Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
No. RM
: 038591
Nama Pendamping :
dr. Rubi Anto C.
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Bahan bahasan:
Tinjauan pustaka
Cara membahas:
Diskusi
Data pasien:
Riset
Kasus
Audit
Email
Pos
Sananwetan
Telp:
Deskripsi: Laki-laki, 65 tahun datang dengan keluhan ada benjolan di selangkangan kanan seja
Benjolan berbentuk bulat, dengan permukaan yang rata dan warna sama seperti warna kulit sekitarn
Permukaan benjolan rata dengan konsistensi lunak. Benjolan dapat digerakan. Menurut pasien ukuran b
mengedan, maka benjolan akan keluar dan semakin membesar dari ukuran sebelumnya, dan bila pasie
atau bahkan menghilang. Pasien mengaku tidak pernah mengalami trauma pada daerah buah zakar, lipa
Sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan kesulitan BAB sehingga mengha
benjolan di selangkangan kanan sudah tidak dapat masuk kembali. Namun pasien tidak merasakan n
keluhan lain seperti demam, pusing, mual, muntah dan perut kembung..
Tujuan: Diagnosis Hernia
Data utama untuk bahan diskusi:
1.
Diagnosis/Gambaran klinis: Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, pasien mengelu
sejak 3 tahun yang lalu, namun yang tidak dapat masuk kembali sejak 1 minggu yang lalu.
2.
3.
Riwayat kesehatan/Penyakit: Riwayat kesulitan BAB diakui, riwayat batuk kronis disangkal
4.
5.
6.
Lain-lain: Pasien sering membantu istrinya mengangkat beban berupa barang dagangan.
Daftar Pustaka:
1. Sjamsuhidajat, R. dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. 2004. Jakarta : EGC
2. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Ed.3. 2000. Jakarta : Media Aesculapius F
3. Grace, Pierce A. dan Borley, Neil R. At A Glance : Ilmu Bedah. Ed.3. 2006. Jakarta : Erlangga M
4. Brunicardi, F.C, et al. 2006. Schwartzs Manual of Surgery. United States of America: The McGra
Hasil Pembelajaran:
Diagnosis Hernia
1. Subjektif :
Laki-laki, 65 tahun datang dengan keluhan benjolan hilang timbul di
selangkangan kanan sejak 3 tahun yang lalu, namun yang tidak dapat masuk
kembali sejak 1 minggu yang lalu. Ayah pasien mengalami keluhan serupa.
Riwayat kesulitan BAB diakui, riwayat batuk kronis disangkal, trauma pada
daerah buah zakar, lipat paha maupun perut sebelumnya juga disangkal. Pasien
bekerja sebagai petani yang sering mencangkul di sawah dan pasien juga
sering membantu istrinya mengangkat beban berupa barang dagangan.
2. Objektif :
Dari pemeriksaan fisik didapatkan:
a. KU
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
: Baik
isokor
i. Thorak :
1) Inspeksi : simetris (+), retraksi subkostae (-), gerakan napas
simetris
2) Palpasi : gerakan napas simetris
3) Perkusi : sonor +/+, batas jantung normal
4) Paru : bronkovesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/5) Jantung : irama teratur, bising (-)
j. Abdomen
1) Inspeksi
: distensi (-)
: timpani
4) Palpasi
3. Assesment :
Anamnesis diperoleh informasi bahwa pasien datang ke Poliklinik Umum RSU
Aminah Kota Blitar dengan keluhan benjolan hilang timbul di selangkangan
kanan sejak 3 tahun yang lalu, namun yang tidak dapat masuk kembali sejak 1
minggu yang lalu. Ayah pasien mengalami keluhan serupa. Riwayat kesulitan
BAB diakui, riwayat batuk kronis disangkal, trauma pada daerah buah zakar,
lipat paha maupun perut sebelumnya juga disangkal. Pasien bekerja sebagai
petani yang sering mencangkul di sawah dan pasien juga sering membantu
istrinya mengangkat beban berupa barang dagangan.
Dari pemeriksaan pada regio inguinal dextra didapatkan benjolan di bawah
ligamentum inguinale, diameter 6 cm x 4 cm, permukaan rata, warna sesuai
warna kulit, tidak kemerahan. Pada palpasi tidak teraba hangat, kenyal, batas atas
tidak jelas, tidak dapat dimasukkan, transluminasi (-), tidak nyeri. Sedangkan
dari hasil auskultasi didapatkan bising usus (+).
4. Plan
Diagnosis : Berdasarkan keluhan dan pemeriksaan fisik, didapatkan diagnosis
pasien Hernia Inguinalis Dextra Irreponible.
Pengobatan :
Pada pasien ini direncanakan akan dilakukan operasi herniotomi oleh dokter
spesialis bedah.
a. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang
telah direposisi.
1) Reposisi
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada
pasien anak-anak. reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri
memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan
mendorongnya kearah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi menetap
sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak inkarserasi lebih sering terjadi
pada umur dibawah dua tahun. Reposisi spontan lebih sering dan
sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi jika dibandingkan
dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang lebih
elastis dibandingkan dengan orang dewasa.
Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative
dan kompres es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil anak
disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak
berhasil dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi segera. Pada
tindakan reposisi ini posisi penderita dapat dilakukan dengan posisi
trendelenburg.
2) Bantalan penyangga ( sabuk Truss)
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia
yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga
harusdipakai seumur hidup. Namun cara yang berumur lebih dari 4000
tahun ini masih saja dipakai sampai sekarang.
Sebaiknya cara ini tidak dinjurkan karena mempunyai komplikasi,
antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut didaerah yang
tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak cara ini
dapat menimbulkan atrofitestis karena tekanan pada funikulus spermatikus
yang mengandung pembuluh darah dari testis
b. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia
inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis
ditegakkan karena pada prinsipnya semua hernia harus dioperasi, karena dapat
menyebabkan inkarserasi atau strangulasi. Herniotomy pada dewasa lebih
dulu faktor-faktor penyebab harus dihilangkan dulu, misal BPH harus
dioperasi sebelumnya.
Prinsip dasar operasi hernia adalah hernioraphy, yang terdiri dari
herniotomi dan hernioplasti.
1) Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan,
kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu
dipotong.
Indikasi :
a) Hernia Inkarserata / Strangulasi (cito)
b) Hernia Irreponabilis ( urgen, 2 x 24 jam)
c) Hernia Reponabilis dilakukan atas indikasi sosial : pekerjaan (elektif)
d) Hernia Reponabilis yang mengalami incarserasi (HIL,Femoralis)
2) Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus