Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persoalan kesehatan di Indonesia sangat kompleks, mulai dari kasus
penyakit infeksi menular tropik klasik yang kembali muncul, kecenderungan
meningkatnya penyakit degeneratif di beberapa bagian masyarakat di
Indonesia, sampai adanya berbagai penyakit yang baru muncul yang disebut
new emerging diseases. Fenomena ini merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang telah menimbulkan dampak kerugian ekonomi, menelan
banyak korban, aspek politik, dan lain sebagainya. Di samping itu, buruknya
kondisi lingkungan tempat tinggal, kurangnya mutu pelayanan kesehatan
masyarakat serta rendahnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat
merupakan beberapa faktor yang menyebabkan masalah kesehatan bangsa.
Determinan status kesehatan masyarakat merupakan hasil interaksi
domain lingkungan, perilaku dan genetika serta bukan hasil pelayanan medis
semata-mata. Kualitas lingkungan merupakan determinan penting terhadap
kesehatan masyarakat, penurunan kualitas lingkungan memiliki peran
terhadap terjadinya penyakit diare, infeksi saluran nafas akut (ISPA), malaria,
dan penyakit vektor lainnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa polusi
udara dapat meningkatkan insiden penyakit saluran pernafasan. Hal ini
terlihat dengan masih tingginya angka kematian karena ISPA terutama pada
bayi dan anak balita.
Untuk menciptakan rumah sehat maka diperlukan perhatian terhadap
beberapa aspek berpengaruh karena perumahan yang sehat harus memenuhi
ketersediaan prasarana dan sarana terkait, seperti penyediaan air bersih,
sanitasi pembuangan sampah, transportasi, dan tersedianya pelayanan sosial.
Selain pencemaran udara, kondisi rumah menunjukkan hubungan yang tinggi
antara jumlah koloni bakteri dan kepadatan hunian per m2. Dalam hal ini,
sumber pencemar mempunyai potensi untuk menekan reaksi kekebalan
bersamaan dengan terjadinya peningkatan bakteri patogen dan kepadatan
penghuni pada setiap rumah.
sanitasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sanitasi
Usaha peningkatan kesehatan lingkungan yang umumnya dikenal
dengan sebutan sanitasi merupakan salah satu tindakan yang dimaksudkan
untuk pemeliharaan kesehatan maupun pencegahan penyakit pada lingkungan
fisik, sosial, ekonomi, budaya dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).
Sanitasi dalam bahasa Inggris berasal dari kata sanitation yang
diartikan sebagai penjagaan kesehatan (Echols dan Shadily, 2003). Ehler dan
Steel dalam Anwar (1999) mengemukakan bahwa sanitasi adalah usaha-usaha
pengawasan yang ditujukan terhadap faktor lingkungan yang dapat menjadi
mata rantai penularan penyakit. Sedangkan menurut Azawar (1990)
mengungkapkan bahwa sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang
menitik beratkan pada pengawasan teknik terhadap berbagai faktor
lingkungan yang mempengaruhi atau mungkin mempengaruhi derajat
kesehatan manusia.
Sanitasi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu
usaha yang mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh
kepada manusia terutama terhadap hal-hal yang mempengaruhi efek, merusak
perkembangan fisik, kesehatan, dan kelangsungan hidup (Yula, 2006).
Sanitasi lingkungan pada hakekatnya adalah kondisi atau keadaan
lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap status
kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut
antara lain mencakup: perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja),
penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air
limbah), rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya (Anwar, 2003).
Sanitasi lingkungan mengutamakan pencegahan terhadap faktor
lingkungan sedemikian rupa sehingga munculnya penyakit akan dapat
dihindari. Usaha sanitasi dapat berarti pula suatu usaha untuk menurunkan
jumlah bibit penyakit yang terdapat di lingkungan sehingga derajat kesehatan
manusia terpelihara dengan sempurna (Azwar, 1992).
Menurut WHO, sanitasi lingkungan (environmental sanitation) adalah
upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin
4
b) Klasifikasi
WHO ( 1986) telah merekomendasikan pembagian ISPA menurut
derajat keparahannya. Pembagian ini dibuat berdasarkan gejala-gejala
klinis yang timbul dan telah ditetapkan dalam lokakarya Nasional II ISPA
tahun 1988. Adapun pembagiannya sebagai berikut :
Secara anatomis yang termasuk Infeksi saluran pernapasan akut:
1) ISPA ringan, Ditandai dengan satu atau lebih gejala berikut :
(a) Batuk.
(b) Pilek dengan atau tanpa demam.
2) ISPA sedang, Meliputi gejala ISPA ringan ditambah satu atau lebih
gejala berikut :
(a) Pernapasan cepat.
1) Umur <>
2) Umur 1-4 tahun : 40 kali/menit atau lebih.
(b) Wheezing(nafas menciut-ciut).
(c) Sakit atau keluar cairan dari telinga.
(d) Bercak kemerahan (campak).
c) Etiologi
Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur.
Mayoritas penyebab ISPA adalah virus dengan frekuensi lebih dari 90%
untuk ISPA bagian atas, sedangkan ISPA untuk bagian bawah
frekuensinya lebih kecil (WHO, 1995). Dalam Harrisons Principle of
Internal Medicine di sebutkan bahwa penyakit infeksi saluran nafas akut
bagian atas mulai dari hidung, nasofaring, sinus paranasalis sampai
dengan laring hampir 90% disebabkan oleh viral, sedangkan infeksi akut
saluran nafas bagian bawah hamper 50 % diakibatkan oleh bakteri
streptococcus pneumonia adalah yang bertanggung jawab untuk kurang
lebih 70-90%, sedangkan stafilococcus aureus dan H influenza sekitar
10-20%. Saat ini telah diketahui bahwa infeksi saluran pernapasan akut
ini melibatkan lebih dari 300 tipe antigen dari bakteri maupun virus
tersebut (WHO, 1995)
e) Penyebaran Penyakit
Pada ISPA, dikenal 3 cara penyebaran infeksi, yaitu :
(1) Melalui areosol (partikel halus) yang lembut, terutama oleh karena
batuk-batuk.
(2) Melalui areosol yang lebih berat, terjadi pada waktu batuk-batuk dan
bersin.
(3) Melalui kontak langsung atau tidak langsung dari benda-benda yang
telah dicemari oleh jasad renik.
10
C. Penyakit DIARE
a) Definisi
Diare ditandai dengan encernya tinja yang dikeluarkan atau buang
air besar (BAB) dengan frekuensi yang lebih sering dibandingkan dengan
biasanya. Pada umumnya, diare terjadi akibat konsumsi makanan atau
minuman yang terkontaminasi.
b) Gejala
Gejala diare tergantung kepada penyebab dan siapa yang
mengalaminya, yakni orang dewasa atau anak-anak. Penderita diare ada
yang hanya mengalami sakit perut singkat dengan tinja yang sedikit
encer atau ada juga yang mengalami kram perut dengan tinja yang sangat
encer. Pada kasus diare parah, kemungkinan penderitanya juga akan
mengalami demam dan kram perut hebat.
11
e) Pengobatan diare
Jika parah, diare bisa berujung pada dehidrasi. Dehidrasi memiliki
konsekuensi yang fatal dan berpotensi merenggut nyawa penderitanya
terutama jika terjadi pada anak-anak. Hal ini karena ketahanan tubuh
anak-anak terhadap dehidrasi jauh lebih kecil dibandingkan dengan pada
orang dewasa. Maka dari itu orang tua disarankan untuk mewaspadai
12
bisa
diminum
untuk
menghindari
dehidrasi,
tetapi
terutama
jika
Anda
menderita
penyakit
tertentu,
f) Pencegahan
Diare bukan saja berdampak pada si penderita, tapi juga berpotensi
menyebar, terutama kepada anggota keluarganya. Oleh sebab itu diare
sebaiknya
dicegah
mulai
dari
aspek
kontak
pertama
hingga
penyebarannya.
Berikut adalah langkah-langkah pencegahan terkena diare akibat
kontaminasi:
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
air keran
Memisahkan makanan yang mentah dari yang matang
Makan makanan yang dimasak dari bahan-bahan yang segar
Menyimpan makanan di kulkas dan tidak membiarkan makanan
tertinggal di bawah paparan sinar matahari atau suhu ruangan
Jika Anda mengalami diare, Anda boleh mengambil langkah-
lainnya
(2) Membersihkan toilet dengan disinfektan setiap setelah buang air
(3)
besar
Tetap berada di rumah setidaknya 48 jam setelah periode diare yang
(4)
terakhir
Mencuci tangan sehabis dari toilet atau sebelum makan dan
menyiapkan makanan
14
15
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional deskriptif
dengan menggunakan metode survey.
B. Lokasi Survey
Survey dilaksankan di wilayah kerja puskesmas Jati Raya Kendari.
C. Waktu Pelaksanaan
Survey dilaksanakan pada hari sabtu dan minggu tanggal 02-13
Desember 2015.
D. Populasi Dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh masyarakat yang bertempat
tinggal di Kelurahan. Jumlah sampel dalam survey ini yaitu sebanyak 50
responden, yang dipilih secara acak menggunakan simple random sampling
E. Instrumen Survey
Instrumen survey ini yaitu berupa kuisoner dan lembar observasi, yang
diadaptasi dari kuesioner Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) angkatan
2013.
F. Cara Pengumpulan data
Cara pengumpulan data yaitu dengan metode wawancara dan observasi
lingkungan.
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penyakit Yang Masuk Dalam 10 Besar Penyakit Di 3 Bulan Terakhir Di
Puskesmas Jati Raya Kendari
Tabel 1
Daftar 10 Besar Penyakit Bulan Agustus Di Puskesmas Jati Raya T.A
2015
NO
PENYAKIT
JUMLAH
ISPA
191
50
50
41
36
Hipertensi
31
Tb paru
23
Tonsilitis
21
Diare
20
10
Penyakit mata
Sumber : Data Sekunder Puskesmas Jati Raya Kendari
13
Tabel 2
Daftar 10 Besar Penyakit Bulan September Di Puskesmas Jati Raya T.A
2015
18
NO
PENYAKIT
JUMLAH
ISPA
193
48
Diare
31
27
27
27
Tb paru
19
18
Hipertensi
11
10
Tonsilitis
Sumber : Data Sekunder Puskesmas Jati Raya Kendari
10
Tabel 3
Daftar 10 Besar Penyakit Bulan Oktober Di Puskesmas Jati Raya T.A
2015
NO
PENYAKIT
JUMLAH
ISPA
226
Diare
40
39
33
29
29
19
Tonsilitis
20
Hipertensi
17
Penyakit mata
17
10
Ginggivitis dan penyakit periodental
Sumber : Data Sekunder Puskesmas Jati Raya Kendari
15
Tabel 4
Daftar 2 Besar Penyakit Yang Berbasis Lingkungan Di Puskesmas Jati
Raya T.A 2015
BULAN
NO
JUMLAH
PENYAKIT
Agustus
September
Oktober
1.
ISPA
191
193
226
610
2.
DIARE
20
31
40
91
TOTAL
211
224
266
Sumber : Data Sekunder Puskesmas Jati Raya Kendari
701
20
dan
terjangkau
bagi
masyarakat
dalam
rangka
b. RUMAH RESPONDEN
Rumah-rumah warga yang kami datangi terletak di sekitar
puskesmas jati raya yang termasuk dalam wilayah kerja puskesmas
jati raya kendari.
Rumah warga yang berhasil di data dengan menggunakan
kuisioner kebanyakan berada di pinggir jalan yang mengakibatkan
berdebu. Sehingga bisa dipastikan warga sangat mudah terkena 2
penyakit tertinggi berdasarkan data dari puskesmas jati raya.
2. OBSERVASI
Observasi yang kami lakukan menggunakan metode random
sampling berdasarkan data yang telah diperoleh di puskesmas jati raya
kendari. Rumah yang kami pilih adalah rumah yang hanya berada di
sekitar puskesmas jati raya seperti di jalan rambutan 1 dan 2 serta jalan
jati raya karena banyak pula pasien yang berasal dari luar wilayah kerja
puskesmas jati raya.
Pertanyaan yang diajukan sekitar 2 kategori pertanyaan yang
berhubungan dengan 2 penyakit tertinggi di puskesmas jati raya kendari.
Pertanyaan tersebut mulai dari kondisi pekarangan rumah sampai
penyajian makanan.
22
RESPONDEN
Tabel 5
Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin
No
Jenis Kelamin
1
2
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(n)
12
38
50
Presentase
(%)
24
76
100
Total
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa di antara 50 responden
yang kami gunakan sebagai sampel masyarakat di wilayah kerja
puskesmas jati raya terdapat 12 reponden atau 24% yang berjenis kelamin
laki-laki dan 38 responden atau 76% yang berjenis kelamin perempuan.
Jadi dapat kami simpulkan bahwa sebagian besar masyarakat di wilayah
kerja puskesmas jati raya yang menjadi responden kami berjenis kelamin
perempuan.
23
Jumlah
(n)
0
Presentase
(%)
0
18
36
4
0
28
50
8
0
56
100
1
2
Ya
Tidak
Jumlah
(n)
22
28
50
Presentase
(%)
44
56
100
Total
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa di antara 50 responden
yang kami gunakan sebagai sampel masyarakat di wilayah kerja
puskesmas jati raya terdapat 22 reponden atau 44% yang memasak air
sebelum diminum dan terdapat 28 responden atau 56% yang tidak
memasak air sebelum diminum.Jadi dapat
24
Jumlah (n)
Presentase (%)
1
2
56
44
100
antara 50
Kepemilikan Jamban
Distribusi responden menurut kepemilikan jamban dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 9
Distribusi Responden Menurut Kepemilikan Jamban
No
Kepemilikan Jamban
1
2
Iya
Tidak
Jumlah (n)
50
0
50
Presentasi
(%)
100
0
100
Total
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa terdapat 50
responden atau 100% yang memiliki jamban dan 0 responden atau 0%
yang tidak memiliki jamban. Jadi dapat kami simpulkan bahwa seluruh
masyarakat di wilayah kerja puskesmas jati raya memiliki jamban.
5.
Jenis Jamban
Distribusi responden menurut jenis jamban yang dimiliki dapat
dilihat pada tabel berikut :
25
Tabel 10
Distribusi Responden Menurut Jenis Jamban
No
Jenis Jamban
Jumlah (n)
1
2
3
4
5
6
7
8
50
0
0
0
0
0
0
0
50
Presentase
(%)
100
0
0
0
0
0
0
0
100
Tabel 11
Responden Menurut Kepemilikan Tempat Sampah
26
No
1
2
Iya
Tidak
Jumlah
(n)
45
5
50
Presentase
(%)
90
10
100
Total
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa di antara 50
responden yang kami gunakan sebagai sampel masyarakat di wilayah
kerja puskesmas jati raya terdapat 45 reponden atau 90% yang memiliki
tempat sampah dan terdapat 5 responden atau 10% tidak memiliki tempat
sampah. Jadi dapat kami simpulkan bahwa sebagian besar masyarakat di
wilayah kerja puskesmas jati raya memiliki tempat sampah.
7.
Jumlah (n)
1
2
Presentase
(%)
90
10
100
Pengelolahan sampah
Distribusi responden menurut jenis tempat sampah yang dimiliki
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 13
Distribusi Responden Menurut Pengelolaan Sampah
27
No
1
2
Pengelolahan Sampah
Jumlah (n) Presentase (%)
Dibakar
5
10
Lainya
45
90
Total
50
100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa di antara 50
responden yang kami gunakan sebagai sampel masyarakat di wilayah
kerja puskesmas jati raya terdapat 5 reponden atau 10% yang mengolah
sampah dengan dibakar dan terdapat 45 responden atau 90% yang
mengolah sampah dengan jawaban lain seperti ditampung lalu kemudian
diangkut oleh petugas sampah. Jadi dapat
jati raya
Kepemilikan SPAL
Distribusi responden menurut kepemilikan SPAL dapat dilihat pada
tabel berikut :
28
Tabel 15
Distribusi Responden Menurut Kepemilikan SPAL
No
1
2
Kepemilikan SPAL
Jumlah (n)
Presentase (%)
Ya
45
90
Tidak
5
10
Total
50
100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa di antara 50
responden yang kami gunakan sebagai sampel masyarakat di wilayah
kerja puskesmas jati raya terdapat 45 reponden atau 90% yang memiliki
SPAL dan terdapat 5 responden atau 10% yang tidak memiliki SPAL.
Jadi dapat kami simpulkan bahwa sebagian besar masyarakat di wilayah
kerja puskesmas jati raya memiliki SPAL.
11.
Tabel 16
Distribusi Responden Menurut Kebiasaan Menggunakan Masker
Saat Berkendara
Kebiasaan Menggunakan
Jumlah (n)
Presentase (%)
Masker Saat Berkendara
1
Ya
21
42
2
Tidak
29
58
Total
50
100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa di antara 50
No
Kebiasaan
Merokok
Jumlah (n)
Presentase (%)
Dalam Rumah
1
Ya
40
80
2
Tidak
10
20
Total
50
100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa di antara 50
No
Tabel 18
Distribusi Responden Menurut Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum
Makan
Kebiasaan
Mencuci
No
Jumlah (n)
Presentase (%)
Tangan Sebelum Makan
1
Ya
50
100
2
Tidak
0
0
Total
50
100
Sumber : Data Primer
30
Jumlah (n)
28
22
50
Presentase (%)
51.4
48.6
100
1
2
Jumlah (n)
Presentase
(%)
90
10
100
Memenuhi syarat
45
Tidak memenuhi syarat
5
Total
50
Sumber : Data Primer
Berdasarkan hasil observasi di jati raya dengan 50 responden
menunjukan 45 responden atau 90% memenuhi syarat sarana air bersih
dan 5 responden atau 10% tidak memenuhi syarat sarana air bersih.
3. Status saluran pembuangan air kotor
Tabel 21
31
1
2
Ya
Tidak
Jumlah (n)
0
50
50
Presentase
(%)
0
100
100
Total
Sumber : Data Primer
Berdasarkan hasil observasi dengan 50 responden menunjukan 0
atau 0% yang memiliki kualitas air yang memenuhi syarat dan terdapat
50 responden atau 100% yang memiliki kualitas air yang tidak
memenuhi syarat.
32
2. DIARE
Berdasarkan hasil dari observasi dan tanya jawab dengan petugas
puskesmas dan warga sekitar, faktor yang memungkinkan terjadinya
penyakit DIARE di masyarakat antara lain:
a. Kebiasaan jajan yang kurang terjamin kebersihannya
b. Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan namun tidak dengan
sabun dan air yang mengalir
c. Kebiasaan tidak menutup makanan setelah disajikan sehingga dapat
terkontaminasi oleh vektor penyakit seperti lalat
d. Air minum yang kurang terjamin kebersihannya.
REKOMENDASI
Ada beberapa saran yang perlu kami sampaikan kepada pihak pihak
terkait
1. Pemerintah perlu mensosialisakan mengenai perilaku hidup sehat yang
harus dijalankan oleh masyarakat, terkait dengan munculnya berbagai
penyakit berbasis lingkungan seperti penyakit ISPA dan Diare.
2. Para cendikiawan, seyogyanya perlu melakukan penelitian lebih lanjut
tentang pengaruh lingkungan terhadap munculnya berbagai penyakit baru.
3. Sarjana Kesehatan Masyarakat perlu melakukan berbagai upaya tindakan
preventif terhadap perkembangan penyakit berbasis lingkungan yang dapat
diikuti oleh seluruh masyarakat.
KENDALA
Kendala yang dihadapi oleh kami saat melakukan observasi di
lapangan bersama masyarakat yaitu:
1. Keterbatasan waktu yang terkadang bertabrakan dengan jadwal mata
kuliah
2. Banyak rumah warga yang tertutup dan tidak membukakan pintu
3. Mengalami kejadian yang tidak terduga.
33
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data untuk wilayah kerja Puskesmas Jati Raya Kendari
pada bulan agustus oktober 2015 kejadian ISPA menduduki urutan pertama
dari sepuluh besar penyakit yang menyerang warga yang terdata di
puskesmas jati raya yakni mencapai 610 kasus. Sedangkan, untuk wilayah
kerja Puskesmas Jati Raya Kendari pada bulan agustus oktober 2015
kejadian DIARE masuk dalam sepuluh besar penyakit yang menyerang warga
yang terdata di puskesmas jati raya yakni mencapai 91 kasus.
Berdasarkan hasil dari observasi dan tanya jawab dengan petugas
puskesmas dan warga sekitar, faktor yang memungkinkan terjadinya
penyakit ISPA di masyarakat antara lain: Kebiasaan merokok dalam
rumah,
Lingkungan
yang
buruk
seperti
banyaknya
debu
yang
34
B. Saran
Diharapkan kepada seluruh masyarakat untuk tetap menjada
kebersihan diri maupun lingkungan sekitar agar terhindar dari penyakitpenyakit yang berbasis lingkungan. Serta bagi mahasiswa maupun pemerintah
agar tetap membantu masyarakat untuk mewujudkan hygiene sanitasi yang
baik di lingkup perumahan.
DAFTAR PUSTAKA
Evi
Nursyafitri.
2015.
Makalah
Penyakit
Berbasis
Lingkungan.
35
Diakses
Jumat,
04
36