Vous êtes sur la page 1sur 12

BAB I

PENDAHULUAN
Ankilostomiasis (infeksi cacing tambang pada manusia) adalah infeksi
cacing yang ditularkan melalui tanah yang disebabkan oleh nematoda parasit
Necator americanus dan Ancylostoma duodenale. Ini adalah penyebab utama
anemia dan malnutrisi protein, melanda sebuah 740 juta orang di negara-negara
berkembang dari daerah tropis. Jumlah terbesar kasus terjadi di daerah pedesaan
miskin di sub-Sahara Afrika, Amerika Latin, Asia Tenggara dan Cina. N.
americanus adalah cacing tambang paling umum di seluruh dunia, sementara A.
duodenale lebih dibatasi secara geografis.6
Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan,
salah satu diantaranya ialah cacing perut yang ditularkan melalui tanah. Cacingan
ini dapat mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan
produktifitas penderitanya sehingga secara ekonomi banyak menyebabkan
kerugian, karena menyebabkan kehilangan karbohidrat dan protein serta
kehilangan darah, sehingga menurunkan kualitas sumber daya manusia.
Prevalensi Cacingan di Indonesia pada umumnya masih sangat tinggi, terutama
pada golongan penduduk yang kurang mampu mempunyai risiko tinggi terjangkit
penyakit ini.6
Di dunia saat ini, lebih dari 2 milyar penduduk terinfeksi cacing.
Prevalensi yang tinggi ditemukan terutama di negara-negara non industri (negara
yang sedang berkembang).Merid mengatakan bahwa menurut World Health
Organization (WHO) diperkirakan 800 juta1 milyar penduduk terinfeksi Ascaris,
700900 juta terinfeksi cacing tambang, 500 juta terinfeksi trichuris. Di Indonesia
penyakit cacing merupakan masalah kesehatan masyarakat terbanyak setelah
malnutrisi. Prevalensi dan intensitas tertinggi didapatkan dikalangan anak usia
sekolah dasar. Di Sumatera Utara yang meliputi daerah tingkat dua Binjai, Tebing
Tinggi, Simalungun, Pematang Siantar, Tanjung Balai, Sibolga dan Medan
menurut hasil penelitian pada tahun 1995 menunjukkan tingkat prevalensi
berkisar 5790%.3
Infeksi cacing tambang juga berhubungan dengan kemiskinan. Menurut
Peter Hotez (2008), semakin parah tingkat kemiskinan masyarakat akan semakin
berpeluang untuk mengalami infeksi cacing tambang. Hal ini dikaitkan dengan

kemampuan dalam menjaga higiene perorangan dan sanitasi lingkungan tempat


tinggal.12

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi
Ankilostomiasis (infeksi cacing tambang pada manusia) adalah infeksi
cacing yang ditularkan melalui tanah yang disebabkan oleh nematoda parasit
Necator americanus dan Ancylostoma duodenale.8
2.2 Epidemiologi
Cacing

tambang

adalah

penyakit

yang

penting

pada

manusia.

N.americanus maupun A.duodenale ditemukan di daerah tropis dan subtropics


seperti Asia dan Afrika. Infeksi pada manusia umumnya dapat terjadi oleh
pengaruh beberapa faktor, yaitu :9,5

1. Adanya sumber infeksi yang adekuat di dalam populasi


2. Kebiasaan buang air besar yang jelek, yang mana tinja yang mengandung
telur cacing tambang ikut mencemari tanah.
3. Kondisi setempat yang menguntungkan

untuk

dapat

terjadinya

perkembangan telur menjadi larva


4. Kesempatan larva berkontak dengan manusia
Manusia merupakan tuan rumah utama infeksi cacing tambang.
Endemisitas infeksi tergantung pada kondisi lingkungan untuk menetaskan telur
dan maturasi larva. Kondisi yang optimal ditemukan di daerah pertanian di negara
tropis. Morbiditas dan mortalitas infeksi cacing tambang terutama terjadi pada
anak-anak. Dari suatu penelitian, diperoleh separuh dari anak-anak yang telah
terinfeksi sebelum usia 5 tahun, 90% terinfeksi pada usia 9 tahun. Intensitas
infeksi meningkat sampai usia 6-7 tahun dan kemudian stabil. 9
Di Cina perpindahan terjadi karena pemakaian pupuk dari kotoran
manusia. Di Indonesia

ankilostomasis banyak terjangkit oleh karyawan

perkebunan karet.9,5
2.3 Etiologi
Penyakit cacing tambang pada manusia (ancylostomiasis) disebabkan oleh
Necator americanus dan Ancylostoma duodenale. Di Indonesia infeksi oleh
N.americanus lebih sering dijumpai dibandingkan infeksi oleh A.duodenale.
Cacing dewasa kecil, silinder. Cacing jantan berukuran 5-11 mm x 0,3-0,45 mm
dan cacing betina 9-13 mm x 0,35-0,6 mm, sedangkan A.duodenale sedikit lebih
besar dari N.americanus. N.americanus dapat menghasilkan 10.000-20.000 telur
setiap harinya, sedangkan A.duodenale 10.000-25.000 telur per hari. Ukuran telur
N.americanus adalah 64-76 mm x 36-40 mm dan A.duodenale 56-60 mm x 36-40
mm. Telur cacing tambang terdiri dari satu lapis dinding yang tipis dan adanya
ruangan yang jelas antara dinding dan sel didalamnya. Telur cacing tambang
dikeluarkan bersama tinja dan berkembang di tanah. (Gambar 1)9

Gambar 1 : Telur Cacing Tambang dalam tinja

a Gambar 2 : a) Necator americanus,bb) Ancylostoma duodenale


Dalam kondisi kelembaban dan temperature yang optimal (23-330C), telur akan
menetas dalam 1-2 hari dan melepaskan larva rhabditiform yang berukuran 250300 m. Setelah 2 kali mengalami perubahan, akan terbentuk larva filariform.
Perkembangan dari telur ke larva filariform adalah 5-10 hari. Kemudian larva
menembus kulit manusia dan masuk ke sirkulasi darah melalui pembuluh darah
vena dan sampai di alveoli. Setelah itu larva bermigrasi ke saluran nafas atas yaitu
dari bronkhiolus ke bronchus, trakea, faring, kemudian tertelan, turun ke
esophagus dan menjadi dewasa di usus halus. (Gambar 2) 9

Gambar 3 : Siklus Hidup Cacing Tambang


Manusia menjadi infeksi dengan cara tertelan larva filariform ataupun
dengan cara larva filariform menembus kulit. Pada Necator americanus, infeksi
melalui kulit lebih disukai, sedangkan oada Ancylostoma duodenale infeksi lebih
sering terjadi dengan tertelan larva. A.duodenale dan N.americanus yang cara
infeksinya dengan menelan larva, maka cacing ini tidak mempunyai siklus di
paru. 9,8
2.4 Patofisiologi
Telur dihasilkan oleh cacing betina dan keluar memalui tinja. Bila telur
tersebut jatuh ketembat yang hangat, lembab dan basah, maka telur akan berubah
menjadi larva yang infektif. Dan jika larva tersebut kontak dengan kulit,
bermigrasi sampai ke paru-paru dan kemudian turun ke usushalus; di sini larva
berkembang menjadi cacing dewasa8.Infeksi terjadi jika larvafilariform menembus
kulit. Infeksi A.duodenale juga mungkin dengan menelan larva filariform.1,11

Telur dari kedua cacing tersebut ditemukan di dalam tinja dan menetas di
dalamtanah setelah mengeram selama 1-2 hari. Dalam beberapa hari, larva
dilepaskan dan hidupdi dalam tanah. Manusia bisa terinfeksi jika berjalan tanpa
alas kaki diatas tanah yangterkontaminasi oleh tinja manusia, karena larva bisa
menembus kulit. Larva sampai ke paru-paru melalui pembuluh getah bening dan
aliran darah. Lalu larva naik ke saluran pernafasandan tertelan. Sekitar 1 minggu
setelah masuk melalui kulit, larva akan sampai di usus. Larva menancapkan
dirinya dengan kait di dalam mulut mereka ke lapisan usus halus bagian atas dan
mengisap darah.1,11
2.5 Manifestasi Klinis
Migrasi Larva
1. Sewaktu menembus kulit, bakteri piogenik dapat terikut masuk pada saat
larva menembus kulit, menimbulkan rasa gatal pada kulit (ground itch).
Creeping eruption (cutaneous larva migrans), umumnya disebabkan larva
cacing tambang yang berasal dari hewan seperti kucing ataupun anjing,
tetapi kadang-kadang dapat disebabkan oleh larva Necator americanus
ataupun Ancylostoma duodenale. 9,8

Gambar 4 : Creeping eruption


2. Sewaktu larva melewati paru, dapat terjadi pneumonitis, tetapi tidak
sesering oleh Ascaris lumbricoides. 9,8
Cacing dewasa
Cacing dewasa umumnya hidup di sepertiga bagian atas usus halus dan
melekat pada mukosa usus. Gejala klinis yang sering terjadi tergantung pada berat
ringannya infeksi, makin berat infeksi manifestasi klinis yang terjadi semakin
mencolok, seperti : 9

1. Gangguan gastro-intestinal yaitu anoreksia, mual, muntah, diare,


penurunan berat badan, nyeri pada daerah sekitar duodenum, jejunum dan
ileum.
2. Pada pemeriksaan laboratorium, umumnya dijumpai anemia hipokrom
mikrositik.
3. Pada anak, dijumpai adanya korelasi positif antara infeksi sedang dan
berat dengan tingkat kecerdasan anak.
Bila

penyakit

berlangsung

kronis,

akan

timbul

gejala

anemia,

hipoalbuminemia, dan edema. Hemoglobin kurang dari 5g/dL dihubungkan


dengan gagal jantung dan kematian yang tiba-tiba. Patogenesis anemia pada
infeksi cacing tambang tergantung 3 faktor yaitu : 9
1. Kandungan besi dalam makanan
2. Status cadangan besi dalam tubuh pasien
3. Intensitas dan lamanya infeksi
Ketiga faktor ini bervariasi di negara tropis. Di Nigeria, dimana masukan
besi tinggi (21-30 mg per hari), perdarahan yang disebabkan oleh infeksi cacing
tambang tidak menunjukan berkurangnya besi meskipun di dalam tubuhnya
terdapat sampai 800 cacing tambang dewasa. Pada infeksi cacing tambang,
kehilangan darah yang terjadi adalah 0,03-0,05 ml darah/cacing/hari pada Necator
americanus dan 0.16-0.34 ml darah/cacing/hari pada Ancylostoma duodenale. 9
2.6 Diagnosis
Diagnosis pasti penyakit ini adalah dengan ditemukannya telur cacing
tambang ataupun cacing dewasa di dalam tinja pasien. Pada kultur tinja, dijumpai
larva cacing tambang.9
2.7 Penatalaksanaan
Perawatan umum dilakukan dengan memberikan nutrisi yang baik;
suplemen preparat besi diperlukan oleh pasien dengan gejala klinis yang
berat, terutama bila ditemukan bersama-sama dengan anemia9. Obat untuk
infeksi cacing tambang adalah Pyrantel pamoate (Combantrin, Pyrantin),
Mebendazole (Vermox, Vermona, Vircid), Albendazole.6

Pengobatan
1. Creeping Eruption : Krioterapi dengan liquid nitrogen atau kloretilen
spray, tiabendazol topical selama 1 minggu. Couland dkk (1982)
mengobati 18 cutaneous laeva migrans dengan albendazol 400 mg selama
5 hari berturut-turut, mendapatkan hasil yang sangat memuaskan.9
2. Pengobatan terhadap cacing dewasa : dibangsal anak RS. Pirngadi Medan,
pengobatan pirantel pamoat dosis 10 mg/kgBB diberikan pada pagi
harinya diikuti dengan pemberian mebendazol 100 mg dua kali sehari
selama 3 hari berturut-turut. Hasil pengobatan ini sangat memuaskan,
terutama bila dijumpai adanya infeksi campuran dengan cacing lain. 9
Obat-obat lain yang dapat digunakan :
1. Pirantel-Pamoat, dosis tunggal 10 mg/kgBB
2. Mebendazol 100 mg dua kali sehari selama 3 hari berturut-turut
3. Albendazol, pada anak usia diatas 2 tahun dapat diberikan 400 mg (2
tablet) atau setara dengan 20 ml suspense, sedangkan pada anak yang kecil
lebih diberikan dengan dosis separuhnya, dilaporkan hasil cukup
memuaskan. 9
Terapi Penunjang
Pemberian makanan yang bergizi dan preparat besi dapat mencegah
terjadinya anemia. Pada keadaan anemia yang berat (Hb<5 g/dL), preparat
besi diberikan sebelum dimulai pengobatan dengan obat cacing. Besi
elementer diberikan secara oral dengan dosis 2 mg/kgBB tiga kali sehari
sampai tanda-tanda anemia hilang. 9
2.8 Pencegahan
1. Pemeberantasan sumber infeksi pada populasi
2. Perbaikan sanitasi dan kebersihan pribadi/lingkungan
3. Mencegah terjadinya kontak dengan larva9
2.9 Komplikasi
Komplikasi yang tersering dari Ankilostomiasis adalah :
1. Anemia berat2

Anemia berat bisa terjadi karena darah kita di ambil olah cacing
sebagai sumber nutrisi. Dan pada cacing ankilostoma terdapat zat
antikoagulan pada mulutnya sehingga darah akan terus mengalir. 2,10
2. Dermatitis2
Salah satu komplikasi yang terjadi karena inervasi cacing kedalam
tubuh melalui kulit di kaki, ataupun pada bagian tubuh yang lain yang
menyebabkan rasa gatal dab bisa timbul fistula. 2
3. Defisiensi besi2
Hal ini akan mengakibatkan tanda berupa choilinicia,cheilosis yang
merupakan manifestasi klinis defisiensi besi karena kurangnya asupan
oksigen dan nutrisi.2,10
4. Gagal jantung2
Anemia yang lama dan kronis bisa menyebabkan gagal jantung
5. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan mental2
2.10 Prognosis
Prognosis dari penyakit ankilostomiasis adalah baik, walaupun pasien datang
dengan komplikasi ankilostoma dapat disembuhkan asalkan dengan pengobatan
yang adekuat.7

BAB III
KESIMPULAN
Cacing tambang yang menginfeksi manusia adalah Necator americanus dan
Ancylostoma duodenale. Cacing ini berhabitat di usus halus manusia. Necator
Americanus

menyebabkan

Necatoriasis

dan

A.duodenale

menyebabkan

Ankilostomiasis.
Infeksi ini terjadi didaerah yang hangat dan lembab, dengan tingkat
kebersihan yang buruk. Infeksi cacing ini disebabkan oleh kebiasaan masyarakat
yang BAB di tanah dan pemakaian feces manusia sebagai pupuk. Selain lewat
kaki, cacing tambang juga bisa masuk kedalam tubuh manusia melalui makanan
yang masuk ke mulut.
Gejala yang ditimbulkan, stadium larva menyebabkan kelainan pada kulit
(ground itch). Stadium dewasa tergantung dari spesies dan jumlah cacing serta
keadaan gizi penderita. Pengobatan dapat dilakukan dengan memberikan
tambahan zat besi per-oral atau suntikan zat besi, jika kasus berat dapat diberikan
tranfusi darah, dan jika kondisi penderita stabil dapat diberikan pirantel pamoat
dan mabendazol yang digunakan beberapa hari berturut-turut. Pencegahan yang
paling utama yaitu dengan sanitasi lingkungan dengan menjaga pola hidup bersih.

10

DAFTAR PUSTAKA
1. Firdaus.

2010.

Ankilostomiasis,https://www.scribd.com/doc/119426575/

Ankilostomiasis Diakses pada 8 Januari 2016


2. Gandahusada srisasi, dkk. Parasitologi Kedokteran: Edisi ketiga. Jakarta.
3. Ginting, S.A., 2003. Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Dengan
Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar di Desa Suka Kecamatan
Tiga Panah, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran: Universitas Sumatera Utara. USU
Digital Library.
4. Gracia, Lynne S, Bruckner, David A. 1996. Diagnostik Parasitologi
Kedokteran. Jakarta : EGC
5. Margono, S.S., 2012. Epidemiologi Soil Transmitted Helmints dalam Srisasi
G., Herry D.I., Wita P editors Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Gaya Baru
6. Menkes, 2006. Pedoman Pengendalian Cacingan. Keputusan Menteri
Kesehatan No: 424/MENKES/SK/VI/2006.
7. Onggowaluyo, jangkung samidjo., 2002.

Parasitologi

Medik

helmintologi, Buku kedokteran EGC, Jakarta


8. Pohan, H.T., 2009. Penyakit Cacing yang Ditularkan Melalui Tanah. Dalam
Aru W.S., Bambang S., Idrus A., Marcellus S.K., Siti S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Edisi Kelima. Jakarta: Interna Publishing. Hal: 2940-2941
9. Poorwo Soedarmo, Sumarmo,dkk. 2010. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis
Edisi Kedua. Jakarta: IDAI
10. Rasmaliah, 2004. Anemia Kurang Besi Dalam Hubungannya Dengan Infeksi
Cacing Pada Ibu Hamil. Fakultas Kesehatan Masyarakat: Universitas Sumatra
Utara. USU Digital Library.
11. Sumanto, D., 2010. Faktor Resiko Infeksi Cacing Tambang Pada Anak
Sekolah. Tesis Program Studi Magister Epidemiologi Paska Sarjana
Universitas Diponegoro: Semarang

11

12

Vous aimerez peut-être aussi