Vous êtes sur la page 1sur 36

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persoalan kesehatan di Indonesia sangat kompleks, mulai dari kasus
penyakit infeksi menular tropik klasik yang kembali muncul, kecenderungan
meningkatnya penyakit degeneratif di beberapa bagian masyarakat di
Indonesia, sampai adanya berbagai penyakit yang baru muncul yang disebut
new emerging diseases. Fenomena ini merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang telah menimbulkan dampak kerugian ekonomi, menelan
banyak korban, aspek politik, dan lain sebagainya. Di samping itu, buruknya
kondisi lingkungan tempat tinggal, kurangnya mutu pelayanan kesehatan
masyarakat serta rendahnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat
merupakan beberapa faktor yang menyebabkan masalah kesehatan bangsa.
Determinan status kesehatan masyarakat merupakan hasil interaksi
domain lingkungan, perilaku dan genetika serta bukan hasil pelayanan medis
semata-mata. Kualitas lingkungan merupakan determinan penting terhadap
kesehatan masyarakat, penurunan kualitas lingkungan memiliki peran
terhadap terjadinya penyakit diare, infeksi saluran nafas akut (ISPA), malaria,
dan penyakit vektor lainnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa polusi
udara dapat meningkatkan insiden penyakit saluran pernafasan. Hal ini
terlihat dengan masih tingginya angka kematian karena ISPA terutama pada
bayi dan anak balita.
Untuk menciptakan rumah sehat maka diperlukan perhatian terhadap
beberapa aspek berpengaruh karena perumahan yang sehat harus memenuhi
ketersediaan prasarana dan sarana terkait, seperti penyediaan air bersih,
sanitasi pembuangan sampah, transportasi, dan tersedianya pelayanan sosial.
Selain pencemaran udara, kondisi rumah menunjukkan hubungan yang tinggi
antara jumlah koloni bakteri dan kepadatan hunian per m2. Dalam hal ini,
sumber pencemar mempunyai potensi untuk menekan reaksi kekebalan
bersamaan dengan terjadinya peningkatan bakteri patogen dan kepadatan
penghuni pada setiap rumah.

Di negara berkembang seperti Indonesia, penyakit diare masih


menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama. Hal ini
ditunjukkan dengan tingginya angka kesakitan dan kematian yang disebabkan
oleh penyakit diare, khususnya yang terjadi pada bayi dan anak balita.
Kematian akibat diare umumnya disebabkan oleh buang air besar yang terus
menerus, sehingga penderita kehilangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dan
menyebabkan terjadinya dehidrasi. Semakin pendek jarak antara buang air
besar yang satu dengan yang berikutnya akan mempercepat terjadinya
dehidrasi, karena cairan dan elektrolit yang dikeluarkan dari tubuh semakin
banyak. Setiap episode diare rata-rata terjadi empat sampai lima kali buang
air besar.
Penyakit diare selalu ada di masyarakat dengan prevalensi yang tinggi,
oleh karena itu harus diupayakan mencegah penyakit ini agar tidak menjadi
parah ketika menyerang penderita khususnya anak balita. Dengan ditekannya
tingkat keparahan penyakit ini maka risiko terjadinya kematian akan semakin
kecil, yang diharapkan dapat menurunkan angka kematian anak balita.
Berdasarkan berbagai hal di atas maka dapat dilihat bahwa peran
lingkungan terutama rumah yang menjadi tempat tinggal menjadi faktor
penting untuk mencegah timbulnya penyakit infeksi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja penyakit yang masuk dalam 10 besar penyakit di 3 bulan
terakhir di puskesmas jati raya kendari ?
2. Apa saja penyakit yang masuk dalam 2 besar penyakit terbanyak dari 10
besar penyakit dalam 3 bulan terakhir di puskesmas jati raya kendari ?
3. Bagaimana kondisi sanitasi masyarakat di wilayah kerja puskesmas jati
raya kendari ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja penyakit yang masuk dalam 10 besar penyakit
di 3 bulan terakhir di puskesmas jati raya kendari.
2. Untuk mengetahui apa saja penyakit yang masuk dalam 2 besar penyakit
terbanyak dari 10 besar penyakit dalam 3 bulan terakhir di puskesmas jati
raya kendari.

3. Untuk mengetahui bagaimana kondisi sanitasi masyarakat di wilayah


kerja puskesmas jati raya kendari.
D. Manfaat
1. Manfaat untuk Instansi terkait
Diharapkan akan menjadi bahan masukan dalam menentukan
kebijakan tentang kebersihan lingkungan sebagai pedoman di dalam upaya
pencegahan dan penanggulangan serta pengendalian masalah penyakit
yang timbul berbasis lingkungan misalnya penyakit ISPA dan DIARE,
khususnya di wilayah kerja Puskesmas Jati Raya Kendari.
2. Manfaat untuk masyarakat
Untuk menambah wawasan masyarakat mengenai

sanitasi

lingkungan dan hubungannya dengan terjadinya ISPA dan DIARE


sehingga diharapkan akan meningkatkan partisipasi masyarakat di dalam
menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan.
3. Manfaat untuk peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian
ilmiah mengenai penyakit berbasis lingkungan sehingga dapat digunakan
sebagai dasar acuan pelaksanaan penelitian di masa mendatang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sanitasi
Usaha peningkatan kesehatan lingkungan yang umumnya dikenal
dengan sebutan sanitasi merupakan salah satu tindakan yang dimaksudkan
untuk pemeliharaan kesehatan maupun pencegahan penyakit pada lingkungan
fisik, sosial, ekonomi, budaya dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).
Sanitasi dalam bahasa Inggris berasal dari kata sanitation yang
diartikan sebagai penjagaan kesehatan (Echols dan Shadily, 2003). Ehler dan
Steel dalam Anwar (1999) mengemukakan bahwa sanitasi adalah usaha-usaha
pengawasan yang ditujukan terhadap faktor lingkungan yang dapat menjadi
mata rantai penularan penyakit. Sedangkan menurut Azawar (1990)
mengungkapkan bahwa sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang
menitik beratkan pada pengawasan teknik terhadap berbagai faktor
lingkungan yang mempengaruhi atau mungkin mempengaruhi derajat
kesehatan manusia.
Sanitasi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu
usaha yang mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh
kepada manusia terutama terhadap hal-hal yang mempengaruhi efek, merusak
perkembangan fisik, kesehatan, dan kelangsungan hidup (Yula, 2006).
Sanitasi lingkungan pada hakekatnya adalah kondisi atau keadaan
lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap status
kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut
antara lain mencakup: perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja),
penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air
limbah), rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya (Anwar, 2003).
Sanitasi lingkungan mengutamakan pencegahan terhadap faktor
lingkungan sedemikian rupa sehingga munculnya penyakit akan dapat
dihindari. Usaha sanitasi dapat berarti pula suatu usaha untuk menurunkan
jumlah bibit penyakit yang terdapat di lingkungan sehingga derajat kesehatan
manusia terpelihara dengan sempurna (Azwar, 1992).
Menurut WHO, sanitasi lingkungan (environmental sanitation) adalah
upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin
4

menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi


perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia (Umar, 2003).
Sanitasi lingkungan dapat pula diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan
untuk meningkatkan dan mempertahankan standar kondisi lingkungan yang
mendasar yang mempengaruhi kesejahteraan manusia. Kondisi tersebut
mencakup pasokan air yang bersih dan aman; pembuangan limbah dari
manusia, hewan dan industri yang efisien, perlindungan makanan dari
kontaminasi biologis dan kimia, udara yang bersih dan aman; rumah yang
bersih dan aman.
Dari defenisi tersebut, tampak bahwa sanitasi lingkungan ditujukan
untuk memenuhi persyaratan lingkungan yang sehat dan nyaman. Lingkungan
yang sanitasinya buruk dapat menjadi sumber berbagai penyakit yang dapat
mengganggu kesehatan manusia. Pada akhirnya jika kesehatan terganggu,
maka kesejahteraan juga akan berkurang. Karena itu upaya sanitasi
lingkungan menjadi penting dalam meningkatkan kesejahteraan (Setiawan,
2008).
B. Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)
a) . Pengertian Penyakit Ispa
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut,
istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory
Infections (ARI). Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu
bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas)
hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti
sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Istilah ISPA meliputi tiga unsur
yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut,dimana pengertiannya
sebagai berikut :
1) Infeksi

Adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh


manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala
penyakit.
2) Saluran pernafasan
Adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ
adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
3) Infeksi Akut
Adalah Infeksi yang langsung sampai dengan 14 hari. batas 14 hari
diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa
penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat
berlangsung lebih dari 14 hari.

ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas,


saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru paru) dan
organ adneksa saluran pernafasan. dengan batasan ini, jaringan paru
termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract). Sebagian besar
dari infeksi saluran pernafasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek
dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian
anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati
dengan antibiotik dapat mengakibat kematian. Program Pemberantasan
Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu :
(a) ISPA non- Pneumonia : dikenal masyarakat dengan istilah
batuk pilek
(b) Pneumonia : apabila batuk pilek disertai gejala lain seperti
kesukaran bernapas, peningkatan frekuensi nafas (nafas
cepat).
6

b) Klasifikasi
WHO ( 1986) telah merekomendasikan pembagian ISPA menurut
derajat keparahannya. Pembagian ini dibuat berdasarkan gejala-gejala
klinis yang timbul dan telah ditetapkan dalam lokakarya Nasional II ISPA
tahun 1988. Adapun pembagiannya sebagai berikut :
Secara anatomis yang termasuk Infeksi saluran pernapasan akut:
1) ISPA ringan, Ditandai dengan satu atau lebih gejala berikut :
(a) Batuk.
(b) Pilek dengan atau tanpa demam.
2) ISPA sedang, Meliputi gejala ISPA ringan ditambah satu atau lebih
gejala berikut :
(a) Pernapasan cepat.
1) Umur <>
2) Umur 1-4 tahun : 40 kali/menit atau lebih.
(b) Wheezing(nafas menciut-ciut).
(c) Sakit atau keluar cairan dari telinga.
(d) Bercak kemerahan (campak).

(e) Khusus untuk bayi <2>


3) ISPA berat, Meliputi gejala sedang atau ringan ditambah satu atau
lebih gejala berikut :
(a) Penarikan sela iga kedalam sewaktu inspirasi.
(b) Kesadaran menurun.
(c) Bibir/kulit pucat kebiruan.
(d) Stridor (nafas ngorok) sewaktu istirahat.
(e) Adanya selaput membrane difteri.

c) Etiologi
Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur.
Mayoritas penyebab ISPA adalah virus dengan frekuensi lebih dari 90%
untuk ISPA bagian atas, sedangkan ISPA untuk bagian bawah
frekuensinya lebih kecil (WHO, 1995). Dalam Harrisons Principle of
Internal Medicine di sebutkan bahwa penyakit infeksi saluran nafas akut
bagian atas mulai dari hidung, nasofaring, sinus paranasalis sampai
dengan laring hampir 90% disebabkan oleh viral, sedangkan infeksi akut
saluran nafas bagian bawah hamper 50 % diakibatkan oleh bakteri
streptococcus pneumonia adalah yang bertanggung jawab untuk kurang
lebih 70-90%, sedangkan stafilococcus aureus dan H influenza sekitar
10-20%. Saat ini telah diketahui bahwa infeksi saluran pernapasan akut
ini melibatkan lebih dari 300 tipe antigen dari bakteri maupun virus
tersebut (WHO, 1995)

Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap


kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status
gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.

d) Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu :


(1) Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum
menunjukkan reaksi apa-apa.
(2) Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa.
Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan
sebelumnya rendah.
(3) Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul
gejala demam dan batuk.
(4) Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh
sempurna,sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal
akibat pneumonia.

e) Penyebaran Penyakit
Pada ISPA, dikenal 3 cara penyebaran infeksi, yaitu :
(1) Melalui areosol (partikel halus) yang lembut, terutama oleh karena
batuk-batuk.
(2) Melalui areosol yang lebih berat, terjadi pada waktu batuk-batuk dan
bersin.

(3) Melalui kontak langsung atau tidak langsung dari benda-benda yang
telah dicemari oleh jasad renik.

f) Penyebab Risiko Terjadinya Ispa


Faktor-faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya ISPA :
(1) Usia
Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau
terkena penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak
yang usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya lebih rendah.
(2) Status Imunisasi
Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya
lebih baik dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak
lengkap.
(3) Lingkungan
Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kotakota besar dan asap rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit
ISPA pada anak.

g) Pencegahan Penyakit Ispa


Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA
pada anak antara lain :

10

(1) Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik, diantaranya


dengan cara memberikan makanan kepada anak yang mengandung
cukup gizi.
(2) Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan
tubuh terhadap penyakit baik.
(3) Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih.
(4) Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA. Salah satu cara
adalah memakai penutup hidung dan mulut bila kontak langsung
dengan anggota keluarga atau orang yang sedang menderita penyakit
ISPA.

C. Penyakit DIARE
a) Definisi
Diare ditandai dengan encernya tinja yang dikeluarkan atau buang
air besar (BAB) dengan frekuensi yang lebih sering dibandingkan dengan
biasanya. Pada umumnya, diare terjadi akibat konsumsi makanan atau
minuman yang terkontaminasi.

b) Gejala
Gejala diare tergantung kepada penyebab dan siapa yang
mengalaminya, yakni orang dewasa atau anak-anak. Penderita diare ada
yang hanya mengalami sakit perut singkat dengan tinja yang sedikit
encer atau ada juga yang mengalami kram perut dengan tinja yang sangat
encer. Pada kasus diare parah, kemungkinan penderitanya juga akan
mengalami demam dan kram perut hebat.
11

c) Faktor penyebab diare secara umum


Penyebab diare pada orang dewasa dan anak-anak umumnya
adalah infeksi usus. Infeksi usus sendiri terjadi karena mengonsumsi
makanan atau minuman yang kotor dan terkontaminasi. Mikroorganisme
yang sering menyebabkan infeksi usus adalah bakteri, parasit, dan virus
seperti norovirus dan rotavirus.

Diare juga bisa timbul akibat faktor-faktor berikut ini:


Efek samping obat-obatan tertentu
Gelisah
(3) Konsumsi alkohol dan kopi yang berlebihan
(1)
(2)

d) Cara-cara dalam mendiagnosis diare


Dalam mendiagnosis diare, dokter biasanya akan mencari tahu
penyebabnya. Di antaranya adalah dengan meneliti sampel tinja,
melakukan pemeriksaan rektum, atau bahkan pemeriksaan darah.

e) Pengobatan diare
Jika parah, diare bisa berujung pada dehidrasi. Dehidrasi memiliki
konsekuensi yang fatal dan berpotensi merenggut nyawa penderitanya
terutama jika terjadi pada anak-anak. Hal ini karena ketahanan tubuh
anak-anak terhadap dehidrasi jauh lebih kecil dibandingkan dengan pada
orang dewasa. Maka dari itu orang tua disarankan untuk mewaspadai

12

tanda-tanda dehidrasi pada anak dan penderita disarankan untuk


meminum banyak cairan saat diare masih berlangsung.
Oralit

bisa

diminum

untuk

menghindari

dehidrasi,

tetapi

konsultasikanlah pemakaiannya terlebih dahulu dengan dokter atau


apoteker,

terutama

jika

Anda

menderita

penyakit

tertentu,

seperti penyakit jantung.


Obat anti-diare biasanya tidak terlalu dibutuhkan, kecuali bagi
mereka yang memiliki aktivitas padat atau yang ingin bepergian jarak
jauh. Salah satu obat anti-diare yang efektif dan cepat dalam
menghentikan diare adalah loperamide. Namun loperamide tidak boleh
diberikan kepada anak-anak.
Sebagian besar penderita diare sembuh setelah beberapa hari
tanpa melakukan pengobatan. Pada orang-orang dewasa, diare biasanya
sembuh setelah dua hingga empat hari, sedangkan pada anak-anak, diare
biasanya berlangsung lebih lama, yakni antara lima hingga tujuh hari.

f) Pencegahan
Diare bukan saja berdampak pada si penderita, tapi juga berpotensi
menyebar, terutama kepada anggota keluarganya. Oleh sebab itu diare
sebaiknya

dicegah

mulai

dari

aspek

kontak

pertama

hingga

penyebarannya.
Berikut adalah langkah-langkah pencegahan terkena diare akibat
kontaminasi:
(1)

Mencuci tangan sebelum makan


13

(2)

Menjauhi makanan yang kebersihannya diragukan dan tidak minum

(3)
(4)
(5)

air keran
Memisahkan makanan yang mentah dari yang matang
Makan makanan yang dimasak dari bahan-bahan yang segar
Menyimpan makanan di kulkas dan tidak membiarkan makanan
tertinggal di bawah paparan sinar matahari atau suhu ruangan
Jika Anda mengalami diare, Anda boleh mengambil langkah-

langkah seperti berikut ini untuk mencegah diare menyebar kepada


orang-orang di sekitar Anda:
(1)

Jika tinggal satu rumah, pastikan penderita menghindari penggunaan


handuk atau peralatan makan yang sama dengan anggota rumah

lainnya
(2) Membersihkan toilet dengan disinfektan setiap setelah buang air
(3)

besar
Tetap berada di rumah setidaknya 48 jam setelah periode diare yang

(4)

terakhir
Mencuci tangan sehabis dari toilet atau sebelum makan dan
menyiapkan makanan

D. . EPIDEMIOLOGI PENYAKIT ISPA DAN DIARE


1. ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)
ISPA merupakan salah satu penyebab kematian pada anak di
negara sedang berkembang. ISPA ini menyebabkan 4 dari 15 juta
kematian pada anak berusia di bawah 5 tahun pada setiap tahunnya.
Setiap anak balita diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap
tahunnya dan proporsi kematian yang disebabkan ISPA mencakup 2030% (Suhandayani, 2006).

14

Di Indonesia, ISPA selalu menempati urutan pertama penyebab


kematian pada kelompok bayi dan balita. Selain itu ISPA juga sering
berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Survei
mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan
ISPA/Pneumonia sebagai penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia
dengan persentase 22,30% dari seluruh kematian balita (Anonim, 2008
dalam Syair, 2009).
Banyak faktor yang mempengaruhi tingginya kejadian ISPA
pada anak bayi dan balita yakni faktor intrisik (umur, satutus gizi, status
imunisasi, jenis kelamin) dan faktor eksttrinsik (perumahan, sosial
ekonomi dan pendidikan) (Safatari, 2009). Penelitian Suhandayani
(2007) diperoleh bahwa umur, kondisi rumah dan kepadatan hunian,
kebiasaan merokok dalam rumah dan adanya kontak dengan penderita
ISPA cenderung mempengaruhi kejadian ISPA.
Berdasarkan hasil riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2007, menunjukkan; prevalensi nasional ISPA: 25,5% (16 prevalensi di
atas angka nasional), angka kesakitan (morbiditas) pneumonia bayi: 2,2
%, balita: 3%, angka kematian (mortalitas) pada bayi 23,8% dan pada
balita 15,5%. Hal itu disampaikan Menkes dr.Endang R. Sedyaningsih,
MPH, Dr.PH ketika membuka seminar pneumonia, The Forgotten Killer
of Children tanggal 2 November 2009 di Universitas Padjadjaran
Bandung (depkes, 2009).
Gejala penyakit ISPA di provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2008
menempati urutan pertama dari sepuluh besar penyakit yang ada di
masyarakat yakni dengan jumlah penderita mencapai 72.413 jiwa
(Septiono, 2009). Sementara itu Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka
melaporkan bahwa angka kejadian ISPA di Kabupaten Kolaka pada
tahun 2008 menempati urutan pertama dari 10 besar penyakit yang ada

15

di Kabupaten Kolaka yakni mencapai 471.269 kasus (Dinkes Kolaka,


2009).
Terkait hal itu, untuk wilayah kerja Puskesmas Jati Raya
Kendari pada bulan agustus oktober 2015 kejadian ISPA menduduki
urutan pertama dari sepuluh besar penyakit yang menyerang warga
yang terdata di puskesmas jati raya yakni mencapai 610 kasus.
2. DIARE
Menurut data WHO (World Health Organization) pada tahun
2009, diare adalah penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5
tahun. Secara global setiap tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare
dengan angka kematian 1.5 juta pertahun. Pada negara berkembang,
anak-anak usia dibawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare
pertahun. Setiap episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi
yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan
penyebab utama malnutrisi pada anak (WHO, 2009).
Untuk skala nasional berdasarkan data dari Profil Kesehatan
Indonesia (2008), penderita diare pada tahun tersebut adalah 8.443
orang dengan angka kematian akibat diare adalah 2.5%. Angka ini
meningkat dari tahun sebelumnya, yaitu 1.7% dengan jumlah penderita
diare adalah 3.661 orang. Untuk tahun 2006, penderita diare di
Indonesia adalah 10.280 orang dengan angka kematian 2.5%.
Untuk wilayah kerja Puskesmas Jati Raya Kendari pada bulan
agustus oktober 2015 kejadian DIARE masuk dalam sepuluh besar
penyakit yang menyerang warga yang terdata di puskesmas jati raya
yakni mencapai 91 kasus.

16

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional deskriptif
dengan menggunakan metode survey.
B. Lokasi Survey
Survey dilaksankan di wilayah kerja puskesmas Jati Raya Kendari.
C. Waktu Pelaksanaan
Survey dilaksanakan pada hari sabtu dan minggu tanggal 02-13
Desember 2015.
D. Populasi Dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh masyarakat yang bertempat
tinggal di Kelurahan. Jumlah sampel dalam survey ini yaitu sebanyak 50
responden, yang dipilih secara acak menggunakan simple random sampling
E. Instrumen Survey
Instrumen survey ini yaitu berupa kuisoner dan lembar observasi, yang
diadaptasi dari kuesioner Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) angkatan
2013.
F. Cara Pengumpulan data
Cara pengumpulan data yaitu dengan metode wawancara dan observasi
lingkungan.

17

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penyakit Yang Masuk Dalam 10 Besar Penyakit Di 3 Bulan Terakhir Di
Puskesmas Jati Raya Kendari
Tabel 1
Daftar 10 Besar Penyakit Bulan Agustus Di Puskesmas Jati Raya T.A
2015

NO

PENYAKIT

JUMLAH

ISPA

191

Penyakit kulit Alergi

50

Penyakit kelainan dan susunan saraf

50

Penyakit pd sistem otot dan jaringan pengikal

41

Penyakit pulpa dan jaringan periapikal

36

Hipertensi

31

Tb paru

23

Tonsilitis

21

Diare

20

10
Penyakit mata
Sumber : Data Sekunder Puskesmas Jati Raya Kendari

13

Tabel 2
Daftar 10 Besar Penyakit Bulan September Di Puskesmas Jati Raya T.A
2015

18

NO

PENYAKIT

JUMLAH

ISPA

193

Penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat

48

Diare

31

Penyakit pulpa dan jaringan periapikal

27

Penyakit dan kelainan susunan saraf

27

Penyakit kulit alergi

27

Tb paru

19

Gangguan gigi dan jaringan penyangga lainnya

18

Hipertensi

11

10
Tonsilitis
Sumber : Data Sekunder Puskesmas Jati Raya Kendari

10

Tabel 3
Daftar 10 Besar Penyakit Bulan Oktober Di Puskesmas Jati Raya T.A
2015

NO

PENYAKIT

JUMLAH

ISPA

226

Diare

40

Penyakit pulpa dan jaringan periapikal

39

Penyakit susunan saraf lainya

33

Penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat

29

Penyakit kulit Alergi

29

19

Tonsilitis

20

Hipertensi

17

Penyakit mata

17

10
Ginggivitis dan penyakit periodental
Sumber : Data Sekunder Puskesmas Jati Raya Kendari

15

B. Penyakit Yang Masuk Dalam 2 Besar Penyakit Terbanyak Dari 10 Besar


Penyakit Dalam 3 Bulan Terakhir Di Puskesmas Jati Raya Kendari

Tabel 4
Daftar 2 Besar Penyakit Yang Berbasis Lingkungan Di Puskesmas Jati
Raya T.A 2015

BULAN
NO

JUMLAH

PENYAKIT
Agustus

September

Oktober

1.

ISPA

191

193

226

610

2.

DIARE

20

31

40

91

TOTAL
211
224
266
Sumber : Data Sekunder Puskesmas Jati Raya Kendari

701

20

C. Kondisi Sanitasi dan Observasi Rumah Masyarakat Di Wilayah Kerja


Puskesmas Jati Raya Kendari
1. DEMOGRAFI
a. PUSKESMAS JATI RAYA
Puskesmas Jati Raya merupakan pemekaran dari Puskesmas
Perumnas, dan resmi menjadi Puskesmas Induk berdasarkan
Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Kendari Nomor 820/985.A
yaitu tentang penetapan Puskesmas Pembantu Jati Raya sebagai
Puskesmas tanggal 28 Juni 2008.
Letak Puskesmas Jati Raya sangat strategis dan mudah di akses
oleh masyarakat diwilayah kerja Puskesmas maupun masyarakat yang
berada di luar wilayah kerja Puskesmas, karena Puskesmas Jati Raya
dilalui oleh jalur transportasi dari Kota Kendari menuju Kampus Baru,
dengan rata-rata kunjungan pasien perhari sekitar 30 60 orang.
Puskesmas Jati Raya yang merupakan Puskesmas Rawat Jalan
ditunjang oleh adanya layanan pemeriksaan Laboratorium sederhana
dan dapat melayani Pemeriksaan Malaria & Basil Tahan Asam (BTA).
Sejak februari 2008, Puskesmas Jati Raya bekerjasama dengan
Lembaga Advokasi HIV/AIDS (LAHA) SULTRA membuka layanan
Konseling & Terapi bagi pecandu NAPZA di Kota Kendari, dengan
waktu pelayanan setiap hari selasa dan kamis, pukul 15.00 18.00
WITA.
Walaupun Puskesmas Jati Raya hanya memiliki sarana dan
prasarana kesehatan yang sederhana serta sumber daya manusia yang
terbatas, tetapi semangat untuk memberikan pelayanan yang
berkualitas

dan

terjangkau

bagi

masyarakat

dalam

rangka

mewujudkan Kota Kendari Sehat 2010, menjadi niat dan tekad


Puskesmas Jati Raya.
21

b. RUMAH RESPONDEN
Rumah-rumah warga yang kami datangi terletak di sekitar
puskesmas jati raya yang termasuk dalam wilayah kerja puskesmas
jati raya kendari.
Rumah warga yang berhasil di data dengan menggunakan
kuisioner kebanyakan berada di pinggir jalan yang mengakibatkan
berdebu. Sehingga bisa dipastikan warga sangat mudah terkena 2
penyakit tertinggi berdasarkan data dari puskesmas jati raya.

2. OBSERVASI
Observasi yang kami lakukan menggunakan metode random
sampling berdasarkan data yang telah diperoleh di puskesmas jati raya
kendari. Rumah yang kami pilih adalah rumah yang hanya berada di
sekitar puskesmas jati raya seperti di jalan rambutan 1 dan 2 serta jalan
jati raya karena banyak pula pasien yang berasal dari luar wilayah kerja
puskesmas jati raya.
Pertanyaan yang diajukan sekitar 2 kategori pertanyaan yang
berhubungan dengan 2 penyakit tertinggi di puskesmas jati raya kendari.
Pertanyaan tersebut mulai dari kondisi pekarangan rumah sampai
penyajian makanan.

22

RESPONDEN
Tabel 5
Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin
No

Jenis Kelamin

1
2

Laki-laki
Perempuan

Jumlah
(n)
12
38
50

Presentase
(%)
24
76
100

Total
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa di antara 50 responden
yang kami gunakan sebagai sampel masyarakat di wilayah kerja
puskesmas jati raya terdapat 12 reponden atau 24% yang berjenis kelamin
laki-laki dan 38 responden atau 76% yang berjenis kelamin perempuan.
Jadi dapat kami simpulkan bahwa sebagian besar masyarakat di wilayah
kerja puskesmas jati raya yang menjadi responden kami berjenis kelamin
perempuan.

SANITASI DAN OBSERVASI DI LAPANGAN


Sanitasi dan Sumber Air Minum
1.
Sumber Air Minum Utama
Distribusi responden menurut sumber air minum utama dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 6
Distribusi Responden Menurut Sumber Air Minum Utama
No

Sumber Air Utama Rumah Tangga

Air Ledeng / Pdam


Sumur Bor (Pompa Tangan, Mesin
2
Pompa)
3
Sumur Gali
4
Mata air
5
Air Isi Ulang /Refill
Total
Sumber : Data Primer

23

Jumlah
(n)
0

Presentase
(%)
0

18

36

4
0
28
50

8
0
56
100

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa di antara 50 responden


yang kami gunakan sebagai sampel masyarakat di wilayah kerja
puskesmas jati raya terdapat 18 reponden atau 36% yang sumber air utama
rumah tangganya berasal dari sumur bor (pompa tangan, mesin air), 4
responden atau 8% yang sumber air utama rumah tangganya bersal dari
sumur gali, 28 responden atau 56% yang sumber air utama rumah
tangganya berasal dari air isi ulang/ refill. Jadi dapat kami simpulkan
bahwa sebagian besar masyarakat di wilayah kerja puskesmas jati raya
menggunakan air isi ulang/refill untuk menjadi sumber airbersih utama di
rumah tangga.
2.

Memasak Air Sebelum Di Minum


Distribusi responden menurut memasak air sebelum di minum dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 7
Distribusi Responden Menurut Memasak Air Sebelum Di Minum
No

Memasak Air Sebelum Diminum

1
2

Ya
Tidak

Jumlah
(n)
22
28
50

Presentase
(%)
44
56
100

Total
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa di antara 50 responden
yang kami gunakan sebagai sampel masyarakat di wilayah kerja
puskesmas jati raya terdapat 22 reponden atau 44% yang memasak air
sebelum diminum dan terdapat 28 responden atau 56% yang tidak
memasak air sebelum diminum.Jadi dapat

kami simpulkan bahwa

sebagian besar masyarakat di wilayah kerja puskesmas jati raya tidak


memasak air sebelum diminum.
3.

Alasan Tidak Memasak Air


Distribusi responden menurut alasan tidak memasak air dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 8
Distribusi Responden Menurut Alasan Tidak Memasak Air
No

Alasan Tidak Memasak Air

24

Jumlah (n)

Presentase (%)

1
2

Air sudah aman


28
Lainnya
22
50
Total
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa di

56
44
100
antara 50

responden yang kami gunakan sebagai sampel masyarakat di wilayah


kerja puskesmas jati raya terdapat 28 reponden atau 56% yang alasan
tidak memasak air karena sudah aman dan terdapat 22 responden atau
44% yang alasan tidak memasak air karena alasan lain seperti malas,
repot dan sibuk.Jadi dapat

kami simpulkan bahwa sebagian besar

masyarakat di wilayah kerja puskesmas jati raya tidak memasak air


sebelum diminum.
4.

Kepemilikan Jamban
Distribusi responden menurut kepemilikan jamban dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 9
Distribusi Responden Menurut Kepemilikan Jamban
No

Kepemilikan Jamban

1
2

Iya
Tidak

Jumlah (n)
50
0
50

Presentasi
(%)
100
0
100

Total
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa terdapat 50
responden atau 100% yang memiliki jamban dan 0 responden atau 0%
yang tidak memiliki jamban. Jadi dapat kami simpulkan bahwa seluruh
masyarakat di wilayah kerja puskesmas jati raya memiliki jamban.
5.

Jenis Jamban
Distribusi responden menurut jenis jamban yang dimiliki dapat
dilihat pada tabel berikut :

25

Tabel 10
Distribusi Responden Menurut Jenis Jamban
No

Jenis Jamban

Jumlah (n)

1
2
3
4
5
6
7
8

Sendiri Dengan Septink Tank


Sendiri Tampa Septink Tank
Bersama
Sungai/Kali /Parit/Selokan
Kebun /Sawah
Kolam / Empang
Lainya
Tidak memiliki jamban
Total
Sumber : Data Primer

50
0
0
0
0
0
0
0
50

Presentase
(%)
100
0
0
0
0
0
0
0
100

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa di antara 50


responden yang kami gunakan sebagai sampel masyarakat di wilayah
kerja puskesmas jati raya terdapat 50 reponden atau 100% yang memiliki
jamban dengan jenis jamban sendiri dengan septink tank dan terdapat 0
reponden atau 0% yang memiliki jamban dengan jenis jamban sendiri
tanpa septink tank, bersama, umum (MCK), sungai/kali/parit/selokan,
kebun/sawah, kolam/empang, kandang ternak, laut/danau, dan lain-lain.
Jadi dapat kami simpulkan bahwa semua masyarakat di wilayah kerja
puskesmas

jati raya memiliki jamban dengan jenis jamban sendiri

dengan septink tank.


6.

Kepemilikan Tempat Sampah


Distribusi responden menurut kepemilikan tempat sampah dapat
dilihat pada tabel berikut :

Tabel 11
Responden Menurut Kepemilikan Tempat Sampah
26

No

Kepemilikan Tempat Sampah

1
2

Iya
Tidak

Jumlah
(n)
45
5
50

Presentase
(%)
90
10
100

Total
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa di antara 50
responden yang kami gunakan sebagai sampel masyarakat di wilayah
kerja puskesmas jati raya terdapat 45 reponden atau 90% yang memiliki
tempat sampah dan terdapat 5 responden atau 10% tidak memiliki tempat
sampah. Jadi dapat kami simpulkan bahwa sebagian besar masyarakat di
wilayah kerja puskesmas jati raya memiliki tempat sampah.
7.

Jenis Tempat Sampah


Distribusi responden menurut jenis tempat sampah yang dimiliki
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 12
Distribusi Responden Menurut Jenis Tempat Sampah yang Dimiliki
No

Jenis Tempat Sampah

Jumlah (n)

1
2

Presentase
(%)
90
10
100

Wadah tidak tertutup


45
Tidak ditanyakan
5
Total
50
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa di antara 50
responden yang kami gunakan sebagai sampel masyarakat di wilayah
kerja puskesmas jati raya terdapat 45 reponden atau 90% yang jenis
tempat sampahnya dengan wadah tertutup dan terdapat 5 responden atau
10% yang tidak ditanyakan jenis tempat sampahnya. Jadi dapat kami
simpulkan bahwa sebagian besar masyarakat di wilayah kerja puskesmas
jati raya memiliki jenis tempat sampah tidak tertutup.
8.

Pengelolahan sampah
Distribusi responden menurut jenis tempat sampah yang dimiliki
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 13
Distribusi Responden Menurut Pengelolaan Sampah

27

No
1
2

Pengelolahan Sampah
Jumlah (n) Presentase (%)
Dibakar
5
10
Lainya
45
90
Total
50
100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa di antara 50
responden yang kami gunakan sebagai sampel masyarakat di wilayah
kerja puskesmas jati raya terdapat 5 reponden atau 10% yang mengolah
sampah dengan dibakar dan terdapat 45 responden atau 90% yang
mengolah sampah dengan jawaban lain seperti ditampung lalu kemudian
diangkut oleh petugas sampah. Jadi dapat

kami simpulkan bahwa

sebagian besar masyarakat di wilayah kerja puskesmas

jati raya

mengolah sampahnya dengan menampung lalu kemudian diangkut oleh


petugas sampah.
9.

Bahan bakar utama memasak


Tabel 14
Distribusi Responden Menurut Bahan Bakar Utama Memasak
No
1
2
3

Bahan bakar utama memasak Jumlah (n) Presentase (%)


Minyak Tanah
4
8
Gas
45
90
Lainya
1
2
Total
50
100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa di antara 50
responden yang kami gunakan sebagai sampel masyarakat di wilayah
kerja puskesmas jati raya terdapat 4 reponden atau 8% yang bahan bakar
utama memasaknya minyak tanah, terdapat 45 responden atau 90% yang
bahan bakar utama memasaknya gas dan 1 responden atau 2% yang
menjawab lainnya. Jadi dapat kami simpulkan bahwa sebagian besar
masyarakat di wilayah kerja puskesmas jati raya memiliki bahan bakar
gas.
10.

Kepemilikan SPAL
Distribusi responden menurut kepemilikan SPAL dapat dilihat pada
tabel berikut :
28

Tabel 15
Distribusi Responden Menurut Kepemilikan SPAL
No
1
2

Kepemilikan SPAL
Jumlah (n)
Presentase (%)
Ya
45
90
Tidak
5
10
Total
50
100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa di antara 50
responden yang kami gunakan sebagai sampel masyarakat di wilayah
kerja puskesmas jati raya terdapat 45 reponden atau 90% yang memiliki
SPAL dan terdapat 5 responden atau 10% yang tidak memiliki SPAL.
Jadi dapat kami simpulkan bahwa sebagian besar masyarakat di wilayah
kerja puskesmas jati raya memiliki SPAL.
11.

Kebiasaan Menggunakan Masker Saat Berkendara


Distribusi responden menurut kebiasaan menggunakan masker saat
berkendara dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 16
Distribusi Responden Menurut Kebiasaan Menggunakan Masker
Saat Berkendara
Kebiasaan Menggunakan
Jumlah (n)
Presentase (%)
Masker Saat Berkendara
1
Ya
21
42
2
Tidak
29
58
Total
50
100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa di antara 50
No

responden yang kami gunakan sebagai sampel masyarakat di wilayah


kerja puskesmas jati raya terdapat 21 reponden atau 42% yang memiliki
kebiasaan menggunakan masker saat berkendara dan 29 responden atau
58% yang tidak memiliki kebiasaan menggunakan masker saat
29

berkendara. Jadi dapat

kami simpulkan bahwa sebagian besar

masyarakat di wilayah kerja puskesmas

jati raya tidak memiliki

kebiasaan menggunakan masker saat berkendara.


12.

Kebiasaan Merokok Dalam Rumah


Distribusi responden menurut kebiasaan merokok dalam rumah
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 17
Distribusi Responden Menurut Kebiasaan Merokok Dalam Rumah

Kebiasaan
Merokok
Jumlah (n)
Presentase (%)
Dalam Rumah
1
Ya
40
80
2
Tidak
10
20
Total
50
100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa di antara 50
No

responden yang kami gunakan sebagai sampel masyarakat di wilayah


kerja puskesmas jati raya terdapat 40 reponden atau 80% yang memiliki
kebiasaan merokok dalam rumah dan 10 responden atau 20% yang tidak
memiliki kebiasaan merokok dalam rumah. Jadi dapat kami simpulkan
bahwa sebagian besar masyarakat di wilayah kerja puskesmas jati raya
memiliki kebiasaan merokok dalam rumah.
13.

Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum Makan


Distribusi responden menurut kebiasaan mencuci tangan sebelum
makan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 18
Distribusi Responden Menurut Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum
Makan
Kebiasaan
Mencuci
No
Jumlah (n)
Presentase (%)
Tangan Sebelum Makan
1
Ya
50
100
2
Tidak
0
0
Total
50
100
Sumber : Data Primer

30

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa di antara 50


responden yang kami gunakan sebagai sampel masyarakat di wilayah
kerja puskesmas jati raya terdapat 50 reponden atau 100% yang memiliki
kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dan 0 responden atau 0% yang
tidak memiliki kebiasaan mencuci tangan sebelum makan. Jadi dapat
kami simpulkan bahwa sebagian besar masyarakat di wilayah kerja
puskesmas jati raya memiliki kebiasaan mencuci tangan sebelum makan.

Observasi Rumah Warga


1. Status Rumah Sehat Berdasarkan Data Diatas
Tabel 19
Distribusi Responden Menurut Status Rumah Sehat
No
1
2

Status rumah sehat


Memenuhi syarat
Tidak memenuhi syarat
Total
Sumber : Data Primer

Jumlah (n)
28
22
50

Presentase (%)
51.4
48.6
100

Berdasarkan hasil observasi jati raya dengan 50 responden


menunjukan 28 responden atau 51.4 % memenuhi syarat rumah sehat dan
22 responden atau 48.6 % tidak memenuhi syarat rumah sehat.
2. Status sarana air bersih
Tabel 20
Distribusi Responden Menurut Status Sarana Air Bersih
No

Status sarana air bersih

1
2

Jumlah (n)

Presentase
(%)
90
10
100

Memenuhi syarat
45
Tidak memenuhi syarat
5
Total
50
Sumber : Data Primer
Berdasarkan hasil observasi di jati raya dengan 50 responden
menunjukan 45 responden atau 90% memenuhi syarat sarana air bersih
dan 5 responden atau 10% tidak memenuhi syarat sarana air bersih.
3. Status saluran pembuangan air kotor
Tabel 21

31

Distribusi Responden Menurut Status Sarana Air Bersih


No Status sarana air bersih
Jumlah (n) Presentase (%)
1
Memenuhi syarat
45
90
2
Tidak memenuhi syarat
5
10
Total
50
100 %
Sumber : Data Primer
Berdasarkan hasil observasi di jati raya dengan 50 responden
menunjukan 45 responden atau 90% memenuhi syarat sarana air bersih
dan 5 responden atau 10% tidak memenuhi syarat sarana air bersih.

4. Status kualitas Air


Tabel 22
Distribusi Responden Menurut Status jenis air
No

Status Kualitas air

1
2

Ya
Tidak

Jumlah (n)
0
50
50

Presentase
(%)
0
100
100

Total
Sumber : Data Primer
Berdasarkan hasil observasi dengan 50 responden menunjukan 0
atau 0% yang memiliki kualitas air yang memenuhi syarat dan terdapat
50 responden atau 100% yang memiliki kualitas air yang tidak
memenuhi syarat.

FAKTOR YANG MEMUNGKINKAN TERJADINYA PENYAKIT


1. ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)
Berdasarkan hasil dari observasi dan tanya jawab dengan petugas
puskesmas dan warga sekitar, faktor yang memungkinkan terjadinya
penyakit ISPA di masyarakat antara lain:
a. Kebiasaan merokok dalam rumah
b. Lingkungan yang buruk seperti banyaknya debu yang berterbangan
c. Kebiasaan tidak menggunakan masker saat berkendaraan
d. Sistem imunitas yang rendah.

32

2. DIARE
Berdasarkan hasil dari observasi dan tanya jawab dengan petugas
puskesmas dan warga sekitar, faktor yang memungkinkan terjadinya
penyakit DIARE di masyarakat antara lain:
a. Kebiasaan jajan yang kurang terjamin kebersihannya
b. Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan namun tidak dengan
sabun dan air yang mengalir
c. Kebiasaan tidak menutup makanan setelah disajikan sehingga dapat
terkontaminasi oleh vektor penyakit seperti lalat
d. Air minum yang kurang terjamin kebersihannya.
REKOMENDASI
Ada beberapa saran yang perlu kami sampaikan kepada pihak pihak
terkait
1. Pemerintah perlu mensosialisakan mengenai perilaku hidup sehat yang
harus dijalankan oleh masyarakat, terkait dengan munculnya berbagai
penyakit berbasis lingkungan seperti penyakit ISPA dan Diare.
2. Para cendikiawan, seyogyanya perlu melakukan penelitian lebih lanjut
tentang pengaruh lingkungan terhadap munculnya berbagai penyakit baru.
3. Sarjana Kesehatan Masyarakat perlu melakukan berbagai upaya tindakan
preventif terhadap perkembangan penyakit berbasis lingkungan yang dapat
diikuti oleh seluruh masyarakat.
KENDALA
Kendala yang dihadapi oleh kami saat melakukan observasi di
lapangan bersama masyarakat yaitu:
1. Keterbatasan waktu yang terkadang bertabrakan dengan jadwal mata
kuliah
2. Banyak rumah warga yang tertutup dan tidak membukakan pintu
3. Mengalami kejadian yang tidak terduga.

33

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan data untuk wilayah kerja Puskesmas Jati Raya Kendari
pada bulan agustus oktober 2015 kejadian ISPA menduduki urutan pertama
dari sepuluh besar penyakit yang menyerang warga yang terdata di
puskesmas jati raya yakni mencapai 610 kasus. Sedangkan, untuk wilayah
kerja Puskesmas Jati Raya Kendari pada bulan agustus oktober 2015
kejadian DIARE masuk dalam sepuluh besar penyakit yang menyerang warga
yang terdata di puskesmas jati raya yakni mencapai 91 kasus.
Berdasarkan hasil dari observasi dan tanya jawab dengan petugas
puskesmas dan warga sekitar, faktor yang memungkinkan terjadinya
penyakit ISPA di masyarakat antara lain: Kebiasaan merokok dalam
rumah,

Lingkungan

yang

buruk

seperti

banyaknya

debu

yang

berterbangan, Kebiasaan tidak menggunakan masker saat berkendaraan


dan Sistem imunitas yang rendah.
Sedangkan faktor yang memungkinkan terjadinya penyakit DIARE
di masyarakat antara lain: Kebiasaan jajan yang kurang terjamin
kebersihannya, Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan namun tidak
dengan sabun dan air yang mengalir, Kebiasaan tidak menutup makanan
setelah disajikan sehingga dapat terkontaminasi oleh vektor penyakit
seperti lalat dan Air minum yang kurang terjamin kebersihannya.

34

B. Saran
Diharapkan kepada seluruh masyarakat untuk tetap menjada
kebersihan diri maupun lingkungan sekitar agar terhindar dari penyakitpenyakit yang berbasis lingkungan. Serta bagi mahasiswa maupun pemerintah
agar tetap membantu masyarakat untuk mewujudkan hygiene sanitasi yang
baik di lingkup perumahan.

DAFTAR PUSTAKA
Evi

Nursyafitri.

2015.

Makalah

Penyakit

Berbasis

Lingkungan.

http://evinursyafitrisyamsul.blogspot.co.id/2015/03/makalah-penyakitberbasis-lingkungan.html. Diakses Jumat, 04 Desember 2015.


Zahira Lathif. 2015. Makalah Standar Lingkungan Rumah Sehat Terhadap
Penyakit Berbasis Lingkungan. http://zahiralathif92.blogspot.co.id/
Syeifi

2015_01_01_archive.html. Diakses Jumat, 04 Desember 2015.


Latifah.
2013.
Makalah
Dasar
Kesehatan
Lingkungan.
http://latifahsyeifi.blogspot.co.id/2013/11/makalah-kesehatan-

lingkungan-ispa.html. Diakses Jumat, 04 Desember 2015.


Anonim. Penyakit berbasis lingkungan. http://publichealth-journal.helpingpeople
ideas.com/penyakit-berbasis-lingkungan.
Desember 2015.

35

Diakses

Jumat,

04

36

Vous aimerez peut-être aussi