Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
MODUL IV
ANGKA PERMANGANAT (TITRIMETRI)
1406572851
Ariyastuti
1406532204
Maulidina Putriutami
1406571445
Asisten
1. Tujuan
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui angka permanganat dengan menggunakan metode
oksidasi dalam suasana asam pada sampel air dan air limbah yang kadar ion klorida (Cl -)nya
kurang dari 300 mg/L.
2. Dasar Teori
2.1. Definisi
Berdasarkan Badan Standardisasi Nasional di dalam SNI 06-6989.22-2004:
Jumlah milligram kalium permanganat yang dibutuhkan untuk mengoksidasi organik
dalam 1000mL air pada kondisi mendidih
Berdasarkan jurnal University of Benin, Nigeria yang berjudul Correlation of Suspended
Solids and Permanganate of Domestic Sewage From an Estate in Warri, Nigeria oleh I.E
Uwidia dan C.M.A Ademoroti
Ukuran dari jumlah oksigen yang dapat diperoleh dari kalium permanganat yang
dibutuhkan untuk oksidasi polutan anorganik dan organik yang ada di dalam sampel
limbah dengan mudah.
2.2. Aplikasi Data Permanganat
Dengan adanya nilai permanganat, kadar materi organik yang ada di dalam air dapat
ditentukan. Semakin tinggi nilai permanganat, maka hal ini mengindikasikan bahwa air
yang digunakan telah tercemar dengan limbah-limbah organik yang dapat berasal dari
kegiatan rumah tangga maupun industri. Setelah kadar materi organik ditentukan, kita
dapat mengetahui metode pengolahan apa yang harus dilakukan untuk air tersebut.
2.3. Standar Batu Muku
Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, kadar maksimum zat
organik (KMnO4) yang diperbolehkan dalam air minum adalah 10 mg/L.
Tabel 1. Baku
Mutu
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air
minum
2.4. Dampak Angka Permanganat
Telah disebutkan sebelumnya bahwa semakin tinggi angka permanganat, maka hal ini
mengindikasikan air yang ada telah tercemar dengan limbah organik. Kadar zat organik
yang berlebihan dalam air minum tidak diperbolehkan karena selain menimbulkan warna,
bau, dan rasa yang tidak diinginkan, juga mungkin bersifat toksik baik secara langsung
maupun setelah bersenyawa dengan zat lain yang ada (Soesanto, 1996)
2.5. Hubungan Angka Permanganat, DO, BOD, dan COD
Terdapat suatu hubungan antara angka permanganat, DO, BOD, dan COD. Untuk
mengetahui hubungan ini diperlukan pemahaman tentang definisi dari DO, BOD, dan
COD itu sendiri. DO (dissolved oxygen) adalah jumlah oksigen terlatrut yang ada di dalam
air. BOD (biochemical oxygen demand) adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk mengoksidasi material organik. COD (chemical oxygen demand)
adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh zat kimia dan mikroorganisme untuk
mengoksidasi material organik.
Dari pengertian di atas, dapat diketahui bahwa BOD dan COD digunakan untuk mengukur
jumlah zat organik dalam air. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai BOD
dan COD (semakin rendah nilai DO) maka angka permanganat juga akan semakin tinggi.
Ini menunjukkan banyaknya material organik yang ada di air.
2.6. Pengolahan (treatment)
3
Telah disebutkan sebelumnya bahwa zat organik dapat menimbulkan warna, bau, dan rasa
yang tidak diinginkan. Zat organik ini dapat dihilangkan dengan proses koagulasi. Proses
koagulasi pertama-tama dilakukan dengan penambahan koagulan dalam pengadukan cepat.
Lalu dilakukan pengadukan lambat agar zat-zat organik dapat membentuk sebuah
gumpalan yang terpisah dari air. Sehingga gumpalan ini nantinya dapat disingkirkan.
3. Alat dan Bahan
3.1. Alat
Erlenmeyer 250 mL
Gelas ukur 100 mL
Pipet ukur 10 mL dan 5 Ml
Buret 25 mL
Gelas beaker
3.2. Bahan
Asam sulfat H2SO4 8N
Kalium permanganat KMnO 4 0.1N
Asam oksalat H 2C2O4
Batu Didih
Pipet tetes
Botol Semprot
Statif dan Klem
Hot plate
4. Cara Kerja
1. Menuangkan sampel ke gelas beker. Lalu mengukur sampel dengan gelas ukur
muda
Asam
Oksalat
sampel yang sudah bening dengan KMnO4 sampai warna
7. Titrasi larutan
larutan kembali menjadi warna merah muda.
5.
Data Pengamatan
Penggunaan
KMnO 4
Volume
KMnO 4yang
digunakan
Penambahan
1 ml (2 tetes)
beberapa tetes
KMnO 4
Penambahan
10 ml
larutan KMnO4
Titrasi
1.93 ml
Total
12.03 ml
Tabel 2. Data Pengamatan Percobaan berupa hasil penggunaan KMnO 4
6. Pengolahan Data
Nilai permanganat ditentukan dengan persamaan di bawah ini
mg 1000
KMnO 4
=
[ ( a f ) 10 ] 0,316
L
d
Keterangan:
a = volume total KMnO 4 0.1 yang dibutuhkan pada titrasi dan penambahan
mg 1000
KMnO 4
=
[ ( 12.03 1 )10 ] 0,316
L
100
KMnO 4=6.4148
KMnO 4 6 . 41
7. Analisis
mg
l
mg
l
Telah diketahui bahwa sampel yang ada mengandung ion Cl kurang dari
300 ppm, maka metode asamlah yang digunakan. Prinsip dasar dalam melakukan
metode asam adalah KMnO 4 berlebih akan mengoksidasi zat organik yang ada di
dalam sampel dalam keadaan panas dan asam. Sisa dari KMnO 4 yang ada lalu
direduksi dengan H 2C2O4 yang kadarnya dilebihkan . Lalu kelebihan H 2C2O4 akan
menimbulkan sisa, yang akan dititrasi dengan KMnO 4. Sehingga, jumlah KMnO 4
yang dipakai selama percobaan dapat merepresentasikan jumlah zat organik
sesuai dengan persamaan yang ada pada subbab 6.
Pemanasan ini dilakukan sampai bau H2S yang muncul selama proses
pemanasan menghilang, yang ditandai dengan berubahnya warna larutan sampel
menjadi lebih bening atau kekuningan.
sebanyak 10mL sehingga warna larutan sampel menjadi ungu. Penambahan ini
dilakukan sesuai dengan prinsip dasar, yaitu untuk mengoksidasi zat organik
yang ada di dalam larutan sampel. Setelah ditambahkan, lanjutkan proses
pemanasan sampai larutan sampel mendidih. Untuk memastikan bahwa seluruh
zat organik telah teroksidasi, maka KMnO 4 berlebih yang ada di dalam larutan
sampel perlu direduksi dengan 15mL asam oksalat sehingga warna larutan
sampel akan berubah perlahan-lahan menjadi bening.
Praktikkan lalu mentitrasi larutan sampel yang telah bening dengan larutan
KMnO4. Titrasi ini ditujukan agar sisa asam oksalat yang ada dapat dioksidasi
kembali. Larutan ini akan kembali berubah menjadi warna merah muda saat
asam oksalat yang tersisa di dalam larutan bening telah teroksidasi seluruhnya.
Setelah proses ini, kandungan zat organik dalam sampel dapat ditentukan dengan
persamaan yang ada pada subbab 6.
7.2. Analisis Hasil
pengenceran.
Percobaan
ini
menggunakan
100mL sampel
yang
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
8. Kesimpulan
Zat organik yang ada di dalam sampel, sesuai dengan uji nilai permanganat,
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
492/Menkes/Per/IV/2010.
9. Referensi
Badan Standardisasi Nasional. 2004. Air dan air limbah Bagian 22: Cara
Muhammadiyah Semarang.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum. http://pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/53_Permenkes
and
Oxidants
Guidance
Agency.
Manual.
1999.
Cha.
Alternative
5
Potassium
Permanganate.
Uwidia, I.E., dan C.M.A. Ademoroti. 2012. Correlation of Suspended Solids
(Ss) and Permanganate Vaue (Pv) of Domestic Sewage From an Estate in
Warri, Nigeria. Dalam Globa Journal of Researches in Engineering, Chemical