Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Di susun oleh :
Astiara Cintya Citra
(135070607111009)
Dosen Pembimbing :
Yuseva Sariati, SST., SE., M.Keb
2015
KATA PENGANTAR
1
DAFTAR ISI
2
HALAMAN JUDUL..........................................................................................1
KATA PENGANTAR.........................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................6
1.3 Tujuan............................................................................................................7
1.4 Manfaat..........................................................................................................7
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Nifas.................................................................................................8
2.2 Periode Nifas..................................................................................................8
2.3 Tujuan Asuhan Nifas......................................................................................8
2.4 Perubahan Fisiologi Nifas..............................................................................9
2.5 Kunjungan Masa Nifas..................................................................................31
BAB III KERANGKA KONSEP ASUHAN
3.1Pengertian asuhan kebidanan..........................................................................35
3.2 Langkah Manajemen Asuhan Kebidanan menurut Varney............................35
BAB IV KASUS dan ASUHAN KEBIDANAN
4.1 Kasus..............................................................................................................47
Kasus 1.................................................................................................................47
Kasus 2.................................................................................................................58
Kasus 3.................................................................................................................70
Kasus 4.................................................................................................................81
3
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Teori Kunjungan Nifas...................................................................................91
5.2 Askeb kunjungan nifas sesuai kasus..............................................................91
5.3
Penatalaksanaan
kunjungan
nifas
antara
teori
dan
kasus
93
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan....................................................................................................99
6.2 Saran..............................................................................................................100
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................101
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator kesehatan
suatu bangsa. AKI dalam hal ini meliputi AKI ibu hamil, bersalin dan nifas.
AKI juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan
pembangunan Millenium Development Goals (MDGS) yang ke-5 yaitu
meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun
2015 adalah mengurangi sampai resiko dari jumlah kematian ibu. Masa
nifas merupakan masa yang rawan karena ada beberapa risiko yang mungkin
terjadi pada masa itu, antara lain: anemia, preeklampsia/eklampsia, perdarahan
postpartum, depresi masa nifas, dan infeksi masa nifas. Menurut data, diantara
resiko tersebut ada dua yang paling sering mengakibatkan kematian pada ibu
nifas, yakni infeksi dan perdarahan. World Health Organization, bahwa angka
kematian ibu (AKI) di negara berkembang masih tinggi 500 per 100.000
kelahiran hidup. (WHO, 2009). Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2009 menunjukkan bahwa angka kematian ibu (AKI) di
Indonesia masih berada pada angka 357 per 100.000 kelahiran hidup,
sedangkan pada tahun 2010 AKI menjadi 263 per 100.000 kelahiran hidup.
Cakupan target Nasional pelayanan nifas adalah 90%, cakupan pelayanan
nifas di jawa tengah tahun 2012 yaitu 99,3% naik bila dibandingkan tahun
2011 (93,97%) dan sudah melampaui target standar pelayanan minimal (SPM)
tahun 2010 - 2015 adalah 90%. Secara umum angka pelayanan nifas di
Indonesia mengalami peningkatan yang cukup drastis terlihat pada cakupan
pelayanan kesehatan ibu nifas, yaitu dari 46,8% pada tahun 2010 menjadi
81,7% pada tahun 2013.
Di dalam standar kompetensi bidan dijelaskan bahwa bidan memberikan
asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap
terhadap budaya setempat. Asuhan masa nifas atau paska persalinan
difokuskan pada upaya pencegahan infeksi dan menuntut bidan untuk
memberikan asuhan kebidanan tingkat tinggi. Asuhan yang diberikan kepada
ibu bertujuan untuk : meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu
5
dan bayi, pencegahan, diagnosis dini dan pengobatan komplikasi pada ibu,
merujuk ibu ke tenaga ahli bilamana perlu, mendukung dan memperkuat
keyakinan ibu serta memungkinkan ibu untuk mampu melaksanakan perannya
dalam situasi keluarga, imunisasi ibu terhadap tetanus, mendorong
pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan anak, serta
peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak.
Peran dan tanggung jawab bidan dalam pasca persalinan, antara lain:
Teman terdekat sekaligus pendamping ibu nifas dalam menghadapai saat-saat
kritis masa nifas, pendidikan dalam usaha pemberian pendidikan kesehatan
terhadap ibu dan keluarga, pelaksana asuhan kepada kepada pasien dalam hal
tindakan perawatan, pemantauan, penanganan masalah, rujukan dan deteksi
dini komplikasi masa nifas.
Pada asuhan pasca persalinan secara spesifik bidan mempunyai tanggung
jawab sebagai berikut: melakukan evaluasi kontinu dan penatalaksanaan
perawatan kesejahteraan wanita, memberikan bantuan pemulihan dari
ketidaknyamanan fisik, memberikan bantuan dalam menyusui, memfasilitasi
pelaksanaan peran sebagai orang tua, melakukan pengkajian bayi selama
kunjungan rumah, memberikan pedoman antisipasi dan instruksi, melakukan
penapisan kontinu untuk komplikasi puerperium.
Oleh karena itu, peran tenaga kesehatan yang paling dekat dengan klien
(bidan), kita wajib mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada ibu
termasuk psikologi ibu pada masa nifas agar tidak terjadi keadaan yang
mengarah patologi dan keadaan tersebut dapat segera diatasi bahkan dicegah
secara dini. Segala hal tersebut dapat diketahui dengan adanya tanda-tanda
yang mengarah pada salah satu perubahan yang patologi. Oleh karena itu
bidan wajib mengetahui tanda dan gejala guna penanganan pertama jika
menemukan kasus seperti itu saat berada dilapangan (dunia kesehatan).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep asuhan kebidanan pada nifas fisiologis?
2. Bagaimana membuat manajemen asuhan kebidanan pada nifas fisiologis?
1.3 Tujuan
BAB II
Tinjauan Teori
2.1 Definisi Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya placenta sampai
alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas
berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari. (Ambarwati, 2010)
Periode post natal adalah waktu penyerahan dari selaput dan plasenta
(menandai akhir dari periode intrapartum) menjadi kembali ke saluran
reproduktif wanita pada masa sebelum hamil. Periode ini juga disebut
puerperium. (Varney, 1997)
2.2 Periode Nifas
Nifas dibagi dalam 3 periode, yaitu:
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh
bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya
6-8 minggu.
3. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, atau
tahunan. (Mochtar, Rustam, 1998)
Pada periode masa nifas keadaan tubuh ibu akan berangsur kembali seperti
sedia kala dan dapat dibagi menjadi keadaan: a). masa segera setelah
persalinan (dalam dua jam pertama persalinan); b). 2-7 hari pasca-persalinan;
c). 7-28 hari pasca persalinan (Saraswati Ina, Tarigan Hakim Lukman, 2002).
2.3 Tujuan Asuhan Masa Nifas
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi
dalam 24 jam pertama.
Masa neonatus merupakan masa kritis bagi kehidupan bayi, 2/3 kematian
bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian BBL
8
terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir. Menurut Saifuddin (2006), tujuan
asuhan pada ibu nifas :
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya , baik fisik dan psikologik.
b. Melaksanakan skrining yang kompreh ensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan, tenta ng perawatan keseha tan diri,
nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi dan perawatan bayi sehat
d. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
2.4 Perubahan Fisiologis Masa Nifas
1. Perubahan Sistem reproduksi
a. Ovarium dan Tuba Fallopi
Setelah kelahiran plasenta, produksi estrogen dan progesteron menurun,
sehingga menimbulkan mekanisme timbal-balik menstruasi. Pada saat inilah
dimulai kembali proses ovulasi, sehingga wanita dapat hamil kembali.
(Bahiyatun,2013)
b. Uterus
Involusi uterus
Menurut Jannah (2011), involusi uterus adalah proses kembalinya
uterus ke ukuran semula seperti sebelum hamil, sekitar kurang lebih 60
gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi
otot-otot polos uterus. Pada akhir kala III persalinan, uterus berada di
garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus
bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat ini besar uterus kirakira sama dengan besar uterus sewaktu kehamilan usia 16 minggu seberat
1000 gram.
Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung jawab
untuk pertumbuhan masif uterus selama masa hamil. Pertumbuhan uterus
selama masa prenatal tergantung pada hiperplasia, peningkatan jumlah
sel-sel otot, dan hipertripi yaitu pembesaran sel-sel yang sudah ada. Pada
masa postpartum, penururnan kadar hormon-hormon ini menyebabkan
terjadinya autolisis. Proses terjadinya involusi uterus adalah sebagai
berikut:
- Autolisis
Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di
dalam otot uterin. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan
9
kehamilan.
Atrofi jaringan
Jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah
besar, kemudian
mengalami
atrofi
sebagai
reaksi
terhadap
darah
terjadi
pembentukan
trombosis,
disamping
10
menunjukkan
yang
adanya
mungkin
perdarahan
disebabkan
postpartum
tertinggalnya
plasenta/selaputnya.
b. Lokia sanguinolenta
Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir.
Berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 postpartum.
c. Lokia serosa
Lokia ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung
serum, leukosit, dan robekan plasenta. Muncul pada minggu
ke-2 postpartum.
d. Lokia alba/putih
Lokia ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput
lendir serviks dan serabut jaringan yang mati. Lokia alba bisa
berlangsung selama 2 sampai 6 minggu postpartum. Lokia alba
11
Plasenta lahir
Setinggi pusat
7
hari(1 Pertengahan
Berat Uterus
1000 gram
pusat 500 gram
minggu)
dan simfisis
14 hari (minggu Tidak teraba
350 gram
Diameter
uterus
12,5 cm
7,5 cm
5 cm
ke-2)
6 minggu
Normal
60 gram
2,5 cm
Sumber: Jannah(2011)
c. Serviks dan Segmen Bawah Uterus
Menurut Jannah(2011), serviks mengalami involusi bersama-sama
dengan uterus. Warna serviks adalah kehitam-hitaman karena penuh
pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang terdapat laserasi/perlukaan
kecil. Karena robekan kecil yang terjadi selama dilatasi, serviks tidak
pernah kembali ke keadaan sebelum hamil.
12
akan
mengeluh
memulihkannya
kembali,
kandungannya
sebaiknya
dengan
turun/terbalik.
latihan
dan
Untuk
senam
pascapartum.
2. Sistem Gastrointestinal
14
tingginya
kadar
progesteron
yang
dapat
mengganggu
2.
3.
4.
Bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian huknah atau obat
yang lain.
3. Sistem Perkemihan
15
Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid tinggi yang
berperan
meningkatkan
sebaliknya,
pada pasca
dalam
waktu
satu
bulan
setelah wanita melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam
waktu 12 36 jam sesudah melahirkan.
yang
Ibu post
3) Depresi dari sfingter uretra oleh karena penekanan kepala janin dan spasme
oleh iritasi muskulus sfingter ani selama persalinan, sehingga menyebabkan
miksi.
Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen akan menurun,
hilangnya peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah, dan hilangnya
peningkatan volume darah akibat kehamilan, hal ini merupakan mekanisme
tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan. Keadaan ini disebut dengan diuresis
pasca partum. Ureter yang berdilatasi akan kembali normaldalam tempo 6
minggu.
Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah urin
menyebabkan penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama masa pasca partum.
Pengeluaran kelebihan cairan yang tertimbun selama hamil kadang-kadang
disebut kebalikan metabolisme air pada masa hamil (reversal of the water
metabolisme of pregnancy).
Rortveit dkk (2003) menyatakan bahwa resiko inkontinensia urine pada
pasien dengan persalinan pervaginam sekitar 70% lebih tinggi dibandingkan
resiko serupa pada persalinan dengan Sectio Caesar. Sepuluh persen pasien
pasca persalinan menderita inkontinensia (biasanya stres inkontinensia) yang
kadang-kadang menetap sampai beberapa minggu pasca persalinan. Untuk
mempercepat penyembuhan keadaan ini dapat dilakukan latihan pada otot
dasar panggul.
Bila wanita pasca persalinan tidak dapat berkemih dalam waktu 4 jam
pasca persalinan mungkin ada masalah dan sebaiknya segera dipasang dower
kateter selama 24 jam. Bila kemudian keluhan tak dapat berkemih dalam waktu
4 jam, lakukan kateterisasi dan bila jumlah residu > 200 ml maka kemungkinan
ada gangguan proses urinasinya. Maka kateter tetap terpasang dan dibuka 4 jam
kemudian, bila volume urine < 200 ml, kateter dibuka dan pasien diharapkan
dapat berkemih seperti biasa.
4. Perubahan sistem musculoskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal terjadi pada saat umur kehamilan
semakin betambah. Adaptasi ini mencakupi peningkatan berat badan,
bergesernya pusat akibat pembesaran rahim, relaksasi dan mobilitas. Namun
demikian, pada saat psot partum system muskuloskeletal akan berangsur17
kembali dalam 6 minggu. Pada saat wanita asthenis terjadi diastasis dari otototot rectus abdonimis, sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah
hanya terdiri dari peritoneum, fasia tipis, dan kulit.
2. Kulit Abdomen
Selama masa kehamilan, kulit abdomen akan melebar, melonggar dan
mengendur hingga berbulan-bulan. Otot-otot dari dinding abdomen dapat
kembali normal kembali dalam beberapa minggu pasca melahirkan dengan
latihan post natal.
3. Striae
Striae adalah suatu perubahan warna seperti jaringan parut pada dinding
abdomen. Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna
melainkan membentuk garis lurus yang samar. Tingkat diastasis muskulus
trektus abdominis pada ibu post partum dapat dikaji melalui keadaan umum,
aktivitas, paritas, dan jarak kehamilan, sehingga dapat membantu menentukan
lama pengembalian tonis otot menjadi normal.
4. Perubahan Ligamen
Setelah janin lahir, ligament-ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang
meregang sewaktu kehamilan dan partus berangsur-angsur menciut kembali
seperti sediakala. Tidak jarang ligametum rotundum menjadi kendor yang
mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi. Otot-otot uterus berkontraksi
segera setelah partus. Pembuluh pembuluh darah yang berada di antara
anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan
perdarahan setelah plasenta dilahirkan.
18
kalsium
pada saat
hamil
bertambah
dikarenakan
terjadi
20
5. Perubahan Endokrin
Oksitosin
Oksitosin di sekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Selama tahap
lebih kental dari pada air susu, mengandung banyak protein albumin dan
globulin dan benda-benda kolostrum dengan diameter 0,001-0,025 mm.
Karena mengandung banyak protein dan mudah di cerna, maka sebaiknya
kolostrum jangan di buang. ( Sarwono, 2005)
Prolaktin
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar pituari
bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin, hormon ini berperan dalam
pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu. Pada wanita yang
menyusui bayinya. Kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada
rangsangan folikel dalam ovarium yang di tekan. Pada wanita yang tidak
menyusui bayinya tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14-21 hari
setelah persalinan. Sehingga merangsang kelenjar bawah depan otak yang
mengontrol ovarium ke arah permulaan pada produksi estrogen dan
progesteron yang normal, pertumbuhan folikel, ovulasi, dan menstruasi.
(Sitti Saleha, 2009)
Kadar prolaktin akan meningkat dengan perangsangan fisik pada puting
mamma sendiri. Dengan menetekkan bayi pada ibunya akan mengakibatkan
peningkatan produksi prolaktin dan hal ini akan meningkatkan produksi Air
Susu Ibu (ASI). Lebih sering ibu menetekkan lebih meningkat pula produksi
air susu ibu. Kadar estrogen dan gonadotropin akan menurun pada laktasi,
akan tetapi akan meningkat lagi pada waktu frekuensi menetekkan dikurangi
umpamanya bila bayi mulai dapat tambahan makanan. (Sarwono, 2005)
Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita yang tidak
menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH akan
meningkat pada fase konsentrasi folikuler (minggu ke-3) dan LH tetap rendah
hingga ovulasi terjadi. ( Ari Sulistyawati, 2009)
Estrogen dan progesteron
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun mekanismenya
secara penuh belum di mengerti. Diperkirakan bahwa tingkat estrogen yang
tinggi memperbesar hormon antidiuretik yang meningkatkan volume darah.
Di samping itu, progesteron memengaruhi otot halus yang mengurangi
perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat memengaruhi
saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perinium dan vulva
sertavagina.(SittiSaleha,2009)
22
23
biasanya pada hari ke-3 suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI.
Bila suhu tidak turun maka kemungkinan adanya infeksi pada endometrium.
Menurut Ledbetter (2001:593) setelah 48 jam postpartum, perempuan
kehilangan banyak cairan yang diikuti oleh tempratur dalam rentang normal.
Suhu di atas 38C mungkin mengindikasikan adanya infeksi. Kenaikan suhu
harus dikontrol pada 48 jam postpartum pertama sampai kembali normal. Pada
beberapa hari postpartum ibu mengalami bradikardi (<60 kali per menit).
Terjadinya takikardi (>100 kali per menit) dapat mengindikasikan hipovelemik
sebagai akibat dari dehidrasi atau kehilangan darah atau mungkin diindikasikan
adanya infeksi.
Denyut nadi yang normal pada orang dewasa adalah 60-100 kali per menit.
Dalam periode waktu 6-7 jam melahirkan sesudah melahirkan sering
ditemukan adanya bradikardia (<60kali per menit) dan dapat berlangsung
sampai 610 hari setelah melahirkan. Keadaan ini bisa berhubungan dengan
penurunan usaha jantung, penurunan volume darah yang mengikuti pemisahan
plasenta, kontraksi uterus dan peningkatan stroke volume. Jika denyut nadi
melebihi 100 kali per menit maka kemungkinan terjadi infeksi (Sulistyawati,
2009:80).
Menurut Coad (2007) Perubahan pada tekanan perut dan kapasitas isi
rongga dada setelah persalinan mempengaruhi fungsi paru. Perubahan tersebut
meliputi peningkatan volume residu, resting ventilation, dan kebutuhan oksigen
serta adanya penurunan dalam kapasitas inspirasi. Namun setelah 6 bulan
postpartum, fungsi paru akan kembali ke keadaan sebelum hamil. Selama
persalinan dan periode awal post-partum terjadi perubahan keseimbangan
asam-basa. Progesteron selama kehamilan mengakibatkan hiperventilasi pada
tingkat alveolar, hal itu dapat meningkatkan saturasi oksigen tanpa mengubah
tingkat pernapasan. Kehamilan ditandai dengan alkalosis pernapasan
(disebabkan oleh konsentrasi karbon dioksida menurun pada alveoli) dan
kompensasi asidosis metabolik. Hal-hal tersebut mulai berubah dengan
meningkatnya laktat darah, penurunan pH, dan hipokapnia (<30 mmHg)
menjelang akhir tahap pertama selama persalinan. Penurunan progesteron pada
24
penurunan saturasi oksigen, terutama saat terlentang. Hal ini mungkin akibat
penurunan output di jantung dalam posisi tersebut. Saturasi oksigen naik secara
cepat setelah melahirkan, sampai 95% pada hari pertama postpartum.
Peningkatan kebutuhan oksigen dalam periode post-partum mungkin terjadi
selama waktu istirahat, yang juga dapat dipengaruhi oleh laktasi, anemia, dan
faktor-faktor emosional dan psikologis. Fungsi pernapasan kembali pada
rentang normal wanita selama jam pertama pascapartum. Napas pendek, cepat,
atau perubahan lain memerlukan evaluasi adanya kondisi-kondisi seperti
kelebihan cairan, eksaserbasi asma, dan embolus paru (Varney, 2008:961).
Saleha (2009:61) mengatakan bahwa frekuensi pernapasan normal pada
orang dewasa adalah 16-24 kali permenit. Pada ibu postpartum umumnya
pernapasan lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan
pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan pernapasan selalu
berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak
normal, pernapasan juga akan mengikutinya. Bila pernapasan pada masa
postpartum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.
7. Perubahan Sistem Kardiovaskular
Pada masa nifas terdapat perubahan pada sistem kardiovaskuler yang masih
dalam batas normal. Perubahan-perubahan pada sistem kardiovaskuler
tersebut meliputi:
Tanda-tanda Vital
Denyut Nadi
Tekanan Darah
Volume Darah
Pengeluaran darah saat persalinan, yang secara normal diperkirakan
berjumlah 300500 mL, dikompensasi secara adekuat oleh peningkatan
volume darah pada saat kehamilan. Diuresis semakin mengurangi volume
plasma pada hari-hari pertama walaupun kemudian terjadi mobilisasi
cairan interstitium sehingga volume plasma cenderung meningkat secara
transien dan terjadi hemodilusi (Coad, 2007).
Satu minggu setelah persalinan, volume darah telah hampir kembali ke
nilainya ketika tidak hamil. Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat
penurunan estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil.
26
Jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin kembali normal pada hari
ke-5. Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar
selama masa nifas, tetapi kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada
normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan
demikian daya koagulasi meningkat (Ferrer, 2001).
Penarikan kembali estrogen menyebabkan diuresis yang terjadi secara
cepat sehingga mengurangi volume plasma kembali pada volume normal.
Aliran ini terjadi dalam 24 jam pertama setelah bayi lahir. Selama masa
ini, ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urine, hilangnya progesteron
membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya
vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan
trauma pasca persalinan. Pada persalinan, vagina kehilangan darah sekitar
200500 mL, sedangkan pada persalinan dengan SC, pengurangan dua
kali lipatnya.
Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Pada masa hamil
di dapat hubungan pendek yang dikenal sebagai shunt antara
sirkulasi ibu dan plasenta (sirkulasi uteroplasenter). Volume darah ibu
relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban pada
jantung dan akan menimbulkan decompensatio cordis. Keadaan ini dapat
diatasi
dengan
mekanisme
kompensasi
dengan
tumbuhnya
sebelum
mengandung.
Peningkatan
volume
plasma
masih
terlewati, volume plasma akan menurun kembali pada nilai volume plasma
seperti sebelum hamil.
Proses penyesuaian volume plasma ini, berlangsung hingga dua minggu
pascapersalinan. Semua ini merupakan perubahan alamiah, yang tidak
akan berpengaruh pada jantung normal. Tetapi jantung yang mengalami
abnormalitas, tentunya akan mengalami gangguan.
8. Perubahan Hematologi
Pada
minggu-minggu
terakhir
kehamilan,
kadar
mengental
sel-sel
darah
dengan
darah.
putih sebanyak
15.000
meningkatnya
selama persalinan.
tanpa
adanya
kondisi
patologis
Hal
ini
disebabkanvolume
darah,
tingkat volume darah yang berubah-ubah. Tingkatan ini dipengaruhi oleh status
gizi dan hidarasi dari wanita tersebut. Selama kelahiran dan postpartum, terjadi
kehilangan darah sekitar 200-500 ml. Penurunan volume dan peningkatan
sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan
hemoglobin pada
hari
ke
akan normal
dalam
4-5
minggu postpartum.
Pada masa nifas terjadi perubahan komponen darah, misalnya jumlah sel
darah putih akan bertambah banyak. Jumlah sel darah merah dan Hb akan
berfluktuasi, namun dalam 1 minggu pasca persalinan biasanya semuanya akan
kembali pada keadaan semula. Curah jantung atau jumlah darah yang dipompa
28
oleh jantung akan tetap tinggi pada awal masa nifas dan dalam 2 minggu akan
kembali pada keadaan normal.
9. Perubahan sistem saraf yang terjadi selama masa nifas
Menurut Ledbetter (2001), banyak ibu postpartum dilaporkan mengalami
sakit kepala terutama pada 1 minggu postpartum. Ibu yang diberikan anastesia
epidural atau spinal selama persalinan mungkin mengalami sakit kepala
karena adanya pengurangan cairan serebrospinal dari tempat yang disuntikkan.
Jenis dari sakit kepala ini terjadi ketika perempuan menengadahkan kepalanya
atau pada posisi berdiri. Pengobatannya seperti analgesic non narkotik,
bedrest, caffeine, dan menigkatkan pemasukan cairan. Carpal Tunnel
Syndrome biasanya terjadi selama hamil, kemungkinan terjadi karena adanya
retensi cairan. Gejalanya secara umum menghilang sekitar 3 bulan postpartum.
Untuk gejala yang tidak teratasi, tidak dapat disembuhkan langsung melainkan
diselesiakan dengan terapi fisik, operasi jika ada indikasi.
Penekanan pada cabang pleksus saraf lumbosakralis selama persalinan
dapat bermanifestasi sebagai keluhan neuralgia berat atau nyeri seperti kram
yang menyebar ke bawah ke salah satu atau kedua kaki saat kepala bayi turun
masuk ke pelvis. Jika saraf cedera, nyeri dapat berlanjut setelah pelahiran,
dan mungkin juga terdapat kehilangan sensorik atau paralisis otot dalam
berbagai derajat yang berbeda. Dalam beberapa kasus, terdapat footdrop,
yang dapat terjadi sekunder karena cedera pada levels radiks lumbosacral,
pleksus lumbosacral, nervus ischiadicus, atau pleksus poroneus communis.
Komponen pleksus lumbosacral melintasi pinggir pelvis dan dapat ditekan
oleh kepala bayi atau forceps. Nervus peroneus communis dapat tertekan
secara eksternal ketika kaki diposisikan di pijakan kaki, terutama pada
persalinan kala dua yang lama.
Insiden neuropati obstetrik relatif sering. Mengevaluasi lebih dari 6.000
wanita yang melahirkan secara berurutan di Northwestern University dan
menemukan bahwa kira-kira 1 persennya mengkonfirmasi adanya cedera
saraf. Neuropati nervus cutaneous femoralis lateralis merupakan yang paling
umum, diikuti oleh neuropati nervus femoralis. Defisit motorik menyertai
29
sepertiga dari cedera tersebut. Nulipara, persalinan kala dua yang lama, dan
mengejan dalam waktu yang lama pada posisi semi-Flower merupakan
beberapa faktor resikonya. Lama gejala kira-kira dua bulan, berkisar antara 2
minggu sampai 18 bulan. (Cunningham, 2013)
Menurut Bobak, lowdermik, Jensen (2005), perubahan neurologis selama
puerperium merupakan kebalikan adaptasi neurologis yang terjadi saat wanita
hamil dan disebabkan trauma yang dialami wanita saat bersalin dan
melahirkan. Rasa tidak nyaman neurologis yang diinduksi kehamilan akan
menghilang setelah wanita melahirkan. Eliminasi edema fisiologis melalui
diuresis setelah bayi lahir menghilangkan sindrom karpal tunnel dengan
mengurangi kompresi saraf media. Rasa baal dan kesemutan pada periodik
pada jari yang dialami 5 % wanita hamil biasanya menghilang setelah anak
lahir, kecuali jika mengangkat dan memindahkan bayi memperburuk keadaan.
Nyeri kepala memerlukan pemeriksaan yang cermat. Nyeri kepala
pascapartum bisa disebabkan berbagai keadaan termasuk hipertensi akibat
kehamilan, stress, dan kebocoran cairan serebrospinalis ke dalam ruang
ekstadural selama jarum epidural diletakkan di tulang punggung untuk
anastesi.
2.5 Kunjungan Masa Nifas
Ibu masa nifas diharapkan datang ke sarana pelayanan kesehatan guna
mendapatkan pemeriksaan kesehatan dalam seminggu dan sebulan pertama masa
nifas. Kunjungan ulang diperlukan untuk menilai status kesehatan ibu,
pertumbuhan dan perkembangan bayi, konseling kebutuhan gizi dan kebersihan,
upaya mengatasi masalah dalam pemberian ASI ekslusif, keluarga berencana serta
imunisasi.
Pemeriksaan ibu dalam kunjungan ulang dilakukan untuk: mengetahui
proses involusi, kebersihan perineum, kebutuhan gizi termasuk pemberian tablet
zat besi, menilai status kesehatan ibu dan bayi, keluarga berencana dan
keberhasilan ASI ekslusif (Saraswati Ina, Tarigan HL, 2002).
Menurut Mochtar (1998) kunjungan masa nifas terdiri dari:
1. Kunjungan I
30
31
32
2.6 PATHWAY
33
BAB III
KERANGKA KONSEP ASUHAN
1.1
pasien atau klien yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara bertahap dan
sistematis, melalui suatu proses yang disebut manajemen kebidanan. Manajemen
Kebidanan menurut Varney (1997) merupakan suatu proses pemecahan masalah,
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian atau
tahapan yang logis, dan berfokus pada klien.
1.2
data yang diperoleh anamnesa atau pemeriksaan fisik dan penunjang, meliputi :
Nama bidan
Tempat: ...
SIP
No. Register :
Pengkajian diambil
: 10 September 2013
Jam
: WIB
A. Data Subyektif
Biodata
Nama Ibu dan suami
kehamilan pada ibu, apakah termasuk usia reproduksi sehat atau resiko. Usia
reproduksi sehat yaitu 20-35tahun.
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
: untuk mengetahui
35
36
program KB, berapa lama, jenis metode KB yang digunakan dan adakah
keluhan selama menggunakan metode KB ataukah ibu pernah mengganti
KB.
7). Sistem psikososial
KF1: Fase taking in
Ditanyakan bagaimana perasaan ibu menyambut kelahiran anaknya,
bagaimana dukungan suami dan keluarga.
KF2: Fase taking hold
Ditanyakan apakah ibu ingin merawat bayinya sendiri, bagaimana peran
keluarga dalam mendampingi ibu dalam merawat bayi.
KF 3: Fase letting go
Ditanyakan apakah ibu sudah percaya diri dan mulai merawat bayinya
sendiri, apakah ibu mulai menerima peran baru dan tanggungjawab
terhadap memenuhi kebutuhan bayinya.
KF 4:
Ditanyakan apakah ibu sudah nyaman dan menerima penuh segala
tanggungjawab untuk merawwat bayi dan bagaimana peran suami serta
keluarga selama mendampingi ibu merawat bayi.
8). Pola pemenuhan kebutuhan sehari hari
a. Pola istirahat tidur
KF 1: Apakah ibu bisa tidur setelah persalinan selesai, apakah tidur ibu
c. Pola eliminasi
frekuensi BAB.
KF 3: Frekuensi ibu BAK dan BAB.
FK 4: Frekuensi ibu BAK dan BAB.
38
KF 4: Frekuensi makan ibu, apa saja yang dimakan ibu, frekuensi minum
ibu dan apa saja yang diminum ibu.
Makan: normalnya 3x/hari dengan menu seimbang (nasi, sayur, lauk,
buah).
Minum: normalnya sekitar 8 gelas/hari (teh, susu, air putih).
e. Pola personal hygiene
keramas.
KF 4: Frekuensi mandi, gosok gigi, ganti baju, ganti pembalut, dan
keramas.
Normalnya mandi 2x/hari, gosok gigi 3x/hari, ganti baju 2x/hari, keramas
2x/minggu, ganti pembalut minimal 2x/hari.
g. Pola seksualitas
Normalnya berhubungan seksual tidak boleh dilakukan pada ibu nifas,
umumnya dilakukan setelah 6 minggu pasca melahirkan.
Keadaan Umum
b.
Kesadaran
Tensi
Suhu
Pernafasan
: Normalnya 16 - 24 kali/menit.
Nadi
BB
TB
3) Pemeriksaan Fisik:
a. Kepala
b. Wajah
f. Leher
g. Dada (ka/ki):
pengeluarannya lancar/tidak.
KF 4: Ada/tidak terdapat lecet atau bendungan ASI dan abses,
pengeluarannya lancar/tidak.
h. Perut :
Inspeksi
2. Masalah
Ds :
Do :
3. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
Langkah ini diambil berdasarkan diagnosa atau masalah yang telah
ditemukan berdasarkan data yang ada kemungkinan menimbulkan keadaan
yang gawat dan bila tidak segera diatasi akan mengancam kesehatan klien.
4. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Tindakan kepentingan yang harus dilakukan untuk kepentingan dan
keselamatan jiwa ibu dan bayinya dapat berupa konsultasi, kolaborasi dan
rujukan.
5. INTERVENSI
Tanggal :
Waktu :
5. Pastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tandatanda penyulit!
R/: Dengan memastikan ibu memahami tentang cara dan posisi
menyusui payudara yang benar dapat terhindar dari masalah
menyusui seperti bendungan ASI.
6. Beri konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari!
R/: dengan memberitahu ibu asuhan tali pusat seperti menjaga tali
pusat tetap bersih dan kering dapat mencegah infeksi dan membuat
tali pusat cepat kering. Mencegah hipotermi pada bayi dengan
menjaga bayi tetap hangat.
KF 3:
Sama seperti pada kunjungan II.
KF 4:
1. Tanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi
rasakan!
R/: Dengan menanyakan penyulit yang dialami ibu selama masa
nifas, bidan dapat mengerti apa yang sedang dialamii ibu terutama
penyulit yang dialami ibu agar dapat didiskusikan penyulit tersebut
dan bidan dapat memberikan konseling yang sesuai dengan
kebutuhan ibu agar penyulit tersebut tidak berkepanjangan.
2. Beri konseling untuk KB secara dini!
R/: Dengan memberikan konseling KB secara dini, ibu dan suami
dapat mempersiapkan untuk rencana kehamilan selanjutnya dan juga
mendapatkan kontrasepsi yang sesuai dan tepat sesuai kondisi ibu.
6. IMPLEMENTASI
Tanggal : tanggal/bulan/tahun
Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan selama .... menit diharapkan klien
dapat mengerti dan memahami keadaannya.
Penatalaksanaan nifas fisiologis dibagi menjadi 4 kunjungan :
43
: Nisa Febriani
Hari / Tanggal
Waktu Pengkajian
: 08.30 WIB
Tempat Pengkajian
: Poskesdes Pamekaran
I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
Biodata
Nama
Umur
Agama
Pekerjaan
Pendidikan
Suku
Golongan darah
Status Perkawinan
Alamat
Ny. Y
Tn. M
22 tahun
24 tahun
Islam
Islam
Ibu Rumah Tangga Buruh
SMP
SMP
Sunda
Sunda
Pernikahan ke-1
Pernikahan ke-1
Kp. Cigembreng Utama 02/09 Kec.
Soreang Kab. Bandung
No.Telp
45
: G1P0A0
HPHT
TP
Gerakan Janin
Gerakan Janin Terakhir
: 1 Agustus 2012
: 8 Mei 2014
: pada bulan November 2012
: masih dirasakan pada saat
pemeriksaan
3) Riwayat Haid
Siklus Haid
Lamanya
: 28 hari
: 5 hari
Menarche
Dismenorhoe
: kadang-kadang
Riwayat Imunisasi
TT 1
: 15 Oktober 2012
TT 2
: 19 November 2012
4) Riwayat Kesehatan
-
5. Eliminasi
a. BAB
: 1 kali/hari
b. BAK
: 5 kali/hari
c. Masalah
: tidak ada
6) Keluarga Berencana
1. Ada / tidak
: ada
2. Kapan
: setelah 40 hari
3. Jenis
: KB Suntik 3 bulan
7) Keadaan Psikososial Dan Spiritual
1. Psikologis
: baik
2. Sosial
: baik
3. Spiritual
: baik
8) Rencana Hubungan Seksual
: setelah menggunakan KB
9) Rencana Menyusui
1. Mulai pemberian ASI
: segera setelah melahirkan
2. ASI eksklusif
: ya
3. Menyapih
: tidak
DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum
Kesadaran
2. TTV
a. Tekanan Darah
b. Nadi
c. Suhu
d. Respirasi
3. Pemeriksaan Fisik
1) Muka
a. Oedema
2) Mata
a. Konjungtiva
b. Sklera
c. Fungsi Pengelihatan
d. Kelainan
3) Mulut
a. Bibir
b. Lidah
c. Gigi
d. Gusi
4) Leher
a. Vena jugolaris
b. Kelenjar tiroid
5) Payudara
a. Bentuk
b. Kolostrum
c. Puting susu
: Baik
: Composmentis
: 120/80 mmHg
: 76 kali/menit
: 37,2C
: 20 kali/menit
: tidak
: merah muda
: putih
: baik
: tidak ada
: merah muda, lembab
: bersih
: tidak ada karies maupun karang gigi
: tidak ada pembengkakan
: tidak dilakukan
: tidak ada pembengkakan
: simetris
: ada, warna kekuningan di kedua
payudara ibu
: kedua puting menonjol
47
d. Benjolan
e. Luka parut
6) Abdomen
a. Kontraksi
b. TFU
c. Kandung kemih
7) Genitalia
a. Vulva
b. Perineum
c. Vagina
d. Lochea
- Warna
- Bau
8) Anus
9) Ekstremitas Atas
a. Bentuk
b. Oedema
10) Ekstremitas Bawah
a. Bentuk
b. Oedema
c. Varises
d. Refleks Patella
Diagnosa Aktual :
P1001AB000 ibu nifas 6 jam post partum
DS :
-Ibu mengatakan telah melahirkan pertama kali
-Ibu mengatakan telah melahirkan 6 jam yang lalu
DO :
-Dari pemeriksaan fisik didapatkan hasil palpasi TFU 1 jari
dibawah pusat
-Kontraksi uterus baik
-Perdarahan pervaginam berwarna merah terang dan tidak berbau
Masalah : -
48
V. RENCANA ASUHAN
Tujuan : Setelah diberikan asuhan kebidanan 60 menit diharapkan ibu dapat
mengerti penjelasan bidan.
Kriteria Hasil:
1. Keadaan umum baik dengan:
Tekanan darah110/70 mmHg 120/80 mmHg
Nadi 60 100x/ menit
Pernapasan 18-24 kali/menit
3. Kontraksi uterus baik.
4. Bayi dalam kondisi baik mau menyusui dan tidak tinggi suhunya.
5. Ibu dan keluarga dapat mengulang kembali penjelasan bidan
6.Ibu dan keluarga melaksanakan semua yang dianjurkan oleh bidan.
INTERVENSI
49
: Baik
: Composmentis
: 120/80 mmHg
: 76 kali/menit
50
c. Suhu
d. Respirasi
Pemeriksaan Fisik
Muka
Oedema
Mata
Konjungtiva
Sklera
Fungsi Pengelihatan
Kelainan
Mulut
Bibir
Lidah
Gigi
Gusi
Leher
Kelenjar tiroid
Payudara
Bentuk
Kolostrum
: 37,2C
: 20 kali/menit
: tidak
: merah muda
: putih
: baik
: tidak ada
: merah muda, lembab
: bersih
: tidak ada karies maupun karang gigi
: tidak ada pembengkakan
: tidak ada pembengkakan
: simetris
: ada, warna kekuningan di kedua payudara
ibu
Puting susu
Benjolan
Luka parut
Abdomen
Kontraksi
TFU
Kandung kemih
Genitalia
Vulva
Perineum
Vagina
Lochea
- Warna
- Bau
Anus
Ekstremitas Atas
Bentuk
Oedema
Ekstremitas Bawah
Bentuk
Oedema
Varises
Refleks Patella
51
3. Menilai kontraksi uterus ibu baik atau tidak dan periksa sumber
perdarahan lain karena dalam 24 jam postpartum adalah saat dimana
perdarahan bisa tiba-tiba terjadi. Ibu dan keluarga harus diajarkan
masase perut agar kontraksi baik dan perdarahat tidak terjadi dan
diberitahu tanda-tanda bila terjadi perdarahan.
4. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI walaupun ibu merasa
lelah karena bayi belum bisa mengonsumsi makanan lain selain ASI.
Disamping itu, dengan memberikan ASI dapat membantu uterus
berkontraksi dengan baik sehingga proses pengembalian ukuran uterus
berjalan dengan baik, dan dapat mengurangi jumlah perdarahan yang
keluar. Selama ibu menyusui, bidan memantau kondisi ibu dan sambil
menilai apakah proses pemberian ASI berjalan dengan baik dengan
melihat dari perlekatan mulut bayi, dan menilai jumlah ASI yang
keluar.
5. Meminta ibu untuk menjaga bayinya tetap hangat dengan cara
memeluk dan jangan biarkan baju bayi terbuka serta menjelaskan
kepada ibu bahwa bayi bisa mengalami kedinginan.
6. Meminta kepada keluarga untuk segera memanggil petugas bila ibu
mengalami perdarahan yang banyak, wajah ibu terlihat pucat, serta
berkeringat dingin, ibu kesulitan menyusui seperti asi tidak keluar, ibu
mengalami gangguan emosional seperti menangis tiba-tiba, menolak
bayinya dan menarik diri dari orang lain. Serta menjelaskan tanda
bahaya bayi bila bayi tampak tidak mau menyusu, kejang, lemah, sesak
napas, merintih, pusar kemerahan, demam atau tubuh bayi teraba
dingin, mata bernanah banyak, diare dan kulit bayi terlihat kuning.
7. Meminta keluarga memberikan dukungan penuh pada ibu seperti
menanyakan dan membantu memenuhi kebutuhan ibu diantaranya
membantu ibu untuk mobilisasi ke kamar mandi, melayani makan
minum ibu, dan memijat bagian tubuh ibu yang lelah.
8. Mengingatkan ibu dan keluarga untuk melakukan kunjungan ulang
maksimal 1 minggu lagi tanggal 16 Agustus 2014 atau bila ada keluhan
seperti ibu mengalami gangguan emosional, gangguan menyusui, ibu
52
-Ibu
mengatakan
dilakukan
pemeriksaan
dengan
: Baik
: Composmentis
: 120/80 mmHg
: 76 kali/menit
: 37,2C
: 20 kali/menit
: tidak
: merah muda
: putih
: baik
: tidak ada
: merah muda, lembab
: bersih
: tidak ada karies maupun karang gigi
: tidak ada pembengkakan
: tidak ada pembengkakan
: simetris
: ada, warna kekuningan di kedua payudara
ibu
Puting susu
Benjolan
Luka parut
Abdomen
Kontraksi
TFU
Kandung kemih
Genitalia
Vulva
Perineum
Vagina
Lochea
- Warna
- Bau
Anus
Ekstremitas Atas
Bentuk
Oedema
Ekstremitas Bawah
Bentuk
Oedema
Varises
Refleks Patella
54
Hari/Tanggal
Waktu Pengkajian
: 14.30 WIB
Tempat Pengkajian
: Rumah Pasien
I. PENGKAJIAN
DATA SUBYEKTIF
IDENTITAS PASIEN
Istri
Nama
Umur
Agama
Pekerjaan
Pendidikan
Suku
Golongan darah
Status Perkawinan
Alamat
Suami
Ny. Y
Tn. M
22 tahun
24 tahun
Islam
Islam
Ibu Rumah Tangga Buruh
SMP
SMP
Sunda
Sunda
Pernikahan ke-1
Pernikahan ke-1
Kp. Cigembreng Utama 02/09 Kec.
Soreang Kab. Bandung
No.Telp
Keluhan Utama
A. Riwayat Kesehatan
Ibu mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan dan tidak
pernah menderita penyakit kronis.
B. Pola Aktifitas
1. Pola makan
a. Frekuensi
b. Porsi
c. Jenis makanan
d. Pantangan
e. Minum
f. Jenis minuman
2. Pola tidur
a. Tidur
: 3 kali/hari
: 1 piring sedang
: nasi, lauk pauk, sayuran
: tidak ada
: 8 gelas/hari (gelas belimbing)
: air putih dan teh manis
: + 7 jam/hari
55
3. Personal Hygine
a. Mandi
b. Ganti pembalut
c. Vulva Hygine
d. Cara cebok yang benar
4. Perilaku tidak sehat
a. Merokok
b. Minum alcohol
c. Obat-obatan
5. Eliminasi
a. BAB
b. BAK
c. Masalah
C. Keadaan Psikososial Dan Spiritual
1. Psikologis
2. Sosial
3. Spiritual
: 2 kali/hari
: 1 kali
: setelah BAB dan BAK
: dari depan ke belakang
: tidak pernah
: tidak pernah
: tidak pernah
: 1 kali/hari
: 5 kali/hari
: tidak ada
: baik
: baik
: baik
DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum
Kesadaran
2. TTV
a. Tekanan Darah
b. Nadi
c. Suhu
d. Respirasi
3. Pemeriksaan Fisik
Muka
a. Oedema
Mata
a. Konjungtiva
b. Sklera
c. Fungsi Pengelihatan
d. Kelainan
Mulut
a. Bibir
b. Lidah
c. Gigi
d. Gusi
Leher
a. Vena jugolaris
b. Kelenjar tiroid
Payudara
a. Bentuk
b. Kolostrum
: Baik
: Composmentis
: 120/80 mmHg
: 76 kali/menit
: 37,2C
: 20 kali/menit
: tidak
: merah muda
: putih
: baik
: tidak ada
: merah muda, lembab
: bersih
: tidak ada karies maupun karang gigi
: tidak ada pembengkakan
: tidak dilakukan
: tidak ada pembengkakan
: simetris
: ada warna kekuningan di kedua
payudara ibu
56
c. Puting susu
d. Benjolan
payudara ibu
e. Luka parut
Abdomen
a. Kontraksi
b. TFU
c. Kandung kemih
Genitalia
a. Vulva
b. Vagina
c. Perineum
d. Lochea
- Warna
- Bau
Anus
Ekstremitas Atas
a. Bentuk
b. Oedema
Ekstremitas Bawah
a. Bentuk
b. Oedema
c. Varises
d. Refleks Patella
Masalah
20x/menit
: kontraksi baik, TFU berada 2 jari diatas sympisis.
: lochea serosa berwarna merah muda dengan bau yang
khas.
:-
58
R/: Dengan memberitahu ibu cara perawatan luka perineum seperti luka
harus dibersihkan tiap kali BAK dan BAB dapat mencegah terjadinya
infeksi pada luka perineum.
10. Beritahu ibu mengenai asuhan pada tali pusat!
R/: dengan memberitahu ibu asuhan tali pusat seperti menjaga tali pusat
tetap bersih dan kering dapat mencegah infeksi dan membuat tali pusat
cepat kering.
11. Beritahu ibu supaya menjaga bayi tetap hangat!
R/: Mencegah hipotermi pada bayi dengan menjaga bayi tetap hangat.
12. Beritahu ibu dan keluarga untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu
lagi atau bila ada keluhan!
R/: Dengan melakukan kunjungan ulang dapat mengurangi risiko
kemungkinan terjadinya bahaya ibu selama nifas
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal
: 15 Agustus 2014
Pukul
: 15.15 WIB
: Baik
: Composmentis
: 120/80 mmHg
: 76 kali/menit
: 37,2C
: 20 kali/menit
: tidak
: merah muda
: putih
: baik
: tidak ada
: merah muda, lembab
: bersih
59
Gigi
Gusi
Leher
Vena jugolaris
Kelenjar tiroid
Payudara
Bentuk
Kolostrum
payudara ibu
Puting susu
Benjolan
payudara ibu
Luka parut
Abdomen
Kontraksi
TFU
Kandung kemih
Genitalia
Vulva
Vagina
Perineum
Lochea
- Warna
- Bau
Anus
Ekstremitas Atas
Bentuk
Oedema
Ekstremitas Bawah
Bentuk
Oedema
Varises
Refleks Patella
3. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI walaupun ibu merasa lelah
karena bayi belum bisa mengonsumsi makanan lain selain ASI. Disamping
itu, dengan memberikan ASI dapat membantu uterus berkontraksi dengan
baik sehingga proses pengembalian ukuran uterus berjalan dengan baik,
dan dapat mengurangi jumlah perdarahan yang keluar.
4. Memberitahu ibu supaya mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang
dan minum yang cukup. Kualitas dan jumlah makanan yang dikonsumsi
akan sangat mempengaruhi produsi ASI. Ibu menyusui harus mendapatkan
60
payudaranya saja.
Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek):
61
dengan sendirinya
Menyendawa bayi untuk mengeluarkan udara dari lambung supaya
bayi tidak muntah. Dengan cara bayi digendong tegak dengan
bersandar pada bahu ibu, kemudian punggungnya ditepuk
perlahan-lahan. Atau dengan cara bayi tidur tengkurap di pangkuan
bayi
berbaring
miring,
diperlukan
Posisi football : bayi berbaring miring atau punggung melingkar
antara lengan dan samping dada ibu. Lengan bawah dan tangan ibu
menyangga bayi, dan ia menggunakan tangan sebelahnya untuk
62
10. Memberitahu ibu perawatan tali pusat yaitu sampai tali pusat kering dan
lepas, yang rawan terjadinya infeksi sehingga harus dijaga agar bersih dan
kering. Mencuci tali pusat dengan air sabun setiap hari.
11. Memberitahukan kepada ibu bahwa bayi harus tetap hangat karena jika
tidak bisa terjadi hipotermi pada bayi dengan menghindarkan bayi dari
benda-benda yang temperaturnya lebih rendah, atau langsung dari udara
yang dingin.
12. Mengingatkan ibu dan keluarga untuk melakukan kunjungan ulang
maksimal 1 minggu lagi tanggal 23 Agustus 2014 atau bila ada keluhan
seperti perdarahan yang berlebih, keluarnya cairan di vagina yang berbau,
demam, nyeri perut yang berat, kelelahan atau sesak, bengkak di tangan,
wajah, tungkai, atau sakit kepala atau kabur, nyeri payudara,
pembengkakan payudara atau lecet putting.
VII. EVALUASI
Tanggal : 15 Agustus 2014
Pukul
: 16.05 WIB
S : - Ibu mengatakan bahwa tidak ada keluhan selama 6 hari setelah
persalinan
- Ibu mengatakan bersedia dilakukan pemeriksaan dengan
menandatangani informed consent.
- Ibu memahami kondisi ibu baik saat ini.
- Ibu bersedia tetap memberikan ASI kepada bayinya dan ibu
bersedia merawat bayinya.
- Ibu bersedia melakukan anjuran yang diberikan oleh bidan.
-Keluarga mengatakan bersedia untuk memanggil petugas bila
muncul tanda bahaya pada ibu dan bayi.
-Suami membantu perawatan bayi.
-Ibu bersedia datang kembali pada tanggal 23 Agustus 2014 atau
bila ada keluhan.
O:
R : 20x/menit
Muka
63
Mata
mata
Mulut
tampak bersih, giginya tidak ada karies ataupun karang gigi, gusi
tidak bengkak.
Leher
: tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
Payudara
: simetris, terdapat pengeluaran kolostrum berupa
warna kekuningan di kedua payudara ibu, putting susu ibu
menonjol, tidak ada benjolan di kedua payudara ibu dan tidak ada
luka parut.
Abdomen
sympisis, KU kosong
Genetalia
: vulva dan vagina tidak ada kelainan, perineum
Nama Pengkaji
: Nisa Febriani
Hari / Tanggal
Waktu Pengkajian
: 11.00 WIB
Tempat Pengkajian
: Poskesdes Pamekaran
I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
Biodata
Nama
Umur
Agama
Pekerjaan
Pendidikan
Suku
Golongan darah
Status Perkawinan
Alamat
Ny. Y
Tn. M
22 tahun
24 tahun
Islam
Islam
Ibu Rumah Tangga Buruh
SMP
SMP
Sunda
Sunda
Pernikahan ke-1
Pernikahan ke-1
Kp. Cigembreng Utama 02/09 Kec.
Soreang Kab. Bandung
No.Telp
2) Keluhan Utama Pasien :
Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
DATA SUBJEKTIF
Keluhan Utama
A. Riwayat Kesehatan
- Ibu mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan dan tidak
pernah menderita penyakit kronis.
B. Pola Aktifitas
1. Pola makan
a. Frekuensi
: 3 kali/hari
b. Porsi
: 1 piring sedang
c. Jenis makanan
: nasi, lauk pauk, sayuran
d. Pantangan
: tidak ada
e. Minum
: 8 gelas/hari (gelas belimbing)
f. Jenis minuman
: air putih dan teh manis
2. Pola tidur
a. Tidur
: + 7 jam/hari
3. Personal Hygine
a. Mandi
: 2 kali/hari
65
b. Ganti pembalut
: 1 kali
c. Vulva Hygine
: setelah BAB dan BAK
d. Cara cebok yang benar : dari depan ke belakang
4. Perilaku tidak sehat
a. Merokok
: tidak pernah
b. Minum alcohol
: tidak pernah
c. Obat-obatan
: tidak pernah
5. Eliminasi
a. BAB
: 1 kali/hari
b. BAK
: 5 kali/hari
c. Masalah
: tidak ada
C. Keadaan Psikososial Dan Spiritual
1. Psikologis
: baik
2. Sosial
: baik
3. Spiritual
: baik
DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum
Kesadaran
2. TTV
a. Tekanan Darah
b. Nadi
c. Suhu
d. Respirasi
3. Pemeriksaan Fisik
1) Muka
a. Oedema
2) Mata
a. Konjungtiva
b. Sklera
c. Fungsi Pengelihatan
d. Kelainan
3) Mulut
a. Bibir
b. Lidah
c. Gigi
d. Gusi
4) Leher
a. Vena jugolaris
b. Kelenjar tiroid
5) Payudara
a. Bentuk
b. Puting susu
c. Benjolan
: Baik
: Composmentis
: 110/70 mmHg
: 83 kali/menit
: 36,6C
: 17 kali/menit
: tidak
: merah muda
: putih
: baik
: tidak ada
: merah muda, lembab
: bersih
: tidak ada karies maupun karang gigi
: tidak ada pembengkakan
: tidak dilakukan
: tidak ada pembengkakan
: simetris
: kedua puting menonjol
: tidak ada benjolan di kedua
payudara ibu
66
d. Luka parut
6) Abdomen
a. Kontraksi
b. TFU
c. Kandung kemih
7) Genitalia
a. Vulva
b. Vagina
c. Perineum
d. Lochea
- Warna
- Bau
8) Anus
9) Ekstremitas Atas
a. Bentuk
b. Oedema
10) Ekstremitas Bawah
1. Bentuk
2. Oedema
3. Varises
4. Refleks Patella
: tidak ada
: baik
: tidak teraba
: kosong
: tidak ada kelainan
: tidak ada kelainan
: luka jahitan sudah kering
: alba
: tidak
: tidak ada haemoroid
: simetris
: tidak
: simetris
: tidak
: tidak ada
: kanan (+) / (+)
Diagnosa Aktual :
P1001AB000 ibu nifas post partum minggu kedua
DS :
-Ibu mengatakan telah melahirkan pertama kali
-Ibu mengatakan telah melahirkan 14 hari yang lalu
DO :
-Dari pemeriksaan fisik didapatkan hasil palpasi TFU tidak teraba
-Kontraksi uterus baik
-Perdarahan pervaginam berwarna alba dan tidak berbau
Masalah : -
Kriteria Hasil:
1. Keadaan umum baik dengan:
Tekanan darah110/70 mmHg 120/80 mmHg
Nadi 60 100x/ menit
Pernapasan 18-24 kali/menit
2. Ibu dapat mengulang kembali penjelasan bidan
2.Ibu melaksanakan semua yang dianjurkan oleh bidan.
3.Ibu tahu tentang kebutuhan dan perawatan bagi dirinya dan bayinya.
INTERVENSI :
1. Lakukan pendekatan terapeutik!
R/: Dengan melakukan pendekatan terapeutik diharapkan ibu lebih
kooperatif dengan bidan.
2. Lakukan Pemeriksaan Fisik terfokus kepada ibu!
R/: Dengan memeriksa fisik ibu secara terfokus, seperti memeriksa
pengeluaran pervaginam, kontraksi, tinggi fundus uteri dapat
mengetahui apakah proses pemulihan ibu nifas berjalan dengan baik
atau tidak.
3. Beritahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam kondisi baik!
R/: Dengan memberitahukan hasil pemeriksaan, ibu dapat memahami
kondisinya saat ini.
4. Anjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI!
R/: ASI memberikan banyak manfaat untuk bayi, ibu dan keluarga.
5. Anjurkan ibu untuk tetap memakan makanan yang bergizi dan cukup
cairan!
R/: Ibu menyusui harus tetap dalam kondisi sehat agar proses meyusui
berjalan dengan baik.
6. Ajarkan ibu tentang perawatan payudara!
R/: Payudara perlu dirawat agar tidak meimbulkan masalah yang
berdampak pada proses menyusui.
7. Anjurkan ibu untuk melakukan senam nifas!
68
: Baik
: Composmentis
: 110/70 mmHg
: 83 kali/menit
: 36,6C
: 17 kali/menit
: tidak
: merah muda
: putih
: baik
: tidak ada
69
Bibir
Lidah
Gigi
Gusi
Leher
Kelenjar tiroid
Payudara
Bentuk
Puting susu
Benjolan
payudara ibu
Luka parut
Abdomen
Kontraksi
TFU
Kandung kemih
Genitalia
Vulva
Vagina
Perineum
Lochea
- Warna
- Bau
Anus
Ekstremitas Atas
Bentuk
Oedema
Ekstremitas Bawah
Bentuk
Oedema
Varises
Refleks Patella
70
71
-Ibu
mengatakan
bersedia
dilakukan
pemeriksaan
dengan
Puting susu
Benjolan
Luka parut
Abdomen
Kontraksi
TFU
Kandung kemih
Genitalia
Vulva
Perineum
Vagina
Lochea
- Warna
- Bau
Anus
: Baik
: Composmentis
: 120/80 mmHg
: 76 kali/menit
: 37,2C
: 20 kali/menit
: merah muda
: simetris
: ada, warna kekuningan di kedua payudara
ibu
: kedua puting menonjol
: tidak ada benjolan di kedua payudara ibu
: tidak ada
: baik
: 1 jari dibawah pusat
: kosong
: tidak ada kelainan
: terlihat jahitan luka laserasi
: terlihat jahitan luka laserasi
: merah terang, rubra
: tidak
: tidak ada haemoroid
72
: Nisa Febriani
Waktu Pengkajian
: 09.00 WIB
Tempat Pengkajian
I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
Biodata
Nama
Umur
Agama
Pekerjaan
Pendidikan
Suku
Golongan darah
Status Perkawinan
Alamat
Ny. Y
Tn. M
22 tahun
24 tahun
Islam
Islam
Ibu Rumah Tangga Buruh
SMP
SMP
Sunda
Sunda
Pernikahan ke-1
Pernikahan ke-1
Kp. Cigembreng Utama 02/09 Kec.
Soreang Kab. Bandung
No.Telp
Keluhan Utama
A. Pola Aktifitas
1. Pola makan
73
a. Frekuensi
: 3 kali/hari
b. Porsi
: 1 piring sedang
c. Jenis makanan
: nasi, lauk pauk, sayuran
d. Pantangan
: tidak ada
e. Minum
: 8 gelas/hari (gelas belimbing)
f. Jenis minuman
: air putih dan teh manis
2. Pola tidur
a. Tidur
: + 6 jam/hari
3. Personal Hygine
a. Mandi
: 2 kali/hari
b. Ganti pembalut
: 1 kali
c. Vulva Hygine
: setelah BAB dan BAK
d. Cara cebok yang benar : dari depan ke belakang
4. Perilaku tidak sehat
a. Merokok
: tidak pernah
b. Minum alcohol
: tidak pernah
c. Obat-obatan
: tidak pernah
5. Eliminasi
a. BAB
: 1 kali/hari
b. BAK
: 5 kali/hari
c. Masalah
: tidak ada
B. Keadaan Psikososial Dan Spiritual
1. Psikologis
: baik
2. Sosial
: baik
3. Spiritual
: baik
DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum
Kesadaran
2. TTV
a. Tekanan Darah
b. Nadi
c. Suhu
d. Respirasi
3. Pemeriksaan Fisik
1) Muka
a. Oedema
2) Mata
a. Konjungtiva
b. Sklera
c. Fungsi Pengelihatan
d. Kelainan
3) Mulut
a. Bibir
b. Lidah
c. Gigi
d. Gusi
: Baik
: Composmentis
: 120/80 mmHg
: 78 kali/menit
: 37,1C
: 19 kali/menit
: tidak
: merah muda
: putih
: baik
: tidak ada
: merah muda, lembab
: bersih
: tidak ada karies maupun karang gigi
: tidak ada pembengkakan
74
4) Leher
a. Vena jugolaris
b. Kelenjar tiroid
5) Payudara
a. Bentuk
b. Puting susu
c. Benjolan
: tidak dilakukan
: tidak ada pembengkakan
: simetris
: kedua puting menonjol
: tidak ada benjolan di kedua
payudara ibu
: tidak ada
d. Luka parut
6) Abdomen
a. Kontraksi
: baik
b. TFU
: tidak teraba
c. Kandung kemih
: kosong
7) Genitalia
a. Vulva
: tidak ada kelainan
b. Vagina
: tidak ada kelainan
c. Perineum
: luka jahitan sudah kering
d. Lochea
- Warna
: alba
- Bau
: khas
8) Anus
: tidak ada haemoroid
9) Ekstremitas Atas
a. Bentuk
: simetris
b. Oedema
: tidak
10) Ekstremitas Bawah
1. Bentuk
: simetris
2. Oedema
: tidak
3. Varises
: tidak ada
4. Refleks Patella
: kanan (+) / kiri (+).
II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH (INTERPRETASI DATA
DASAR)
-
Diagnosa Aktual :
P1001AB000 ibu nifas post partum minggu keenam
DS :
- Ibu mengatakan melahirkan pertama kalinya
- Ibu mengatakan telah melahirkan 6 minggu yang lalu
DO :
- Dari pemeriksaan fisik didapatkan hasil palpasi TFU tidak teraba
- Pengeluaran pervaginam berwarna alba dan berbau khas.
- Luka jahitan sudah kering
76
: Baik
: Composmentis
: 120/80 mmHg
: 78 kali/menit
: 37,1C
: 19 kali/menit
: tidak
: merah muda
: putih
: baik
: tidak ada
77
Bibir
Lidah
Gigi
Gusi
Leher
Vena jugolaris
Kelenjar tiroid
Payudara
Bentuk
Puting susu
Benjolan
payudara ibu
Luka parut
Abdomen
Kontraksi
TFU
Kandung kemih
Genitalia
Vulva
Vagina
Perineum
Lochea
Warna
Bau
Anus
Ekstremitas Atas
Bentuk
Oedema
Ekstremitas Bawah
Bentuk
Oedema
Varises
Refleks Patella
-Ibu
mengatakan
dilakukan
pemeriksaan
dengan
: Baik
: Composmentis
79
TTV
kali/menit
Pemeriksaan Fisik
Muka
Mata
80
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Teori Kunjungan nifas
Ibu masa nifas diharapkan datang ke sarana pelayanan kesehatan guna
mendapatkan pemeriksaan kesehatan dalam seminggu dan sebulan pertama masa
nifas. Kunjungan ulang diperlukan untuk menilai status kesehatan ibu,
pertumbuhan dan perkembangan bayi, konseling kebutuhan gizi dan kebersihan,
upaya mengatasi masalah dalam pemberian ASI ekslusif, keluarga berencana serta
imunisasi.
Pemeriksaan ibu dalam kunjungan ulang dilakukan untuk: mengetahui
proses involusi, kebersihan perineum, kebutuhan gizi termasuk pemberian tablet
zat besi, menilai status kesehatan ibu dan bayi, keluarga berencana dan
keberhasilan ASI ekslusif (Saraswati Ina, Tarigan HL, 2002).
Menurut Mochtar (1998) kunjungan masa nifas terdiri dari:
9. Kunjungan I
6- 8 jam setelah persalinan:
Tujuannya:
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila
perdarahan berlanjut
3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
4) Pemberian ASI awal.
5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
2. Kunjungan II
6 hari setelah persalinan.
81
Tujuannya:
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
2) Menilai adanya tandatanda demam infeksi atau perdarahan abnormal.
3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat
4) Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda tanda
penyakit.
5) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari hari.
3. Kunjungan III
2 minggu setelah persalinan
Tujuannya:
Sama dengan di atas (6 hari setelah persalinan)
4. Kunjungan IV
6 minggu setelah persalinan
Tujuannya:
1) Menanyakan ibu tentang penyakit penyakit yang dialami
2) Memberikan konseling untuk KB secara dini.
Tujuan kunjungan masa nifas antara lain yaitu:
a. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi
b. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya
c. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa
nifas
d. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya
82
84
bahwa
hasil
85
1.
2.
3.
86
persalinan. Terpenuhinya kebutuhan ibu dan hal-hal yang menjadikan focus pada
kondisi fisik maupun psikis ibu sama seperti KF 3.
Pada kasus 4
Penatalaksanaan kunjungan nifas keempat menurut teori
1. Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa
nifas
2. Memberikan konseling KB secara dini
87
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Waktu Nifas adalah waktu untuk memulihkan kesehatan umum dan
mengembalikan keadaan organ yang mengalami perubahan. Waktu ini umumnya
dibatasi antara 6 sampai 12 minggu apabila keadaan normal, dan waktu ini
dianggap cukup untuk mengembalikan keadaan seperti yang lalu, tentu saja bila
tidak terjadi penyakit atau gangguan yang tidak disangka. Nifas dibagi dalam 3
periode yaitu Puerperium Dini, Intermedial, dan Remote. Puerperium Dini yaitu
kepulihan dimana klien telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan, dalam
agama Islam, dianggap bersih dan boleh bekerja 40 hari. Puerperium Intermedial
yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital yang lamanya 6-8 minggu. Remote
Puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi, waktu
untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan. Selama
nifas ibu mengalami perubahan pada sistem reproduksi, hematologi, pernafasan,
pencernaan, perkemihan, integumen, persyarafan, musculoskeletal, endokrin,
kardiovaskuler.
Asuhan nifas diperlukan pada periode ini karena merupakan masa kritis baik
ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi
setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
Selama nifas ibu mengalami perubahan pada sistem reproduksi, hematologi,
pernafasan, pencernaan, perkemihan, integumen, persyarafan, musculoskeletal,
endokrin, kardiovaskuler.
Asuhan kebidanan pada masa nifas adalah bantuan yang diberikan oleh bidan
kepada ibu pada masa nifas yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara bertahap
dan sistematis, melalui suatu proses yang disebut manajemen kebidanan.
Manajemen kebidanan pada ibu nifas fisiologis digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan bidan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis, dan
88
berfokus pada ibu nifas terutama pada ketidaknyamanan dan penyulit yang ibu
rasakan selama nifas. Manajemen Kebidanan menggunakan 7 langkah Varney.
6.2 Saran
Bagi Penulis
Sebagai calon tenaga kesehatan sangat perlu meningkatkan pengetahuan
dan wawasan mengenai nifas fisiologis karena, bidan berperan dan
bertanggungjawab terhadap perawatan ibu nifas.
Bagi Pembaca
Menambah pengetahuan mengenai konsep nifas fisiologis lebih dalam,
terutama bagi para ibu, sehingga dapat membedakan antara kondisi
fisiologis dengan kondisi patologis selama masa nifas.
Bagi Petugas Kesehatan
Menambah wawasan dan informasi dalam penanganan dan pemberian
asuhan pada ibu nifas
89
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati,
E,
&
Wulandari,
D.
2008.
Asuhan
Kebidanan
lowdermik,
Jensen.2005.
Buku
Ajar
Keperawatan
Maternitas.
Jakarta:EGC
Cunningham,F.G.2013. Obstetri Williams Ed 23 . Jakrta:EGC
Jannah, N. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Ledbetter, Michael S (Ed). 2001. Womens Health during the Chilbearing Years.
USA:Mosby
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetry Jilid I. Jakarta: EGC.
Rumahorbo, Hotma.1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta : EGC.
Saraswati Ina. Tarigan Hakim Lukman 2002, Komunikasi Efektif
Ibu Selamat, Bayi Sehat, Keluarga Bahagia. Jakarta.
Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas . Jakarta:
Salemba Medika.
Saifudin,
Abdul
Bahri.
2006.
Panduan
Praktis
Pelayanan
Sarwono.,
2005. Ilmu
kebidanan . Jakarta
90