Vous êtes sur la page 1sur 23

ASFIKSIA NEONATORUM

N A M A : A RAW I N DA H A N I A ST R I
NIM : 106105

DEFINISI
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas
secara spontan dan teratur pada saat lahir atau
beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai
dengan
hipoksemia,
hiperkarbia
dan
asidosis(IDAI, 2004).
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas
secara spontan dan teratur segera setelah
lahir(WHO, 1999).

KLASIFIKASI
Nilai

Nafas

Tidak ada

Tidak teratur

Teratur

Denyut jantung

Tidak ada

< 100

> 100

Warna kulit

Biru / pucat

Tubuh merah
jambu & kaki,
tangan biru.

Merah jambu

Gerakan / tonus
otot

Tidak ada

Sedikit flexi

Flexi

Reflek
(menangis)

Tidak ada

Lemah / lambat

Kuat

Tabel 1. Nilai APGAR (Ghai,


2010)

KLASIFIKASI
Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR;
a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3.
b. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6.
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai
APGAR 7-9.
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10 (Ghai,
2010).

Jumlah score

Interpretasi

Catatan

7-10

Normal

4-6

Asfiksia sedang

Memerlukan tindakan
medis segera seperti
penyedotan
lendir
yang
menyumbat
jalan
napas,
atau
pemberian
oksigen
untuk
membantu
bernapas.

0-3

Asfiksia berat

Memerlukan tindakan
medis
yang
lebih
intensif,
resusitasi
segera.

Sumber: Prawirohardjo : 2002

FAKTOR RESIKO
FAKTOR
PERSALINAN

FAKTOR
IBU

FAKTOR
RESIKO

FAKTOR
JANIN

FAKTOR
IBU

ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO


1. Faktor ibu
Pre-eklampsi dan eklampsi
Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
Partus lama (rigid serviks dan atonia/ insersi uteri).
Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-menerus
mengganggu sirkulasi darah ke plasenta.
Perdarahan banyak: plasenta previa dan solutio plasenta (Gomella, 2009).

ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO


2. Faktor Tali Pusat
Lilitan tali pusat
Tali pusat pendek
Simpul tali pusat
Prolapsus tali pusat(Gomella, 2009).

ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO


3. Faktor Bayi
Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar,
distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
Kelainan bawaan (kongenital)
Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
(Gomella, 2009 & Toweil 1966)

MANIFESTASI KLINIS
DJJ lebih dari 100x/menit atau kurang dari
100x/menit tidak teratur
Mekonium dalam air ketuban pada janin letak
kepala
Tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada
otak, otot, dan organ lain
Depresi pernafasan karena otak kekurangan oksigen
Bradikardi (penurunan frekuensi jantung) karena
kekurangan oksigen pada otot-otot jantung atau selsel otak

MANIFESTASI KLINIS
Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen
pada otot jantung, kehilangan darah atau kekurangan
aliran darah yang kembali ke plasenta sebelum dan
selama proses persalinan
Takipnu (pernafasan cepat) karena kegagalan absorbsi
cairan paru-paru atau nafas tidak teratur/megapmegap
Sianosis (warna kebiruan) karena kekurangan oksigen
didalam darah
Penurunan terhadap spinkters
Pucat
(Depkes RI, 2007)

DIAGNOSIS
Anamnesis : Gangguan/ kesulitan waktu lahir,
lahir tidak bernafas atau menangis.
Pemeriksaan fisik : Asfiksia yang terjadi pada bayi
biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia atau
hipoksia janin :
1. Denyut jantung janin
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak
banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun
sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebihlebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.

DIAGNOSIS
2. Mekonium dalam air ketuban
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya,
akan

tetapi

menunjukkan

pada

presentasi

gangguan

kepala

oksigenisasi

mungkin

dan

harus

diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada


presentasi

kepala

dapat

merupakan

indikasi

untuk

mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan


dengan mudah.

DIAGNOSIS
3. Pemeriksaan pH darah janin
Dengan

menggunakan

amnioskop

yang

dimasukkan

lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin,


dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pHnya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila
pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap
sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai
asfiksia

DIAGNOSIS
Pemeriksaan penunjang :
Foto polos dada
USG kepala
Laboratorium : darah rutin, analisa gas darah, serum
elektrolit

Pemeriksaan diagnostik:

Analisa gas darah


Elektrolit darah
Gula darah
Baby gram (rontgen dada)
USG (kepala).

PENATALAKSANAAN
Pada pemeriksaan atau penilaian awal dilakukan
dengan menjawab 3 pertanyaan:

Apakah bayi cukup bulan?


Apakah bayi bernapas atau menangis?
Apakah tonus otot bayi baik atau kuat?

PENATALAKSANAAN
1. Langkah awal dalam stabilisasi
Memberikan kehangatan
Bayi diletakkan dibawah alat pemancar panas (radiant warmer)
dalam keadaan telanjang agar panas dapat mencapai tubuh bayi
dan memudahkan eksplorasi seluruh tubuh(Goodwin TM, 1992).

Memposisikan bayi dengan sedikit menengadahkan


kepalanya
Bayi diletakkan telentang dengan leher sedikit tengadah dalam
posisi menghidu agar posisi farings, larings dan trakea dalam
satu garis lurus yang akan mempermudah masuknya udara.
Posisi ini adalah posisi terbaik untuk melakukan ventilasi dengan
balon dan sungkup dan/atau untuk pemasangan pipa
endotrakeal(Martin-Ancel A, 1995).

PENATALAKSANAAN
Membersihkan jalan napas sesuai keperluan
Aspirasi mekonium saat proses persalinan dapat menyebabkan
pneumonia aspirasi. Salah satu pendekatan obstetrik yang
digunakan untuk mencegah aspirasi adalah dengan melakukan
penghisapan mekonium sebelum lahirnya bahu (intrapartum
suctioning) (Wiswell TE, 2000).

Mengeringkan bayi, merangsang


meletakkan pada posisi yang benar.

pernapasan

dan

Bila setelah posisi yang benar, penghisapan sekret dan


pengeringan,
bayi
belum
bernapas
adekuat,
maka
perangsangan taktil dapat dilakukan dengan menepuk atau
menyentil telapak kaki, atau dengan menggosok punggung,
tubuh atau ekstremitas bayi(Perinasia, 2006).

PENATALAKSANAAN

2.
3.
4.
5.

Ventilasi Tekanan Positif (VTP)


Kompresi dada
Intubasi Endotrakeal
Obat-obatan dan cairan:
a. Epinefrin
b. Bikarbonat Natrium 4,2%
c. Dekstron 10%
d. Nalokson
.

Sumber: New algorithm for 6th.edition (Prambudi, 2013).

PENATALAKSANAAN
Menurut Perinasia (2006), Cara pelaksanaan
resusitasi sesuai tingkatan asfiksia, antara lain:
a. Asfiksi Ringan (Apgar score 7-10)
1. Bayi dibungkus dengan kain hangat
2. Bersihkan jalan napas dengan menghisap
lendir pada hidung kemudian mulut
3. Bersihkan badan dan tali pusat.
4. Lakukan observasi tanda vital dan apgar score
dan masukan ke dalam inkubator

b. Asfiksia sedang (Apgar score 4-6)


1. Bersihkan jalan napas.
2. Berikan oksigen 2 liter per menit.
3. Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki
apabila belu ada reaksi, bantu pernapasan dengan
melalui masker (ambubag).
4. Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis
berikan natrium bikarbonat 7,5%sebanyak 6cc.
Dextrosa 40% sebanyak 4cc disuntikan melalui vena
umbilikus secara perlahan-lahan, untuk mencegah
tekanan intra kranial meningkat.

c. Asfiksia berat (Apgar skor 0-3)


1. Bersihkan jalan napas sambil pompa melalui
ambu bag.
2. Berikan oksigen 4-5 liter per menit.
3. Bila tidak berhasil lakukan ETT.
4. Bersihkan jalan napas melalui ETT.
5. Apabila bayi sudah mulai benapas tetapi masih
sianosis berikan natrium bikarbonat 7,5%
sebanyak 6cc. Dextrosa 40% sebanyak 4cc.

Vous aimerez peut-être aussi