan janin.
d. Manifestai Klinik
1) DJJ tidak terdengar
2) Uterus tidak membesar, fundus uteri turun
3) anak tidak jelas
4) Reaksi biologis menjadi negative, setelah anak mati kurang lebih
10 hari
5) rongen dapat dilihat adanya
tulang-tulang tengkorak tutup menutupi
tulang punggung janin sangat melengkung
hiperekstensi kepala tulang leher janin
ada gelembung-gelembung gas pada badan janin
Faktor Resiko
Status sosial ekonomi rendah
Tingkat pendidikan Ibu yang rendah
Usia Ibu > 30 tahun atau < 20 tahun
pertama dan partus kelima atau lebih
tanpa pengawasan antenatal
Kehamilan tanpa riwayat pengawasan kesehatan Ibu yang
g.
inadekuat
Riwayat kehamilan dengan komplikasi medic atau Obstetrik.
Faktor ibu (High Risk Mothers)
-) tinggi dan BB ibu tidak proporsional
-) kehamilan di luar perkawinan
-) ganggguan gizi dan anemia dalam kehamilan
-) ibu dengan riwayat kehamilan / persalinan sebelumnya tidak
baik seperti bayi lahir mati
-) riwayat inkompatibilitas darah janin dan ibu
Faktor Bayi (High Risk Infants)
-) bayi dengan infeksi antepartum dan kelainan congenital
-) bayi dengan diagnosa IUGR (Intra Uterine Growth
Retardation)
-) bayi dalam keluarga yang mempunyai problema social
Faktor yang berhubungan dengan kehamilan
-) abrupsio plasenta
-) plasenta previa
-) pre eklamsi / eklamsi
-) polihidramnion
-) golongan darah
-) kehamilan lama
-) kehamilan ganda
-) infeksi
-) diabetes
-) genitourinaria
Diagnosa dan Diagnosa Banding
1) Anamnesis
Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari,
atau gerakan janin sangat berkurang. Ibu merasakan perutnya
tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan
Tanda Gerhard
belakang janin.
: adanya hiperekstensi kepala tulang leher
Tanda Spalding
janin
: overlaping tulang-tulang kepala (sutura)
janin
Disintegrasi tulang janin bila ibu berdiri tegak
Kepala janin kelihatan seperti kantong berisi benda padat.
1.
selalu ada
kadang-kadang ada
menetap, perdarahan
terdengar
Kemungkinan diagnos
Solusio plasenta
2.
22 minggu
Gerakan janin dan DJJ
perut hebat
Ruptur Uteri
Gawat janin
mekonium
x/menit)
Gerakan janin atau DJJ
hilang
Kematian janin
4. Tanda-tanda kehamilan
berhenti, TFU berkurang,
pembesaran uterus berkurang
Definisi
Dalam Obstetri yang terpenting bukan panggul sempit secara
anatomis melainkan panggul sempit secara fungsional artinya
perbandingan antara kepala dan panggul. Kesempitan panggul dibagi
sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)
b.
Etiologi
Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat
dibagi sebagai berikut :
1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan
Panggul sempit seluruh : semua ukuran kecil
melintang biasa
Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi terlebih ukuran
muka belakang
Panggul corong : pintu atas panggul biasa, pintu bawah
panggul sempit.
Panggul belah : symphyse terbuka
2. Karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya
Panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruha
panggul sempit picak dan lain-lain
Panggul osteomalacci : panggul sempit melintang
Radang articulatio sacroilliaca : panggul sempit miring
3. Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang
didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong
didaerah tulang panggung menyebabkan panggul sempit
miring.
4. panggul disebabkan kelainan aggota bawah Coxitis, luxatio,
atrofia. Salah satu anggota menyebabkan panggul sempit miring.
5. fraktura dari tulang panggul yang menjadi penyebab kelainan
panggul
6. Klasifikasi Chepalopelvic Disproporsi
Ada beberapa kemungkinan :
percobaan.
7. Pemeriksaan Panggul, terdiri dari :
Pemeriksaan Panggul Luar
rintangan.
Ukuran
terpenting
adalah
cukup
panjang,
persalinan
pervaginam
dapat
pubis
dapat
dipergunakan
untuk
menentukan
Kesempitan
pintu
bawah
panggul
dapat
minggu.
Pada primipara ada perut menggantung.
Pada multipara persalinan yang dulu-dulu sulit
Kelainan letak pada hamil tua.
Kelainan bentuk badan (Cebol, scoliose, pincang dan
lain-lain) Osborn positif (penonjolan kepala 2 jari diatas
simpisis pubis)
Prognosa persalinan
dengan
panggul
sempit
bulan, sehingga
kepekaan
uterus
terhadap
oksitosin
sering.
Tidak diketahui.
Primigravida dan riwayat kehamilan lewat bulan.
Defisiensi sulfatase plasenta atau anensefalus, merupakan
memegang
peranan
penting
dalam
menimbulkan
d. Resiko
Risiko kehamilan lewat waktu antara lain adalah gangguan
pertumbuhan janin, gawat janin, sampai kematian janin dalam rahim.
Resiko gawat janin dapat terjadi 3 kali dari pada kehamilan aterm.
Kulit janin akan menjadi keriput, lemak di bawah kulit menipis
bahkan sampai hilang, lama-lama kulit janin dapat mengelupas dan
mengering seperti kertas perkamen. Rambut dan kuku memanjang
dan cairan ketuban berkurang sampai habis. Akibat kekurangan
oksigen akan terjadi gawat janin yang menyebabkan janin buang air
besar dalam rahim yang akan mewarnai cairan ketuban menjadi hijau
pekat.
Pada saat janin lahir dapat terjadi aspirasi (cairan terisap ke
dalam saluran napas) air ketuban yang dapat menimbulkan
kumpulan gejala MAS (meconeum aspiration syndrome). Keadaan
ini dapat menyebabkan kematian janin. Komplikasi yang dapat
mungkin terjadi pada bayi ialah suhu yang tidak stabil, hipoglikemia,
polisitemia, dan kelainan neurologik. Kehamilan lewat bulan dapat
juga menyebabkan resiko pada ibu, antara lain distosia karena aksi
uterus tidak terkoordinir, janin besar, dan moulding (moulage) kepala
kurang. Sehingga sering dijumpai partus lama, kesalahan letak,
inersia uteri, distosia bahu, dan perdarahan postpartum.
e. Manifestasi Klinik
Keadaan klinis yang dapat ditemukan ialah gerakan janin
yang jarang, yaitu secara subyektif kurang dari 7 kali/20
menit atau secara obyektif dengan KTG kurang dari 10
kali/20 menit.
Air ketuban berkurang dengan atau tanpa pengapuran
Stadium I
maserasi
mengelupas.
Stadium II
kulit
kering, rapuh,
dan
mudah
Kuku-kuku panjang
f.
Diagnosis
Tidak jarang seorang dokter mengalami kesulitan dalam
menentukan diagnosis kehamilan postterm karena diagnosis ini
ditegakkan berdasarkan umur kehamilan, bukan terhadap kondisi
kehamilan. Beberapa kasus yang dinyatakan sebagai kehamilan
postterm merupakan kesalahan dalam menentukan umur kehamilan.
Kasus kehamilan postterm yang tidak dapat ditegakkan secara pasti
diperkirakan sebesar 22%.
Diagnosis kehamilan lewat waktu biasanya dari perhitungan
rumus Naegele setelah mempertimbangkan siklus haid dan keadaan
klinis. Bila ada keraguan, maka pengukuran tinggi fundus uterus
serial dengan sentimeter akan memberikan informasi mengenai usia
gestasi lebih tepat. Keadaan klinis yang mungkin ditemukan ialah air
ketuban yang berkurang dan gerakan janin yang jarang.
Dalam menentukan diagnosis kehamilan postterm di samping
dari riwayat haid, sebaiknya dilihat pula hasil pemeriksaan
antenatal.
minggu.
3. Terdengar denyut jantung janin (normal 10-12 minggu
telat haid.
g. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Sujiyatini dkk (2009), pemeriksaan penunjang yaitu
USG untuk menilai usia kehamilan, oligohidramnion, derajat maturitas
plasenta. KTG untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin.
Menurut Mochtar (2006), pemeriksaan penunjang sangat
penting dilakukan, seperti pemeriksaan berat badan ibu, diikuti kapan
berkurangnya berat badan, lingkaran perut dan jumlah air ketuban.
Pemeriksaan yang dilakukan seperti :
Bila wanita hamil tidak tahu atau lupa dengan haid terakhir
setelah persalinan yang lalu, dan ibu menjadi hamil maka ibu
harus memeriksakan kehamilannya dengan teratur, dapat diikuti
dengan tinggi fundus uteri, mulainya gerakan janin dan besarnya
plasenta.
Pemeriksaan berat badan ibu, dengan memantau kenaikan berat
badan setiap kali periksa, terjadi penurunan atau kenaikan berat
badan ibu.
Pemeriksaan Amnioskopi dilakukan untuk melihat derajat
kekeruhan air ketuban menurut warnanya yaitu bila keruh dan
kehitaman berarti air ketuban bercampur mekonium dan bisa
mengakibatkan gawat janin (Prawirohardjo, 2006).
Kematangan serviks tidak bisa dipakai untuk menentukan usia
baik.
Gerakan janin.
Gerakan janin dapat ditentukan secara subjektif (normal
rata-rata 7 kali/20 menit) atau secara objektif dengan tokografi
(normal rata-rata 10 kali/20 menit), dapat juga ditentukan
dengan USG. Penilaian banyaknya air ketuban secara kualitatif
dengan USG (normal > 1 cm/bidang) memberikan gambaran
banyaknya air ketuban, bila ternyata oligohidramnion, maka
kemungkinan telah terjadi kehamilan lewat waktu.
Amnioskopi.
Bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih
mungkin keadaan janin masih baik. Sebaliknya air ketuban
sedikit dan mengandung mekonium akan mengalami resiko 33%
asfiksia.
h. Komplikasi
Menurut Mochtar (1998), komplikasi yang terjadi pada
kehamilan serotinus yaitu :
1) Plasenta
Kalsifikasi
Selaput vaskulosinsisial
menebal
dan
jumlahnya
berkurang
Degenerasi jaringan plasenta
Perubahan biokimia
2) Komplikasi pada Ibu
Komplikasi yang terjadi pada ibu dapat menyebabkan
partus lama, inersia uteri, atonia uteri dan perdarahan
postpartum.
Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
kehamilan yang teratur, minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali
pada trimester pertama (sebelum 12 minggu), 1 kali pada trimester
ke dua (antara 13 minggu sampai 28 minggu) dan 2 kali trimester
ketiga (di atas 28 minggu). Bila keadaan memungkinkan,
pemeriksaan kehamilan dilakukan 1 bulan sekali sampai usia 7
bulan, 2 minggu sekali pada kehamilan 7-8 bulan dan seminggu
sekali pada bulan terakhir. Hal ini akan menjamin ibu dan dokter
mengetahui dengan benar usia kehamilan, dan mencegah terjadinya
kehamilan serotinus yang berbahaya. Perhitungan dengan satuan
minggu seperti yang digunakan para dokter kandungan merupakan
perhitungan yang lebih tepat. Untuk itu perlu diketahui dengan tepat
tanggal hari pertama haid terakhir seorang (calon) ibu itu.
Pengelolaan selama persalinan adalah :
Pemantauan yang baik terhadap ibu ( aktivitas uterus ) dan
kesejahteraan janin. Pemakaian continous electronic fetal
monitoring sangat bermanfaat
persalinan.
Awasi jalannya persalinan
Persiapan oksigen dan bedah sesar bila sewaktu-waktu terjadi
kegawatan janin
Cegah terjadinya aspirasi mekoneum dengan segera mengusap
wajah neonatus dan penghisapan pada tenggorokan saat kepala
lahir dilanjutkan resusitasi sesuai prosedur pada janin dengan