Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Tapi kadang waktu gaul dengan orang tertentu, omongan kita nyinggung dia, trus dia sakit
hati ato marah. Kayaknya, yang lebih pas, kunci bergaul dengan banyak orang itu, kita
jangan banyak omong.
Omongan cuma yang perlu-perlu aja
Terjadinya kesinggung tu biasanya dari candaan-candaan dan ucapan-ucapan kurang
berguna.
Emang bener nasihat ulaman jaman dulu, katanya diam itu emas. Emang orang yang
banyak diam itu bisa jadi emas. Ya Cuma diamnya bukan diam cuek, tapi diam aktif, yaitu
aktif mendengarkan dan berusaha mengerti orang lain. Dengan mengerti orang lain,
seseorang akan lebih mudah dimengerti oleh orang lain.
Kalo aku coba sosialiasi jika belanja ke suatu tempat. Ke penjual alat tulis misalnya,
kemarin aku menjalin keakraban dengan seorang bapak. Aku membawa beberapa butir
duku, lalu kuberikan kepadanya!
Trus ada anak kecil, SD yang entah mau beli apa. saya ajak dia ngobrol menanyakan ini itu
kepadanya, dan dia mau menjawabnya.
Aku cuek dan gak mau peduli apa kata orang dengan tingkahku.
Aku hanya mau asik-asikan dalam bergaul
Menurutku, semua orang itu menyenangkan
Jika aku menjalin keakraban dengan semua orang, rasanya hidupku akan lebih sehat!
Kita adalah manusia-manusia akhirat. Hidup melata di muka bumi ini bukan untuk
mencari harta kekayaan dunia, melainkan untuk mencari kebahagiaan di akhirat. Dan yang
akan menjadikan kita bahagia di akhirat hanyalah ridho Alloh. Maka ridho Alloh saja yang
utama. Para ahli sufi mengatakan, dimasukkan ke neraka sekalipun, jika sambil
mendapatkan ridho Alloh, maka api neraka tidak akan menjadi masalah.
Dunia Alloh berikan kepada kita bukan untuk dicintai, dipeluk disayang-sayang,
namun untuk dibelanjakan di jalan Allohdigunakan semaksimal mungkin untuk ibadah,
untuk mencari keridhaan Alloh. Orang-orang yang mencintai dunia dan menjadikan dunia
tujuan pencariannya adalah orang-orang yang tertipu. Kebodohan telah membutakan mata
lahir dan mata hatinya. Dia tidak mau mempelajari kehidupan, seringkali orang begitu
menyeyangi hartanya dan kehidupannya sangat melarat, namun seringkali orang tidak
sayang dengan hartanya, banyak memberi dan bersedekah, namun kekayaan seakan terus
membanjir kepadanya, seperti tidak pernah ada habisnya. Dia tidak mengerti, bahwa semua
kekayaan dunia di langit dan di bumi milik Alloh, dan Sang Pemilik memerintahkan
manusia harus menginfakkanya.
Tujuan dia hanyalah dunia. Padahal akhiratlah tempat pulang dia sesungguhnya.
Dia tertipu oleh dunia.
Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami
berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka
di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat,
kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan
sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan. (Hud: 15-16)
Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu:
"Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" Anda merasa berat dan ingin tinggal di
tempatmu? Apakah Anda puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di
akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan)
diakhirat hanyalah sedikit. (Attubah: 38)
Barangsiapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi), karena di
sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.(Annisa: 134)
Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki.
Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding
dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit). (Arradu 26)
Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah
keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami
berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu
bahagianpun di akhirat. (Asy-Syuuro: 20)
Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka.
Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka
tidakkah Anda memahaminya? (Al-Anam: 32)
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan
suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara Anda serta berbanggabanggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya
mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan Anda lihat warnanya
kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan
dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan
yang menipu. (Al-Hadiid: 20)
Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air
hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan
di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh
angin. Dan adalah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Al-Kahfi: 45)
Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika
Anda beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan pahala keppadamu dan Dia tidak
akan meminta harta-hartamu. (Muhammad: 36)
Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang mukmin dan beramal saleh ke
dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Dan orang-orang kafir bersenangsenang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. Dan jahannam adalah
tempat tinggal mereka. (Muhammad: 12)
Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh
angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka).
(Al-Hijr: 3)
...dan semuanya itu tidak lain hanyalah kesenangan kehidupan dunia, dan
kehidupan akhirat itu di sisi Tuhanmu adalah bagi orang-orang yang bertakwa. (AzZukhruf: 35)
Maka sesuatu yang diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan hidup di dunia; dan
yang ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan
hanya kepada Tuhan mereka, mereka bertawakkal. (Asy-Syuroo: 36)
(yaitu) orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia dari pada kehidupan
akhirat, dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan
Allah itu bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh. (Ibrahim: 3)
Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara)
dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal. (Al-Mukmin: 39)
Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah
kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai
menipu, memperdayakan Anda tentang Allah. (Faathir: 5)
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu: "Jika Anda sekalian mengingini
kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut'ah dan
aku ceraikan Anda dengan cara yang baik. (Al-Ahzab: 28)
Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada
hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula)
menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah
sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan)
memperdayakan Anda dalam (mentaati) Allah. (Luqman: 33)
Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka
tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai. (Arruum: 7)
Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan
sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui. (AlAnkabuut: 64)
Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orangorang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti
apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai
keberuntungan yang besar".Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan
yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan
beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang- orang yang sabar". (AlQoshosh: 79-80)
Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya
ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada
ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk
orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan
(derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa
nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika Anda menghalaunya
diulurkannya lidahnya dan jika Anda membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga).
Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka
ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. (Al-Arof: 175-176)
Ini sebuah keanehan, namun inilah yang terjadi. Saya pernah berkenalan dengan
seorang, badan tinggi besar, wajah putih bersih, tampak gagah dan sehat. Kesehariannya
santai sekali, hanya berkunjung ke sana ke mari, sillaturrahmi, berbagi nasihat kepada
orang lain, dan sungguh tak terkira, ternyata istrinya dua, kendarannya layak, anakanaknya sehat, dan uangnya cukup. Waktu itu sayasedang berjualan buku, dan dia membeli
dua buah buku sekaligus. Dia tidak banyak pusing mengurus perusahaannya, sebaliknya dia
santai. Dia biarkanperusahaannya diurus orang lain. Sementara dia sendiri, hanya
menerima dan menerima uang saja, dia menasihati saya supaya banyak melakukan shalat
malam.
Saya kira ini sebuah kehidupan aneh, yang tak mungkin dijalani kecuali oleh orang
sakti. Namun orang ini, sama sekali bukan orang sakti, bukan pula seorang yang punya
keistimewaan, selain bahwa orang ini hanya mengabdikan hidupnya hanya kepada Alloh,
bagus ibadahnya, lurus bicaranya, baik kepada anak istrinya, dan ya itu tadi, dia senang
menjalin sillaturrahmi. Dia mengabdikan hidupnya hanya kepada Alloh, maka dunia Alloh
jadikan mengabdi kepadanya.
Seorang motivator mengatakan, jika seseorang senantiasa memelihara dirinya dari
dosa, maka Alloh akan mengambil alih seluruh kehidupannya, dan keajaiban-keajaiban
akan datang kepadanya. Itu karena sesungguhnya tujuan awal manusia diciptakan adalah
untuk dimuliakan dan dimanjakan. Setelah Nabi Adam diciptakan, Alloh langsung
memulikannya dengan menyuruh para malaikat sujud kepadanya. Kemudian Nabi Adam
Alloh masukkan ke dalam surga yang di dalamnya dia bisa mendapatkan apapun yang dia
inginkan. Namun kemudian Nabi Adam berbuat dosa, maka dia diturunkan ke bumi dan
mendapatkan kehidupan yang tidak lagi dimuliakan dan dimanjakan. Demikianlah yang
terjadi pada kebanyakan manusia, semakin dia banyak berbuat dosa, semakin banyak
kesusahan hidupnya, tetapi semakin seseorang berusaha memelihara diri dari dosa,
semakin dia berusaha mengisi kehidupannya dengan ibadah dan ibadah, dan menjadikan
sepanjang hari dan malamnya untuk ibadah, maka akan Alloh jadikan kehidupannya serba
mudah.
Salah satu bagian dari dunia adalah wanita. Tanpa bermaksud merendahkan wanita,
Al-Qur'an menyebutkan wanita sebagai satu bagian yang sangat lelaki inginkan di samping
kuda, kebun, emas dan perak. Ini sedikit menunjukkan pertanda bahwa, di hadapan
seorang laki-laki, wanita banyakkesejajarannya dengan harta benda dunia.
Berdasarkan asumsi itu, saya ingin memaparkan sebuah pelajaran unik dari seorang
playboy. Menurut si playboy, setelah dia melakukan penelitian sekian tahun, mengejar
wanita
dengan
cara
banyak berkorban,
banyak
memberi,
banyak
menyanjung, ternyata tidak pernah ada manfaatnya. Melayani wanita, memujinya dan
menyanjung-nyanjungnya malah bisa membuat dia berbuat seenaknya kepada laki-laki,
balik memandang rendah, dan bertingkah seenaknya.
Seringakali seorang lelaki rela menjadi jongosnya, menjadi pembantunya, supirnya
dan menjadi malaikat yang memenuhi segala keinginannya, namun kemudian si wanita
idamannya malah lari kepada lelaki lain, kemudian lelaki yang banyak berkorban ini
menjadi prustasi dan dendam kepada si wanita. Ini terjadi, karena, kata si Playboy,
mengabdi kepada si wanita dan banyak menyanjungnya tidak akan ada manfaatnya.
Kita mengira wanita akan terpikat dengan kita dengan banyak menyanjung dan
banyak memberi kepadanya, karena kita berpikir dengan logika, sedang wanita lebih
banyak berpikir dengan emosional, dan kebanyakan logika bertentangan dengan emosi.
Kata si Playboy, hal-hal yang kita pikir bisa menarik hati wanita, seperti
memberikan segalanya, membiarkan wanita untuk memutusan, selalu mengalah walau
wanita salah, wanita mendominasi pria, tidak pernah mentertawakan wanita, menunjukan
cinta yang luar biasa, sangat setia dengan wanita, memuji dan memuja wanita, memberi
tanpa meminta, menurut dan mengikuti mau wanita, selalu ingin berada disamping wanita,
kadang justeru membuat mereka menjauh. bahkan kebalikan dari itu, seorang wanita akan
tertarik justeru jika seorang laki-laki memberikan sedikit demi sedikit, pria yang selalu
memutuskan, tidak pernah mengalah dan sedikit egois, wanita mengikuti pria, sering
mentertawakan wanita, tidak peduli soal menunjukan cinta, membuat wanita takut
kehilangan, memuji lalu sedikit mengejek, memberikan dan menuntut kembali, menantang
dan menyuruh, selalu sibuk untuk bisa disamping wanitapendeknya semua hal yang
menurut logika kita bisa menarik wanita, ternyata kata si Playboy, justeru inilah yang bisa
membuat para wanita tertarik.
Saya akan mengira ini hanyalah sebuah celotehan playboy yang jauh dari kebenaran
seandainya aku tidak pernah membaca sebuah kalimat bijak dari kitab Imam Ghazali.
Dalam kitabnya Ihya Ulumuddin, ketika membahas nikah, Imam Ghazali mengutip sebuah
perkataan ahli hikmah:Dua orang yang jika kita merendah di hadapannya , justeru dia
makan merendahkan kita, pertama orang awam, dan kedua, wanita. Pertama kali
membaca kata hikmah ini, saya tidak terlalu percaya, namun setelah membaca temuan
playboy di atas, saya jadi sedikit menghargai pendapat itu.
Kesimpulannya, jika merendahkan diri kepada wanita takkan membuat mereka
tertarik, dan sebaliknya, justeru sukap meninggikan dirilah yang banyak memberi manfaat
maka sepertinya, demikian halnya dalam memperlakukan harta benda dunia, karena,
sebagaimana telah saya sebutkan di atas, status harta benda dunia bisa disejajarkan dengan
wanita. Ialah bahwa merendahkan diri di hadapan dunia malah membuat dunia itu
menjauh, namun sebaliknya meninggikan diri di hadapan dunia, malah menjadkan dunia
itu mendekat.
Dalam kehidupan pun, kita bayak melihat, orang yang merendahkan diri di hadapan
dunia, menjadi pelayannya dan menghamba kepadanya, kehidupannya tetap biasa-biasa
saja bahkan dari waktu ke waktu, keadaannya tetap susah, namun sebaliknya, orang yang
bersikap tidak peduli kepada dunia, memandang dunia rendah, berusaha meraihnya tanpa
terlalu menginginkannya, justeru orang seperti inilah yang dunianya melimpah.
Seorang pemancing, sebelum memancing ikan, dia harus lebih dahulu tahu
bagaimana sifat ikan, apa kesukaan ikan, dan umpan apa yang bisa digunakan supaya
mendapatkan ikan.
Demikian juga, siapapun yang ingin meraih kekayaan dunia, harus mengerti dulu
sifat dunia, dan bagaimana sifat dunia sesuai yang Alloh terangkan dalam kitab suci?
Dunialah yang tercipta untuk manusia, bukan manusia yang tercipta untuk
dunia. Manusia tercipta hanya untuk ibadah, itulah jalan lurus yang harus dilaluinya.
Adapun dunia, jika manusia sungguh-sungguh menjalani hidupnya dalam bingkai ibadah,
dunia akan mengabdi kepadanya.
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk Anda dan Dia
berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu.(Al-Baqoroh: 29).
Seorang motivator mengatakan: Apa-apa yang datang pada diri Anda, jika Anda
sudah masuk ke dalam zona Alloh, maka seluruhnya adalah urusan Alloh SWT.
Sesungguhnya dia mengatakan, jika kita jalan hidup yang kita pilih adalah pengabdian
kepada Alloh, maka dunia akan Alloh buat tunduk kepada kita. Kebutuhan apapun yang
terlintas dalam pikiran kita, maka dunia akan datang dengan mudah kepada kita, layaknya
kemudahan yang dirasakan Nabi Adam saat dia masih di surga.
Namun dalam kenyataanya, banyak sekali manusia yang malah menghambakan
dirinya kepada dunia. Maka dialah yang mengejar dunia, berjuang untuknya,
mengorbankan dirinya, hartanya, dan waktunya untuk mendapatkan dunia, dan resiko
untuk orang seperti ini adalah kelelahan dan kehinaan. Dia terus mengejar dunia,
dan karena itu dia harus rela, sebab dunia,bukannya mendekat, namun dunia itu malah
menjauh.
Mungkin
karena
seseorang
itu
adalah
dunia,
yang
mendekat
pandangan sayamerendahkannya, dan menjauh ketika saya meninggikannya.
jika
Seringkali juga, ketika rasa sayang saya dengan uang berkurang, dan keyakinanku
kepada Alloh bertambah, dan yakin hanya Alloh saja Yang Agung sedangkan harta kekayaan
dunia ini hina, seringkali dunia itu datang kepada saya, dan uang saya menjadi banyak. Ini
semua pertanda jelas, bahwa rumus hidup paling ampuh, hanyalah berasal dari agama.
Kitab suci yang Alloh turunkan, adalah sebenar-benarnya kebenaran.
Kitab suci mengajarkan, yang harus diingat itu hanya Alloh, bukan yang lainnya.
Seharusnya pikiran ini hanya digunakan untuk mengingat Alloh, dan biarkanlah hal lainnya
tidak usah dipusingkan. Dunia dengan sendirinya akan datang jika Alloh berkehendak
mendatangkannya. Belajarlan untuk mengingat Alloh, jangan terlalu membebani otak,
ringan sajalah mengaji hanya untuk mengingat Alloh, dan biarlah nanti Alloh menurunkan
ilmu-Nya kepadamu dengan kehendak-Nya. Tak usah pusingkan bagaimana caranya
mencari uang, senangkan saja pikiranmu dengan mengingat Alloh dan bekerja karena
Alloh, dan biarlah Alloh nanti mendatangkan uang kepadamu dengan cara-Nya.
Banyak orang terlalu memusingkan duniawi, sehingga niat dalam setiap langkahnya
hanya melulu untuk meraih duniawi, padahal duniawi akan mengejar, manakala di hati
orang hanya ada keinginan menggapai ridha Alloh.
Kini saatnya kita memurnikan niat. Segala pemberian dan pengorbanan tidak akan
bernilai sedikit pun di sisi ALLOH, melainkan jika dikerjakan dengan ikhlash, hanya
mengharap rido-Nya. ALLOH tidak memerintahkan kita melainkan supaya kita beribadah
kepada-Nya dengan memurnikan niat.
Jangan sampai pemberian kita sia-sia, jangan sampai kita sedekah hanya karena
mengharapkan sesuatu yang akan sirna. Balasan uang, kekayaan, pujian manusia, tidak
usah menjadi tujuan, bahkan tidak boleh sama sekali. murnikan saja niat hanya karena
ingin mendapatkan cinta-Nya, ridho-Nya, dan lakukanlah semuanya sebagai persembahan
kepada-Nya.
Memang sebelumnya saya menyampaikan kepadamu, jika Anda ingin kaya, Anda
harus senang memberi. Itu saya sampaikan hanya supaya Anda rasakan betapa
berlimpahnya rezeki setelah memberi. Itu saya sampaikan supaya Anda merasakan
keajaiban memberi. Supaya Anda yakin, bahwa Alloh itu benar-benar membalas, bahwa
janji-Nya adalah benar dan nyata, dan supaya Anda yakin, baahwa setiap perintah Alloh,
bisa memberi kebaikan pada manusia.
Adapun sekarang, setelah Anda yakin, setelah Anda merasakan dan
membuktikannya, saatnya saya mengajak Anda memurnikan niat, hanya untuk ibadah
karena Alloh saja, supaya apa yang Anda lakukan, benar-benar mengundang ridho-Nya, dan
Anda merasakan balasannya hingga di akhirat kelak.
Sudahlah, lupakan keuntungan-keuntungan duniawi! Buang saja ambisi meraih
kekayaan. Biarlah itu menjadi urusan ALLOH. Biarkan saja Dia memberi kepada kita
sekehendak-Nya, dan tidak usah dipusingkan. Memberilah hanya untuk ibadah. Kekayaan
dunia akan datang dengan sendirinya, bahkan mengejar Anda, jika Anda menjalani hidup
ini hanya untuk mencari keridhoann-Nya.
Kepada orang yang merasa dirinya miskin, yang selalu merasa kekurangan harta,
hingga sampai-sampai begitu pelit memberi, hendaklah dia bertanya kepada dirinya,
apakah dia mengira tidak ada yang berkuasa atas dirinya. Apakah dia mengira semua rizki
yang dia nikmati kini hasil usahanya. Mengapa dia ragu berinfak, menolong orang lain,
apakah dia mengira rizkinya itu ada karena kekuatan dirinya. Apa dia tidak tahu semua
yang dia dapatkan dan dia miliki sekarang itu sesungguhnya dari Alloh.
Orang yang telah berinfak dengan uang beberapa rupiah saja berkata, aku telah
mengeluarkan uang yang banyak.
Lha sedikit saja dianggap banyak, apa dia tidak tahu Dzat Yang Maha Kaya itu
melihat, apa dia tidak malu?
Seharusnya dia jangan merasa miskin. Seharusnya dia sadar, bahwa Alloh telah
menjadikan untuknya dua mata, yang dengan mata itu dia bisa melihat segala kekayaan
Alloh, di semesta, di dirinya, yang dengan mata itu dia bisa membaca, menulis, dan belajar
sebanyak-banyaknya, meraih ilmu sebanyak-banyaknya lalu dengan ilmunya meraih
sebanyak-banyaknya rezki.
Seharusnya dia sadar Alloh telah memberikan untuknya lidah dua bibir, yang
dengan keduanya, dia bisa mengajarkan orang lain bagaimana meraih kekayaan, yaitu
dengan berinfak, dengan lidah dan dua bibir itu dia bisa mengajarkan orng lain ilmu-ilmu.
Dan Alloh telah memberikan untuknya dua jalan.
Dalam terjemahan Al-Quran, dua jalan ini adalah jalan kebajikan dan kejahatan,
aku tak tahu, Alloh Maha Tahu maksud yang sebenarnya.
Maka tidakkan sebaiknya (dengan hartanya itu) dia menempuh jalan mendaki lagi
sukar?
Tahukah Anda apakah jalan mendaki lagi sukar itu?
Yaitu melepaskan budak dari perbudakan.
Ketika membaca surat Al-Balad ini, dan sampai pada ayat ini, saya merenung, apa
yang bisa kulakukan untuk memerdekakan hamba sahaya, sedangkan hamba sahaya di
negeriku tidak ada, hingga aku teringat, ternyata jika ditelusuri, banyak sekali hamba
sahaya itu. Antara lain orang yang terjerat kerja di tempat-tempat haram, dan dia tidak rela
dirinya kerja di sana. Mereka sebenarnya tengah diperhamba dalam keterpaksaan.
Seharusnyalah mereka kupikirkan, bagaimana caraya supaya mereka keluar dari sana dan
kuberikan pekerjaan yang halal yang menyenangkan bagi mereka.
Alangkah sulitnya itu. Pantas jika Alloh menyatakan itu sebagai jalan mendaki lagi
sukar. Namun ada lagi pilihan berikutnya, yaitu memberi makan pada hari kelaparan. Tapi
kapan hari kelaparan itu terjadu. Kukira esensinya adalah memberi makan orang yang
lapar, kapanpun itu terjadi.
Dan ada lagi, memberi anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau orang miskin
yang sangat fakir.
Aku harus melakukan itu dan aku harus sanggup melakukannya, dan jika aku
sanggup melakukannya, minimal melakukan salah satunya, maka aku akan mendapatkan
sebuah keistimewaan seperti yang disebutkan Al-Quran :Kemudian jadilah ia termasuk
orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan berpesan untuk
berkasih sayang.
Nanti, jika aku telah menjadi seorang yang dermawan, membelanjakan harta untuk
orang-orang di atas, misalnya anak yatim dan orang-orang yang sangat faqir, maka aku
akan menjelma menjadi orang seorang pembicara hebat yang menyeru kepada orang lain
supaya sabar, supaya bertahan, supaya selalu berpikir baik, supaya orang lain bersemangat,
supaya orang lain terus berjuang, supaya orang lain tidak cengeng, merangsek terus
menggapai cita-citanya, tidak pedulikan penderitaan duniawi, menabrak segala rintangan,
dan aku akan menjadi pembicara yang menyerukan kasih sayang, perdamaian, cinta dan
persaudaraan.
Begitu gampangnya tangga untuk mencapai ke sana, hanya dengan memberi kepada
orang-orang yang kekurangan, kepada anak yatim dan orang-orang miskin.
Mereka itulah golongan kanan. Golongan orang yang yakin kepada Alloh, orangorang yang tidak ragu menggapai kebaikan, walau pun di luar nalar, orang-orang yang
sangat yakin kepada Alloh.
Akan tetapi orang yang kafir kepada ayat-ayat Alloh, tidak percaya bahwa dengan
berinfak akan menggapai kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat, mereka adalah
golongan kiri, yang jika berbuat baik, selalu banyak mikir, banyak pertimbangan hingga
akhirnya gagal dan tidak melakukannya.
Mereka berada dalam neraka yang ditutup rapat, kehidupannya selalu panas,
gelisah, takut, tersiksa, dan terus-menerus terkurung dalam kehidupan seperti itu.
Mau pilih mana terserah kita. sebagai orang berakal, tentunya kita memilih
kehidupan terbaik.
Dan sesungguhnya telah tetap janji Kami kepada hamba-hamba Kami yang menjadi
rosul, (yaitu) sesungguhnya mereka itulah yang pasti mendapat pertolongan. Dan
sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menang (Ash Shaafaat: 171-173).
Ayurveda adalah ilmu kesehatan tradisional yang berasal dari India. Prinsip-prinsip
penyembuhan ayurveda kini mulai dipelajari kedokteran modern. Dan ilmu ini
mendasarkan pada keyakinan, bahwa kebenaranlah yang pasti menang.
Orang lain mencari kekayaan dengan cara mengejarnya, kita mencari kekayaan
dengan berusaha memberikannya. Orang lain berusaha sekuat tenaga siang malam
meraihnya, kita mengejar kekayaan dengan menginfakkannya. Kita pakai kekayaan kita
hanya untuk mengabdi kepada Alloh, hanya untuk ibadah, hanya untuk menolong orang
yang membutuhkan, memberi makan orang yang kelaparan, mencukupi orang yang
kekurangan, dan kita yakin, cara yang kita jalankan inilah yang pasti menang.
Allohlah yang akan menolong kita, mempercayakan kepada kita harta yang lebih
baik, lebih berkah, dan lebih banyak lagi dari kekayaan-Nya yang tidak terbatas.
Ini hidup di jalan Alloh, dan orang yang hidup di jalan Alloh pasti mendapatkan
kemenangan. Telah beberapa kali Alloh menjaminnya dalam Al-Qur'an. Jika Anda
termasuk orang yang ragu bahwa dengan menjadi manusia pemberi Anda akan
mendapatkan kekayaan, bacalah kembali ayat di atas, dan yakinlah, orang yang berjalan di
jalan Alloh akan mendapatkan kemenangan.
Aku ingin kaya dengan berinfak, supaya nanti aku bisa dengan mudah mengajak
orang lain untuk berinfak, untuk lebih murah hati kepada orang miskin, untuk tidak lagi
menyayangi hartanya, dan untuk berbuat baik kepada sesamanya. Bantu aku Teman!
Aku ingin mereka bahagia dengan melepaskan cinta dunia, aku ingin menjadi orang
yag murah hati kepada sesama. Aku ingin menjadi orang yang yakin semuanya milik Alloh,
walau pun aku pelit memberi, semuanya akan kembali kepada Alloh. Bantu aku Teman!
Betapa bahagianya kehidupan Anda jika pikirkan setiap saat hanyalah memberi.
Bertemu dengan siapapun, yang Anda ingat dan Anda inginkan hanya memberi. Maka Anda
menyambut orang lain dengan antusias. Tamu yang datang Anda sambut gembira, Anda
beri wajah cerah, sambutan, dan kata-kata yang baik. Kalau punya makanan, Anda berikan
makanan Anda, kalau punya minuman, Anda berikan minumanmu. Terus saja Anda
pikirkan apa yang bisa Anda berikan kepada si tamu, apa yang bisa membahagiakannya,
tanpa pernah sedikit pun terpikir untuk mendapatkan sesuatu dari si tamu. Seperti
matahari, Anda hanya ingin memancarkan sinar, seperti gunung, Anda hanya ingin
mengalirkan air, tanpa pernah mengharapkan pengembalian, sebab Anda tahu, sebab Anda
yakin, Anda hanya akan mendapatkan kebutuhanmu dari Alloh.
DOBRAKLAH KETIDAKMUNGKINAN
Ketidakmungkinan adalah berhala-berhala raja nambrud yang menjadikan orangorang lemah pada zaman itu takluk pada kesesatan. Kita berdiri, berangkat bersama
Ibrahim, dan hancurkan berhala-berhala itu. Kita hancurkan ketidakmungkinanketidakmungkinan itu.
Ketidakmungkinan adalah kotak besi yang membuat kita terkurung tidak bisa
melihat alam yang sangat luar dan indah ini. Kita dobrak kotak besi itu, dan biarkan orang
yang semula mentertawakan keyakinan kita mulutnya menganga melihat kesuksesan kita.
Jika malaikat bisa dibuat sujud di hadapan Nabi Adam, mengapa kita tidak buat
ketidakmungkinan itu sujud juga di hadapan kita. Jika Musa saja diberi kesanggupan
membelah lautan, mengapa kita tidak sanggup membelah ketidakmungkinan itu.
Mari kita belah, kita buka jalan, lalu kita berlari dengan aman dan nyaman, dan
orang-orang di belekang kita juga berjalan nyaman. Yakinlah, jalan hidup sebagai pemberi
ini sebuah jalan hidup yang indah. Takut, was-was, segan, dan perasaan mustahil, kita
tebas, kita buka jalan hidup baru, yang lebih nyaman, yang lebih menyenangkan, yaitu jalan
memberi, setelah selama ini, orang terantuk-antuk di jalan susah dan berbatu, yaitu jalan
kekikiran dan cinta dunia.
* * *
Perekonomian suatu negara akan maju pesat, jika setiap individu, punya orientasi
hanya menolong orang lain, membantu orang lain, dan tidak ada keinginan untuk serakah.
Orang yang menjual demi kepentingan menolong orang lain, membantu memenuhi
kebutuhannya, dan bukan uang yang dia jadikan tujuan utama, saya kira, dagang orang ini
akan maju pesat. Akan banyak pelanggan datang kepadanya.
Setiap pelanggan akan betah berjualan kepadanya, karena telah percaya, orang yang
dia belanjai bukan seorang yang mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya dengan
merugikan orang lain, namun seorang penolong, maka dia pun ingin membalas menolong,
dengan membelanjakan uang yang banyak kepada pedagang ini.
Pedagang ini istimewa sekali, ketika ada orang datang ke warungnya, ingin membeli
sebuah barang, dan ternyata orang yang membeli itu keberatan dengan harganya, maka, si
penjual akan bertanya dengan ramah, memangnya mampu bayar berapa?
Dan jika di tangan pembeli hanya ada uang 20.000, si penjual itu berkata:Ambil
saja, harganya memang lima puluh ribu, tapi aku ingin menolong Anda, biarlah yang tiga
puluh ribu tidak usah dibayar, itu sedekah dariku untukmu. Kalau ada keperluan lagi,
datanglah lagi kemari, aku bahagia bisa menolong Anda.
Si penjual ini benar-benar tulus memberikan barangnya dengan harga murah jauh di
bawah harga modal sekalipun, di dalam hatinya niat sedekah. Kukira orang yang menjual
dengan konsep ini, dagangnya tidak akan gulung tikar. Bahkan akan maju, dan maju sangat
pesat sekali, dikarenakan:
1.
Dia suka menolong orang lain, dan karena itu dia akan ditolong oleh Alloh.
2.
Sedekah yang dia berikan akan mendapatkan balasan sepuluh kali lipatnya.
3.
Orang akan menjadi pelanggan setianya, karena percaya, keinginan si penjual ini bukan
uangm, tetapi ingin menolong, dan pembeli tidak akan khawatir dirinya dikeruk, diperas
dan dianiaya oleh penjual ini.
4.
Akan semakin banyak orang yang datang belanja kepadanya, karena penjual murah hati
seperti ini jarang sekali ditemui. Istimewa adalah salah satu modal kemajuan bisnis.
Bekerjalah, berbisnislah dengan oriantasi menolong orang lain.
Thursday, 14 March 2013
mendapatkan lebih banyak lagi, memberi lebih banyak lagi, dan kembali mendapatkan
lebih banyak lagibegitu seterusnya hingga uang yang ada dalam genggaman kita
melimpah ruah, dan dengan begitu kita menguasai kekayaan dunia. Dan jika kekayaan
sudah ada dalam genggaman kita, kita salurkan kekayaan itu untuk yang seharusnya, untuk
memuliakan anak yatim, untuk memberi makan orang-orang miskin. Kita gunakan untuk
meningkatkan mutu pendidikan masyarakat, membina manusia-manusia supaya berjiwa
pemurah, punya kasih-sayang dan baik kepada sesama.
Memang dengan sedekah ini kita menginginkan kekayaan dunia, namun tidak
sampai di sana, cita-cita kita jauh lebih tinggi dari itu. Kita menginginkan kekayaan supaya
kita bisa menguasai kekayaan itu, supaya nantinya kita gunakan untuk kemaslahatan
ummat. Supaya kekayaan itu hanya tercurah untuk kebaikan-kebaikan. Supaya jika
keuangan ada dalam genggaman kita, orang-orang yang suka menggunakan uang secara
salah, tidak leluasa lagi menggunakannya, melainkan mereka tergantung kepada kita, dan
jika sudah begitu, kita buat mereka tidak bisa berkutik lagi untuk menggunakan uangnya
untuk maksiat. Kita memberi kepada mereka, namun jika ketahuan mereka
menggunakannya untuk maksiat, kita hentikan pemberian kita kepada mereka.
Rasa pelitlah yang membuat kita terkungkung di kampung kita. Rasa pelit adalah
rantai baja bergembok raksasa yang membuat kita tidak bisa ke mana-mana. Lepaskanlah
rantai itu, bebaskan belenggumu dengan memberi. Tinggalkan dan jangan pernah kau lirik
lagi. Tutuplah sifat pelit itu dalam sebuah peti besi tebal, kuncilah dan lemparkan anak
kuncinya jauh-jauh. Kita pergi dan jelajahi dunia karunia Alloh ini, memasuki wilayahwilayah baru, kehidupan baru, orang-orang baru, suasana baru, dan pengalamanpengalaman baru.
Murah hati adalah sepasang sayap elang yang bisa mengembang dan mengepak,
membawa si burung tinggi menjelajahi udara seluas-luasnya, sebebas-bebasnya. Menuju
dunia luas, tempat dia bisa pergi kemana saja sesuka dia, menikmati alam baru,
menyaksikan pemandangan baru.
Sifat memberi ini sebuah misi yang akan diterima oleh seluruh dunia. Selama ini
dunia sesak dengan orang-orang yang inginnya hanya mendapatkan, maka banyak sekali
copet, koruptor, penjajah, pencuri, perampok, tukang tipu, dan banyak lagi kejahatan lain.
Dan selama ini dunia miskin dari orang yang senang memberi, senang berkorban. Dunia
sangat butuh dengan orang-orang seperti itu, maka seluruh dunia sangat membutuhkan
para penyeru yang mengajak manusia untuk cinta memberi. Jika kita tampil dengan penuh
keberanian, maka kita akan menjadi manusia yang sangat dibutuhkan.
Aku telah menikmatinya sendiri. Tatkala rasa pelit itu kulepaskan, memang pada
mulanya ada semacam kewaswasan, namun akhirnya, saya rasakan, saya bisa memasuki
dunia baru, pengetahuan baru, orang-orang baru, dan kehidupan baru. Perjalanan
menyenangkan, gemerlap kota dan kenikmatan makanan, orang-orang dari seluruh pulau
nusantara, kutemui setelah aku mencoba nekad untuk memberi. Kalau Anda mau
membaca, saya akan menceritakan kisah selengkapnya, hanya dalam cerita ini, saya
mengganti panggilan diri dengan kata aku supaya lebih pendek. Inilah kisahnya:
Orang berbadan besar itu sedang duduk di jalur suci. Jalur suci adalah semacam
jalan yang mempunyai saung di tengah komplek asrama pesantren. Kursi yang tampak
kekecilan dibanding demplon pantatnya. Dua orang sedang menemaninya ngobrol dan dia
menghadapinya dengan serius. Namun melihat kedatanganku, dia antusias menyambut.
Ada apa Jang? tanyanya.
Oh, gembiranya aku dipanggil ujang. Kayak bujangan lagi gitu. Padahal, sudah
beristri beranak. Hehe.
Kukatakan kepadanya ingin melihat data santri. Dia tanya mau apa dengan data itu.
Kujawab ingin melihat data anak yatim, aku ada rizki sedikit. Lalu dia katakan, anak yatim
itu telah ada walinya masing-masing, telah ada yang menanggungnya.Saran saya, supaya
epektif, berikan saja pada santri yang jelas-jelas kurang mampu, itu di bagian kebersihan.
Mendengar itu aku tertegun, sebab aku hanya ingin memberikan uangku kepada
anak yatim. Itu pun anak yatim dari para santri perempuan. Bukannya tidak ingin memberi
kepada santri laki-laki, namun sebagian mereka perokok dan aku khawatir mereka
membelikan uang itu untuk rokok. Aku tak rela, sedang jika uang itu kuberikan kepada
santri yatim perempuan, tidak munkin mereka membelikannya untuk rokok.
Kukatakan lagi pada Kang Ajid, orang berbadan besar itu, bahwa aku tetap ingin
memberi anak yatim. Namun dia kembali mengulangi sarannya, supaya apektif, lebih baik
uang diberikan kepada santri kurang mampu saja. Dan aku kalah ketika dia teriak
memanggil seorang santri ketua kebersihan. Dan aku pasrah. Biarlah, mudah-mudahan
memberi mereka pun besar pahalanya.
Dan ketika ketua kebersihan datang, kucium tangan Kang Ajid, mengikuti santri itu
menuju pondok kayu sederhana di pinggir sawah. Ketika masuk, di dalamnya banyak sekali
lemari. Itu lemari milik para penghuninya.
Si Ketua kebersihan mempersilahkanku duduk pada sebuah bangku kayu yang
dialasi tikar. Langsung kutanyakan kepadanya, berapa orang semuanya di sini?. Dia
katakan, dua belas orang.
Tidak keberatan jika aku titip pesan? tanyaku.
Tiba hari Senin, wakil kepala sekolah mengantarkanku ke kota dengan kijang coklat.
Derat-derit suara onderdilnya menyedihkan sekali. Aku kasihan kijang ini dibawa lari
kencang. Kami diburu waktu, jam sudah menunjukkan pukul delapan lebih, sedang aku,
harus sampai di Jakarta sebelum pukul 4.00 sore. Jika terlambat, bisa gagal acaraku. Sebab
salah satu syarat mengikuti acara itu aku harus mendapatkan kartu undangan dari loantai 8
Kementerian Agama. Tanpa kartu undangan itu aku takkan bisa memasuki hotel. Kartu
undangan itu sebagai tanda bahwa aku sah bisa mengikuti seminar.
Tiba di terminal, sebelum naik bis, wakil kepala sekolah memberiku uang tiga ratus
lima puluh ribu. Tak kusangka, padahal ke Jakarta, bolak balik, cukup dengan uang seratus
ribu. Atau paling banyak seratus lima puluh ribu. Di dalam mobil aku menangis, ingat
kemurahan Alloh kepadaku.
Alhamdulillah, aku tiba di lantai 8 Kementerian Agama sebelum pukul 4.00. surat
undangan itu kudapatkan, dan aku menuju hotel.
Hotel? Aku menuju hotel? Kalau tidak salah, inilah kali pertamanya aku menginap di
hotel.
Kukira, hotel Jakarta bukanlah hotel sembarangan. Paling tidak lima tingkat denan
fasilitas turun naik pake lip. Dan ternyata, lebih dari yang kuduga. Hotel yang kudatangi itu
sebuah hotel dengan tarip mahal. Seratus ribu per jam. Setidaknya aku akan dua hari
tinggal di sana, maka berate aku akan tinggal 2 x 24 jam = 48 x 100.000 = 4.800.000.
Dan demikianlah yang terjadi. Aku tinggal di hotel itu dalam keadaan bahagia sekali.
Makan enak, boleh milih sesuka hati, dengan menu-menu bergizi, buah-buahan, pudding,
minuman-minuman enak, tidur dan mandi dengan nyaman sekali. Di kamar mandi ada
cermin besar, yang setiap kali aku masuk ke sana, aku bisa melihat wajah tampanku. Hey,
Anda jangan mencibir dong. Bukannya aku sombong ngaku-ngaku tampan! Kan diajarkan
oleh agama juga, jika bercermin itu kita harus berdoa. Ya Alloh, sebagaimana Engkau telah
memperindah wajahku, perindah pula akhlaqku. Berarti di sana ada pengakuan, bahwa
wajah kita ini indah. Ya, begitulah alasannya mengapa aku ngaku-ngaku diriku tampan.
Tampan sekedar jika dibandingkan dengan binatang.
Kita teruskan lagi, pokoknya aku tinggal di hotel itu dengan fasilitas serba
menyenangkan. Kamar full AC, televisi, tempat tidur empuk, meja rias, telfon, internet
bebas pulsa, kamar mandi dengan shower, yang jika diputar tombolnya, air seperti hujan
menyiramku, yang jika aku mau, aku bisa memutarnya menjadi dingin, dan bisa pula
memutarnya menjadi air hangat.
Satu jenis makanan paling tidak berharga tiga puluh ribu, belum jika ingin makan
berbagai macam, belum lagi minuman, buah-buahan, entah harus berapa uang kukeluarkan
jika harus dari saku sendiri. Tapi di sini, aku bisa bebas makan sesukanya, mengambil
apapun yang kuinginkan, daging sapi, sayur, goreng ayam, cap-cay, rujak, dan berbagai
macam makanan yang enak-enak, dan semua itu gratis. Kalau kuhitung, entah berapa juta
yang harus kubayar untuk semua fasilitas ini.
Oh ya, hotel yang kutinggali ini namanya hotel Maharani. Kalau tidak salah, ada
sembilan entah sepuluh tingkat, aku lupa lagi. Aku turun naik ke atas ke bawah, bisa
memakai lif. Dan beres acara seminar, panitia menganti ongkosku sebesar 300.000,
kemudian bekal harianku sebesar 690.000. Jadi semuanya 990.000. Uang di dompetku
bertambah 990.000. Masya Alloh.
Ini semua, kehadiranku di sini, dan semua fasilitas yang kunikmati, semua ini atas
kehendak Alloh. Ini sangat jarang kudapatkan, dan yakin kudapatkan, karena Alloh tidak
pernah mengingkari janji-Nya
Inilah balasan dari sedekahku beberapa hari lalu. Ya Alloh, terima kasih ya Alloh. Ini
sebuah petualangan yang indah. Luas rasanya dunia, dan aku tiba di tempat yang tidak
pernah kuinjak sebelumnya, bukan dengan kemampuanku melainkan dengan kekuasaan
Alloh. Itu baru sedekah sedikit saja, maka pastilah terlebih lagi jika sedekah lebih banyak,
aku akan menikmati petualangan ke seluruh dunia.
Di Barat, ada seorang pemuda bernama Charles Darrow. Waktu itu usianya 20 tahun
dan punya kekasih bernama Ester. Kepada kekasihnya itu dia menyampaikan, bahwa dia
ingin menjadi jutawan. Beberapa tahun kemudian keduanya menikah, namun kenyataan
yang mereka dapat jauh dari apa yang Charles impikan. Depresi ekonomi yang hebat di
negaranya membuat Charles kehilangan pekerjaan dan mobil. Rumah digadaikan, tabungan
pun semakin menipis. Merasa gagal sebagai seorang suami, Charlers menyuruh istrinya
meninggalkannya.
Tapi Ester, sang istri bertahan. Dengan segala cara, ia meyakinkan suaminya bahwa,
sekalipun kehidupannya runtuh, mimpinya tidak boleh runtuh. Demi mempertahankan
mimpinya, Ester mengajak suaminya membayangkan apa saja yang akan mereka lakukan
jika mereka menjadi jutawan. Dia ajak suaminya membayangkan, kehidupan seperti apa
yang akan ia jalani nanti, dan apa yang akan mereka lakukan setelah makan malam.
Kebiasaan itu terus berjalan sampai suatu ketika Charles mendapatkan ilham untuk
menciptakan permainan uang. Dia terus mengotak-atik permainan itu sampai akhirnya
menjadi permainan monopoli. Sebuah permainan menarik dan mendunia. Seorang
pengusaha membeli hak cipta permainan itu dengan harga satu juta dolar atau sekitar
sepuluh milyar. Charles pun jadi jutawan.
Tidak ada yang rugi jika kita punya mimpi. Asal terus fokus dan tidak pernah putus
asa, kita akan menemukan mimpi kita. Kita bermimpi menjadi pemimpin di bidang
kemanusiaa, kita menjadi pemimpin yang mengajak memberi, jangan pernah buang mimpi
itu, pertahankanlah, dan tetaplah besar harapan. Mimpi kita ingin membangun kebaikan,
maka dengan begitu saja, Alloh telah mencatat untuk kita satu kebaikan.
Jika si Charles saja, yang impiannya tidak dijamin seorang pun, bisa mencapai
impiannya, maka apalagi kita, di mana impian kita adalah impian yang sudah dijamin
ALLOH Yang Maha Kuasa, bahwa orang yang memberi akan diberikan banyak
keberuntungan, mengapa kita tidak besar harapan kita akan mencapai impian kita. Kita
menjadi pembesar dunia, pemimpin di bidang memberi.
Mari kita bayangkan. Kita bayangkan seseorang yang hidup hanya untuk memberi.
Untuk dirinya sendiri, dia mengambil secukupnya saja, sekedar memenuhi kebutuhan
hidup yang pokok saja seperti makan dan minum. Sisanya dia berikan kepada orang lain
yang membutuhkan. Sebab dia yakin kepada ALLOH yang sudah berjanji akan memberi
berkali-kali lipat kepada orang yang memberi.
Dan keyakinannya itu benar-benar terbukti, setelah dia menjadi pemberi,
kekayaannya semakin banyak, dan dia mendapatkan balasan dari arah yang tidak disangkasangka, dari arah mana saja. Karena ALLOH menyuruh manusia supaya menceritakan
nikmat yang Dia berikan kepadanya, orang itu pun berusaha menuliskan kisah-kisah
keberuntungannya itu, supaya nantinya dia bisa membagikannya kepada orang lain, supaya
orang lain pun mendapatkan kebahagiaan yang sama dengan dirinya.
Dia semakin kaya dan semakin kaya, dan karena sangat kaya, dia memberikan
hartanya lagi kepada orang lain yang lebih banyak, kepada anak yatim yang lebih banyak,
kepada orang miskin yang lebih banyak, dan kemudian dia mendapatkan yang lebih banyak
lagi dan menjadi orang yang lebih kaya lagi. Dan kemudian, karena dia tidak bisa lagi
mengerjakan sendiri, maka dia mempekerjakan orang lain
Dia juga berusaha mengajak orang-orang untuk meraih kekayaan dengan cara
senang memberi. Bukan karena dia ingin mengajarkan kepada mereka supaya bersedekah
karena ingin mendapatkan balasan dunia. Itu hanya awal-awal, sebab kemudian, dia pun
Beranilah membangun impian!. Telah Alloh tunjukkan kepada kita jalan termudah
mencari rezeki, yaitu dengan memberi, maka mari bersamaku, sekarang, kita jadikan ini
jalan hidup kita, mari kita menjadi manusia pemberi, kita ajak orang lain untuk menjadi
pemberi, kita sebarkan ini ke seluruh dunia, kita jadi pelopor kebaikan, kita jadi pemimpin
kemanusiaan.
Mari Teman, kita menjadi manusia-manusia yang cinta memberi, kita menjadi orang
yang sejahtera karena senang memberi, dan kita bangun jiwa memberi dalam diri semua
manusia di dunia, dan kita beritahu mereka, bahwa sesungguhnya pelit, boros dan
bermegah-megahan tidak akan memberikan apapun selain kesusahan, namun sebaliknya
berhati murah, senang memberi, justeru inilah yang akan membawa kita pada kehidupan
yang indah, penuh keberuntungan, penuh misteri, dan petualangan-petualangan yang
menyenangkan.
Mari kita bermimpi.
Impian menunjukkan volume motivasi, prioritas, nilai, tujuan, dan harapan. kata
John C. Maxwell. Impian menunjukkan siapa Anda, kualitas jiwamu, dan keimananmu.
Impianmu menunjukkan seberapa yakin Anda kepada Yang Maha Kuasa. Semakin Anda
yakin kepada Alloh, semakin besar impianmu menjadi penyebar kebaikan.
Anda masih muda. Mumpung masih muda, Anda harus punya impian. Impian itu
mutlak harus dimiliki manusia-manusia muda. Masa muda tanpa impian bukanlah masa
muda. Kata orang Korea.
Sesungguhnya Islam agama kita punya segalanya. Jika benar-benar kita aplikasikan,
hasilnya akan dahsyat luar biasa. Ilmu-ilmu Islam yang selalu kita pelajari ini bisa
mengubah dunia. Bagaimana mungkin tidak mengubah dunia, sedang yang
menurunkannya adalah Dzat yang menguasai dunia akhirat: Alloh SWT. Alloh Yang Maha
Agung. Dengan agama ini, kita bangun mimpi mengubah dunia.
Dalam sebuah seminar di hotel, saya mendengar sebuah pepatah unik tentang
impian: Impian itu penting, karena hari tidak selamanya siang. Dunia baru di depan kita
sedang menanti. Kita berlari ke sana. Jangan hiraukan orang yang menghambatmu.
Biarkan mereka, mungkin mata mereka buta, mungkin telinga mereka tuli. Mereka hanya
saudara-saudara Yusuf, yang hanya mengingikan kepuasan sementara, sedang kita adalah
Yusuf dengan impian besarnya.
(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, sesungguhnya
aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud
kepadaku." (Yusuf: 4). Dan impian Yusuf itu akhirnya terwujud.
Maafkan saya terlalu banyak bicara kepadamu dalam bab ini. padahal sebenarnya
yang ingin saya sampaikan ringkas saja, jika Anda ingin menjadi manusia pemberi, inilah
yang harus Anda lakukan: MEMBERILAH.
Dari Abu Said Al-Khudry Radliyallaahu 'anhu bahwa Zainab, istri Abu Mas'ud,
bertanya: Wahai Rasulullah, baginda telah memerintahkan untuk bersedekah hari
ini, dan aku mempunyai perhiasan padaku yang hendak saya sedekahkan, namun
Ibnu Mas'ud menganggap bahwa dirinya dan anaknya lebih berhak untuk aku beri
sedekah. Lalu Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Ibnu Mas'ud memang
benar, suamimu dan anakmu adalah orang yang lebih berhak untuk engkau beri
sedekah." Riwayat Bukhari.
Abu Thalhah adalah seorang sahabat Ansar yang paling banyak harta di Madinah.
Dan harta yang paling ia sukai adalah kebun Bairaha. Kebun itu menghadap ke mesjid
Nabawi. Rasulullah saw. biasa masuk ke kebun itu untuk minum airnya yang tawar. Anas
berkata: Ketika turun ayat ini: Sekali-kali kalian tidak sampai kepada kebaikan (yang
sempurna) sebelum kalian menafkahkan sebagian harta yang kalian cintai. Abu Thalhah
datang kepada Rasulullah saw. dan berkata: Allah telah berfirman dalam kitab-Nya: Sekalikali kalian tidak sampai kepada kebaikan (yang sempurna) sebelum kalian menafkahkan
sebagian harta yang kalian cintai, sedangkan harta yang paling aku cintai adalah kebun
Bairaha, maka kebun itu aku sedekahkan karena Allah. Aku mengharapkan kebaikan dan
simpanannya (pahalanya di akhirat) di sisi Allah. Oleh sebab itu, pergunakanlah kebun itu,
wahai Rasulullah, sekehendakmu. Rasulullah saw. bersabda: Bagus! Itu adalah harta yang
menguntungkan, itu adalah harta yang menguntungkan. Aku telah mendengar apa yang
engkau katakan mengenai kebun itu. Dan aku berpendapat, hendaknya kebun itu engkau
berikan kepada kaum kerabatmu. Lalu Abu Thalhah membagi-bagi kebun itu dan
memberikannya kepada kaum kerabat dan anak-anak pamannya. (Shahih Muslim No.1664)
Hadis
riwayat
Zainab
ra.
ia
berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Bersedekahlah kalian, wahai kaum wanita, meskipun dari
perhiasan kalian! Kemudian aku (Zainab) kembali kepada Abdullah, dan berkata: Engkau
adalah seorang lelaki yang tidak banyak harta, sedangkan Rasulullah saw. telah
memerintahkan kita untuk bersedekah, maka datanglah kepada beliau untuk menanyakan
apakah cukup sedekahku aku berikan kepadamu. Jika tidak, aku akan berikan kepada selain
engkau. Abdullah berkata: Engkau sajalah yang datang menemui beliau. Lalu berangkat,
ternyata di depan pintu rumah Rasulullah saw. sudah ada seorang wanita Ansar yang sama
keperluannya dengan keperluanku. Pada saat itu Rasulullah saw. sedang merasa segan, lalu
Bilal keluar menemui kami. Kami berkata kepadanya: Temuilah Rasulullah saw.
beritahukan kepada beliau bahwa ada dua orang wanita di depan pintu yang ingin bertanya:
Apakah cukup sedekah keduanya diberikan kepada suami mereka dan kepada anak-anak
yatim yang berada dalam tanggungan mereka? Tapi jangan katakan siapa kami. Lalu Bilal
masuk menemui Rasulullah saw. dan bertanya kepada beliau. Rasulullah saw. bertanya:
Siapakah mereka berdua? Bilal menjawab: Seorang wanita Ansar dan Zainab. Rasulullah
saw. bertanya: Zainab yang mana? Bilal menjawab: Istri Abdullah. Rasulullah saw. bersabda
kepada Bilal: Mereka berdua mendapatkan dua pahala, pahala kerabat dan pahala sedekah.
(Shahih Muslim No.1667)
Demi yang mengutus aku dengan hak, Allah tidak akan menyiksa orang yang
mengasihi dan menyayangi anak yatim, berbicara kepadanya dengan lembut dan mengasihi
keyatiman serta kelemahannya, dan tidak bersikap angkuh dengan apa yang Allah
anugerahkan kepadanya terhadap tetangganya. Demi yang mengutus aku dengan hak, Allah
tidak akan menerima sedekah seorang yang mempunyai kerabat keluarga yang
membutuhkan santunannya sedang sedekah itu diberikan kepada orang lain. Demi yang
jiwaku dalam genggamanNya, ketahuilah, Allah tidak akan memandangnya
(memperhatikannya) kelak pada hari kiamat. (HR. Ath-Thabrani)
Ummu
Salamah
ra.
ia
berkata:
Aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw.: Wahai Rasulullah, Apakah aku mendapatkan
pahala bila aku memberi nafkah kepada anak-anak Abu Salamah, aku tidak dapat
membiarkan mereka ke sana ke mari (mencari rezeki), bagaimanapun mereka juga anakanakku. Rasulullah saw. bersabda: Ya, engkau mendapatkan pahala apa yang engkau
nafkahkan kepada mereka. (Shahih Muslim No.1668)
Sa'ad bin Abi Khaulah r.a. berkata, "Rasulullah menjengukku pada tahun Haji Wada'
(ketika aku di Mekah karena sakit keras yang menimpaku (apakah aku akan sembuh
darinya menghadapi kematian. (Dan dia tidak suka meninggal dunia di negeri yang dia
tinggalkan hijrah). Aku berkata, 'Sesungguhnya sakitku telah parah seperti apa yang engkau
lihat, dan aku mempunyai harta, padahal yang mewarisi aku hanyalah seorang anak wanita.
Apakah boleh aku mewasiatkan seluruh hartaku?' Nabi menjawab, 'Tidak.' Aku berkata,
'Apakah boleh aku sedekahkan dua pertiga hartaku? (dan aku tinggalkan sepertiganya?
Beliau bersabda, 'Jangan.' Aku bertanya, 'Separo (dan aku tinggalkan separonya)?' Beliau
menjawab, 'Jangan.' Aku bertanya, 'Apakah boleh aku wasiatkan sepertiga dan aku
tinggalkan dua pertiga untuknya?' Beliau bersabda, 'Sepertiga, dan sepertiga itu besar atau
banyak. Karena engkau meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya itu adalah lebih
baik daripada engkau meninggalkan mereka dalam keadaan fakir, minta-minta kepada
orang-orang. Sesungguhnya engkau tidak menafkahkan suatu nafkah dengan
mengharapkan ridha Allah melainkan engkau pasti diberi pahala, (dalam satu riwayat:
maka yang demikian itu menjadi sedekah bagimu), hingga apa yang engkau letakkan di
dalam mulut istrimu.' Kemudian beliau meletakkan tangan beliau ke wajah beliau, lalu
mengusapkan tangan beliau ke wajah dan tanganku, seraya berkata, 'Ya Allah,
sembuhkanlah Sa'ad, dan sempurnakanlah hijrahnya.' Maka, aku senantiasa merasakan
dinginnya tangan beliau di dadaku hingga sekarang. Aku berkata, 'Wahai Rasulullah, aku
ketinggalan oleh teman-temanku?' (Dan dalam satu riwayat: 'doakanlah agar Allah tidak
mengembalikanku ke belakang lagi.' Beliau bersabda, 'Sesungguhnya engkau tidak
ketinggalan. Karena tidaklah engkau melakukan suatu amal saleh (dengan mengharapkan
ridha Allah) kecuali engkau bertambah derajat dan ketinggianmu. Kemudian mudahmudahan engkau tidak akan tertinggal (meninggal di Mekah) sehingga orang-orang itu
mendapat manfaat denganmu dan orang-orang lain mendapat mudharat. Ya Allah,
lestarikanlah hijrah sahabat-sahabatku dan janganlah Engkau kembalikan mereka ke
belakang (jangan Engkau jadikan murtad - penj.).'" Akan tetapi, orang yang merana adalah
Sa'ad bin Khaulah yang diratapi oleh Rasulullah karena meninggal di Mekah. (Sa'ad
berkata),"Rasulullah bersedih atas kematiannya di Mekah." (Sufyan berkata, "Sa'ad bin
Khaulah adalah seorang lelaki dari bani Amir bin Luai."
Amatlah mudah bagi Alloh menjadikan kita kaya. Apa susahnya bagi Dia? Semua
yang ada di muka bumi ini milik-Nya. Akan tetapi Dia Maha Tahu, kta belum siap
menerima kekayaan yang melimpah. Dia Maha Tahu, jika kita memiliki harta berlimpah,
mungkin saja kita malah melampaui batas di muka bumi.
Dan kalau Alloh melapangkan rezeki bagi hamba-hamba-Nya, niscara mereka
melampaui batas di bumi. Makanya Dia menurunkan apa yang Dia kehendaki dengan
ukuran-Nya. Sesungguhnya, Dia Mah Mengetahui lagi Maha Melihat terhadap hambahamba-Nya.(QS Asy-Syura (42):27).
Kita menginfakkan harta yang banyak, lalu kira mengira setelah itu akan
mendapatkan balasan lebih banyak lagi, namun kemudian nyatanya tidak, keadaan kita
malah semakin berkurang, setelah diinfakanuang malah semakin habis, dan tidak ada itu
rizki berlipat ganda. Itu bukan berarti Alloh menyalahi janji-Nya, sebenarnya musah saja
bagia Dia melimpahkan uang sebanyak mungkin kepada kita, namun Dia Tahu seberapa
besar tingkat kesiapan kita menerimanya.
Periksalah keadaan hati, adakah ketika mendapatkan kemudahan rizki dari Alloh
kita merasa sombong, adakan hati kita memandang rendah kepada orang lain, adakah hati
kita pernbah berkata:Kebanyakan manusia itu pelit, mereka bodoh, tidak tahu agama,
makanya mereka sayang kepada hartanya, tidak mau menginfakkanya, makanya mereka
miskin. adakah di hati kita bisikan seperti itu? Jika masih ada, maka apa yang bakal terjadi
jika Alloh memberi kita rezeki lebih banyak lagi? mungkin kita akan lebih sombong dan
angkuh.
Adakah di dalam hati kita keinginan, bahwa jika kita banya uang, kita akan
bermegah-megahan di tengah manusia, untuk merendahkan mereka, untuk supaya semua
orang mengabdi dan merendahkan diri kepada kita, adakah di dalam hati kita sebuah
rencana untuk membalas rasa sakit hati kepada orang yang selama ini angkuh kepada kita,
yang setelah kita kaya nanti kita akan balas angkuh kepadanya.
Ataukah ada di hati kita sebuah keinginan, setelah banyak uang itu, ingin kita
tinggalkan istri kita, dan mendekati seorang wanita cantik, memikatnya dan menikahinya
dan bermegah-megahan dengannya? Jika keinginan itu, dan semua keinginan di atas masih
ada di hati kita, hati-hati, kalau bisa buanglah segera, mungkin itulah yang menghalangi
rizki melimpah dari Alloh datang kepada kita.
Makanya, bersihkan dulu hati kita.
Dari Abu Dzar rodhiallohu anhu dia berkata: Ada sekelompok sahabat
Rasulullah melapor, Wahai Rasulullah orang-orang kaya telah memborong pahala.
Mereka sholat sebagaimana kami sholat, mereka berpuasa sebagaimana kami
puasa, namun mereka dapat bersedekah dengan kelebihan hartanya. Beliau
bersabda, Bukankah Alloh telah menjadikan bagi kalian apa-apa yang dapat kalian
sedekahkan? Sesungguhnya pada setiap tasbih ada sedekah, pada setiap tahmid
ada sedekah dan pada setiap tahlil ada sedekah, menyuruh kebaikan adalah
sedekah, melarang kemungkaran adalah sedekah, dan mendatangi istrimu juga
sedekah. Mereka bertanya. Wahai Rasulullah, apakah jika seseorang memenuhi
kebutuhan syahwatnya itu pun mendatangkan pahala? Beliau bersabda, Apa
pendapatmu, bila ia menempatkan pada tempat yang haram, bukankah ia berdosa?
Demikian pula bila ia menempatkan pada tempat yang halal, ia akan mendapatkan
pahala. (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wa Sallam bersabda: "Apabila ada orang meninggal dunia terputuslah amalnya
kecuali dari tiga hal, yaitu: Sedekah jariyah (yang mengalir), atau ilmu yang
bermanfaat, atau anak shaleh yang mendoakan untuknya." Riwayat Muslim.
Jabir bin Abdullah berkata, "Sesungguhnya Nabi berdiri (dan dalam satu
riwayat: keluar pada hari Idul Fitri), lalu memulai shalat. Kemudian berkhutbah di
muka orang banyak sesudah shalat itu. Setelah Nabi selesai khutbah, beliau turun.
Kemudian mendatangi para wanita, memberi nasihat kepada mereka dan pada
waktu itu beliau bersandar pada tangan Bilal. Bilal menggelar bajunya dan di baju
itulah para wanita itu meletakkan sedekah mereka." Aku (perawi) bertanya kepada
Atha', "Zakat pada hari raya Fitri?" Dia menjawab, 'Tidak, tetapi sedekah biasa yang
mereka berikan pada waktu itu. Mereka lepas cincin mereka dan mereka lemparkan
(ke baju bilal)." Saya bertanya, "Apakah Anda berpendapat bahwa di zaman kita
sekarang ini imam boleh mendatangi kaum wanita, lalu memberi nasihat kepada
mereka jika telah selesai shalat dan berkhutbah?" Atha' berkata, "Yang demikian itu
sebenarnya adalah hak baginya. Kalau tidak boleh, maka apakah sebabnya tidak
boleh mengerjakan demikian?"
Abdurrahman bin Abis berkata, "Aku mendengar Ibnu Abbas ditanya, 'Apakah Anda
pernah menghadiri shalat hari raya bersama Nabi? Ia menjawab, 'Ya, tetapi andaikata
bukan sebab dekatnya kedudukanku kepada Nabi, tentulah aku tidak menghadirinya, sebab
aku masih kecil. Aku menyaksikan Nabi keluar pada hari raya Fitri bersama Bilal hingga
beliau tiba pada bendera yang diletakkan di tempat Katsir bin Shalt. Lalu, beliau shalat dua
rakaat, tanpa melakukan shalat sebelumnya dan sesudahnya. Kemudian beliau berkhotbah
(dan tidak menyebut-nyebut azan dan iqamah). Selasai berkhotbah, beliau mendatangi
kaum wanita (dan dalam riwayat lain: maka Ibnu Abbas melihat bahwa beliau tidak
memperdengarkan kepada kaum wanita, lalu beliau datang kepada mereka) bersama Bilal
yang membentangkan kainnya. Nabi memberikan nasihat dan peringatan kepada mereka,
dan menyuruh mereka agar mengeluarkan sedekah. Lalu beliau menyuruh Bilal darang
kepada mereka. Maka, aku melihat kaum wanita itu mengulurkan tangan mereka ke telinga
dan leher mereka. Lalu, mereka melemparkannya (dan dalam satu riwayat: maka orangorang wanita itu melemparkan gelang dan anting-anting emas, dan dalam riwayat lain:
anting-anting emas dan kalungnya. Ayyub mengisyaratkan kepada telinganya dan lehernya)
pada kain Bilal. Kemudian beliau pulang ke rumahnya bersama Bilal." (HR. Bukhari)
Hadis
riwayat
Anas
bin
Malik
ra.,
ia
berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada seorang muslim pun yang menanam suatu pohon atau
bertani dengan suatu macam tanaman kemudian dimakan burung, manusia atau ternak
melainkan hal itu akan menjadi sedekah baginya. (Shahih Muslim No.2904)
Rasulullah saw. bersabda: Orang yang paling cepat di antara Anda sekalian
menyusul aku adalah orang yang paling panjang tangannya di antara Anda. Aisyah
melanjutkan: Lalu mereka berlomba menjadi orang yang paling panjang tangan di antara
mereka semua. Ternyata yang paling panjang tangannya di antara kami ialah Zainab sebab
ia suka bekerja dengan tangannya sendiri dan suka memberikan sedekah. (Shahih Muslim
No.4490)
Abu Mas'ud r.a. berkata, "Ketika turun ayat yang berisi perintah (dalam satu riwayat:
ketika kami diperintahkan melakukan) sedekah, maka kami (para sahabat) membawakan
barang-barang orang lain agar mendapat upahnya. Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang
bersedekah dengan memberikan pemberian yang banyak sekali. Lalu, orang banyak (dalam
satu riwayat: lalu orang-orang munafik) mengatakan, 'Orang itu sebenarnya hanya berbuat
riya (pamer).' Datang pula lelaki lain (dalam satu riwayat: maka datanglah Abu Aqil) yang
bersedekah dengan memberikan satu sha'. Lalu, orang-orang munafik itu mengatakan,
'Sesungguhnya Allah benar-benar tidak memerlukan satu sha ini.' Kemudian turunlah ayat
80 surah at Taubah, 'Orang-orang munafik yaitu orang-orang yang mencela orang-orang
mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak
memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekadar kesanggupannya.'" (Dalam satu riwayat)
Abi Mas'ud al-Anshari berkata, "Apabila Rasulullah memerintah kami untuk berzakat,
maka salah seorang di antara kami berangkat ke pasar untuk bekerja mengangkut barang
agar mendapatkan upah. Lalu, ia membetulkan mud (takaran). Sesungguhnya sebagian dari
mereka pada saat itu ada yang mendapat 100.000 (dirham), seakan-akan dia menawarkan
dirinya. (Dalam satu riwayat: tidak ada yang terlihat oleh kami kecuali dirinya."
Ia yang mempunyai informasi terbanyak, akan sukses dan gemilang dalam hidup
Disraeli
Rakuslah mencari ilmu, karena Anda ingin memberikan ilmu itu kepada orang lain.
Bersemangatlah belajar karena Anda ingin memberi banyak manfaat kepada sebanyak
mungkin orang. Bersemangatlah, dan teruslah cari cara belajar terbaik, tercepat, dan terasyik. Jangan hanya satu macam, gunakan berbagai macam tehnik belajar.
Jangan hanya dengan membaca, jangan hanya dengan mendengar, jangan hanya
dengan menulis, tapi belajarlah dengan cara lainnya. Ada begitu banyak cara belajar. Anda
bisa belajar dengan cara meneliti, melakukan percobaan, riset, menganalisis, kolaborasi,
persepsi, afiliasi, logika, eksperimentasi, kultural, imajinasi aktif, bertanya kepada ahlinya,
membuat pengalaman baru, berpikir kelompok, mencari contoh-contoh prilaku emosional,
dan sebagainya.
Ilmu juga dapat diperoleh dengan cara membaca orang dan mengkaji berbagai
keunikan mereka. Kata Lord Chesterfield: Belajar dapat diperoleh dengan membaca buku,
akan tetapi belajar yang jauh lebih penting, pengetahuan tentang dunia, hanya diraih
dengan membaca orang dan mengkaji berbagai edisi mereka.
Jika Anda seorang yang senang membaca novel, saya beritahu, sebenarnya, novel
paling mengasyikan untuk dibaca adalah kisah kehidupan manusia. Perhatikan teman-
temanmu. Setiap orang punya keunikan tersendiri. Setiap orang punya kisahnya tersendiri,
dekatilah mereka, biarkan mereka bercerita tentang dirinya, jangan pernah memotong
curhat mereka, biarkan mereka membuka dirinya, rahasianya, hal-hal paling sensitif dari
dirinya, perasaan terdalamnya, dan belajarlah dari kehidupan mereka. Mendapatkan
pengalaman tidak harus dengan mengalaminya sendiri, mendapatkan pengalaman juga bisa
dengan belajar dari pengalaman orang lain.
Pada hakikatnya, belajar adalah memanfaatkan segala sumber daya yang Anda
miliki, di dalam atau di luar dirimu, untuk perkembangan hidupmu, yang nantinya, bisa
Anda manfaatkan untuk perkembangan dunia.
Belajarlah yang rakus, untuk Anda amalkan, untuk Anda berikan kepada orang lain.
Dari Abu Dzar rodhiallohu anhu dia berkata: Ada sekelompok sahabat
Rasulullah melapor, Wahai Rasulullah orang-orang kaya telah memborong pahala.
Mereka sholat sebagaimana kami sholat, mereka berpuasa sebagaimana kami
puasa, namun mereka dapat bersedekah dengan kelebihan hartanya. Beliau
bersabda, Bukankah Alloh telah menjadikan bagi kalian apa-apa yang dapat kalian
sedekahkan? Sesungguhnya pada setiap tasbih ada sedekah, pada setiap tahmid
ada sedekah dan pada setiap tahlil ada sedekah, menyuruh kebaikan adalah
sedekah, melarang kemungkaran adalah sedekah, dan mendatangi istrimu juga
sedekah. Mereka bertanya. Wahai Rasulullah, apakah jika seseorang memenuhi
kebutuhan syahwatnya itu pun mendatangkan pahala? Beliau bersabda, Apa
pendapatmu, bila ia menempatkan pada tempat yang haram, bukankah ia berdosa?
Demikian pula bila ia menempatkan pada tempat yang halal, ia akan mendapatkan
pahala. (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wa Sallam bersabda: "Apabila ada orang meninggal dunia terputuslah amalnya
kecuali dari tiga hal, yaitu: Sedekah jariyah (yang mengalir), atau ilmu yang
bermanfaat, atau anak shaleh yang mendoakan untuknya." Riwayat Muslim.
Jabir bin Abdullah berkata, "Sesungguhnya Nabi berdiri (dan dalam satu
riwayat: keluar pada hari Idul Fitri), lalu memulai shalat. Kemudian berkhutbah di
muka orang banyak sesudah shalat itu. Setelah Nabi selesai khutbah, beliau turun.
Kemudian mendatangi para wanita, memberi nasihat kepada mereka dan pada
waktu itu beliau bersandar pada tangan Bilal. Bilal menggelar bajunya dan di baju
itulah para wanita itu meletakkan sedekah mereka." Aku (perawi) bertanya kepada
Atha', "Zakat pada hari raya Fitri?" Dia menjawab, 'Tidak, tetapi sedekah biasa yang
mereka berikan pada waktu itu. Mereka lepas cincin mereka dan mereka lemparkan
(ke baju bilal)." Saya bertanya, "Apakah Anda berpendapat bahwa di zaman kita
sekarang ini imam boleh mendatangi kaum wanita, lalu memberi nasihat kepada
mereka jika telah selesai shalat dan berkhutbah?" Atha' berkata, "Yang demikian itu
sebenarnya adalah hak baginya. Kalau tidak boleh, maka apakah sebabnya tidak
boleh mengerjakan demikian?"
Abdurrahman bin Abis berkata, "Aku mendengar Ibnu Abbas ditanya, 'Apakah Anda
pernah menghadiri shalat hari raya bersama Nabi? Ia menjawab, 'Ya, tetapi andaikata
bukan sebab dekatnya kedudukanku kepada Nabi, tentulah aku tidak menghadirinya, sebab
aku masih kecil. Aku menyaksikan Nabi keluar pada hari raya Fitri bersama Bilal hingga
beliau tiba pada bendera yang diletakkan di tempat Katsir bin Shalt. Lalu, beliau shalat dua
rakaat, tanpa melakukan shalat sebelumnya dan sesudahnya. Kemudian beliau berkhotbah
(dan tidak menyebut-nyebut azan dan iqamah). Selasai berkhotbah, beliau mendatangi
kaum wanita (dan dalam riwayat lain: maka Ibnu Abbas melihat bahwa beliau tidak
memperdengarkan kepada kaum wanita, lalu beliau datang kepada mereka) bersama Bilal
yang membentangkan kainnya. Nabi memberikan nasihat dan peringatan kepada mereka,
dan menyuruh mereka agar mengeluarkan sedekah. Lalu beliau menyuruh Bilal darang
kepada mereka. Maka, aku melihat kaum wanita itu mengulurkan tangan mereka ke telinga
dan leher mereka. Lalu, mereka melemparkannya (dan dalam satu riwayat: maka orangorang wanita itu melemparkan gelang dan anting-anting emas, dan dalam riwayat lain:
anting-anting emas dan kalungnya. Ayyub mengisyaratkan kepada telinganya dan lehernya)
pada kain Bilal. Kemudian beliau pulang ke rumahnya bersama Bilal." (HR. Bukhari)
Hadis
riwayat
Anas
bin
Malik
ra.,
ia
berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada seorang muslim pun yang menanam suatu pohon atau
bertani dengan suatu macam tanaman kemudian dimakan burung, manusia atau ternak
melainkan hal itu akan menjadi sedekah baginya. (Shahih Muslim No.2904)
Rasulullah saw. bersabda: Orang yang paling cepat di antara Anda sekalian
menyusul aku adalah orang yang paling panjang tangannya di antara Anda. Aisyah
melanjutkan: Lalu mereka berlomba menjadi orang yang paling panjang tangan di antara
mereka semua. Ternyata yang paling panjang tangannya di antara kami ialah Zainab sebab
ia suka bekerja dengan tangannya sendiri dan suka memberikan sedekah. (Shahih Muslim
No.4490)
Abu Mas'ud r.a. berkata, "Ketika turun ayat yang berisi perintah (dalam satu riwayat:
ketika kami diperintahkan melakukan) sedekah, maka kami (para sahabat) membawakan
barang-barang orang lain agar mendapat upahnya. Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang
bersedekah dengan memberikan pemberian yang banyak sekali. Lalu, orang banyak (dalam
satu riwayat: lalu orang-orang munafik) mengatakan, 'Orang itu sebenarnya hanya berbuat
riya (pamer).' Datang pula lelaki lain (dalam satu riwayat: maka datanglah Abu Aqil) yang
bersedekah dengan memberikan satu sha'. Lalu, orang-orang munafik itu mengatakan,
'Sesungguhnya Allah benar-benar tidak memerlukan satu sha ini.' Kemudian turunlah ayat
80 surah at Taubah, 'Orang-orang munafik yaitu orang-orang yang mencela orang-orang
mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak
memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekadar kesanggupannya.'" (Dalam satu riwayat)
Abi Mas'ud al-Anshari berkata, "Apabila Rasulullah memerintah kami untuk berzakat,
maka salah seorang di antara kami berangkat ke pasar untuk bekerja mengangkut barang
agar mendapatkan upah. Lalu, ia membetulkan mud (takaran). Sesungguhnya sebagian dari
mereka pada saat itu ada yang mendapat 100.000 (dirham), seakan-akan dia menawarkan
dirinya. (Dalam satu riwayat: tidak ada yang terlihat oleh kami kecuali dirinya."
Memberilah, dan berpikirlah terus hanya untuk memberi. Ketika bertemu dengan
seseorang, pikirkanlah, apa kira-kiranya yang dapat saya berikan kepada dia. Senyuman,
bantuan, kata-kata yang baik, atau bahkan uang, tanyakanlah pada diri. Dan kalau tidak
tahu, tanyakanlah kepada orang itu, apa yang bisa saya bantu?
Makanya baik sekali,ketika seseorang belajar bahasa Inggris, percakapan pertama
yang dia hafalkan adalah, What can I do for you? atau Do you need some help?, apa
yang bisa saya lakukan untukmu, apakah Anda membutuhkan bantuan?
Memberi dan memberilah, dan teruslah berpikir untuk memberi, sebab itulah yang
Alloh perintahkan, kita diperintahkan untuk memberi, sedangkan masalah mendapatkan,
tidak usah banyak dipikirkan. Tentang masalah mendapat, sudah ada yang akan memberi
kepada kita: Alloh.
Tak usah dipikirkan dari mana kita akan mendapat, tapi pikirkanlah, ke mana kita
akan memberi.
Alloh sudah menjamin rizki makhluq-Nya, bahkan semut, bahkan kuman yang
jumlahnya milyaran sekalipun, rezki mereka Alloh cukupi. Jadi tak usah dirisaukan dari
mana kita akan mendapat, tapi pikirkanlah, siapa yang akan kita beri. Cara hidup begini
lebih mudah, lebih menyenangkan, dan lebih dekat kepada keridhaan Alloh, sebab hidup
dengan cara ini, berarti hidup dengan penuh sedekah, dan siapapun sudah tahu, apa
jaminan Alloh buat orang yang bersedekah, akan dilipatgandakan rezkinya.
Pernah seseorang, dalam kehidupannya yang serba kurang, dia berpikir, apa yang
bisa dia berikan kepada orang lain. Dia mencari-cari ada apa barang berharga di rumahnya,
dan kemudian, dia ingat dengan buku-bukunya. Bagi dia, buku-bukunya itu sangat
berharga sekali, maka dia masukkan bukunya itu ke dalam kardus, dan dia berikan kepada
seorang gurunya. Gurunya itu punya murid-murid yang senantiasa berkunjung ke
rumahnya dan meminjam bukunya, dan orang ini ingin bukunya itu manfaat dibaca muridmurid si guru. Setelah itu, dia dan istrinya sempat menyesal, melihat, rumahnya, kini tak
lagi dihiasi buku-buku, namun rasa sesalnya dia timbun, dan kembali mengikhlashkan
buku yang telah dia berikan, dan hasinya luar biasa, dalam kisah hidup dia berikutnya, dia
berkenalan dengan seorang dosen, yang di rumahnya banyak sekali buku, dan dia bebas
meminjam dan membawa buku-buku itu ke rumahnya, dan tidak lama setelah itu, si dosen
mendapatkan kiriman buku yang sangat banyak lagi dari Jakarta, yang akibatnya orang itu
semakin leluasa dan semakin banyak buku yang bisa dipinjam dan dibacanya.
Jika Anda ingin rizkimu mudah, jangan gunakan uangmu untuk berbuat maksiat.
Kesimpulan ini saya dapatkan setelah saya merenungkan diri saya sendiri. Saya merasakan,
kalau memberi kepada orang itu pilih-pilih. Saya tidak mau memberi kepada orang, jika
orang itu suka merokok. Saya takut jika uang itu mereka belikan untuk rokok. Sebenarnya,
walaupun orang itu tidak merokok, saya pun khawatir uang itu dia belikan pulsa, yang
dengan pulsa itu dia sms-an dengan perempuan, atau dia belikan vcd, yang di film-nya ada
gambar-gambar maksiat.
Jika saya temukan seorang yang shalih, yang tidak belanja melainkan untuk
kebutuhan pokoknya, yang setiap belanja, dia belanja hanya untuk ibadah, saya rela
walaupun sebanyak mungkin uang saya berikan kepadanya.
Alloh lebih tahu perbuatan saya, maka ketika Dia tahu saya membelanjakan uang
saya untuk hal yang tidak menentu, misalnya malah saya belanjakan untuk mendurhakaiNya, janggan sampai aku heran jika kemudian rizkiku tersendat lagi. Dia Maha Mengetahui,
dan tak seorangpun bisa mencegah Dia membatasi rezeki saya.
Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda(kekuasaan Tuhan) di tempat
kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada
mereka dikatakan): Makanlah olehmu dari rezeki yang dianugerahkan Tuhanmu dan
bersyukurlah Anda kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu)
adalah Tuhan Yang Maha Pengampun, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr.
Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami
BERIKANLAH SENYUMAN
Jangan meremehkan pemberian meski itu hanya sebuah senyuman. Senyuman tulus
bisa membuat orang lain merasa dihargai. Senyuman tulus bisa membahagiakan orang lain,
bahkan senyuman tulus bisa menjadi kunci kesuksesan seseorang.
Senyummu ke wajah saudaramu adalah sodaqoh. (Mashabih Assunnah)
Jangan meremehkan sedikitpun tentang makruf meskipun hanya menjumpai
kawan dengan berwajah ceria (senyum). (HR. Muslim)
BERIKANLAH PELAYANAN
Sebuah pemandangan aneh yang dia lihat hanya dalam film. Begitu berhadapan, mereka
langsung menanyakan nama, mengecek oli, membersihkan kaca, dan mengisi bahan bakar.
Pelayanan yang sangat mengesankan. Sejak saat itu, setiap kali dia ke hawai, di pom itulah
dia selalu mengisi bahan bakar. Dia benar-benar menjadi pelanggan. Penasaran dia
menghitung kwitansi pembelian bensin selama dia berada di sana, dan kaget, ternyata
untuk membeli bahan bakar ke pom bensin itu, dia telah menghabiskan uang sebanyak $
19.217.000 atau sekitar Rp. 102.170.000.000.
102 milyar !!!
Sudah menjadi ketetapan Alloh, orang yang memberikan pelayanan, maka dia akan
mendapatkan keuntungan. Jika Anda mempunyai bisnis yang melayani ribuan orang maka
sudah dipastikan, Anda akan menjadi jutawan. Dan jika anda mempunyai bisnis yang
melayani jutaan orang, maka Anda akan menjadi milyarder. Kata Robert T. Kiyosaki.
Perseroan-perseroan yang baik mencari orang-orang yang memiliki suatu sikap
ingin membantu orang-orang dengan tulus. Tulis Peter Burwash dalam bukunya Kunci
Menjadi Pemimpin Besar. Inilah alasan lain mengapa orang yang berjiwa
memberi berpeluang besar menjadi kaya. Orang yang ambisinya membantu orang lain,
menolong, dan memberkan pelayanan kepada mereka, labih banyak dibutuhkan
perusahaan-perusahaan dari pada orang-orang yang orientasinya hanya ingin
mendapatkan, hanya ingin dilayani, dan hanya ingin mendapatkan gaji.
Dengan sangat unik Mario Teguh membalikkan sebuah logika. Kata dia, selama ini,
orang bekerja demi mengejar uang, maka konsekwensinya dia harus melayani. Nah,
kemudian, apa yang terjadi jika logikanya dibalik. Apa yang terjadi jika yang menjadi target
seseorang itu pelayanan? Apa yang terjadi jika seseorang itu keinginannya melayani?
MAKA, KONSEKWENSINYA, DIA AKAN DIKEJAR OLEH UANG.
Dan itu sering terjadi pada kebanyakan peceramah atau guru. Seringkali mereka pusing
mencari contoh, mungkin karena kurangnya membaca, atau kurang mengambil pelajaran
dari kehidupan sehari-hari. Kalau dia bicara, terus saja berputar-putar ngomong teori. Jadi,
emh..jadi, emhh, ya begitulah. Memusingkan.
Jangan sampai itu terjadi kepadamu. Dengan memilki catatan lengkap tentang
hikmah dari pengalaman sehari-hari, Anda bisa dengan mudah menemukan contoh-contoh
untuk pelajaran yang akan Anda ajarkan.
Semua hal yang Anda alami dalam kehidupan keseharian pasti ada hikmahnya. Anda
tahu bahkan bergesernya sebutir debu pun sudah ditakdirkan oleh Alloh. Maka terlebih lagi
pengalaman yang Anda alami dalam keseharian, itu semua tidak terlepas dari takdir Alloh.
Kejadian sekecil apapun di sekitarmu adalah kehendak Alloh, hasil ciptaan Alloh, dan
seperti juga Anda tahu, Alloh tidak pernah dan tidak pernah sekali pun menciptakan
sesuatu dengan sia-sia, semua pasti ada maksudnya, semua pasti ada manfaatnya.
Wahai Pencipta dan Pemelihara kami, tidaklah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia,
Maha Suci Engkau, maka selamatkanlah kami dari siksa neraka. Demikian para ulil albab
berkata. Jadi, pastilah, sekecil apapun pengalamanmu dalam keseharian, jika Anda mau
merenungkan, Anda akan mendapatkan hikmah bermanfaat darinya. Maka rugi banyak
seandainya kita kurang begitu tanggap terhadap pengalaman keseharian. Berarti kita
melewatkan sesuatu yang sangat besar manfaatnya.
Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang
mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari padanya. (Yusuf:105).
Satu kiat praktis dan mudah menangkap pelajaran itu adalah dengan
menuliskannya. Ini penting dalam rangka mempersiapkan diri menjadi seorang berjiwa
memberi. Supaya kita bisa berbagi ilmu kepada orang lain, dengan penyajian paling baik,
paling mudah dipahami, dan paling bermanfaat buat mereka.
Sekecil apapun peristiwa pasti mengandung makna, sebab sekecil apapun peristiwa
adalah ciptaan Alloh, Sang Pemilik Nama-Nama Mulia. Salah satu nama mulia itu adalah
Al-Badi. Al-Badi itu pencipta sesuatu yang baru, yang lain dari yang lain, dan setiap
pengalaman kita pastilah istimewa, berbeda dari pengalaman sebelumnya. Hari memang
terus berputar-putar pada nama hari yang sama, dari senin hingga senin, jam juga memang
berputar-putar pada angka yang sama, dari angka satu hingga angka satu, kita juga rasanya
terus berada pada tempat yang sama, menjalani rutinitas keseharian yang sama, namun
peristiwa-peristiwa yang kita alami dari hari ke hari, bahkan dari detik ke detik
sesungguhnya berbeda.
Setiap detik pasti berhikmah. Kemalasan menuliskannya adalah kerugian. Selalulah
bawa buku dan balpoint, dan tuliskanlah peristiwa apapun yang kau lihat dan kau alami,
dan suatu saat, Anda akan merasakan manfaatnya. Menulislah walau sehari hanya tiga
baris, dan suatu saat Anda akan merasakan mafaatnya. Kata Imam Sayuthi dalam salah
satu nasihatnya.
Tadinya, niat saya, ingin ilmu sedekah ini saya sembunyikan saja.Biarlah saya saja
yang tahu, orang lain jangan. Biarlah saya saja yang cepat kaya, sedangkan orang lain,
biarlah terus menerus merasakan kesusahan dalam hidupnya. Namun kemudian saya
teringat, orang yang menyembunyikan ilmu itu akan mendapatkan laknat.
Saya harus mengajarkan ilmu ini kepada orang lain. Dengan mengajarkan ilmu
sedekah kepada orang lain, pengetahuan saya tentang sedekah akan bertambah. Sebab
sudah menjadi prinsip dalam kehidupan ini, siapa banyak memberi, banyak pula dia
mendapatkan. Banyak-banyak memberi kebaikan kepada manusia, akan lebih banyak lagi
mendapatkan kebaikan dari Alloh.
Saya harus memberi tahu orang lain tentang hal ini, sebab ini sebuah misi besar.
Tidak mungkin saya selesaikan dalam seumur hidup saya. Saya perlu mengajarkannya. Misi
kasih sayang tulus, tidak ingin mendapatkan balasan, adalah sebuah tugas besar. Jangan
sampai agama lain memenangkan misi ini. Agama saya Islam harus di depan, dansaya perlu
banyak bantuan untuk melaksanakannya.
Saya harus mengajarkannya kepada orang lain, agar mereka merasakan
kesejahteraan yang sama, kebahagiaan yang sama, dan supaya mereka, sama-sama
membantu saya, menegakkan agama Alloh ini.
sampai dia menjadi juara, dan kemdian dia berkata: Melalui itu semua saya belajar bahwa
bergerak dengan cepat dan mudah tdak hanya berlaku di air. Gerak cepat itu juge berlaku di
kehidupan. Kita memiliki akses besar menuju kemampuan kita dan potensi kita yang belum
dimanfaatkan jika kita menjaga anergi kita tetap tinggi serta menglirkan usaha-usaha kita
dengan cepat dan mudah.
Ini kunci lain menggapai kesuksesan dalam hidup, yakni bergerak dengan cepat dan
mudah. Sekali lagi, saya akan menulisnya dengan huruf-huruf kapital, BERGERAK
DENGAN CEPAT DAN MUDAH. Dan sedekah adalah sebuah gerakan menuju kaya dengan
cepat dan mudah.
Hidup ini terlalu singkat untuk dipakai mengejar kekayaan dengan cara biasa.
Banyak orang menghabiskan waktunya untuk memperbanyak harta, memperluas tanah,
mengumpulkan uang, dan itu nyaris dia lakukan siang dan malam, dan setelah uangnya
terkumpul, dia pun meninggal dunia. Jangankan mobil, bahkan uang logam lima ratus
rupiah saja tidak dibawanya. Sudah hidupnya lelah mengejar harta, eh sudah mati hartanya
tidak dibawa. Hidup ini terlalu singkat untuk dipakai mengejar harta kekayaan dengan cara
biasa.
Jangan dengan cara yang biasa, lakukanlah dengan cara yang luar biasa, yaitu
dengan gerak cepat dan mudah, yaitu dengan sedekah. Tinggal memberikan apa yang sudah
kita terima dari karunia Alloh, kepada orang yang membutuhkannya, kemudian setelah itu,
sudah...tinggal menantikan berkahnya. Bergeraklag dengan cepat dan mudah, jangan
terlalu banyak mikir, jangan terlalu banyak pertimbangan. Jika kita ingin cepat
mendapatkan kekayaan melimpah dari Alloh, cepat jugalah kita melaksanakan apa yang
diperintahkan-Nya.
Perhatikanlah Dia di dalam Al-Qur'an menyeru untuk bersegera meraih ampunanNya, dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Dan cara bersegera meraih surga itu
Alloh jelaskan pada ayat berikutnya, yakni dengan berinfak di waktu lapang dan sempit.
Artinya, jika ingin cepat kaya, berinfaklah tanpa mengenal keadaan. Dalam keadaan kaya
atau miskin, lapang atau sempit, dalam keadaan kita membutuhkan atau tidak
membutuhkan, berinfak tetap harus kita lakukan. Bersegeralah dan jangan hiraukan
apapun, bergeraklah dengan cepat dan mudah.
Kau raba di sakumu ada dua lembar uang seribuan, segera cari seseorang, misalnya
anak-anak, dan berikanlah uang itu kepadanya. Berikanlah dengan cepat dan mudah,
dengan sikap akrab sambil tersenyum. Kau temukan orang tuamu sedang kesusahan
mengerjakan sesuatu, jangan menunggu disuruh, dekatilah dan sedekahkanlah tenagamu
kepadanya. Alloh telah memberimu tenaga dengan cuma-cuma, tanpa harus kau beli,
infakkanlah, sedekahkanlah kepada orang tuamu, supaya Alloh memberi keberkahan pada
tenagamu. Tanyakanlah temanmu sesama penuntut ilmu, kitab atau buku apakah yang dia
butuhkan, dan setelah dia menyebutkan nama sebuah kitab, segeralah berikan dia kitab itu
dan berikan kepadanya.
Jangan pernah ragu memberikan uangmu untuk bersedekahjangan khawatir
kebutuhanmu nanti tidak tercukupi. Harta itu milik Alloh, termasuk dunia dan
seisinya,maka apa sulitnya bagi Alloh memberikan kebutuhan kita ketika kita nanti
membutuhkannya.
Orang bisa mati di mana saja cepat atau lambat. Kita semua akan mati. Tapi banyak
diantara kita, yang tidak pernah benar-benar hidup. Hanya sedikit di antara kita yang
mengambil keberanian untuk mengambil risiko dan hal-hal yang ingin kita lakukan tetapi
kita takut melakukannya. Jadi kita bertahan, kita selalu berdalih. Kita malah membuat
segalanya bertambah berat. Nasihat sang kakek kepada cucunya, Robert Chooper.
Banyak orang menyatakan dirinya beriman kepada Alloh, dia pun mengakui
kebenaran perintah Alloh tentang sedekah, dia pun mengakui dengan sedekah harta
menjadi berkah, bahkan dia pu menyaksikan orang yang bersedekah semakin melimpah
haranya, dan dia pun yakin jika dia bersedekah dirinya dan kehidupannya akan semakin
kaya, namun rasatakut miskin tetap menghantuinya hingga dia selalu berpikir dua kali
untuk bersedekahtetapi dia selalu menahan hartanya. Terus saja dia pelihara rasa
takutnya, sehingga dia tidak pernah benar-benar mengalami bagaimana bahagianya hidup
dengan banyak memberi. Dia hidup tetapi tidak pernah benar-benar hidup karena terlalu
banyak memelihara rasa takut
Sebelum memulai sebuah usaha, tanyakan dahulu, apakah ini merupakan kebutuhan
banyak orang. jika jawabannya ya, jalankanlah, sekalipun usaha itu kecil. Jangan
dipandang kecilnya, namun pandanglah faidahnya, dengan menjalankan usaha itu kita bisa
memenuhi kebutuhan orang banyak, kita bisa memberi kemudahan kepada orang banyak.
Usaha membuat bata sepertiny sederhana sekali, berkutat dengan tanah, kotor-kotoran.
Namun, ketika dilihat, ternyata ini sebuah usaha untuk memenuhi kebutuhan pokok orang
banyak. Rumah kebanyakan orang masih menggunakan bata, maka mereka butuh bata.
Membangun perusaan bata, ini sebuah usaha mulia, prospeknya bagus, dan pasti akan
menjadi kebutuhan banyak orang, dan insya Alloh usaha ini maju. Sebab, ini usaha bukan
hanya mencari uang saja, namun juga menjadi lahan amal, dengan memberi, memberi
kemudahan, memberikan kebutuhan, dan jika diniatkan karena Alloh, memohon
pertolongan kepada-Nya, inysa Alloh, Dia menolong memajukannya.
Selalulah ingat, yang memberikan rizki bukanlah manusia, melainkan Alloh. Jika
kehidupan seseorang bermanfaatjika bisnis seseorang bermanfaat untuk kebutuhan orang
banyak, tentulah Alloh yang akan menolongnya, membesarkannya, sekali pun usaha itu
kecil.
Usaha kecil tidaklah kecil jika kita mencoba jalan-jalan ke Amerika. Seperti
diketahui, jumlah kaum wanita lebih banyak populasinya dari kaum pria, dan merekapara
wanita di Amerikalebih banyak ikut andil dalam usaha-usaha kecil. Antara tahun 1987
dan 1997, jumlah usaha kecil yang dimiliki wanita meningkat 89 persen, sekitar 8,1 juta.
Masayarakat di sana, menjadikan usaha kecil sebagai dinamisme masyarakat yang
berkelanjutan. Anda mengerti apa itu dinamisme masyarakat yang berkelanjutan. Jika tidak
mengerti, tenang sajalah, saya juga yang menulisnya kurang begitu mengerti. Hanya
mengerti sedikit saja. Itu kutipan saya dari buku Garis Besar Ekonomi Amerika. Maksud
perkataan itu kurang lebih, bahwa di Amerika, kebanyakan masyarakat lebih suka
menjalankan usaha kecil, dan memandang tinggi nilai usaha kecil itu. Kecintaan
masyarakat pada usaha kecil ini telah menjadi pengaruh lobi yang kuat dalam Kongres
Amerika dan legistatif negara bagian. Perusahaan-perusahaan kecil telah memenangkan
kebijakan yang berpihak pada mereka semisal dalam bidang kesehatan dan keselamatan.
Kongres juga menciptakan Lembaga Usaha Kecil, yang biasa mereka singkat SBA (Small
BusinessAdministration). Lembaga ini dibentuk pada tahun 1953 sebagai penyuluh dan
pembimbing bagi masyarakat yang menginginkan keahlian dan bantuan keuangan.
Masyarakat yang punya inisiatif menjalankan usaha, melalui lembaga ini, mereka
mendapatkan pendidikan sekaligus modal: modal kerja, pembelian gedung-gedung,
permesinan dan peralatan.
Mereka memilih usaha kecil dikarenakan kekuatannya. Usaha kecil lebih cepat
merespos kondisi ekonomi yang selalu berubah. Mereka lebih dekat dengan pelanggan
mereka dan karena itu mereka lebih cepat menyesuaikan diri dengan kebutuhan mereka.
Dalam usaha kecil, mereka juga bisa bekerja lebih semangat, bahkan ada yang merelakan
dirinya bekerja paruh waktu. Banyak juga orang-orang, dari usaha kecil itu berkembang
menjadi penemu-penemu industri komputer. Sebagai contoh di Lembah Silikon(Silikon
Valley), California, banyak melahirkan para penemu dan inovator-inovator. Mereka pada
mulanya hanya seorang tukang patri, pekerja mesin yang dijalankan secara manual, namun
kemudian dengan cepat tumbuh menjadi usaha besar. Bahkan diantara mereka ada yang
menjadi pemain utama dalam perekonomian internasional, seperti dalam bidang jasa
pelayanan antar paket Federal Express, manufaktur pakaian olah raga Nike, firma jaringan
komputer Amerila OnLine; dan pembuat es krim Ben&jerrys.
Terlalu panjang saya menjelaskan tentang ekonomi Amerika, dikhawatirkan hanya
membuat anda pusing. Sebab sebenarnya, tujuan saya memaparkan tentang itu sedikit saja,
hanya ingin supaya Anda dan juga saya mengerti, usaha kecil jangan sampai dipandang
kecil. Jika usaha itu merupakan upaya pemenuhan kebutuhan pokok orang banyak, jangan
pernah ragu untuk menjalankannya. Tidak usah takut rugi, jangan khawatir terancam
bangkrut, Alloh akan mencatat kebaikan kita, dan kebaikan di sisi Alloh itu tidak akan sirna
selama kita ikhlash menjalankannya.
Itulah sebabnya, niat usaha itu sejak awal harus diperbaiki. Hati-hati dengan niat
membuka usaha sekadar menaikkan gengsi, ingin mendapat gelar bisnisman. Kukira itu
semua keinginan-keinginan kerdil, yang sepertinya lebih pantas dimiliki oleh orang yang
yang tidak beragama, tidak bertuhan. Orang beragama, akan mendasarkan setiap
perbuatannya kepada perintah Alloh. Maka ketika dia hendak membuka usaha, dia
membuka usaha demi mencari kerdhaan Alloh.
Dini hari pertama ramadhan, OPJ menghiasi acara Trans7. Dalam salah satu aksi
kocaknya, si Andre dengan si Sule bernyanyi Begadang yang diselewengkan menjadi
Berdagang. Begini katanya:Berdagang jangan berdagang, kalau tiada artinya, berdagang
boleh saja, kalau ada perlunya.
Ada betulnya juga nyanyian sinting mereka. Berdagang itu memang jangan asal
berdagang. Kalau tidak perlu jangan berdagang. Ada orang berdagang dengan tujuan asal
buka usaha, dengan keinginan masa depan sukses menjadi pedagang besar seperti orang
lain, namun yang dia jual bukan merupakan kebutuhan lingkungannya. Dia menjual
barang-barang yang tidak dibutuhkan orang lain. Ya, mana mungkin dia sukses.
Kembali pada konsep memberi sebagai modal kesuksesan hidup, seharusnya, tujuan
pertama dan utama seorang pedagang, adalah memenuhi kebutuhan orang lain, menolong
orang yang membutuhkan. Supaya orang, tidak usah jauh membeli, supaya kebutuhan
orang yang mendesak bisa cepat terpenuhi. Supaya, jika ada orang sakit, mereka bisa cepat
mendapatkan obat dari warung kita, dan jika ada orang yang butuh pembalut, mereka bisa
cepat terlindungi apa yang harus dibalutnya.
Jadi, kegembiraan pedagang itu, bukan laku jualannya, bukan dapat untung
tidaknya, bukan itu, tapi terpenuhinya kebutuhan orang lain. terserah bagaimana pun
caranya, apakah dengan mendapatkan dari warung orang lain, atau jualannya sendiri yang
terjual murah, asal kebutuhan orang lain terpenuhi, maka apapun akan dia lakukan
sekalipun berakibat dagangannya rugi. Alloh Maha Kaya, setelah dia memenuhi kebutuhan
orang lain sementara dia sendiri rugi, maka tentu Alloh akan memberikan kepadanya, yang
lebih baik dari yang dia punya.
Demi memenuhi tuntutan orang, itulah seharusnya tujuan utama berdagang. Foint
kedua Megatrend Asia yang mengubah dunia, kata John Naishbit adalah Tuntutan
Konsumen. Tulis dia Berusaha memahami pasar, baru ini akan mendatangkan keuntungan
yang amat besarsebaliknya, adalah hilangnya peluang bahkan menyebabkan bangkrut.
Jika kata-kata ini di-Islamikan, maka kalimatnya adalah:Berusaha memahami
kebutuhan orang lain, kemudian berusaha memenuhinya. Berusaha memenuhi di sini,
bukan hanya mencari keuntungan bagi diri sendiri, namun ingin memenuhi kebutuhan
orang lain, dengan harapan, nanti Alloh memberikan hal serupa kepada kita: kebutuhankebutuhan kita. Bukankah sudah umum dipahami oleh semua orang Islam, bahwa orang
yang menolong akan ditolong. Sabda Nabi:Alloh akan senantiasa menolong seorang
hamba, selama hamba itu masih mau menolong saudaranya.
Ada yang ingin saya kritik dari pemikiran John Naishbit. Dia hanya memberi ide
supaya mengambil kesempatan dari kecederungan orang yang semakin boros dan semakin
konsumtif. Kata dia:Standar hidup rata-rata penduduk Asia melambung secara tiba-tiba,
dari sekadar bertahan hidup ke gaya hidup konsumtif. Dengan kata lain, di tengah
kehidupan manusia yang semakin boros, marilah kita menjual sebanyak-banyaknya,
dengan begitu, maka kita akan kaya secara lebih cepat. Tulis dia di halaman
lainnya:Orang-orang Asia telah beranjak dari era ketika lemari es ditempatkan di sudut
ruang keluarga sedemikian rupa sehingga mudah terlihat sebagai sumber kemapanan, ke
era masa kini di mana mereka memiliki sarana-sarana untuk membeli segala susuatu guna
mempercantik ruang keluarga itu, dan bersama dengan itu orang-orang Asia sedang berada
dalam puncak gairah belanja. Ini hanyalah mengambil keuntungan dari kelemahan mental
masyarakat.
Itu tidak berlaku bagi seorang muslim. Seorang muslin menjual, dia memang
menjual apa yang dibutuhkan oleh orang-orang, namun tidak sebatas sampai di sana, tetapi
seorang muslim pun menjual sesuatu yang menjadi kebutuhan pokok orang-orang, semisal
makanan dan pakaian. Bisa juga barang yang dia jual itu barang elektronik, namun tidak
semata untuk hiburan, dia menjual barang eketronik, karena memang orang-orang
membutuhkan barang itu. Semisal komputer, untuk kebutuhan pendidikan, untuk
kebutuhan ilmiah, untuk kebutuhan dakwah. Atau bisa juga di amenjual kamera digital,
karena kamera itu dibutuhkan orang untuk dokumentasi, untuk kebutuhan ilmiah, atau
untuk kebutuhan pendidikan. Begitulah seorang muslim, dia tidak menjual semata karena
ingin menjual, namun dia menjual karena apa yang dia jual bisa menolong kebutuhan orang
lain.
Inilah ide ekonomi yang ingin saya gulirkan ke tengah-tengah dunia, dari yang
asalnya berdagang karena ingin memperkaya diri sendiri, ke cara berdagang karena ingin
memenuhi kebutuhan orang lain, ke cara berdagang karena ingin memenuhi kebutuhan
orang lain.
Sebuah dagang yang disertai keyakian luasnya Rezeki dari Alloh, karena beratnya
tantangan-tantangan yang bakal dihadapi. Karena, seorang yang berdagang dengan tujuan
ingin menolong orang lain, terkadang, dagangannya harus terjual murah di bawah modal,
atau bahkan dagangannya itu dia berikan kepada orang lain, dan jualannya mengalami
kerugian. Dalam keadaan rugi itulah pedagang yang berdagang dengan oriantasi menolong,
harus tetap mempertahankan keyakinannya akan luasnya rizki Alloh, bahwa setelah dia
menolong orang lain, sekalipun berakibat dagangganya rugi, namun dia yakin, akan datang
keuntungungan lebih besar yang didatangkan Alloh kepadanya. Keyakinan ini harus dia
pelihara, demi mempertahankan harapannya dan kebahagiaannya.
Wajah pedagang ini tetapi tersenyum sekalipun, dilihatnya, barang yang dijualnya
hampir habis, sementara uangnya tidak ada. Dia gembira karena, dia yakin, di sisi
Alloh,barang dagangannya tidaklah hilang, tidaklah habis,melainkan abadi tetap ada, dan
bahkan berkembang di sana, untuk dikembalikan suatu ketika dengan jumlah lebih besar,
lebih banyak, dan lebih baik.
Manusia kebanyakan pasti akan mengatakan ini berdagang cara gila. Tidak
mengapa, tantangan seorang permbawa kebenaran antara lain memang itu, akan dikatakan
gila oleh orang lain. jangankan kita, orang-orang yang nyata-nyata banyak dosa dan
kesalahan, banyak kekotoran dalam jiwa, Nabi saja, seorang kekasih Alloh, yang dosa lalu
dan kemudiannya diampuni oleh Alloh, yang telah Alloh jamin masuk sorga, pada awalawal dakwahnya dicerca masyarakat dengan sebutan gila. Maka, jika banyak orang
menyebut kita gila, ya wajar saja, dan anggap saja biasa. Bukan kepada manusia kita akan
mempertanggungjawabkan hidup, melainkan kepada Alloh.
Hal terpenting dari sebuah usaha atau bisnis adalah, apakah bisnis itu merupakan
kebutuhan manusia, ataukah sekedar hiburan. Hanya bisnis yang menjadi kebutuhan yang
akan bertahan lama. Dengan menjalankan bisnis yang menjadi kebutuhan, berarti kita juga
memberikan kemudahan kepada orang lain memenuhi kebutuhannya. Berarti kita menjadi
manusia pemberi.
Amatlah mudah bagi Alloh menjadikan kita kaya. Apa susahnya bagi dia? Semua
yang ada di muka bumi ini milik-Nya. Akan tetapi Dia Maha Tahu, kta belum siap
menerima kekayaan yang melimpah. Dia Maha Tahu, jika kita memiliki harta berlimpah,
mungkin saja kita malah melampaui batas di muka bumi.
Dan kalau Alloh melapangkan rezeki bagi hamba-hamba-Nya, niscara mereka
melampaui batas di bumi. Makanya Dia menurunkan apa yang Dia kehendaki dengan
ukuran-Nya. Sesungguhnya, Dia Mah Mengetahui lagi Maha Melihat terhadap hambahamba-Nya.(QS Asy-Syura (42):27).
Kita menginfakkan harta yang banyak, lalu kira mengira setelah itu akan
mendapatkan balasan lebih banyak lagi, namun kemudian nyatanya tidak, keadaan kita
malah semakin berkurang, setelah diinfakanuang malah semakin habis, dan tidak ada itu
rizki berlipat ganda. Itu bukan berarti Alloh menyalahi janji-Nya, sebenarnya musah saja
bagia Dia melimpahkan uang sebanyak mungkin kepada kita, namun Dia Tahu seberapa
besar tingkat kesiapan kita menerimanya.
Periksalah keadaan hati, adakah ketika mendapatkan kemudahan rizki dari Alloh
kita merasa sombong, adakan hati kita memandang rendah kepada orang lain, adakah hati
kita pernbah berkata:Kebanyakan manusia itu pelit, mereka bodoh, tidak tahu agama,
makanya mereka sayang kepada hartanya, tidak mau menginfakkanya, makanya mereka
miskin. adakah di hati kita bisikan seperti itu? Jika masih ada, maka apa yang bakal terjadi
jika Alloh memberi kita rezeki lebih banyak lagi? mungkin kita akan lebih sombong dan
angkuh.
Adakah di dalam hati kita keinginan, bahwa jika kita banya uang, kita akan
bermegah-megahan di tengah manusia, untuk merendahkan mereka, untuk supaya semua
orang mengabdi dan merendahkan diri kepada kita, adakah di dalam hati kita sebuah
rencana untuk membalas rasa sakit hati kepada orang yang selama ini angkuh kepada kita,
yang setelah kita kaya nanti kita akan balas angkuh kepadanya.
Ataukah ada di hati kita sebuah keinginan, setelah banyak uang itu, ingin kita
tinggalkan istri kita, dan mendekati seorang wanita cantik, memikatnya dan menikahinya
dan bermegah-megahan dengannya? Jika keinginan itu, dan semua keinginan di atas masih
ada di hati kita, hati-hati, kalau bisa buanglah segera, mungkin itulah yang menghalangi
rizki melimpah dari Alloh datang kepada kita.
Kita tidak hidup di dunia milik manusia, kita hidup di dunia milik Alloh. Kita hidup
dikerajaan Alloh, karenanya, mencari simpati dan cinta manusia bukanlah tugas kita. Tugas
kita adalah mencari cinta dan Ridho Alloh.
Setiap habis shalat, saya selalu menyadarkan diri saya dengan doa Katakanlah,
Wahai Alloh, Rajanya para raja, Engkau berikan kerajaan kepada siapa yang Engkau
kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan dari siapa yang Engkau kehendaki, Engkau
muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki
dengan Tangan-Mu yang baik, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Itu supaya saya senantiasa ingat selalu, bahwa Penguasa, Penentu, yang harus saya
harapkan ridha-Nya, yang harus saya cari balasannya, hanyalah Alloh. Jangan mencari
suka dan cintanya manusia, apalagi dengan sesuatu yang tidak disukai oleh Alloh. Dan doa
itu juga seharusnya menyadarkan saya, untuk selalu yakin, bahwa jika Alloh telah
menetapkan sesuatu, maka tiada seorang pun sanggup menghalangi ketetapan-Nya.
Bagaimana mungkin adayang menghalangi ketetapan-Nya, padahal Dialah Penguasa.
Telah Dia tetapkan, orang-orang yang berbuat baik akan mendapatkan kebaikan,
orang-orang yang bersedekah akan mendapatkan keberkahan, orang-orang yang
menginfakkan harta di jalan Alloh akan mendapatkan balasan berlipat ganda bagaikan biji
yang menumbuhkan tanaman yang menghasilkan biji yang beraratus-ratus, berribu-ribu.
Demikianlah telah Dia tetapkan orang bersedekah akan mendapatkan kekayaan, maka tiada
seorang pun sanggup menghalangi ketetapan-Nya.
Namun jangan sampai semua itu lantas menjadikan harta kekayaan menjadi tujuan.
Nyatanya balasan kebaikan yang Dia berikan, supaya kita semakin yakin kepada-Nya,
semakin mencintai-Nya, membersihkan diri dari berharap kepada selain Alloh, dan
berharap hanya kepada-Nya.
suatu siang saya ditakdirkan naik trevel, dan ternyata sopirnya seorang Nasrani, dia
mengatakan kepada saya, mengapa kaum mereka suka memberi ketika ada orang Islam
minta sumbangan, dasarnya ternyata bukan apa-apa, melainkan karena rasa kasihan saja,
lalu dia mengutip kata-kata Nabi Isa, kasihilah sesamamu sebagaimana Anda ingin
dikasihani.
Sepertinya, cinta kasih itu ajaran terpenting mereka, walau kenyataannya, sering
pula ada dari golongan mereka yang bertindak sangat kejam, namun sering saya dengar,
dari khotbah mereka, bahwa cinta kasih itu adalah hal terpenting yang harus disebarkan di
muka bumi.
Bunda Teresa, ya aku ingat nenek-nenek ini. Agamanya Kristen dan menjadi tenar
sejagat karena cintanya yang tulus kepada semua manusia, tanpa pilih-pilih, tanpa
memandang agama, ras, suku, dan sebagainya, dia selalu merasa kasihan dan mau
menolong. Dia menolong tanpa memandang apapun, sampai-sampai dia punya kata-kata
terkenal: Kalau kepada orang lain kita selalu menghakimi, kita akan kehabisan waktu
untuk mencintai.
Suatu malam, saya jalan-jalan ke Plaza Mayasari Tasikmalaya. Naik ke lantai tiga
dan langsung memasuki toko buku di sana. Tiba di dalam, saya langsung disambut barisan
buku murah. Buku-buku murah itu judulnya menarik semua, namun setelah saya bukabuka dan baca-baca, ternyata itu buku karangan orang-orang Nasrani semua. Murah sekali
jika dilihat dari ketebalan bukunya. Buku-buku tebal itu diobral dengan harga lima belas
ribu sampai dua puluh ribuan. Kebanyakan buku-buku itu mengajarkan cinta kasih,
bagaimana bergaul dengan sesama manusia, bagaimana menjalin hubungan dengan
pasangan, bagaimana mencintai anak-anak. Intinya, buku-buku itu mengajarkan untuk
hidup penuh cinta kasih.
Saya merenung, jika mereka begitu gencar menyerukan cinta kasih lewat amal-amal
mereka, buku-buku mereka dan khotbah-khotbah mereka, lalu bagaimana dalam Islam
agama saya, apakah agama saya mengutamakan ajaran cinta kasih itu?
Masya Alloh, setelah saya renungkan, ternyata agama saya bahkan mengajarkan
cinta kasih pada setiap pekerjaan. Dalam setiap memulai pekerjaan baik, agama saya
supaya mengawalinya dengan basmalah. Dan basmalah itu mengandung kata-kata cinta
kasih. Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kalimat itu
sesungguhnya mengingatkan, supaya, sebagaimana Alloh mengasihani makhluqmakhluqnya, harus pula saya melakukan hal serupa. Kalimat itu dibaca supaya menjadi
pelajaran, bahwa, jika Alloh saja yang tidak butuh kepada makhluq-Nya mengasihi
makhluq-makhluq-Nya, mengapa saya yang senantiasa butuh kepada sesama tidak
mengasihi sesama.
Ada pepatah, satu musuh terlalu banyak, seribu sahabat masih kurang. Pepatah ini
memberi nasihat pentingnya punya banyak kawan. Pentingnya mencari kawan ini, bukan
untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya, karena tidak ada yang bisa diberikan oleh
manusia. Kecewalah orang yang memperbanyak kawan untuk bisa mendapatkan sebanyakbanyaknya. Sakit hatilah orang yang memperbanyak kawan untuk mendapatkan bantuan
sebanyak-banyaknya. Karena kebanyakan manusia itu ingin dibantu bukan ingin
membantu. Bahkan bisa jadi, kenyataan yang terjadi, semakin banyak kawan, semakin
banyak orang yang meminta bantuan.
Seharusnya, memperbanyak kawan bertujuan supaya bisa memberi sebanyakbanyaknya. Sekali lagi, memperbanyak kawan, bukan untuk mendapatkan sebanyakbanyaknya, tapi untuk memberi sebanyak-banyaknya. Dengan banyak memberi itu kita
berharap, Alloh semakin banyak memberi kepada kita.
SIAPKANLAH JIWAMU
Amatlah mudah bagi Alloh menjadikan kita kaya. Apa susahnya bagi dia? Semua
yang ada di muka bumi ini milik-Nya. Bukankah salah satu Asmaul Husna itu adalah Yang
Maha Mengkayakan. Sedikt pun tidak ada kesulitan bagi Alloh menjadikan diri kita kaya.
Adapun, jika sampai sekarang kita belum juga kaya, pasti karena Dia Maha Tahu,
kita belum siap menerima kekayaan yang melimpah. Dia Maha Tahu, mungkin jika kita
memiliki harta berlimpah, kita malah melampaui batas di muka bumi.
Asuransi diikuti banyak orang untuk mengantisipasi kecelakaan tak terduga di hari
esok. Jaminan rasa aman masa depan mereka serahkan ke sana. Rumah, kendaraan,
bahkan jiwa mereka sendiri mereka serahkan kepada lembaga asuransi. Setiap bulan,
sebagian gajinya mereka potong dan serahkan kepada lembaga itu, untuk suatu hari, jika
terjadi apa-apa pada rumah, atau kendaraan atau dirinya, dia bisa mendapatkan
pertolongan dari pihak asuransi.
Kukira ini tidaklah keliru, bersiap menghadapi kemungkinan buruk di masa depan
memang harus. Manusia harus melakukan usaha di samping dia sendiri harus bertawakkan
kepada Tuhannya. Akan tetapi, ada usaha tawakkal lain yang mungkin ini di luar nalar,yaitu
dengan menyinfakkan harta di jalan Alloh.Denganmenginfakkan kekayaan kita di jalan
Alloh, kita menitipkan nasib masa depan kita kepada Alloh.
Orang yang berinfak, menyerahkan kekhawatiran masa depannya kepada Alloh.
Mereka adalah orang-orang yang mengamalkan ilmu tawakal secara lebih nyata. Mereka
tidak tahu nasib mereka hari esok akan bagaimana, mereka juga tidak tahu tentang
bagaimana nanti nasib rumahnya, namun mereka tahu, jika mereka berserah diri kepada
Alloh, maka Alloh adalah sebaik-baik tempat bertawakkal.
Mereka mengasuransikan dirinya kepada Alloh.
Tolong dengarkan saya Teman! Menimbun dan mengumpulkan harta bukanlah gaya
hidupmu. Orang-orang kaya sesungguhnya bukanlah mereka yang suka mengumpulkan
hartanya. Orang kaya adalah orang yang suka mendistribusikan hartanya. Mereka yang
merasakan kekayaan adalah orang yang berusaha sekuat tenaga agar hartanya berguna
untuk kehidupan.
Kalau kita ingin mengikuti petunjuk Al-Qur'an, maka Al-Qur'an mencela orangorang yang mengumpulkan harta dan menimbunnya.
Celakalah pengumpat dan pencela, yaitu orang yang suka mengumpulkan harta dan
menghitung-hitungnya,
mereka
mengira
sesungguhnya
hartanya
itu
akan
mengekalkannya. (Al-Humazah: 1-3)
...dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya
pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat)
siksa yang pedih, Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu
dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada
mereka: "Inilah harta bendamu yang Anda simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah
sekarang (akibat dari) apa yang Anda simpan itu." (Attaubah: 34-35).
Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan
kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka.
Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu
akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan
(yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang Anda kerjakan. (Ali
Imran: 180)
(yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan
menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka. Dan Kami telah
menyediakan untuk orang-orang kafir siksa yang menghinakan. (Annisa: 37)
Sebaliknya Al-Qur'an menyuruh kita untuk bersegera menginfakkan harta, apapun
keadaan kita sekarang, sedang sempit atau pun lapang.
Dan bersegeralah Anda kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,(yaitu)
orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai
orang-orang yang berbuat kebajikan. (Ali Imran: 133-134).
Semakin seseorang memanjakan perutnya dengan apa saja yang dia sukai, semakin
giat dia mengejar dunia. Semakin sering seseorang melaparkan perutnya, semakin jarang
dia mencari dunia. Tulis majalah Al-Kisah. Pernyataan itu saya pahami, semakin seseorang
banyak melaparkan dirinya, semakin mudah hatinya meniatkan setiap pekerjaannya untuk
kebahagiaan di akhirat, sebab dalam setip pekerjaannya, dengan mudah dia mengingat
Alloh dengan mengharap ridho-Nya.
Menjadi manusia pemberi ini kita jalankan sebagai tugas dari Alloh dalam
kekhalifahan kita di muka bumi. Dengan rasa lapar kita tetap menyadari, apa yang kita
lakukan ini didasari karena mencari ridho Alloh dan bukan karena yang lainnya.
Lapar bisa meredam hawa nafsu. Di mana ini menjadi modal seseorang bisa
menikmati keindahan durga. Dan adapun orang-orang yang menahan diri dari keinginan
nafsunya, maka surgalah tempat tinggalnya (79: 40-41). Yahya bin Muadz Arrazi berkata:
Seandainya kamu memohon syafaat melalui para malaikat yang tinggal di tujuh lapis langit,
124 ribu nabi, semua kitab suci, hikmah, dan para wali, supaya kamu bisa meninggalkan
dunia dan menjalankan ketaatan, mereka tidak akan memenuhi permintaanmu. Tetapi jika
kamu memintanya melalui rasa lapar, rasa lapar itu akan memenuhi permintaanmu, dan
mendorongmu kepada ketaatan.
Rasa lapar punya daya yang sangat besar mendorong seseorang melakukan ketaatan.
Itu karena rasa lapar sanggup meredam nafsu syahwat yang banyak membawa seseorang
pada kedurhakaan dan lupa kepada Alloh. Sahl bin Abdulloh Attustari berkata: Demi Alloh
yang tidak ada Tuhan selain Dia, orang-orang yang terbiasa melakukan apa yang dibenci
oleh Alloh tidak akan berubah menjadi orang-orang yang melakukan apa yang dicintai oleh
Alloh,kecuali dengan lapar. Manusia tidak akan menjadi manusia yang bena r kecuali
dengan lapar.
Sekelompok ahli ibadah ditanya: Mengapa Alloh memerintahkan para walinya
untuk berlapar-lapar?
Mereka menjawab: Tidakkah kamu lihat bahwa ketika hewan ternak tidak mau
menuruti keinginan pemiliknya, yang dilakukan sang pemilik (supaya hewan-hewan
piarannya memenuhi keinginannya) adalah tidak memberi makan kepada mereka.
Sesungguhnya bila seorang hamba melaparkan dan mendahagakan dirinya, Alloh Swt.
Membanggakan hamba itu di hadapan para malaikat. Tidak ada seorang hamba yang
dibanggakan kecuali kelak di akhirat akan dimahkotai dengan mahkota cahaya dan
perhiasan dari yaqut merah dan kuning serta permata yang sangat indah. Mereka juga
membawa kendaraan dari zamrud nan hijau. Semua itu oleh para malaikat dibawa ke
makam orang-orang yang sewaktu di dunia suka menahan lapar dan dahaga. Orang-orang
kemudian dari kubur itu dinaikkan ke atas kendaraan yang telah disediakan, dan mereka
pergi menuju Alloh Swt.
Suatu malam Nabi Isa melaparkan dirinya. Melihat itu iblis menggodanya:
Mengapa kamu berlapar-lapar sedemikian itu? Maukah kamu kubawakan makanan?
Nabi Isya menjawab: Kamu tahu bahwa sesungguhnya jika aku berkata kepada
gunung-gunung jadilah kalian makanan atas ijin Alloh mereka pasti menjelma menjadi
makanan. Kamu adalah musuhku dan hawa nafsumu adalah mata-matamu yang ada
padaku. Aku sedang melaparkan dan melemahkan mata-matamu, sehingga dia tidak lagi
mempunya kekuatan untuk menyampaikan berita tentang aku kepadamu. Laparku sungguh
membuatmu marah sekaligus lemah dan tidak ada yang kuinginkan di dunia selain itu
(kemarahan dan kelemahanmu)
Ibrahim bin Adham bersyair:
Kulihat lapar mengalahkan godaan roti nan lezat
Dan rayuan sungai eufrat yang mengalir bening
Kulihat lapar mendorong orang untuk shalat
Kulihat kenyang mendorong orang untuk tidur berbaring
Rasululloh dan para shahabat adalah orang-orang yang senang membiasakan dirinya
lapar. Ali bin Abi Tahlib mengisahkan, suatu hari, aku masuk ke rumah Rasululloh Saw dan
kulihat beliau sedang bertelungkup di atas tikar sambil menyembunyikan wajah. Tubuhnya
terlihat lemas karena menahan lapar. Ketika itu Rasululloh berdoa: Dengan lapar dan
dahagaku, ampuilah ummatku atas dosa-dosa mereka.
Aisyah meriwayatkan: Rasululloh dan para shahabatnya biasa menahan lapar.
Abu Hurairoh berkata: Kamu lihat, aku merintih diantara kuburan Nabi Saw da
mimbar karena lapar, sampai-sampai orang bilah bahwa aku ini gila. Aku bukan gila,
melainkan lapar.
Pernah suatu kali, ketika Rasululloh Saw mengimami shalat, beberapa shahabat
tidak sanggup berdiri karena lapar. Seusai shalay, Rasululloh menoleh ke arah mereka dan
bersabda: Seandainya kalian tahu apa yang akan kalian dapatkan di sisi Alloh (karena
lapar kalian), niscaya kalian akan menambah (lapar kalian).
Rasululloh bersabda kepada Abu Dzar: Sedikitlah makan dan sediktlah bicara,
kamu akan bersamaku di surga seperti dua jari ini.
Sesungguhnya orang yang paling dekat tempatnya denganku diantara kalian pada
hari kiamat adalah orang yang lapar, dahaga, dan kesedihannya panjang di dunia.
Untuk diri kita sendiri, hendaklah hematlah. Baju yang biasa dipakai ke mesjid,
pakailah ke mesjid. Pakaian yang biasa dipakai belajar, pakailah belajar. Sediakan pakaian
khusus untuk bekerja, sediakan pakaian khusus untuk tidur. Jangan sampai pakaian untuk
ke mesjid Anda pakai untuk tidur, itu bisa cepat rusak, bisa menyebabkannya cepat robek.
Berhematlah!
Jika baju itu berkancing, bukalah semua kancingnya jika hendak ditanggalkan,
supaya ketika memakai nanti, jangan sampai kita memakainya dalam keadaan terkancing.
Memakai pakaian dalam keadaan dikancingkan, seringkali menyebabkan baju robek dan
kancingnya tanggal. Bukalah dulu kancingnya, sabarlah, perlahanlah, jangan tergesa-gesa
sebab tergesa itu dari syetan.
Attaanni minallohi wal ajalatu minasy syaithan perlahan-lahan itu dari Alloh, dan
tergesa-gesa itu dari syaithan...
Menjemur pakaian pun jangan lupa dibalikkan dulu, supaya tidak cepat pudar
warnanya, dan pakaian tidak cepat usang. Makanya, sebaiknya menyukai pakaian putih,
supaya warnanya tidak pudar. Kalau Anda menggosok gigi, tidak usah mengeluarkan pasta
gigi hingga penuh sepanjang sikat, tidak usah meniru iklan, sedikit saja sudah cukup untuk
membersihkan gigimu.
Hematlah uang kita, kumpulkanlah dan simpan!
Bukan di dompet, bukan pula di celengan, namun di jalan Alloh, disedekahkan
kepada anak yatim, kepada orang miskin, kepada penuntut ilmu yang kekurangan biaya,
itulah tempat teraman menyimpan uang. Menyimpan uang sepuluh juta di ATM, belum
tentu aman, bisa saja catatannya tiba-tiba berubah dan berkurang, bagaimana kita bisa
mengembalikannya? Yang tahu seluk-beluk bank mungkin gampang, namun aku yang
awam, tidak tahu menahu masalah itu, mungkin hanya bisa pasrah.
Hematlah keuangan kita, untuk kita simpan di jalan Alloh. Untuk diri kita sendiri,
lebih baik sederhanalah!
Di New Englan, negara bagian Amerika Serikat, 32 kilometer dari boston, terdapat
sebuah desa bernama Concord. Desa itu kecil dan indah, dikelilingi hutan, dan menjadi
tempat menyepi bagi para seniman. Di sana, para seniman itu melakukan renungan
spiritual, dan mempraktikkan gaya hidup sederhana. Ralph Waldo Emerson, sastrawan
yang terkenal dengan ajaran percaya dirinya, punya kebun sayur bersama sastrawan lain,
Henry David Thoreau.
Orang yang kenal dengan kehidupan dunia ini akan tahu, kesederhanaan adalah cara
hidup paling baik, paling nyaman, dan paling membahagiakan. Semakin banyak menambah
barang-barang yang tidak penting, hidup semakin repot, semakin banyak masalah, semakin
banyak pikiran. Dia tahu, mengumpulkan uang bukanlah cara terbaik mencari kebahagiaan.
Kalau pun dia mengumpulkan uang, dia tidak akan mengumpulkan untuk dirinya,
melainkan, uang itu akan dia berikan kepada orang lain, siapa yang membutuhkannya.
Sebenarnya, orang-orang yang selalu mengumpulkan harta untuk dirinya, hidupnya
akan kesepian. Kepada orang lain nalurinya curiga terus, melihat orang mendekat selalu
hatinya berkata, wah ini orang mendekat pasti ada maunya. Akan tetapi, orang yang punya
prinsip hidup untuk berbagi, keberadaan orang lain akan dirasakannya kehangatan, orang
lain adalah tempatnya berbagi, dia bahagia dengan keberadaan orang lain, sebab dengan
adanya mereka dia bisa memberi, dengan adanya orang lain dia punya tempat berbuat baik,
dengan adanya orang lain dia mendapatkan ganjaran, dengan adanya orang lain hartanya
lebih manfaat, dengan adanya orang lain tubuhnya akan lebih kebal terhadap penyakit.
Sebuah penelitian mengatakan, orang yang suka bersosialisasi dan akrab dengan orang lain,
umurnya lebih panjang dan badannya lebih sehat.
tidak pernah diketahui. Tapi, dua bulan setelah diangkat sebagai menteri keuangan,
nirihiko ampun-ampunan mengundurkan diri.
Banyak uang tidak akan membahagiakan kalau tidak bisa mengurusnya. Banyak
uang yang membahagiakan adalah banyak uang yang disertai kepandaian mengurusnya.
Dan cara mengurus uang sudah diajarkan oleh ALLOH pencipta kita, yaitu dengan
menginfakkannya. Tanpa disertai cara itu, uang bukannya membahagiakan, malah
menyusahkan.
Infak menjadikan kehidupan seseorang terhindar dari kesedihan.
Yaitu orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan ALLOH, kemudian tidak
menyertai apa yang mereka infakkan itu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti
perasaan si penerima. Bagi mereka ganjaran mereka di sisi Tuhan mereka, tidak ada
ketakutan bagi mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.
Dan kebanyakan orang tidak tahu dengan cara ini. Mereka lebih memilih
menggunakan uang itu untuk membeli barang yang diinginkannya, lalu barang itu
merepotkannya, atau menjadikan uang itu modal kemudian mengurusnya, lalu sibuk dan
kerepotan menjaganya dari kerugian siang dan malam.
Pemurung adalah orang yang senangnya mengasihani diri sendiri. Jika hidupmu
ingin bahagia,kasihanilah orang lain.
Lebih baik pikirkanlah nasib orang lain, pikirkanlah, bagaimana cara menolong
mereka. Tentang diri kita sendiri, biarlah Alloh yang akan menolong. Sekali waktu, saya
hanya memikirkan diri sendiri,memikirkan bagaimanakah caranya supaya wajah lebih
cerah, kelihatan lebih muda, lalu saya membeli berbagai krim pembersih yang mahalmahal. Aku pun membeli pakaian,yang kukira akan membuat penampilanku lebih menarik.
Nyatanya, aku tetaplah aku, seperti kebanyakan manusia, aku terus berangkat tua.
Dan aku semakin disadarkan kepada hal itu. Bahwa aku tidak muda lagi, bahwa usiaku
semakin lanjut, bahwa kulitku semakin keriput. Terbukti, gadis-gadis yang baru
menemuiku di toko-toko atau di pom bensin, mereka tidak menyebut aku Aa lagi, kini
mereka menyebutku Bapak. Itu pertanda jelas, jika penampilanku tidak muda lagi.
Mungkin di mata mereka, aku yang berusia 27 tahun ini, telah berusia 35 tahun. Sudah
seperti bapak-bapak. Tidak pantas lagi dipanggil Aa. Jadi sudah tidak sepantasnya lagi aku
eksen-eksenan menarik hati mereka, dan aku harus yakin,takan ada dari mereka yang
tertarik. Saya semakin tua, dan sangat tidak pantas jika yang saya pikirkan terus
penampilan, kegayaan, dan kenecisan.Memikirkan hal itu saya menjadi sedih. Seringkali
termenung di depan cermin, melihat diri telah melewatkan usia sekian tahun dalam ketidak
bergunaan. Apa yang sudah saya lakukan, dan apa prestasi yang sudah saya raih. Rasanya
tidak ada sama sekali. Rupa wajah sederhana yang semakin tua ditambah sejarah usia diri
yang tidak berguna dan tidak punya kehebatan apa-apa membuat pikiran saya terpuruk
dalam duka.
Demikianlah kesedihan menyergap ketika hati lebih mengasihani diri sendiri. Lain
halnya ketika saya lebih mencoba mengasihani orang lain. Uang tidak lagi saya gunakan
untuk mengasihani diri sendiri, uang lebih suka saya gunakan untuk memikirkan
kepentingan orang lain. Dan segera, setelah saya menanamkan keinginan hanya ingin
memberi dan mengasihani orang lain, terasa kehidupan dunia demikian luasnya.
Kreatifitas menjadi sangat penting jika Anda ingin menjadi pemberi. Sampahsampah di lingkungan, yang pada mulanya dipandang tak berguna, dengan kreatifitas,
barang itu bisa kembali menjadi barang berguna. Salah seorang dosen saya, tamatan
program pascasarjana Pendidikan Seni Rupa UPI Bandung, benar-benar mempraktikkan
seni rupa di rumahnya. Dari sebuah bakul bekas, dia membuat jembangan besar untuk
bonsainya. Bakul itu dia cor dengan semen, dan agar lebih bagus,dia campurkan kelereng di
sekelilingnya. Jembangan itu tampil indah di depan rumahnya, dia sirami bonsainya setiap
hari, dan dialah yang melakukannya, bukan istrinya. Dengan begini dia bisa beribadah
menyenangkan istrinya, dan katika saya bertamu, dia bisa berbagi pegetahuannya ini
dengan saya, dan membuat saya bisa berbagi pula pengetahuan dengan pembaca. Kebaikan
memang menghasilkan kebaikan.
Untuk memiliki jiwa memberi, penting sekali kita punya kreatifitas. Secara
serampangan saya membuka buku Psikologi Pembelajaran karangan Prof.Dr.H.
Mohammad Asrori, M.Pd.Saya cari di dalamnya berbagai teori tentang kreatifitas. Di dalam
bukunya ini sang profesor memaparkan arti kreatifitas menurut Torrance. Ialah suatu
proses kemampuan memahami kesenjangan-kesenjangan atau hambatan-hambatan dalam
Jika Anda punya uang, utamakanlah infak, utamakanlah menolong orang lain, dan
habiskanlah waktu untuk itu. Tidak usah Anda pusingkan bisnis. Masalah bisnis, masalah
usaha, nanti ALLOH yang akan memberikan jalan.
Bisnis itu harus dijalankan berdasarkan kebutuhan. Bisnis yang dijalankan tanpa
mengetahui kebutuhan orang, dan hanya mengandalkan untung-untungan, besar peluang
bisnis itu akan mengalami kegagalan. Bisnis yang berhasil adalah bisnis yang dijalankan
berdasarkan kebutuhan pasar.
Dalam sebuah perjalanan, saya melihat pabrik makanan ringan. Sambil berteduh
dari hujan, saya masuki pabrik itu. Saya berjalan terus ke dalam, menyapa seorang laki-laki
yang sedang membuat kue semprong. Hanya beberapa orang saja di sana, tapi ketika saya
menoleh ke sebelah kanan, masya ALLOH, ramai sekali para pekerja dengan garapannya
masing-masing. Kebanyakan pekerjanya wanita. Mulai wanita muda hingga wanita tua
bekerja di sana. Setelah menuruni sebuah tangga, saya permisi kepada seorang wanita tua.
Tangannya sibuk melinting sale, dan menjawab sapaan saya dengan sopannya. Saya terus
berjalan, dan menyaksikan tungku-tungku besar berbaris dari timur ke barat. Kuali di
atasnya menampung minyak dengan berbagai macam makanan yang digoreng. Sebagian
menggoreng pisang, sebagian menggoreng sale, dan yang mengerjakan itu adalah ibu-ibu.
Sibuk mereka menggoreng, mengangkat, mengangkut, dan membetulkan nyala apinya.
Saya berdiri takjub melihat pemandangan itu. Isi kepala berputar memikirkan apa
yang harus saya lakukan supaya bisa merekam kegiatan ini. Saya pikir, rekaman kegiatan di
pabrik ini pasti akan sangat bermanfaat untuk pengajaran anak-anak di kelas. Saya
mengajar di sebuah SMA suasta di perkampungan. Anak-anak senang jika pelajaran
disajikan dalam bentuk fim, atau rekaman gambar. Sayang, hape kamera yang saya bawa
sudang drop.
Ketika itu, saya menoleh ke sebuah tempat yang dibatasi tembok sepinggang. Saya
lihat di sana seorang bapak sedang duduk. Saya tanya dia, apakah dia pemiliknya. Dia
menjawab, ya. Dan saya memohon maaf kepadanya dan menyatakan keinginan melakukan
penelitian di perusahaannya ini. Dia bertanya, untuk kepentingan apa? Saya jawab, untuk
pelajaran anak-anak di sekolah. Dia katakan, silahkan. Saya gembira mendapatkan izin
darinya. Saya melihat di sebelah bawah sana ada lagi bangunan besar beratapkan asbes.
Saya tanyakan kepada bapak ini, apakah itu perusahaan juga. Dia katakan, ya. Kemudian
saya meminta ijin kepadanya, ingin melihat-lihat juga ke bawah. Dia mempersilahkan.
Dan ketika saya berjalan ke bawah, dan memasuki bangunan itu, saya saksikan
orang lebih banyak lagi. Ibu-ibu muda ramai mengelilingi meja besar setinggi lutut. Di
depan mereka menumpuk lembaran-lembaran lumpia tipis. Cekatan tangan mereka
mengambilnya, lalu dengan kecepatan luar biasa mereka membungkus tepung dengan
lembaran lumpia itu. Saya dekati mereka dan saya tanyakan kepadanya, tepung apakah itu.
Mereka tidak jelas menjawabnya. Mulut mereka sedang sibuk bergosip. Penasan akhirnya
saya memberanikan diri mencomot tepung itu, saya cium, dan ternyata itu tepung udang.
Saya tanyakan pada mereka, benarkah itu tepung udang. Mereka jawab, ya, dan kembali
mereka sibuk dengan gosipnya. Saya kesal, mengapa mereka sombong sekali.
Tidak terlalu lama di sana, saya kembali ke atas. Menemui si bapak pemilik pabrik
ini dan mewawancarainya. Kata dia, makanan ringan buatannya ini telah menembus pasar
Bali. Banyak sekali permintaan dari sana, dan sekarang masih belum terlayani. Saya
tanyakan kepadanya, berapakah karyawan yang dipekerjakannya? Dia katakan, kurang
lebih dua ratus. Saya takjub luar biasa. Tapi dia katakan, sebenarnya dia masih
membutuhkan sekitar empat puluh karyawan lagi, untuk memenuhi permintaan pasar.
Jadi, makanan ringan yang dibuat di sini berdasarkan permintaan pasar? tanya
saya.
Ya, sebab pada dasarnya kami pelayan konsumen. Apa yang mereka minta, itulah
yang kami produksi. Terangnya.
Jadi bukan untung-untungan?
Tidak. Biasanya orang membuat produk makanan tanpa mengetahui laku tidaknya
di pasaran. Tapi di sini tidak, kami memproduksi makanan sesuai kebutuhan pasar. Setelah
tahu apa yang pasar butuhkan, kami siapkan di sini bahan baku, kami siapkan karyawan,
peralatan, dan barulah usaha dijalankan.
Sampai di sini saya mendapatkan pelajaran, bisnis harus dijalankan sesuai dengan
kebutuhan orang. Dengan begitu, kita menjalankan bisnis bukan semata ingin mencari
uang, tapi karena ingin menolong orang lain. Tidak ada gunanya menjalankan usaha yang
tidak dibutuhkan pasar. Bisnis semacam itu hanya untung-untungan. Lebih besar peluang
gagalnya daripada berhasilnya. Kalau ada uang, lebih baik sedekahkan, gunakanlah
menolong orang, dan biarlah ALLOH membukakan jalan usaha yang pasti menguntungkan.
Telah kita temukan jalan hidup kita: menjadi seorang pemberi. Kita berusaha
memberi kebaikan sebanyak-banyaknya kepada orang lain sebanyak-banyaknya. Kita
menjadi penyeru kemurahan, kebaikan, dan penyeru perdamaian. Sementara orang lain
oriantasi hidupnya memikirkan bagaimanakah caranya mendapatkan, kita harus berpikir
bagaimanakah caranya kita bisa memberikan. Kita tidak usah pusing bagaimana akan
mendapatkan, sebab Yang Maha Pemberi sudah jelas: Alloh Yang Maha Kaya. Dia sudah
berjanji, akan memberi dengan berlipat ganda kepada orang yang memberi. Dan Dia tidak
mungkin mengingkari janji-Nya.
Menjalani hidup sebagai pemberi tidak usah banyak mikir. Tiga hal saja yang harus
kita pikirkan, yaitu: kebaikan apa yang bisa kita berikan kepada orang lain, siapa orang
yang tepat untuk saya beri, dan bagaimana memurnikan hati supaya pemberian ini benarbenar karena ALLOH.
Dalam belajar pun kita punya teori yang berbeda. Sementara orang terus berusaha
mengumpulkan ilmu, mari kita lebih banyak berpikir bagaimanakah memberikan ilmu. Dan
supaya kita bisa memberi ilmu lebih banyak, kita harus belajar lebih banyak, beramal lebih
banyak, dan ingat kepada ALLOH lebih banyak.
Harta tidak usah kita kumpulkan. Mengumpulkan harta hanya akan melalaikan kita
dari mempersiapkan akhirat. Dari radio tetangga, saya mendengar pendakwah (alm) KH.
Zainudin MZ membacakan surat Attakatsur, Bermegah-megahan telah melalaikan kamu.
Harta lebih baik kita berikan. Tak usah takut miskin dan kekurangan, ada yang telah
menjamin kehidupan kita yaitu ALLOH. Dia tidak pernah lengah walau sesaat, selalu
memerhatikan dan mengurus kita sepanjang waktu.
MEMBERI. Biar hanya satu kata, tapi ini ilmu yang sangat berharga. Tapi walau
berharga, jangan pernah pelit membagikan ilmu ini. Dakwahkanlah kepada orang lain
tentang nikmatnya memberi. Dasarnya jelas, firman Alloh:
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka selain orang
memerintahkan bersedekah, atau berbuat baik, atau mendamaikan diantara manusia. Dan
barangsiapa yang melakukan itu karena mencari ridha Alloh, maka Kami akan memberinya
balasan yang besar. (3:114)
Dasar lain tentang pentinganya mengajak orang lain memberi adalah, karena Alloh
pernah mengingatkan, bahwa salah satu sifat orang yang mendustakan agama adalah orang
yang tidak menganjurkan memberi makan kepada orang miskin. dan alasan ketiga, adalah
hidup manusia berfluktuasi, ada kekurangan ada kelebihan, ada masanya kaya ada masanya
miskin, dan salah satu cara supaya tidak guncang dengan perubahan itu, atau supaya hidup
senantiasa stabil, maka harus menjadi penganjur sedekah memberi makan kepada orang
miskin, demikian yang kupahami dari surat Al-Fajr
Dengan mengajak orang lain cinta memberi, kita menjadi penyeru kedamaian sejati.
Cinta memberi bisa mewujudkan pedamaian dunia. Kekacauan dan pertengkaran lebih
banyak disebabkan karena manusia lebih menginginkan diberi daripada memberi. Dia ingin
diberi uang tidak ingin memberi uang, ingin diberi penghargaan daripada memberi
penghargaan.
Pernah terjadi orang benci kepada ahli sufi, mengatai mereka penghambat zaman,
anti kemajuan. Karena mengajarkan kesedernaan, ahli sufi dituduh mengajarkan
kemelaratan. Padahal jika ditelusuri lebih mendalam, sebenarnya mereka mengajarkan
khusus tentang berbagai risiko kemiskinan. Panjang sekali dia membahas tentang
kemiskinan hingga menghabiskan 20 halaman. Di sini hanya dicantumkan ringkasannya
saja:
Pertama, kemiskinan bisa menyesakkan dada, melemahkan, dan menghinakan
martabat di hadapan orang lain. Sebab, kebahagiaan dan kegembiraan hanya muncul dari
akhlaq yang terpuji dan dada yang lapang. Kesedihan akan menjamur dalam jiwa yang
sempit dan tunduk kepada makhluq.
Kedua, kemiskinan mengakibatkan keterpaksaan dan menumbuhkan akhlaq tercela,
seperti dusta, mencuri, dan munafik.
Ketiga, kemiskinan cenderung menumbuhkan sikap dengki kepada orang yang
mendapat nikmat dan gembira dengan tersingkirnya nikmat. Melihat orang lain melarat,
muncul rasa senang karena ada kesamaan nasib. Sikap dengki-mendengki mewabah
diantara orang miskin.
Keempat, kemiskinan membutakan mata sehingga menganggap kenikmatan pada
orang lain lebih pantas melekat pada dirinya.
Kelima, kemiskinan menyebabkan seseorang berpaling dari orang lain, menutup diri
dan menggunjingnya. Sebab orang miskin yang melihat orang kaya akan merasa segan
berdampingan dengannya. Biasanya, dia akan mengorek sisi buruk dan aib orang kaya itu.
dengan begitu ia merasa dirinya lebih unggul. Demikian keyakinan yang tertanam dalam
lubuk hati si miskin. Ia akan menelanjangi sifat buruk orang yang digunjingnya tadi.
Dengan demikian, ia merasa dirinya paling sempurna. Itu adalah taktik pengalih perhatian
agar orang-orang lebih menghiormati dan mencintainya. Rasa dengkinya terobati dan
merasa nikmat dengan menggunjingkan orang lain.
Keenam, kemiskinan bisa mengambrukkan harkat manusia, memasung dan
melemahkan lisan. Kekayaan laksana kefasihan, sedangkan kefakiran laksana kebisuan.
Banyak sekali perselisihan pendapat yang berpangkal dari sebuah kalimat dan perbuatan.
Bila orang miskin yang berbicara, maka akan tertolak pendapatnya. Jika orang kaya yang
berbicara, tentu akan diterima. Memang, jiwa cenderung menyukai orang kaya daripada
orang miskin.
Ketujuh, orang miskin selalu cemas ketika menerawang kondisi sekarang dan masa
depan. Ia beranggapan akan terus dirundung duka dan penderitaan. Apalagi kalau memiliki
tanggungan keluarga atau menderita penyakit parah.
Kedelapan, orang miskin selalu menanggung kepayahan, kelelahan, dan beban batin
ketika menempuh perjalanan, sementara di rumah tidak ada secuil nafkah pun.
* * *
Tidak usah mencari yang jauh, manfaatkan saja apa yang ada. Berikanlah apa yang
kau miliki, tak usah menunggu mendapatkan apa yang tidak Anda miliki. Nanti kalau aku
dapat hadiah, aku akan memberimu tiga persennya. Nanti kalau aku panen rambutan, aku
akan memberimu satu karung. Nanti kalau aku dapat arisan, aku akan memberimu..... dst.
Jangan nanti, lakukanlah sekarang, dengan apapun yang ada padamu, memberilah
dengan apa yang Anda miliki, manfaatkan saja apa yang Anda miliki. Sesungguhnya apa
yang ada pada tanganmu jauh lebih berharga bagimu dari pada apa yang tidak ada pada
tanganmu.
Apakah Anda sedang menunggu kaya dulu, baru setelah itu kamu akan memberi?
Lepaskanlah cara berpikir begitu. Itu cara berpikir orang gagal, yang kerjanya selalu
menunda dan menunda. Orang gagal selalu berjanji akan melakukan sesuatu pada keesokan
harinya, dan keesokan harinya begitu lagi, berjanji lagi akan melakukan sesuatu pada
keesokan harinya. Sedangkan orang sukses sangatlah berbeda. Orang sukses adalah orang
yang mengerjakan sesuatu sekarang, dan orang sukses tidak pernah menunggu makmur
dulu untuk memberi, namun mereka memberi sekarang, dengan memberikan apa yang bisa
mereka berikan, dan kemudian kehidupan mereka menjadi makmur.
Saya menemukan beberapa fenomena unik dalam kehidupan ini. Kukira bahagia
dulu baru tersenyum, namun ternyata bisa juga sebaliknya, tersenyumlah dulu, baru
bahagia. Kukira mendapatkan nikmat dulu baru bersyukur, tetapi ternyata, seharusnya
bersyukur dulu, baru mendapatkan nikmat yang banyak. Dan kukira, kaya dulu kemudian
memberi, namun tidak, ternyata, seharusnya, memberilah dulu, baru kemudian kaya.
Anda beralasan: Bagaimana bisa saya memberi, saya sendiri belum cukup.
Kalau harus menunggu cukup, manusia takkan pernah ada cukupnya. Punya satu
ingin dua, punya dua ingin tiga, punya tiga ingin empat, dan seterusnya. Bisa beli hape
ingin beli motor, bisa beli motor ingin beli mobil, bisa beli mobil ingin beli kapal. Tidak ada
hentinya. Bahkan ibarat yang diberikan Nabi lebih besar lagi. Kata beliau, jika seorang anak
Adam punya satu lembah harta, dia ingin menambahnya menjadi dua lembah, jika dia
punya dua lembah, dia ingin menambahnya lagi menjadi tiga lembah, tidak ada yang bisa
mencukupinya kecuali tanah. Ya, tidak ada yang bisa mencukupi manusia, kecuali kalau dia
sudah dimakan tanah. Setelah mati, barulah manusia merasa cukup.
Anda baru mau rajin memberi setelah hidup Anda sendiri cukup? Cukup apanya?
Cukup untuk membeli kendaraan pribadimu sendiri? Cukup untuk membeli rumahmu
sendiri? Cukup untuk membeli seluler termahal yang Anda inginkan? Setelah Anda cukup
uang untuk jalan-jalan keliling dunia?
Tidak akan pernah ada cukupnya.
Jika Anda terus menunda-nunda, menunggu diri Anda sendiri cukupdiri Anda
tidak akan ada cukupnya. Kalau Anda menunggu cukup, kapan Anda akan cukup? Anda
baru akan cukup kalau Anda sudah mati.
Kalau Anda menunggu cukup, Anda tidak akan pernah sedekah.
Dengarlah firman Alloh dalam Al-Qur'an, dia menyuruh manusia berinfak tidak
hanya di waktu lapang saja, namun juga di waktu sempit.
Dan bersegeralah Anda kepada ampunan dari Rabb-mu dan surga yang luasnya
seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa. Yaitu orang-orang
yang berinfak di waktu lapang dan sempit, dan menahan amarahnya, dan memaafkan
manusia, dan Alloh mencintai orang-orang yang berbuat baik.. (Ali Imran: 133-134)
Ada apa di tanganmu sekarang? Jangan ragu, berikan!
Ada berapa uang di dompetmu? Jika Anda ingin beruntung, sedekahkanlah!
Salah satu penyebab mengapa orang selalu merasa belum cukup adalah karena dia
punya kebiasaan mengumpul-ngumpulkan harta untuk kepentingan dunia. Bruce Larson
pernah mengatakan bahwa:Orang yang terus mengumpulkan untuk kehidupan di dunia ini
saja, tanpa memikirkan apalagi berinfestasi untuk kekekalan, adalah ibarat orang yang
menjaring angin dan tolol untuk selamanya.
Jangan egois. Ajak juga orang lain masuk surga. Jangan hanya dirimu sendiri saja.
Setelah Anda rasakan betapa nikmatnya hidup dengan kebiasaan sedekah, saatnya Anda
mengajak orang lain melakukannya. Berikanlah orang lain ilmu tentang sedekah,
sampaikan kepada mereka kenikmatan-kenikmatannya.
Atau Anda pinjamkan buku ini kepada mereka, maka itu pun menjadi sedekah.
Infak, bukan hanya dengan uang, namun juga dengan tenaga dan pengetahuan.
Infakkanlah ilmu tentang sedekah ini. Ajarkanlah pengetahuan emas ini kepada
orang lain, semoga Alloh menjadikannya amal sedekah bagimu. Tiga macam amal yang
pahalanya terus mengalir kepada seseorang hingga wafatnya, antara lain ilmu yang
bermanfaat dan dimanfaatkan oleh orang lain.
Orang-orang yang sudah mengerti kunci inibahwa kekayaan sejati dapat diraih
dengan banyak memberimereka tidak pernah ragu menginfakan ilmunya. Ada seorang
ilmuwan yang menulis buku, isinya tentang hal-hal berguna, dia mencetaknya sendiri,
menerbitkannya sendiri, menyebarkannya sendiri, bahkan, buku itu dia bagi-bagikan
kepada banyak orang. Semua itu dia lakukan karena yakin, apapun yang dia korbankan
tidak akan hilang, melainkan abadi di sisi Alloh.
Dan orang itu adalah Harun Yahya. Ketika disadarinya banyak orang mengingkari
keberadaan Alloh, hidup dengan oriantasi materi, timbullan tekadnya ingin mengingatkan
banyak orang. Maka kerja keras dibacanya buku-buku, tafsir-tafsir, kitab suci Al-Qur'an,
buku-buku pemikiran orang-orang kafir, komunis, marxis, dan ribuan buku lainnya.
Malam-malam dijalaninya dengan sedikit tidur, dia lebih banyak membaca buku,
menuliskan pemikirannya, mencetaknya sendiri, dengan biaya sendiri, dan menerbitkannya
sendiri, dan membagi-bagikannya kepada orang lain. Semua itu dia lakukan hanya karena
mengharapkan ridha Alloh, seperti yang sering dia katakan di buku-bukunya. Maka lihat,
bagaimana hasilnya sekarang. Karya-karya Harun Yahya, buku-bukunya yang banyak, VCD
film-filmnya, menyebar ke seluruh dunia, dibaca jutaan manusia.
Hidupnya benar-benar manfaat luar biasa.
Katakanlah: Siapakah yang memberi rezeki kepada Anda dari langit dan bumi,
bahkan siapakah yang menguasai pendengaran dan aneka penglihatan, dan siapakah
yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang
hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan? Maka mereka akan menjawab:
Alloh Maka katakanlah:Mengapa Anda tidak bertakwa? maka itulah Alloh, Tuhan
Anda yang sebenarnya, maka adakah sesudah kebenaran selain kesesatan? Maka
bagaimanakah Anda dipalingkan?(Attaubah: 111)
Mengapa Anda begitu kikir. Mengapa sayang menginfakkan harta. Mengapa ragu
untuk bersedekah, mengapa ragu menolong orang, mengapa enggan untuk peduli, mengapa
sungkan berbuat baik? Apa Anda takut kehabisan rezeki?
Padahal Anda tahu siapa yang memberi Anda rizki. Anda lihat bagaimana Dia
memberi Anda rezeki dari langit dan bumi. Anda lihat alangkah menakjubkannya
kekuasaan Alloh. Dia keluarkan yang hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang mati
dari yang hidup. Mengapa Anda sayang untuk bersedekah, padahal Alloh kuasa memberimu
rezeki dari jalan tak terduga sekalipun.
Dan siapakah yang mengatur segala urusan?
Siapa yang mengatur kehidupan ini, siapa yang mengendalikan roda perokonomian
negara kita, siapa yang menentukan harga, siapakah yang menjadikan sebuah negara
menjadi miskin atau menjadi kaya, siapakah yang mengatur lalu lintas uang...siapakah?
Apakah ahli ekonomi, apakah presiden, apakah wakil rakyat, apakah pemegang
saham, apakah negara super power seperti Amerika?
Bukan, semua mereka bukan. Yang mengatur segala urusan itu Alloh. Kesejahteraan
hidup seseorang, Alloh yang mengaturnya. Jika Alloh mau mensejahterakan seseorang,
siapakah sanggup menghalangi-Nya?
Alloh itu Maha Luas Karunia-Nya. Orang yang asalnya bingung, tak punya
pekerjaan, lamar sana-lamar sini tidak diterima, bingung, gelap, tidak tahu jalan, mudah
sekali bagi Alloh menunjuki dia jalan usaha, atau mungkin membuatnya menemukan harta
karun...
Jangan tertawakan saya! Saya tidak bercanda! Jika Alloh berkehedak, bisa saja
seseorang menemukan harta karun. Alloh Maha Kuasa memberikan rezeki dari arah
manapun yang Dia kehendaki, asalkan manusia melaksanakan cara-cara mendapatkan
rezeki yang telah ditetapkan-Nya.
Dan yang Alloh tetapkan tentang masalah rezeki adalah infak. Jika orang ingin
banyak rezeki, maka dia harus berinfaq. Silahkan buka Al-Qur'an, dan perhatikanlah, katakata rezeki selalu Alloh sertakan dengan infaq. Hanya Alloh sendiri yang mengetahui apa
maksud-Nya, namun saya maknai, bahwa itu pertanda, berkaitan dengan masalah rezeki,
maka infaq adalah sahabatnya. Jika ingin dekat-dekat dengan rezeki, dekat-dekatlah
dengan sahabatnya.
Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezki
yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi
jual beli dan tidak ada lagi syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.
(2:254)
Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: "Hendaklah mereka
mendirikan shalat, menafkahkan sebahagian rezki yang Kami berikan kepada mereka
secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada bari itu
tidak ada jual beli dan persahabatan (Ibrohim/14:31).
Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada
Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezki yang
Kami berikan.(As-Sajdah/32:16).
Cepatlah berinfak, jangan ragu. Berikanlah, berikanlah...
Memberi bisa menjadikan milik kita lebih berharga. Memberi menjadikan harta kita
kekayaan surga. Mempunyai sekantung bakso, jika ingin bakso itu menjadi makanan surga
hendaklah berikan bakso itu kepada orang lain. Kue itu enak, namun enak sebatas di mulut,
setelah masuk perut, kue itu entah jadi apa, entah baik bagi tubuh atau tidak. Sedangkan
jika disedekahkan, maka sudah jelas itu menjadi sesuatu yang sangat berharga. Kue itu
menjadi makanan surga.
Katakanlah: Siapakah yang memberi rezeki kepada Anda dari langit dan bumi,
bahkan siapakah yang menguasai pendengaran dan aneka penglihatan, dan siapakah
yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang
hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan? Maka mereka akan menjawab:
Alloh Maka katakanlah:Mengapa Anda tidak bertakwa? maka itulah Alloh, Tuhan
Anda yang sebenarnya, maka adakah sesudah kebenaran selain kesesatan? Maka
bagaimanakah Anda dipalingkan?(Attaubah: 111)
Mengapa Anda begitu kikir. Mengapa sayang menginfakkan harta. Mengapa ragu
untuk bersedekah, mengapa ragu menolong orang, mengapa enggan untuk peduli, mengapa
sungkan berbuat baik? Apa Anda takut kehabisan rezeki?
Padahal Anda tahu siapa yang memberi Anda rizki. Anda lihat bagaimana Dia
memberi Anda rezeki dari langit dan bumi. Anda lihat alangkah menakjubkannya
kekuasaan Alloh. Dia keluarkan yang hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang mati
dari yang hidup. Mengapa Anda sayang untuk bersedekah, padahal Alloh kuasa memberimu
rezeki dari jalan tak terduga sekalipun.
Dan siapakah yang mengatur segala urusan?
Siapa yang mengatur kehidupan ini, siapa yang mengendalikan roda perokonomian
negara kita, siapa yang menentukan harga, siapakah yang menjadikan sebuah negara
menjadi miskin atau menjadi kaya, siapakah yang mengatur lalu lintas uang...siapakah?
Apakah ahli ekonomi, apakah presiden, apakah wakil rakyat, apakah pemegang
saham, apakah negara super power seperti Amerika?
Bukan, semua mereka bukan. Yang mengatur segala urusan itu Alloh. Kesejahteraan
hidup seseorang, Alloh yang mengaturnya. Jika Alloh mau mensejahterakan seseorang,
siapakah sanggup menghalangi-Nya?
Alloh itu Maha Luas Karunia-Nya. Orang yang asalnya bingung, tak punya
pekerjaan, lamar sana-lamar sini tidak diterima, bingung, gelap, tidak tahu jalan, mudah
sekali bagi Alloh menunjuki dia jalan usaha, atau mungkin membuatnya menemukan harta
karun...
Jangan tertawakan saya! Saya tidak bercanda! Jika Alloh berkehedak, bisa saja
seseorang menemukan harta karun. Alloh Maha Kuasa memberikan rezeki dari arah
manapun yang Dia kehendaki, asalkan manusia melaksanakan cara-cara mendapatkan
rezeki yang telah ditetapkan-Nya.
Dan yang Alloh tetapkan tentang masalah rezeki adalah infak. Jika orang ingin
banyak rezeki, maka dia harus berinfaq. Silahkan buka Al-Qur'an, dan perhatikanlah, katakata rezeki selalu Alloh sertakan dengan infaq. Hanya Alloh sendiri yang mengetahui apa
maksud-Nya, namun saya maknai, bahwa itu pertanda, berkaitan dengan masalah rezeki,
maka infaq adalah sahabatnya. Jika ingin dekat-dekat dengan rezeki, dekat-dekatlah
dengan sahabatnya.
Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezki
yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi
jual beli dan tidak ada lagi syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.
(2:254)
Tidak ada gunanya banyak omong. Saatnya kita bertindak! Mari Teman, mari jadi
pemberi.
Bertindaklah! Cepat bertindak!
Ada kata-kata menyentuh dalam film sains komedi Young Einstein, yaitu yang
ditinggalkan surat Marie Curie kepada Albert Einstein:
CEPATLAH BERTINDAK
Setelah Anda tahu manfaat memberi, Anda baca berbagai keuntunganya, dan Anda
baca juga ayat-ayat Alloh yang menjadi dalilnya, kini saatnya Anda bertindak. Jangan tunda
lagi, cepatlah bertindak!
Kegagalan dapat dibagi menjadi dua sebab. Yakni orang yang berpikir tapi tidak
pernah bertindak dan orang yang bertindak tapi tidak pernah berpikir, kata Reverend W.A
Nance.
Jangan tunda sampai besok apa yang bisa kau kerjakan hari ini.
Kapan lagi? ayo bertindaklah sekarang!
Seorang laki-laki datang kepada Nabi dan berkata, 'Wahai Rasulullah, sedekah
apakah yang paling besar pahalanya?' Beliau bersabda, 'Anda bersedekah, dan Anda dalam
keadaan sehat dan kikir, Anda takut fakir dan mencita-citakan kaya, namun, jangan
menunda sehingga (nyawamu) sampai di tenggorokan baru Anda berkata, 'Untuk si Fulan
sekian dan si Fulan sekian, padahal benda itu telah ada pada Fulan.'" (HR. Bukhari)
Mengapa belum memberi juga? Apa Anda mau menundanya sampai besok?
Menunda memberi sama dengan menunda keberuntungan. Jika hari ini kita akan
mendapatkan keberuntungan, mengapa keberuntungan itu harus ditunda sampai besok.
Untuk besok, masih ada lagi keberuntungan Lain, jika waktu sekarang kita tidak
mendapatkan keuntungan, hari sekarang tidak akan kembali lagi.
Sejenak, mari kita mengembara ke masa lalu, kemudian berhenti, dan singgah di
kehidupan Nabi. Kita dengar apa nasihat beliau tentang memberi, dan kita saksikan,
bagaimana kecintaannya terhadap memberi. Siapkanlaha diri Anda dan tenanglah, Anda
berada di tengah manusia terbaik sepanjang zaman.
Sesungguhnya Allah baik dan menyukai kebaikan, bersih dan menyukai kebersihan,
murah hati dan senang kepada kemurahan hati, dermawan dan senang kepada
kedermawanan. Karena itu bersihkanlah halaman rumahmu dan jangan meniru-niru
orang-orang Yahudi. (HR. Tirmidzi)
Dari Nabi saw. beliau bersabda: Orang yang membiayai para janda dan orang
miskin itu bagaikan seorang pejuang di jalan Allah. Aku mengira beliau menambahkan: Dan
bagaikan orang yang selalu menjalankan salat malam tanpa henti atau bagaikan orang yang
selalu berpuasa tanpa berbuka. (Shahih Muslim No.5295)
Pada suatu hari Nabi Saw. duduk di atas mimbar dan kami duduk di sekelilingnya.
Beliau bersabda, "Sesungguhnya sebagian dari sesuatu yang aku takutkan atasmu
sesudahku adalah dibukanya untuk kamu sebagian dari berkah bumi oleh Allah. Seseorang
bertanya: Apakah berkah bumi itu? Beliau menjawab, Bunga-bunga dan perhiasan
dunia. kemudian seseorang bertanya: Apakah kebaikan membawa keburukan?
Mendapatkan pertanyaan itu Nabi terdiam. Cukup lama dia terdiam, hingga keringat
mengalir di pelipisnya, dan barulah dia menjelaskan, bahwa dunia ini hijau dan indah, akan
tetapi pada kebaikannya ada sesuatu yang bisa memudaratkan. Kata Nabi, sebagian dari
yang tumbuh di musim semi ada yang membahayakan orang yang memakannya. Saya
penulis yakinbeliau mengatakan itu untuk menjelaskan, bahwa harta yang pada awalnya
bisa membawa kebaikan, jika salah dalam mencari dan membelanjakannya, bisa membawa
kemudaratan. Makanya, kemudian beliau bersabda: Sebaik-baik milik orang muslim
adalah bagi orang yang memperolehnya dengan benar, yang dapat diberikan kepada orangorang miskin, anak yatim, dan ibnu sabil (orang yang dalam perjalanan). (Hadits ini begitu
panjang. Supaya lebih mudah dimengerti, sayapenulismelakukan pemotongan
sebagiannya dan beberapa penambahan. Bagi Anda yang ingin membaca hadts ini
selengkapnya, silahkan baca Hadits Bukhari no. 727)
Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi suatu kaum maka dijadikan pemimpinpemimpin mereka orang-orang yang bijaksana dan dijadikan ulama-ulama mereka
menangani hukum dan peradilan. Juga Allah jadikan harta-benda di tangan orang-orang
yang dermawan. Namun, jika Allah menghendaki keburukan bagi suatu kaum maka Dia
menjadikan pemimpin-pemimpin mereka orang-orang yang berakhlak rendah.
DijadikanNya orang-orang dungu yang menangani hukum dan peradilan, dan harta berada
di tangan orang-orang kikir. (HR. Ad-Dailami)
Rasulullah saw. adalah orang yang paling dermawan dalam hal kebaikan. Beliau
lebih dermawan lagi pada bulan Ramadan. Sesungguhnya malaikat Jibril as. bertemu
dengan beliau setiap tahun pada bulan Ramadan sampai selesai. Rasulullah saw. membaca
Alquran di hadapannya. Saat Rasulullah saw. bertemu dengan malaikat Jibril, maka beliau
adalah orang yang paling dermawan dalam hal kebaikan melebihi angin yang berhembus.
(Shahih Muslim No.4268)
Rasulullah saw. adalah orang yang paling berbudi tinggi, dermawan dan
pemberani..... (Shahih Muslim No.4266)
Pernah sebelas orang wanita duduk berkumpul saling berjanji dan bersepakat untuk
tidak menutup-nutupi keadaan suami-suami mereka. Wanita pertama mengatakan:
Suamiku seperti daging unta yang kurus berada di puncak gunung yang sukar didaki, tidak
datar sehingga mudah dilalui dan tidak juga gemuk sehingga dapat dipindah-pindahkan.
Wanita kedua mengatakan: Suamiku, aku terpaksa tidak dapat menuturkan mengenai
keadaannya karena aku khawatir tidak dapat meninggalkannya. Jika aku menyebutkan
sama halnya aku mengungkapkan rahasia aibnya. Wanita ketiga mengatakan: Suamiku
berperawakan tinggi sekali. Jika aku berbicara maka aku akan diceraikannya dan jika aku
diam aku pun akan dibiarkannya tanpa dicerai dan dikawinkan (muallaqah). Wanita
keempat mengatakan: Suamiku seperti suasana malam di wilayah Tihamah, tidak panas
dan tidak juga terlalu dingin, tidak menakutkan dan tidak juga membosankan. Wanita
kelima mengatakan: Suamiku apabila sudah memasuki rumah, maka dia langsung tertidur
nyenyak dan apabila keluar rumah dia seperti seekor singa tanpa menanyakan sesuatu
apapun yang bukan termasuk urusannya. Wanita keenam mengatakan: Suamiku apabila
makan, maka ia makan banyak sekali dengan bermacam jenis lauk dan jika minum maka
semua sisa minuman akan diteguknya. Dan jika tidur dia akan berselimut tanpa mendekati
diriku sehingga ia dapat merasakan nikmatnya kebersamaan. Wanita ketujuh mengatakan:
Suamiku adalah orang yang tidak mengetahui kepentingan dirinya atau lemah syahwat
serta tergagap-gagap bicaranya, setiap obat yang diminum tidak dapat menyembuhkan. Di
samping itu dia juga orang yang mudah melukai dan memukul. Wanita kedelapan
mengatakan: Suamiku beraroma wangi seperti zarnab dan sentuhannya selembut sentuhan
seekor kelinci. Wanita kesembilan mengatakan: Suamiku adalah seorang terhormat,
berpostur tinggi dan sangat dermawan, berumah dekat dengan tempat pertemuan. Wanita
kesepuluh mengatakan: Suamiku adalah seorang pemilik unta yang banyak yang selalu
menderum dan jarang sekali bergembala di padang rumput. Unta-unta tersebut jika
mendengar suara alat musik kecapi, mereka merasa bahwa sebentar lagi mereka akan
disembelih. Dan wanita yang kesebelas mengatakan: Suamiku bernama Abu Zara`.
Tahukah kamu siapakah Abu Zara`? Dialah yang memberiku perhiasan anting-anting dan
memberiku makan sehingga aku kelihatan gemuk dan selalu membuatku gembira sehingga
aku merasa senang. Dia mendapati diriku dari keluarga tidak mampu yang tinggal di lereng
bukit lalu mengajakku tinggal di daerah peternakan kuda dan unta dan dia juga seorang
petani. Aku tidak pernah dicela bila berbicara di sisinya dan bila tidur aku dapat tidur
dengan nyenyak sampai pagi. Dan bila minum aku dapat minum sampai puas. Lalu Ummu
Abu Zara`, tahukah kamu siapakah Ummu Abu Zara`? Dia memiliki kantong-kantong
bahan makanan yang besar-besar dan rumahnya sangat luas. Ibnu Abu Zara`, tahukah
kamu siapakah Ibnu Abu Zara`? Dia memiliki tempat tidur laksana pedang yang dicabut
dari sarungnya. Dia sudah merasa kenyang dengan hanya memakan sebelah kaki seekor
anak kambing. Putri Abu Zara`, tahukah kamu siapakah putri Abu Zara` itu? Ia adalah
seorang yang amat patuh terhadap kedua orang tuanya. Tubuhnya gemuk dan suka
menimbulkan rasa iri tetangganya. Budak perempuan Abu Zara`, tahukah kamu siapakah
budak perempuan Abu Zara`? Ia tidak pernah menyebarkan rahasia pembicaraan kami dan
tidak menyia-nyiakan persediaan makanan kami serta tidak pernah mengotori rumah kami
seperti sarang burung. Ia (sang istri) melanjutkan: Suatu hari Abu Zara` keluar dengan
membawa bejana-bejana susu yang akan dijadikan mentega lalu bertemu dengan seorang
wanita bersama kedua anaknya yang seperti dua ekor anak singa bermain dengan dua buah
delima di bawah pinggang ibunya. Setelah itu aku diceraikannya demi untuk menikahi
wanita tersebut. Lalu aku menikah lagi dengan seorang lelaki terhormat serta dermawan. Ia
menunggangi seekor kuda yang sangat cepat larinya sambil membawa sebatang tombak dan
memperlihatkan kepadaku kandang ternak yang penuh dengan unta, sapi dan kambing
serta memberikanku sepasang dari setiap jenis binatang ternak tersebut. Dia berkata:
Makanlah wahai Ummu Zara` dan bawalah untuk keluargamu. Kalau kukumpulkan semua
pemberiannya pasti tidak akan mencapai harga tempat minum paling kecil milik Abu
Zarra`. Aisyah berkata: Rasulullah saw. bersabda kepadaku: Aku terhadapmu adalah
seperti Abu Zara` terhadap Ummu Zara`. (Shahih Muslim No.4481)
Abu Sa'id al-Khudri berkata, "Nabi Muhammad saw berkhotbah [kepada orang
banyak, 4/253] dan beliau bersabda, 'Sesungguhnya, Allah menyuruh hamba Nya untuk
memilih antara [diberi kemewahan] dunia dan apa yang ada di sisi-Nya, lalu hamba itu
memilih apa yang ada di sisi Allah.' Abu Bakar r.a. menangis [dan berkata, 'Kami tebus
dirimu dengan bapak dan ibu kami.'] Aku berkata dalam hati, 'Apakah yang menjadikan
Tuan ini menangis? Jika Allah menyuruh seorang hamba untuk memilih antara [diberi
kemewahan] dunia dan apa yang ada di sisi-Nya, lalu hamba itu memilih apa yang ada di
sisi Allah [dan dia berkata, 'Kami tebus dirimu dengan bapak dan ibu kami,'] sedang
Rasulullah saw itu adalah seorang hamba, padahal Abu Bakar itu adalah orang yang
terpandai di antara kami.' Beliau bersabda, 'Wahai Abu Bakar, janganlah kamu menangis.
Sesungguhnya, orang yang paling dermawan atasku dalam berteman dan hartanya adalah
Abu Bakar. Seandainya aku boleh mengambil khalil (kekasih dalam arti khusus) [selain
Tuhanku] dari umatku, niscaya aku mengambil Abu Bakar. Akan tetapi, persaudaraan
(dalam satu riwayat: kekhalilan) Islam dan kasih sayangnya tidak membiarkan pintu
(dalam satu riwayat: pintu kecil) di masjid melainkan ditutup kecuali pintu (dalam riwayat
lain: pintu kecil) Abu Bakar.'"
Ibnu Abbas r.a. berkata, "Rasulullah saw di kala sakit, yang beliau wafat dalam sakit
itu, keluar dengan mengikat kepala beliau dengan potongan kain. Beliau duduk di mimbar
lalu beliau memuji dan menyanjung Allah, kemudian beliau bersabda, 'Tidak ada seorang
pun yang lebih dermawan terhadapku dalam jiwa dan hartanya daripada Abu Bakar bin
Abu Quhafah. Seandainya aku mengambil kekasih dari manusia niscaya aku mengambil
Abu Bakar sebagai kekasih. Akan tetapi, persahabatan Islam lebih utama.' (Dalam satu
riwayat: 'Akan tetapi, dia adalah saudaraku dan sahabatku.' ." Dalam riwayat lain dari Ibnu
Abbas, "Adapun ucapan Rasulullah saw., 'Seandainya aku mengambil kekasih dari umat ini
niscaya aku ambil Abu Bakar, tetapi persaudaraan Islam itu lebih utama atau lebih baik,'
maka beliau mengucapkan yang demikian ini karena beliau menempatkan atau menetapkan
Abu Bakar sebagai ayah (mertua).' 'Tutuplah dariku setiap pintu di masjid ini kecuali pintu
Abu Bakar.'" (HR. BUKHARI)
Hakim bin Hizam r.a. berkata, "Saya pernah meminta kepada Rasulullah lalu beliau
memberiku. Kemudian saya meminta lagi kepada beliau, lalu beliau memberiku. Setelah itu
saya meminta lagi kepada beliau, lalu beliau memberiku. Kemudian beliau bersabda, 'Hai
Hakim, sesungguhnya harta ini hijau (indah dan menarik) dan manis. Barangsiapa yang
mengambilnya dengan jiwa dermawan (dalam satu riwayat dengan jiwa yang bersih 7/176),
maka ia diberkahi. Barangsiapa yang mengambilnya dengan jiwa yang rakus, maka ia tidak
diberkahi. Ia seperti orang makan tetapi tidak pernah kenyang. Tangan yang di atas
(pemberi) lebih baik daripada tangan yang di bawah (peminta).' Saya berkata, 'Wahai
Rasulullah, demi Zat yang mengutus engkau dengan haq (benar), saya tidak akan
mengambil sedikit pun dari orang lain setelah engkau hingga aku meninggal dunia.'" Abu
Bakar pernah memanggil Hakim untuk diberi suatu pemberian. Namun, ia menolak untuk
menerima pemberian itu. Kemudian Umar memanggilnya untuk diberinya. Namun, ia
enggan untuk menerimanya barang sedikit pun. Lalu, Umar berkata, "Sesungguhnya saya
mempersaksikan kepada kalian wahai kaum muslimin atas Hakim, bahwa saya
menawarkan haknya (yang merupakan pembagian dari Allah untuknya) dari fai' (rampasan
perang tanpa terjadi kontak senjata) ini. Namun, ia enggan mengambilnya." Hakim tidak
mengambilnya (sesuatu) dari seseorang setelah Rasulullah sampai ia meninggal dunia
(mudah-mudahan Allah merahmatinya).(HR. BUKHARI)
Maafkanlah kesalahan orang yang murah hati (dermawan). Sesungguhnya Allah
menuntun tangannya jika dia terpeleset (jatuh). Seorang pemurah hati dekat kepada Allah,
dekat kepada manusia dan dekat kepada surga. Seorang yang bodoh tapi murah hati
(dermawan) lebih disukai Allah daripada seorang alim (tekun beribadah) tapi kikir. (HR.
Ath-Thabrani)
Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah Saw, "Sodaqoh yang bagaimana yang
paling besar pahalanya?" Nabi Saw menjawab, "Saat kamu bersodaqoh hendaklah kamu
sehat dan dalam kondisi pelit (mengekang) dan saat kamu takut melarat tetapi mengharap
kaya. Jangan ditunda sehingga rohmu di tenggorokan baru kamu berkata untuk Fulan
sekian dan untuk Fulan sekian." (HR. Bukhari)
Hindun, ibunya Muawiyah, bertanya kepada Nabi Saw, "Ya Rasulullah, Abu Sufyan
suamiku seorang yang pelit, apakah aku boleh mengambil uangnya sedikit secara
sembunyi-sembunyi?" Nabi Saw menjawab, "Ambillah dengan cara yang makruf (baik)
untuk mencukupi kebutuhanmu dan kebutuhan anak-anakmu." (HR. Bukhari)
Dari Nabi saw., beliau bersabda: Perumpamaan orang yang berinfak dan orang yang
bersedekah adalah seperti seorang lelaki yang mengenakan dua jubah atau dua baju besi
mulai dadanya sampai ke atas. Apabila orang yang berinfak hendak berinfak, (dalam
riwayat lain) Apabila orang yang bersedekah hendak bersedekah, maka baju itu menjadi
longgar padanya. Dan kalau orang bakhil hendak berinfak, maka baju itu menjadi sesak dan
terasa kecil, sehingga dapat menutupi jari-jarinya dan menghapus jejaknya. Lalu ia berkata:
Kata Abu Hurairah ra.: Kemudian beliau bersabda: Orang yang bakhil ingin melonggarkan
pakaiannya, tetapi tidak longgar. (Shahih Muslim No.1695)
Dua sifat tidak akan bertemu dalam diri seorang mukmin yaitu kikir (bakhil) dan
akhlak yang buruk. (HR. Ahmad)
Kami sedang mengiringi sebuah jenazah di Baqi Gharqad (sebuah tempat
pemakaman di Madinah), lalu datanglah Rasulullah saw. menghampiri kami. Beliau segera
duduk dan kami pun ikut duduk di sekeliling beliau yang ketika itu memegang sebatang
tongkat kecil. Beliau menundukkan kepalanya dan mulailah membuat goresan-goresan
kecil di tanah dengan tongkatnya itu kemudian beliau bersabda: Tidak ada seorang pun dari
kamu sekalian atau tidak ada satu jiwa pun yang hidup kecuali telah Allah tentukan
kedudukannya di dalam surga ataukah di dalam neraka serta apakah ia sebagai seorang
yang sengsara ataukah sebagai seorang yang bahagia. Lalu seorang lelaki tiba-tiba bertanya:
Wahai Rasulullah! Kalau begitu apakah tidak sebaiknya kita berserah diri kepada takdir kita
dan meninggalkan amal-usaha? Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang telah
ditentukan sebagai orang yang berbahagia, maka dia akan mengarah kepada perbuatan
orang-orang yang berbahagia. Dan barang siapa yang telah ditentukan sebagai orang yang
sengsara, maka dia akan mengarah kepada perbuatan orang-orang yang sengsara.
Kemudian beliau melanjutkan sabdanya: Beramallah! Karena setiap orang akan
dipermudah! Adapun orang-orang yang ditentukan sebagai orang berbahagia, maka mereka
akan dimudahkan untuk melakukan amalan orang-orang bahagia. Adapun orang-orang
yang ditentukan sebagai orang sengsara, maka mereka juga akan dimudahkan untuk
melakukan amalan orang-orang sengsara. Kemudian beliau membacakan ayat berikut ini:
Adapun orang yang memberikan hartanya di jalan Allah dan bertakwa, dan membenarkan
adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang
mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta
mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya jalan yang
sukar. (Shahih Muslim No.4786)
Abu Hurairah r.a. berkata, "Rasulullah bersabda, 'Barangsiapa yang diberi harta oleh
Allah, namun tidak mengeluarkan zakatnya, maka harta itu akan dijadikan seperti ular
jantan botak (karena banyak racunnya dan sudah lama usianya). Ular itu mempunyai dua
taring yang mengalungi lehernya pada hari kiamat. Kemudian ular itu menyengatnya
dengan kedua taringnya. Ia mencengkeram kedua rahangnya dengan berkata, 'Saya adalah
hartamu, saya adalah simpananmu.' Kemudian beliau membaca ayat, 'Sekali-kali janganlah
orang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka
bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Tetapi, kebakhilan itu buruk bagi mereka. Harta
yang mereka bakhilkan itu kelak akan dikalungkan di leher mereka di hari kiamat.
Kepunyaan Allah lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Allah mengetahui apa
yang kamu kerjakan.' (Dalam satu jalan periwayatan dengan redaksi yang berbunyi: 'Harta
simpanan seseorang dari kamu itu besok pada hari kiamat akan menjadi ular jantan yang
botak, dan pemiliknya lari menjauhinya. Tetapi, ular itu mengejarnya sambil berkata, 'Aku
adalah harta simpananmu.' Rasulullah bersabda, 'Demi Allah, ular itu terus mengejarnya.
Sehingga, ia membentangkan tangannya, lalu ular itu mengunyahnya dengan mulutnya.'
Sabda beliau selanjutnya, 'Apabila pemilik binatang ternak itu tidak memberikan haknya
(zakat nya), niscaya ternak itu akan dikuasakan atasnya pada hari kiamat. Lalu, akan
menginjak-injak wajahnya dengan telapak kakinya.' 8/60)."
Alasan terakhir mengapa kebanyakan orang hidup miskin adalah, karena rizki
mereka gunakan untuk berbuat dosa. Mereka diberi rezeki berupa waktu, tapi waktu
mereka gunakan untuk berbuat dosa. Mereka mendapatkan rezeki berupa ilmu, tapi ilmu
mereka gunakan untuk berbuat dosa. Mereka mendapat rezeki berupa uang, tapi mereka
gunakan uang itu untuk berbuat dosa.
Mereka gunakan waktu mereka untuk menonton film yang membuat dosa mata,
mereka gunakan ilmu mereka untuk menipu orang lain, dan mereka gunakan uang mereka
untuk membeli rokok, meracuni diri sendiri, dan meracuni orang lain.
Banyak orang punya pengetahuan, dan pengetahuannya itu mereka gunakan untuk
berbuat kerusakan. Kita perhatikan, ada orang yang begitu kurang kerjaan membuat virus
komputer. Virus itu sengaja dia buat, kemudian dia sebarkan lewat internet, masuk ke
komputer orang lain mengganggu komputer orang lain. Virus-virus ini membuat komputer
jadi telat, mati sendiri, panah kursor susah digerakkan, dan hardisk tiba-tiba menjadi
penuh tanpa tahu sebabnya.
Apa yang membuat mereka begitu jahat membuat virus? Kata Antonius Alfons
Tanujaya, direktu PT. Vaksin.Com, ada beberapa tujuan mereka membuat virus, antara lain,
pertama, karena ingin pamer kepandaian, dia ingin seluruh dunia tahu bahwa dirinya
pintar. Kedua, karena iseng, dan yang ketiga, untuk promosi, seperti C Brain yang
mempromosikan toko miliknya di Pakistan. Apapun alasannya, apapun tujuannya, para
pembuat virus itu tetaplah perusak. Orang yang sudah begitu ahli di bidang pembuatan
virus itu, dan telah menikmati dunianya, apalagi jika sudah menghasilkan uang, akan
sangat sulit meninggalkan kebiasaannya itu. Dia tidak bisa keluar, seperti tidak bisa
keluarnya bintang film dari dalam televisi. Dan jadilah peran dia dalam kehidupan ini
sebagai perusak.
Mereka mengadakan kerusakan di muka bumi...
Dengan rizki pengetahuan komputer yang Alloh berikan, seharusnya mereka berbuat
kebaikan, kemaslahatan, seharusnya dia membuat sesuatu yang berguna, yang membuat
orang lain hidup lebih mudah, tercukupi kebutuhan, dan selamat. Tapi ini malah
sebaliknya, menggunakan ilmunya untuk berbuat kerusakan.
Para pembuat virus itu, pasti bukan orang sembarangan. Tidak mungkin mereka
bisa membuat virus kalau mereka tidak ahli di bidang pemrograman komputer. Namun
kepandaiannya itu mereka jadikan alat untuk merusak, ilmunya mereka gunakan untuk
mengganggu orang lain. Bukannya memberi kemanfaatan, malah mereka gunakan untuk
memberi kemadaratan.
Mereka merusak orang lain, tapi sebenarnya yang mereka hanya merusak diri
mereka sendiri. Kerusakan yang mereka perbuat, tidak akan kembali kecuali kepada
dirinya. Penanam padi menuai padi, penanam timun menuai timun.
Begitulah dalam hal uang, mengapa kebanyakan orang menjadi miskin, keuangan
mereka gunakan untuk merusak. Uang mereka gunakan untuk merusak dirinya, merusak
orang lain, dan merusak dunia. Antara lain para perokok. Saya tak habis pikir, bagaimana
mereka kuat mengisap rokok, padahal saya, jangankan mengisap, dari kejauhan saja datang
baunya, tenggorokan ini sudah gatal. Tapi di mana-mana, banyak sekali saya melihat orang
merokok.
Banyak orang menjadikan merokok sebagai gaya hidup. Bahkan banyak pemimpin
agama yang mempunyai kitab kuning yang bertumpuk, pesantren besar dan dakwahdakwah menjadikan merokok gaya hidupnya. Bahkan tidak cukup menjadi perokok, mereka
pun seakan mendakwahkan merokok kepada ummatnya, mereka kemukakan dalil-dalil
hebat tentang baiknya rokok, dari Al-Qur'an, dari Al-Hadits, dan mereka bantah orangorang yang mengharamkan rokok. Mata dan hati mereka sepertinya buta dari kenyataan,
betapa merusaknya rokok, bertapa bahayanya rokok, dan betapa banyaknya penyakit
mematikan akibat rokok. Sepertinya mereka tidak peduli bahwa merokok itu termasuk
membuang-buang harta, sama sekali mereka tak peduli rokoknya membahayakan dan
mengganggu orang lain. Ironis dan sungguh mengerikan, ilmu bukannya mereka gunakan
untuk memperbaiki dirinya dan ummat, ilmu malah mereka gunakan untuk merusak
dirinya dan ummat.
Pagi, 1 November 2011 saya menyalakan TV, dan langsung saya saksikan berita lucu.
Ada orang yang begitu kurang kerjaan membuat petasan raksasa. Diameter 50 cm, tinggi 80
cm, dengan bahan petasan seberat 25 kilogram. Petasan itu disiapkan untuk perayaan
malam takbiran Iedul Adha. Eh, tak tahunya, petasan itu meledak di dalam rumah. Rumah
pun hancur, dan si pembuat petasan, ikut pula hancur. Di TV, Saya melihatnya terbaring
dengan tubuh penuh balutan perban. Dia yang bikin petasan, dia juga yang jadi korban.
Bayangkan, petasan sebesar kelingking saja, suaranya sudah memekakkan telinga, mana
pula Ini lebih besar dari ember bekas cat tembok, tak kebayang begaimana kerasnya.
Mereka menjadi miskin dan susah, karena kekayaan mereka belanjakan untuk
berbuat kerusakan.
Jika hidupmu terasa susah, mungkin inilah yang Anda lakukan: Uangmu itu Anda
gunakan untuk bermegah-megahan. Anda gunakan untuk membeli barang-barang yang
bisa membuat Anda bangga. Anda membeli baju mahal, supaya orang lain memandangmu
dengan mata kagum. Atau Anda belikan hape mahal, supaya tidak malu dibawa-bawa. Atau
Anda pakai untuk uang muka kreditan motor, supaya Anda punya motor bagus tidak tidak
ketinggalan jaman.
Lalu apa yang Anda rasakan setelah itu? Anda kembali tidak punya uang. Anda
miskin lagi. Anda bingung lagi. Dan dalam kedaan miskin itu, Anda harus kerepotan
membeli pulsa hape, harus kerepotan membayar kreditan motor.
Setelah menikah, keuangan saya lebih dari cukup. Maklum, banyak orang memberi
uang lewat kado. Semua itu saya nikmati setelah bersedekah kepada anak-anak yatim.
Seharusnya, setelah itu saya lebih giat lagi memberi kepada anak-anak yatim dan orangorang miskin. Tapi kecanduan terhadap buku membuat saya bertindak bodoh. Saya ingin
megah dengan banyak buku dan banyak ilmu. Indah rasanya jika saya tahu banyak hal.
Bolak-balik ke kota membeli buku menjadi kebiasan rutin. Pulang-pergi ke perpustakaan
pun serasa kewajiban. Padahal buku jaman sekarang harganya semakin mahal, dan ongkos
pulang-pergi ke kota tidak cukup sepuluh ribu. Akhirnya keuangan di rumah semakin tipis,
padahal gaji hasil dari karja saya mengajar tidak jelas per-bulannya. Saya kekurangan lagi,
saya miskin lagi. Sebuah kebijakan keuangan yang salah. Kasihan istri saya.
Sebenarnya, pentingkanlah dulu perintah Alloh. Kesampingkan dulu kemegahan.
Tahanlah keinginan. Tundalah kepuasan. Dahulukan sedekah. Masalah kemegahan yang
Anda inginkan, nanti Alloh akan memberi kepadamu dengan karunia-Nya.
Jika Anda mendapatkan rezeki, dan yang Anda dahulukan kemegahan, Anda
terancam kembali susah.
Warren Buffet, konglomerat pemilik perusahaan jet terbesar dunia, berpesan kepada
generasi muda: Jangan buang-buang uang untuk hal yang tidak berguna!
Lebih parahnya lagi, mereka pun saling menasihati untuk pelit. Maka semakin
banyak orang yang pelit, padahal, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, pelit itu
sumber kemiskinan dan kesulitan.
Saya telah mencoba membicarakan sedekah kepada banyak orang. Semua mereka
percaya sedekah itu sebuah kebaikan, tetapi tak semua yakin sedekah itu jalan menuju
kekayaan. Hanya mereka yang telah mengalaminya saja yang percaya. Kebanyakan orang
yang saya ajak bicara mengatakan, sedekah karena menginginkan kekayaan itu keliru. Tidak
sepantasnya sedekah karena menginginkan balasan duniawi. Lebih jelasnya, barangkali
mereka ingin mengatakan, daripada sedekah karena menginginkan kekayaan lebih baik
tidak sedekah. Mereka lebih senang mendahulukan kepentingan dirinya, yang lebih senang
membelanjakan uangnya untuk kemewahan dirinya, mengatakan sedekah untuk menggapai
kekayaan itu kekeliruan.
Kata mereka, sedekah untuk mencapai kekayaan itu tidak masuk akal, yang masuk
akal sajalah, jadikan uang itu modal bisnis, berusahalah dengan berdagang, atau belikan
tanah kemudian bertani. Jangan disedekahkan, nanti harta Anda habis baru menyesal
Anda.
Dalam Al-Qur'an, orang yang saling menasihati untuk pelit tergolong orang munafiq.
Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang
lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang
ma'ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka
Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang
yang fasik. (Attaubah: 97).
Seperti disebutkan dalam ayat di atas, orang yang kikir dan menyuruh orang lain
berbuat kikir adalah orang yang melupakan Alloh, yang tidak percaya Alloh pemberi rizki,
yang tidak yakin Alloh akan memberikan balasan kepadanyamereka akan dilupakan oleh
Alloh.
Ya, mereka akan dilupakan Alloh, dan apakah yang lebih menyedihkan daripada
dilupakan oleh Alloh. Sesungguhnya Alloh itu Maha Maha Kaya lagi Maha Pemberi, namun
karena kebanyakan manusia kikir dan saling menasihati untuk berbuat kikir, Alloh pun
mengabaikan mereka dan tidak memberikan kekayaan-Nya kepada mereka.
Dalam ringkasan Shahih Bukari, lebih jelas lagi diterangkan sifat orang-orang
munafik yang senang menghalangi orang-orang untuk sedekah ini. Abu Mas'ud r.a. berkata,
"Ketika turun ayat yang berisi perintah sedekah, maka kami membawakan barang-barang
orang lain agar mendapat upahnya. Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang bersedekah dengan
memberikan pemberian yang banyak sekali. Lalu, orang-orang munafik mengatakan,
'Orang itu sebenarnya hanya berbuat riya.' Datang pula lelaki lain yang bersedekah dengan
memberikan satu sha'. Lalu, orang-orang munafik itu mengatakan, 'Sesungguhnya Allah
benar-benar tidak memerlukan satu sha ini.' Kemudian turunlah ayat 80 surah at Taubah,
'Orang-orang munafik yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi
sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk
disedekahkan) selain sekadar kesanggupannya.'
Sifat munafik inilah yang menyebabkan kebanyakan orang menjadi susah. Mereka
berbuat kemunkaran dan menyuruh orang lain berbuat munkar. Mereka berhati kikir, dan
mengajak orang lain untuk kikir. Mereka sebarkan kepada masyarakat kecintaan terhadap
harta, mereka ajak orang lain supaya pelit, supaya takut miskin, supaya tidak memberi, dan
mengajak orang lain supaya membelanjakan harta untuk kemewahan, untuk permainan,
melupakan orang dari bersedekah.
(yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan
menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka. Dan Kami
telah menyediakan untuk orang-orang kafir siksa yang menghinakan. (Annisa: 37).
MEREKA PELIT
Ini alasan berikutnya mengapa kebanyakan orang hidup miskin. Karena kebanyakan
mereka pelit. Mereka menyayangi harta dengan sayang yang berlebihan. Mereka mencintai
harta dengan cinta yang berlebihan.
Seharusnya, harta itu mereka gunakan untuk memuliakan anak yatim, memberi
makan kepada orang miskin, lalu mereka ajak saudaranya untuk memberi makan orang
miskin. Tetapi tidak, mereka sama sekali tidak peduli kepada orang lain. Mereka lebih suka
mementingkan dirinya sendiri. Harta hanya mereka gunakan untuk kepentingan mereka
sendiri. Mereka menyimpannya, menjaganya, lalu mereka cintai dengan kecintaan yang
sangat. Itulah sebabnya mereka menjadi susah.
Anda boleh tidak percaya pada omongan saya. Tetapi Anda wajib yakin kepada
firman Alloh.
Perhatikan ayat-ayat surat Al-Fajr ini, dan Anda akan tahu, mengapa hidup
kebanyakan orang menjadi susah karena dia mencintai hartanya dengan kecintaan yang
berlebihan.
Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata:
"Tuhanku menghinakanku. Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak
memuliakan anak yatim, dan Anda tidak saling mengajak memberi makan orang miskin,
dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan
yang bathil), dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan. (AlFajr: 16-20).
Bukan karena Alloh mau menghinakan. Kemiskinan dan keterbatasan rezeki yang
manusia derita, sebenarnya itu sebuah peringatan, supaya manusia tahu, mereka menjadi
miskin, karena mereka tidak memuliakan anak yatim, tidak memberi makan fakir miskin,
mereka pelit, mereka mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan.
Dunia ini permainan, dan sebuah permainan selalu penuh jebakan. Orang yang
mencintai dunia sepenuh hati setelah dunia itu datang ke tangannya, dan tidak mau
melepaskannya di jalan Alloh, akan terpenjara dengan kekayaannya. Di Afrika ada sejenis
sangkar yang diberi nama sangkar Papo. Jika pintu sangkar itu terbuka, monyet yang
melihat akan tergoda masuk ke dalamnya, karena di dalamnya ada pisang. Si monyet akan
memegang pisang itu, dan perlahan pintu mulai menutup. Si monyet tidak menyadari
perbuatannya itu membuat pintu tertutup, maka dia semakin menarik pisangnya, dan
akibatnya pintu semakin menutup dan semakin menutup rapat. Akhirnya, si monyet
terpenjara. Mungkin si monyet bisa menjadi metafora orang-orang yang pelit. Dia peluk
erat dunia di tangannya, tanpa sedikit pun menyadari, perbuatannya itu sesungguhnya akan
membuatnya terpenjara dalam kemiskinan dan kesulitan.
Janganlah dulu di akhirat, di dunia saja, dia sudah terlilit. Terlilit kesulitan,
kesusahan, kemiskinan, dan terus-menerus ditekan kebingungan. Mereka pelit, karena itu
mereka miskin.
dia keluar dari tempat si tukang cukur, dan hampir ke jalan melihat ada orang gila yang
kusut dan gondrong, barulah dia menemukan jawabannya. Setelah dia melihat orang gila
itu, si pelanggan kembali ke tukang cukur, dan langsung berkata, wahai tukang cukur,
menurut saya, justeru yang tidak ada di dunia ini adalah tukang cukur.
Si tukang cukur bertanya heran, bagaimana Anda berkata begitu padahal baru saja
rambutmu dicukur. Kata si pelanggan, baru saja di jalan saya melihat ada orang gila
berambut gondorng lewat, kalau memang di dunia ini ada tukang cukur, tentulah tidak
akan ada orang yang berambut gondrong kusut begitu, pastilah orang gondrong itu
rambutnya sudah pendek dan rapi.
Mendengar itu, si tukang cukur tersenyum dan katanya, tentu saja karena dia tidak
datang ke tukang cukur, kalau dia datang ke tukang cukur, pasti rambutnya rapi, bukan
tukang cukur yang tidak ada, dia saja yang tidak datang ke tukang cukur.
Nah, sama halnya dengan Tuhan, kata si pelanggan, adanya orang susah di dunia, bukan
karena Tuhan tidak ada, orang itu saja yang tidak datang kepada Tuhan. Kalau saja dia
datang kepada Tuhan minta keluar dari kesusahan, pastilah Tuhan hilangkan
kesusahannya.
* * *
Orang susah kaya antara lain karena, mereka hanya mengandalkan kemampuan dirinya.
Mereka tidak datang kepada Alloh. Mereka tidak meminta bantuan Alloh. Mereka mengaku
percaya diri, yakin dengan kemampuan dirinya, tapi kurang yakin dengan ampuhnya
pertolongan Alloh.
Yang mereka yakini hanya, bahwa kekayaan hanya akan diraih dengan kerja habishabisan. Hanya orang yang mengerahkan segenap tenaganya, tanpa kenal lelah, tanpa kenal
waktu, mereka itulah yang akan kaya menurut mereka. Mereka yang mencangkul sejak
gelap hingga gelap, mereka yang berdagang non stop dua puluh empat jam, para maniak
kerja, menurut mereka, orang seperti itulah yang akan sukses menggapai kekayaan.
Menurut mereka.
Sama sekali mereka tidak percaya, mereka bisa kaya dengan karunia Alloh, dengan
kekayaan Alloh, dan dengan kehendak Alloh. Mata mereka tidak bisa melihat, bahwa
sebenarnya perbendaharaan langit dan bumi ini milik Alloh, dan Alloh bisa dengan mudah
menganugerahkan kekayaan-Nya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Mereka hanya
tahu kekuatan sendiri, tidak tahu kekuatan Alloh, mereka hanya melihat harta benda dunia,
dan tidak pernah memikirkan siapakah pemilik sesungguhnya. Mereka hanya
mengandalkan kemampuan dirinya sendiri.
Alasan berikutnya, mengapa kebanyakan orang hidup miskin, adalah, karena, pikiran
kebanyakan mereka hanya ingin diberi tapi enggan memberi.
Kebanyakan orang, hanya berpikir mendapatkan sebanyak-banyaknya, bukan memberi
sebanyak-banyaknya. Mendapatkan uang sebanyak-banyaknya, mendapatkan pujian
sebanyak-banyaknya, mendapatkan penghargaan sebanyak-banyaknya, mendapatkan
keuntungan sebanyak-banyaknya, itulah yang mereka inginkan.
Seorang pemburu berjalan lunglai di tengah hutan. Hatinya putus asa hari itu tidak
mendapat hasil. Sedang berjalan lunglai begitu, di sebuah lembah dia melihat seekor rusa
tengah terbaring. Sepertinya rusa itu sedang tidur. Gembira melihat ada rusa, si pemburu
segera mengarahkan senapannya. Namun belum juga pelatuk dia tarik, dilihatnya seekor
singa mendekati rusa. Dia kira singa itu akan memakan rusa, namun ternyata singa malah
memberikan makanan kepada rusa. Mungkin rusa itu sedang sakit, dan singa kasihan dan
memberi makanan kepadanya. Si pemburu berpikir, betapa baiknya singa kepada si rusa,
maka dia pun tidak tega menembak rusa. Si pemburu pulang ke rumahnya tanpa membawa
hasil apa pun. Keesokan harinya si pemburu ke hutan lagi, dan melihat rusa masih di
tempat yang sama. Dia perhatikan lagi si rusa itu kembali didatangi singa, dan seperti
kemarin sekarang pun diberi makan. Keesokan harinya si pemburu ke hutan lagi dan
mendapati si rusa sudah tidak ada. Mungkin sudah sembuh, pikir si pemburu. Kemudian
dia berpikir, kalau Rusa saja yang hanya seekor binatang ada yang menghasihani, maka
apalagi dia manusia yang lebih mulia dari rusa. Maka pemburu itu membaringkan diri di
hutan itu, berharap ada rezeki yang datang kepadanya, namun ditunggu sampai sore rezeki
tak datang juga. Dia menunggu hingga malam, namun hingga pagi rezeki tak datang juga,
dia tunggu lagi mungkin siangnya dia akan mendapatkan sekedar makanan seperti yang
didapatkan rusa, namun perutnya semakin kelaparan. Sedang payah merasakan kelaparan,
lewatlah rusa yang kemarin, dan rusa itu menyapa:Hai manusia, sedang apa Anda di sini?
Aku sedang menunggu pemberian seperti kemarin-kemarin Anda menerima
pemberian.
Dasar manusia bodoh kata si rusa Anda hanya ingin sepertiku yang mendapatkan
kebaikan, seharusnya Anda tertarik kepada singa yang memberi kebaikan.
Penyebab mengapa hidup kita menjadi susah, sebagian karena kita selalu ingin menjadi
orang yang menerima, bukan menjadi orang yang memberi. Dalam bukunya 7 Keajaiban
Rezeki, Ipho Santosa membuat sebuah fenomena unik. Ketika mendengar ada orang yang
sedekah dengan jumlah milyaran, orang yang bermental miskin berkataKapan saya bisa
mendapatkan sedekah sebanyak itu?, akan tetapi orang bermental kaya akan
berkata:Kapan saya bisa memberi sedekah sebanyak itu?.
Hati yang kebiasaannya selalu hanya ingin mendapatkan adalah hati yang miskin. Dan
kebanyakan orang malangnya seperti itu. Ketika dia memberi kepada orang lain, inginnya
sedikit, namun giliran sedang diberi, dia ingin mendapatkan banyak. Ketika dia menjual
untuk orang lain, dia berupaya mengurangi timbangan dan takarannya, namun giliran dia
belanja kepada orang lain, timbangan dan takarannya ingin ditambah.
Kepada orang seperti itu, Al-Qur'an punya panggilan khusus yaitu Al-Mutahffifin.
Artinya ORANG-ORANG YANG CURANG. Dan kepada orang seperti itu, Alloh mengancam
akan celaka.
Kecelakaan besarlah bagi orang yang curang. (yaitu) orang-orang yang apabila
menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar
atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidaklah orang-orang itu
menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar,
(yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam? (Al-Mutaffifin: 1-6).
* * *
Banyak orang tahu manfaat infak, namun mereka malas bertindak. Mereka tahu
janji-janji Alloh kepada orang yang infaq, tetapi mereka tidak pernah mengamalkan infaq,
maka mereka tidak pernah merasakan sejahteranya hidup dengan berinfaq.
Potret kemiskinan negeri kita sudah tercermin dari hantu-hantunya. (Ini humor
basi, tapi saya ingin mencantumkannya). Misalnya kuntilanak, lihat pakaiannya, daster
putih polos sederhana, rambut panjang tak terurus, kantung mata hitam legam, dan wajah
pucat pasi. Tinggalnya di mana? Di pohon-pohon atau di gudang tak terpakai. Profesinya
penjual jamu gendong, terkadang sampai menjadi PSK. SANGAT MISKIN. Terus pocong,
penampilannya sangat sangat-sangat miskin. muka jelek tak terrawat, pakaian kain kafan
kumal tak pernah dicuci. Tempat tinggalnya di mana? Kayak gak ada tempat lain,
tinggalnya di kuburan. Ada lagi jelangkung, saking miskinnya, ke mana-mana harus jalan
kaki, tak ada orang yang peduli kepadanya, tak ada orang mau mengantarnya, tak ada orang
yang mau menjemputnya (datang tak dijemput pulang tak diantar). Terakhir, tuyul,
jangankan baju keren, baju biasa pun dia tak punya. Pakaiannya hanya cawat. MISKIN
PARAH.
Berbeda dengan hantu-hantu luar negeri. Amerika, hantunya DRAKULA,
pakaiannya jas hitam, pakai dasi dan berpenampilan rapi. Tinggalnya pun di kastil megah
dan rumah-rumah mewah, bermobil mewah, dan berpendidikan tinggi. Kalau tidak
percaya, lihat film Twilight. Lihat juga Cina. Hantunya VAMPIR. Berpakaian adat
bangsawan China lengkap dengan songkok hitam, tinggal di kuil atau di kastil mewah,
memakai perhiasan berupa kalung atau cincin giok. Atau juga Timur tengah, hantunya JIN,
berbaju bangsawan Arab, lengkap dengan sepatu khas Timur Tengah, memakai anting dan
perhiasan dari emas, tinggal di dalam lampu yang terbuat dari emas berhias permata.
Baiklah, masalah itu tak perlu kita pusingkan. Sekarang, lebih baik kita diskusikan,
mengapa kebanyak orang kita hidup miskin. Setelah saya menelaah, setidaknya ada 6
alasan mengapa kebanyakan orang kita miskin dan susah. Mereka bekerja tanpa petunjuk,
mereka tidak memakai petunjuk Alloh, mereka tahu petunjuk tapi malas beramal,
kebanyakan orang senang diberi tapi enggan memberi, hanya mengandalkan kemampuan
sendiri, mereka pelit dan saling menasihati untuk pelit, uang mereka mengalir untuk
kemegahan, bahkan, mereka menggunakan rezeki untuk berbuat kerusakan.
Mari kita bicarakan satu-persatu.
Anda masih lajang? Ingin segera menikah? Inginkah rumah tanggamu sakinah?
Memberilah!!!
Biasanya kebanyakan pemuda, ketika mereka ingin menikah, mereka berpikir dulu
bagaimana membangun bisnis. Semacam penumbuh rasa percaya diri mereka, untuk
menjalani rumah tangga. Dia berharap dari bisnis itu, bisa membiayai pernikahan, rumah
tangga, dan segala kebutuhannya sampai tua.
Tidak usah repot-repot. Memberilah, dan Anda akan dimudahkan menikah.
Memberilah, dan rumah tanggamu insya Alloh sakinah. Buku Percepatan Rezeki karya
Ipho Santosa mengatakan, berinfak bisa mendatangkan jodoh. Saya pun pernah membaca
di buku Menjadi Kaya Dengan Sedekah karya Muhsin Sunny, kisah seorang wanita yang
tidak juga mendapatkan jodoh. Dia berkonsultasi kepada seorang kiai dan kiai itu
menyarankannya untuk sedekah jariyah. Si wanita menginfakkan harta untuk
pembangunan mesjid, dan, tak tanggung-tanggung, sampai ada tiga orang pria yang datang
melamarnya.
Saya sendiri punya pengalaman pribadi tentang ini. Saya rasakan keinginan menikah
semenjak di SLTA. Teman seusia berpacaran, saya sendiri merasa tidak leluasa karena
ajaran agama saya melarangnya. Satu-satunya jalan cinta mencintai dengan wanita secara
halal adalah dengan menikah. Saya ingin segera menikah, maka seperti yang dilakukan
kebanyakan pemuda, saya mulai berpikir mencari penghasilan.
Dalam sebuah pameran di Kota Kabupaten, saya bertemu dengan seorang penjual
buku. Usianya sama seperti saya, masih belajar di SLTA. Saya tertarik dengan
keberaniannya buka usaha, padahal masih sangat muda. Saya puji giat kerjanya, dan saya
katakan ingin seperti dia. Mendengar itu, antusias dia tawari saya jualan. Dia persilahkan
saya membawa barangnya, kemudian, jika laku, dia berjanji akan memberi saya komisi.
Saya tertarik.
Dia mengatakan akan memberi barang jika saya datang ke kiosnya, dekat lampu
merah Lapangan Lokasana Kota Ciamis. Belajar saya di kelas jadi tak khusyuk setiap kali
ingat tawarannya. Saya ingin seperti dia, mencoba berjualan buku. Belajar di kelas saya
tinggalkan, naik angkutan umum, turun di alun-alun, lalu berjalan jauh mencari kios anak
itu, namun ketika sampai di kiosnya, pintunya tutup, anak itu tak ada. Saya kecewa. Namun
tidak putus asa, kali lain, ketika ada kesempatan, datang lagi saya ke sana, namun sama,
kiosnya itu masih tutup. Kata orang di sana, anak SMA itu sekarang sudah pulang ke
Bandung. Saya pulang dengan persendian terasa lemas.
Itulah kali pertama saya belajar mencari uang, dan ternyata gagal. Bahkan saya gagal
sebelum sempat mengerjakannya. Barulah keinginan itu kesampaian setelah keluar sekolah.
Seorang pemilik toko buku mempercayakan buku-bukunya untuk saya jual di jalanan. Dan
jadilah saya pedagang kaki lima yang berpindah-pindah. Seperti anak mau mesantren, saya
berjalan kesana-kemari memikul kardus. Ada pameran, kardus kupikul ke pameran, ada
pengajian, kupikul kardus ke emperan mesjid, ada pacara pemberangkatan haji, kupikul
kardus ke gedung dakwah. Pernah sekali wakti diusir tim keamanan karena mengganggu
ketertiban. Menyedihkan sekali kalau dipikir-pikir.
Singkat cerita, jualan berjalan melelahkan, tapi laba...nyaris nol. Uang memang
dapat, namun sedikit, hanya cukup untuk makan. Harapan menikah mulai layu.
Jual buku berhenti, ganti kerja di studio foto. Nah, barulah di sini, uang saya cukup.
Bahkan lebih dari cukup. Saking banyaknya uang, seringkali saya membuka lemari pakaian,
tanpa diduga-duga, dari antara celah baju, amplop gaji terlempar keluar. Makan nikmat,
uang banyak, dan pekerjaan cukup mudah. Tak harus panas-pansan, tak perlu angkat
beban, tinggal memotret, mengedit foto, atau menulis. Harapan menikah mulai bangun.
Sialnya, saya tidak punya keterampilan dalam berpacaran. Beberapa kali mencoba
mendekati wanita, badan saya kaku dan membeku seperti es, dan ketika mereka
memperlihatkan lampu merah, saya melihatnya sebagai api, dan saya kepanasan. Badan
yang sudah jadi es, meleleh hancur tak tertolong lagi. Harapan menikah hilang. Mencari
jodoh ternyata susah. Adapaun guru ngaji yang menawari saya jodoh, bisanya hanya
berjanji. Dan janjinya hanya sebatas janji, yang saya rasakan hanyalah perihnya hati.
Merasakan lesunya perasaan, akhirnya saya putuskan, lebih baik keluar kerja. Tak
peduli cari kerja susah, tak peduli nantinya nganggur, pokoknya saya ingin keluar. Saya
ingin mencari cara baru, kehidupan baru, dan jalan baru menuju nikah. Entah apa jalan
yang akan saya tempuh, namun saya akan mencarinya.
Untuk sementara, usaha menuju nikah saya tunda. Saya keluar kerja, dan saya
mencoba menjalani kehidupan dengan cara berbeda. Yaitu sebuah kehidupan yang tegak
bukan ditopang harta, tapi, saya, hanya ingin bergantung kepada Alloh. Hanya kepada
Alloh. Cara hidup biasa-biasa hanya akan menjadikan saya manusia biasa. Dengan cara
hidup luar biasa, saya ingin menjadi manusia luar biasa. Saya ingin mewujudkan keajaiban.
Saya membaca Al-Qur'an, dan di dalamnya banyak sekali kisah keajaiban. Saya yakin
seyakin-yakinnya, kisah itu nyata bukan rekayasa. Dan saya yakin, Alloh mengisahkan
kisah-kisah keajaiban itu, bukan untuk pamer, bukan untuk gagah-gagahan. Bukan. Maha
Suci Alloh dari perbuatan sia-sia. Dia menurunkan Al-Qur'an untuk menjadi pedoman,
bimbingan bagi kehidupan. Keajaiban-keajaiban yang Alloh terangkan dalam Al-Qur'an,
saya jadikan itu sebagai bimbingan, bahwa saya pun, jika benar-benar mengikuti perintah
Alloh, saya bisa mewujudkan keajaiban. Dengan pertolongan-Nya tentu saja.
Salah satu perintah-Nya yang coba saya jalankan adalah sedekah, atau berinfak di
jalan Alloh, atau memberi. Saya senang memberi kepada anak-anak yatim, menggunakan
uang untuk belanja keperluan anak-anak mengaji, atau kebutuhan menambah ilmu saya
sendiri, sebab Alloh berjanji, akan melipatgandakan rezeki orang yang menginfakkan harta
di jalan-Nya.
Dan masya Alloh. Janji Alloh tidak diingkari-Nya, rasanya saya begitu kaya. Saya
rasakan kehidupan yang sangat leluasa, leluasa seleluasa-leluasanya. Setelah keluar kerja
ini, saya punya banyak waktu membaca, menulis, mengajar anak, berkunjung ke
perpustakaan, dan berjalan-jalan ke mana suka.
Seseorang mempersilahkan saya tinggal di rumahnya, menjamin makan, tidur, dan
mandi saya tanpa menuntut apa pun. Tuan rumah tak pernah menyuruh saya kerja apapun
walau hanya menyapu lantai. Saya benar-benar bebas. Kebiasaan bersedekah benar-benar
membuat kehidupan saya semakin berkah.
Semakin hari, semakin saya yakin keajaiban berinfak. Maka saya tekan keras hati
saya agar lebih murah berinfak. Saya sisihkan sebagian uang untuk memberi, memberi
kepada anak yatim, membelikan mereka makanan, dibelanjakan fasilitas belajar anak-anak
ngaji, dan membagi-bagikan uang kepada mereka.
Suatu hari terjadi bencana besar di Jogjakarta. Gempa bumi yang meluluhlantakkan
bangunan-bangunan di sana dan melukai orang-orang. Kemudian orang-orang menggalang
dana, dan saya dipinta uang oleh mereka sepuluh ribu. Berat rasanya saya memberi, namun
segera saya sadar. Saya ingatkan diri saya, bahwa, INI KESEMPATAN. Rasa berat ini
menunjukkan besarnya pahala. Dan, orang yang datang kepadaku mengumpulkan sedekah,
dia pasti utusan Alloh kepada saya, karena Alloh ingin memberikan kebaikan pada saya.
Dan sebuah keajaiban besar pun terjadi. Saya yang anak jalanan, tinggal di rumah
orang, dengan penghasilan tak tetap dan masa depan kurang jelas, tiba-tiba dimudahkan
menikah. Alloh menolong saya dengan kasih sayang-Nya. Seorang lelaki baik hati butuh
pengurus untuk pesantrennya, maka dia menikahkan saya dengan sepupunya. Perempuan
yang dinikahkan kepada saya itu seorang muslimah baik hati, punya orang tua baik hati,
dan para kerabat baik hati pula. Mereka tanggung biaya nikah saya, mereka bangunkan
untuk saya sebuah rumah lengkap dengan segala peralatannya, plus sebuah warung kecil
tempat kami mencari nafkah.
Kini mantaplah sudah keyakinan ini, bisnis memberi memudahkan saya menggapai
nikah. Jika saya ingin menikah yang kedua kalinya, tepatkan kutempuh dengan jalan
sedekah? Hahaha. Ssstt, jangan ribut ya!!!
Tapi, tapi tunggu! Sepertinya saya mendengar teriakan istri saya :Kalau Kamu ingin
menikah, silahkan saja, degan satu syarat. Ceraikan dulu aku!!!!
Haha.
Begitulah Teman. Jalanilah bisnis memberi, dan Anda dimudahkan menuju nikah.
Bagaimana dengan Anda? Anda mau mencobanya? Cobalah, dan buktikanlah.
badan sudah panas dingin, tingkah menjadi tak karuan, gemetaran, saya jadi HERI: Heboh
Sendiri.
Saya hanya bisa mempraktikkan itu kepada istri saya di rumah, dan hasilnya
memang luar biasa, dia menjadi semakin sayang. Ada baiknya juga sih, tapi tetap, yang
saya butuhkan lebih dari sekedar itu, bukan hanya menjadi lelaki idaman istrinya, namun
saya ingin menjadi lelaki yang benar-benar menjadi pemimpin bagi istrinya. Menjadi
lelaki yang, tidak hanya memberikan kenyamanan batin, namun juga bisa memberikan
kenyamanan lahir. Tegasnya: bisa memberi banyak uang. Haha. (Kok saya tertawa. Apa
lucunya ya?) saya membutuhkan kiat-kiat itu.
Dan kiat itu saya temukan hanya dalam Al-Qur'an. Dalam sebuah ayat-Nya Alloh
berfirman:
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena
mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka....... (Annisa: 34).
Seperti bisa kita baca dari ayat itu, sebab lelaki menjadi pemimpin bagi wanita,
salah satunya, karena lelaki menginfakkan hartanya. Artinya jika seorang lelaki ingin
menjadi lelaki sejati, lelaki yang benar-benar menjadi pemimpin, yang bisa
mengendalikan dirinya, yang bisa menjaga ketenteraman jiwanya, dan bisa memberikan
ketenteraman dan kedamaian kepada istri dan keluarganya, maka dia harus menjadi
lelaki yang pandai menginfakkan harta. Dia harus menjadi pemberi.
Percaya atau tidak terserah Anda, tapi begitulah yang saya baca dalam Al-Qur'an.
Silahkan baca kembali terjemahan surat Al-Fajr yang saya tulis di bab 3, dan
perhatikanlah, kegelisahan manusia beserta keluhan-keluhannya banyak disebabkan
karena terlalu mencintai harta, tidak menggunakan hartanya untuk memuliakan anak
yatim, dan tidak menggunakan hartanya untuk memberi makan orang miskin. Dan
seterusnya, Alloh menyeru kepada jiwa-jiwa yang tenang...Wahai jiwa-jiwa yang
tenang...., maka tentunya, yang Alloh panggil sebagai jiwa yang tanang ini bukan jiwa
orang-orang yang tidak suka memberi, melainkan orang-orang yang senang berinfak.
Al-Qur'an adalah sebuah kebenaran. Petunjuk hidup. Tidak ada keraguan di
dalamnya. Inilah kebenaran. Inilah pegangan. Mau?
Hidup dengan cara biasa, hanya akan menjadikanmu manusia biasa-biasa. Kalau
cara yang Anda lakukan luar biasa, maka Anda akan menjadi manusia luar biasa.
Bisnis memberi membuatmu menjadi orang luar biasa. Karena bisnis ini jarang
dilakukan kebanyakan orang. Ketika kebanyakan orang hanya ingin menerima, keinginan
Anda hanya memberi. Inilah yang membuat Anda beda. Ketika kebanyakan orang punya
uang ingin membeli kemewahan, Anda beda, Anda hanya ingin membelanjakannya di jalan
Alloh. Ketika kebanyakan orang punya uang ingatannya hanya ingin mengumpulkan, Anda
beda, nafsu Anda hanya ingin memberikannya kepada orang yang membutuhkan.
Bisnis memberi menjadikanmu manusia luar biasa.
Baiklah, mungkin saja Anda mengumpulkan uang, namun berbeda dari orang lain.
Kebanyakan orang mengumpulkan uang karena ingin membeli barang mewah yang sangat
diinginkannya, tapi Anda tidak, Anda mengumpulkan uang, karena Anda ingin memberi
kepada anak yatim dalam jumlah besar. Itulah cara hidup orang-orang yang berjiwa
memberi. Sebuah cara hidup yang luar biasa, dan cara hidupnya itu akan menjadikan dia
manusia yang luar biasa.
Anda menjalani hidup luar biasa karena Anda mempunya pikiran luar biasa. Karena
Anda berpikir, semakin banyak uang disedekahkan, semakin banyak pula uang yang
didapatkan. Sebab Anda mengerti, rezeki ini mengalir diantara manusia laksana saluran
air, hanya saluran yang lancar yang akan mendapatkan pemasukan yang lancar. Sebab
Anda tahu, ketika seseorang membiasakan diri memberi, maka dia menjadikan dirinnya
sebagai saluran yang lancar, dan karenanya rezeki yang mengalir kepadanya pun, akan
menggelontor lancar.
Anda luar biasa sebab Anda percaya, semakin lancar Anda memberi, semakin
lancar Anda dialiri rezeki. Saya pernah melakukan percobaan dengan kehidupan
saya. Setiap kali akan berangkat ke kampus, ibu selalu bertanya makanan apa saja yang
akan saya bawa, dan saya hanya membutuhkan beras. Namun kali ini, karena masih dalam
suasana lebaran, masih banyak keripik dan kue-kue, saya katakan pada emak ingin
membawa keripik dan kue-kue. Emak pun sibuk mengantongi keripik singkong itu hingga
menjadi sekantong plastik penuh, tambah lagi makroni, sistik dan seroja.
Tas gendong saya menjadi kembung karena makanan-makanan itu. Makanan itu
saya bawa, karena kalau terus disimpan di rumah, khawatir jamuran. Dari pada terbuang
lebih baik disedekahkan. Lalu di perjalanan, saya berikan makanan itu kepada penjaga
Jembatan Cirahong.
Dan masya Alloh, tanpa saya duga, tidak lama setelah tiba di kampus, seorang
nenek-nenek dekat kampus, memberi saya sekeresek kue-kue dan keripik. Saya bawa
keresek itu ke kantor sambil menafakuri, mungkinkah ini balasan sedekah saya yang tadi.
Saya nikmati beberapa biji, namun setelah itu, teringat lagi ingin memberikannya kepada
orang lain.
Ya, ini hari masuk kuliah karyawan. Para mahasiswa tua itu biasa mangkal di
warung mengusir lapar. Saya teringat, betapa besarnya pahala memberi kepada orang
yang lapar. Segera saja kue dan keripik itu saya bawa ke warung, memberikannya kepada
seorang mahasiswa, dan dia menerimanya dengan gembira. Saya pun kembali ke kantor
dengan gembira. Gembira berhasil memberikan sesuatu.
Dan ternyata balasan dari Alloh tunai, sorenya, datang ke kantor seorang
mahasiswa reguler, Pa Cece, teman saya, dan dia membawa lontong yang sangat banyak
dan sekantong besar keripik sistik.
Memberi dengan lancar dan mudah menjadikan rizki saya pun mengalir lancar dan
mudah. Jangan menunda sedekah, bergeraklah dengan lancar dan mudah, bersegeralah.
Alloh menyuruhmu bersegera.
Perhatikan bagaimana kehidupan orang-orang kaya yang bahagia, mereka adalah
orang-orang yang berada dalam posisi aliran keuangan yang deras. Uang tidak mereka
simpan, melainkan mereka sebarkan untuk sesuatu yang lebih maslahat, untuk kebaikan
hidup, untuk menolong orang lain, untuk membantu sesama.
Mungkin ini kali ketiganya saya membicarakan masalah banyak makan. Maafkan
saya Teman, saya melakukanya karena ini masalah kebanyakan orang, termasuk masalah
saya sendiri.
Kalau di rumah banyak makanan, saya paling tak bisa menahan diri. Terlebih jika
lebaran, makanan berdesakan di mana-mana: di lemari, di meja makan, di meja tamu,
berbaris toples-toples penuh makanan. Toples berisi kue-kue, pilus-pilus, keripik-keripik,
manisan-manisan, goreng kacang-kacangan, opakatau ranginang. Melihat makananmakanan itu, susah sekali menahan nafsu. Setiap kali melirik, bawaannya ingin menggigit.
Dari pagi sampai siang, sampai sore sampai malam, susah nian mulut diam, terus
menggiling seperti mesin. Selagi makanan itu ada, saya repot menahan selera.
Padahal saya sendiri tahu, banyak makan merusak tubuh. Apalagi makanan
lebaran, huh, berlemak semua. Nyaris setiap kue mengandung mentega, dan mentega itu
termasuk lemak jenuh. Lemak jenuh memicu peningkatan kolesterol dalam darah.
Tingginya kadar kolesterol bisa menimbulkan penyumbatan pembuluh darah. Jika aliran
darah tersumbat, bahayanya sangat vital. Jika yang tersumbat darah yang mengalir ke
jantung, maka terjadilah serangan jantung, dan jika yang tersumbat darah yang mengalir
ke otak, maka yang terjadi adalah struk.
Akibat paling jelas yang saya rasakan, setelah banyak makan makanan berlemak,
biasanya suka muncul jerawat. Makan keripik, makan kue kaleng, makan wafer, makan
kue kacang, makan ranginang, bolu cake, coklat, setelah itu, hampir dapat dipastikan,
setelah itu wajah pasti ditenggeri jerawat. Di hidung, di pipi, di dahi, di dekat telinga, di
atas bibir, di dagu, di mana-mana. Kalau sudah tumbuh susah sekali hilangnya, kalau saya
pencet, bekas lukanya menganga, membuat wajah kasar, merusak penampilan.
Berkali-kali jerawat tumbuh, saya tak juga mengambil pelajaran. Bekas-bekas
jerawat di wajah tak juga membuat jera. Jika banyak makanan, bawaannya susah nahan.
Selagi makanan ada dan tersedia di meja, selagi itu pula tangan gatal ingin mengambil.
Satu-satunya cara terbaik yang bisa saya lakukan, supaya saya bisa menahan diri
dari banyak makan, adalah, dengan memberikan makanan itu kepada orang lain. Setelah
makanan tak ada, barulah saya bisa menahan diri. Mau makan apa lagi? lha orang
makanannya juga gak ada.
Dengan memberi, saya bisa menahan rakus makan.
Jika Anda cinta memberi, Anda tidak akan memakan semua makanan. Anda hanya
akan memilih makanan-makanan yang baik saja. Anda hanya akan memilih makanan yang
benar-benar Anda butuhkan, yang baik bagi kesehatanmu. Sebagian makananmu akan
Anda berikan kepada orang lain. Sedang yang Anda makan sedikit saja, dan sedikit makan
itu, sangat baik bagimu.
Salafusshalih jaman dulu mencela kebiasaan banyak makan. Kata mereka, banyak
makan menyebabkan otak menjadi tumpul, mengurangi kecerdasan, menyusahkan
konsentrasi, dan melupakanmu dari Alloh. Nabi Saw. pun pernah bersabda, tidak ada
wadah yang paling buruk yang suka diisi anak adam selain dari perutnya, mereka hanya
butuh dua tiga suap makanan untuk menegakkan tulang punggungnya.
Para dokter pun sama, mereka mencela banyak makan. Kata mereka, banyak
makan bisa menimbulkan berbagai mecam penyakit. Banyak makan manis-manis bisa
menyebabkan kencing manis, banyak makan asin-asin bisa menyebabkan darah tinggi,
banyak makan daging bisa menimbulkan kangker, banyak makan lemak bisa menimbulkan
kolesterol, banyak makan karbohidrat bisa mempercepat penuaan.
Bagaimana banyak makan bisa mempercepat penuaan?
Makanan yang masuk diproses di usus. Lalu sari patinya disebarkan ke seluruh
tubuh, masuk ke sel dan dibakar di sana. Semakin banyak makanan yang masuk ke tubuh,
semakin banyak terjadi pembakaran. Semakin banyak terjadi pembakaran, semakin
banyak sel yang rusak, dan kalau sudah banyak sel yang rusak, semakin cepat tubuh itu
menua. Lihat saja dapur yang banyak dipakai memasak, hitamnya pun lebih cepat.
Karena itu, satu-satunya cara supaya diri lebih cerdas, lebih taqwa, lebih sehat,
lebih bahagia, dan lebih panjang umur, dengan mengurangi banyak makan, dan supaya
kita bisa mengurangi banyak makan, kita harus membiasakan diri menyedekahkan
makanan itu. Membiarkan makanan terlalu lama diam di rumah, bisa membuatmu tak
tahan.
Berikanlah, bagikanlah, sedekahkanlah. Segera, lalu berbahagialah dengan
kesehatanmu.
Dari Abu Hurairah ra: Bahwa Nabi saw. bersabda: Allah Taala berfirman: Hai anak
cucu Adam, berinfaklah kalian, maka Aku akan memberi ganti kepadamu. Rasulullah saw.
bersabda: Anugerah Allah itu penuh dan deras. (Shahih Muslim No.1658)
Bisnis memberi berarti menjalani hidup dengan lebih banyak memikirkan
kepentingan orang lain. Tentang kepentingan sendiri, tak perlu dicemaskan lagi, sebab
kepentingan sendiri, sudah ditanggung oleh Alloh.
Apa yang dipikirkan banyak pemuda menjelang saat-saat nikah? Biasanya mereka
memikirkan rumah. Mau tinggal di mana nanti, bagaimana dia akan membangun rumah,
dari mana uangnya, itulah yang mereka permasalahkan. Sebagian mereka siap tinggal di
pondok mertua indah dengan segala resikonya, sebagian lagi berencana ngontrak, dan
sebagian lagi, ada, yang menyiapkan diri membangun rumah sejak jauh hari. Sejak remaja
dia pergi ke kota, masuk pabrik, kerja setiap hari, mengumpulkan uang, membeli bahanbahan, kayu, pasir, genting, bata, beton, semen, dan setelah sekian tahun, barulah dia bisa
membangun rumah.
Kalau Anda pemuda seperti itu Anda hebat!
Tapi saya paling malas bekerja keras.
Saya pikir, untuk punya rumah, tidak harus dengan jalan itu. Tanpa harus kerja
keras, tanpa harus mengumpulkan bahan, jika Alloh berkehendak, saya bisa punya rumah.
Seringkali saya jalan-jalan dan menemukan, di sepanjang tepian jalan, beberapa rumah
kosong berdiri. Penghuni rumah entah ke mana, padahal rumah-rumah itu masih bagus.
Tembok permanen, dan kalau dirawat, pastilah rumah itu cantik. Melihat itu saya
merenung, pasti masih banyak sekali rumah kosong di seluas dunia ini. Jadi, mengapa saya
harus pusing membangun rumah? Rumah yang ada saja banyak yang tidak terpakai.
Saatnya saya butuh rumah nanti, saya yakin saya bakal memilikinya. Dengan
pertongan Alloh tentu saja. Saya percaya dengan keajaiban. Lebih baik uang sedikit ini saya
infakkan, lebih baik saya titipkan uang ini kepada Alloh. saya berikan keapda anak-anak
yatim, saya pakai untuk membahagiakan mereka, dan saya pakai membeli keperluan
mengaji anak-anak. Tentang kebutuhan saya, biarlah Alloh mencukupinya.
Dan benar saja, sekarang, setelah saya berrumah tangga, pada saat saya
membutuhkan, Alloh berikan saya sebuah rumah. Walau sederhana, namun laksana vila.
Catnya cerah warna jeruk Mandarin, berdiri di tengah kabut pegunungan, dan seseorang
selalu merawatnya: merawat peralatannya, membersihkannya setiap pagi, membayar iuran
listriknya, dan menyambut saya setiap malam minggu liburan ke sanadengan
masakannya, dengan cintanya. Tahukah Anda siapa dia? Siapa lagi kalau bukan istri saya.
Masa seorang geitsa?
Pentingkanlah dulu memberi. Tentang diberi, tenanglah, Alloh Maha Pemberi.
Kebutuhanmu ditanggung oleh-Nya. Itulah keuntungan bisnis memberi.
uang telah pergi. Mendingan rela, semoga itu menjadi sedekah. Dan biarlah ALLOH
menggantinya untuk saya.
Petani yang cinta memberi tidak akan dipusingkan oleh hama. Gagal panen tidak
akan membuatnya susah. Sebaliknya, dia malah gembira, sebab tanaman dia yang
dimakan hama itu menjadi sedekah. Petani itu tahu Rosululoh pernah bersabda: Tidak
ada seorang muslim pun yang menanam suatu pohon atau bertani dengan suatu macam
tanaman kemudian dimakan burung, manusia atau ternak melainkan hal itu akan
menjadi sedekah baginya. (Shahih Muslim No.2904)
Misalnya, semalam sebelum panen, ribuan tikus menyerang sawah. Padi habis
tinggal jerami. Petani yang cinta memberi tidak akan berduka, sebaliknya dia bahagia,
lapang hati dia relakan padinya semoga jadi sedekah. Tikus pun sama seperti kucing,
sama seperti ayam, makhluq Alloh yang butuh makan. Memberi kepadanya sama-sama
terhitung sedekah. Bukankah bahkan memberi kepada anjing saja bisa mengundang kasih
sayang Alloh? Bukankah Anda pernah mendengar tentang seorang wanita tuna susila
memberi minum anjing lalu dia menjadi ahli surga?
Seorang yang menjalankan bisnis memberi, hidupnya hanya untuk memberi. Yang
ada dalam jiwanya hanya ingin memberiMaka harta hilang takkan pernah membuatnya
menjadi susah. Dia bahagia karena bisa memberi.
Seorang yang berjiwa memberi tidak akan disusahkan oleh harta yang hilang.
Di depan para polisi itu, jalan motor saya buat pelan. Semakin lama semakin
pelan, namun, tepat di depan polisi paling ujung, timbul niat berusaha menyelamatkan
diri. Sebisanya saya harus menyelamatkan diri. Semut saja, kalau terjepit di celana
orang, sebelum akhirnya mati, masih sempat dia mengigit...emh...mengigit...kulit orang
itu. Masa sih sedikit pun saya tidak melawan. Maka tepat di ujung barisan polisi, gas
ditarik, motor melesat lari. Biarlah polisi mengejar di belakang. Jika tertangkap, mungkin
itu memang nasib saya, tapi jika tidak, itu keberuntungan besar.
E...e...eh kata pak polisi.
Motor saya bawa lari. Tak jauh dari sana, setelah sebuah tikungan, saya melihat
ada halaman terbuka. Saya belokkan motor ke sana. Itu halaman rumah orang. Langsung
motor saya kunci dan, seperti kucing baru saja mencuri ikan, saya berlari ke belakang
rumah, dan sembunyi di sana.
Di belakang rumah itu, tingkah laku saya tak jelas. Seperti monyet keracunan
jengkol, saya tak bisa diam. Berjalan hilir-mudik tak tentu arah. Kadang ngintip ke depan,
kembali lagi ke belakang. Ngintip lagi ke depan, kembali lagi ke belakang. Badan panas
dingin. Jaket saya lepas, demikian pula kemeja. Saya tidak mengerti untuk apa saya
melepas jaket, tapi lebih tidak mengerti lagi untuk apa saya melepas kemeja. Setelah
sadar, kemeja saya pakai lagi. Begitulah orang panik, kelakuannya suka tak masuk akal.
Tangan masih gemetaran. Wajah rasanya kehabisan darah. Pucat pasi. Saya
memberanikan diri ke depan rumah, berjalan mengendap-ngendap, sambil tengak-tengok
ke jalan, memastikan ada tidaknya polisi mengejar. Tidak ada ternyata, saya hanya
menemukan seorang laki-laki telah berdiri di sana. Rupanya pemilik rumah itu. Saya
memohon maaf kepadanya telah lancang menyimpan motor di halamannya, jujur saya
katakan saya takut dikejar polisi. Dia katakan, tak mengapa, lalu dia sarankan, sebaiknya
saya tak usah panik, tidak usah takut, polisi di sini tidak biasa mengejar. Kalau motor
sudah lari, dibiarkan saja lari.
Santai sajalah, jangan takut, kalau takut nanti malah celaka di perjalanan.
Teruskan saja perjalanan. Tenang saja, polisi itu tidak akan mengejar kok, Katanya
menenangkan saya.
Laki-laki itu mengambil air, memberi saya minum. Saya berterima kasih, mengucap
salam sepenuh hati, lalu pamit pergi. Motor saya bawa lari, namun dengan hati-hati,
sambil terus berusaha menenangkan diri. Lega saya rasakan setelah perjalanan agak jauh,
namun tiba-tiba... saya teringat sesuatu. Jaket! Jaket saya ketinggalan di belakang
rumah!!
Ya terpaksa balik lagi.
Tiba di rumah dengan selamat, bahagia saya tak terkira. Beberapa jam berlalu
setelah kejadian itu, saya mulai menghitung-hitung nilai keselamatan dari tertangkap
polisi itu. Rp.250.000,- untuk denda tidak punya SIM, Rp.200.000,- untuk denda STNK
terlambat, wah hampir setengah juta kerugian jika saya tertangkap. Bagi saya itu bukan
musibah kecil. Kalau saja saya pasrah, entah bagaimana sekarang nasib saya. Untungnya
tadi ada pikiran lari. Memang ini sebuah pelanggaran, tapi bagi saya, tetap ini sebuah
keselamatan. Meski tak semua orang setuju, namun saya memandang peristiwa ini sebuah
KESELAMATAN DARI BENCANA.
Semua keselamatan berasal dari Alloh, namun saya bertanya-tanya, apakah yang
sudah saya lakukan hingga saya selamat dari bencana. Dan teringatlah sesuatu. Beberapa
hari sebelum kejadian ini saya sedekah, dan saat itu saya nantikan, apakah balasan yang
akan Alloh berikan kepada saya. Hari inilah terasanya, mungkin inilah balasannya, selamat
dari musibah: tidak ditangkap polisi. Hehe...
banyak, maka akan banyak yang bisa kita lihat. Segala sesuatu hadir atau hilang dari
pandangan kita sesuai kehendak ALLOH.
Belajar dari pengalaman kecil tadi, ditemukannya kunci setelah saya memberi, saya
mempunyai sebuah kesimpulan, bahwa dengan memberi, mata kita akan terbuka untuk
melihat keuntungan yang lebih banyak, peluang rezeki yang lebih banyak, dan potensi yang
lebih banyak.
Jika ALLOH telah membukakan, maka pastilah mata terbelalak keheranan, betapa
kekayaan di semesta ini tak pernah terlampauai pandangan. Seorang tua dari Korea, yang
telah dimudahkan mencari rezeki berkata dengan penuh percaya diri dalam bukunya:
Setiap Jalan Bertabur Emas.
Dia Kuasa memberikan kembali kekayaan-Nya kapan pun Dia mau dan bagaimana pun
cara-Nya.
Kalau Anda punya uang banyak, apa yang akan Anda lakukan? Mau dikemanakan
uang itu sehingga nantinya Anda tidak akan menyesal?
Saya menyuruh Anda:INFAKKANLAH!
Jika Anda takut nantinya menyesal? Saya teriak lagi: ANDA TIDAK AKAN MENYESAL.
Yang telah menjamin bukan saya, tapi ALLOH. ANDA TIDAK YAKIN KEPADA ALLOH????
Segeralah, berikanlah, ikhlaskanlah, dan percayalah, Anda tidak akan menyesal,
Anda pun tidak akan khawatir. Sebaliknya, yang akan Anda rasakan, hanyalah
kegembiraan dan kepuasan. Gembira telah menggembirakan orang lain, puas telah
melakukan yang diridhai Alloh, dan puas telah berhasil mengalahkan rasa kikir pada diri.
Jika Anda tidak ingin menyesal, jika Anda tidak mau khawatir, infakkanlah hartamu.
jadi termotivasi untuk memberi. Hanya saja saya tidak mau berbuat atas petunjuk buku
itu. Berbuat atas perintah ALLOH, itulah niat yang saya tetapkan. Kata-kata di buku itu
hanyalah penguat supaya saya lebih yakin dengan perintah Alloh.
Tampak di pinggiran jalan, selain tukang kacang, tukang tahu dan tukang lontong,
berdiri pula di sana beberapa orang pengemis. Kaca mobil saya buka, lalu berkali-kali,
lembaran uang dua ribuan saya berikan kepada mereka. Ah memalukan, memberi uang
dua ribuan saja diceritakan. Namun ini saya lakukan demi menambah keyakian saya akan
janji ALLOH. Saya ingin keyakinan saya bertambah, bahwa jika memberi, Alloh akan
memberikan balasan dan pengembalian yang lebih banyak, namun bagaimana cara
datangnya pengembalian itu, dari mana, dari siapa, dan apa bentuknya, saya tidak pernah
tahu, masih misteri.
Mungkin nanti Pak Fatah akan memberi kepadaku...tapi oh, itu tak mungkin.
Jangankan memberi, dia sendiri saja sedang kerepotan. Untuk ongkos perjalanan ini,
entah dia menghabiskan berapa. Saya tak berharap sama sekali. Saya hanya
mengharapkan keuntungan dari Alloh. Saya menunggu. Keuntungan apakah yang akan
datang kepada saya kemudian?
Akan tetapi, masya Alloh, rupanya, bukannya mendapatkan keuntungan,
sebaliknya, yang saya dapatkan kemudian adalah, saya malah terancam kematian. Masuk
Jalan Tol Cipularang, Pak Fatah diserang ngantuk. Saya panik dan tegang. Ngantuk di jalan
tol adalah penyebab terbanyak kecelakaan maut. Saya ketakutan dan sadar, ternyata,
bukan uang yang sekarang benar-benar saya butuhkan, tapi keselamatan. Saya hanya
ingin selamat. Sungguh hanya ingin selamat, kembali ke rumah, kumpul lagi bersama
keluarga tanpa kurang suatu apa.
Saya terus memikirkan bagaimana caranya supaya Pak Fatah terus-menerus dalam
keadaan segar. Ingin saya melawak, tapi takut lawakan saya garing. Takut bukannya
membuat Pak Fatah tertawa, tapi malah membuatnya sebal. Saya mencoba menghiburnya
dengan perhatian, wajah siap mendengar curhatannya, supaya dia merasa dihargai,
bersemangat, mau bercerita, dan tidak ngantuk lagi. Namun gagal, yang biasanya banyak
bicara, kini Pak Fatah lebih banyak diam. Ngantuknya makin akut. Berkali-kali kepalanya
menunduk layu, seperti ayam kampung kena tetelo.
Pak Fatah istighfar, lalu takbir, lalu solawat, lalu istighfar lagi, sholawat lagi,
takbir lagi, berusaha mengusir ngantuk, tapi dia pun gagal. Dia mengeluh sambil memijitmijit kepalanya sendiri.
Haduh, ngantuk, keluhnya.
Kemudian Pak Fatah mengulurkan tangan. Pak Guru, tolong pijit jari-jari ini!
Saya pijiti jari-jarinya, sejak pangkal hingga ujung, dengan gaya ahli akupuntur,
sambil digetar-getarkan, namun tetap, bibir mata Pak Fatah terus-menerus mau terjun.
Ganti pak Fatah menyuruh saya memijiti lehernya. Saya turuti, saya pijiti lehernya
dengan sungguh-sungguh. Ingin rasanya mencekik leher Pak Fatah ini sampai lidahnya
keluar dan matanya melotot, supaya tidak ngantuk, tapi tak berani. Saya pijiti biasa saja,
dan tetap, ngantuknya tak juga pergi.
Ganti lagi dia minta dipijiti pelipisnya, saya penuhi, tapi susah, ngantuknya benarbenar parah. Harusnya, jika ngantuk dalam kendaraan, menepi dulu ke pinggir, istirahat
dan tiduran, namun ini tak mungkin. Kami ada di jalan tol. Berhenti di pinggiran jalan tol
bisa ditangkap polisi.
Pak Fatah sendiri terus berupaya mengusir ngantuk, dan akhirnya, Pak Guru,
tolong jitakin kepala saya!
Wah, Pak, tidak mau, itu tidak sopan. Tolak saya.
pusing. Bagaimana tidak pusing, di buku saya membaca kisah kehidupan orang kaya,
sedang kehidupan saya sendiri...tetap miskin. Ini sama perbandingannya dengan orang
lapar membaca buku resep makanan. Meleleh ludahnya membayangkan makanan enak dan
melihat fotonya.
Jangan dengarkan ajaran manusia. Dengarlah hanya ajaran ALLOH!
ALLOH telah mengajarkan kepada kita jalan bisnis termudah.
Saya juga pernah menemukan sebuah buku menarik. Buku itu menawarkan cara
mudah menjadi kaya. Jika buku ini saya temukan di toko buku, pasti saya akan penasaran
ingin membelinya. Untungnya buku itu ada di rental buku, jadi saya bisa membukanya.
Awalnya saya berharap, di dalam buku itu, saya menemukan cara menjadi kaya tanpa harus
bekerja, cukup dengan bersantai-santai, dengan bersenang-senang, kemudian mendadak
saya banyak uang. Haha, masak sih bisa? Ternyata lain harapan lain kenyataan. Ketika saya
baca, ternyata isinya justeru mengajarkan kerja keras.
Buku ini mengisahkan seorang bapak-bapak yang telah berkali-kali pindah kerja.
Dari perusahaan satu ke perusahaan lain. Dari perusahaan Bob Sadino, ke peurahaan
Caltex, kemudian ke restoran Au Bon Pain, milik Rini Suwandi, mantan Menperindag.
Dikisahkan, Pak Chairul ingin membuka usaha sendiri, namun dia tak langsung keluar
kerja. Sambil tetap kerja, dia nekad menjual rumahnya untuk membuka usaha, yaitu
perusahaan mie yang dia beri nama Cwie Mie Malang Hot Cmm. Praktis kini dia harus
kerja keras, membagi dua konsentrasi kerja, untuk perusahaannya dan untuk perusahaan
yang dibukanya. Jelas, ini kerja keras luar biasa. Pagi bekerja di kantor, sorenya kerja
ngurus warung, dan dalam waktu singkat, kurang dari setengah tahun, perusahaannya
sudah punya 5 cabang, yang selanjutnya, menjadi 10 cabang. Dengan apa? Kerja keras.
Kata saya dalam hati, itu sih namanya bukan cara mudah menjadi kaya, itu cara
susah menjadi kaya.
Berbeda sekali dengan ketika saya baca Kitab Alloh. Kiat menjadi kaya yang saya
temukan dalam Kitab ini benar-benar mudah. Bukan omong kosong, benar-benar mudah
dan terasa hasilnya. Tinggal saya mau memberi, kemudian Alloh membalasnya berlipat
ganda.
Lihatlah, betapa Alloh Maha Pemurah. Dia ilhamkan kepada kita kiat termudah
menjadi kaya. Supaya dalam hidup ini kita tak dipusingkan mencari rizki, supaya ibadah
kita lebih khusyuk, sesuai tujuan penciptaan kita. Mengapa kita tidak mencintai-Nya.
Mudah, sungguh sangat mudah. Tinggal kita buang rasa sayang terhadap harta,
kemudian cinta memberi, memberi kepada orang yang membutuhkan, dan kita nantikan
anugerah Alloh yang lebih baik, lebih banyak, dan lebih membahagiakan. Mudah bukan?
Teman saya kerja di perusahaan telur. Setiap hari, berkotak-kotak telur harus dia
muat di mobil dan ditawarkan ke pasar dan warung-warung. Yang jadi masalah, telur-telur
itu seringkali pecah karena guncangan-guncangan sepanjang jalan. Tentu saja para pemilik
toko dan kios di pasar tidak mau menerima telur pecah. Telur pecah itu mereka kembalikan
kepada teman saya, namun ketika teman saya mengembalikannya kepada majikan dia, si
majikan tidak mau menerima. Kata si majikan, pecahnya telur itu kesalahan teman saya,
maka teman saya yang harus bertanggung jawab. Teman saya kecewa, akhirnya dia keluar
kerja, kemudian mencoba usaha jual beli sayur, belanja dari perkampungan, kemudian dia
antar ke pasar, menyimpannya di setiap kios, dan menerima uang pada keesokan harinya.
Seringkali dia dapati sayurnya sudah membusuk, dan dia mengalami kerugian. Maka jual
beli sayur dia hentikan, kemudian mencoba jual beli buah. Dengan modal uang satu juta,
sekolbak rambutan dibawanya ke Pangandaran. Dua hari lewat, butiran-butiran rambutan
lepas dari tangkainya dan membusuk. Pas pulang dia hitung uang, jangankan untung, yang
ada malah rugi dua ratus ribu.
Kerja apa pun, usaha apa pun, jualan apa pun, semuanya beresiko rugi! Padahal,
seperti penyakit, rugi paling ditakuti orang. Orang bisa marah, bisa stress, bahkan bisa gila
jika usahanya rugi. Saya pernah bekerja di sebuah perusahaan dan mempunyai majikan
yang, jika saya melakukan kesalahansedikit kesalahan sajadia marah-marah. Oh, pedih
rasanya hatiku ini. Ketika suatu sore saya menjatuhkan komputer tokonya sampai penyok,
saya langsung kabur. Kalau majikan saya tahu, marahnya pasti dahsyat! Saya maklum,
marahnya majikan saya karena dia tak mau rugi Dia sangat sayang pada usahanya! Dia
khawatir tokonya bangkrut!
Itu sifat alami manusia. Semua orang juga begitu. Kalau usahanya rugi, sudah
sewajarnya orang marah. Pernah di Amerika, terkenal seorang pengusaha minyak bumi
bernama John D. Rockefeller. Dia mulai usaha sejak usia 21 tahun. Sejak itu, suasana
hidupnya senantiasa tegang. Wajahnya selalu murung, jarang kelihatan gembira kecuali
kalau usahanya untung. Kalau sedang untung, dia melemparkan topinya ke atas, lalu
berjingkrak-jingkrak seperti manusia primitif. Suatu hari, dia mengirimkan barangnya
dengan kapal melewati samudra, sementara dia sendiri, tetap diam di kantornya. Kemudian
datang berita kepadanya, di samudra itu terjadi badai. Rockefeller kaget. Ketika
karyawannya masuk ke ruang kerjanya, dia mendapati Rockefeller sudah terkapar di lantai.
Terlalu sering tegang karena kerugian, rambut dan alis Rockefeler berguguran.
Banyak orang takut menjalankan usaha karena takut gagal. Motivator memberi
semangat kepada mereka supaya jangan takut gagal. Kegagalan adalah tangga menuju
kesuksesan, takut gagal adalah kegagalan itu sendiri, begitu kata para motivator. Menurut
saya, takut gagal itu wajar-sajar saja. Sudah seharusnya orang takut gagal karena itu
memang sifat alami manusia. ALLOH saja mengakuinya. Dalam Al-Qur'an surat Attaubah
ayat 24 Alloh berfirman: Dan bisnis yang senantiasa Anda khawatirkan kerugiannya.
Maka takut gagal ketika berusaha, menurut saya, itu ciri manusia sejati.
Bahkan menurut saya, takut gagal itu wajib. Seorang muslim wajib takut gagal.
Masalahnya, kalau dia berani gagal, bisa-bisa nanti malah berani gagal dalam menjalani
kehidupan dunia. kalau gagal dalam menjalani kehidupan dunia, itu namanya syuul
khotimah! Naudzubillah!
Anda harus takut gagal!
Jangan bodoh, jangan berani gagal!
Beranilah berhasil!
Jangan coba-coba bekerja, kalau Anda tahu pekerjaan itu bisa gagal!
Jangan coba-coba buka usaha, kalau Anda tak yakin usaha itu akan berhasil!
Jalanilah hanya usaha yang Anda yakini bakal untung.
Ah, bagian ini memang terkesan dipaksakan. Tapi saya rasa, tak ada salahnya
bahasan ini saya cantumkan. Setelah saya renungkan, kesenangan manusia merias diri
memang banyak berhubungan dengan bahasan mengapa memberi itu penting.
Memberi adalah sarana kita merias diri. Jika kita senang merias diri, maka memberi
akan membuat diri kita tampak semakin indah. Tak peduli seburuk apapun rupanya,
sebodoh apapun otaknya, jika seseorang senang memberi, hati siapapun tak bisa menolak
untuk suka kepadanya.
Wanita selalu ingin dirinya kelihatan cantik, laki-laki pun tentunya ingin dirinya
terlihat tampan. Sesungguhnya yang akan membuatnya semakin indah, memikat dan
mempesona adalah jika dirinya menjadi manusia yang senang memberi.
Kita perhatikan fenomena orang-orang sekarang, tidak peduli usianya setua apa,
mereka selalu senang merias diri. Mungkin Anda pernah melihat nenek-nenek yang pipinya
sudah seperti kerupuk kulit, tapi ampun, dia masih suka memolesinya dengan bedak. Bibir
masih suka disapunya dengan lipstik, dan pakaiannya, masya ALLOH, tanpa malu-malu,
ikut-ikutan tren anak muda jaman sekarang, pake team-lo, pake leging, lalu keluar rumah,
lenggak-lenggok di tengah jalan, terus tertabrak mobil, haha.
Bukan hanya nenek-nenek, tapi juga kakek-kakek. Sepulang dari pasar, ketika motor
mendaki gunung, saya berpapasan dengan seorang kakek-kakek yang ubannya sudah
separo rambutnya, tapi pakaiannya necis luar biasa. Celana panjang bersabuk dengan
kemeja dimasukkan. Rambut tersisir rapi gaya anak muda.
Perhatikan suasana toko pakaian menjelang lebaran? Apakah yang datang hanya
anak muda? Tidak, nenek-nenek dan kakek-kakek pun ikut bersliweran di sana.
Saya sendiri, padahal sudah bukan waktunya lagi gaya-gayaan, tapi masih saja
senang membeli pembersih muka. Dipakai pagi dan malam berharap wajah ini halus.
Terkadang jeruk nipis dibelah lalu dipoleskan ke wajah, ingin kulit wajah ini cerah dan
bebas dari jerawat. Padahal wajah yang sudah kepalang kasar ini sudah susah diperbaiki.
Hari ke hari saya lihat wajah ini di cermin, bukannya bertambah tampan, melainkan
bertambah tua. Mengecewakan!
Manusia memang senang berdandan. Perhatikan apa yang rata-rata orang lakukan
ketika lewat di depan kaca? Dia menoleh ke kaca dan melihat dirinya. Seringkai tangannya
tak tahan terangkat membetulkan posisi rambut atau kerudungnya. Anda juga begitu kan?
Tak usah malu, semua orang ingin dirinya selalu menarik.
Sayangnya, semakin lama, manusia bukannya semakin menarik, penampilannya
malah semakin rusak. Waktu terus menggerogoti kulit indahnya dan tak seorang pun bisa
melawan penyakit tua. Manusia mengalami penuaan. Kulit bukannya semakin kencang,
tetapi malah semakin keriput, badan bukannya semakin tegak, tetapi malah semakin
bungkuk. Orang yang ingin badannya tambah menarik adalah orang yang dungu. Dia tidak
bisa menerima kenyataan.
Tapi kenyataan itu tak seharusnya membuat kita pesimis. Jika kita tak berdaya
membuat wajahnya semakin cantik, sesungguhnya kita masih bisa membuat prilaku dan
hatinya semakin indah. Bagian itulah, ya hanya bagian itulah yang bisa dia tingkatkan
keindahannya. Dan cara termudah, terbaik, dan terampuh menjadikan perilaku dan jiwa
mempesona adalah dengan membiasakan diri memberi. Dengan menjadi pemberidengan
cara itulah seseorang bisa dengan mudah mempercantik perilaku dan hatinya. Saya punya
sebuah kalimat mengesankan dari Yahya bin Muadz: Kalbu itu menolak terhadap orangorang yang dermawan kecuali mencintainya, sekalipun mereka adalah orang-orang yang
fasiq. Kalbu juga menolak terhadap orang-orang yang kikir, kecuali membencinya,
sekalipun mereka adalah orang-orang yang taqwa.
Karenanya, ketika Anda punya uang dan ingin membeli bedak termahal, yang bisa
membuat wajah Anda seterang bintang timur, buanglah angan-angan kosong itu, lalu
ingatlah, sesungguhnya yang akan mempercantik Anda dan membuat diri Anda
mempesona hanyalah, jika uang itu Anda sedekahkan kepada orang lain, kepada anak yatim
dan orang-orang miskin.
Pandanglah wajah Anda di cermin, dan lihatlah betapa mempesonanya seandainya
sosok yang Anda lihat itu senang memberi. Dalam perjalanan berangkat saya sekolah, untuk
mengajar, di jalan menurun berbatu-batu, di atas motor, saya lihat wajah saya di spion.
Tampak jelas pipi yang kasar dan bintik-bintik jerawat, terguncang-gundang seperti mau
hancur. Sungkan rasanya jika saya lihat jika wajah itu milik orang yang hanya banyak gaya,
namun tiba-tiba saya terpesona saat mengandaikan wajah itu wajah orang bijaksana, murah
hati dan tangannya.
Itulah beberapa alasan mengapa penting bagi kita untuk memberi. Anda
mengatakan basahan saya banyak yang tidak nyambung, kemungkinan pendapat Anda
benar. Tak masalah, bukan nyambung tidaknya yang terpenting. Yang terpenting adalah
Anda mengerti, BETAPA PENTINGNYA MEMBERI.
dia pun niru nyanyi religius memakai sorban. Wajahnya juga tidak seganteng para penyanyi
ngetop lainnya. Begitulah pandangan saya padanya dulu, namun melihat sampai kini,
sampai popularitas Aa Gym turun, Opick tetap eksis dan terus menciptakan lagu, saya mulai
kagum. Kreativitasnya tak pernah mati, dan nyaris setiap lagu barunya selalu menyuguhkan
renungan mendalam dengan nada syahdu nan indah. Banyak pembuat film jatuh cinta
dengan syair-syair Opick dan menjadikannya soundtrack film-film mereka. Opick sendiri
sukses membuat film religius berjudulDi Bawah Langit dan film Asmaul Husna. Sungguh
profil seorang penyanyi sukses.
Rahasia di balik sukses dia adalah senang memberi. Opick senang sekali bersedekah.
Tak segan dia mengundang orang susah, orang miskin, dan anak-anak yatim ke rumahnya.
Dia ajak mereka duduk bersama, makan bersama dan saling bertukar cerita. Dalam setiap
konsernya di kota-kota, Opick selalu mewajibkan panitia mengundang anak yatim. Opick
ingin menyantuni sekaligus menghibur mereka.
Di lingkungannya pun Opick terkenal orang yang paling peduli. Dia bergaul dengan
masyarakat, mendengarkan permasalahan mereka dan memberikan solusi nyata. Dia
mendirikan Majlis Tombo Ati, mengajak masyarakat mengaji dan dzikir bersama di sana,
dan memberikan modal kepada para pedagang kecil. Opick ingin membantu
mengembangkan usaha mereka.
Tak cukup hanya itu, Opick pun mendirikan Baitul Maal Al-Kautsar dengan visi misi
ingin menolong anak yatim, fakir miskin, dan siapa pun yang membutuhkan
pertolongannya. Donatur tetapnya dia sendiri. Dengan cara itu, dia ingin melatih dirinya
untuk cinta berbagi. Baitul Maal inilah yang membantu mendanai masyarakat yang ingin
mengembangkan usahanya, atau membantu yang ingin mengembangkan usaha kecilnya.
Setiap bulan, Baitul Maal ini pun membagi-bagian beras kepada jemaah Tombo Ati dan
kepada faqir miskin. Opick tidak ingin kesenangan hidupnya hanya dia nikmati sendiri dan
keluarganya. Dia pun ingin orang lain menikmatinya. Sebab dia sadar, harta hanyala
titipan. Saya yakin, itulah rahasis suksesnya.
Memberi adalah rahasia sukses Opick dalam kariernya sebagai penyanyi. Begitulah
yang saya baca dari majalah alKisah edisi 21 Agustus 2011.
Artis ngetop lain yang sukses karena sedekah adalah Sule. Uang hasil manggungnya
dia gunakan untuk membahagiakan keluarga dan kerabatnya. Dia bahagiakan mereka
dengan menempatkan mereka di rumah mewah yang selama ini belum mereka rasakan.
Dan karena itu, sampai sekarang, dia terus kreatif sebagai komedian. Dalam sebulan,
penghasilan dia mencapai satu milyar lebih.
Ada lagi presenter kelas dunia, sampai sekarang dia masih memberi manfaat,
namanya Oprah Winfrey. Kalau Anda rajin baca buku, pasti tahu kepada wanita ini. Kulit
hitam, keriting, gemuk, tidak cantik, tapi sukses! Rahasia suksesnya ternyata juga sama:
senang memberi. Menurut situs yang beralamat di http://www.jpnn.com, Oprah Winfrey
tercatat sebagai selebriti paling dermawan di jagad hiburan Amerika. Lewat Oprah Winfrey
Foundation, selama 2010 setidaknya sudah menyebar sumbangan mencapai USD 41 juta,
atau sekitar Rp 369 miliar dengan asumsi kurs per dolar Rp 9.000.
Di Kalibata, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, pernah terkenal seorang ulama
kharismatik bernama Habib Salim bin Thaha Al-Haddad. Masyarakat sangat menyegani
dan menyayanginya hingga akhir hayat beliau dan selalu mengenangnya sebagai ulama
yang tawadlu. Dia sukses sebagai seorang ulama dan tidak pernah menjadi tercela, padahal
seringkali ada ustadz yang terkenal pada awalnya namun kemudian menjadi tercela karena
terdesak kebutuhan ekonomi. Namun Habib Salim tetap sejahtera dan bisa menjaga diri
hingga akhir hayatnya. Dia sukses sebagai ulama.
Dan sekali lagi, rahasia suksesnya adalah: Senang bersedekah. Dia mempunyai
kepekaan sosial yang sangat tinggi. Uang hasil usaha dari pabrik batanya senang dia
sedekahkan dan bagi-bagikan kepada orang-orang miskin. Menurut beliau, menggunakan
uang untuk memberi kepada orang-orang miskin lebih baik daripada menggunakan uang
itu untuk bolak-balik ke mekah. Seandainya dia mau menghabiskan hartanya untuk
bersedekah dan membantu orang-orang yang sedang membutuhkan bantuan, hal itu akan
lebih bermanfaat dan lebih besar nilainya di sisi ALLOH.
berusaha mendapatkan lebih banyak lagi. Pemilik satu lembah harta berusaha
menambahnya menjadi sua lembah, dan pemilik dua lembah harta berusaha menambahnya
menjadi tiga lembah. Saya membuktikan ini ketika datang bantuan gempa beberapa waktu
silam. Orang yang materinya sangat berkecukupan, yang tidak sepantasnya mendapatkan
bantuan, malah dialah yang paling semangat mendapatkan bantuan itu. Di lingkungannya
dia dipercaya sebagai ketua, di mana seharusnya lebih mementingkan masyarakatnya,
tetapi malah mementingkan dirinya. Gembira sekali ketika dia mendapatkan bantuan itu,
sementara tetangga dia yang rumahnya mengalami rusak parah, malah dia abaikan.
Sebaliknya, kebanyakan manusia sangat enggan memberi. Tidak peduli betapapun
banyak hartanya, orang tidak suka jika hartanya berkurang. Ketika orang mendapatan uang
sepuluh juta, ada rasa enggan di hatinya untuk memberi kepada orang lain walau seribu.
Sebab sepuluh juta yang dikeluarkan seribu tidak lagi sepuluh juta namanya. Ingatlah,
mereka sangat sayang kepada hartanya, marah jika hartanya berkurang, dan tidak suka jika
ada orang lain mengambilnya. Lihatlah di sawah, padahal seekor burung pipit tak
membutuhkan lebih dari segenggam tangan anak kecil untuk memenuhi temboloknya,
tetapi petani pemilik sawah itu cepat-cepat mengusir, sebab tidak suka hasil panennya
berkurang.
Orang yang membuka mata pada kenyataan ini bergaul dengan manusia dengan
keinginan memberi. Mereka memperbanyak saudara karena ingin lebih banyak tempat
memberi, mereka berusaha mengenal lebih banyak orang karena ingin lebih banyak
memberikan pertolongan, dan dengan begitu mereka mendapatkan kebahagiaan dan
kemuliaan. Sedangkan orang buta dari kenyataan ini akan bergaul dengan manusia dengan
keinginan diberi. Dia memperbanyak saudara kerena ingin lebih banyak mendapatkan,
mengenal lebih banyak orang karena ingin mendapatkan pertolongan, dan dengan begitu
yang akan dia dapatkan hanya kekecewaan dan kehinaan.
Inginkanlah memberi, itulah cara terbaik bergaul dengan manusia, dan itulah cara
paling masuk akal. Sebaliknya, inginkanlah diberi, itulah cara terburuk bergaul dengan
manusia, dan itulah cara yang paling bodoh.
Terlalu banyak pengalaman memberikan pelajaran. Saya sering mengalaminya. Di
sebuah perkampungan, ada seorang yang selalu baik kepada saya, biasa memberi, murah
hati sekali, senang membantu. Namun suatu hari, ketika saya keluar kerja, datang ke
rumahnya berharap diberi kamar tempat tinggal, dia tidak mau memberi.
Sungguh saya kecewa.
Di kesempatan lain, waktu itu Ramadhan, saya kemalaman di jalan. Berbuka puasa
saya lakukan di warung saja, dengan bakwan, kue, dan air teh sekedarnya. Ketika itu saya
lihat kakek pemilik warung membawa piring, menceduk nasi, kemudian membubuhkan
lauk-pauk ke atas nasinya. Selama dia melakukan itu saya telah besar hati nasi itu akan
diberikan kepada saya, eh, tak taunya, nasi itu dia makan sendiri.
Sungguh saya kecewa.
Bukan hanya saya. Banyak teman lain mengalaminya. Seperti dialami oleh teman
saya yang seorang ustadz. Dia orang garut tapi mengembara tinggal di Kabupaten
Kuningan, Jawa Barat. Sudah kebiasaan di lingkungannya, jika mau menyembelih apapun
selalu mempercayakan kepadanya. Nah, suatu hari, dia mendapatkan tugas menyembelih
ayam sampai beberapa ekor. Karena biasanya, setelah menyembelih dia suka mendapatkan
kiriman nasi dan daging, Pak Ustadz ini berkata kepada istrinya supaya tidak usah
memasak saja. Namun kasihan sekali, ternyata ditunggu sampai sore, tak seorang pun
mengirimkan makanan.
Betapa kecewanya dia.
Suatu sore, sambil menunggu hujan reda, saya terlibat percakapan akrab bersama
taman saya ini, lalu di kami sama-sama sepakat, berharap diberi oleh orang, besar
kemungkinan akan mendapatkan kekecewaan.
Cinta memberi itu penting, sebab kebanyakan orang lebih senang diberi dan kadang
lupa untuk memberi.
lemak yang bisa menimbulkan peningkatan kolesterol jahat dalam darah, dan
meningkatnya kolesterol jahat bisa memudahkan timbulnya jerawat.
Dan makanan seperti itu banyak ditemukan dalam jajanan. Goreng pisang, goreng
bakwan, goreng tahu, keripik, kerupuk, snack, kue-kue, coklat, wafer, semuanya
mengandung lemak. Banyak jajan berarti banyak memasukkan lemak ke dalam tubuh.
Maka biasanya, orang yang banyak jajan wajahnya meriah dengan jerawat. Istri saya pernah
bercerita ada seorang artis mungil cantik yang singgah ke warungnya, dan jajan hingga
habis lima belas ribu, lalu saya tebak pasti artis itu punya banyak jerawat, dan istri saya
membenarkannya. Waktu itu, di warungnya, artis itu jajan sampai habis lima belas ribu.
Masya ALLOH.
Kebutuhan makan manusia hanyalah sedikit. Selebihnya hanya pemuas nafsu.
Sedikit makan membuat berpikir lebih ringan, lebih mudah konsentrasi, badan lebih sehat
dan kecantikan lebih terjaga.
Sedikitlah makan, dan banyaklah memberi.
BUKAN KEBETULAN
Tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Segala keajaiban yang terjadi setelah memberi
itu bukan kebetulan. Kalau Anda mengatakan kebetulan, pertanyakan kembali keimanan
Anda. Semua orang beriman yakin, segalanya terjadi atas kehendak Alloh, bukan kebetulan.
Bahkan hingga bergesernya sebutir debu di padang pasir nan luas sekali pun...terjadi atas
kehendak Alloh.
Maafkan saya Pembaca. Mungkin kata-kata saya ini terlalu kasar: hanya orang-orang
yang tidak ber-Tuhan yang mengatakan keberuntungan mereka itu sebuah kebetulan. Kata
mereka, apapun yang terjadi kepada manusia hanyalah kebetulan. Kebetulan saja nasibnya
bagus.
Tidak! keberuntungan mereka itu bukan kebetulan. Keberuntungan itu mereka
dapatkan, pasti setelah mereka mengerjakan sebab yang ALLOH perintahkan, yaitu
memberi. Orang yang mengatakan bahwa kejadian itu sebuah kebetulan, sesugguhnya dia
mengingkari Alloh, Yang Berjanji akan memberi kebaikan kepada siapa pun yang berbuat
baik.
Saya sendiri terus mengadakan percobaan, dan terus begitulah hasilnya.
Berulangkali saya gunakan kunci ini, berusaha memberikan sebagian rezeki, dan selalu
begitulah hasilnya, Alloh memberikan rizki yang banyak dengan cepat dan mudah. Waktu
bujangan dulu, saya rasakan lelahnya kerja, betapa tertekannya berada di bawah perintah
orang, kemudian saya keluar kerja dan hidup dengan banyak memberi. Hasilnya masya
Alloh luar biasa, saya bisa nikmati leluasanya hidup, saya dapatkan kemudahan menikah,
mudah membangun rumah, dan hidup di tengah lingkungan orang-orang yang baik dan
ramah.
Ah, Anda pasti bosan dengan cerita tentang saya. Apa memangnya kelebihanmu
pake membangga-banggakan diri segala?
Jangan bertanya begitu, saya malu. Pengalaman itu sata tulis sekedar membantu
saya mencurahkan ungkapan perasaan: sesungguhnya Alloh begitu Pengasih penyayang.
Lihatlah, dengan kemurahan-Nya, Dia beritahu kita cara mencari rezeki secara cepat dan
mudah
Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur
dan ada pula yang kafir. (al-Insan: 3)
Sayang, karena kurang yakin, jalan mudah ini lebih banyak kita abaikan. Kita lebih
suka dengan usaha yang menyusahkan dan melelahkan, untuk menggapai kehidupan yang
menyusahkan dan melelahkan. Malang benar kita!
dia
Hukum Tabur-Tuai. Siapa menabur pasti akan menuai. Siapa menanam padi akan
memanen padi, siapa menanam pisang pasti akan memanen....jagung. (Hehe..kebetulan
dulunya menanam pisang sambil menanam jagung di sebelahnya. Karena jagung duluan
matang, jadi panen jagung dulu).
Ketika seorang pemuda berjalan di tengah hutan, tiba-tiba dia mendengar jeritan
seseorang yang minta tolong. Dia berusaha mendekati sumber suara itu, dan pemuda ini
menemukan seorang pemuda juga yang sedang tenggelam di lumpur hisap, semakin dia
bergerak semakin dalam dia ditelan lumpur itu. Pemuda pertama berusaha dengan susah
payah menolongnya hingga akhirnya pemuda kedua ini dapat diselamatkan. Pemuda
pertama memapah dia dan mengatarkan ke rumahnya.
Ternyata, rumah pemuda kedua ini sangat bagus, megah, dan indah. Orang tuanya
pun kaya raya. Ayah pemuda ini sangat berterima kasih kepada si pemuda pertama, dan
hendak memberikan sejumlah uang. Tapi pemuda pertama menolaknya dengan alasan,
sudah sewajarnya sesama manusia saling menolong. Pertolongannya benar-benar tulus,
penolakannya pun bukan pura-pura tidak mau, dan dia benar-benar tidak menerimanya.
Maka sejak kejadian itu, mereka menjalin persahabatan.
Si pemuda pertama adalah orang yang sangat miskin. Cita-citanya tinggi sekali ingin
menjadi seorang dokter, namun tidak punya uang untuk membiayai sekolahnya. Untungnya
ada orang yang murah hati, yaitu orang tua pemuda kedua yang ditolongnya. Dia pun
mendapatkan beasiswa hingga berhasil meraih gelar dokter. Anda harus tahu siapa nama
pemuda pertama ini. Dia adalah Alexander Fleming, yang kemudian menemukan penisilin
dan menjadi terkenal berkat penemuannya itu.
Sedangkan pemuda kedua sahabatnya, yang anak bangsawan itu, masuk dinas
militer dan menjadi tentara. Dalam sebuah tugas ke medan perang dia terluka parah,
mengalami infeksi, dan merasakan demam hebat akibat infeksinya itu. Pada waktu itu
belum ada obat untuk infeksi separah itu, tetapi para dokter mendengar penisilin yang
ditemukan oleh Alexander Fleming, dan mereka mencoba menyuntikkan penisilin itu
kepada si pemuda. Berangsung-angsur demam pemuda ini reda hingga akhirnya sembuh.
Anda harus tahu, pemuda kedua ini adalah Winston Churchil, perdana menteri Inggris yang
sangat terkenal itu.
Hukum yang ALLOH tetapkan jelas sekali berlaku dalam kisah ini. Fleming
menolong Churchil dengan tulus, maka dia mendapatkan beasiswa dan lulus menjadi orang
dokter. Ayah Churchil pun yang memberi beasiswa Fleming, mendapatkan kebahagiaan
karena nyawa anaknya terselamatkan berkat penisilin hasil temuan Fleming.
Hanya ada jaminan keberuntungan bagi orang yang tulus memberi. Dan hanya ada
jaminan kekecewaan bagi orang yang selalu ingin diberi. Kebahagiaan tergantung pada apa
yang dapat Anda berikan, bukan tergantung pada apa yang dapat Anda peroleh kata
Mohandas Gandhi.
Ketetapan itu tidak berubah. Bagi orang dulu, bagi orang sekarang, bagi orang nanti,
begitulah ketetapannya.
........dan tidak akan kamu dapati perobahan bagi ketetapan Kami itu. (Al-Israa:
77)
Thursday, 21 February 2013
Bukan cuma saya, banyak orang lain telah membuktikannya. Saya mulai dari cerita
seorang teman. Waktu itu, setuntas mengisi pengajian pemuda, seorang jemaah, teman
saya sendiri, curhat menceritakan pengalamannya. Tanpa saya minta, dia menceritakan
keajaiban yang dialaminya setelah sedekah. Pekerjaan dia adalah jualan telur ke toko-toko
dan pasar. Di pom bensin, seorang peminta sumbangan mengulurkan kotak amal
kepadanya, dan karena di dompet dia uang terbesarnya 20 ribu, ya dia berikan saja uang
itu. Ajaib, tidak biasanya, hari itu, di dompetnya tersisa uang dua ratus ribu. Dan itu di luar
upah kerja dia dan uang makan.
Pernah, seorang santri yang baru saja keluar dari pesantrennya, datang kepada
seorang pengusaha. Santri itu menanyakan apa yang harus dia lakukan untuk memulai
usaha, dan ternyata pengusaha itu tidak menyarankan apapun. Si pengusaha hanya
menyarankan usaha yang diajarkan kitab suci itu. Dia yakinkan, itulah kunci penting
menggapai kekayaan. Dia menyarankan itu karena dia sendiri telah merasakan, dengan
menjalankan usaha dari kitab suci itu, kini keuangannya lancar dan mudah, dan sampai
sekarang dia masih tetap menjalankannya. Sehari-harinya, pengusaha ini hanya bersenangsenang, setiap pagi berjalan-jalan, sedangkan perusahaan, sudah dipegang anak-anaknya,
dan dia tinggal menerima hasilnya.
Mesjid kubah emas di Depok, pasti Anda pernah mendengarnya. Jika pernah ke
sana, melihat langsung mesjidnya, shalat di sana, dan berfoto di depannya, mungkin Anda
merasa bangga, Anda merasa punya kenang-kenangan berharga. Tapi saya katakan,
kenang-kenangan itu sebenarnya kurang berharga jika Anda belum tahu rahasia di
baliknya. Sesungguhnya rahasia di balik megahnya mesjid kubah emas itu adalah keajaiban
sedekah.
Adalah Ibu Dian Al-Mahri, seorang muslimah Robbani, senang sekali memberi.
Dirasakannya, sedekah benar-benar memberikan keberkahan bagi hidupnya. Kalau orang
biasanya mengeluarkan sedekah hanya 2,5 persen saja, dia mengeluarkan sedekah sampai
setengah dari setiap keuntungannya. Berkat murah hatinya itu, hari ke hari kekayaannya
semakin bertambah. Perusahaan dia semakin berkembang dan berkembang. Suatu hari, dia
membeli sebidang tanah di Brunai Darussalam. Awalnya, dia tak begitu peduli dengan
tanahnya ini, namun kemudian, tim pertambangan di sana menemukan, ternyata tanah itu
mengandung minyak bumi. Dibangunlah pertambangan di sana. Berbarel-barel minyak
keluar dari sana, dan Ibu Dian, dalam sehari mendapatkan uang kurang lebih delapan
milyar. Dalam sehari bukan sebulan. Dan, seperti telah menjadi komitmennya sejak dulu,
keuntungan dia dari minyak bumi pun, dia infakkan setengahnya. Jadi, kalau dia
mendapatkan keuntungan 8 milyar, berarti dia sedekah hingga 4 miulyar! Bayangkan!
Mana ada orang di kampung kita berani sedekah sebesar itu. Tetapi Ibu Dian, karena dia
begitu yakin dengan keajaiban sedekah, ringan saja dia mengeluarkannya. Demikian kabar
angin yang saya dengar.
Ah, hanya kabar angin! Anda melecehkan.
Baiklah. Tidak mengapa. Saya memang belum mendapatkan data otentiknya. Saya
hanya berharap, berita itu benar-benar nyata dan suatu saat Anda mendapatkan berita
sahihnya. Untuk sementara ini, Anda tidak percaya cerita saya tidak mengapa, tapi tentang
kekayaan Abdurrahman bin Auf, saya yakin Anda percaya.
Betapa kayanya sahabat yang satu ini, sampai-sampai dengan penuh percaya diri
diapernah berkata: "Sungguh, kulihat diriku, seandainya aku mengangkat batu niscaya
kutemukan di bawahnya emas dan perak......!" kekayaan dia sangat terkenal dalam sejarah,
banyak riwayat mengabadikannya, banyak para ulama mengutipnya, dan banyak para
motivator muslim mengisahkan kekayaan beliau dalam ceramah-ceramahnya.
Saya yakin beliau menjadi kaya raya karena kemurahan hatinya dalam bersedekah.
Suatu ketika, datang ke Kota Madnah sebuah kafilah besar. Saking besarnya kafilah itu,
sampai-sampai Madinah menjadi gempar. Siti Aisyah yang mendengar berita ini sampai
bertanya kepada orang-orang: Ada apa ini?
Salah seorang menjawab: Kafilah yang datang dari Yaman ke Madinah untuk
menghantarkan dagangan Abdurrahman bin Auf.
Mendengar itu Siti Aisyah berkata: Rasululloh benar. Dan perkataan Aisyah ini
sampai juga ke telingan Abdurrahman bin Auf, maka Abdurrahman mendatangi Aisyah dan
menanyakan kepadanya, apakah memangnya yang telah dikatakan Rasululloh.
Kata Siti Aisyah: Aku pernah mendengar Rasululloh SAW pernah bersabda: Saya
sudah pernah melihat surga. Kala itu saya sudah pernah melihat orang-orang miskin di
kalangan Muhajirin dan kaum muslim memasuki surga itu dengan berjalan cepat,
sementara orang-orang kaya justeru berjalannya dengan merangkak.
Abdurrahman bin Auf berkata: Saya bersumpah bahwa kafilah berikut barang
bawaannya akan saya infakkan di jalan ALLOH. Para budak yang turut dalam kafilah itu
saya merdekakan. Saya hanya berharap bisa masuk surga bersama mereka dengan berjalan
cepat.
Dengan senang memberi, Abdurrahman bin Auf terkenal sebagai sahabat kaya raya
hingga hari ini.
Dan masih banyak lagi orang-orang shaleh zaman dahulu yang membuktikan
keajaiban sedekah. Dan bukan hanya orang-orang shaleh zaman dahulu, orang-orang
shaleh jaman sekarang pun, banyak yang membuktikannya. Dan bukan hanya orang-orang
shaleh, bahkan orang orang-orang tidak shaleh pun banyak yang membuktikannya. Bahkan,
bukan hanya orang-orang yang tidak shaleh, orang-orang non Muslim pun banyak yang
membuktikannya.
Banyak konglomerat kelas dunia membuktikannya. Mereka senang memberi dan
mereka merasakan kehidupan yang mudah. Perusahaan mereka semakin berkembang dan
semakin megah. Kemakmuran mereka terdengar ke seluruh dunia.
Anda tahu Microsoft? Itu adalah perusahaan yang kerjanya membuat programprogram komputer. Seperti Windows, Microsoft Office, itu dibuat oleh Perusahaan
Microsoft. Karena Bill Gates, sang CEO perusahaan senang sekali memberi. Tidak
tanggung-tanggung, dia memberikan 40% kekayaannya, maka perusahaannya maju pesat.
Berbagai produknya tersebar ke seluruh dunia. Laris, dipakai oleh jutaan orang termasuk
saya. Seperti tulisan yang sedang Anda baca, inipun saya susun dengan program yang dijual
perusahaannya. Uang yang masukpun mengalir deras, dan Bill Gates pun pernah
dinobatkan sebagai orang muda terkaya di dunia.
Begitu yakinnya Bill Gates dengan kunci itu, sampai-sampai kini, dia tak sibuk lagi di
perusahaannya. Untuk perusahaan, kini dia hanya punya sedikit waktu. 80% waktunya dia
gunakan untuk mengurus lembaga sosial yang dia dirikan bersama istrinya. Dia mendirikan
Bill and Melinda Foundation. Bahkan isyu berikutnya, diceritakan, dia punya rencana,
benar-benar akan meninggalkan perusahaan besarnya itu, dan ingin total kerja di lembaga
sosialnya. Pasti karena dia sangat yakin dengan keajaiban memberi.
Konglomerat lainnya adalah Warren Buffet. Bisnis Buffet merambah segala bidang.
Sebuah buku memaparkan beberapa alasan mengapa Buffet kaya. Antara lain, katanya,
karena Buffet lebih suka bisnis sederhana namun menjanjikan. Seperti perusahaan genting
misalnya, Buffet memilih perusahaan ini karena perusahaan ini sederhana namun
menjanjikan. Dan sederet sebab lainnya diterangkan buku mengapa Buffet sukses. Bagi
saya, kunci sukses dia pastilah yang satu itu: senang memberi. Terbukti, bahkan dia
menyumbangkan sebagian besar uangnya kepada lembaga Sosial Bill Gates.
Dan masih ribuan lagi orang-orang yang membuktikan keajaiban memberi. Buku
Menjadi Kaya Dengan Sedekah karya Muhsin Sunny sengaja menghimpun kisah-kisah
nyata orang-orang yang mengalami keajaiban sedekah.
Sungguh, terlalu banyak bertebaran bukti, memberi benar-benar manjur untuk
menggapai kemudahan rezeki.
Saya khawatir Anda menganggap kejadian-kejadian di atas hanya kebetulan. Ah,
kebetulan saja dia beruntung! jika itu yang Anda pikirkan, dengan tegas saya kataka:
Tidak ada yang kebetulan di dunia ini.
Yang paling terasa dan membuat saya terkesan adalah, keajaiban sedekah yang saya
rasakan pada masa-masa krisis rumah tangga. Saat itu, karena di kampung saya tidak
punya pekerjaan, istri dan mertua meminta saya pergi dari rumah, mencari penghasilan
dari tempat lain. Berat rasanya meninggalkan keluarga, tetapi apa mau dikata, saya
paksakan diri pergi ke kota. Karena ingin hemat, saya meminjam sepeda tetangga. Empat
puluh kilo meter jauhnya mengayuh sepeda saya lalui. Hujan-hujanan, panas-panasan, di
saat kebanyakan orang, sudah punya motor, mobil, dan mereka nyaman dalam
kendaraannya jauh dari kesusahan. Harus saya alami ban bocor, rem hancur, dan roda
macet. Di jalan turun harus panik karena rem rusak, di jalan naik pun harus didorong
karena tidak kuat. Tujuan saya adalah kantor PLN. Di rumah seorang saudara, saya tinggal
berhari-hari, menunggu lowongan kerja, tetapi, belum juga mendapat panggilan, saya
jenuh, dan memutuskan pulang.
Dalam perjalanan pulang itu, saya singgah di sebuah pesantren. Bukan untuk ngaji.
Kebetulan pada koperasi di pesantren itu saya menyimpan jualan buku bacaan, yang saya
ambil dari sebuah toko buku. Kurang lebih sebulan buku itu saya simpan, dan sekarang
ingin merorisnya. Ketika hasil jualan itu saya perhitungkan, ternyata labanya lumayan juga.
30 ribu laba bersih saya dapatkan.
Ingat lagi dengan keajaiban sedekah, sampai di kampung, saya antarkan uang itu ke
rumah seorang janda...(hihi, Anda jangan ngeres lagi)...bukan, bukan untuk meminangnya.
Enak aja! Kuantarkan uang ke sana karena dia punya tiga orang anak yatim. Dan masya
ALLOH, setelah itu, setelah kesusahan itu, setelah kelelahan pencarian kerja saya dengan
bersepeda hujan dan panas itu, setelah rasa putus asa karena merasakan kelemahan diri
karena tidak mendapatkan pekerjaansetelah semua kemalangan itu, tiba-tiba datanglah
keberuntungan.
Tidak jauh dari kampung saya, berdiri sebuah sekolah lanjutan. Saya datangi sekolah
itu, lalu dengan mudahnya, Pak Kepala sekolah memberikan kesempatan bagi saya untuk
mengajar di sekolahnya. Betah saya kerja di sana, senang mengajar anak-anak, menambah
ilmu, menggunakan komputer, bahkan, bisa melanjutkan kuliah dan mendapatkan
hendphone dan kendaraan inventaris, sesuatu yang sebelumnya, tak terbayangkan bisa saya
dapatkan.
Di sinilah saya memantapkan keyakinan. Sungguh, sedekah itu solusi termudah
untuk kehidupan yang indah.
Di kampus tempat saya kuliah, saya buktikan lagi keajaiban sedekah berikutnya, dan
kehidupan luar biasa saya dapatkan. Tapi kisah saya yang ini, takkan saya ceritakan
sekarang. Nanti, di bab lain, dengan tema yang lain, saya akan menceritakannya panjang
lebar.
Perkataan itu benar sekali, tetapi menjadi salah ketika dilanjutkan dengan
mengeluh, tapi nasib kita berbeda, ALLOH tidak mengendaki kita punya nasib baik.
Seakan dengan mengatakan itu, kita menganggap ALLOH memberi kepada orang yang
dikehendaki-Nya, dengan semau-Nya, dengan seenaknya. Maha Suci ALLOH.
Tidak dengan sembarangan Alloh membuat dia beruntung, pastilah karena orang itu
melakukan rumus keberuntungan.
Telah ALLOH terapkan di muka bumi ini hukum-hukum, aturan-aturan, yang jika
manusia melakukannya maka dia akan mendapatkan keberuntungan. Misalnya orang Cina
hidupnya makmur, pastilah karena ada sebuah aturan Ilahiyyah yang mereka lakukan
hingga mereka mendapatkan kemakmuran. Misalnya, orang Cina sangat erat menjalin
hubungan sillaturrahmi. Diantara mereka satu dengan yang lainnya sangat baik dalam
saling membela, jika dagangan saudaranya bangkrut mereka tolong supaya kembali
bangkit, dan karena itu mereka selalu mendapatkan keberuntungan dalam bisnisnya.
Itu dikarenakan, Alloh sudah membuat suatu hukum di dunia, bahwa bagi siapapun
yang berbuat baik di dunia ini akan mendapatkan kebaikan.
Ada orang yang kalau melihat orang lain beruntung, langsung saja berkata, itu
memang nasib baik dia. Yang lebih tidak logis, ada juga orang yang suka mengkait-kaitkan
keberuntungan dengan HOKI. Wah, nama dia memang bagus, membawa HOKI, pantas
saja dia dengan mudah bisa membeli mobil. Atau Pantas saja gajinya naik terus, lahirnya
Hari Minggu, itu kan hari yang HOKI. Hingga kita menjadi pesimis untuk mendapatkan
keberuntungan seperti dia.
Yang lainnya, ketika melihat orang lain mendapatkan keberuntungan mengatakan,
Alloh memang berbuat sekehendak-Nya. Dia memberi rezeki kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. Sambil mengira, Alloh memberi rezeki kepada seseorang semaunya Dia,
tanpa ada sebab-sebab, tanpa ada alasan-alasan. Maha Suci Alloh dari berbuat seenaknya.
Seseorang mendapatkan keberuntungan-sekali lagikarena ada sebuah perbuatan yang dia
lakukan hingga dia mendapatkan keberuntungan. dan satu hal saya pastikan, pasti dia
beruntung karena sebelumnya pernah memberi.
Semudah Itukah?
Takkan pernah bosan, akan terus kukatakan, rahasia hidup nyaman dan mudah
adalah: MEMBERI. Jika Anda ingin menggapai kekayaan dengan cepat dan mudah,
memberilah. Ya, memberilah.
Semudah itukah?
Ya, semudah itulah.
Tidak banyak-banyak, hanya satu saja kuncinya. Kunci cepat dan mudah menggapai
kekayaan adalah memberi. Hanya memberi. Anda tidak usah meminta kiat lebih banyak
lagi. saya tahu benar Anda pemalas. Anda malas sekali menghafal. Saya ngerti, membaca
tulisan ini saja bagi Anda sudah menjadi beban berat, apalagi bila harus menghafalkan
kunci-kunci dan kiat-kiat. Jadi, satu saja kunci yang akan saya sampaikan kepada Anda:
MEMBERI.
Cukup satu saja kiatnya, jika Anda ingin kaya dengan cepat dan mudah:
MEMBERILAH. Berikan apapun rezeki yang telah Alloh limpahkan, dan akan Anda
dapatkan rezeki dari-Nya dengan lebih cepat dan mudah.
Teman, inilah kunci ajaib itu. Inilah kunci menggapai kekayaan dengan cepat dan
mudah.
Ini kunci bukan temuan doktor, bukan temuan profesor, apalagi temuan pejabat
koruptor. Bukan, masya Alloh bukan. Ini kunci dari Alloh yang Dia ajarkan dalam kitab
suci-Nya. Supaya Anda yakin, silahkan buka sendiri firman-Nya dalam Al-Qur'an:
Sesungguhnya orang-orang yang membaca Kitabulloh dan mendirikan shalat,
dan menginfakkan rezeki yang kami berikan kepada mereka, dengan sembunyi-sembunyi
dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.
(Fathir: 29).
MEMBERI, inilah aturan emasnya. Dalam buku ini, berbagai kalimat saya tulis,
berbagai paragraf saya susun, berbagai cerita saya rangkai, berbagai ungkapan saya kutip,
yang lurus, yang kacau, yang nyata, yang abstrak, namun semuanya sama saja, bermuara
pada konteks yang satu: MEMBERI. Memberi, memberi, dan memberilah. Senanglah
memberi, jadilah manusia pemberi, maka kesejahteraan sudah bukan lagi mimpi.
Banyak orang telah mencobanya, dan tak seorang pun gagal. Orang shalih orang
jahat, orang pintar orang bodoh, orang muslim orang kafir, tak seorang pun dari mereka
rajin memberi, melainkan keuntungan mereka mengalir lebih cepat dan lebih mudah.
Memberi, itulah kiatnya.
Kalau Anda ingin kaya dengan cepat dan mudah, jadilah manusia pemberi!
Tak perlu mengerti dulu mengapa penting memberi, jalankanlah saja, dan
nikmatilah keajaibannya.
Sekali lagi, marilah, raihlah tangan saya, mari bersama saya, kita jadi manusia baru,
hidup baru dengan cara baru, hidup sebagai manusia yang senang memberi. Kita berikan
dan berikan. Berikan apa pun rezeki kita.
Kita senantiasa ingin menjadi kaya. Sungguh, inilah jalan termudahnya.