Vous êtes sur la page 1sur 44

MAKALAH PBL 3

MATA KULIAH KIMIA FISIKA


TEGANGAN PERMUKAAN

Disusun oleh :
KELOMPOK 3
Adinda Diandri Putri

(1406553013)

Mohamad Aufar Ghaizani

(1406552944)

Nur Annisa

(1406552931)

Rossalina Kurniawan

(1406552982)

Tubagus Rizaldy

(1406552950)

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2015

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

...2

PETA KONSEP

..3

BAB I LANDASAN TEORI

.4

BAB II JAWABAN PERTANYAAN

..11

Bagian A

11

Bagian B

17

Bagian C

29

BAB III PENUTUP

43

DAFTAR PUSTAKA 44

2!

PETA KONSEP

3!

BAB I
LANDASAN TEORI
Tegangan Permukaan
! Pengertian Tegangan Permukaan
Tegangan permukaan adalah gaya atau tarikan kebawah yang menyebabkan
permukaan cairan berkontraksi dan benda dalam keadaan tegang. Hal ini disebabkan
oleh gaya-gaya tarik yang tidak seimbang pada antar muka cairan. Gaya ini biasa segera
diketahui pada kenaikan cairan biasa dalam pipa kapiler dan bentuk suatu tetesan kecil
cairan. Tegangan permukaan merupakan fenomena menarik yang terjadi pada zat cair
(fluida) yang berada dalam keadaan diam (statis). Tegangan permukaan terjadi karena
permukaan zat cair cenderung untuk menegang sehingga permukaannya tampak seperti
selaput tipis. Tegangan permukaan ini dipengaruhi oleh gaya-gaya kimia antara
molekul air, seperti gaya tarik antar-molekul.
Tegangan permukaan didefinisikan sebagai gaya tiap satuan panjang yang bekerja pada
permukaa zat atau sebagai energi persatuan luas yang diperlukan untuk meningkatkan area
permukaan suatu cairan yang diakibatkan oleh gaya antarmolekul. Dalam sudut
termodinamika, tegangan permukaan juga dapat dideskripsikan sebagai suatu peristiwa dimana
cairan memiliki tendensi mengurangi permukaan hingga titik rendah dari potensial energi
permukaan yang diperlukan untuk mencapai kesetimbangan permukaan.

Tegangan permukaan () adalah intensitas gaya tarik modulus persatuan panjang


sepanjang suatu garis di permukaan.

!=

#
$%

............... (1)

! = tegangan permukaan (dyne/cm)


& = gaya yang dibutuhkan untuk memecah lapisan film (N/dyne)
' = panjang benda (m/cm)
Karena cairan cenderung menurunkan luas permukaannya, dibutuhkan kerja dari luar,
dimana usaha yang dibutuhkan adalah

( = )&. + ............... (2)


( = !) )2. '. +) = )!. . ............... (3)
! Faktor yang Mempengaruhi Tegangan Permukaan

4!

a.! Jenis cairan


Pada umumnya cairan yang memiliki gaya tarik antara molekulnya besar, seperti air,
maka tegangan permukaannya juga besar. Sebaliknya pada cairan seperti bensin
karena gaya tarik antara molekulnya kecil, maka tegangan permukaannya juga kecil.
b.! Suhu
Tegangan permukaan cairan turun bila suhu naik, karena dengan bertambahnya suhu
molekul- molekul cairan bergerak lebih cepat dan pengaruh interaksi antara
molekul berkurang sehingga tegangan permukaannya menurun.
c.! Adanya zat terlarut
Adanya zat terlarut pada cairan dapat menaikkan atau menurunkan tegangan
permukaan. Untuk air adanya elektrolit anorganik dan non elektrolit tertentu seperti
sukrosa dan gliserin menaikkan tegangan permukaan. Sedangkan adanya zat- zat
seperti sabun, detergen, dan alkohol adalah efektif dalam menurunkan tegangan
permukaan (Yazid, 2005).
d.! Surfaktan
Surfaktan (surface active agents), zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena
cenderung untuk terkonsentrasi pada permukaan atau antar muka. Surfaktan
mempunyai orientasi yang jelas sehingga cenderung pada rantai lurus. Sabun
merupakan salah satu contoh dari surfaktan.
e.! Konsentrasi zat terlarut
Konsentrasi zat terlarut (solut) suatu larutan biner mempunyai pengaruh terhadap
sifat-sifat larutan termasuk tegangan muka dan adsorpsi pada permukaan larutan.
Telah diamati bahwa solut yang ditambahkan kedalam larutan akan menurunkan
tegangan muka, karena mempunyai konsentrasi dipermukaan yang lebih besar
daripada didalam larutan.Sebaliknya solut yang penambahannya kedalam larutan
menaikkan tegangan muka mempunyai konsentrasi dipermukaan yang lebih kecil
daripada didalam larutan.
! Fenomena Penting Akibat Tegangan Permukaan
o! Kapilaritas
Peristiwa kapilaritas adalah naik turunnya permukaan zat cair melalui pipa kapiler.
Kapilaritas terjadi karena gaya kohesi dari tegangan permukaan dan gaya adhesi
antara zat cair dan tabung kaca. Peristiwa ini tanpa disadari terjadi disekeliling kita
seperti peristiwa naiknya minyak tanah melalui sumbu kompor adalah peristiwa
!

5!

kapilaritas. Pengisapan air dan unsur hara oleh tumbuhan melalui jaringan kapiler
merupakan peristiwa kapilaritas. Hal lainnya yaitu pengisapan air oleh kertas atau
kain juga merupakan peristiwa kapilaritas.
o! Bentuk Tetesan adalah Bulat
Tetes cairan memiliki bentuk hampir bulat. Karena tegangan permukaan, permukaan
bebas dari cairan cenderung untuk mencapai luas permukaan minimum. Karena bola
memiliki luas permukaan minimum untuk volume tertentu cairan, cairan mencoba
mengadopsi bentuk bola. Contohnya adalah tetesan air atau tetesan merkuri.
SURFAKTAN

! Pengertian, Karakteristik, dan Fungsi Surfaktan


Surfaktan (Surface active agent) adalah bahan aktif permukan yang dapat
diproduksi secara sintesis kimia maupun biokimia. Karakteristik utama surfaktan
adalah pada aktifitas permukaannya. Surfaktan mampu meningkatkan kemampuan
menurunkan tegangan permukaan dan antar muka suatu cairan, meningkatkan
kemampuan pembentukan emulsi minyak dalam air, mengubah kecepatan agregasi
partikel terdispersi yaitu dengan menghambat dan mereduksi flokulasi dan coalescence
partikel yang terdispersi sehingga kestabilan partikel yang terdispersi semakin
meningkat. Surfaktan juga mampu mempertahankan gelembung atau busa yang
terbentuk lebih lama. Karena sifatnya dapat menurunkan tengangan permukaan,
surfaktan dapat digunakan sebagai bahan pembasah, bahan pengemulsi dan bahan
pelarut.
Molekul surfaktan memiliki bagian polar yang suka akan air (hidrofilik) dan
bagian non polar yang suka akan minyak/lemak (hidrofobik). Bagian polar molekul
surfaktan dapat bermuatan positif, negatif atau netral. Umumnya bagian non polar
(hidrofobik) adalah merupakan rantai alkil yang panjang ekor, sementara bagian yang
polar (hidrofilik) mengandung gugus hidroksil dan nampak sebagai kepala surfaktan.

Gambar 1. Representasi Struktur Surfaktan

6!

Gugus hidrofilik pada surfaktan bersifat polar dan mudah bersenyawa dengan
air, sedangkan gugus hidrofobik bersifat non polar dan mudah bersenyawa dengan
minyak. Pada suatu molekul surfaktan, salah satu gugus harus lebih dominan
jumlahnya. Molekul-molekul surfaktan akan diadsorpsi lebih kuat oleh air
dibandingkan dengan minyak apabila gugus polarnya yang lebih dominan. Sebaliknya,
apabila gugus non polarnya lebih dominan, maka molekul-molekul surfaktan tersebut
akan diadsorpsi lebih kuat oleh minyak dibandingkan dengan air. Akibatnya tegangan
permukaan minyak menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi fase
kontinyu.
! Pengertian Misel
Penambahan surfaktan dalam larutan akan menyebabkan turunnya tegangan
permukaan larutan. Setelah mencapai konsentrasi tertentu, tegangan permukaan akan
konstan walaupun konsentrasi surfaktan ditingkatkan. Bila surfaktan ditambahkan
melebihi konsentrasi ini maka surfaktan mengagregasi membentuk misel. Konsentrasi
terbentuknya misel ini disebut Critical Micelle Concentration (CMC). Tegangan
permukaan akan menurun hingga cmc tercapai. Setelah cmc tercapai, tegangan
permukaan akan konstan yang menunjukkan bahwa antar muka menjadi jenuh
danterbentuk misel yang berada dalam keseimbangan dinamis dengan monomernya.
! CMC (Critical Micelle Concentration)
Penambahan surfaktan dalam larutan akan menyebabkan turunnya tegangan
permukaan larutan. Setelah mencapai konsentrasi tertentu, tegangan permukaan akan
konstan walaupun konsentrasi surfaktan ditingkatkan. Bila surfaktan ditambahkan
melebihi konsentrasi ini maka surfaktan mengagregasi membentuk misel, konsesntrasi
terbentuknya misel ini disebut Critical Micelle Concentration (CMC). Tegangan
permukaan akan menurun hingga CMC tercapai. Setelah CMC tercapai, tegangan
permukaan akan konstan yang menunjukkan bahwa antar muka menjadi jenuh dan
terbentuk misel yang berada daam keseimbangan dinamis dengan monimernya
(Genaro, 1990).

7!

Gambar 2. Struktur Misel


! Penggunaan/Aplikasi Surfaktan
Penggunaan surfaktan sangat bervariasi, seperti bahan deterjen, kosmetik,
farmasi, makanan, tekstil, plastik dan lainlain. Beberapa produk pangan seperti
margarin, es krim, dan lain-lain menggunakan surfaktan sebagai satu bahannya. Syarat
agar surfaktan dapat digunakan untuk produk pangan yaitu bahwa surfaktan tersebut
mempunyai nilai Hydrophyle Lypophyle Balance (HLB) antara 2-16, tidak beracun,
serta tidak menimbulkan iritasi. Penggunaan surfaktan terbagi atas tiga golongan, yaitu
sebagai bahan pembasah (wetting agent), bahan pengemulsi (emulsifying agent) dan
bahan pelarut (solubilizing agent).
ADSORPSI

! Pengertian Adsorpsi
Adsorpsi adalah gejala pengumpulan molekul-molekul suatu zat pada
permukaan zat lain, sebagai akibat dari ketidakjenuhan gaya-gaya pada permukaaan zat
tersebut. Dalam adsorpsi digunakan istilah adsorbat dan adsorban, dimana adsorbat
adalah substansi yang terjerap atau substansi yang akan dipisahkan dari pelarutnya,
sedangkan adsorban adalah merupakan suatu media penyerap yang dalam hal ini berupa
senyawa karbon.
Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya tarik atom atau
molekul pada permukaan zat padat. Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau
zat cair, mempunyai gaya tarik ke arah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain yang
mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat padat dan zat cair, mempunyai
gaya adsorpsi. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Pada absorpsi zat yang diserap
masuk ke dalam absorbens sedangkan pada adsorpsi zat yang diserap hanya terdapat
pada permukaannya (Sukardjo, 1990).
Komponen yang terserap disebut adsorbat (adsorbate), sedangkan daerah tempat
terjadinya penyerapan disebut adsorben (adsorbent / substrate). Berdasarkan sifatnya,
adsorpsi dapat digolongkan menjadi adsorpsi fisik dan kimia.
Perbedaan adsorpsi fisika dan kimia :

8!

Adsorpsi fisika

Adsorpsi kimia

Molekul terikat pada adsorben oleh

Molekul terikat pada adsorben oleh

gaya Van der Walls

ikatan kimia

Mempunyai entalpi reaksi -4

Mempunyai entalpi reaksi -40 sampai

sampai

-40 kJ/mol

800kJ/mol

Dapat membentuk lapisan

Membentuk lapisan Monolayer

multilayer
Adsorpsi hanya terjadi pada suhu

Adsorpsi dapat terjadi pada suhu

dibawah titik didih adsorbat

tinggi

Jumlah adsorpsi pada permukaan

Jumlah adsorpsi pada permukaan

merupakan fungsi adsorbat

merupakan karakteristik adsorben dan


adsorbat

Tidak melibatkan energi aktivasi

Melibatan energi aktivasi tertentu

tertentu
Bersifat tidak spesifik

Bersifat sangat spesifik

! Faktor-faktor yang mempengaruhi Adsorpsi, yakni:


a.! Waktu kontak

f. pH

b.! Karakteristik adsorben

g. Temperatur

c.! Luas permukaan


d.! Kelarutan adsorbat
e.! Ukuran molekul adsorbat
! Isoterm Adsorpsi
Isoterm adsorpsi adalah adsorpsi yang menggambarkan hubungan antara zat
yang teradsorpsi oleh adsorben dengan tekanan atau konsentrasi pada keadaan
kesetimbangan dan temperatur konstan. Persamaan yang sering digunakan untuk
menggambarkan data percobaan isoterm telah dikembangkan oleh
1) Freundlich,
2) Langmuir, dan
3) Brunauer, Emmett, dan Teller (Isoterm BET).

9!

! Pengertian Adsorben
Adsorben merupakan zat padat yang dapat menyerap komponen tertentu dari
suatu fase fluida. Kebanyakan adsorben adalah bahan- bahan yang sangat berpori dan
adsorpsi berlangsung terutama pada dinding pori- pori atau pada letak-letak tertentu di
dalam partikel itu. Oleh karena pori-pori biasanya sangat kecil maka luas permukaan
dalam menjadi beberapa orde besaran lebih besar daripada permukaan luar dan bisa
mencapai 2000 m/g. Pemisahan terjadi karena perbedaan bobot molekul atau karena
perbedaan polaritas yang menyebabkan sebagian molekul melekat pada permukaan
tersebut lebih erat daripada molekul lainnya.
Adsorben yang digunakan secara komersial dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
kelompok polar dan non polar.
a.!

Adsorben Polar
Adsorben polar disebut juga hydrophilic. Jenis adsorben yang termasuk
kedalam kelompok ini adalah silika gel, alumina aktif, dan zeolit.

b.!

Adsorben non polar


Adsorben non polar disebut juga hydrophobic. Jenis adsorben yang termasuk
kedalam kelompok ini adalah polimer adsorben dan karbon aktif.

Menurut IUPAC (Internasional Union of Pure and Applied Chemical) ada beberapa
klasifikasi pori yaitu :
a.! Mikropori : diameter < 2nm
b.! Mesopori : diameter 2 50 nm
c.! Makropori:diameter>50nm
Adsorben yang Umum Digunakan : Zeolit

10!

BAB II
JAWABAN PERTANYAAN
Bagian A

1.! Dalam kasus di atas terjadi fenomena permukaan pada fluida, jelaskan
pengertian tentang fenomena permukaan, dan jelaskan mengapa terjadi
perubahan tegangan permukaan setelah adanya nanopartikel.
Fenomena permukaan merupakan peristiwa peristiwa yang terjadi di dekat atau pada
permukaan suatu zat atau fase. Beberapa peristiwa yang merupakan fenomena
permukaan adalah tegangan permukaan, tegangan interfacial, adsorpsi, penyebaran
cairan di permukaan, dan katalitik.
Tegangan permukaan dapat terjadi setelah adanya nanopartikel dikarenakan pada
nanopartikel sering ditemukan dengan bahan aglomerasi dengan berbagai komposisi
seperti sifat kimia dan elektromagnetiknya. Nanopartikel dapat tersebar seperti aerosol,
suspense/koloid atau dalam keadaan menggumpal. Sebagai contoh, nanopartikel
magnetik cenderung mengelompok, membentuk sebuah aglomerat, kecuali permukaan
mereka dilapisi dengan bahan non-magnetik, dan dalam keadaan menggumpal,
nanopartikel dapat berperilaku sebagai partikel yang lebih besar, tergantung pada
ukuran aglomerat tersebut. Perilaku nanopartikel inilah yang membuat tegangan
permukaan dapat terjadi setelah adanya nanopartikel.
Penambahan nanopartikel pada suatu fluida basa pada konsentrasi yang tinggi
menyebabkan tegangan permukaan meningkat seiring dengan meningkatnya
konsentrasi partikel. Ini disebabkan karena peningkatan gaya Van der Waals antar
partikel yang terakumulasi pada interfase gas cair yang dapat menyebabkan
meningkatkan energi bebas permukaan yang juga dapat meningkatkan tegangan
permukaan.
2.! Istilah tegangan permukaan (surface tension) sangat erat hubungannya dengan
istilah intermolecular forces, jelaskan definisi dan hubungan dari kedua istilah
tersebut.
Intermolecular forces (gaya intermolekular) adalah gaya tarik/ tolak yang terjadi
antarmolekul. Apabila molekul molekul berada dalam suatu materi, gayanya disebut
cohesive force (antara molekul cairan) sementara jika berada dalam dua materi yang
berbeda, gayanya disebut adhesive force (antara cairan dan udara).

11!

Gambar 3. Terjadinya Tegangan Permukaan


Tegangan permukaan (surface tension) terjadi karena permukaan zat cair mempunyai
kecendrungan untuk menegang, sehingga permukaannya seolah olah ditutupi oleh
suatu lapisan yang tipis dan elastis. Hal ini disebabkan adanya gaya tarik menarik antara
partikel sejenis di dalam zat cair sampai ke permukaan. Di dalam cairan, tiap molekul
ditarik oleh molekul lain yang sejenis didekatnya (Interior Molecule) dengan gaya yang
sama ke segala arah (cohesive force). Sedangkan pada permukaan cairan, tiap molekul
ditarik oleh molekul sejenis didekatnya (Exterior Molecule) dengan arah gaya hanya
kesamping dan kebawah (adhesive force). Akibat terdapat perbedaan gaya tarik,
sehingga ada sisa gaya yang bekerja pada lapisan atas cairan. Gaya tersebut mengarah
kebawah karena molekul dibawah permukaan jumlahnya lebih banyak dan jarak antara
molekul lebih rapat. Adanya gaya atau tarikan kebawah menyebabkan permukaan
cairan berkontraksi dan berada dalam keadaan tegang. Keadaan tegang inilah yang
disebut dengan tegangan permukaan (surface tension). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa tegangan permukaan (surface tension) berhubungan erat dengan gaya
intermolekular, yakni gaya tarik antar molekul cairan. Semakin kuat gaya
intermolekular maka semakin kuat tegangan permukaan.
3.! Ada beberapa metoda yang dapat kita gunakan untuk menentukan tegangan
permukaan dari suatu cairan, jelaskan metoda apa saja yang Anda ketahui,
terangkan prinsipnya dan sertakan gambar.
1)!

Metode Kenaikan Kapiler


Tegangan permukaan diukur dengan melihat ketinggian cairan yang naik
melalui suatu kapiler. Bila suatu pipa kapiler di masukkan ke dalam cairan yang
membasahi dinding maka cairan akan naik ke dalam kapiler karena adanya
tegangan muka. Kenaikan cairan sampai pada suhu tinggi tertentu sehingga
terjadi keseimbangan antara gaya ke atas dan ke bawah. Metode kenaikan
kapiler hanya dapat digunakan untuk mengukur tegangan permukaan tidak bisa

12!

untuk mengukur tegangan antar muka. Sudut kontak dibentuk oleh permukaan
zat cair yang dekat dengan dinding. Sudut ini timbul akibat gaya tarik menarik
antar zat yang sama (cohesive force) dan gaya tarik antar molekul zat yang
berbeda (adhesive force). Karena dalam pipa kapiler gaya adhesi antara partikel
air dan kaca lebih besar daripada gaya kohesi antara partikel-partikel air, maka
air akan naik dalam pipa kapiler. Sebaliknya raksa cenderung turun dalam pipa
kapiler, jika gaya kohesinya lebih besar daripada gaya adhesinya. Jika sudut
kontak lebih besar dari 90o cairan akan tertekan kebawah membentuk cekungan.

$01234
567

............... (1)

h : tinggi permukaan zat cair (m)


! : tegangan permukaan (N m-1)
8 : massa jenis (kg/m3)
r : jari-jari (m)
9 : sudut kontak (m/s2)

Gambar 4. Metode Kenaikan Kapiler


2)! Metode Tensiometer Cincin Du-Nuoy
Metode ini bisa digunakan untuk mengukur tegangan permukaan ataupun
tegangan antarmuka. Prinsip dari alat ini adalah gaya yang diperlukan untuk
melepaskan suatu cincin platina iridium yang diperlukan sebanding dengan
tegangan permukaan atau tegangan antar muka dari cairan tersebut.

!=

#
:;7

)+)<=>?@A)>@AB>CD ............... (2)

13!

Gambar 5. Metode Cincin Du-Nuoy


3)! Metode Bobot Tetes
Alat yang digunakan adalah stalagnometer. Prinsip kerja nya ialah tegangan
permukaan ditentukan oleh bobot jenis cairan yang menetes secara perlahan
dari ujung pipa yang berdiri tegak

!=

E6
$;7

............... (3)

Gambar 6. Metode Bobot Tetes


4)! Metode Hitung Jumlah Tetes
Pada metode ini dihitung jumlah tetes yang dikandung suatu volume tertentu
yang akan diukur tekanan permukaannya.
Kemudian dibandingkan dengan cairan yang kira-kira tekana permukaannya
sama dengan cairan yang akan diukur
0F
0G

HF) 5F
HG 5G

............... (4)

N : jumlah tetesan ; 8 : massa jenis

Gambar 7. Metode Jumlah Tetes

14!

4.! Air juga memiliki tegangan permukaan, tahukah Anda berapa tegangan
permukaan air? Ketika Anda mempelajari tegangan permukaan air, Anda akan
menemukan istilah skin-like, terangkan pengertian dari istilah tersebut, dan
jelaskan mengapa peristiwa tersebut bisa terjadi.
Tegangan permukaan air bervariasi berdasarkan suhu dimana air tersebut ditempatkan.
Sebagai contoh, air pada suhu 0oC memiliki tegangan permukaan sebesar 0,076 N/m
sedangkan pada suhu 20oC memiliki tegangan permukaan sebesar 0,072 N/m. Dalam
air, terdapat dua jenis molekul, yakni molekul eksterior (pada permukaan) dan interior
(dibawah permukaan). Molekul interior pada setiap sisinya akan tertarik ke segala arah
sehingga resultan gayanya bernilai nol. Sedangkan molekul pada permukaan (molekul
eksterior) tidak memiliki gaya tarik ke arah atas karena tidak ada zat cair diatasnya.
Oleh karena itu pada permukaan zat cair molekul memiliki gaya resultan ke arah bawah
yang menyebabkan beberapa kekuatan ketidakseimbangan pada permukaan cairan. Hal
tersebut membuat keadaan energi dari molekul pada interior jauh lebih rendah
dibandingkan dengan molekul pada eksterior. Karena itu, molekul mencoba untuk
mempertahankan luas permukaan minimum, sehingga memungkinkan lebih banyak
molekul memiliki keadaan energi yang lebih rendah. Inilah yang menciptakan seperti
ada kulit (skin-like) pada permukaan air.
5.! Dapatkah anda menjelaskan kenapa pada konsentrasi rendah nanopartikel FeC,
tegangan permukaan nanofluida lebih rendah dibandingkan dengan tegangan
permukaan air, sedangkan pada konsentrasi tinggi, tegangan permukaan
nanofluida adalah hampir sama dengan tegangan permukaan air?
Percobaan Bhattacharya (2004) telah meneliti tentang studi tegangan permukaan yang
dipengaruhi oleh konsentrasi, suhu dan penambahan zat bahwa suhu dan konsentrasi
dapat meningkatkan dan menurunkan tegangan dari suatu permukaan zat cair. Pada
percobaan ini dilakukan variasi konsentrasi dalam senyawa yang digunakan sebagai
acuan variable bebas (Larutan 2-propanol dengan variasi konsentrasi 0,6 M ; 0,4 M ;
0,2M dan 0,1M), sedangkan metode kenaikan kapiler digunakan sebagai variabel
terikat. Didapat hasil percobaan diatas dalam tabel berikut.
No
1.

Konsentrasi (2-

Percobaan I h

Percobaan II

Percobaan III

Rata-rata h

propanol)

(cm)

h (cm)

h (cm)

(cm)

0,1 M

2,5

2,5

2,5

2,5

15!

2.

0,2 M

2,2

2,4

2,3

2,3

3.

0,4 M

2,2

2,1

2,1

2,1

4.

0,6 M

2,2

2,0

1,8

2,0

Tabel 1. Variasi konsentrasi senyawa terhadap tegangan permukaan dengan metode


kenaikan kapiler
Didapat hasil dari nilai tegangan permukaan dari beberapa zat dalam data diatas dengan
menggunakan regresi linear, seperti :
1.! Tegangan permukaan air dalam percobaan = 72,8 dyne/cm
2.! Tegangan permukaan 2-propanol : 0,1 M = 48,61 dyne/cm
3.! Tegangan permukaan 2-propanol : 0,2 M = 53,22 dyne/cm
4.! Tegangan permukaan 2-propanol : 0,4 M = 59,63 dyne/cm
5.! Tegangan permukaan 2-propanol : 0,6 M = 68,61 dyne/cm
Sehingga dari data percobaan yang diketahui didapat bahwa kenaikan dari konsentrasi
suatu zat / konsentrasi nanopartikel dalam zat cair akan menurunkan tegangan
permukaan zat sehingga nilai tegangan permukaan akan hampir sama dengan tegangan
permukaan air. Tegangan permukaan zat cair yang diamati memiliki hasil yang
berbeda-beda. Hal ini terjadi karena molekul memiliki daya tarik menarik antara
molekul sejenis yang disebut dengan daya kohesi. Daya kohesi suatu zat selalu sama,
sehingga pada permukaan suatu zat cair akan terjadi perbedaan tegangan karena tidak
adanya keseimbangan daya kohesi. Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi
pada bidang mengakibatkan kedua zat cair itu susah bercampur. Tegangan yang terjadi
pada air akan bertambah dengan penambahan garam-garam anorganik atau senyawasenyawa.
Bagian B

1.! Dapatkah Anda membantu memberikan penjelasan tentang proses pembuatan


surfaktan, seperti yang diharapkan mahasiswa tersebut? Berikan uraian secara
sistematik.
Produksi surfaktan alcohol lemak
Fatty alcohol diperoleh dengan cara hidrogenasi metil ester/asam lemak
RCH2OH + SO3 ! RCH2OSO3H

16!

RCH2OSO3H + NaOH ! RCH2OSO3Na + H2O


Berikut adalah proses prosesnya:
1.!

Process Air Separataion


Tujuannya untuk mencegah korosif pada reactor sebab embun dapat bereaksi bila
ditambah SO3 dan dapat memekatkan warna produk

2.!

Sulfur Trioxide Generation


SO2 -> SO3,dengan katalis V2O5
!

Pembakaran Sulfur
Sulfur cair dimasukkan ke pembakar sulfur, sehingga sulfur menguap
(650oC)

!
3.!

Pengkonversian SO2

Sulfasi
Dilakukan di reaktor film multitude untuk mengontrol keakurasian rasio mol
antara SO3 dengan umpan organic
Prosesnya:
!

Umpan dimasukkan dibagian atas dan mengalir ke bawah samping pipa

Ketika reaksi eksotermis, air dingin pada aliran control dijaga agar
temperature 45-50oC maksimum

!
4.!

Yield reaksi sebesar 97% dapat dicapai

Netralisasi
!

Produk dari reaktor harus dinetralisasi segera dengan hidrolisis untuk


menghindari kualitas produk yang buruk. Dilakukan dengan pencampuran
multibladed untuk hasil yang homogen

Netralisasi akan memelihara sifat-sifat alkali sekecil apapun untuk menjaga


kelancaran dan stabilitas proses

5.!

Exhaust Gas Treatment


Penghilangan komposisi gas dengan meregulsi lingkungan gas lemah terdiri dari
zat-zat organik sisa SO3 non reaksi dan gas SO2. Pertama kedua kotoran
dipindahkan dan di electrostatic presipitator. Sisa gas SO2 dipindahkan dan reaksi
dengan menambah soda kaustik yang mengalir berlawanan dengan scrubbing
column. Konsentrasi gas sisa dalam gas lemah SO2 dilepaskan kedalam atmosfir
dengan Pmax 5 ppm.

17!

2.! Diketahui bahwa surfaktan memiliki gugus hidrofilik dan lipofilik. Terangkan
kedua hubungan tersebut dan hubungannya dengan surfaktan. Jelaskan juga
pengertian tentang surfaktan beserta fungsi dan jenisnya. Ketika Anda
mempelajari surfaktan, Anda akan menemukan istilah misel, berikan
penjelasan tentang istilah tersebut. Berikan contoh tentang kinerja salah satu
surfaktan, gunakan gambar sebagai ilustrasinya.
Surfaktan merupakan suatu molekul yang memiliki gugus hidrofilik dan gugus lipofilik
sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak. Surfaktan
(surface active agent) adalah bahan aktif permukan yang dapat diproduksi secara
sintesis kimia maupun biokimia dimana karakteristik utama surfaktan adalah pada
aktifitas permukaannya. Aktifitas surfaktan diperoleh karena sifat ganda dari
molekulnya. Molekul surfaktan memiliki bagian polar yang suka akan air (hidrofilik)
dan bagian non polar yang suka akan minyak/lemak (lipofilik). Bagian polar molekul
surfaktan dapat bermuatan positif, negatif atau netral. Sifat rangkap ini yang
menyebabkan surfaktan dapat diadsorpsi pada antar muka udara-air, minyak-air dan zat
padat-air, membentuk lapisan tunggal dimana gugus hidrofilik berada pada fase air dan
rantai hidrokarbon ke udara, dalam kontak dengan zat padat ataupun terendam dalam
fase minyak. Umumnya bagian non polar (lipofilik) adalah merupakan rantai alkil yang
panjang, sementara bagian yang polar (hidrofilik) mengandung gugus hidroksil.
Surfaktan mempunyai peran penting untuk menurunkan tegangan permukaan bahan
yang dikenai. Penggunaan surfaktan terbagi atas tiga golongan, yaitu sebagai bahan
pembasah (wetting agent), bahan pengemulsi (emulsifying agents), dan sebagai bahan
penglarut (solubilizing agents).
Klasifikasi surfaktan berdasarkan muatannya dibagi menjadi empat golongan yaitu :
1.! Surfaktan anionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu anion.
Surfaktan ini membentuk kelompok surfaktan yang paling besar dari jumlahnya.
Sifat hidroliknya berasal dari bagian kepala ionik yang biasanya merupakan gugus
sulfat atau sulfonat. Pada kasus ini, gugus hidrofob diikat ke bagian hidrofil dengan
ikatan C-O-S yang labil, yang mudah dihidrolisis. Beberapa contoh dari surfaktan
anionik adalah linier alkilbenzen sulfonat (LAS), alkohol sulfat (AS), alpha olefin
sulfonat (AOS) dan parafin atau secondary alkane sulfonat (SAS). Surfaktan jenis
ini banyak digunakan pada industri laundri dan juga dimanfaatkan dalam proses
perbaikan atau perawatan tanah yang tercemar minyak. Surfaktan ini dapat
!

18!

bereaksi dalam air cucian dengan ion air sadah bermuatan positif seperti kalsium
dan magnesium.
Natrium dodekil sulfonat

: C12H23CH2SO3-Na+

Natrium dodekil benzensulfonat : C12H25ArSO3-Na+

Gambar 8. Contoh Surfaktan Anionik

2.! Surfaktan kationik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu kation.
Kegunaanya pada industri pelembut pakaian dan deterjen, surfaktan kationik akan
membuat bahan menjadi lebih lembut. Biasanya juga ditemui sebagai agent
pembersih pada pembersih rumah dan toilet. Contohnya garam alkil trimethil
ammonium, garam dialkil-dimethil ammonium dan garam alkil dimethil benzil
ammonium.
C12H25Cl + N(CH3)3 [C12H25N-(CH3)3] + Cl-

Gambar 9. Contoh Surfaktan Kationik

19!

3.! Surfaktan nonionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya tidak bermuatan.
Surfaktan sejenis ini tidak berdisosiasi dalam air, tetapi bergantung pada struktur
(bukan keadaan ion-nya) untuk mengubah hidrofilitas yang membuat zat tersebut
larut dalam air. Surfaktan nonionik biasanya digunakan bersama-sama dengan
surfaktan aniomik. Jenis ini hampir semuanya merupakan senyawa turunan
poliglikol, alkiloamida atau ester-ester dari polihidroksi alkohol. Contohnya ester
gliserin asam lemak, ester sorbitan asam lemak, ester sukrosa asam lemak,
polietilena alkil amina, glukamina, alkil poliglukosida, mono alkanol amina,
dialkanol amina dan alkil amina oksida.
Pentaeritritit palmitat

: CH3(CH2)14COO-CH2-C(CH2OH)3

Polioksietilendodekileter : C12H25-O-(CH2-CH2O)2H

Gambar 10. Contoh Surfaktan Nonionik


4.! Surfaktan amfoter yaitu surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan
positif dan negative, bergantung pada kondisi pH lingkungan. Contohnya surfaktan
yang mengandung asam amino, betain, fosfobetain. Surfaktan pada umumnya
disintesis dari turunan minyak bumi, seperti linier alkilbensen sulfonat (LAS), alkil
sulfonat (AS), alkil etoksilat (AE) dan alkil etoksilat sulfat (AES).

Gambar 11. Contoh Surfaktan Amfoter


Salah satu sifat khas surfaktan adalah pembentukan misel yaitu fenomena penting
yang mempengaruhi sifat permukaan seperti detergensi, solubilisasi dan tegangan
permukaan. Misel adalah kumpulan ion ion surfaktan atau molekul surfaktan
yang berkumpul menjadi satu bentuk, dengan gugus hidrofil di luar dan terikat pada
air sedangkan gugus hidrofob berada di dalam untuk membentuk globulan
!

20!

globulan minyak, dengan struktur bulat dengan diameter sekitar 5 nm yang


terbentuk dari monomer-monomer surfaktan. Bagian dalam misel tersusun dari
rantai hidrokarbol surfaktan sedangkan bagian luar misel tersusun dari kepala
ioniknya.
Misel terbentuk karena 2 faktor yang saling berkompetisi, yaitu pemindahan rantai
hidrokarbon menjauhi air ke interior seperti minyak mendorong miselisasi. Ini
utamanya akibat efek entropi disebut juga efek hidrofobik (sebagai contoh:
terbentuk misel dari molekul surfaktan mendorong penurunan entropi surfaktan
namun air mengalami kenaikan entropi jauh lebih besar), dan tolak menolak antar
gugus kepala polar saat mereka saling mendekat menghalangi proses agregasi
(sebagai contoh: gugus kepala harus mengalami dehidrasi jika ingin mendekat satu
sama lain, hal ini memicu tolakan hidrasi). Surfaktan, tak hanya beragregasi
membentuk misel spheris tapi juga silinder, bilayer dan misel terbalik.

Gambar 12. Tipe Misel Spherical, Bilayer, dan Silinder


Pada aplikasinya sebagai bahan pembersih untuk material kain, tanah dan sejenisnya,
surfaktan dapat bekerja melalui tiga cara yang berbeda, yakni roll up, emulsifikasi dan
solubilisasi.
a.! Roll up
Pada mekanisme ini, surfaktan bekerja dengan menurunkan tegangan antarmuka
antara minyak dengan kain atau material lain yang terjadi dalam larutan berair.
b.! Emulsifikasi
Pada mekanisme ini surfaktanmenurunkan tegangan antarmuka minyak-larutan dan
menyebabkan proses emulsifikasi terjadi.
c.! Solubilisasi

21!

Melalui interaksi dengan misel dari surfaktan dalam air (pelarut), senyawa secara
simultan terlarut dan membentuk larutan yang stabil dan jernih. Mekanismenya roll
up dan emulsifikasi terdapat pada Gambar berikut.

Gambar 13. Mekanisme Kerja Surfaktan (a) Roll Up dan (b) Emulsi
3.! Penggunaan surfaktan terbagi atas tiga golongan, jelaskan dan uraikan dengan
singkat? Untuk penggunaan dalam bidang pangan, ada syarat syarat tertentu
yang harus dipenuhi oleh surfaktan, uraikan secara singkat.
Penggunaan surfaktan terbagi atas tiga golongan, yaitu sebagai bahan pembasah
(wetting agent), bahan pengemulsi (emulsifying agent) dan bahan pelarut (solubilizing
agent). Penggunaan surfaktan ini bertujuan untuk meningkatkan kestabilan emulsi
dengan cara menurunkan tegangan antarmuka antara fasa minyak dan fasa cair.
Surfaktan dipergunakan baik berbentuk emulsi minyak dalam air maupun berbentuk
emulsi air dalam minyak.
Emulsi didefinisikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari dua fasa cairan yang tidak
saling melarut, dimana salah satu cairan terdispersi dalam bentuk globula-globula
cairan lainnya. Cairan yang terpecah menjadi globula globula dinamakan fase
terdispersi, sedangkan cairan yang mengelilingi globula globula dinamakan fase
kontinu atau meduim dispersi. Berdasarkan jenisnya emulsi dibedakan menjadi dua,
yaitu :
1.! Emulsi minyak dalam air (O/W)

22!

Adalah emulsi dimana bahan pengemulsinya mudah larut dalam air sehingga air
dikatakan sebagai fase eksternal.
2.! Emulsi air dalam minyak (W/O)
Adalah emulsi dimana bahan pengemulsinya mudah larut dalam minyak.
Syarat agar surfaktan dapat digunakan untuk produk pangan yaitu surfaktan tersebut
mempunyai nilai Hydrophyle Lypophyle Balance (HLB) antara 2-16, tidak beracun,
serta tidak menimbulkan iritasi. Penggunaan surfaktan terbagi atas tiga golongan, yaitu
sebagai bahan pembasah (wetting agent), bahan pengemulsi (emulsifying agent) dan
bahan pelarut (solubilizing agent).
4.! Setelah Critical Micelle Concentration (CMC) tercapai, tegangan permukaan akan
konstan yang menunjukkan bahwa antar muka menjadi jenuh dan terbentuk
misel yang berada dalam keseimbangan dinamis dengan monomernya.
Bagaimana menentukan CMC, gambarkan salah satu grafik yang dapat
menunjukkan penentuan CMC!
Definisi CMC (Critical Micelle Concentration)
Penambahan surfaktan dalam larutan akan menyebabkan turunnya tegangan
permukaan larutan. Setelah mencapai konsentrasi tertentu, tegangan permukaan akan
konstan walaupun konsentrasi surfaktan ditingkatkan. Bila surfaktan ditambahkan
melebihii konsentrasi ini maka surfaktan mengagregasi membentuk misel, konsesntrasi
terbentuknya misel ini disebut Critical Micelle Concentration (CMC). Tegangan
permukaan akan menurun hingga CMC tercapai. Setelah CMC tercapai, tegangan
permukaan akan konstan yang menunjukkan bahwa antar muka menjadi jenuh dan
terbentuk misel yang berada daam keseimbangan dinamis dengan monimernya
(Genaro, 1990).
Salah satu sifat surfaktan adalah mengalami agregasi spontan dalam air dan membentuk
struktur seperti misel, silinder, bilayer, dan lain-lain. Struktur ini sering juga dinamakan
koloid asosiasi. Ketika sodium dodecylsulfate (SDS) ditambahkan ke air, pada
konsentrasi rendah, anion molekul dodecylsulfate terlaurt sebagai individual ion.
Karena adanya rantai karbon, SDS cenderung mengadsorpsi pada interface udara-air
dengan rantai hidrokarbon mengarah ke fase uap. Tegangan permukaan turun dengan
meningkatnya konsentrasi SDS.

23!

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai CMC, untuk deret homolog surfaktan
rantai hidrokarbon, nilai CMC bertambah 2 kali dengan berkurangnya satu atom C
dalam rantai. Gugus aromatik dalam rantai hidrokarbon akan memperbesar nilai CMC
dan juga memperbesar kelarutan. Adanya garam menurunkan nilai CMC surfaktan ion.
Penurunan CMC hanya bergantung pada konsentrasi ion lawan, yaitu makin besar
konsentrasinya makin turun CMC -nya.
Karena pada CMC terjadi penggumpalan dari molekul surfaktan, maka cara penentuan
cmc dapat menggunakan cara-cara penentuan besaran fisik yang menunjukkan
perubahan dari keadaan ideal menjadi tak ideal. Di bawah cmc larutan menjadi bersifat
ideal. Sedangkan diatasnya cmc larutan bersifat tak ideal. Besaran fisik yang dapat
digunakan ialah tekanan osmosa, titik beku larutan, hantaran jenis atau hantaran
ekivalen, kelarutan solubilisasi, indeks bias, hamburan cahaya, tegangan permukaan,
dan tegangan antarmuka.

Grafik 1. Hubungan Konsentrasi dengan Tegangan Permukaan


Grafik diatas menunjukan bahwa tegangan permukaan cenderung untuk turun seiring
bertambahnya konsentrasi surfaktan yang diberikan hingga CMC. Saat CMC tercapai
tegangan permukaan dari suatu larutan akan konstan dan tidak terpengaruh banyaknya
konsentrasi surfaktan yang diberikan, hal ini menunjukkan bahwa menjadi jenuh dan
terbentuk misel yang berada dalam keseimbangan dinamis dengan monomernya. Di
bawah CMC hanya terbentuk unimer dan diatas CMC, misel berkestimbangan dengan
unimer.
Cara menentukan CMC
Nilai konsentrasi kritis misel (CMC) dapat diketahui dengan membuat grafik hubungan
antara konsentrasi (C) dengan daya hantar listrik (DHL) suatu larutan pada setiap
temperaturnya.

24!

"! Contoh Grafik Penentuan Nilai CMC

Grafik 2. Hubungan Konsentrasi dengan Daya Hantar Listrik pada Gelatin


Grafik di atas merupakan grafik hubungan antara C vs DHL pada gelatin untuk suhu
30C. Berdasarkan grafik tersebut diketahui bahwa perubahan nilai DHL paling
tinggi terjadi saat konsentrasi 2,38 g/L. Sehingga, dapat dikatakan nilai CMC pada
suhu 30C yaitu sebesar 2,38 g/L.
"! Contoh Grafik Penentuan Energi Miselisasi
Untuk menentukan energi miselisasi (H), dibuat terlebih dahulu grafik hubungan
antara konsentrasi (C) dengan daya hantar listrik (DHL) seperti grafik diatas dengan
temperatur yang bervariasi, misalnya untuk suhu pada 30C, 32C, 34C, 36C, dan
38C. Sehingga, setelah dibuat seluruh grafik tersebut, dibuat kembali grafik
hubungan antara (1/T) dengan (ln CCM), dimana nilai CCM telah didapatkan
seluruhnya dari grafik antara konsentrasi dan daya hantar listrik sebelumnya.

25!

Grafik 3. Hubungan CMC pada Setiap Temperatur


Grafik di atas merupakan grafik hubungan antara 1/T vs ln CCM pada penentuan
nilai konsentrasi kritis misel gelatin dalam pelarut air. Berdasarkan grafik tersebut
diperoleh persamaan garis y = 239,2x + 0,081 dan R2 = 0,746. Persamaan garis
tersebut menyatakan

. Gradien garis dinyatakan

, sehingga

diperoleh nilai H yakni 1988,709 J atau 1,989 kJ.


5.! Dalam produk kosmetik, biasanya terdapat lebih dari satu jenis surfaktan.
Dapatkah anda menjelaskan alasan penggunaan surfaktan ini, dan apakah
surfaktan yang dipilih harus dari golongan yang sama atau tidak? Jelaskan dan
berikan contoh, tambahkan referensi yang anda gunakan untuk mendukung
penjelasan anda.
Secara umum kosmetik dan personal tersebut memberikan manfaat sebagai Pembersih
(rambut & kulit), Perlindungan kulit, penahan air, Penghilang bau. Sebagai pengguna
konsumen, tentunya menilai produk dari segi warna, bau, tekstur, keamanan, dan
aplikasi produk itu sendiri. Salah satu dari penentuan faktor-faktor produk itu
berkualitas adalah dari penggunaan surfaktan.
Syarat-syarat suatu kosmetik dalam aplikasinya :
a.! Memberikan kulit yang sehat
b.! Menjaga kelembaban
c.! Bebas dari kotoran dan tidak toksik
d.! Tidak memberikan efek iritasi
e.! Tidak menimbulkan alergi
Surfaktan merupakan senyawa yang dapat menurukan tegangan permukaan suatu
system, dimana adalah subtansi yang dalam keadaan rendah mempunyai sifat dapat
terabsorbsi pada sebagian atau seluruh antar muka sistem. Surfaktan mempunyai gugus
hidrofil dan lipofil yang seimbang sehingga mampu menjadi jembatan penghubung
antara polar dan nonpolar yang dapat menyebabkan terjadinya interaksi antara ke 2 fase
tersebut dengan baik.
Pada kosmetik dan personal care, surfaktan yang digunakan memiliki syarat-syarat.

26!

Syarat syarat untuk surfaktan yang digunakan dalam kosmetik antara lain :
a.! Surfaktan harus stabil efektivitasnya selama dalam penyimpanan maupun selama
penggunaannya. Pengaruh pH dan kadar asam tidak boleh menghambat efektivitas
dari surfaktan itu sendiri.
b.! Kadar surfaktan yang digunakan tidak boleh mengiritasi, melukai, atau sensitif pada
kulit; misalnya untuk kosmetik yang memiliki kontak dengan mata, seperti sampo,
atau yang diabsorpsi oral, seperti lipstik dan pasta gigi.
c.! Surfaktan tidak boleh mempunyai efek samping yang tidak diinginkan, misalnya
dalam aerosol tidak boleh merusak logam atau dalam desinfektan tidak boleh
menghambat efektivitas dari surfaktan itu.
d.! Surfaktan tidak boleh mempengaruhi bau dan warna dari kosmetik.
Untuk meminimalkan risiko medis, pembuat kosmetik cenderung menggunakan
surfaktan polimer. Selain itu surfaktan anionik, kationik, nonionik, dan amfoterik juga
dapat digunakan. Beberapa penelitian menggunakan surfaktan alami karena lebih aman
untuk diaplikasikan.
Dan fungsi dari surfaktan yang berperan dalam kosmetik itu sendiri yaitu :
1.! Surfactants, Cleansing Agents
2.! Surfactants, Emulsifying Agents
3.! Surfactants, Foam Boosters
4.! Surfactants, Hydrotropes
5.! Surfactants, Solubilizing Agents
6.! Surfactants, Suspending Agents
Jenis-jenis surfaktan yang digunakan dalam kosmetik beserta fungsinya antara lain :
a.! Surfaktan Anionik
Surfaktan ini berguna untuk aplikasi yang memerlukan pembersihan (perlengkapan
mandi dan busa).
! Surfaktan Asam Karboksilat
Stearat digunakan untuk produk seperti deodoran dan anti-perspirant. Garam
(Natrium stearat) digunakan untuk membuat sabun yang sangat baik.
! Sulfat

27!

Natrium lauril sulfat (SLS), Amonium sulfat lauril (ALS) atau teretoksilasi, dan
Natrium sulfat laureth (SLES) digunakan dalam penggunaan pembuatan sabun.
Surfaktan tersebut merupakan pembuat foam yang sangat baik, agen pembersih,
dan harganya relatif murah.
! Asam sulfonat
Umumnya lebih ringan dibandingkan sulfat. Mereka termasuk Taurates (berasal
dari taurin), Isethionates (berasal dari asam isethionic), sulfonat olefin, dan
Sulfosuccinates. Surfaktan ini jarang digunakan harganya yang relatif mahal
untuk diproduksi.
b.! Surfaktan Kationik
Surfaktan kationik yang paling banyak digunakan dalam kosmetik yaitu Quats.
Quats seperti klorida Cetrimonium dan Klorida Stearalkonium memberikan dasar
untuk kondisioner rambut. Masalah dari surfaktan kationik biasanya tidak
kompatibel dengan surfaktan anionik. Sehingga sulit untuk menghasilkan produk
yang bersih atau murni jika digunakan secara bersamaan. Surfaktan kationik juga
bisa menyebabkan iritasi sehingga hal tersebut juga harus dipertimbangkan ketika
akan menggunakan kosmetik dengan kationik.
c.! Surfaktan Amfoter
Contohnya antara lain seperti pada Lauriminodipropionate Natrium dan
Lauroamphodiacetate Dinatrium. Amfoterik digunakan dalam kosmetik sebagai
surfaktan sekunder. Amfoterik dapat membantu meningkatkan busa dan bahkan
iritasi, di gunakan untuk shampo bayi dan produk pembersih lain yang memerlukan
kelembutan. Kekurangan adalah bahwa mereka tidak memiliki sifat pembersihan
yang baik dan tidak berfungsi dengan baik sebagai emulsifier.
d.! Surfaktan Non ionik
Surfaktan yang tidak bermuatan. Paling sering digunakan sebagai emulsifier, bahan
pendingin, dan agen pelarut. Non ionik yang digunakan untuk kosmetik termasuk
alkohol, alkanolamides, ester, dan oksida amina. Surfaktan non ionik yang umum
digunakan yaitu surfaktan teretoksilasi tetapi surfaktan ini dapat bersifat
karsinogenik. Alkohol seperti setil alkohol atau stearil digunakan dalam krim dan
lotion untuk memberikan kelembutan pada kulit. Alkohol juga membantu
menstabilkan emulsi dan dapat mengurangi iritasi. Oksida amina seperti oksida
Cocamidopropylamine digunakan untuk meningkatkan busa dalam produk

28!

pembersih. Ester polisorbat juga merupakan bahan pelarut yang sangat baik untuk
minyak wangi.
Bagian C

1.! Ada beberapa istilah yang hampir mirip, yaitu adsorpsi, adsorben dan adsorbat,
dapatkah Anda menjelaskan perbedaannya? Berikan penjelasan juga tentang
jenis adsorpsi, sertakan dengan contoh.
! Adsorpsi adalah pemisahan bahan dari suatu campuran gas atau cair dimana
bahan yang akan dipisahkan ditarik oleh permukaan zat padat.
! Adsorbat adalah senyawa terlarut yang dapat diserap (berupa campuran
gas atau cairan)
! Adsorben adalah padatan dimana di permukaannya terjadi pengumpulan
senyawa yang diserap (berupa padatan)
Contoh : proses adsorpsi molekul organic oleh karbon aktif. Pada proses adsorpsi
ini, molekul organic bertindak sebagai adsorbat sedangkan karbon aktif bertindak
sebagai adsorben.
Jenis adsorpsi berdasarkan proses terjadinya ada dua, yaitu adsorpsi kimia dan
adsorpsi fisika.
1.! Adsorpsi fisika (Physisorption)
Adsorpsi fisika terjadi ketika Interaksi antara adsorben dan adsorbat adalah
gaya Van der Walls, dimana ketika gaya tarik molekul antara larutan dan
permukaan media lebih besar daripada gaya tarik substansi terlarut dan larutan,
maka substansi terlarut akan diadsorpsi oleh permukaan media. Adsorpsi
fisika ini memiliki gaya tarik Van der Walls yang kekuatannya relatif kecil.
Molekul terikat sangat lemah dan energi yang dilepaskan pada adsorpsi fisika
relatif rendah sekitar 20 kJ/mol.
Contoh : Adsorpsi oleh karbon aktif. Karbon aktif merupakan senyawa karbon
yang diaktifkan dengan cara membuat pori pada struktur karbon
tersebut. Aktivasi karbon aktif pada temperatur yang tinggi akan menghasilkan
struktur berpori dan luas permukaan adsorpsi yang besar. Semakin besar luas
permukaan, maka semakin banyak substansi terlarut yang melekat pada
permukaan media adsorpsi.
2.! Adsorpsi kimia (Chemisorption)
!

29!

Adsorpsi kimia terjadi ketika terbentuknya ikatan kimia (bukan ikatan van Dar
Walls) antara senyawa terlarut dalam larutan dengan molekul dalam media.
Chemisorpsi

terjadi

diawali

dengan

adsorpsi

fisik,

yaitu

partikel

adsorbat tertarik ke permukaan adsorben melalui gaya Van der Walls


ataubisa melalui ikatan hidrogen. Dalam adsorpsi kimia, partikel melekat pada
permukaan dengan membentuk ikatan kimia (biasanya ikatan kovalen), dan
cenderung mencari tempat yang memaksimumkan bilangan koordinasi dengan
substrat.
Contoh : Ion exchange
2.! Proses atau mekanisme adsorpsi secara umum dapat berlangsung melalui tiga
tahap, jelaskan apa saja? Tuliskan referensi yang Anda rujuk dan kalau ada
model atau video untuk proses ini, anda bisa tambahkan sebagai penjelasan.
Tahap berlangsungnya adsorpsi:
1.! Transfer molekul zat zat terlarut yang teradsorpsi menuju lapisan film yang
mengelilingi adsorben
2.! Difusi zat terlarut yang teradsorpsi melalui lapisan film (film diffusion process)
3.! Difusi zat terlarut yang teradsorpsi melalui kapiler/pori dalam adsorben (pore
diffusion process)
Setelah tahap diatas, terjadi proses adsorpsi sebenarnya, yaitu adsorpsi zat terlarut yang
teradsorpsi pada dinding pori atau permukaan adsorben.
3.! Dalam adsorpsi isotherm, terdapat 5 tipe yang biasanya digambarkan dalam
grafik, yang memperlihatkan apakah adsorpsi yang tejadi pada suhu konstan
tersebut monolayer atau multilayer. Jelaskan pengertian dari adsorpsi isotherm
dan jelaskan 5 tipe yang dimaksud. Dalam model adsorpsi isoterm kita
diperkenalkan dengan model adsorpsi isotherm Langmuir, Freundlich, dan BET.
Jelaskan perbedaannya antara ketiga model tersebut. Berikan masing-masing
satu contoh persamaannya. Dapatkan kita menentukan efisiensi kapasitas
adsorpsi dari model yang diberikan? Jelaskan. (Sertakan dengan referensi yang
anda gunakan)
Adsorpsi Isoterm adalah adsorpsi yang menggambarkan hubungan antara zat yang
teradsorpsi oleh adsorben dengan tekanan atau konsentrasi pada suhu konstan.
Terdapat 5 tipe adsorpsi isoterm yang biasa digunakan dalam grafik, yaitu:
!

30!

Gambar 14. Tipe Adsorpsi Isoterm


1.! Adsorpsi Isoterm Tipe I
! Membentuk lapisan monolayer
! Adsorpsi kimiawi dan adsorpsi fisika
! Dilihat dari grafik, mula - mula konsentrasi atau tekanan bertambah
berbanding lurus dengan zat yang teradsorpsi, kemudian konstan.
! Hubungan matematik yang menjelaskan adsorpsi isotherm tipe I adalah
isotherm Langmuir.
! Pada penjelasan dengan persamaan BET, ketika

I
IJ

1 dan M 1, maka hal

tersebut akan mnyebabkan formasi monolayer


! Contohnya adalah adsorpsi Nitrogen atau hydrogen dengan arang pada
temperatur dekat -1800oC.
2.! Adsorpsi Isoterm Tipe II
! Membentuk lapisan multilayer
! Adsorpsi Fisika
! Dilihat dari grafik, bagian datar di tengah menunjukkan lapisan monolayer
yang kemudian terbentuk lapisan lagi yang menyebabkan lapisan multilayer.
! Hubungan matematik yang menjelaskan adsorpsi isotherm tipe II adalah
isotherm BET (Brunaur, Emmet, dan Teller)
! Contohnya adalah nitrogen yang diadsorpsi oleh silica gel pada -1950 oC
!

31!

3.! Adsorpsi Isoterm Tipe III


! Membentuk lapisan multilayer
! Adsorpsi Fisika
! Hubungan matematik yang menjelaskan adsorpsi isotherm tipe II adalah
isotherm BET (Brunaur, Emmet, dan Teller)
! Pada persamaan BET, jika nilai M 1 maka Adsorpsi Isoterm type III terjadi.
! Contohnya adalah bromine yang di adsorpsi oleh silica gel / iodie pada 790
o

4.! Adsorpsi Isoterm Tipe IV


! Membentuk lapisan multilayer
! Adsorpsi Fisika
! Dilihat dari grafik, hampir mirip dengan tipe II tetapi perbedaannya tipe IV
adalah lanjutan tipe II, lanjutannya menuju bagian datar/konstan.
! Hubungan matematik yang menjelaskan adsorpsi isotherm tipe IV adalah
isotherm BET (Brunaur, Emmet, dan Teller)
! Kondensasi gas pada pori atau kapiler
! Contohnya adalah benzene yang diadsorpsi oleh Fe2O3 pada 500 oC dan
adsorpsi benzene oleh silica gel pada 500 oC.
5.! Adsorpsi Isoterm Tipe V
! Membentuk lapisan multilayer
! Adsorpsi Fisika
! Dilihat dari grafik, hampir mirip dengan tipe III tetapi perbedaannya tipe V
adalah lanjutan tipe III, lanjutannya menuju bagian datar/konstan.
! Hubungan matematik yang menjelaskan adsorpsi isotherm tipe IV adalah
isotherm BET (Brunaur, Emmet, dan Teller)
! Kondensasi gas pada pori atau kapiler
! Contohnya adalah uap air diadsorpsi oleh arang pada 1000 oC
Perbedaan Isoterm Langmuir, Freundlich dan BET:
! Isoterm Langmuir
Isoterm ini berdasar asumsi bahwa:

32!

a.! Adsorben mempunyai permukaan yang homogen dan hanya dapat


mengadsorpsi satu molekul adsorbat untuk setiap molekul adsorbennya. Tidak
ada interaksi antara molekul-molekul yang terserap.
b.! Semua proses adsorpsi dilakukan dengan mekanisme yang sama.
c.! Hanya terbentuk satu lapisan tunggal saat adsorpsi maksimum.
Langmuir mengasumsikan bahwa zat padat mempunyai permukaan yang seragam di
setiap bagian. Kemudian, Langmuir mengasumsikan bahwa molekul yang diadsorpsi
tidak berinteraksi dengan molekul lain, karena molekul yang diadsorpsi akan
dilokalisasi pada bagian tertentu suatu zat. Pendekatan Langmuir didasarkan oleh
kinetika adsorpsi molekul (kA) yang dipengaruhi oleh tekanan parsial adsorbate,
jumlah lokalisasi adsorpsi yang belum ditempati (N n) dimana N merupakan jumlah
lokalisasi pada permukaan dan merupakan lokalisasi yang sudah ditempati dan laju
dari desorpsi (kD). Saat kesetimbangan, laju adsorpsi dan desorpsi dari molekul akan
sama

>O P Q S = ) >T S (1)


Sehingga konstanta kesetimbangan untuk proses adsorpsi dan desorpsi akan
dirumuskan sebagai berikur

UBV = )

WO
WT

=)

X
Y(H[X)

(2)

Misalkan merupakan fraksi lokalisasi adsorpsi yang telah ditempati pada waktu
tertenru, maka dapat dirumuskan sebagai berikut

=)

^
_

`ab )Y
cd`ab )Y

Asumsi Langmuir memiliki banyak keterbatasan, seperti asumsi bahwa gas yang
diadsorpsi harus berperilaku sebagai gas ideal, sehingga asumsi ini hanya berlaku pada
tekanan rendah. Kemudian, kebanyakan permukaan tidak memiliki permukaan yang
seragam. Kemudian molekul yang diadsorpsi pasti akan mengalami interaksi dengan
molekul yang sejenis. Kemudian, terdapat banyak bukti yang menunjukkan bahwa
molekul yang diadsorpsi dapat bergerak di permukaan.
! Isoterm Freundlich
Isoterm ini berdasarkan asumsi bahwa adsorben mempunyai permukaan yang
heterogen dan tiap molekul mempunyai potensi penyerapan yang berbeda-

33!

beda. Persamaan ini merupakan persamaan yang paling banyak digunakan saat
ini. Persamaan Freundlich adalah sebagai berikut :
F

e = >fg (3)
e = ))+/i) (4)
Adsoprsi yang tidak melibatkan gas memiliki persamaan sebagai berikut :
j
E

= >M c/X (5)


c

log e = log > + log M (6)


X

dimana,
y

= berat atau volume zat yang teradsobrsi per satuan luas atau massa adsorban.

= banyaknya zat terlarut yang teradsorpsi (mg)

= massa dari adsorben (mg) atau tekanan untuk gas

= tekanan saat kesetimbangan tercapai

= konsentrasi dari adsorbat yang tersisa dalam kesetimbangan

k, n

= konstanta adsorben

Persamaan ini mengemukakan lokalisasi adsorpsi pada permukaan akan memiliki heat
of adsorption yang berbeda, atau lebih tepatnya berubah secara eksponensial
bergantung pada cakupan permukaan.
! Isoterm BET
Isoterm ini berdasarkan asumsi bahwa adsorben mempunyai permukaan yang
homogen. Perbedaan isoterm ini dengan Langmuir adalah BET berasumsi bahwa
moleku molekul adsorbat bisa membentuk lebih dari satu lapisan adsorbat di
permukaannya. Pada isoterm ini, mekanisme adsoprsi untuk setiap proses adsorpsi
berbeda-beda. Mekanisme yang diajukan dalam isoterm ini adalah
I
o

I J [I

c
op 1

1[c

op 1 I J

(7)

dimana,

q = Volume
f = Tekanan

fr = Tekanan uap jenuh adsorbat pada suhu tertentu


s=B

tF [tu /vw

34!

Isoterm Langmuir biasanya lebih baik apabila diterapkan untuk adsorpsi kimia,
sedangkan isoterm BET akan lebih baik daripada isotherm Langmuir bila diterapkan
untuk adsorpsi fisik.
4.! Teknologi adsorpsi adalah dikenal paling ekonomis. Bagaimana menurut anda?
Berikan contoh kasus untuk proses adsorpsi terutama kasus untuk penghilangan
merkuri dalam hidrokarbon cair? Tuliskan referensi yang anda gunakan!
Adsorpsi merupakan teknik pemurnian yang dikenal ekonomis karena dari segi
penggunaan, ketersediaan, dan biayanya dinilai unggul. Adsorpsi menganut prinsip
yang sederhana tanpa membutuhkan kondisi spesifik yang ekstrim. Adsorbent, yaitu
zat pengadsorpsi merupakan zat yang umumnya dapat diregenerasi sehingga dapat
digunakan kembali dan mengurangi biaya perusahaan. Salah satu penerapan adsorpsi
yang kerap digunakan adalah proses penghilangan merkuri pada hidrokarbon cair.
Teknologi adsorpsi yang paling ekonomis adalah adsorpsi dengan karbon aktif karena
karbon aktif biasanya dibuat dari bahan baku yang mudah didapatkan dan dengan harga
yang murah. Seseuai dengan referensi yang didapatkan EPA, Capsule Report:
Aqueous Mercury Treatment, National Risk Management Research Laboratory Office
of Research and Development, US EPA Cincinnati, OH 45268.1997, untuk proses
adsorpsi penghilangan merkuri dalam hidrokarbon cair dapat dilakukan dengan 2 cara
yaitu adsorpsi dengan karbon aktif bubuk dan adsorpsi dengan karbon aktif granular.
Penghilangan merkuri dengan proses adsorpsi dengan karbon aktif umumnya
digunakan untuk penghilangan merkuri dengan konsentrasi yang rendah. Untuk proses
adsorpsi dengan karbon aktif dapat dilakukan dengan filter karbon aktif granular.
Karbon aktif merupakan zat karbon yang berwarna hitam dan mempunyai porositas
yang tinggi. Diameter partikel molekul karbon aktif antara 10-105 [A] dan luas
permukaan spesifiknya antara 500 1500 m2 per gram, mempunyai daya adsorpsi yang
besar terhadap zat-zat misalnya detergent, senyawa phenol, warna organic, gas H2S,
methane dan zat-zat lainnya dalam bentuk gas maupun cairan.

35!

Sifat dan Jenis Karbon Aktif


Daya adsorpsi karbon aktif tergantung dari ukuran partikel atau luas permukaan s
pesifiknya dan juga cara pengaktifannya. Dilihat dari bentuk ukuran partikelnya dapat
digabungkan dalam dua jenis yaitu
!

Karbon aktif bubuk (Powder Activated Carbon)


Karbon aktif bubuk mempunyai ukuran partikel yang sangat halus sekitar 50 75
u (micron). Karena ukuran partikelnya yang sangat kecil, maka biasanya dicampur
dengan kandungan air sekitar 30-50%

Karbon aktif butiran (Granular Activated Carbon).


Yaitu karbon aktif dalam bentuk butiran atau kepingan (flake) dengan ukuran
partikel 0,16 1,5 mm. Cara pengerjaan maupun cara pengangkutannya lebih
mudah.

Proses Adsorpsi Merkuri dengan Karbon Aktif Bubuk


Pada umunya, karbon aktif diinjeksikan kedalam air baku dalam tangki khusus (Contact
Chamber) yang dilengkapi dengan pengaduk atau dapat disesuaikan dengan peralatan
yang ada. Melalui kontak dan pencampuran, zat polutan yang ada dalam air baku akan
teradsorp oleh karbon aktif. Selain itu, karbon aktif yang telah menyerap zat-zat polutan
tersebut bersama-sama dengan kotoran lainnya dipisahkan dengan cara koagulasi
sehingga keluar zat berupa lumpur yang berwarna hitam. Untuk mengefektifkan proses
koagulasinya biasanya dapat dilakukan dengan cara memberikan koagulan Poly
Alumunium Chloride serta pengontrolan proses yang ketat.
Proses Adsorpsi Merkuri dengan Karbon Aktif Granular
Adsorpsi dengan karbon aktif butiran (granular) adalah proses yang paling banyak
digunakan untuk menghilangkan merkuri di dalam air. Prosesnya adalah dengan cara
mengalirkan air yang mengandung merkuri ke dalam suatu filter yang diisi dengan
karbon aktif. Proses filtrasinya dapat dilakukan dengan cara gravitasi maupun dengan
tekanan, tetapi yang sering digunakan adalah dengan filtrasi tekanan. Dilihat dari
system pengalirannya dapat dibagi dua yaitu aliran dari atas ke bawah (down flow) dan
aliran dari bawah ke atas (up flow). Sedangkan prosesnya dapat dilakukan seri maupun
parallel.

36!

5.! Karbon aktif, zeolit, clay, kitosan dan sebagainya telah dimanfaatkan sebagai
adsorben untuk mengadsorp logam seperti merkuri. Dapatkah anda menjelaskan
konsep adsorpsi dari beberapa jenis adsorbent tersebut? Apa yang membedakan
sehingga efisiensi kapasitas adsorben itu berbeda? Faktor apa sajakah yang
berpengaruh pada adosrpsi logam berat? Jelaskan secara umum!
Zeolit, clay, kitosan adalah nama nama dari adsorben yang umum digunakan di
Indonesia, adsorben tersebut dapat ditemukan di alam dengan melewati beberapa
proses, namun juga dapat dibuat di laboratorium.
Adsorpsi Oleh Membran Zeolit
Dalam keadaan normal maka ruang hampa dalam kristal zeolit terisi oleh
molekul air bebas yang membentuk bulatan di sekitas kation. Bila kristal tersebut
dipanaskan selama beberapa jam, biasanya pada temperatur 250-900oC, maka kristal
zeolit yang bersangkutan berfungsi menyerap gas atau cairan.
Daya serap (absorbansi) zeolit tergantung dari jumlah ruang hampa dan luas
permukaan. Biasanya mineral zeolit mempunyai luas permukaan beberapa ratus meter
persegi untuk setiap gram berat. Beberapa jenis mineral zeolit mampu menyerap gas
sebanyak 30% dari beratnya dalam keadaan kering. Pengeringan zeolit biasanya
dilakukan dalam ruang hampa dengan menggunakan gas atau udara kering nitrogen
atau methana dengan maksud mengurangi tekanan uap ari terhadap zeolit itu sendiri,
Keuntungan lain dari penggunaan mineral zeolit sebagai bahan penyaring adalah
pemilahan molekul zat yang terserap, disamping penyerapan berdasarkan ukuran garis
tengah molekul ruang hampa.
Apabila ada dua molekul atau lebih yang dapat melintas, tetapi karena adanya
pengaruh kutub atau hubungan antara molekul zeolit itu sendiri dengan molekul zat
yang diserap, maka hanya sebuah saja yang diloloskan, sedang yang lain ditahan atau
ditolak. Molekul yang berkutub lebih atau tidak jenuh akan lebih diterima daripada
yang tidak berkutub atau yang jenuh. Air dalam etanol dapat teradsorpsi karena gaya
tarik dari permukaan membran zeolit lebih besar dari pada gaya tarik yang menahan air
tersebut untuk tetap larut dalam etanol. Dengan memanfaatkan sifat fisik dan kimia
zeolit tersebut yaitu sifat hidrofilik dan ukuran pori < 0.44 nm sehingga air dalam etanol
dapat diserap secara sempurna dan pada akhirnya kemurniannya meningkat. Adsorpsi
terjadi pada permukaan pori membran.
Partikel zeolit memiliki tiga tipe pori, yaitu macropore dan micropore (masingmasing dengan ukuran >50nm dan <2nm). Di antara keduanya terdapat mesopore.
!

37!

Macropore merupakan jalan masuk ke dalam partikel menuju micropore. Macropore


tidak berkontribusi terhadap besarnya luas permukaan membran zeolit. Sebaliknya,
micropore adalah penyebab besarnya luas permukaan membran zeolit. Micropore
tersebut sebagian besar terbentuk selama proses aktifasi.
Pada micropore inilah sebagian besar peristiwa adsorpsi terjadi. Proses adsorpsi
terjadi melalui tiga tahap, yaitu:
1.! Macro transport: pergerakan material organik melalui sistem macropore membran
zeolit.
2.! Micro transport: pergerakan material organik melalui sistem mesopore dan
micropore dari membran zeolit.
3.! Sorption: melekatnya material organik pada permukaan membran zeolit, yaitu di
permukaan macropore, mesopore dan micropore.
Hal yang membedakan antara zeolite, clay, dan kitosan, selain zat penyusunnya,
tetapi juga bentuk serta luas permukaan dari adsorben tersebut. Kita mengetahui bahwa
semakin luas permukaan adsorben, semakin banyak adsorbat yang dapat terserap,
sehingga adsorben tersebut lebih lama jenuh. Keefektifan adsorben dilihat dari waktu
penyerapan adosorbat dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk meregenerasi
adsorban tersebut. Semakin lama adsorben jenuh, dan makin cepat atau mudah
regenerasinya, maka ia semakin baik.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan adsorpsi suatu adsorben
diantaranya adalah sebagai berikut :!
a)! Luas Permukaan Adsorben!
Semakin luas permukaan adsorben, semakin banyak asorbat yang diserap, sehingga
proses adsorpsi dapat semakin efektif. Semakin kecil ukuran diameter partikel maka
semakin luas permukaaan adsorben, dan sebaliknya.!
b)! Ukuran Partikel!
Semakin kecil ukuran partikel yang digunakan maka semakin besar kecepatan
adsorpsinya. Ukuran partikel dalam bentuk butir adalah lebih dari 0,1 mm,
sedangkan ukuran diameter dalam bentuk serbuk adalah 200 mesh.!
c)! Waktu Kontak!
Semakin lama waktu kontak dapat memungkinkan proses difusi dan penempelan
molekul adsorbat berlangsung lebih baik. Konsentrasi zat-zat organik akan turun
apabila kontaknya cukup dan waktu kontak biasanya sekitar 10-15 menit.!
d)! Distribusi Ukuran Pori!
!

38!

Distribusi pori akan mempengaruhi distribusi ukuran molekul adsorbat yang masuk
dalam partikel adsorben. Kebanyakan zat pengadsorpsi atau adsorben merupakan
bahan yang sangat berpori dan adsorpsi berlangsung terutama pada dinding-dinding
pori atau letak-letak tertentu di dalam partikel tersebut.
Di samping itu, terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi adsorpsi, yaitu :
a.! Agitation (Pengadukan)
Tingkat adsorpsi dikontrol baik oleh difusi film maupun difusi pori, tergantung
pada tingkat pengadukan pada sistem.
b.! Karakteristik Adsorban (Misal : Karbon Aktif)
Ukuran partikel dan luas permukaan merupakan karakteristik penting karbon aktif
sesuai dengan fungsinya sebagai adsorban. Ukuran partikel karbon mempengaruhi
tingkat adsorpsi; tingkat adsorpsi naik dengan adanya penurunan ukuran partikel.
Oleh karena itu adsorpsi menggunakan karbon PAC (Powdered Acivated Carbon)
lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan karbon GAC (Granular Acivated
Carbon).
c.! Kelarutan Adsorbat
Senyawa terlarut memiliki gaya tarik-menarik yang kuat terhadap pelarutnya
sehingga lebih sulit diadsorpsi dibandingkan senyawa tidak larut.
d.! Ukuran Molekul Adsorbat
Hal ini dapat dijelaskan dengan kenyataan bahwa gaya tarik antara karbon dan
molekul akan semakin besar ketika ukuran molekul semakin mendekati ukuran pori
karbon. Tingkat adsorpsi tertinggi terjadi jika pori karbon cukup besar untuk
dilewati oleh molekul.
e.! pH
Asam organik lebih mudah teradsorpsi pada pH rendah, sedangkan adsorpsi basa
organik efektif pada pH tinggi.
f.! Temperatur
Tingkat adsorpsi naik diikuti dengan kenaikan temperatur dan turun diikuti dengan
penurunan temperatur.

39!

6.! Untuk dapat mengetahui regenerasi penggunaan adsorben setelah digunakan,


perlu dilakukan proses desorpsi, jelaskan dan bagaimana caranya?

Gambar 15. Proses Adsorpsi Desorpsi


Adsorpsi dan desorpsi adalah suatu proses yang reversibel. Desorpsi merupakan proses
pelepasan adsorbat dari adsorben, dimana proses ini membutuhkan energi panas,
sehingga disebut proses endotermik. Jumlah adsorbat yang terkandung di dalam
adsorban dapat digambarkan oleh garis isoters pada diagram tekanan vs temperature
(ln P vs -1/T) seperti pada gambar berikut.

Grafik 4. Hubungan ln P terhadap -1/T

40!

Proses desorpsi disebut juga pendingin adsorpsi, proses ini membutuhkan energi panas.
Namun, ada 4 tahap dalam proses desorpsi dan tahapan tersebut terdiri dari proses
endotermik dan eksotermik. Keempat tahapan ini digambarkan dalam gambar berikut :

Grafik 5. Diagram Clapeyron Ideal

Keempat proses tersebut adalah sebagai berikut:


1.! Proses Pemanasan (pemberian tekanan)
Selama periode ini, tidak ada aliran metanol yang masuk maupun keluar dari
adsorber. Adsorber menerima panas sehingga temperatur adsorber meningkat dan
diikuti oleh peningkatan tekanan dari tekanan evaporasi menjadi tekanan
kondensasi. Proses ini sama seperti proses kompresi pada sistem pendingin mekanik.
2.! Proses pemanasan-desorpsi-kondensasi
Selama periode ini, adsorber terus dialiri panas sehingga adsorber terus mengalami
peningkatan dan temperatur yang menyebabkan timbulnya uap desorpsi. Sementara
itu, katup aliran ke kondensor dibuka sehingga adsorbat dalam bentuk gas mengalir
ke kondensor untuk mengalami proses kondensasi menjadi cair. Kalor laten
pengembunan adsorbat diserap oleh media pendingin pada kondenser. Siklus ini
sama dengan siklus kondensasi pada sistem pendingin mekanik.
3.! Proses pendinginan (penurunan tekanan)
Selama periode ini, tidak ada aliran metanol yang masuk maupun keluar dari
adsorber. Adsorber melepaskan panas dengan cara didinginkan sehingga suhu di
adsorber turun dan diikuti oleh penurunan tekanan dari tekanan kondensasi ke
!

41!

tekanan evaporasi. proses ini sama seperti proses ekpansi pada sistem pendingin
mekanik.
4.! Proses pendinginan-adsorpsi-evaporasi
Selama periode ini, adsorber terus melepaskan panas sehingga adsorber terus
mengalami penurunan temperatur dan tekanan yang menyebabkan timbulnya uap
adsorpsi. Sementara itu, katup aliran dari evaporator ke adsorber dibuka sehingga
adsorbat dalam bentuk uap mengalir dari evaporator ke adsorber. Adsorbat dalam
bentuk uap dihasilkan dari proses penyerapan kalor oleh adsorbat dari lingkungan
sebesar kalor laten penguapan adsorbat tersebut. Proses ini berlangsung pada
tekanan saturasi yang rendah sehingga penyerapan kalor berlangsung pada
temperatur saturasi yang rendah pula.

42!

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

! Tegangan permukaan (surface tension) terjadi karena permukaan zat cair cenderung
untuk menegang dan dipengaruhi oleh gaya gaya kimia antara molekul air, seperti
intermolecular forces. Tegangan permukaan zat cair juga dipengaruhi oleh cohesive
force dan adhesive force.
! Air pada suhu 0C memiliki tegangan permukaan sebesar 0,076 N/m sedangkan pada
suhu 20C memiliki tegangan permukaan sebesar 0,072 N/m, sehingga nilai tegangan
permukaan air berbeda-beda tergantung pada suhunya.
! Surfaktan (surface active agent) adalah bahan aktif permukan yang dapat diproduksi
secara sintesis kimia maupun biokimia dimana karakteristik utama surfaktan adalah
pada aktifitas permukaannya. Molekul surfaktan memiliki bagian polar yang suka akan
air (hidrofilik) dan bagian non polar yang suka akan minyak/lemak (hidrofobik).
! Penggunaan surfaktan sangat bervariasi, seperti bahan deterjen, kosmetik, farmasi,
makanan, tekstil, plastik dan lain-lain.
! Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain. Adsorbat
adalah senyawa terlarut yang dapat terserap. Sedangkan adsorben adalah padatan
dimana di permukaannya terjadi pengumpulan senyawa yang diserap.
! Adsorpsi isotherm dibagi menjadi 3 yaitu Langmuir, Freundlich, dan BET.
! Beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan adsorpsi suatu adsorben, seperti
1.! Luas permukaan adsorben
2.! Ukuran partikel
3.! Waktu kontak
4.! Distribusi ukuran pori
5.! Agitation (pengadukan)
6.! Karakteristik adsorban
7.! Kelarutan adsorbat
8.! Ukuran molekul adsorbat
9.! pH
10.!Temperatur

43!

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Adsorption. www.newworldencyclopedia.org. Diakses pada 3 November 2015.
Anonim. 2014. Adsorption Isotherm. www.chemistrylearning.com. Diakses pada 3 November 2015.
Atkins, P.W. 1994. Kimia Fisika Edisi ke-4. Jakarta: Erlangga.
Dogra, S.K. 1990. Kimia Fisika dan Soal-soal. UI-Press. Jakarta.
EPA. Capsule Report : Aqueous Mercury Treatment. National Risk Management Research
Laboratory Office of Research and Development. US EPA Cincinnati. OH 45268.1997.
Ball, David W. 2003. Physical Chemistry. USA: Brooks/ Cole Thomson.
Bird, Tony. 1993. Kimia Fisika Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Lando, Jerome B. and Maron, Samuel H. 1990. Fundamental of Physical Chemistry. London: Collier
Macmillan Publisher.
Patterson, J.W., Wastewater Treatment Technology, 2nd ed. Ann Arbor Science. 1985.
Ruthven DM, editor. Encyclopedia of Separation Technology, Volume 1 (A kirk-Othmer
Encyclopedia). New York: J Wiley.
Setyaningsih H. 1995. Pengolahan limbah batik dengan proses kimia dan adsorpsi karbon aktif [tesis].
Jakarta: Program Pascasarjana, Universitas Indonesia.
Sukardjo. 1990. Kimia Fisika. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Tim dosen USU. Chapter II. Sumatera Utara.

44!

Vous aimerez peut-être aussi