Vous êtes sur la page 1sur 90

MAKALAH

KUNJUNGAN MASA NIFAS

Di susun oleh :
Astiara Cintya Citra
(135070607111009)

Dosen Pembimbing :
Yuseva Sariati, SST., SE., M.Keb

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2015

KATA PENGANTAR
1

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulisan makalah tentang
kunjungan nifas bisa selesai dengan tepat waktu. Adapun penulisan
miniseminar ini sebagai tugas kelompok mata kuliah fisiologis nifas.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan miniseminar ini. Tanpa adanya bantuan dari semua
pihak makalah ini tidak akan selesai dengan tepat waktu.
Dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu
kami masih membutuhkan saran yang membangun dari semua pihak. Dan semoga
dengan adanya makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Penulis, 28 oktober 2015

DAFTAR ISI
2

HALAMAN JUDUL..........................................................................................1
KATA PENGANTAR.........................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................6
1.3 Tujuan............................................................................................................7
1.4 Manfaat..........................................................................................................7
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Nifas.................................................................................................8
2.2 Periode Nifas..................................................................................................8
2.3 Tujuan Asuhan Nifas......................................................................................8
2.4 Perubahan Fisiologi Nifas..............................................................................9
2.5 Kunjungan Masa Nifas..................................................................................31
BAB III KERANGKA KONSEP ASUHAN
3.1Pengertian asuhan kebidanan..........................................................................35
3.2 Langkah Manajemen Asuhan Kebidanan menurut Varney............................35
BAB IV KASUS dan ASUHAN KEBIDANAN
4.1 Kasus..............................................................................................................47
Kasus 1.................................................................................................................47
Kasus 2.................................................................................................................58
Kasus 3.................................................................................................................70
Kasus 4.................................................................................................................81
3

BAB V PEMBAHASAN
5.1 Teori Kunjungan Nifas...................................................................................91
5.2 Askeb kunjungan nifas sesuai kasus..............................................................91
5.3

Penatalaksanaan

kunjungan

nifas

antara

teori

dan

kasus

93

BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan....................................................................................................99
6.2 Saran..............................................................................................................100
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................101

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator kesehatan
suatu bangsa. AKI dalam hal ini meliputi AKI ibu hamil, bersalin dan nifas.
AKI juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan
pembangunan Millenium Development Goals (MDGS) yang ke-5 yaitu
meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun
2015 adalah mengurangi sampai resiko dari jumlah kematian ibu. Masa
nifas merupakan masa yang rawan karena ada beberapa risiko yang mungkin
terjadi pada masa itu, antara lain: anemia, preeklampsia/eklampsia, perdarahan
postpartum, depresi masa nifas, dan infeksi masa nifas. Menurut data, diantara
resiko tersebut ada dua yang paling sering mengakibatkan kematian pada ibu
nifas, yakni infeksi dan perdarahan. World Health Organization, bahwa angka
kematian ibu (AKI) di negara berkembang masih tinggi 500 per 100.000
kelahiran hidup. (WHO, 2009). Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2009 menunjukkan bahwa angka kematian ibu (AKI) di
Indonesia masih berada pada angka 357 per 100.000 kelahiran hidup,
sedangkan pada tahun 2010 AKI menjadi 263 per 100.000 kelahiran hidup.
Cakupan target Nasional pelayanan nifas adalah 90%, cakupan pelayanan
nifas di jawa tengah tahun 2012 yaitu 99,3% naik bila dibandingkan tahun
2011 (93,97%) dan sudah melampaui target standar pelayanan minimal (SPM)
tahun 2010 - 2015 adalah 90%. Secara umum angka pelayanan nifas di
Indonesia mengalami peningkatan yang cukup drastis terlihat pada cakupan
pelayanan kesehatan ibu nifas, yaitu dari 46,8% pada tahun 2010 menjadi
81,7% pada tahun 2013.
Di dalam standar kompetensi bidan dijelaskan bahwa bidan memberikan
asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap
terhadap budaya setempat. Asuhan masa nifas atau paska persalinan
difokuskan pada upaya pencegahan infeksi dan menuntut bidan untuk
memberikan asuhan kebidanan tingkat tinggi. Asuhan yang diberikan kepada
ibu bertujuan untuk : meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu
5

dan bayi, pencegahan, diagnosis dini dan pengobatan komplikasi pada ibu,
merujuk ibu ke tenaga ahli bilamana perlu, mendukung dan memperkuat
keyakinan ibu serta memungkinkan ibu untuk mampu melaksanakan perannya
dalam situasi keluarga, imunisasi ibu terhadap tetanus, mendorong
pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan anak, serta
peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak.
Peran dan tanggung jawab bidan dalam pasca persalinan, antara lain:
Teman terdekat sekaligus pendamping ibu nifas dalam menghadapai saat-saat
kritis masa nifas, pendidikan dalam usaha pemberian pendidikan kesehatan
terhadap ibu dan keluarga, pelaksana asuhan kepada kepada pasien dalam hal
tindakan perawatan, pemantauan, penanganan masalah, rujukan dan deteksi
dini komplikasi masa nifas.
Pada asuhan pasca persalinan secara spesifik bidan mempunyai tanggung
jawab sebagai berikut: melakukan evaluasi kontinu dan penatalaksanaan
perawatan kesejahteraan wanita, memberikan bantuan pemulihan dari
ketidaknyamanan fisik, memberikan bantuan dalam menyusui, memfasilitasi
pelaksanaan peran sebagai orang tua, melakukan pengkajian bayi selama
kunjungan rumah, memberikan pedoman antisipasi dan instruksi, melakukan
penapisan kontinu untuk komplikasi puerperium.
Oleh karena itu, peran tenaga kesehatan yang paling dekat dengan klien
(bidan), kita wajib mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada ibu
termasuk psikologi ibu pada masa nifas agar tidak terjadi keadaan yang
mengarah patologi dan keadaan tersebut dapat segera diatasi bahkan dicegah
secara dini. Segala hal tersebut dapat diketahui dengan adanya tanda-tanda
yang mengarah pada salah satu perubahan yang patologi. Oleh karena itu
bidan wajib mengetahui tanda dan gejala guna penanganan pertama jika
menemukan kasus seperti itu saat berada dilapangan (dunia kesehatan).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep asuhan kebidanan pada nifas fisiologis?
2. Bagaimana membuat manajemen asuhan kebidanan pada nifas fisiologis?
1.3 Tujuan

1. Memahami konsep asuhan kebidanan konsep asuhan kebidanan pada nifas


fisiologis.
2. Memahami manajemen asuhan kebidanan pada nifas fisiologis.
1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa
dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai nifas fisiologis.
2. Bagi Pembaca
Diharapkan agar pembaca dapat mengetahui tentang nifas fisiologi pada
ibu yang selesai bersalin.
3. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi tentang nifas
fisiologis serta dapat memberikan pelayanan yang sesuai dengan kondisi
ibu.

BAB II
Tinjauan Teori
2.1 Definisi Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya placenta sampai
alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas
berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari. (Ambarwati, 2010)
Periode post natal adalah waktu penyerahan dari selaput dan plasenta
(menandai akhir dari periode intrapartum) menjadi kembali ke saluran
reproduktif wanita pada masa sebelum hamil. Periode ini juga disebut
puerperium. (Varney, 1997)
2.2 Periode Nifas
Nifas dibagi dalam 3 periode, yaitu:
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh
bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya
6-8 minggu.
3. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, atau
tahunan. (Mochtar, Rustam, 1998)
Pada periode masa nifas keadaan tubuh ibu akan berangsur kembali seperti
sedia kala dan dapat dibagi menjadi keadaan: a). masa segera setelah
persalinan (dalam dua jam pertama persalinan); b). 2-7 hari pasca-persalinan;
c). 7-28 hari pasca persalinan (Saraswati Ina, Tarigan Hakim Lukman, 2002).
2.3 Tujuan Asuhan Masa Nifas
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi
dalam 24 jam pertama.
Masa neonatus merupakan masa kritis bagi kehidupan bayi, 2/3 kematian
bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian BBL
8

terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir. Menurut Saifuddin (2006), tujuan
asuhan pada ibu nifas :
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya , baik fisik dan psikologik.
b. Melaksanakan skrining yang kompreh ensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan, tenta ng perawatan keseha tan diri,
nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi dan perawatan bayi sehat
d. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
2.4 Perubahan Fisiologis Masa Nifas
1. Perubahan Sistem reproduksi
a. Ovarium dan Tuba Fallopi
Setelah kelahiran plasenta, produksi estrogen dan progesteron menurun,
sehingga menimbulkan mekanisme timbal-balik menstruasi. Pada saat inilah
dimulai kembali proses ovulasi, sehingga wanita dapat hamil kembali.
(Bahiyatun,2013)
b. Uterus
Involusi uterus
Menurut Jannah (2011), involusi uterus adalah proses kembalinya
uterus ke ukuran semula seperti sebelum hamil, sekitar kurang lebih 60
gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi
otot-otot polos uterus. Pada akhir kala III persalinan, uterus berada di
garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus
bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat ini besar uterus kirakira sama dengan besar uterus sewaktu kehamilan usia 16 minggu seberat
1000 gram.
Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung jawab
untuk pertumbuhan masif uterus selama masa hamil. Pertumbuhan uterus
selama masa prenatal tergantung pada hiperplasia, peningkatan jumlah
sel-sel otot, dan hipertripi yaitu pembesaran sel-sel yang sudah ada. Pada
masa postpartum, penururnan kadar hormon-hormon ini menyebabkan
terjadinya autolisis. Proses terjadinya involusi uterus adalah sebagai
berikut:
- Autolisis
Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di
dalam otot uterin. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan
9

otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari


semula dan lima kali lebarnya dari semula selama kehamilan.
Sitoplasma sel yang berlebih akan tercerna sendiri sehingga
tertinggal jaringan fibro elastic dalam jumlah renik sebagai bukti
-

kehamilan.
Atrofi jaringan
Jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah
besar, kemudian

mengalami

atrofi

sebagai

reaksi

terhadap

penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta.


Selain perubahan atrofi pada otot-otot uterus, lapisan desidua akan
mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal
-

yang akan beregenerasi menjadi endometrium yang baru.


Efek oksitosin
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah
bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume
intrauterin yang sangat besar. Hormon oksitosin yang dilepas dari
kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
mengompresi pembuluh darah, dan membantu proses hemostasis.
Kontraksi dan retraksi otot uterin akan mengurangi suplai darah ke
uterus. Proses ini akan membantu mengurangi bekas luka implantasi
plasenta serta mengurangi perdarahan.
Selama 1 sampai 2 jam pertama postpartum, intensitas kontraksi
uterus bisa berkurang dan menjadi teratur. Oleh karena itu penting
sekali menjaga dan mempertahankan kontraksi uterus pada masa ini.
Suntikan oksitosin biasanya diberikan secara IV atau IM segera
setelah bayi lahir. Pemberian ASI segera akan merangsang pelepasan
oksitosin karena isapan bayi pada payudara.
Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir seluas 12,5
cm, permukaan kasar, tempat pembuluh darah besar bermuara. Pada
pembuluh

darah

terjadi

pembentukan

trombosis,

disamping

pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot rahim. Bekas luka


implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu ke-2 sebesar 6-8 cm
dan pada akhir nifas sebesar 2 cm. Luka bekas implantasi plasenta
akan sembuh karena pertumbuhan endometrium yang berasal dari

10

tepi luka dan lapisan basalis endometrium. Luka sembuh sempurna

pada 6-8 minggu postpartum.


Lokia
Pada awal nifas, peluruhan jaringan desidua menyebabkan
timbulnya duh vagina dalam jumlah yang beragam. Duh ini disebut lokia
yang terdiri dari eritrosit, potongan jaringan desidua, sel epitel dan
bakteri (Cunningham, 2013). Menurut Jannah (2011), lokia mempunyai
reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih
cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokia
mempunyai bau amis/anyir seperti darah menstruasi meskipun tidak
menyengat dan volumenya berbeda pada setiap wanita. Lokia yang
berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi.
Lokia mempunyai perubahan karena proses involusi. Perubahan
tersebut terdiri dari 4 tahap, yaitu:
a. Lokia rubra
Lokia rubra merupakan darah pertama yang keluar dan
berasal dari tempat implantasi plasenta. Lokia ini muncul pada
hari 1 sampai hari ke-4 masa postpartum. Cairan yang keluar
berwarna merah karena berisi darah segar, jaringan sisa-sisa
plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo dan mekonium.
Lokia rubra yang menetap pada awal periode postpartum
menunjukkan adanya perdarahan postpartum sekunder yang
mungkin
sekunder

menunjukkan
yang

adanya

mungkin

perdarahan

disebabkan

postpartum
tertinggalnya

plasenta/selaputnya.
b. Lokia sanguinolenta
Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir.
Berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 postpartum.
c. Lokia serosa
Lokia ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung
serum, leukosit, dan robekan plasenta. Muncul pada minggu
ke-2 postpartum.
d. Lokia alba/putih
Lokia ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput
lendir serviks dan serabut jaringan yang mati. Lokia alba bisa
berlangsung selama 2 sampai 6 minggu postpartum. Lokia alba
11

yang berlanjut bisa menandakan adanya endometritis, terutama


jika disertai demam, rasa sakit atau nyeri tekan pada abdomen.
Bila terjadi infeksi, keluar cairan nanah berbau busuk yang
disebut lokia purulenta. Pengeluaran lokia yang tidak lancar

disebut dengan lokia statis.


Regenerasi Endometrium
Cunningham (2013) mengemukakan dalam dua atau tiga hari
setelah persalinan, desidua yang tersisa berdiferensiasi menjadi dua
lapisan. Lapisan superfisial menjadi nekrotik dan meluruh masuk
kedalam lokia. Lapisan basal yang berdekatan dengan dengan
miometrium tetap utuh dan merupakan sumber endometrium baru.
Endometrium tumbuh dari proliferasi sisa kelenjar endometrium dan
stroma jaringan ikat interglandular.
Regenerasi endometrium berlangsung cepat, kecuali pada tempat
perlekatan plasenta. Dalam waktu seminggu, permukaannya ditutupi oleh
epitelium. Endometrium secara histologis merupakan bagian dari proses
perbaikan normal. Selain itu perubahan inflamasi mikroskopis yang
merupakan ciri salpingitis akut terlihat pada hampir sebagian wanita
postpartum antara hari ke-5 dan ke-15. Akan tetapi hal tersebut tidak
menunjukkan infeksi (Cunningham, 2013).
Perubahan-Perubahan Normal Pada Uterus Selama Postpartum
Involusi uteri

Tinggi Fundus Uteri

Plasenta lahir
Setinggi pusat
7
hari(1 Pertengahan

Berat Uterus

1000 gram
pusat 500 gram

minggu)
dan simfisis
14 hari (minggu Tidak teraba

350 gram

Diameter
uterus
12,5 cm
7,5 cm
5 cm

ke-2)
6 minggu
Normal
60 gram
2,5 cm
Sumber: Jannah(2011)
c. Serviks dan Segmen Bawah Uterus
Menurut Jannah(2011), serviks mengalami involusi bersama-sama
dengan uterus. Warna serviks adalah kehitam-hitaman karena penuh
pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang terdapat laserasi/perlukaan
kecil. Karena robekan kecil yang terjadi selama dilatasi, serviks tidak
pernah kembali ke keadaan sebelum hamil.
12

Segmen uterus bagian bawah menipis secara nyata mengalami


kontraksi dan retraksi, namun tidak sekuat pada corpus uteri. Selama
beberapa minggu berikutnya, segmen bawah yang sebelumnya merupakan
substruktur tersendiri yang cukup besar untuk mengakomodasi kepala
bayi, berubah menjadi isthmus uteri yang hampir tidak terlihat yang
terletak diantara corpus dan ostium internum.
Bentuk serviks seperti corong karena disebabkan oleh korpus uteri
yang mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi
sehingga perbatasan antara korpus uteri dan serviks terbentuk cincin.
Muara serviks berdilatasi 10 cm pada saat persalinan, kemudian menutup
secara bertahap. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim,
setelah 2 jam dapat dimasuki 2-3 jari. Di akhir minggu pertama,
pembukaan ini menyempit, serviks menebal dan kanalis endoservikal
kembali terbentuk. Pada minggu ke-6 postpartum, serviks menutup.
Segmen uterus bagian bawah menipis secara nyata mengalami
konstraksi dan retraksi, namun tidak sekuat pada corpus uteri. Selama
beberapa minggu berikutnya, segmen bawah yang sebelumnya merupakan
substruktur tersendiri yang cukup besar untuk mengakomodasi kepala
bayi, berubah menjadi isthmus uteri yang hampir tidak terlihat yang
terletak diantara corpus dan ostium internum.
d. Vagina dan Ostium Vagina
Jannah (2011) mengemukakan, vulva dan vagina mengalami
penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses persalinan
dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu postpartum.
Penurunan hormon estrogen pada masa post partum berperan dalam
penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae.
Menurut Cunningham (2013), pada awal masa nifas, vagina dan
ostiumnya membentuk saluran yang berdinding halus dan lebar yang
ukurannya berkurang secara perlahan namun jarang kembali ke ukuran
saat nulipara. Rugae mulai muncul kembali pada minggu ketiga namun
tidak semenonjol sebelumnya. Himen tinggal berupa potong-potongan
kecil sisa jaringan, yang membentuk jaringan parut disebut carunculae
myrtiformes. Epitel vagina mulai berproliferasi pada minggu ke-4 sampai
13

ke-6, biasanya bersamaan dengan kembalinya produksi estrogen ovarium.


Laserasi atau peregangan perineum selama pelahiran dapat menyebabkan
relaksasi ostium vagina.
e. Perineum
Menurut Jannah(2011), setelah persalinan, perineum menjadi kendur
karena teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pulihnya
tonus otot perineum terjadi sekitar 5-6 minggu postpartum. Latihan senam
nifas baik untuk mempertahankan elastisitas otot perineum dan organorgan reproduksi lainnya. Luka episiotomi akan sembuh dalam 7 hari
postpartum.
f. Peritonium dan Dinding Abdomen
Cunningham (2013) mengemukakan, ligamentum latum dan
rotundum memerlukan waktu yang cukup lama untuk pulih dari
peregangan dan pelonggaran yang terjadi saat kehamilan. Sebagai akibat
dari ruptur serat elastik pada kulit dan distensi lama karena uterus hamil,
maka dinding abdomen tetap lunak dan flaksid. Beberapa minggu
dibutuhkan oleh struktur-struktur tersebut untuk kembali menjadi normal.
Pemulihan dibantu oleh latihan. Kecuali striae putih, dinding abdomen
biasanya kembali ke penampilan sebelum hamil. Akan tetapi ketika otot
tetap atonik, dinding abdomen juga tetap melemas.
g. Ligamen-ligamen
Menurut Sofian(2011), ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang
meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, berangsur-angsur
mengecil dan pulih kembali. Akibatnya tidak jarang uterus jatuh ke
belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi
kendor. Setelah melahirkan, wanita Indonesia memiliki kebiasaan
berkusuk atau berurut. Sewaktu dikusuk, tekanan intraabdomen
bertambah tinggi. Karena ligamentum, fascia, dan jaringan penunjang
menjadi kendor setelah persalinan, jika dilakukan kusuk/urut, banyak
wanita

akan

mengeluh

memulihkannya

kembali,

kandungannya
sebaiknya

dengan

turun/terbalik.
latihan

dan

Untuk
senam

pascapartum.
2. Sistem Gastrointestinal
14

Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal,


diantaranya

tingginya

kadar

progesteron

yang

dapat

mengganggu

keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolestrol darah, dan melambatkan


kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai
menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk
kembali normal.
Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara
lain :
1. Nafsu Makan
Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk
mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 34 hari
sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun
setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu
atau dua hari.
2. Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama
waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa
memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
3. Pengosongan Usus
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus
otot usus menurun selama proses persalinan dan awal masa pascapartum, diare
sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi,
hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas
membutuhkan waktu untuk kembali normal.
Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara lain:
1.

Pemberian diet / makanan yang mengandung serat.

2.

Pemberian cairan yang cukup.

3.

Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan.

4.

Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.

Bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian huknah atau obat
yang lain.
3. Sistem Perkemihan

15

Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid tinggi yang
berperan

meningkatkan

fungsi ginjal. Begitu

sebaliknya,

pada pasca

melahirkan kadar steroid menurun sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal.


Fungsi ginjal kembali normal

dalam

waktu

satu

bulan

setelah wanita melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam
waktu 12 36 jam sesudah melahirkan.

Hal yang berkaitan dengan fungsi sistem perkemihan, antara lain:


Hemostatis internal.
Keseimbangan asam basa tubuh.
Pengeluaran sisa metabolisme.
a. Hemostatis internal
Tubuh, terdiri dari air dan unsur -unsur yang larut didalamnya, dan 70% dar
icairan tubuh terletak di dalam sel-sel, yang disebut dengan cairan
intraselular . Cairan ekstraselular terbagi dalam plasma darah, dan langsung
diberikan untuk sel-sel yang disebut cairan interstisial. Beberapa hal yang
berkaitan dengan cairan tubuh antara lainedema dan dehidrasi. Edema
adalah tertimbunnya cairan dalam jaringan akibatgangguan keseimbangan
cairan dalam tubuh. Dehidrasi adalah kekurangan cairan atau volume air
yang terjadi pada tubuh karena pengeluaran berlebihan dan tidak diganti.
b. Keseimbangan asam basa tubuh
Keasaman dalam tubuh disebut PH. Batas normal PH cairan tubuh adalah
7,35-7,40. Bila PH >7,4 disebut alkalosis dan jika PH < 7,35 disebut
asidosis.
c. Pengeluaran sisa metabolisme, racun dan zat toksin ginjal
Ginjal mengekskresi hasil akhir dari metabolisme protein
mengandung nitrogen terutama urea, asam urat dan kreatinin.

yang

Ibu post

partum dianjurkan segera buang air kecil, agar tidak menggangguproses


involusi uteri dan ibu merasa nyaman. Namun demikian, pasca melahirkan
ibu merasa sulit buang air kecil.
Hal yang menyebabkan kesulitan buang air kecil pada ibu postpartum,
antara lain:
1) Adanya odema trigonium yang menimbulkan obstruksi sehingga
terjadiretensi urin.
2) Diaforesis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang teretansi
dalam tubuh, terjadi selama 2 hari setelah melahirkan.
16

3) Depresi dari sfingter uretra oleh karena penekanan kepala janin dan spasme
oleh iritasi muskulus sfingter ani selama persalinan, sehingga menyebabkan
miksi.
Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen akan menurun,
hilangnya peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah, dan hilangnya
peningkatan volume darah akibat kehamilan, hal ini merupakan mekanisme
tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan. Keadaan ini disebut dengan diuresis
pasca partum. Ureter yang berdilatasi akan kembali normaldalam tempo 6
minggu.
Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah urin
menyebabkan penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama masa pasca partum.
Pengeluaran kelebihan cairan yang tertimbun selama hamil kadang-kadang
disebut kebalikan metabolisme air pada masa hamil (reversal of the water
metabolisme of pregnancy).
Rortveit dkk (2003) menyatakan bahwa resiko inkontinensia urine pada
pasien dengan persalinan pervaginam sekitar 70% lebih tinggi dibandingkan
resiko serupa pada persalinan dengan Sectio Caesar. Sepuluh persen pasien
pasca persalinan menderita inkontinensia (biasanya stres inkontinensia) yang
kadang-kadang menetap sampai beberapa minggu pasca persalinan. Untuk
mempercepat penyembuhan keadaan ini dapat dilakukan latihan pada otot
dasar panggul.
Bila wanita pasca persalinan tidak dapat berkemih dalam waktu 4 jam
pasca persalinan mungkin ada masalah dan sebaiknya segera dipasang dower
kateter selama 24 jam. Bila kemudian keluhan tak dapat berkemih dalam waktu
4 jam, lakukan kateterisasi dan bila jumlah residu > 200 ml maka kemungkinan
ada gangguan proses urinasinya. Maka kateter tetap terpasang dan dibuka 4 jam
kemudian, bila volume urine < 200 ml, kateter dibuka dan pasien diharapkan
dapat berkemih seperti biasa.
4. Perubahan sistem musculoskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal terjadi pada saat umur kehamilan
semakin betambah. Adaptasi ini mencakupi peningkatan berat badan,
bergesernya pusat akibat pembesaran rahim, relaksasi dan mobilitas. Namun
demikian, pada saat psot partum system muskuloskeletal akan berangsur17

angsur pulih kembali. Adapun sistem muskuloskeletal pada masa nifas


meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.

Dinding perut dan peritoneum


Kulit abdomen
Striae
Perubahan ligament
Simpisis pubis
Organ Otot Panggul
Dinding perut dan peritoneum
Dinding perut akan longgar pasca persalinan. Keadaan ini akan pulih

kembali dalam 6 minggu. Pada saat wanita asthenis terjadi diastasis dari otototot rectus abdonimis, sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah
hanya terdiri dari peritoneum, fasia tipis, dan kulit.
2. Kulit Abdomen
Selama masa kehamilan, kulit abdomen akan melebar, melonggar dan
mengendur hingga berbulan-bulan. Otot-otot dari dinding abdomen dapat
kembali normal kembali dalam beberapa minggu pasca melahirkan dengan
latihan post natal.
3. Striae
Striae adalah suatu perubahan warna seperti jaringan parut pada dinding
abdomen. Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna
melainkan membentuk garis lurus yang samar. Tingkat diastasis muskulus
trektus abdominis pada ibu post partum dapat dikaji melalui keadaan umum,
aktivitas, paritas, dan jarak kehamilan, sehingga dapat membantu menentukan
lama pengembalian tonis otot menjadi normal.
4. Perubahan Ligamen
Setelah janin lahir, ligament-ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang
meregang sewaktu kehamilan dan partus berangsur-angsur menciut kembali
seperti sediakala. Tidak jarang ligametum rotundum menjadi kendor yang
mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi. Otot-otot uterus berkontraksi
segera setelah partus. Pembuluh pembuluh darah yang berada di antara
anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan
perdarahan setelah plasenta dilahirkan.
18

Ligamen-ligamen, diagfragma pelvis serta fasia yang meregang pada


waktu persalinan, secara berangsur- angsur menjadi ciut dan pulih kembali
sehingga tak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retroplesi karena
ligamentum rotundum menjadi kendor. Tidak jarang pula wanita mengeluh
kandungannya turun setelah melahirkan karena ligamen, fasia, jaringan
penunjang alat genetalia menajdi kendor. stabilisasi secara sempurna terjadi
pada 6-8 minggu setelah persalinan (Sulistyawati, 2009).
a. Ligamentum rotundum menjadi kendur (batasan normal 6 minggu) \
Rasionalnya letaknya terdapat pada bagian atas lateral dari uterus, kaudal dari
insertietua, kedua ligament ini melalui kanalis inguinalis ke bagian kranial
labia mayor. Terdiri dari jaringan otot polos (identik dengan miometrium) dan
jaringan ikat dan menahan uterus dalam antefleksi. Pada waktu kehamilan
mengalami hypertrophie, sehingga dapat diraba dengan pemeriksaan luar.
Setelah lahir ligamen-ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang meregang
sewaktu kehamilan dan partus berangsur-angsur menciut kembali. Tidak jarang
ligamentum rotundum menjadi kendur akibat letak uterus menjadi retrofleksi,
yaitu pembengkokan organ sehingga ujung atasnya berputar ke arah belakang.
Masalahnya yang ditimbulkan: perut menggantung.
b. Otot-otot ekstrimitas menjadi lebih kaku (normalnya 6-8 bulan)
Kebutuhan

kalsium

pada saat

hamil

bertambah

dikarenakan

terjadi

pembentukan tulang bagi janin, jika ibu tidak memenuhi kebutuhan


kalsiumnya, maka kalsium ibu akan berkurang karena digunakan janin.
Akibatnya akan timbul kram dan kesemutan pada kaki dan akhirnya berdampak
pada osteoporosis.
Kebutuhannya ialah:
Selama hamil ibu dianjurkan untuk mengatur posisi sebaik mungkin saat
beraktifitas maupun saat istirahat.
Saat persalinan ibu mengambil posisi bersalin yang senyaman mungkin dan
mengedan dengan baik
Senam nifas
Latihan mengatur posisi tubuh agar kembali keposisi semula
Mengkonsumsi makanan yang ber nutrisi dan mengandung kalsium
19

Ibu mengkonsumsi nutrisi yang baik


5. Simpisis pubis
Pemisahan simpisis pubis jarang terjadi. Namun demikian, hal ini dapat
menyebabkan mordibitas maternal. Gejala dari pemisahan simpisis pubis antara
lain : nyeri tekan pada pubis disertai peningkatan nyeri saat bergerak di tempat
tidur ataupun waktu berjalan. Pemisahan simpisis dapat dipalapasi. Gejala ini
dapat menghilang setelah beberapa minggu atau bulan pasca meahirkan,
bahkan ada yang menetap.
6. Organ Otot Panggul
Otot panggul pada masa nifas juga mengalami perubahan. Struktur dan
penopang otot uterus dan otot vagina dapat mengalami cidera selama waktu
melahirkan. Hal ini dapat menyebabkan relaksasi panggul yang berhubungan
dan pemanjangan dan melemahnya topangan permukaan struktur panggul yang
menopang uterus, dinding vagina, rektum, uretra dan kandung kemih (Bobak,
2005). Jaringan penopang dasar panggul yang teregang saat ibu melahirkan
akan kembali ke tonus semula setelah enam bulan.
a. Jaringan penopang dasar panggul (Trimium) kendur (normalnya 6-8
minggu)
Hal ini terjadi karena jaringan penopang dasar panggul yang terobek atau
teregang saat ibu melahirkan. Kebutuhannya ialah:

Pada saat hamil, ibu melakukan senam hamil secara rutin


Pada saat persalinan ibu harus mengedan dengan baik
Senam nifas
Latihan otot panggul dengan cara kontraksi otot dasar panggul seperti pada

saat mengeluarkan napas


Ibu mengkonsumsi nutrisi yang baik
b. Sendi tulang pada pinggang menjadi lentur (batas normal 6-8 minggu)
Hal ini terjadi dikarenakan saat adanya lordosis yang berat pada saat hamil dan
fleksi anterior leher serta merosotnya lingkar bahu yang menyebabkan traksi
pada nervus ulnaris dan medianus. Kebutuhannya ialah:
Pada waktu hamil ibu dianjurkan untuk latihan senaam hamil
Ibu dianjurkan untuk mobilisasi seperti senam nifas
Mengkonsumsi nutrisi yang cukup

20

c. Rongga panggul yang melebar selama kehamilan mulai berkurang


(normalnya 6-8 minggu)
Ini terjadi karena saat kehamilan mobilitas sendi sakro iliaka, sakro koksigis
dan sendi pubis bertambah karena jaringan ikat pada sendi panggulnya
mulai melunak, sehingga rongga panggul menjadi lebih lebar. Namun, saat
persalinan dan sesudah persalinan hormon estrogen dan progesteron dan
relaksin menurun sehingga menyebabkan pelebaran rongga panggul
berkurang. Kebutuhannya ialah:
Pada waktu hamil ibu dianjurkan untuk latihan senam hamil
Kegel exercise
Ibu dianjurkan melakukan senam nifas
Ibu mengkonsumsi nutrisi yang baik
d. Bertambahnya tingkat mobilitas dan kelenturan sendi (normalnya 8 minggu)
Ini terjadi pada 6-8 minggu pasca persalian. Hal ini terjadi karena perubahan
hormon estrogen, progesteron dan relaksin selama kehamilan sehingga
mengurangi kepadatan jaringan penghubung, kartilago, dan ligamen serta
jumlah cairan sinovial. Stabilisasi
Kebutuhannya ialah:
Pada waktu hamil ibu dianjurkan untuk latihan senam hamil
Kegel exercise
Ibu dianjurkan melakukan senam nifas
Ibu mengkonsumsi nutrisi yang baik

5. Perubahan Endokrin

Oksitosin
Oksitosin di sekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Selama tahap

ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan


mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi
dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu
uterus kembali ke bentuk normal. (Sitti Saleha, 2009)
Pengaruh oksitosin mengakibatkan miopetelium kelenjar-kelenjar susu
berkontraksi, sehingga pengeluaran air susu dilaksanakan. Umumnya
produksi air susu berlangsung betul pada hari ke 2-3 postpartum. Pada harihari pertama air susu mengandung kolustrum, yang merupakan cairan kuning
21

lebih kental dari pada air susu, mengandung banyak protein albumin dan
globulin dan benda-benda kolostrum dengan diameter 0,001-0,025 mm.
Karena mengandung banyak protein dan mudah di cerna, maka sebaiknya
kolostrum jangan di buang. ( Sarwono, 2005)
Prolaktin
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar pituari
bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin, hormon ini berperan dalam
pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu. Pada wanita yang
menyusui bayinya. Kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada
rangsangan folikel dalam ovarium yang di tekan. Pada wanita yang tidak
menyusui bayinya tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14-21 hari
setelah persalinan. Sehingga merangsang kelenjar bawah depan otak yang
mengontrol ovarium ke arah permulaan pada produksi estrogen dan
progesteron yang normal, pertumbuhan folikel, ovulasi, dan menstruasi.
(Sitti Saleha, 2009)
Kadar prolaktin akan meningkat dengan perangsangan fisik pada puting
mamma sendiri. Dengan menetekkan bayi pada ibunya akan mengakibatkan
peningkatan produksi prolaktin dan hal ini akan meningkatkan produksi Air
Susu Ibu (ASI). Lebih sering ibu menetekkan lebih meningkat pula produksi
air susu ibu. Kadar estrogen dan gonadotropin akan menurun pada laktasi,
akan tetapi akan meningkat lagi pada waktu frekuensi menetekkan dikurangi
umpamanya bila bayi mulai dapat tambahan makanan. (Sarwono, 2005)
Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita yang tidak
menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH akan
meningkat pada fase konsentrasi folikuler (minggu ke-3) dan LH tetap rendah
hingga ovulasi terjadi. ( Ari Sulistyawati, 2009)
Estrogen dan progesteron
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun mekanismenya
secara penuh belum di mengerti. Diperkirakan bahwa tingkat estrogen yang
tinggi memperbesar hormon antidiuretik yang meningkatkan volume darah.
Di samping itu, progesteron memengaruhi otot halus yang mengurangi
perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat memengaruhi
saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perinium dan vulva
sertavagina.(SittiSaleha,2009)
22

Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna


sehingga aktivitas prolaktin yang juga sedang meningkat dapat memengaruhi
kelenjar mamae dalam menghasilkan ASI. ( Ari Sulistyawati, 2009)
Hypotalamik pituitary ovarium
Lamanya seseorang wanita mendapat menstruasi juga di pengaruhi oleh
oleh faktor menyusui. Seringkali menstruasi pertama ini bersifat anovulasi
karena rendahnya kadar estrogen dan progesteron. ( Ari Sulistyawati, 2009)
Hormon plasenta
Hormon yang berpengaruh dalam sistem reproduksi wanita yaitu follicel
stimulazing hormone, lutenizing Hormone, prolaktin, dan laktogenik.
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon yang diproduksi
oleh plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat pasca persalinan.
Penurunan hormon plasenta (Hormon Placental Lactogen) menyebabkan
kadar gula darah menurun pada masa nifas. HCG menurun dengan cepat dan
menetap sampai 3 jam hingga ke 7 postpartum dan sebagai onset pemenuhan
mamae pada hari ke 3 postpartum.( Hotma Ruma Horbo, 1999)
6. Perubahan sistem pernapasan yang terjadi selama masa nifas
Menurut Ledbetter (2001) fungsi jantung saat postpartum dipengaruhi oleh
perubahan pada rusuk dan diafragma. Setelah keluarnya bayi, diafragma turun
dan torak serta abdominal kembali posisi normal seperti sebelum hamil.
Pernafasan biasanya pada rentang normal, yaitu 16-24 kali per menit.
Perubahan pada ventilasi dan keseimbangan asam basa kembali ke level
sebelum hamil selama 3 minggu potpartum. Perempuan yang mempunyai
riwayat merokok, penyakit kronis (penyakit janutung, ginjal, atau penyakit
pernapasan), hipertensi saat kehamilan atau yang mempunyai riwayat operasi
dapat meningkatkan risiko komplikasi paru-paru.
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Bila
suhu dan nadi tidak normal maka pernapasan juga akan mengikutinya. Suhu
badan dalam 1 hari (24 jam) postpartum akan naik sedikit (37,5 38C)
sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan, dan
kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu badan menjadi biasa. Namun

23

biasanya pada hari ke-3 suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI.
Bila suhu tidak turun maka kemungkinan adanya infeksi pada endometrium.
Menurut Ledbetter (2001:593) setelah 48 jam postpartum, perempuan
kehilangan banyak cairan yang diikuti oleh tempratur dalam rentang normal.
Suhu di atas 38C mungkin mengindikasikan adanya infeksi. Kenaikan suhu
harus dikontrol pada 48 jam postpartum pertama sampai kembali normal. Pada
beberapa hari postpartum ibu mengalami bradikardi (<60 kali per menit).
Terjadinya takikardi (>100 kali per menit) dapat mengindikasikan hipovelemik
sebagai akibat dari dehidrasi atau kehilangan darah atau mungkin diindikasikan
adanya infeksi.
Denyut nadi yang normal pada orang dewasa adalah 60-100 kali per menit.
Dalam periode waktu 6-7 jam melahirkan sesudah melahirkan sering
ditemukan adanya bradikardia (<60kali per menit) dan dapat berlangsung
sampai 610 hari setelah melahirkan. Keadaan ini bisa berhubungan dengan
penurunan usaha jantung, penurunan volume darah yang mengikuti pemisahan
plasenta, kontraksi uterus dan peningkatan stroke volume. Jika denyut nadi
melebihi 100 kali per menit maka kemungkinan terjadi infeksi (Sulistyawati,
2009:80).
Menurut Coad (2007) Perubahan pada tekanan perut dan kapasitas isi
rongga dada setelah persalinan mempengaruhi fungsi paru. Perubahan tersebut
meliputi peningkatan volume residu, resting ventilation, dan kebutuhan oksigen
serta adanya penurunan dalam kapasitas inspirasi. Namun setelah 6 bulan
postpartum, fungsi paru akan kembali ke keadaan sebelum hamil. Selama
persalinan dan periode awal post-partum terjadi perubahan keseimbangan
asam-basa. Progesteron selama kehamilan mengakibatkan hiperventilasi pada
tingkat alveolar, hal itu dapat meningkatkan saturasi oksigen tanpa mengubah
tingkat pernapasan. Kehamilan ditandai dengan alkalosis pernapasan
(disebabkan oleh konsentrasi karbon dioksida menurun pada alveoli) dan
kompensasi asidosis metabolik. Hal-hal tersebut mulai berubah dengan
meningkatnya laktat darah, penurunan pH, dan hipokapnia (<30 mmHg)
menjelang akhir tahap pertama selama persalinan. Penurunan progesteron pada
24

tahap ini menyebabkan hypercapnia postpartum, yang disertai dengan


kelebihan basa tinggi dan bikarbonat plasma. Tingkat metabolisme dasar tetap
meningkat selama 1 sampai 2 minggu setelah persalinan.
Saturasi oksigen dan PO2 lebih tinggi selama kehamilan dibandingkan
wanita yang tidak hamil. Selama persalinan

wanita mungkin mengalami

penurunan saturasi oksigen, terutama saat terlentang. Hal ini mungkin akibat
penurunan output di jantung dalam posisi tersebut. Saturasi oksigen naik secara
cepat setelah melahirkan, sampai 95% pada hari pertama postpartum.
Peningkatan kebutuhan oksigen dalam periode post-partum mungkin terjadi
selama waktu istirahat, yang juga dapat dipengaruhi oleh laktasi, anemia, dan
faktor-faktor emosional dan psikologis. Fungsi pernapasan kembali pada
rentang normal wanita selama jam pertama pascapartum. Napas pendek, cepat,
atau perubahan lain memerlukan evaluasi adanya kondisi-kondisi seperti
kelebihan cairan, eksaserbasi asma, dan embolus paru (Varney, 2008:961).
Saleha (2009:61) mengatakan bahwa frekuensi pernapasan normal pada
orang dewasa adalah 16-24 kali permenit. Pada ibu postpartum umumnya
pernapasan lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan
pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan pernapasan selalu
berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak
normal, pernapasan juga akan mengikutinya. Bila pernapasan pada masa
postpartum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.
7. Perubahan Sistem Kardiovaskular
Pada masa nifas terdapat perubahan pada sistem kardiovaskuler yang masih
dalam batas normal. Perubahan-perubahan pada sistem kardiovaskuler
tersebut meliputi:

Tanda-tanda Vital

Denyut Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 6080 x /menit. Setelah


melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat kemudian kembali
25

normal setelah beberapa jam pertama postpartum. Namun, perdarahan,


demam, dan nyeri akut maupun persisten dapat mempengaruhi proses ini
pula. Apabila denyut nadi di atas 100 selama nifas, hal tersebut abnormal dan
mungkin menunjukkan adanya infeksi atau perdarahan postpartum lambat
(Varney, Kriebs, dan Gegor, 2008)
Dalam periode waktu 6-7 jam sesudah melahirkan, sering ditemukan
adanya bradikardia 50-70 kali permenit (normalnya 80-100 kali permenit)
dan dapat berlangsung sampai 6-10 hari setelah melahirkan. Keadaan ini bisa
berhubungan dengan penurunan usaha jantung, penurunan volume darah
yang mengikuti pemisahan plasenta dan kontraksi uterus dan peningkatan
stroke volume (volume sekuncup). Takikardi kurang sering terjadi, bila terjadi
hubungan peningkatan kehilangan darah. Bradikardia (dianggap normal),
tetapi jika terjadi takikardia dapat merefleksikan adanya kesulitan atau
persalinan lama dan darah yang keluar lebih dari normal atau perubahan
setelah melahirkan (Saleha, 2009).

Tekanan Darah

Tekanan darah biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan


rendah setelah melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada
postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsia postpartum (Varney,
Kriebs, dan Gegor, 2008).

Volume Darah
Pengeluaran darah saat persalinan, yang secara normal diperkirakan
berjumlah 300500 mL, dikompensasi secara adekuat oleh peningkatan
volume darah pada saat kehamilan. Diuresis semakin mengurangi volume
plasma pada hari-hari pertama walaupun kemudian terjadi mobilisasi
cairan interstitium sehingga volume plasma cenderung meningkat secara
transien dan terjadi hemodilusi (Coad, 2007).
Satu minggu setelah persalinan, volume darah telah hampir kembali ke
nilainya ketika tidak hamil. Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat
penurunan estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil.
26

Jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin kembali normal pada hari
ke-5. Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar
selama masa nifas, tetapi kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada
normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan
demikian daya koagulasi meningkat (Ferrer, 2001).
Penarikan kembali estrogen menyebabkan diuresis yang terjadi secara
cepat sehingga mengurangi volume plasma kembali pada volume normal.
Aliran ini terjadi dalam 24 jam pertama setelah bayi lahir. Selama masa
ini, ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urine, hilangnya progesteron
membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya
vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan
trauma pasca persalinan. Pada persalinan, vagina kehilangan darah sekitar
200500 mL, sedangkan pada persalinan dengan SC, pengurangan dua
kali lipatnya.
Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Pada masa hamil
di dapat hubungan pendek yang dikenal sebagai shunt antara
sirkulasi ibu dan plasenta (sirkulasi uteroplasenter). Volume darah ibu
relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban pada
jantung dan akan menimbulkan decompensatio cordis. Keadaan ini dapat
diatasi

dengan

mekanisme

kompensasi

dengan

tumbuhnya

hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sedia kala.


Umumnya ini terjadi pada 3-5 hari postpartum.
Pada masa kehamilan, kekerapan detak jantung memang sedikit
meningkat, begitu pula denyut nadi, yang bisa mencapai 88 kali per menit,
terutama dalam usia kehamilan 3436 minggu. Volume plasma pada
masa kehamilan, juga meningkat. Peningkatan volume plasma bermula
pada sekitar akhir trimester, dan mencapai puncaknya pada sekitar minggu
ke 3234, yang kemudian menetap selama trimester terakhir kehamilan.
Pada saat itu, volume plasma bertambah sebesar 22% dibandingkan pada
saat

sebelum

mengandung.

Peningkatan

volume

plasma

masih

berlangsung setelah 1224 jam pasca-persalinan. Setelah proses itu


27

terlewati, volume plasma akan menurun kembali pada nilai volume plasma
seperti sebelum hamil.
Proses penyesuaian volume plasma ini, berlangsung hingga dua minggu
pascapersalinan. Semua ini merupakan perubahan alamiah, yang tidak
akan berpengaruh pada jantung normal. Tetapi jantung yang mengalami
abnormalitas, tentunya akan mengalami gangguan.
8. Perubahan Hematologi
Pada

minggu-minggu

terakhir

kehamilan,

kadar

fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada


hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun
tetapi darah lebih

mengental

meningkatkan faktor pembekuan


jumlah

sel-sel

darah

dengan
darah.

peningkatan viskositas sehingga


Leukositosis adalah

putih sebanyak

15.000

meningkatnya

selama persalinan.

Jumlahleukosit akan tetap tinggi selama beberapa hari pertama masapost


partum. Jumlah sel darah putih akan tetap bisa naik lagi sampai 25.000 hingga
30.000

tanpa

adanya

kondisi

patologis

jika wanita tersebut

mengalami persalinan lama.


Pada awal postpartum, jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritrosit sangat
bervariasi.

Hal

ini

disebabkanvolume

darah,

volume plasenta dan

tingkat volume darah yang berubah-ubah. Tingkatan ini dipengaruhi oleh status
gizi dan hidarasi dari wanita tersebut. Selama kelahiran dan postpartum, terjadi
kehilangan darah sekitar 200-500 ml. Penurunan volume dan peningkatan
sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan
hemoglobin pada

hari

ke

3-7 postpartum dan

akan normal

dalam

4-5

minggu postpartum.
Pada masa nifas terjadi perubahan komponen darah, misalnya jumlah sel
darah putih akan bertambah banyak. Jumlah sel darah merah dan Hb akan
berfluktuasi, namun dalam 1 minggu pasca persalinan biasanya semuanya akan
kembali pada keadaan semula. Curah jantung atau jumlah darah yang dipompa

28

oleh jantung akan tetap tinggi pada awal masa nifas dan dalam 2 minggu akan
kembali pada keadaan normal.
9. Perubahan sistem saraf yang terjadi selama masa nifas
Menurut Ledbetter (2001), banyak ibu postpartum dilaporkan mengalami
sakit kepala terutama pada 1 minggu postpartum. Ibu yang diberikan anastesia
epidural atau spinal selama persalinan mungkin mengalami sakit kepala
karena adanya pengurangan cairan serebrospinal dari tempat yang disuntikkan.
Jenis dari sakit kepala ini terjadi ketika perempuan menengadahkan kepalanya
atau pada posisi berdiri. Pengobatannya seperti analgesic non narkotik,
bedrest, caffeine, dan menigkatkan pemasukan cairan. Carpal Tunnel
Syndrome biasanya terjadi selama hamil, kemungkinan terjadi karena adanya
retensi cairan. Gejalanya secara umum menghilang sekitar 3 bulan postpartum.
Untuk gejala yang tidak teratasi, tidak dapat disembuhkan langsung melainkan
diselesiakan dengan terapi fisik, operasi jika ada indikasi.
Penekanan pada cabang pleksus saraf lumbosakralis selama persalinan
dapat bermanifestasi sebagai keluhan neuralgia berat atau nyeri seperti kram
yang menyebar ke bawah ke salah satu atau kedua kaki saat kepala bayi turun
masuk ke pelvis. Jika saraf cedera, nyeri dapat berlanjut setelah pelahiran,
dan mungkin juga terdapat kehilangan sensorik atau paralisis otot dalam
berbagai derajat yang berbeda. Dalam beberapa kasus, terdapat footdrop,
yang dapat terjadi sekunder karena cedera pada levels radiks lumbosacral,
pleksus lumbosacral, nervus ischiadicus, atau pleksus poroneus communis.
Komponen pleksus lumbosacral melintasi pinggir pelvis dan dapat ditekan
oleh kepala bayi atau forceps. Nervus peroneus communis dapat tertekan
secara eksternal ketika kaki diposisikan di pijakan kaki, terutama pada
persalinan kala dua yang lama.
Insiden neuropati obstetrik relatif sering. Mengevaluasi lebih dari 6.000
wanita yang melahirkan secara berurutan di Northwestern University dan
menemukan bahwa kira-kira 1 persennya mengkonfirmasi adanya cedera
saraf. Neuropati nervus cutaneous femoralis lateralis merupakan yang paling
umum, diikuti oleh neuropati nervus femoralis. Defisit motorik menyertai

29

sepertiga dari cedera tersebut. Nulipara, persalinan kala dua yang lama, dan
mengejan dalam waktu yang lama pada posisi semi-Flower merupakan
beberapa faktor resikonya. Lama gejala kira-kira dua bulan, berkisar antara 2
minggu sampai 18 bulan. (Cunningham, 2013)
Menurut Bobak, lowdermik, Jensen (2005), perubahan neurologis selama
puerperium merupakan kebalikan adaptasi neurologis yang terjadi saat wanita
hamil dan disebabkan trauma yang dialami wanita saat bersalin dan
melahirkan. Rasa tidak nyaman neurologis yang diinduksi kehamilan akan
menghilang setelah wanita melahirkan. Eliminasi edema fisiologis melalui
diuresis setelah bayi lahir menghilangkan sindrom karpal tunnel dengan
mengurangi kompresi saraf media. Rasa baal dan kesemutan pada periodik
pada jari yang dialami 5 % wanita hamil biasanya menghilang setelah anak
lahir, kecuali jika mengangkat dan memindahkan bayi memperburuk keadaan.
Nyeri kepala memerlukan pemeriksaan yang cermat. Nyeri kepala
pascapartum bisa disebabkan berbagai keadaan termasuk hipertensi akibat
kehamilan, stress, dan kebocoran cairan serebrospinalis ke dalam ruang
ekstadural selama jarum epidural diletakkan di tulang punggung untuk
anastesi.
2.5 Kunjungan Masa Nifas
Ibu masa nifas diharapkan datang ke sarana pelayanan kesehatan guna
mendapatkan pemeriksaan kesehatan dalam seminggu dan sebulan pertama masa
nifas. Kunjungan ulang diperlukan untuk menilai status kesehatan ibu,
pertumbuhan dan perkembangan bayi, konseling kebutuhan gizi dan kebersihan,
upaya mengatasi masalah dalam pemberian ASI ekslusif, keluarga berencana serta
imunisasi.
Pemeriksaan ibu dalam kunjungan ulang dilakukan untuk: mengetahui
proses involusi, kebersihan perineum, kebutuhan gizi termasuk pemberian tablet
zat besi, menilai status kesehatan ibu dan bayi, keluarga berencana dan
keberhasilan ASI ekslusif (Saraswati Ina, Tarigan HL, 2002).
Menurut Mochtar (1998) kunjungan masa nifas terdiri dari:
1. Kunjungan I
30

6- 8 jam setelah persalinan:


Tujuannya:
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila
perdarahan berlanjut
3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
4) Pemberian ASI awal.
5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
2. Kunjungan II
6 hari setelah persalinan.
Tujuannya:
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
2) Menilai adanya tandatanda demam infeksi atau perdarahan abnormal.
3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat
4) Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda tanda
penyakit.
5) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari hari.
3. Kunjungan III
2 minggu setelah persalinan
Tujuannya:
Sama dengan di atas (6 hari setelah persalinan)
4. Kunjungan IV

31

6 minggu setelah persalinan


Tujuannya:
1) Menanyakan ibu tentang penyakit penyakit yang dialami
2) Memberikan konseling untuk KB secara dini.
Tujuan kunjungan masa nifas antara lain yaitu:
a. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi
b. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya
c. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa
nifas
d. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya

32

2.6 PATHWAY

33

BAB III
KERANGKA KONSEP ASUHAN
1.1

Pengertian Asuhan Kebidanan


Asuhan kebidanan adalah bantuan yang diberikan oleh bidan kepada individu

pasien atau klien yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara bertahap dan
sistematis, melalui suatu proses yang disebut manajemen kebidanan. Manajemen
Kebidanan menurut Varney (1997) merupakan suatu proses pemecahan masalah,
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian atau
tahapan yang logis, dan berfokus pada klien.
1.2

Langkah Manajemen Asuhan Kebidanan menurut Varney


Adalah langkah pertama asuhan kebidanan yang terdiri dari pengumpulan

data yang diperoleh anamnesa atau pemeriksaan fisik dan penunjang, meliputi :
Nama bidan

Tempat: ...

SIP

No. Register :

Pengkajian diambil

: 10 September 2013

Jam

: WIB

A. Data Subyektif
Biodata
Nama Ibu dan suami

: Untuk mengetahui identitas klien

Umur Ibu dan suami

: Untuk mengetahui resiko tinggi atau rendahnya

kehamilan pada ibu, apakah termasuk usia reproduksi sehat atau resiko. Usia
reproduksi sehat yaitu 20-35tahun.
Agama

: Untuk mengetahui keyakinan klien

Pendidikan

: Digunakan sebagai dasar dalam memberikan KIE


kepada klien.

Pekerjaan

: Untuk mengetahui pengaruh aktifitas terhadap


kesehatan klien dan untuk memperkirakan apakah
34

lingkungan pekerjaan mendukung untuk keadaan


ibu nifas.
Status Perkawinan

: Untuk mengetahui status hubungan ibu dan suami.

Alamat

: Mengetahui suku, adat, daerah, budaya dan


memudahkan komunikasi serta menunjukan adakah
pengaruh suku, adat, daerah, budaya terhadap ibu
nifas.

1). Alasan Datang


Mengetahui alasan ibu datang ke bidan.
2). Keluhan Utama Pasien:
Keluhan yang dirasakan oleh kondisi pasien pada saat pengkajian dan
tanggal berapa mulai dirasakan keluhan tersebut.
3). Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat Kesehatan Ibu:
Penyakit yang diderita sekarang
Penyakit yang pernah diderita pasien/klien :
Untuk mengetahui apakah klien pernah mengalami penyakit asma,
jantung, darah tinggi dan kencing manis dan apakah klien pernah
menjalani operasi yang berhubungan dengan organ reproduksi.
b. Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit
menurun seperti kencing manis, penyakit jantung, asma dan apakah ada
riwayat kembar.
4). Riwayat obstetri :
a. Riwayat kehamilan/persalinan, nifas yang lalu

: untuk mengetahui

adanya kelainan pada kehamilan sebelumnya.

35

b. Riwayat kehamilan sekarang:


Hamil ke berapa, periksa di mana selama hamil, ada keluhan atau
tidak selama hamil (TM 1, TM 2, TM 3), mendapat penyuluhan

ANC: minimal 4x (1x TM I, 1x TM II, dan 2x TM III).


Imunisasi TT selama hamil.
Keluhan selama TM I, TM II, dan TM III
Terapi yang diberikan selama ANC.

c. Riwayat persalinan sekarang


Bersalin di mana, ditolong siapa, pada usia kehamilan berapa
bersalinnya (cukup bulan atau tidak), ada penyulit atau tidak, jenis
persalinan, keadaan bayi pada saat lahir (gerak dan tangis bayi), jenis
kelamin, BL, PBL, ari-ari lahir normal atau dirogoh.
d. Riwayat nifas sekarang
Saat ini ada keluhan atau tidak (apa yang dirasakan oleh ibu,
misalnya perdarahan, demam, nyeri, dll), ASI keluar atau tidak, ibu
menyusui bayinya atau tidak. Setiap KF akan memiliki keluhan yang
mungkin dirasakan ibu sesuai urutan KF.

KF 1: Perdarahan yang berlebihan, sakit kepala atau


pandangan kabur, nyeri perut bagian bawah, dan ASI sudah

kelur atau tidak.


KF 2: Perdarahan yang berlebihan, nyeri perut berat, kelelahan
yang berlebih, ibu menyusui bayinya atau tidak, nyeri
payudara, pembengkakan payudara, luka atau perdarahan

putting dan kesulian merawat bayi.


KF 3: Perdarahan yang berlebihan, nyeri perut berat, kelelahan
yang berlebih, ibu menyusui bayinya atau tidak, nyeri
payudara, pembengkakan payudara, luka atau perdarahan

putting dan kesulitan merawat bayi.


KF 4: Perdarahan yang berlebihan, nyeri perut berat, kelelahan
yang berlebih, ibu menyusui bayinya atau tidak, nyeri

36

payudara, pembengkakan payudara, luka atau perdarahan


putting dan kesulitan merawat bayi.
5). Riwayat Perkawinan : untuk mengetahui berapa kali menikah, lama
menikah, dan usia saat menikah.
6). Riwayat KB

: Untuk mengetahui apakah ibu pernah mengikuti

program KB, berapa lama, jenis metode KB yang digunakan dan adakah
keluhan selama menggunakan metode KB ataukah ibu pernah mengganti
KB.
7). Sistem psikososial
KF1: Fase taking in
Ditanyakan bagaimana perasaan ibu menyambut kelahiran anaknya,
bagaimana dukungan suami dan keluarga.
KF2: Fase taking hold
Ditanyakan apakah ibu ingin merawat bayinya sendiri, bagaimana peran
keluarga dalam mendampingi ibu dalam merawat bayi.
KF 3: Fase letting go
Ditanyakan apakah ibu sudah percaya diri dan mulai merawat bayinya
sendiri, apakah ibu mulai menerima peran baru dan tanggungjawab
terhadap memenuhi kebutuhan bayinya.
KF 4:
Ditanyakan apakah ibu sudah nyaman dan menerima penuh segala
tanggungjawab untuk merawwat bayi dan bagaimana peran suami serta
keluarga selama mendampingi ibu merawat bayi.
8). Pola pemenuhan kebutuhan sehari hari
a. Pola istirahat tidur

KF 1: Apakah ibu bisa tidur setelah persalinan selesai, apakah tidur ibu

nyenyak dan tidak terganggu.


KF 2: Bagaimana frekuensi dan kualitas tidur ibu saat dirumah.
KF 3: Bagaimana frekuensi dan kualitas tidur ibu saat dirumah.
37

KF 4: Bagaimana frekuensi dan kualitas tidur ibu saat dirumah.


Tidur siang normalnya 1 2 jam/hari.
Tidur malam normalnya 8 10 jam/hari.
Kualitas tidur nyenyak dan tidak terganggu.
b. Pola aktifitas
Aktifitas ibu sehari hari, adakah gangguan mobilisasi atau tidak.

KF 1: Apakah ibu berhasil ambulasi dini.


KF 2: Apakah ibu mendapatkan bantuan untuk aktivitas sehari-

hari selama nifas.


KF 3: Apakah ibu mendapatkan bantuan untuk aktivitas sehari-

hari selama nifas.


KF 4: Apakah ibu mendapatkan bantuan untuk aktivitas seharihari selama nifas.

c. Pola eliminasi

KF 1: Apakah setelah beberapa jam postpartum ibu langsung bisa


BAK, berapa kali ibu BAK setelah beberapa jam postpartum.
Umumnya pada ibu postpartum akan lebih sering berkemih karena

proses fisiologis ditubuh.


KF 2: Frekuensi ibu BAK dan apakah ibu sudah bisa BAB dan

frekuensi BAB.
KF 3: Frekuensi ibu BAK dan BAB.
FK 4: Frekuensi ibu BAK dan BAB.

BAK: Normalnya 4 5x/hari, kuning, jernih, bau khas.


BAB: Normalnya kurang lebih 1x/hari, konsistensi lembek, warna
kuning
d. Pola nutrisi

KF 1: Kapan terakhir kali ibu makan dan minum.


KF 2: Frekuensi makan ibu, apa saja yang dimakan ibu, frekuensi minum

ibu dan apa saja yang diminum ibu.


KF 3: Frekuensi makan ibu, apa saja yang dimakan ibu, frekuensi minum
ibu dan apa saja yang diminum ibu.

38

KF 4: Frekuensi makan ibu, apa saja yang dimakan ibu, frekuensi minum
ibu dan apa saja yang diminum ibu.
Makan: normalnya 3x/hari dengan menu seimbang (nasi, sayur, lauk,
buah).
Minum: normalnya sekitar 8 gelas/hari (teh, susu, air putih).
e. Pola personal hygiene

KF 1: Sudah ganti pembalut berapa kali setelah persalinan.


KF 2: Frekuensi mandi, gosok gigi, ganti baju, ganti pembalut, apakah ibu

sudah mulai keramas.


KF 3: Frekuensi mandi, gosok gigi, ganti baju, ganti pembalut, dan

keramas.
KF 4: Frekuensi mandi, gosok gigi, ganti baju, ganti pembalut, dan
keramas.
Normalnya mandi 2x/hari, gosok gigi 3x/hari, ganti baju 2x/hari, keramas
2x/minggu, ganti pembalut minimal 2x/hari.
g. Pola seksualitas
Normalnya berhubungan seksual tidak boleh dilakukan pada ibu nifas,
umumnya dilakukan setelah 6 minggu pasca melahirkan.

9). Latar belakang sosial budaya


Yang ditanyakan kebiasaan yang ada di lingkungan klien dan keluarga
yang menunjang seperti selamatan, puputan dan rencana meneteki
sampai umur berapa, kebiasaan yang menghambat seperti minum jamu,
pijat dan ibu dilarang beraktivitas setelah melahirkan.
B. Data Obyektif
1). Pemeriksaan Umum:
a.

Keadaan Umum

: Baik, cukup, kurang

b.

Kesadaran

: Composmentis, apatis, somnolent, sopor, koma

2) Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital


39

Tensi

: Pada nifas normal 110/70 - 120/80 mmHg

Suhu

: Normalnya meningkat atau menurun 0,5C dari suhu


normal. Untuk mengetahui adanya tanda -tanda infeksi.
38C dianggap tidak normal dan ada tanda infeksi.

Pernafasan

: Normalnya 16 - 24 kali/menit.

Nadi

: Normalnya 60 - 100 kali/menit. (reguler/ ireguler)

BB

: Normalnya kenaikan BB selama hamil 10 - 11 kg

TB

: Normalnya > 145 cm

3) Pemeriksaan Fisik:
a. Kepala

: rambut bersih/ tidak, warna, ada ketombe dan benjolan.

b. Wajah

: pucat/tidak, adakah cloasma gravidanum, oedema/tidak

c. Mata (ka/ki): konjungtiva anemis/ tidak, sklera putih/ tidak


d. Mulut

: bibir pucat/tidak, lidah kotor/tidak, gigi karies/ tidak, gusi


bengkak/tidak

f. Leher

: adakah pembesaran kelenjar tiroid dan bendungan vena


jugularis

g. Dada (ka/ki):

KF 1: Persiapan menyusui dada diperiksa kesimetrisannya, bentuk


payudara, bentuk putting, adanya abnormalitas payudara seperti

benjolan/tidak, ASI keluar/tidak.


KF 2: Ada/tidak terdapat lecet atau bendungan ASI dan abses, ASI

matur/tidak, pengeluarannya lancar/tidak.


KF 3: Ada/tidak terdapat lecet atau bendungan ASI dan abses,

pengeluarannya lancar/tidak.
KF 4: Ada/tidak terdapat lecet atau bendungan ASI dan abses,
pengeluarannya lancar/tidak.

h. Perut :
Inspeksi

: adakah bekas jahitan SC, linea alba atau nigra.


40

Pemeriksaan palpasi : TFU sesuai proses involusi, kontraksi uterus baik,


derajat diastasis rektus abdominis
4). Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium : Cek Hemoglobin

2. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH


Tanggal . Hari.. jam..
1. Dx

: PAbpost partum hari ke ..


Ds :
Do :

2. Masalah
Ds :
Do :
3. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
Langkah ini diambil berdasarkan diagnosa atau masalah yang telah
ditemukan berdasarkan data yang ada kemungkinan menimbulkan keadaan
yang gawat dan bila tidak segera diatasi akan mengancam kesehatan klien.
4. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Tindakan kepentingan yang harus dilakukan untuk kepentingan dan
keselamatan jiwa ibu dan bayinya dapat berupa konsultasi, kolaborasi dan
rujukan.
5. INTERVENSI
Tanggal :

Waktu :

Merencanakan asuhan secara menyeluruh yang akan diberikan kepada


klien sesuai dengan diagnosa/masalah.
KF1:
1. Cegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri!
R/: Dengan pencegahan perdarahan masa nifas dapat menghindari
dan mengurangi tingkat morbiditas dan mortalitas ibu.
41

2. Deteksi dan rawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika perdarahan


berlanjut!
R/: Dengan mendeteksi dan perawatan perdarahan masa nifas dapat
menghindari dan mengurangi tingkat morbiditas dan mortalitas ibu
serta ibu dapat dirujuk dengan segera.
3. Beri konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri!
R/: Dengan konseling kepada ibu dan keluarga dapat membantu
bidan terhadap pengawasan ke ibu.
4. Anjurkan Ibu memberi ASI awal bayinya!
R/: Dengan memberikan ASI, dapat membantu kontraksi sehingga
involusi uterus berjalan dengan baik. Selain itu memberikan ASI
dapat membangun proses bounding attachment.
5. Anjurkan ibu melakukan hubungan antara ibu dan bayi yang baru
lahir!
R/: Dengan adanya hubungan yang dekat antar ibu dan bayi dapat
membina hubungan dan kontak yang baik antara ibu dab anaknya.
6. Jaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia!
R/: Mencegah hipotermi pada bayi dengan menjaga bayi tetap hangat
karena adanya perubahan suhu dari rahim ke dunia luar.
7. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, tiinggal dengan ibu dan
bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai
ibu dan bayi dalam keadaan stabil!
R/: Untuk memastikan dan menjaga pasien selama kala IV.
KF2:
2. Pastikan involusi uteri berjalan dengan normal!
R/: Dengan memastikan uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
3. Nilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal!
R/: Dengan memastikan adanya tanda-tanda demam, infeksi atau
perdarahan abnormal dapat mencegah dan penanganan dini ibu bila
terjadi komplikasi.
4. Pastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat!
R/: Memenuhi kebutuhan nutrisi ibu saat menyusui dan mencegah
dehidrasi dan mencegah terjadinya konstipasi. Dengan ibu memiliki
waktu istirahat yang cukup dapat meningkatkan produksi ASI dan
menjaga involusi uterus tetap normal serta mencegah depresi pada
ibu.
42

5. Pastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tandatanda penyulit!
R/: Dengan memastikan ibu memahami tentang cara dan posisi
menyusui payudara yang benar dapat terhindar dari masalah
menyusui seperti bendungan ASI.
6. Beri konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari!
R/: dengan memberitahu ibu asuhan tali pusat seperti menjaga tali
pusat tetap bersih dan kering dapat mencegah infeksi dan membuat
tali pusat cepat kering. Mencegah hipotermi pada bayi dengan
menjaga bayi tetap hangat.
KF 3:
Sama seperti pada kunjungan II.
KF 4:
1. Tanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi
rasakan!
R/: Dengan menanyakan penyulit yang dialami ibu selama masa
nifas, bidan dapat mengerti apa yang sedang dialamii ibu terutama
penyulit yang dialami ibu agar dapat didiskusikan penyulit tersebut
dan bidan dapat memberikan konseling yang sesuai dengan
kebutuhan ibu agar penyulit tersebut tidak berkepanjangan.
2. Beri konseling untuk KB secara dini!
R/: Dengan memberikan konseling KB secara dini, ibu dan suami
dapat mempersiapkan untuk rencana kehamilan selanjutnya dan juga
mendapatkan kontrasepsi yang sesuai dan tepat sesuai kondisi ibu.
6. IMPLEMENTASI
Tanggal : tanggal/bulan/tahun

Jam : ... WIB

Melaksanakan rencana asuhan yang telah direncanakan secara menyeluruh dengan


efisien dan aman sesuai perencanaan
Dx

Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan selama .... menit diharapkan klien
dapat mengerti dan memahami keadaannya.
Penatalaksanaan nifas fisiologis dibagi menjadi 4 kunjungan :
43

Pada kunjungan pertama dilakukan pada 6-8 jam setelah persalinan.


1. Mendeteksi dan merawat penyebab perdarahan, dan merujuk bila
perdarahan berlanjut.
2. Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
3. Pemberian ASI awal, membantu melakukan hubungan antara ibu dan bayi
baru lahir, juga menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermia
Kunjungan kedua, dilakukan pada 6 hari setelah persalinan.
1. Memastikan involusi uterus berjalan normal, yaitu uterus berkontraksi
dan fundus di bawah umbilikus.
2. Menilai adanya tanda-tanda infeksi atau perdarahan abnormal.
3. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tandatanda penyulit.
4. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
5. Memastikan involusi uterus barjalan dengan normal, uterus
berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus,
6.
7.
8.
9.

tidak ada perdarahan abnormal.


Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.
Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada

tanda-tanda kesulitan menyusui.


10. Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.
Kunjungan ketiga dilakukan pada dua minggu setelah persalinan, Penatalaksanaan
pada kunjungan ini sama dengan kunjungan yang kedua.
Kunjungan keempat dilakukan pada 6 minggu setelah persalinan. Penatalaksanaan
yang dilakukan bidan :
1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami.
2. Memberikan konseling untuk mendapatkan pelayanan KB secara dini.
7. EVALUASI
44

Tindakan pengukuran antara keberhasilan dalam melaksanakan tindakan untuk


mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan yang dilakukan sesuai kriteria
hasil yang ditetapkan dan apakah perlu untuk melakukan asuhan lanjutan atau
tidak.
Pendokumentasian menggunakan SOAP.
S

: Data diperoleh dari keterangan/keluhan ibu langsung

: Data diperoleh dari hasil pemeriksaan yang didapat secara keseluruhan.

: Diagnosa yang ditetapkan dari data subyektif dan obyektif.

: Perencanaan yang dilakukan sesuai diagnosa.


BAB IV
KASUS DAN ASUHAN KEBIDANAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU POSTPARTUM 6 JAM
TANGGAL 9 AGUSTUS 2014
DI POSKESDES PAMEKARAN
Nama Pengkaji

: Nisa Febriani

Hari / Tanggal

: Kamis, 9 Agustus 2014

Waktu Pengkajian

: 08.30 WIB

Tempat Pengkajian

: Poskesdes Pamekaran

I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
Biodata
Nama
Umur
Agama
Pekerjaan
Pendidikan
Suku
Golongan darah
Status Perkawinan
Alamat

Ny. Y
Tn. M
22 tahun
24 tahun
Islam
Islam
Ibu Rumah Tangga Buruh
SMP
SMP
Sunda
Sunda
Pernikahan ke-1
Pernikahan ke-1
Kp. Cigembreng Utama 02/09 Kec.
Soreang Kab. Bandung

No.Telp
45

1) Keluhan Utama Pasien :


Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
2) Riwayat Obstetric
Riwayat Kehamilan Sekarang

: G1P0A0

HPHT
TP
Gerakan Janin
Gerakan Janin Terakhir

: 1 Agustus 2012
: 8 Mei 2014
: pada bulan November 2012
: masih dirasakan pada saat

pemeriksaan
3) Riwayat Haid
Siklus Haid
Lamanya

: 28 hari
: 5 hari

Menarche

: pada usia 13 tahun

Dismenorhoe

: kadang-kadang

Riwayat Imunisasi
TT 1

: 15 Oktober 2012

TT 2

: 19 November 2012

4) Riwayat Kesehatan
-

Ibu mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan dan tidak

pernah menderita penyakit kronis.


5) Pola Aktifitas
1. Pola makan
a. Frekuensi
: 3 kali/hari
b. Porsi
: 1 piring sedang
c. Jenis makanan
: nasi, lauk pauk, sayuran
d. Pantangan
: tidak ada
e. Minum
: 8 gelas/hari (gelas belimbing)
f. Jenis minuman
: air putih dan teh manis
2. Pola tidur
a. Tidur
: + 7 jam/hari
3. Personal Hygine
a. Mandi
: 2 kali/hari
b. Ganti pembalut
: 1 kali
c. Vulva Hygine
: setelah BAB dan BAK
d. Cara cebok yang benar : dari depan ke belakang
4. Perilaku tidak sehat
a. Merokok
: tidak pernah
b. Minum alcohol
: tidak pernah
c. Obat-obatan
: tidak pernah
46

5. Eliminasi
a. BAB
: 1 kali/hari
b. BAK
: 5 kali/hari
c. Masalah
: tidak ada
6) Keluarga Berencana
1. Ada / tidak
: ada
2. Kapan
: setelah 40 hari
3. Jenis
: KB Suntik 3 bulan
7) Keadaan Psikososial Dan Spiritual
1. Psikologis
: baik
2. Sosial
: baik
3. Spiritual
: baik
8) Rencana Hubungan Seksual
: setelah menggunakan KB
9) Rencana Menyusui
1. Mulai pemberian ASI
: segera setelah melahirkan
2. ASI eksklusif
: ya
3. Menyapih
: tidak
DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum
Kesadaran
2. TTV
a. Tekanan Darah
b. Nadi
c. Suhu
d. Respirasi
3. Pemeriksaan Fisik
1) Muka
a. Oedema
2) Mata
a. Konjungtiva
b. Sklera
c. Fungsi Pengelihatan
d. Kelainan
3) Mulut
a. Bibir
b. Lidah
c. Gigi
d. Gusi
4) Leher
a. Vena jugolaris
b. Kelenjar tiroid
5) Payudara
a. Bentuk
b. Kolostrum
c. Puting susu

: Baik
: Composmentis
: 120/80 mmHg
: 76 kali/menit
: 37,2C
: 20 kali/menit
: tidak
: merah muda
: putih
: baik
: tidak ada
: merah muda, lembab
: bersih
: tidak ada karies maupun karang gigi
: tidak ada pembengkakan
: tidak dilakukan
: tidak ada pembengkakan
: simetris
: ada, warna kekuningan di kedua
payudara ibu
: kedua puting menonjol
47

d. Benjolan
e. Luka parut
6) Abdomen
a. Kontraksi
b. TFU
c. Kandung kemih
7) Genitalia
a. Vulva
b. Perineum
c. Vagina
d. Lochea
- Warna
- Bau
8) Anus
9) Ekstremitas Atas
a. Bentuk
b. Oedema
10) Ekstremitas Bawah
a. Bentuk
b. Oedema
c. Varises
d. Refleks Patella

: tidak ada benjolan di kedua


payudara ibu
: tidak ada
: baik
: 1 jari dibawah pusat
: kosong
: tidak ada kelainan
: terlihat jahitan luka laserasi
: terlihat jahitan luka laserasi
: merah terang, rubra
: tidak
: tidak ada haemoroid
: simetris
: tidak
: simetris
: tidak
: tidak ada
: kanan (+) / kiri (+)

II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH (INTERPRETASI


DATA DASAR)
-

Diagnosa Aktual :
P1001AB000 ibu nifas 6 jam post partum

DS :
-Ibu mengatakan telah melahirkan pertama kali
-Ibu mengatakan telah melahirkan 6 jam yang lalu
DO :
-Dari pemeriksaan fisik didapatkan hasil palpasi TFU 1 jari
dibawah pusat
-Kontraksi uterus baik
-Perdarahan pervaginam berwarna merah terang dan tidak berbau
Masalah : -

III. DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL


Diagnosa Potensial : Masalah Potensial : IV. KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Tidak ada

48

V. RENCANA ASUHAN
Tujuan : Setelah diberikan asuhan kebidanan 60 menit diharapkan ibu dapat
mengerti penjelasan bidan.
Kriteria Hasil:
1. Keadaan umum baik dengan:
Tekanan darah110/70 mmHg 120/80 mmHg
Nadi 60 100x/ menit
Pernapasan 18-24 kali/menit
3. Kontraksi uterus baik.
4. Bayi dalam kondisi baik mau menyusui dan tidak tinggi suhunya.
5. Ibu dan keluarga dapat mengulang kembali penjelasan bidan
6.Ibu dan keluarga melaksanakan semua yang dianjurkan oleh bidan.
INTERVENSI

1. Lakukan Pendekatan terapeutik!


R/: Dengan melakukan pendekatan terapeutik diharapkan ibu lebih
kooperatif dengan bidan.

2. Lakukan pemeriksaan Fisik terfokus kepada ibu!


R/: Dengan memeriksa fisik ibu secara terfokus, seperti memeriksa
jumlah perdarahan dan kontraksi dapat mengetahui apakah proses
pemulihan ibu nifas berjalan dengan baik atau tidak.
3. Beritahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam kondisi baik!
R/: Dengan memberitahukan hasil pemeriksaan, ibu dapat memahami
kondisinya saat ini.
4. Menilai kontraksi uterus ibu baik atau tidak dan periksa sumber
perdarahan lain
R/: Dengan menilai kontraksi uterus dapat mengetahui apakah
perdarahan yang dialami ibu masih dalam batas wajar.
5. Anjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI!

49

R/: Dengan memberikan ASI, dapat membantu kontraksi sehingga


involusi uterus berjalan dengan baik. Selainitu memberikan ASI dapat
membangun proses bounding attachment.
6. Minta ibu untuk menjaga bayinya tetap hangat!
R/: Bayi baru lahir sangat mudah untuk mengalami hipotermi karena
perbedaan suhu antara suhu dalam uterus dengan suhu ruangan.
7. Anjurkan ibu untuk mengganti pembalut minimal 2 kali sehari!
R/: Dengan mengganti pembalut minimal 2 kali sehari dapat
mengurangi terjadinya infeksi pada ibu nifas.
8. Anjurkan ibu untuk ambulasi dini!
R/: Ambulasi dini dengan miring kanan dan miring kiri dapat
mengurangi kemungkinan terjadinya tromboflebitis dan memperlancar
sirkulasi darah.
9. Jelaskan pada ibu dan keluarga tanda bahaya pada ibu nifas!
R/: Dengan menjelaskan tanda bahaya dapat mengurangi kemungkinan
terjadi bahaya lebih lanjut dan segera mendapatkan penanganan dini.
10. Minta keluarga memberikan dukungan penuh pada ibu nifas!
R/: Ibu nifas biasanya mengalami kelehahan yang dapat mengarah ke
postpartum blues, sehingga diperlukan dukungan dari keluarga agar ibu
dapat melewati masa nifas dengan baik.
11. Beritahu ibu dan keluarga untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu
lagi atau bila ada keluhan!
R/: Dengan melakukan kunjungan ulang dapat mengurangi risiko
kemungkinan terjadinya bahaya ibu selama nifas.
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 9 Agustus 2014

Jam : 09.15 WIB

1. Melakukan Pemeriksaan fisik terfokus kepada ibu dimulai dari


memeriksa tanda-tanda vital hingga melakukan pemeriksaan dari mata
sampai ke ekstremitas bawah sebelumnya menanyakan ketersediaan
ibu untuk dilakukan pemeriksaan.
2. Memberitahukan kepada ibu dan keluarga bahwa hasil pemeriksaan
ibu dalam kondisi baik. Dari hasil pemeriksaaan didapatkan :
Keadaan Umum
Kesadaran
TTV
a. Tekanan Darah
b. Nadi

: Baik
: Composmentis
: 120/80 mmHg
: 76 kali/menit
50

c. Suhu
d. Respirasi
Pemeriksaan Fisik
Muka
Oedema
Mata
Konjungtiva
Sklera
Fungsi Pengelihatan
Kelainan
Mulut
Bibir
Lidah
Gigi
Gusi
Leher
Kelenjar tiroid
Payudara
Bentuk
Kolostrum

: 37,2C
: 20 kali/menit
: tidak
: merah muda
: putih
: baik
: tidak ada
: merah muda, lembab
: bersih
: tidak ada karies maupun karang gigi
: tidak ada pembengkakan
: tidak ada pembengkakan
: simetris
: ada, warna kekuningan di kedua payudara

ibu

Puting susu
Benjolan
Luka parut
Abdomen
Kontraksi
TFU
Kandung kemih
Genitalia
Vulva
Perineum
Vagina
Lochea
- Warna
- Bau
Anus
Ekstremitas Atas
Bentuk
Oedema
Ekstremitas Bawah
Bentuk
Oedema
Varises
Refleks Patella

: kedua puting menonjol


: tidak ada benjolan di kedua payudara ibu
: tidak ada
: baik
: 1 jari dibawah pusat
: kosong
: tidak ada kelainan
: terlihat jahitan luka laserasi
: terlihat jahitan luka laserasi
: merah terang, rubra
: tidak
: tidak ada haemoroid
: simetris
: tidak
: simetris
: tidak
: tidak ada
: kanan (+) / kiri (+)

51

3. Menilai kontraksi uterus ibu baik atau tidak dan periksa sumber
perdarahan lain karena dalam 24 jam postpartum adalah saat dimana
perdarahan bisa tiba-tiba terjadi. Ibu dan keluarga harus diajarkan
masase perut agar kontraksi baik dan perdarahat tidak terjadi dan
diberitahu tanda-tanda bila terjadi perdarahan.
4. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI walaupun ibu merasa
lelah karena bayi belum bisa mengonsumsi makanan lain selain ASI.
Disamping itu, dengan memberikan ASI dapat membantu uterus
berkontraksi dengan baik sehingga proses pengembalian ukuran uterus
berjalan dengan baik, dan dapat mengurangi jumlah perdarahan yang
keluar. Selama ibu menyusui, bidan memantau kondisi ibu dan sambil
menilai apakah proses pemberian ASI berjalan dengan baik dengan
melihat dari perlekatan mulut bayi, dan menilai jumlah ASI yang
keluar.
5. Meminta ibu untuk menjaga bayinya tetap hangat dengan cara
memeluk dan jangan biarkan baju bayi terbuka serta menjelaskan
kepada ibu bahwa bayi bisa mengalami kedinginan.
6. Meminta kepada keluarga untuk segera memanggil petugas bila ibu
mengalami perdarahan yang banyak, wajah ibu terlihat pucat, serta
berkeringat dingin, ibu kesulitan menyusui seperti asi tidak keluar, ibu
mengalami gangguan emosional seperti menangis tiba-tiba, menolak
bayinya dan menarik diri dari orang lain. Serta menjelaskan tanda
bahaya bayi bila bayi tampak tidak mau menyusu, kejang, lemah, sesak
napas, merintih, pusar kemerahan, demam atau tubuh bayi teraba
dingin, mata bernanah banyak, diare dan kulit bayi terlihat kuning.
7. Meminta keluarga memberikan dukungan penuh pada ibu seperti
menanyakan dan membantu memenuhi kebutuhan ibu diantaranya
membantu ibu untuk mobilisasi ke kamar mandi, melayani makan
minum ibu, dan memijat bagian tubuh ibu yang lelah.
8. Mengingatkan ibu dan keluarga untuk melakukan kunjungan ulang
maksimal 1 minggu lagi tanggal 16 Agustus 2014 atau bila ada keluhan
seperti ibu mengalami gangguan emosional, gangguan menyusui, ibu

52

mengeluarkan perdarahan banyak dan berbau, demam, ibu kesulitan


beradaptasi dengan peran barunya menjadi ibu.
VII. EVALUASI
Tanggal : 9 Agustus 2014
S:

-Ibu

mengatakan

Jam : 10.10 WIB


bersedia

dilakukan

pemeriksaan

dengan

menandatangani informed consent.


-Ibu memahami kondisi ibu baik saat ini.
-Ibu bersedia memberikan ASI kepada bayinya dan ibu bersedia
menjaga bayinya tetap hangat.
-Keluarga mengatakan bersedia untuk memanggil petugas bila
muncul tanda bahaya pada ibu dan bayi.
-Suami membantu memberikan makan dan minum pada ibu.
-Ibu bersedia datang kembali pada tanggal 16 Agustus 2014 atau bila
ada keluhan.
O: Keadaan Umum
Kesadaran
TTV
Tekanan Darah
Nadi
Suhu
Respirasi
Pemeriksaan Fisik
Muka
Oedema
Mata
Konjungtiva
Sklera
Fungsi Pengelihatan
Kelainan
Mulut
Bibir
Lidah
Gigi
Gusi
Leher
Kelenjar tiroid
Payudara
Bentuk
Kolostrum

: Baik
: Composmentis
: 120/80 mmHg
: 76 kali/menit
: 37,2C
: 20 kali/menit
: tidak
: merah muda
: putih
: baik
: tidak ada
: merah muda, lembab
: bersih
: tidak ada karies maupun karang gigi
: tidak ada pembengkakan
: tidak ada pembengkakan
: simetris
: ada, warna kekuningan di kedua payudara

ibu
Puting susu

: kedua puting menonjol


53

Benjolan
Luka parut
Abdomen
Kontraksi
TFU
Kandung kemih
Genitalia
Vulva
Perineum
Vagina
Lochea
- Warna
- Bau
Anus
Ekstremitas Atas
Bentuk
Oedema
Ekstremitas Bawah
Bentuk
Oedema
Varises
Refleks Patella

: tidak ada benjolan di kedua payudara ibu


: tidak ada
: baik
: 1 jari dibawah pusat
: kosong
: tidak ada kelainan
: terlihat jahitan luka laserasi
: terlihat jahitan luka laserasi
: merah terang, rubra
: tidak
: tidak ada haemoroid
: simetris
: tidak
: simetris
: tidak
: tidak ada
: kanan (+) / kiri (+)

A: P1001AB000 ibu nifas 6 jam post partum


P: Jam :10.10 WIB
1. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi
pada tanggal 16 Agustus 2014 atau bila ada keluhan.
Malang, 9 Agustus 2014
Tenaga Kesehatan

Bd. Pidaelviana, Am.Keb

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU POSTPARTUM HARI KE-6

54

TANGGAL 15 AGUSTUS 2014


DI RUMAH PASIEN
Nama Pengkaji

: Nisa Febriani dan Bd. Pidaelviana, Am. Keb

Hari/Tanggal

: Rabu, 15 Agustus 2014

Waktu Pengkajian

: 14.30 WIB

Tempat Pengkajian

: Rumah Pasien

I. PENGKAJIAN
DATA SUBYEKTIF
IDENTITAS PASIEN
Istri

Nama
Umur
Agama
Pekerjaan
Pendidikan
Suku
Golongan darah
Status Perkawinan
Alamat

Suami
Ny. Y
Tn. M
22 tahun
24 tahun
Islam
Islam
Ibu Rumah Tangga Buruh
SMP
SMP
Sunda
Sunda
Pernikahan ke-1
Pernikahan ke-1
Kp. Cigembreng Utama 02/09 Kec.
Soreang Kab. Bandung

No.Telp
Keluhan Utama

: Ibu mengatakan tidak ada keluhan.

A. Riwayat Kesehatan
Ibu mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan dan tidak
pernah menderita penyakit kronis.
B. Pola Aktifitas
1. Pola makan
a. Frekuensi
b. Porsi
c. Jenis makanan
d. Pantangan
e. Minum
f. Jenis minuman
2. Pola tidur
a. Tidur

: 3 kali/hari
: 1 piring sedang
: nasi, lauk pauk, sayuran
: tidak ada
: 8 gelas/hari (gelas belimbing)
: air putih dan teh manis
: + 7 jam/hari
55

3. Personal Hygine
a. Mandi
b. Ganti pembalut
c. Vulva Hygine
d. Cara cebok yang benar
4. Perilaku tidak sehat
a. Merokok
b. Minum alcohol
c. Obat-obatan
5. Eliminasi
a. BAB
b. BAK
c. Masalah
C. Keadaan Psikososial Dan Spiritual
1. Psikologis
2. Sosial
3. Spiritual

: 2 kali/hari
: 1 kali
: setelah BAB dan BAK
: dari depan ke belakang
: tidak pernah
: tidak pernah
: tidak pernah
: 1 kali/hari
: 5 kali/hari
: tidak ada
: baik
: baik
: baik

DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum
Kesadaran
2. TTV
a. Tekanan Darah
b. Nadi
c. Suhu
d. Respirasi
3. Pemeriksaan Fisik
Muka
a. Oedema
Mata
a. Konjungtiva
b. Sklera
c. Fungsi Pengelihatan
d. Kelainan
Mulut
a. Bibir
b. Lidah
c. Gigi
d. Gusi
Leher
a. Vena jugolaris
b. Kelenjar tiroid
Payudara
a. Bentuk
b. Kolostrum

: Baik
: Composmentis
: 120/80 mmHg
: 76 kali/menit
: 37,2C
: 20 kali/menit
: tidak
: merah muda
: putih
: baik
: tidak ada
: merah muda, lembab
: bersih
: tidak ada karies maupun karang gigi
: tidak ada pembengkakan
: tidak dilakukan
: tidak ada pembengkakan
: simetris
: ada warna kekuningan di kedua

payudara ibu
56

c. Puting susu
d. Benjolan

payudara ibu
e. Luka parut
Abdomen
a. Kontraksi
b. TFU
c. Kandung kemih
Genitalia
a. Vulva
b. Vagina
c. Perineum
d. Lochea
- Warna
- Bau
Anus
Ekstremitas Atas
a. Bentuk
b. Oedema
Ekstremitas Bawah
a. Bentuk
b. Oedema
c. Varises
d. Refleks Patella

: kedua puting menonjol


: tidak ada benjolan di kedua
: tidak ada
: baik
: 2 jari di atas symfisis
: kosong
: tidak ada kelainan
: tidak ada kelainan
: luka jahitan masih basah
: merah muda, serosa
: khas
: tidak ada haemoroid
: simetris
: tidak
: simetris
: tidak
: tidak ada
: kanan (+) / kiri (+)

II. INTERPRESTASI DATA


- Diagnosa Aktual
- P1001AB000 ibu nifas hari ke-6 postpartum
- DS:
- Ibu mengatakan tidak ada keluhan
- DO:
- Kondisi Umum
: Baik
- Kesadaran
: Composmentis
- TTV
: TD : 120/80 mmHg; S : 37,2 C; N : 76 x/menit; R :
- Abdomen
- Genetalia
-

Masalah

20x/menit
: kontraksi baik, TFU berada 2 jari diatas sympisis.
: lochea serosa berwarna merah muda dengan bau yang
khas.
:-

III. DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Diagnosa Potensial : Masalah Potensial : 57

IV. KEBUTUHAN SEGERA


Tidak ada
V. INTERVENSI
1. Lakukan pemeriksaan fisik terfokus kepada ibu!
R/: Dengan memeriksa fisik ibu secara terfokus, seperti memeriksa darah
yang keluar, kontraksi dan tinggi fundus dapat mengetahui apakah proses
pemulihan ibu nifas berjalan dengan baik atau tidak.
2. Beritahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam kondisi baik!
R/: Dengan memberitahukan hasil pemeriksaan, ibu dapat memahami
kondisinya saat ini.
3. Anjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI!
R/: Dengan memberikan ASI, dapat membantu kontraksi sehingga involusi
uterus berjalan dengan baik. Selain itu memberikan ASI dapat membangun
proses bounding attachment.
4. Beritahu ibu supaya mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang dan
minum yang cukup!
R/: Memenuhi kebutuhan nutrisi ibu saat menyusui dan mencegah
dehidrasi dan mencegah terjadinya konstipasi.
5. Anjurkan ibu beristirahat yang cukup!
R/: Dengan beristirahat yang cukup, dapat memberikan ibu kondisi fisik
yang baik dan emosional yang terjaga untuk merawat bayinya.
6. Beritahu ibu mengenai personal hygiene!
R/: Dengan nmemberitahukan tentang personal hygiene seperti badan ibu
harus tetap bersih dan mengganti pembalut dapat mencegah alergi kulit
pada bayi maupun infeksi genetalia pada ibu sendiri.
7. Beritahu ibu cara menyusui yang benar, posisi menyusui!
R/: Dengan memberitahu ibu tentang cara dan posisi menyusui payudara
yang benar dapat terhindar dari masalah menyusui seperti bendungan ASI.
8. Beritahu ibu mengenai perawatan payudara!
R/: Dengan memberitahu ibu cara perawatan payudara seperti menjaga
payudara tetap bersih dan kering dan menggunakan BH yang menyokong
payudara dapat mengurangi ketidaknyamanan yang dialami ibu sewaktu
menyusui.
9. Beritahu ibu mengenai perawatan luka perineum!

58

R/: Dengan memberitahu ibu cara perawatan luka perineum seperti luka
harus dibersihkan tiap kali BAK dan BAB dapat mencegah terjadinya
infeksi pada luka perineum.
10. Beritahu ibu mengenai asuhan pada tali pusat!
R/: dengan memberitahu ibu asuhan tali pusat seperti menjaga tali pusat
tetap bersih dan kering dapat mencegah infeksi dan membuat tali pusat
cepat kering.
11. Beritahu ibu supaya menjaga bayi tetap hangat!
R/: Mencegah hipotermi pada bayi dengan menjaga bayi tetap hangat.
12. Beritahu ibu dan keluarga untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu
lagi atau bila ada keluhan!
R/: Dengan melakukan kunjungan ulang dapat mengurangi risiko
kemungkinan terjadinya bahaya ibu selama nifas
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal

: 15 Agustus 2014

Pukul

: 15.15 WIB

1. Melakukan Pemeriksaan fisik terfokus kepada ibu dimulai dari memeriksa


tanda-tanda vital hingga melakukan pemeriksaan dari mata sampai ke
ekstremitas bawah sebelumnya menanyakan ketersediaan ibu untuk
dilakukan pemeriksaan.
2. Memberitahukan kepada ibu dan keluarga bahwa hasil pemeriksaan ibu
dalam kondisi baik. Dari hasil pemeriksaaan didapatkan :
Keadaan Umum
Kesadaran
TTV
Tekanan Darah
Nadi
Suhu
Respirasi
Pemeriksaan Fisik
Muka
Oedema
Mata
Konjungtiva
Sklera
Fungsi Pengelihatan
Kelainan
Mulut
Bibir
Lidah

: Baik
: Composmentis
: 120/80 mmHg
: 76 kali/menit
: 37,2C
: 20 kali/menit
: tidak
: merah muda
: putih
: baik
: tidak ada
: merah muda, lembab
: bersih
59

Gigi
Gusi
Leher
Vena jugolaris
Kelenjar tiroid
Payudara
Bentuk
Kolostrum
payudara ibu
Puting susu
Benjolan

payudara ibu
Luka parut
Abdomen
Kontraksi
TFU
Kandung kemih
Genitalia
Vulva
Vagina
Perineum
Lochea
- Warna
- Bau
Anus
Ekstremitas Atas
Bentuk
Oedema
Ekstremitas Bawah
Bentuk
Oedema
Varises
Refleks Patella

: tidak ada karies maupun karang gigi


: tidak ada pembengkakan
: tidak dilakukan
: tidak ada pembengkakan
: simetris
: ada warna kekuningan di kedua
: kedua puting menonjol
: tidak ada benjolan di kedua
: tidak ada
: baik
: 2 jari di atas symfisis
: kosong
: tidak ada kelainan
: tidak ada kelainan
: luka jahitan masih basah
: merah muda, serosa
: khas
: tidak ada haemoroid
: simetris
: tidak
: simetris
: tidak
: tidak ada
: kanan (+) / kiri (+)

3. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI walaupun ibu merasa lelah
karena bayi belum bisa mengonsumsi makanan lain selain ASI. Disamping
itu, dengan memberikan ASI dapat membantu uterus berkontraksi dengan
baik sehingga proses pengembalian ukuran uterus berjalan dengan baik,
dan dapat mengurangi jumlah perdarahan yang keluar.
4. Memberitahu ibu supaya mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang
dan minum yang cukup. Kualitas dan jumlah makanan yang dikonsumsi
akan sangat mempengaruhi produsi ASI. Ibu menyusui harus mendapatkan

60

tambahan zat makanan sebesar 500 kkal yang digunakan untuk


memproduksi ASI dan untuk aktivitas ibu sendiri. Kebutuhan cairan juga
sangat penting untuk ibu menyusui karena 90% komponen ASI adalah air,
untuk membantu agar cairan ibu tetap terpenuhi minimal ibu minum 3 liter
sehari, dengan asumsi 1 liter setiap 8 jam dalam beberapa kali minum,
terutama setelah selesai menyusui bayinya.
5. Menganjurkan ibu beristirahat yang cukup sebagai persiapan untuk energi
menyusui bayinya nanti dan untuk memulihkan kondisi fisik ibu. Istirahat
yang berkualitas akan meningkatkan jumlah produksi ASI, mempercepat
proses involusi uterus dan ibu terhindar dari gangguan emosional seperti
depresi.
6. Membaritahukan ibu tentang personal hygiene seperti menjaga kebersihan
seluruh tubuh dengan mandi minimal 2 kali sehari agar terhindar dari
infeksi dan alergi kulit pada bayi karena kulit ibu yang kotor akibat
keringat dan debu dapat menyebabkan kulit bayi mengalami alergi melalui
sentuhan ibu dengan bayi. Selain itu juga mengganti pembalut setiap kali
darah sudah penuh atau minimal 2 kali sehari karena masih adanya luka
terbuka di dalam rahim dan vagina sebagai jalan masuk kuman penyebab
infeksi rahim.
7. Memberitahukan ibu cara menyusui yang benar dengan cara :
Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan
pada putting dan di sekitar aerola payudara. Manfaatnya sebagai

desinfektan dan menjaga kelembaban putting susu.


Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.
Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain
menopang di bawah, tidak boleh menekan putting susu atau aerola

payudaranya saja.
Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek):

menyentuh pipi dengan putting susu atau sisi mulut bayi.


Kepala bayi didekatkan ke payudra dan putting serta aerola
payudara dimasukkan ke mulut bayi dengan cepat.
Melepas isapan bayi dengan cara jari kelingking ibu dimasukkan ke
mulut bayi melalui sudut mulut atau menekan dagu bayi ke bawah.

61

Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian


dioleskan pada putting susu dan di sekitar aerola; biarkan kering

dengan sendirinya
Menyendawa bayi untuk mengeluarkan udara dari lambung supaya
bayi tidak muntah. Dengan cara bayi digendong tegak dengan
bersandar pada bahu ibu, kemudian punggungnya ditepuk
perlahan-lahan. Atau dengan cara bayi tidur tengkurap di pangkuan

ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan.


- Memberitahukan bagaimana posisi yang menyusui dengan benar yakni:
Posisi madona: bayi berbaring miring, menghadap ibu. Kepala,
leher, dan punggung atas bayi diletakkan pada lengan bawah lateral
payudara. Ibu menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang

payudara jika diperlukan


Posisi menggendong-menyilang:

bayi

berbaring

miring,

menghadap ibu. Kepala, leher, dan punggung atas bayi diletakkan


pada telapak kontralateral dan sepanjang lengan bawahnya. Ibu
menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika

diperlukan
Posisi football : bayi berbaring miring atau punggung melingkar
antara lengan dan samping dada ibu. Lengan bawah dan tangan ibu
menyangga bayi, dan ia menggunakan tangan sebelahnya untuk

memegang payudara jika diperlukan


Posisi berbaring miring : ibu dan bayi berbaring miring saling
berhadapan. Merupakan posisi yang nyaman bagi ibu yang

menjalani penyembuhan dari pelahiran melalui pembedahan.


8. Menjelaskan perawatan payudara kepada ibu dengan cara :
Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama putting susu.
Menganjurkan penggunaan bra yang menyokong payudara.
Menganjurkan melakukan pemijatan payudara dengan berbagai
teknik sebanyak 15 kali tiap teknik pada masing-masing payudara
saat mandi atau sesudah mandi.
9. Memberitahu ibu perawatan luka perineum dengan tidak menyentuh luka
dan membersihkan luka dengan air sabun saat mandi, setelah BAK dan
BAB dengan pembersihan dari depan ke belakang (anus)

62

10. Memberitahu ibu perawatan tali pusat yaitu sampai tali pusat kering dan
lepas, yang rawan terjadinya infeksi sehingga harus dijaga agar bersih dan
kering. Mencuci tali pusat dengan air sabun setiap hari.
11. Memberitahukan kepada ibu bahwa bayi harus tetap hangat karena jika
tidak bisa terjadi hipotermi pada bayi dengan menghindarkan bayi dari
benda-benda yang temperaturnya lebih rendah, atau langsung dari udara
yang dingin.
12. Mengingatkan ibu dan keluarga untuk melakukan kunjungan ulang
maksimal 1 minggu lagi tanggal 23 Agustus 2014 atau bila ada keluhan
seperti perdarahan yang berlebih, keluarnya cairan di vagina yang berbau,
demam, nyeri perut yang berat, kelelahan atau sesak, bengkak di tangan,
wajah, tungkai, atau sakit kepala atau kabur, nyeri payudara,
pembengkakan payudara atau lecet putting.
VII. EVALUASI
Tanggal : 15 Agustus 2014
Pukul
: 16.05 WIB
S : - Ibu mengatakan bahwa tidak ada keluhan selama 6 hari setelah
persalinan
- Ibu mengatakan bersedia dilakukan pemeriksaan dengan
menandatangani informed consent.
- Ibu memahami kondisi ibu baik saat ini.
- Ibu bersedia tetap memberikan ASI kepada bayinya dan ibu
bersedia merawat bayinya.
- Ibu bersedia melakukan anjuran yang diberikan oleh bidan.
-Keluarga mengatakan bersedia untuk memanggil petugas bila
muncul tanda bahaya pada ibu dan bayi.
-Suami membantu perawatan bayi.
-Ibu bersedia datang kembali pada tanggal 23 Agustus 2014 atau
bila ada keluhan.
O:

Kondisi Umum : Baik


Kesadaran
: Composmentis
TTV
: TD : 120/80 mmHg; S : 37,2 C; N : 76 x/menit;

R : 20x/menit
Muka

: tidak ada oedema

63

Mata

: Konjungtivanya berwarna merah muda, sclera

putih, fungsi pengelihatannya baik dan tidak ada kelainan pada

mata
Mulut

: bibir berwarna merah muda dan lembab, lidah

tampak bersih, giginya tidak ada karies ataupun karang gigi, gusi

tidak bengkak.
Leher
: tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
Payudara
: simetris, terdapat pengeluaran kolostrum berupa
warna kekuningan di kedua payudara ibu, putting susu ibu
menonjol, tidak ada benjolan di kedua payudara ibu dan tidak ada

luka parut.
Abdomen

sympisis, KU kosong
Genetalia
: vulva dan vagina tidak ada kelainan, perineum

: kontraksi baik, TFU berada di 2 jari diatas

terdapat luka jahitan yang masih basah, lochea serosa berwarna

merah muda dengan bau yang khas.


Anus
: tidak terdapat hemoroid
Ekstermitas bawah : simetris, tidak ada oedema dan varises,

reflek patella (+)/(+)


A : P1001AB000 ibu nifas hari ke-6 postpartum
P : Jam :16.10 WIB
2. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi
pada tanggal 23 Agustus 2014 atau bila ada keluhan.

Malang, 15 Agustus 2014


Tenaga Kesehatan

Bd. Pidaelviana, Am.Keb


ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU POSTPARTUM 2 MINGGU
TANGGAL 23 AGUSTUS 2014
DI POSKESDES PAMEKARAN
64

Nama Pengkaji

: Nisa Febriani

Hari / Tanggal

: Kamis, 23 Agustus 2014

Waktu Pengkajian

: 11.00 WIB

Tempat Pengkajian

: Poskesdes Pamekaran

I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
Biodata
Nama
Umur
Agama
Pekerjaan
Pendidikan
Suku
Golongan darah
Status Perkawinan
Alamat

Ny. Y
Tn. M
22 tahun
24 tahun
Islam
Islam
Ibu Rumah Tangga Buruh
SMP
SMP
Sunda
Sunda
Pernikahan ke-1
Pernikahan ke-1
Kp. Cigembreng Utama 02/09 Kec.
Soreang Kab. Bandung

No.Telp
2) Keluhan Utama Pasien :
Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
DATA SUBJEKTIF
Keluhan Utama

: Tidak ada keluhan

A. Riwayat Kesehatan
- Ibu mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan dan tidak
pernah menderita penyakit kronis.
B. Pola Aktifitas
1. Pola makan
a. Frekuensi
: 3 kali/hari
b. Porsi
: 1 piring sedang
c. Jenis makanan
: nasi, lauk pauk, sayuran
d. Pantangan
: tidak ada
e. Minum
: 8 gelas/hari (gelas belimbing)
f. Jenis minuman
: air putih dan teh manis
2. Pola tidur
a. Tidur
: + 7 jam/hari
3. Personal Hygine
a. Mandi
: 2 kali/hari
65

b. Ganti pembalut
: 1 kali
c. Vulva Hygine
: setelah BAB dan BAK
d. Cara cebok yang benar : dari depan ke belakang
4. Perilaku tidak sehat
a. Merokok
: tidak pernah
b. Minum alcohol
: tidak pernah
c. Obat-obatan
: tidak pernah
5. Eliminasi
a. BAB
: 1 kali/hari
b. BAK
: 5 kali/hari
c. Masalah
: tidak ada
C. Keadaan Psikososial Dan Spiritual
1. Psikologis
: baik
2. Sosial
: baik
3. Spiritual
: baik

DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum
Kesadaran
2. TTV
a. Tekanan Darah
b. Nadi
c. Suhu
d. Respirasi
3. Pemeriksaan Fisik
1) Muka
a. Oedema
2) Mata
a. Konjungtiva
b. Sklera
c. Fungsi Pengelihatan
d. Kelainan
3) Mulut
a. Bibir
b. Lidah
c. Gigi
d. Gusi
4) Leher
a. Vena jugolaris
b. Kelenjar tiroid
5) Payudara
a. Bentuk
b. Puting susu
c. Benjolan

: Baik
: Composmentis
: 110/70 mmHg
: 83 kali/menit
: 36,6C
: 17 kali/menit
: tidak
: merah muda
: putih
: baik
: tidak ada
: merah muda, lembab
: bersih
: tidak ada karies maupun karang gigi
: tidak ada pembengkakan
: tidak dilakukan
: tidak ada pembengkakan
: simetris
: kedua puting menonjol
: tidak ada benjolan di kedua
payudara ibu
66

d. Luka parut
6) Abdomen
a. Kontraksi
b. TFU
c. Kandung kemih
7) Genitalia
a. Vulva
b. Vagina
c. Perineum
d. Lochea
- Warna
- Bau
8) Anus
9) Ekstremitas Atas
a. Bentuk
b. Oedema
10) Ekstremitas Bawah
1. Bentuk
2. Oedema
3. Varises
4. Refleks Patella

: tidak ada
: baik
: tidak teraba
: kosong
: tidak ada kelainan
: tidak ada kelainan
: luka jahitan sudah kering
: alba
: tidak
: tidak ada haemoroid
: simetris
: tidak
: simetris
: tidak
: tidak ada
: kanan (+) / (+)

II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH (INTERPRETASI


DATA DASAR)
-

Diagnosa Aktual :
P1001AB000 ibu nifas post partum minggu kedua

DS :
-Ibu mengatakan telah melahirkan pertama kali
-Ibu mengatakan telah melahirkan 14 hari yang lalu
DO :
-Dari pemeriksaan fisik didapatkan hasil palpasi TFU tidak teraba
-Kontraksi uterus baik
-Perdarahan pervaginam berwarna alba dan tidak berbau
Masalah : -

III. DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL


Diagnosa Potensial : Masalah Potensial : IV. KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Tidak ada
V. RENCANA ASUHAN
Tujuan : Setelah diberikan asuhan kebidanan 30 menit diharapkan ibu dapat
mengerti penjelasan bidan.
67

Kriteria Hasil:
1. Keadaan umum baik dengan:
Tekanan darah110/70 mmHg 120/80 mmHg
Nadi 60 100x/ menit
Pernapasan 18-24 kali/menit
2. Ibu dapat mengulang kembali penjelasan bidan
2.Ibu melaksanakan semua yang dianjurkan oleh bidan.
3.Ibu tahu tentang kebutuhan dan perawatan bagi dirinya dan bayinya.
INTERVENSI :
1. Lakukan pendekatan terapeutik!
R/: Dengan melakukan pendekatan terapeutik diharapkan ibu lebih
kooperatif dengan bidan.
2. Lakukan Pemeriksaan Fisik terfokus kepada ibu!
R/: Dengan memeriksa fisik ibu secara terfokus, seperti memeriksa
pengeluaran pervaginam, kontraksi, tinggi fundus uteri dapat
mengetahui apakah proses pemulihan ibu nifas berjalan dengan baik
atau tidak.
3. Beritahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam kondisi baik!
R/: Dengan memberitahukan hasil pemeriksaan, ibu dapat memahami
kondisinya saat ini.
4. Anjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI!
R/: ASI memberikan banyak manfaat untuk bayi, ibu dan keluarga.
5. Anjurkan ibu untuk tetap memakan makanan yang bergizi dan cukup
cairan!
R/: Ibu menyusui harus tetap dalam kondisi sehat agar proses meyusui
berjalan dengan baik.
6. Ajarkan ibu tentang perawatan payudara!
R/: Payudara perlu dirawat agar tidak meimbulkan masalah yang
berdampak pada proses menyusui.
7. Anjurkan ibu untuk melakukan senam nifas!

68

R/: Senam nifas dapat membantu memperlancar sirkulasi darah dan


mengencangkan otot-otot dasar panggul yang penting untuk ibu nifas.
8. Jelaskan pada ibu dan keluarga tanda bahaya pada ibu nifas!
R/ : Dengan menjelaskan tanda bahaya dapat mengurangi
kemungkinan terjadi bahaya lebih lanjut dan segera mendapatkan
penanganan dini.
9. Minta keluarga memberikan dukungan penuh pada ibu nifas!
R/: Ibu nifas biasanya mengalami kelehahan yang dapat mengarah ke
postpartum blues, sehingga diperlukan dukungan dari keluarga agar ibu
dapat melewati masa nifas dengan baik.
10. Beritahu ibu dan keluarga untuk melakukan kunjungan ulang 4
minggu lagi atau bila ada keluhan!
R/: Dengan melakukan kunjungan ulang dapat mengurangi risiko
kemungkinan terjadinya bahaya ibu selama nifas.
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 23 Agustus 2014

Jam : 11.00 WIB

1. Melakukan pendekatan terapeutik dengan berkomunikasi 2 arah.


2. Melakukan Pemeriksaan fisik terfokus kepada ibu dimulai dari
memeriksa tanda-tanda vital hingga melakukan pemeriksaan dari mata
sampai ke ekstremitas bawah sebelumnya menanyakan ketersediaan ibu
untuk dilakukan pemeriksaan. Pemeriksaan terfokus pada bagian
abdomen untuk melihat tinggi fundus uteri.
3. Memberitahukan kepada ibu dan keluarga bahwa hasil pemeriksaan ibu
dalam kondisi baik. Dari hasil pemeriksaaan didapatkan :
Keadaan Umum
Kesadaran
TTV
a. Tekanan Darah
b. Nadi
c. Suhu
d. Respirasi
Pemeriksaan Fisik
Muka
Oedema
Mata
Konjungtiva
Sklera
Fungsi Pengelihatan
Kelainan
Mulut

: Baik
: Composmentis
: 110/70 mmHg
: 83 kali/menit
: 36,6C
: 17 kali/menit
: tidak
: merah muda
: putih
: baik
: tidak ada

69

Bibir
Lidah
Gigi
Gusi
Leher
Kelenjar tiroid
Payudara
Bentuk
Puting susu
Benjolan
payudara ibu
Luka parut
Abdomen
Kontraksi
TFU
Kandung kemih
Genitalia
Vulva
Vagina
Perineum
Lochea
- Warna
- Bau
Anus
Ekstremitas Atas
Bentuk
Oedema
Ekstremitas Bawah
Bentuk
Oedema
Varises
Refleks Patella

: merah muda, lembab


: bersih
: tidak ada karies maupun karang gigi
: tidak ada pembengkakan
: tidak ada pembengkakan
: simetris
: kedua puting menonjol
: tidak ada benjolan di kedua
: tidak ada
: baik
: tidak teraba
: kosong
: tidak ada kelainan
: tidak ada kelainan
: luka jahitan sudah kering
: alba
: tidak
: tidak ada haemoroid
: simetris
: tidak
: simetris
: tidak
: tidak ada
: kanan (+) / (+)

4. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI dan tidak


memberikan makanan atau minuman lain. Pemberian makan dan
minuman lain pada bayi dapat menyebabkan bayi mengalami
gangguan pencernaan seperti diare karena sistem pencernaan bayi
belum bisa mencerna makanan lain selain ASI. Menjelaskan pada
ibu untuk tidak memberikan ASI melalui dot susu karena dapat
menyebabkan bayi bingung puting dan enggan menyusu dari puting
ibu. Mendukung ibu untuk menyusui sampai 6 bulan.
5. Menganjurkan ibu untuk tetap memakan makanan yang bergizi dan
cukup cairan. Walaupun luka jahitan ibu sudah kering tapi ibu harus

70

tetap memakan makanan bergizi karena penting untuk menyusui.


Makanan bergizi yaitu lengkap karbohidrat, protein, lemak, vitamin
dan mineral serta cukup cairan. Ibu nifas membutuhkan tambahan
kalori sebesar 500 kalori senilai dengan tambahan 1 porsi makanan.
Menganjurkan ibu untuk minum sbelum menyusu bayinya.
6. Mengajarkan ibu untuk merawat payudaranya dengan cara menjaga
payudara tetap bersih, menggunakan bra yang ukurannya sesuai,
dan sebaiknya melakukan kompres hangat sebelum meyusui agar
ASI yang dikeluarkan lancar dan kompres dingin stelah menyusui
agar payudara ibu tdak nyeri setelah menyusui.
7. Menganjurkan ibu untuk melakukan senam nifas dan menjelaskan
manfaat senam nifas yaitu dapat memperlancar peredaran darah,
mengencangkan otot-otot dasar panggul, menghilangkan kembung
pada perut, memperlancar pengeluaran ASI, mempertahankan
bentuk payudara, mencegah menjadi bungkuk, mencegah sakit
pinggang, punggung, bahu, leher dan lipatan paha.
8. Menjelaskan pada ibu dan keluarga mengenai tanda bahaya pada ibu
nifas dan bayi. Tanda bahaya pada ibu dapat berupa ibu mengalami
perdarahan, pengeluaran per vaginam yang berbau, nyeri hebat pada
luka jahitan dan tanda bahaya pada bayi berupa panas tinggi, tidak
mau menyusu, kulit bayi berubah menjadi kuning, kejang, lemah,
sesak napas, merintih, pusar kemerahan, demam atau tubuh bayi
teraba dingin, mata bernanah banyak dan diare.
9. Meminta keluarga memberikan dukungan penuh pada ibu dengan
mendukung ibu untuk tetap menyusui dan membantu ibu dalam
menjaga bayinya. Meminta keluarga untuk ibu dalam mengurus
bayinya bila ibu mengalami kelelahan.
10. Memberitahu ibu dan keluarga untuk melakukan kunjungan ulang 4
minggu lagi atau bila ada keluhan. Kunjungan ulang pada tanggal
20 September 2014.
VII. EVALUASI

71

Tanggal : 23 Agustus 2014


S:

-Ibu

mengatakan

Jam : 11.30 WIB

bersedia

dilakukan

pemeriksaan

dengan

menandatangani informed consent.


-Ibu memahami kondisi ibu baik saat ini.
-Ibu bersedia melakukan apa yang dianjurkan oleh bidan.
-Keluarga mengatakan bersedia untuk membantu ibu dan selalu
mendukung ibu.
-Ibu bersedia datang kembali pada tanggal 20 September 2014 atau
bila ada keluhan.
O:
Keadaan Umum
Kesadaran
TTV
e. Tekanan Darah
f. Nadi
g. Suhu
h. Respirasi
Pemeriksaan Fisik
Mata
Konjungtiva
Payudara
Bentuk
Kolostrum

Puting susu
Benjolan
Luka parut
Abdomen
Kontraksi
TFU
Kandung kemih
Genitalia
Vulva
Perineum
Vagina
Lochea
- Warna
- Bau
Anus

: Baik
: Composmentis
: 120/80 mmHg
: 76 kali/menit
: 37,2C
: 20 kali/menit
: merah muda
: simetris
: ada, warna kekuningan di kedua payudara
ibu
: kedua puting menonjol
: tidak ada benjolan di kedua payudara ibu
: tidak ada
: baik
: 1 jari dibawah pusat
: kosong
: tidak ada kelainan
: terlihat jahitan luka laserasi
: terlihat jahitan luka laserasi
: merah terang, rubra
: tidak
: tidak ada haemoroid

A: P1001AB000 ibu nifas post partum minggu kedua


P: Jam :11.05 WIB

72

3. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang 4 minggu lagi


pada tanggal 20 September 2014 atau bila ada keluhan.
Malang, 23 Agustus 2014
Tenaga Kesehatan

Bd. Pidaelviana, Am.Keb


ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU POSTPARTUM 6 MINGGU
TANGGAL 21 JUNI 2014
DI POSKESDES PAMEKARAN
Nama Pengkaji

: Nisa Febriani

Hari / Tanggal Pengkajian

: Jumat, 21 Juni 2014

Waktu Pengkajian

: 09.00 WIB

Tempat Pengkajian

: Poskesdes Desa Pamekaran

I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
Biodata
Nama
Umur
Agama
Pekerjaan
Pendidikan
Suku
Golongan darah
Status Perkawinan
Alamat

Ny. Y
Tn. M
22 tahun
24 tahun
Islam
Islam
Ibu Rumah Tangga Buruh
SMP
SMP
Sunda
Sunda
Pernikahan ke-1
Pernikahan ke-1
Kp. Cigembreng Utama 02/09 Kec.
Soreang Kab. Bandung

No.Telp
Keluhan Utama

: Tidak ada keluhan

A. Pola Aktifitas
1. Pola makan
73

a. Frekuensi
: 3 kali/hari
b. Porsi
: 1 piring sedang
c. Jenis makanan
: nasi, lauk pauk, sayuran
d. Pantangan
: tidak ada
e. Minum
: 8 gelas/hari (gelas belimbing)
f. Jenis minuman
: air putih dan teh manis
2. Pola tidur
a. Tidur
: + 6 jam/hari
3. Personal Hygine
a. Mandi
: 2 kali/hari
b. Ganti pembalut
: 1 kali
c. Vulva Hygine
: setelah BAB dan BAK
d. Cara cebok yang benar : dari depan ke belakang
4. Perilaku tidak sehat
a. Merokok
: tidak pernah
b. Minum alcohol
: tidak pernah
c. Obat-obatan
: tidak pernah
5. Eliminasi
a. BAB
: 1 kali/hari
b. BAK
: 5 kali/hari
c. Masalah
: tidak ada
B. Keadaan Psikososial Dan Spiritual
1. Psikologis
: baik
2. Sosial
: baik
3. Spiritual
: baik
DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum
Kesadaran
2. TTV
a. Tekanan Darah
b. Nadi
c. Suhu
d. Respirasi
3. Pemeriksaan Fisik
1) Muka
a. Oedema
2) Mata
a. Konjungtiva
b. Sklera
c. Fungsi Pengelihatan
d. Kelainan
3) Mulut
a. Bibir
b. Lidah
c. Gigi
d. Gusi

: Baik
: Composmentis
: 120/80 mmHg
: 78 kali/menit
: 37,1C
: 19 kali/menit
: tidak
: merah muda
: putih
: baik
: tidak ada
: merah muda, lembab
: bersih
: tidak ada karies maupun karang gigi
: tidak ada pembengkakan
74

4) Leher
a. Vena jugolaris
b. Kelenjar tiroid
5) Payudara
a. Bentuk
b. Puting susu
c. Benjolan

: tidak dilakukan
: tidak ada pembengkakan
: simetris
: kedua puting menonjol
: tidak ada benjolan di kedua
payudara ibu
: tidak ada

d. Luka parut
6) Abdomen
a. Kontraksi
: baik
b. TFU
: tidak teraba
c. Kandung kemih
: kosong
7) Genitalia
a. Vulva
: tidak ada kelainan
b. Vagina
: tidak ada kelainan
c. Perineum
: luka jahitan sudah kering
d. Lochea
- Warna
: alba
- Bau
: khas
8) Anus
: tidak ada haemoroid
9) Ekstremitas Atas
a. Bentuk
: simetris
b. Oedema
: tidak
10) Ekstremitas Bawah
1. Bentuk
: simetris
2. Oedema
: tidak
3. Varises
: tidak ada
4. Refleks Patella
: kanan (+) / kiri (+).
II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH (INTERPRETASI DATA
DASAR)
-

Diagnosa Aktual :
P1001AB000 ibu nifas post partum minggu keenam

DS :
- Ibu mengatakan melahirkan pertama kalinya
- Ibu mengatakan telah melahirkan 6 minggu yang lalu
DO :
- Dari pemeriksaan fisik didapatkan hasil palpasi TFU tidak teraba
- Pengeluaran pervaginam berwarna alba dan berbau khas.
- Luka jahitan sudah kering

Masalah : III. DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL


Diagnosa Potensial : Masalah Potensial : 75

IV. KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Tidak ada
V. RENCANA ASUHAN
Tujuan : Setelah diberikan asuhan kebidanan 30 menit diharapkan ibu dapat
mengerti penjelasan bidan.
Kriteria Hasil:
1. Keadaan umum baik dengan:
Tekanan darah110/70 mmHg 120/80 mmHg
Nadi 60 100x/ menit
Pernapasan 18-24 kali/menit
2. Ibu dapat mengulang kembali penjelasan bidan
2.Ibu melaksanakan semua yang dianjurkan oleh bidan.
3.Ibu tahu tentang kebutuhan dan perawatan bagi dirinya dan bayinya.
INTERVENSI :
1. Lakukan Pemeriksaan Fisik terfokus kepada ibu!
R/: Dengan memeriksa fisik ibu secara terfokus, seperti memeriksa
pengeluaran pervaginam, kontraksi, tinggi fundus uteri dapat
mengetahui apakah proses pemulihan ibu nifas berjalan dengan baik
atau tidak.
2. Beritahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam kondisi baik!
R/: Dengan memberitahukan hasil pemeriksaan, ibu dapat memahami
kondisinya saat ini.
3. Tanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas!
R/: Dengan menanyakan penyulit yang dialami ibu selama masa nifas,
bidan dapat mengerti apa yang sedang dialamii ibu terutama penyulit
yang dialami ibu agar dapat didiskusikan penyulit tersebut dan bidan
dapat memberikan konseling yang sesuai dengan kebutuhan ibu agar
penyulit tersebut tidak berkepanjangan.
4. Berikan konseling KB pada ibu!
R/: Dengan memberikan konseling KB secara dini, ibu dan suami
dapat mempersiapkan untuk rencana kehamilan selanjutnya dan juga
mendapatkan kontrasepsi yang sesuai dan tepat sesuai kondisi ibu.

76

5. Anjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI Eksklusif!


R/ : ASI memberikan banyak manfaat untuk bayi, ibu dan keluarga.
6. Anjurkan ibu untuk tetap memakan makanan yang bergizi dan cukup
cairan!
R/ Memenuhi kebutuhan nutrisi ibu saat menyusui dan mencegah
dehidrasi dan mencegah terjadinya konstipasi.
7. Minta keluarga memberikan dukungan penuh pada ibu nifas!
R/: Ibu nifas biasanya mengalami kelehahan yang dapat mengarah
ke postpartum blues, sehingga diperlukan dukungan dari keluarga
agar ibu dapat melewati masa nifas dengan baik.
8. Beritahu ibu dan keluarga untuk melakukan kunjungan bila ada
keluhan!
R/: Dengan melakukan kunjungan dapat mengurangi risiko
kemungkinan terjadinya bahaya pada ibu.
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 21 Juli 2014

Jam : 09.05 WIB

1. Melakukan pemeriksaan fisik terfokus kepada ibu dimulai dari


memeriksa tanda-tanda vital hingga melakukan pemeriksaan dari
mata sampai ke ekstremitas bawah sebelumnya menanyakan
ketersediaan ibu untuk dilakukan pemeriksaan. Pemeriksaan terfokus
pada bagian abdomen untuk melihat tinggi fundus uteri.
2. Memberitahukan kepada ibu dan keluarga bahwa hasil pemeriksaan
ibu dalam kondisi baik. Dari hasil pemeriksaaan didapatkan :
Keadaan Umum
Kesadaran
TTV
Tekanan Darah
Nadi
Suhu
Respirasi
Pemeriksaan Fisik
Muka
Oedema
Mata
Konjungtiva
Sklera
Fungsi Pengelihatan
Kelainan
Mulut

: Baik
: Composmentis
: 120/80 mmHg
: 78 kali/menit
: 37,1C
: 19 kali/menit

: tidak
: merah muda
: putih
: baik
: tidak ada

77

Bibir
Lidah
Gigi
Gusi
Leher
Vena jugolaris
Kelenjar tiroid
Payudara
Bentuk
Puting susu
Benjolan
payudara ibu
Luka parut
Abdomen
Kontraksi
TFU
Kandung kemih
Genitalia
Vulva
Vagina
Perineum
Lochea
Warna
Bau
Anus
Ekstremitas Atas
Bentuk
Oedema
Ekstremitas Bawah
Bentuk
Oedema
Varises
Refleks Patella

: merah muda, lembab


: bersih
: tidak ada karies maupun karang gigi
: tidak ada pembengkakan
: tidak dilakukan
: tidak ada pembengkakan
: simetris
: kedua puting menonjol
: tidak ada benjolan di kedua
: tidak ada
: baik
: tidak teraba
: kosong
: tidak ada kelainan
: tidak ada kelainan
: luka jahitan sudah kering
: alba
: khas
: tidak ada haemoroid
: simetris
: tidak
: simetris
: tidak
: tidak ada
: kanan (+) / kiri (+)

3. Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas.


Menanyakan penyulit yang dialami ibu selama masa nifas, bidan dapat
mengerti apa yang sedang dialamii ibu terutama penyulit yang dialami
ibu agar dapat didiskusikan penyulit tersebut dan bidan dapat
memberikan konseling yang sesuai dengan kebutuhan ibu agar
penyulit tersebut tidak berkepanjangan.
4. Berikan konseling KB pada ibu sehingga ibu dan suami dapat
mempersiapkan untuk rencana kehamilan selanjutnya dan juga
mendapatkan kontrasepsi yang sesuai dan tepat sesuai kondisi ibu.
5. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI dan tidak memberikan
makanan atau minuman lain. Pemberian makan dan minuman lain
78

pada bayi dapat menyebabkan bayi mengalami gangguan pencernaan


seperti diare karena sistem pencernaan bayi belum bisa mencerna
makanan lain selain ASI. Menjelaskan pada ibu untuk tidak
memberikan ASI melalui dot susu karena dapat menyebabkan bayi
bingung puting dan enggan menyusu dari puting ibu. Mendukung ibu
untuk menyusui sampai 6 bulan.
6. Menganjurkan ibu untuk tetap memakan makanan yang bergizi dan
cukup cairan. Walaupun luka jahitan ibu sudah kering tapi ibu harus
tetap memakan makanan bergizi karena penting untuk menyusui.
Makanan bergizi yaitu lengkap karbohidrat, protein, lemak, vitamin
dan mineral serta cukup cairan. Ibu nifas membutuhkan tambahan
kalori sebesar 500 kalori senilai dengan tambahan 1 porsi makanan.
Menganjurkan ibu untuk minum sbelum menyusu bayinya.
7. Meminta keluarga memberikan dukungan penuh pada ibu dengan
mendukung ibu untuk tetap menyusui dan membantu ibu dalam
menjaga bayinya. Meminta keluarga untuk ibu dalam mengurus
bayinya bila ibu mengalami kelelahan.
8. Memberitahu ibu dan keluarga untuk melakukan kunjungan bila ada
keluhan.
VII. EVALUASI
Tanggal : 21 Juni 2014
S:

-Ibu

mengatakan

Jam : 09.30 WIB


bersedia

dilakukan

pemeriksaan

dengan

menandatangani informed consent.


-Ibu memahami kondisi ibu baik saat ini.
-Ibu mengatakan bahwa tidak ada penyulit saat masa nifas
-Ibu dan suami memahami konseling tentang KB dengan baik dan
dapat menjelaskan ulang dengan benar.
-Ibu bersedia melakukan apa yang dianjurkan oleh bidan.
-Keluarga mengatakan bersedia untuk membantu ibu dan selalu
mendukung ibu.
-Ibu bersedia datang kembali bila ada keluhan.
O:
Keadaan Umum
Kesadaran

: Baik
: Composmentis

79

TTV

: TD: 120/80 mmHg; N: 78 kali/menit; S: 37,1C; RR: 19

kali/menit
Pemeriksaan Fisik
Muka
Mata

: tidak ada oedema


: Konjungtivanya berwarna merah muda, sclera

putih, fungsi pengelihatannya baik dan tidak ada kelainan pada


mata
Mulut

: bibir berwarna merah muda dan lembab, lidah

tampak bersih, giginya tidak ada karies ataupun karang gigi,


gusi tidak bengkak.
Leher
: tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
Payudara
: simetris, terdapat pengeluaran kolostrum
berupa warna kekuningan di kedua payudara ibu, putting susu
ibu menonjol, tidak ada benjolan di kedua payudara ibu dan
tidak ada luka parut.
Abdomen
: kontraksi baik, TFU tidak teraba, KU
kosong
Genetalia

: vulva dan vagina tidak ada kelainan, luka

jahitan perineum sudah kering, lochea alba dengan bau yang


khas.
Anus
: tidak terdapat hemoroid
Ekstermitas atas : simetris, tidak ada oedema.
Ekstermitas bawah
: simetris, tidak ada oedema dan
varises, reflek patella (+)/(+)
A: P1001AB000 ibu nifas post partum minggu kedua
P: Jam:09.35 WIB
4. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan bila ada keluhan.
Malang, 21 Juni 2014
Tenaga Kesehatan

Bd. Pidaelviana, Am.Keb

80

BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Teori Kunjungan nifas
Ibu masa nifas diharapkan datang ke sarana pelayanan kesehatan guna
mendapatkan pemeriksaan kesehatan dalam seminggu dan sebulan pertama masa
nifas. Kunjungan ulang diperlukan untuk menilai status kesehatan ibu,
pertumbuhan dan perkembangan bayi, konseling kebutuhan gizi dan kebersihan,
upaya mengatasi masalah dalam pemberian ASI ekslusif, keluarga berencana serta
imunisasi.
Pemeriksaan ibu dalam kunjungan ulang dilakukan untuk: mengetahui
proses involusi, kebersihan perineum, kebutuhan gizi termasuk pemberian tablet
zat besi, menilai status kesehatan ibu dan bayi, keluarga berencana dan
keberhasilan ASI ekslusif (Saraswati Ina, Tarigan HL, 2002).
Menurut Mochtar (1998) kunjungan masa nifas terdiri dari:
9. Kunjungan I
6- 8 jam setelah persalinan:
Tujuannya:
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila
perdarahan berlanjut
3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
4) Pemberian ASI awal.
5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
2. Kunjungan II
6 hari setelah persalinan.

81

Tujuannya:
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
2) Menilai adanya tandatanda demam infeksi atau perdarahan abnormal.
3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat
4) Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda tanda
penyakit.
5) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari hari.
3. Kunjungan III
2 minggu setelah persalinan
Tujuannya:
Sama dengan di atas (6 hari setelah persalinan)
4. Kunjungan IV
6 minggu setelah persalinan
Tujuannya:
1) Menanyakan ibu tentang penyakit penyakit yang dialami
2) Memberikan konseling untuk KB secara dini.
Tujuan kunjungan masa nifas antara lain yaitu:
a. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi
b. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya
c. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa
nifas
d. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya

82

5.2 Askeb kunjungan nifas sesuai kasus


Dalam asuhan kebidanan pada kasus kunjungan nifas ada beberapa yang
seharusnya dikaji namun pada asuhan kebidanan ini tidak dikaji, antara lain
1. Riwayat persalinan: seharusnya bidan melakukan pengkajian mengenai
riwayat persalinan ibu untuk membantu menentukan keadaan ibu, bayi,
perdarahan, dan komplikasi yang terjadi pada ibu. Pengkajian riwayat
persalinan ini meliputi tempat melahirkan, penolong saat persalinan, jenis
persalinan (spontan/ SC), Lama persalinan (dai pembukaan hingga
pengeluaran bayi dan plasenta), komplikasi atau kelainan pada persalinan,
keadaan plasenta (spontan, kelengkapan plasenta), keadaan perineum (utuh,
ada robekan, episiotomy), perdarahan (kala I sampai IV), Bayi lahir
(pemeriksaan antropologi).
2. Riwayat pernikahan: pada pengkajian riwayat pernikahan kurang lengkap
seharusnya ditambahkan dengan lama pernikahan dan umur ibu dan suami
saat menikah.
3. Riwayat menstruasi: pada pengkajian riwayat haid harusnya ditambahkan
dengan berapa kali ganti pembalut.
4. Riwayat kesehatan: pada pengakajian riwayat kesehatan seharusnya bidan
menjabarkan mengenai penyakit kronis (misalnya diabetes, hipertensi,
hepatitis, asma/TBC, jantung, ginjal) dan menjabarkan penyakit keturunan
(misalnya penyakit jantung, hipertensi, DM, hepatitis, dan HIV/AIDS)
selain itu bidan juga harus menanyakan tentang riwayat operasi yang
pernah dilakukan oleh ibu.
5. Menyusui: seharusnya bidan melakakan pengkajian mengenai riwayat
menyusui sampai saat ini untuk mengetahui apakah ibu mengalami masalah
dalam proses menyusui. Bidan bisa menanyakan apakah ibu menyususi
bayinya dengan baik, serta ditanyakan frekuensi menyusui dalam satu hari.
5.3 Penatalaksanaan kunjungan nifas antara teori dan kasus
Pada kasus 1
Penatalaksanaan kunjungan nifas pertama menurut teori
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk
bila perdarahan berlanjut
83

3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota


keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri
4) Pemberian ASI awal.
5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi

Penatalaksanaan kunjungan nifas pertama menurut kasus


1. Melakukan pendekatan terapeutik.
2. Melakukan pemeriksaan fisik terfokus kepada ibu.
3. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam kondisi
baik.
4. Menilai kontraksi uterus ibu baik atau tidak dan periksa sumber
perdarahan lain
5. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI.
6. Meminta ibu untuk menjaga bayinya tetap hangat.
7. Menganjurkan ibu untuk mengganti pembalut minimal 2 kali
sehari.
8. Menganjurkan ibu untuk ambulasi dini.
9. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tanda bahaya pada ibu
nifas.
10. Meminta keluarga memberikan dukungan penuh pada ibu nifas.
11. Memberitahu ibu dan keluarga untuk melakukan kunjungan
ulang 1 minggu lagi atau bila ada keluhan.

Penatalaksanaan dalam teori dengan penatalaksanaan yang terdapat pada


kasus KF1 tidak jauh berbeda karena pada KF 1 bidan memiliki tanggungjawab
untuk mengawasi keadaan ibu pasca persalinan yang bisa tiba-tiba terjadi
perdarahan.
Pada kasus 2
Penatalaksanaan kunjungan nifas kedua menurut teori

84

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi,


fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada
bau.
2) Menilai adanya tandatanda demam infeksi atau perdarahan
abnormal.
3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat
4) Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda
tanda penyakit.
5) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari hari.

Penatalaksanaan kunjungan nifas kedua menurut kasus

1. Melakukan Pemeriksaan fisik terfokus kepada ibu


2. Memberitahukan kepada ibu dan keluarga

bahwa

hasil

pemeriksaan ibu dalam kondisi baik.


3. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI
4. Memberitahu ibu supaya mengkonsumsi makanan yang bergizi
seimbang dan minum yang cukup.
5. Menganjurkan ibu beristirahat yang cukup
6. Membaritahukan ibu tentang personal hygiene.
7. Memberitahukan ibu cara menyusui
8. Menjelaskan perawatan payudara kepada ibu
9. Memberitahu ibu perawatan luka perineum
10. Memberitahu ibu perawatan tali pusat
11. Memberitahukan kepada ibu bahwa bayi harus tetap hangat
13. Mengingatkan ibu dan keluarga untuk melakukan kunjungan ulang
maksimal 1 minggu lagi
Penatalaksanaan dalam teori dengan penatalaksanaan yang terdapat pada
kasus KF 2 tidak jauh berbeda karena pada KF 2 bidan memiliki tanggungjawab
untuk menilai keadaan ibu dan bayi dalam beberapa hari pasca persalinan.
Terpenuhinya kebutuhan ibu dan hal-hal yang menjadikan focus pada kondisi fisik
maupun psikis ibu.
Pada kasus 3
Penatalaksanaan kunjungan nifas ketiga menurut teori

85

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi,


fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada
bau.
2) Menilai adanya tandatanda demam infeksi atau perdarahan
abnormal.
3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat
4) Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda
tanda penyakit.
5) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari hari.

1.
2.
3.

Penatalaksanaan kunjungan nifas ketiga menurut kasus


Melakukan pendekatan terapeutik dengan berkomunikasi 2 arah.
Melakukan Pemeriksaan fisik terfokus kepada ibu
Memberitahukan kepada ibu dan keluarga bahwa hasil
pemeriksaan ibu dalam kondisi baik.

4. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI dan tidak


memberikan makanan atau minuman lain.
5. Menganjurkan ibu untuk tetap memakan makanan yang bergizi
dan cukup cairan..
6. Mengajarkan ibu untuk merawat payudaranya
7. Menganjurkan ibu untuk melakukan senam nifas dan menjelaskan
manfaat senam nifas
8. Menjelaskan pada ibu dan keluarga mengenai tanda bahaya pada
ibu nifas dan bayi.
9. Meminta keluarga memberikan dukungan penuh pada ibu
10. Memberitahu ibu dan keluarga untuk melakukan kunjungan ulang
4 minggu lagi
Penatalaksanaan dalam teori dengan penatalaksanaan yang terdapat pada
kasus KF 3 tidak jauh berbeda dengan KF 2 karena pada KF 2 bidan memiliki
tanggungjawab untuk menilai keadaan ibu dan bayi dalam beberapa hari pasca

86

persalinan. Terpenuhinya kebutuhan ibu dan hal-hal yang menjadikan focus pada
kondisi fisik maupun psikis ibu sama seperti KF 3.
Pada kasus 4
Penatalaksanaan kunjungan nifas keempat menurut teori
1. Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa
nifas
2. Memberikan konseling KB secara dini

Penatalaksanaan kunjungan nifas keempat menurut kasus


1. Melakukan pemeriksaan fisik terfokus kepada ibu dimulai dari
memeriksa tanda-tanda vital.
2. Memberitahukan kepada ibu dan keluarga bahwa hasil
pemeriksaan ibu dalam kondisi baik.
3. Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa
nifas.
4. Berikan konseling KB pada ibu sehingga ibu dan suami dapat
mempersiapkan untuk rencana kehamilan selanjutnya.
5. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI dan tidak
memberikan makanan atau minuman lain.
6. Menganjurkan ibu untuk tetap memakan makanan yang bergizi
dan cukup cairan.
7. Meminta keluarga memberikan dukungan penuh pada ibu.
8. Memberitahu ibu dan keluarga untuk melakukan kunjungan
bila ada keluhan.

Penatalaksanaan dalam teori dengan penatalaksanaan yang terdapat pada


kasus KF 4 tidak jauh berbeda karena pada KF 4 bidan memiliki tanggungjawab
untuk mengevaluasi masa nifas yang dialami ibu seperti penyulit yang dialami ibu
dan rencana untuk kehamilan selanjutnya.

87

BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Waktu Nifas adalah waktu untuk memulihkan kesehatan umum dan
mengembalikan keadaan organ yang mengalami perubahan. Waktu ini umumnya
dibatasi antara 6 sampai 12 minggu apabila keadaan normal, dan waktu ini
dianggap cukup untuk mengembalikan keadaan seperti yang lalu, tentu saja bila
tidak terjadi penyakit atau gangguan yang tidak disangka. Nifas dibagi dalam 3
periode yaitu Puerperium Dini, Intermedial, dan Remote. Puerperium Dini yaitu
kepulihan dimana klien telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan, dalam
agama Islam, dianggap bersih dan boleh bekerja 40 hari. Puerperium Intermedial
yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital yang lamanya 6-8 minggu. Remote
Puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi, waktu
untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan. Selama
nifas ibu mengalami perubahan pada sistem reproduksi, hematologi, pernafasan,
pencernaan, perkemihan, integumen, persyarafan, musculoskeletal, endokrin,
kardiovaskuler.
Asuhan nifas diperlukan pada periode ini karena merupakan masa kritis baik
ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi
setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
Selama nifas ibu mengalami perubahan pada sistem reproduksi, hematologi,
pernafasan, pencernaan, perkemihan, integumen, persyarafan, musculoskeletal,
endokrin, kardiovaskuler.
Asuhan kebidanan pada masa nifas adalah bantuan yang diberikan oleh bidan
kepada ibu pada masa nifas yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara bertahap
dan sistematis, melalui suatu proses yang disebut manajemen kebidanan.
Manajemen kebidanan pada ibu nifas fisiologis digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan bidan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis, dan

88

berfokus pada ibu nifas terutama pada ketidaknyamanan dan penyulit yang ibu
rasakan selama nifas. Manajemen Kebidanan menggunakan 7 langkah Varney.

6.2 Saran
Bagi Penulis
Sebagai calon tenaga kesehatan sangat perlu meningkatkan pengetahuan
dan wawasan mengenai nifas fisiologis karena, bidan berperan dan
bertanggungjawab terhadap perawatan ibu nifas.
Bagi Pembaca
Menambah pengetahuan mengenai konsep nifas fisiologis lebih dalam,
terutama bagi para ibu, sehingga dapat membedakan antara kondisi
fisiologis dengan kondisi patologis selama masa nifas.
Bagi Petugas Kesehatan
Menambah wawasan dan informasi dalam penanganan dan pemberian
asuhan pada ibu nifas

sehingga dapat meningkatkan pelayanan

keperawatan yang baik. Terutama bidan agar sesuai dengan wewenang


yang diberikan pada bidan.

89

DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati,

E,

&

Wulandari,

D.

2008.

Asuhan

Kebidanan

Nifas . Yogyakarta. Cendekia Press.


Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan kebidanan Nifas normal. Jakarta: EGC
Bobak,

lowdermik,

Jensen.2005.

Buku

Ajar

Keperawatan

Maternitas.

Jakarta:EGC
Cunningham,F.G.2013. Obstetri Williams Ed 23 . Jakrta:EGC
Jannah, N. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Ledbetter, Michael S (Ed). 2001. Womens Health during the Chilbearing Years.
USA:Mosby
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetry Jilid I. Jakarta: EGC.
Rumahorbo, Hotma.1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta : EGC.
Saraswati Ina. Tarigan Hakim Lukman 2002, Komunikasi Efektif
Ibu Selamat, Bayi Sehat, Keluarga Bahagia. Jakarta.
Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas . Jakarta:
Salemba Medika.
Saifudin,

Abdul

Bahri.

2006.

Panduan

Praktis

Pelayanan

Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.


Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta:
Salemba Medika.
Sofian, A. 2011. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetrics: Obstetri fisiologi, Obetetri
Patologi. Jakarta: EGC
Prawirohardjo,

Sarwono.,

2005. Ilmu

kebidanan . Jakarta

Yayasan Bina Pustaka.


Varneys, H. 1997. Varneys Midwifery . Sudbury Massachusett,
USA: Jones and Barlett Publisers.

90

Vous aimerez peut-être aussi