Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertiroidisme dan tirotoksikosis sering dipertukarkan. Tirotoksikosis berhubungan
dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan
memberikan hormon tiroid berlebihan.
Sedangkan hipertiroidisme adalah tirotoksikosis sebagai akibat produksi tiroid itu
sendiri. Tirotoksikosis terbagi atas kelainan yang berhubungan dengan hipertiroidisme dan
yang tidak berhubungan dengan hipertiroidisme.
Tiroid sendiri diatur oleh kelenjar lain yang berlokasi di otak, disebut pituitari. Pada
gilirannya, pituitari diatur sebagian oleh hormon tiroid yang beredar dalam darah (suatu efek
umpan balik dari hormon tiroid pada kelenjar pituitari) dan sebagian oleh kelenjar lain yang
disebut hipothalamus, juga suatu bagian dari otak.
Hipothalamus melepaskan suatu hormon yang disebut thyrotropin releasing hormone
(TRH), yang mengirim sebuah signal ke pituitari untuk melepaskan thyroid stimulating
hormone (TSH). Pada gilirannya, TSH mengirim sebuah signal ke tiroid untuk melepas
hormon-hormon tiroid. Jika aktivitas yang berlebihan dari yang mana saja dari tiga kelenjarkelenjar ini terjadi, suatu jumlah hormon-hormon tiroid yang berlebihan dapat dihasilkan,
dengan demikian berakibat pada hipertiroid.Pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi
produksi hormon tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau
merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).
B. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui dan mengerti secara keseluruhan mengenai Aksep
Hipertitoidisme.
C. Tujuan Khusus
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi hipertiroidisme
Definisi hipertiroidisme mengacu pada aktivitas kelenjar tiroid yang berlebihan dalam
mensintesis hormon tiroid, se-hingga meningkatkan metabolisme di ja-ringan perifer.1
Hipertiroid ini memiliki risiko terhadap kesehatan jantung dan tulang, peningkatan risiko
demensia dan Alzheimer.2 Alzheimer merupakan penyakit degeneratif yang sering
menyerang orang lanjut usia. Penyakit ini mempengaruhi otak, sehingga menimbulkan
gangguan dan menurunkan kemampuan dasar otak, menurunkan kemampuan berpikir,
mengingat, dan komunikasi.3 Kelainan pada tulang disebabkan karena penurunan densitas
tulang akibat gangguan metabolisme mineral tulang, sehingga risiko untuk meng-alami
patah tulang semakin tinggi terutama pada orang yang sudah tua.
Hormon tiroid mempengaruhi fungsi neurotransmiter secara langsung. Dalam keadaan
normal, hormon tiroid berpengaruh terhadap metabolisme jaringan, proses oksidasi jaringan,
proses pertumbuhan, dan sintesa protein. Hormon tiroid ini berpengaruh ke semua sel dalam
tubuh melalui mekanisme transport asam amino dan elektrolit dari cairan ekstra seluler ke
dalam sel, aktivasi/sintesa protein enzim dalam sel dan peningkatan proses-proses
intraseluler.
B. Hormon Tiroid
Hormon yang terdiri dari asam amino yang mengawal kadar metabolism Penyakit
Grave, penyebab tersering hipertiroidisme, adalah suatu penyakit otoimun yang biasanya
ditandai oleh produksi otoantibodi yang memiliki kerja mirip TSH pada kelenjar tiroid.
Otoantibodi IgG ini, yang disebut immunooglobulin perangsang tiroid (thyroid-stimulating
immunoglobulin), meningkatkan pembenftukan HT, tetapi tidak mengalami umpan balik
negatif dari kadar HT yang tinggi. Kadar TSH dan TRH rendah karena keduanya berespons
terhadap peningkatan kadar HT. Penyebab penyaldt Grave tidak diketahui namun tampaknya
terdapat predisposisi genetik terhadap penyakit otoimun, Yang paling sering terkena adalah
wanita berusia antara 20an sampai 30an.
Gondok nodular adalah peningkatan ukuran kelenjar tiroid akibat peningkatan
kebutuhan akan hormon tiroid. Peningkatan kebutuhan akan hormon tiroid terjadi selama
periode pertumbuhan atau kebutuhan metabolik yang tinggi misalnya pada pubertas atau
kehamilan. Dalarn hal ini, peningkatan HT disebabkan oleh pengaktivan hipotalamus yang
didorong oleh proses metabolisme tubuh sehingga disertai oleh peningkatan TRH dan TSH.
Apabila kebutuhan akan hormon tiroid berkurang, ukuran kelenjar tiroid biasanya kembali
ke normal. Kadang-kadang terjadi perubahan yang ireversibel dan kelenjar tidak dapat
mengecil. Kelenjar yang membesar tersebut dapat, walaupun tidak selalu, tetap
memproduksi HT dalm jumlah berlebihan. Apabila individu yang bersangkutan tetap
mengalami hipertiroidisme, maka keadaan ini disebut gondok nodular toksik. Dapat terjadi
adenoma, hipofisis sel-sel penghasil TSH atau penyakit hipotalamus, walaupun jarang.
C. Tanda dan gejala
1. Cepat lelah
2. Gemetar
3. Kulit lembab
4. Berat badan menurun
5. Nafsu makan meningkat
6. Palpitasi (jantung berdebar)
7. Takikardi (denyut jantung cepat > 100x/i)
8. Keringat banyak
9. Tekanan darah meningkat
10. Rambut rontok
11. Tidak tahan panas
12. Menstruasi tidak teratur
13. Pertumbuhan payudara pada laki-laki
D. Faktor resiko
1. Terjadi lebih banyak pada wanita dari pada laki-laki
2. Biasanya terjadi pada usia sekitar 30-40 tahun
3. Post trauma emosional
4. Peningkatan stres
E. Pathway hipertiroidisme
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kasus
Ibu H (35th) di rawat di rumah sakit dengan keluhan nyeri di daerah leher anterior dan
terjadi inflamasi pada kelenjar tiroid. Keluarga mengatakan : klien mengalami penurunan
konsentrasi dan penurunan berat badan yang mencolok. Kondisi saat ini klien cemas, iritabel
dan sulit untuk bersikap duduk tenang. Hasil pemeriksaan TTV TD : 140/80 mmhg, HR :
110x/mnt, RR : 28x/mnt ,Suhu : 38C, terjadi peningakatan serum T3 dan T4. Klien
terlihat selalu berkeringat,kulit teraba hangat dan berwarna kemerahan,ektremitas teraba
dingin, mata terlihat menonjol seperti orang terkejut (exopthalmos), BB : 44 kg Tb : 164 cm.
1. Pengkajian
Data Subyektif
1. Ibu H (35 tahun) di rawat di rumah sakit dengan keluhan nyeri di daerah leher
anterior dan terjadi inflamasi pada kelenjar tiroid.
2. Keluarga pasien mengatakan pasien mengalami penurunan konsentrasi dan
penurunan berat badan yang mencolok.
Data Obyektif
1.
2.
3.
4.
Kondisi pasien ini pasien cemas, iritabel, dan sulit untuk bersikap duduk tenang
TTV TD : 140/80 mmHg, HR : 110 x/menit, RR : 28 x/menit S : 38C
Terjadi peningkatan serum T3 dan T4
Pasien terlihat selalu berkeringat, kulit terasa hangat dan berwarna kemerahan,
Problem
Nyeri Akut
Etiologi
Agens cidera fisik
Symptom
DS : - Ibu H (35 th) di rawat di RS
akibat inflamasi
T:2.
3.
Ketidakseimbanag
Ketidakmampuan
n nutrisi kurang
mengabsorpsi
dari kebutuhan
makalan akibat
tubuh
hipermetabolisme
Kekurangan
volume cairan
cairan akibat
inflamasi dari
mendadak
DO : - TTV Suhu : 38C, HR : 110
kelenjar tiroid
4.
Hipertermi
Peningakatan laju
metabolisme akibat
kelenjar tiroid
: 110 X/mnt
- Kulit terasa hangat, iritabel
- Kulit bewarna kemerahan
Ketidakefektifan
(hipertiroid)
Hiperventilasi
pola nafas
akibat dari
inflamasi dari
5.
x/mnt RR : 28x/mnt
DS : DO : -TTV S : 38 C, RR : 28x/mnt, HR
hipermetabolisme
kelenjar tiroid
3. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubunagan dengan Hiperventilasi akibat dari
hipermetabolisme kelenjar tiroid di tandai dengan :
DS : - Ibu H (35th) di rawat di RS dengan inflamasi pada kelenjar tiroid
DO : - RR : 28x/menit
2. Kekurangan volume cairan berhubunagan dengan Kehilangan volume cairan akibat
inflamasi dari kelenjar tiroid di tandai dengan :
DS : - Keluarga pasien mengatakan pasien mengalami penurunan BB secara
mendadak
DO : - TTV Suhu : 38C, HR : 110 x/mnt RR : 28x/mnt
3. Nyeri Akut berhubungan dengan Agens cidera fisik akibat inflamasi pada kelenjar
tiroid di tandai dengan :
DS : - Ibu H (35 th) di rawat di RS dengan keluhan nyeri di leher anterior dan terjadi
inflamasi pada kelenjar tiroid
- Keluarga pasien mengatakan pasien mengalami penurunan konsentrasi
DO : - Kondisi saat ini pasein resah dan sulit untuk bersikap duduk tenang
NIC
Termoregulasi
- monitor suhu
setiap 2 jam
sekali,dengan benar
- monitor tekanan
darah,denyut nadi dan
pernafasan dengan
Thermoregulation
benar
- monitor warna
0800
Rasional
Untuk menegtahui sejauh
mana suhu bisa kembali
normal
Untuk mengetahui
TTVnya sudah kemabali
normal atau belum
Agar mengetahui apakah
normal (34,6-37,4C)
(skala 4)
- Iritabilitas bisa
teratasi (skala 2)
- Warna kulit bisa
kembali normal
- Gunakan selimut
kasur hanagat-dingin
untuk menyesuaikan
suhu tubuh
(cokelat) (skala 3)
- Ajarkan indikasi
- Respiratory kembali
dari hipertermi dan
normal 16-24x/mnt
atau belum
Karena selimut yang
dingin bisa membantu
penurunan suhu yang
tinggi,dan sebaliknya
(skala 4)
- Denyut nadi
kembali normal (60-
penatalaksanaan
darurat dengan benar
(di kompres)
100x/mnt) (skala 4)
- Suhu kulit menurun
- Kolaborasiakan
4)
memberikan obat
antipiretik
(paracetamol) dengan
dosis : 250mg di
minum 1x/8jam
5.
Implementasi
1. Perawatan 2 hari
2. Memonitor suhu setiap 2 jam sekali dengan benar
3. Memonitor tekanan darah,denyut nadi dan pernafasan dengan benar
4. Memonitor warna kulit dan suhu kulit
5. Menggunakan selimut hangat-dingin untuk menyesuaikan suhu tubuh
6. Mengajarkan kepada pasien dan keluarga untuk indikasi dari hgipertermi dan
penatalaksanaan darurat dengan benar (di kompres)
7. Mengkolaborasikan dengan dokter untuk memberikan obat antipiretik (paracetamol)
dengan dosis 250mg di minum 1x/8jam
BAB IV
EVIDENCE BASED
BAB V
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Yunitawati, Diah, dkk. 2014. Konseling Psikologi dan Kecemasan pada Penderita Hipertiroid di
Klinik Litbang Gaki Magelang. Magelang