Vous êtes sur la page 1sur 10

AKNE VULGARIS

PENDAHULUAN
Akne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang umumnya
terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri dengan gambaran klinis berupa komedo,
papul, pustul, nodus, dan kista pada tempat predileksi, seperti muka, bahu, bagian atas dari
ekstremitas superior, dada dan punggung.(1,2,3,4)
Biasanya, akne vulgaris mulai timbul pada masa pubertas. Pada wanita, isidens
terbanyak terdapat pada usia 14-17 tahun, sedangkan pada laki-laki 16-19 tahun. Meskipun
pada pria umumnya akne vulgaris lebih cepat berkurang, namun pada penelitian diketahui
bahwa justru gejala akne vulgaris yang berat biasanya terjadi pada pria.(1,2)
Etiologi penyakit ini belum diketahui pasti, namun ada berbagai faktor yang berkaitan
dengan patogenesis penyakit, antara lain: (1) perubahan pola keratinisasi dalam folikel, (2)
produksi sebum yang meningkat, (3) terbentuknya fraksi asam lemak bebas, (4) peningkatan
jumlah flora folikel, (5) terjadinya respons hospes, (6) peningkatan hormon androgen,
anabolik, kortikosteroid, gonadotropin serta ACTH, (7) stres psikik, (8) faktor usia, ras,
familial, makanan, cuaca/musim.(1)
Diagnosis akne vulgaris ditegakkan atas dasar klinis dan pemeriksaan ekskohleasi
sebum dari komedo dengan alat komedo ekstraktor (sendok Unna).(1,3)
Penatalaksanaan akne vulgaris meliputi usaha untuk mencegah terjadinya erupsi
(preventif) dan usaha untuk menghilangkan jerawat yang terjadi (kuratif). Kedua usaha
tersebut harus dilakukan bersamaan mengingat bahwa kelainan ini terjadi akibat pengaruh
berbagai faktor (multifaktorial), baik faktor internal dari dalam tubuh sendiri (ras, familial,
hormonal), maupun faktor eksternal (makanan, musim, stres) yang kadang-kadang tidak dapat
dihindari oleh penderita. Tujuan pengobatan adalah untuk mencegah timbulnya lesi baru dan
kecacatan, baik secara fisik maupun psikologis.(1,5)

DEFINISI
Akne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang umumnya
terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri dengan gambaran klinis berupa komedo,
papul, pustul, nodus, kista dan jaringan parut baik yang hipotrofik maupun yang hipertrofik
pada tempat predileksi, seperti muka, bahu, bagian atas dari ekstremitas superior, dada dan
punggung.(1,2,3,4)
EPIDEMIOLOGI
Hampir setiap orang pernah menderita penyakit ini, maka sering dianggap sebagai
kelainan kulit yang timbul secara fisiologis. Pada masa remaja akne vulgaris menjadi salah
satu problem. Umumnya insidens terjadi pada sekitar umur 14-17 tahun pada wanita, 16-19
tahun pada pria.(1,2)
Pada seorang gadis akne vulgaris dapat terjadi premenarke. Setelah masa remaja
kelainan ini berangsur berkurang. Namun kadang pada wanita akne vulgaris menetap sampai
umur 30-an atau bahkan lebih. Meskipun pada pria umumnya akne vulgaris lebih cepat
berkurang, namun pada penelitian diketahui bahwa justru gejala akne vulgaris yang berat
biasanya terjadi pada pria. Ras oriental (Jepang, Cina, Korea) lebih jarang menderita akne
vulgaris dibanding dengan ras Kaukasia (Eropa, Amerika). Akne vulgaris mungkin familial,
namun hal ini sukar dibuktikan.(1,6)
ETIOLOGI
Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi banyak faktor yang berpengaruh antara
lain: sebum, bakteri, herediter, hormon, diet, iklim, psikis, kosmetika, dan bahan-bahan kimia.
(1,2,3,5,7)

PATOGENESIS
Ada empat hal penting yang berhubungan dengan terjadinya akne: (1,2)
1. Kenaikan ekskresi sebum
Akne biasanya timbul pada masa pubertas pada waktu kelenjar sebasea membesar dan
mengeluarkan sebum lebih banyak. Pertumbuhan kelenjar palit dan produksi sebum ada di
bawah pengaruh hormon androgen. Pada penderita akne, terdapat peningkatan konversi
hormon androgen yang normal beredar dalam darah ke bentuk metabolit yang lebih aktif.
Hormon ini mengikat reseptor androgen di sitoplasma dan akhirnya menyebabkan
proliferasi sel penghasil sebum. Hormon ini menyebabkan kelenjar palit bertambah besar
2

dan produksi sebum meningkat. Dengan meningkatnya produksi sebum, menyebabkan


peningkatan unsur komedogenik dan inflamatogenik penyebab terjadinya lesi akne.
2. Adanya keratinisasi folikel
Keratinisasi pada saluran pilosebasea disebabkan oleh adanya penumpukan korneosit
dalam saluran pilosebasea. Bertambahnya produksi korneosit merupakan salah satu sifat
komedo. Perubahan pola keratinisasi dalam folikel pilosebasea dipengaruhi oleh
peningkatan produksi sebum. Akibat dari meningkatnya sebum, maka terjadi penuruan
konsentrasi asam linoleik pada epitel folikel, dimana hal ini menimbulkan hiperkeratosis
folikular dan penurunan fungsi barier dari epitel folikel.
Kemudian terjadi perlekatan sel tanduk pada bagian bawah dinding folikular sehingga
terjadi dilatasi folikel pilosebasea, dan mengakibatkan terjadinya mikrokomedo.
Selanjutnya mikrokomedo berkembang menjadi lesi akne yang mengalami peradangan
seperti papul, pustul, nodul, kista.
3. Bakteri
Adanya sebore pada pubertas biasanya disertai peningkatan jumlah flora folikel :
Propionibacterium acnes, Pityrosporum ovale, dan Staphylococcus epidermidis.
4. Peradangan (inflamasi)
Faktor yang menimbulkan peradangan pada akne belum diketahui dengan pasti. Diduga
Propionibacterium acnes berperan pada proses kemotaktik inflamasi serta pembentukan
enzim lipolitik pengubah fraksi lipid sebum.
GEJALA KLINIS
Tempat predileksi akne vulgaris adalah di muka, bahu, dada bagian atas, dan punggung
bagian atas. Lokasi kulit lain, misalnya leher, lengan atas, dan glutea kadang-kadang terkena.
(1,2,3,4,5)

Erupsi kulit polimorfi, dengan gejala predominan salah satunya, komedo, papul yang
tidak beradang dan pustul, nodus dan kista yang beradang. Bila sembuh, lesi dapat
meninggalkan eritem dan hiperpigmentasi pascainflamasi, bahkan dapat terbentuk sikatriks
seperti cetakan es yang atrofik dan keloid. Dapat disertai rasa gatal, namun umumnya keluhan
penderita adalah keluhan estetis.(1,2,3,4,5,6)
Komedo adalah gejala patognomik bagi akne berupa papul miliar yang di tengahnya
mengandung sumbatan sebum, bila berwarna hitam akibat mengandung unsur melanin
disebut komedo hitam atau komedo terbuka (black comedo, open comedo). Sedang bila
berwarna putih karena letaknya lebih dalam sehingga tidak mengandung unsur melanin
disebut komedo putih atau komedo tertutup (white comedo, close comedo).(1,3,5,6,8)
3

GRADASI
Gradasi akne vulgaris menurut Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI/RSUPN
Dr. Cipto Mangunkusumo yaitu: (1)
1. Akne gradasi ringan
2. Akne gradasi sedang
3. Akne gradasi berat
Klasifikasi secara klinik dapat berdasarkan: (1,2)
1. Tingkat keseluruhan (Overall Grading)
Pillsbury dan kawan-kawan membagi berat ringannya akne berdasarkan ada tidaknya
peradangan, yaitu:
a. Komedo di muka
b. Komedo, papul, pustul, dan peradangan lebih dalam di muka
c. Komedo, papul, pustul, dan peradangan lebih dalam di muka, dada, punggung
d. Akne konglobata
2. Perhitungan lesi
Klasifikasi berdasarkan Plewig dan Kligman yaitu:
a. Akne tipe komedo
b. Akne tipe papulopustular
c. Akne konglobata
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan
ekskohleasi sebum, yaitu pengeluaran sumbatan sebum dengan komedo ekstraktor (sendok
Unna). Sebum yang menyumbat folikel tampak sebagai massa padat seperti lilin atau massa
lebih lunak bagai nasi yang ujungnya kadang berwarna hitam.(1,3)
Selain itu dapat juga dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya yaitu : pemeriksaan
histopatologis, pemeriksaan mikrobiologis dan pemeriksaan susunan dan kadar lipid
permukaan kulit.(1)
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding akne vulgaris yaitu : (1,2,3,4,5,7)
1. Erupsi akneiformis
2. Akne venenata
3. Rosasea
4. Folikulitis
5. Dermatitis perioral
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan secara umum: (1,2)
1. Menghindari terjadinya peningkatan jumlah lipis sebum dengan cara : diet rendah lemak
dan karbohidrat, melakukan perawatan kulit untuk membersihkan permukaan kulit dari
kotoran dan jasad renik.
4

2. Menghindari faktor pemicu terjadinya akne, misalnya: hidup teratur dan sehat, cukup
istirahat, olahraga sesuai kondisi tubuh, hindari stres, menggunakan kosmetika
secukupnya, menghindari minuman keras dan rokok, menghindari polusi debu, dan
menghindari pemencetan lesi yang tidak lege artis.
3. Memberikan informasi yang cukup pada penderita mengenai penyebab penyakit,
pencegahan, cara dan lama pengobatan, serta prognosisnya.
Penatalaksanaan secara khusus:
1. Pengobatan topikal
Dilakukan untuk mencegah pembentukan komedo, menekan peradangan, dan
mempercepat penyembuhan lesi. Obat topikal terdiri atas: (1,2,3,4,5,6,7,8)
a. Bahan iritan yang dapat mengelupas kulit (peeling), misalnya sulfur (4-8%),
resorsinol (1-5%), asam salisilat (2-5%), peroksida benzoil (2,5-10%), asam vitamin
A (0,025-0,1%), dan asam azeleat (15-20%). Akhir-akhir ini digunakan pula asam
alfa hidroksi (AHA), misalnya asam glikolat (3-8%).
b. Antibiotika topikal misalnya oksi tetrasiklin (1%), eritromisin (1%), klindamisin
fosfat (1%).
c. Antiperadangan topikal, salap atau krim kortikosteroid berkekuatan ringan atau
sedang (hidrokortison 1-2,5%), atau suntikan intralesi kortikosteroid kuat
(triamsinolon astenoid 10mg/cc) pada lesi nodulo-kistik.
2. Pengobatan sistemik
Untuk menekan aktivitas jasad renik, mengurangi reaksi radang, menekan produksi
sebum, dan mempengaruhi keseimbangan hormonal. Golongan obat sistemik terdiri atas:
(1,2,3,4,5,6,7,8)

a. Antibakteri sistemik : tetrasiklin (250 mg 1,0 g/hari); eritromisin (4 x 250 mg/hari),


doksisiklin (50 mg/hari), trimetoprim (3 x 100 mg/hari)
b. Obat hormonal untuk menekan produksi androgen misalnya estrogen (50 mg/hari
selama 21 hari dalam sebulan) atau antiandrogen siproteron siproteron asetat (2
mg/hari)
c. Kortikosteroid sistemik untuk menekan peradangan dan menekan sekresi kelenjar
adrenal, misalnya prednisone (7,5 mg/hari) atau deksametason (0,25-0,5 mg/hari)
d. Vitamin A dan retinoid oral. Vitamin A (50.000 ui 150.000 ui/hari), isotretinoin (0,5
1 mg/kgBB)
e. Antiinflamasi non steroid ibuprofen (600 mg/hari)
3. Bedah kulit(1,2,3,6)
Tindakan bedah kulit kadang diperlukan terutama untuk memperbaiki jaringan parut
akibat akne vulgaris meradang yang berat. Jenis bedah kulit dipilih disesuaikan dengan
macam dan kondisi jaringan parut yang terjadi. Tindakan dilakukan setelah akne

vulgarisnya sembuh. Jenis bedah kulit yaitu : bedah skalpel, bedah listrik, bedah kimia,
bedah beku, dermabrasi.
PROGNOSIS
Umumnya prognosis penyakit baik. Akne vulgaris umumnya sembuh sebelum mencapai
usia 30-40an. Jarang terjadi akne vulgaris yang menetap sampai tua atau mencapai gradasi
sangat berat sehingga perlu di rawat-inap di rumah sakit.(1,3,7)

LAPORAN KASUS
Seorang pasien laki-laki dengan nama Tambi Siagian berumur 19 tahun, suku Batak,
agama Kristen Protestan, pekerjaan mahasiswa, datang ke poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit
dan Kelamin RSUD dr. Pirngadi Medan pada tanggal 14 Juni 2013 dengan keluhan bintilbintil kemerahan yang tidak disertai rasa gatal pada wajah sejak 3 tahun ini.
Awalnya bintil-bintil kemerahan muncul di pipi sebelah kanan dan kiri. Bintil-bintil
jumlahnya hanya beberapa. Os suka memencet bintil-bintil tersebut sehingga bintil tersebut
pecah, mengeluarkan isi berwarna putih seperti nasi, berdarah dan kemudian meninggalkan
bekas. Selama 3 tahun ini os berulang kali mengganti sabun pembersih wajahnya yaitu :
gatsby, garnier, dan loreal, namun tidak ada perubahan. Bintil-bintil kemerahan kemudian
bertambah banyak dan menyebar ke dahi, daerah sekitar mulut dan dagu sehingga os merasa
kurang percaya diri dengan penampilannya dan memutuskan untuk berobat ke poliklinik Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD dr. Pirngadi Medan.
Dari anamnesis, riwayat penyakit keluarga dijumpai yaitu ibu dan abang os juga
menderita gangguan kulit yang sama dengan os. Riwayat penyakit terdahulu tidak dijumpai.
Riwayat pemakaian obat dijumpai yaitu os menggunakan sabun pembersih wajah Gatsby,
Garnier dan Loreal.
Dari pemeriksaan fisik dijumpai keadaan umum dan status gizi baik. Pada pemeriksaan
dermatologis dijumpai ruam primer

berupa papul eritematosa, makula hiperpigmentasi,

komedo dan ruam sekunder berupa sikatriks hipotrofi di regio frontalis, regio bucalis dextra et
sinistra, regio oralis, dan regio mentalis.

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan dermatologis, maka


diagnosis banding pasien ini adalah Akne Vulgaris, Akne Venenata, Rosasea, dengan diagnosa
sementara Akne Vulgaris.
Penatalaksanaan pasien ini terdiri atas dua, yaitu penatalaksanaan secara umum dan
secara khusus. Penatalaksanaan secara umum adalah memberitahu pada pasien untuk menjaga
kebersihan kulit wajah, menghindari faktor pemicu seperti makanan berlemak dan pedas,
rokok, polusi debu, stres, dan pemencetan lesi yang tidak lege artis. Penatalaksanaan secara
khusus yaitu terapi topikal dan sistemik. Terapi topikal berupa Asam Retinoat krim (Vitacid)
0,05% + Hidrokortison krim 1 % dioleskan pada seluruh wajah 1 x per hari sebelum tidur, dan
Eritromisin krim (Erymed) 1% dioleskan pada lesi yang meradang 1 x per hari sebelum tidur.
Terapi sistemik berupa Doksisiklin (Interdoxin) 50 mg 2x1 tablet dan Asam Lipoik Alfa
(Seloxy AA) 1x1 tablet.
Prognosis pada pasien ini adalah baik.

DISKUSI
7

Diagnosis akne vulgaris pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Pada anamnesis dijumpai keluhan utama berupa bintil-bintil kemerahan
yang tidak disertai rasa gatal pada wajah sejak 3 tahun ini. Pada pemeriksaan dermatologis
dijumpai ruam primer berupa papul eritematosa, makula hiperpigmentasi, komedo dan ruam
sekunder berupa sikatriks hipotrofi. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan
bahwa akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea yang ditandai dengan
adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista pada tempat predileksi.
Pada pasien ini lesi dijumpai di regio frontalis, regio bucalis dextra et sinistra, regio
oralis, dan regio mentalis. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa tempat
predileksi akne vulgaris adalah muka, bahu, lengan atas, leher, dada dan punggung.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan dermatologis, maka
diagnosis banding pasien ini adalah Akne Vulgaris, Akne Venenata, dan Rosasea. Hal ini
sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa diagnosis banding dari Akne Vulgaris
adalah Akne Venenata dan Rosasea.
Penatalaksanaan pasien ini terdiri atas dua, yaitu penatalaksanaan secara umum dan
secara khusus. Penatalaksanaan secara umum adalah memberitahu pada pasien untuk menjaga
kebersihan kulit wajah, menghindari faktor pemicu seperti makanan berlemak dan pedas,
rokok, polusi debu, stres, dan pemencetan lesi yang tidak lege artis. Penatalaksanaan secara
khusus yaitu terapi topikal dan sistemik. Terapi topikal berupa Asam Retinoat krim (Vitacid)
0,05% + Hidrokortison krim 1 % dioleskan pada seluruh wajah 1 x per hari sebelum tidur, dan
Eritromisin krim (Erymed) 1% dioleskan pada lesi yang meradang 1 x per hari sebelum tidur.
Terapi sistemik berupa Doksisiklin (Interdoxin) 50 mg 2x1 tablet dan Asam Lipoik Alfa
(Seloxy AA) 1x1 tablet. Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa penatalaksanaan akne
vulgaris secara umum adalah dengan melakukan perawatan kulit untuk membersihkan
permukaan kulit dari kotoran dan jasad renik, diet rendah lemak dan karbohidrat, menghindari
faktor pemicu terjadinya akne, misalnya: hidup teratur dan sehat, cukup istirahat, hindari
stres, menghindari minuman keras dan rokok, menghindari polusi debu, dan menghindari
pemencetan lesi yang tidak lege artis. Penatalaksanaan secara topikal diberikan bahan iritan
yang dapat mengelupas kulit (peeling), misalnya sulfur (4-8%), resorsinol (1-5%), asam
salisilat (2-5%), asam vitamin A (0,025-0,1%), asam alfa hidroksi (AHA). Antibiotika topikal
misalnya oksi tetrasiklin (1%), eritromisin (1%). Antiperadangan topikal, salap atau krim
kortikosteroid berkekuatan ringan atau sedang (hidrokortison 1-2,5%). Pengobatan sistemik
diberikan antibakteri sistemik : tetrasiklin (250 mg 1,0 g/hari); eritromisin (4 x 250
mg/hari), doksisiklin (50 mg/hari), obat hormonal untuk menekan produksi androgen
8

misalnya estrogen (50 mg/hari selama 21 hari dalam sebulan), kortikosteroid sistemik untuk
menekan peradangan dan menekan sekresi kelenjar adrenal, misalnya prednison (7,5 mg/hari)
atau deksametason (0,25-0,5 mg/hari), vitamin A (50.000 ui 150.000 ui/hari), isotretinoin
(0,5 1 mg/kgBB), antiinflamasi non steroid ibuprofen (600 mg/hari)
Prognosis pada pasien ini adalah baik, hal ini sesuai dengan kepustakaan yang
menyatakan bahwa umumnya prognosis penyakit ini baik. Akne vulgaris umumnya sembuh
sebelum mencapai usia 30-40an. Jarang terjadi akne vulgaris yang menetap sampai tua atau
mencapai gradasi sangat berat.

DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, A, dkk. Akne Vulgaris. Dalam : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Kelima.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2007. Hal : 254-259
2. Harahap M. Akne Vulgaris. Dalam : Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates. 2000. Hal :
35-45
3. Mansjoer, Arif, dkk. Akne Vulgaris. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran. Jilid Dua. Edisi
Ketiga. Jakarta : Media Aesculapius. 2000. Hal 126-127
4. SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin. Akne Vulgaris. Dalam : Atlas Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi Kedua. Surabaya : FK UNAIR/RSUD Dr. Soetomo. 2012. Hal : 169-172
5. Goldstein, Beth G. Akne dan Gangguan Terkait. Dalam : Dermatologi Praktis. Jakarta :
Hipokrates. 2001. Hal : 49-54
6. Graham Robin, Brown. Akne Vulgaris. Dalam : Lecture Notes on Dermatologi. Edisi
Kedelapan. Jakarta : Erlangga. 2005. Hal : 55-63
7. Siregar R. S. Akne Vulgaris. Dalam : Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi Kedua.
Jakarta : EGC. 2004. Hal : 178-179
8. Graham Robin, Brown. Akne dan Rosasea. Dalam : Dermatologi Dasar untuk Praktek

Klinik. Jakarta : EGC. 2010. Hal : 204-208

10

Vous aimerez peut-être aussi