Vous êtes sur la page 1sur 13

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KASUS CHD (CONGENITAL HEART DISEASE)


PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

Disusun oleh :
1. ACHMAD MUNIRUL IHWAN
2. LIA PURNIKA
3. NI KETUT AYU SW
4. RISKY WIDIASIH
5. SAMSUL
6. DIAN RAHMA AFITASARI
7. HENDRI SEPTRIKA

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SURABAYA
PRODI KEPERAWATAN SUTOPO
SURABAYA
2006

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala Rahmat dan
HidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Asuhan Keperawatan
Anak dengan Diagnosa CHD (Congenental Heart Disease).
Adapun pelaksanaan pembuatan laporan Asuhan Keperawatan ini masih
banyak kekurangan, kami telah berusaha semaximal mungkin untuk membuat
laporan Asuhan Keperawatan Anak ini. Namun bagi kami masih dalam taraf
belajar jadi masih banyak yang perlu diperbaiki.
Demikianlah kritik dan saran yang sangat kami harapkan untuk
kesempurnaan laporan Asuhan Keperawatan ini. Mudah-mudahan kasus
keperawatan anak ini bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya terima kasih.
Surabaya, 4 April 2006
Penulis

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK


PADA KASUS
CHD (CONGENENTAL HEART DISEASE)
A. Konsep Dasar
-

Pengertian
Penyakit jantung bawaan (CHD) ialah merupakan kelainan
susunan jantung yang sudah ada sejak bayi lahir. Jadi kelainan tersebut
terjadi sebelum bayi lahir (Ngastiyah, hal 76 77, 1997).

Etiologi
Kelainan jantung bawaan (CHD) merupakan kelainan yang
disebabkan oleh :
Gangguan keseimbangan sistem kardiovaskuler pada embrio
yang diduga karena adanya faktor endogen dan esksogen
Jantung seharusnya terbentuk lengkap pada akhir bulan kedua
kehamilan. Apabila pada masa kehamilan 2 bulan pertama ibu menderita
penyakit rubela atau penyakit virus lainnya, atau makan obat-obatan
tertentu seperti tali domid, atau terkena sinar radiasi, mungkin dapat
terjadi penyakit jantung bawaan.
Hipoksia janin juga dapat menjadi penyebab terjadinya PJB, yakni
duktus arteriosus persistem.

Patofisiologi
Setiap hambatan pada aliran (forward flow) dalam sirkulasi akan
menimbulkan bendungan pada arah berlawanan dengan aliran (backward
congestion). Hambatan pengaliran (forward failure) akan menimbulkan
adanya gejala backward failure dalam sistim sirkulasi aliran darah.
Mekanisme kompensasi jantung pada kegagalan jantung adalah upaya
tubuh untuk mempertahankan peredaran darah dalam memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan. Mekanisme kompensasi yang terjadi
pada gagal jantung ialah : dilatasi ventrikel, kenaikan rangsang simpatis

berupa takikardi dan vasikontriksi perifer, peninggian kadar katekolamin


plasma, retensi garam dan cairan badan dan peningkatan ekstraksi
oksigen oleh jaringan. Bila jantung bagian kanan dan bagian kiri
bersama-sama dalam keadaan gagal akibat gangguan aliran darah dan
adanya bendungan, maka akan tampak tanda dan gejala. Skema berikut
menjelaskan

terjadinya

gagal

jantung,

sehingga

menimbulkan

manifestasi klinik dan masalah keperawatan.


GAGAL JANTUNG

GAGAL JANTUNG KANAN

GAGAL JANTUNG KIRI

Gagal Ventrikel Kiri

Gagal Ventrikel Kanan

Penurunan Curah Jantung

Penurunan Curah Jantung

Tekanan Atrium kiri


meningkat

Tekanan Atrium kanan


meningkat

Tekanan vena pulmonalis


meningkat

Tekanan vena sistemik meningkat


Ascites
hepatomegali

Oedema Paru terjadi karena


tekanan arteri pulmonal
meningkat

Klasifikasi Kliniks
Terdapat berbagai cara penggolongan PJB, penggolongan yang
cukup sederhana adalah penggolongan yang didasarkan pada adanya
sianosis serta vaskularisasi paru
2. PJB non-sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah, misalnya
defek septum ventrikel (DSV), defek septum atrium (DSA), dan
duktus arterosus persistem (DAP)

3. PJB non-sianotik dengan vaskularisasi paru normal pada golongan


ini termasuk sternous aorta (SA), stenosis pulmonal (SP) dan
koarktasio aorta.
4. PJB sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang, pada golongan ini
yang paling banyak adalah tetralogi fallot (TF).
5. PJB sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah, misalnya
transposisi arteri besar (TAB)
-

Manifestasi Klinik
Derajat stenosis pulmonal dan besarnya DSV menentukan
gambaran kliniknya, pada stenosis pulmonal sedang atau berat dalam
keadaan istirahat dan stress terjadi pirau kanan, kiri. Penderita TF yang
berat dapat terjadi serangan sianotik berupa sianosis yang makin hebat
disertai takipnea dan hiperventilasi, dan jika berlangsung lama disertai
penurunan kesadaran dapat disertai kejang-kejang bahkan berakibat fatal
keadaan demikian bisanya didahului anak menangis keras.
Jika PJB ini tidak diketahui sejak semula (bayi baru lahir), sering
baru ditemukan setelah dibawa berkonsultasi dengan keluhan bahwa jika
bayi sedang minum / menangis menjadi sianosis.

a. Pentalaksanaan Medik

Pasien dengan DSV besar perlu ditolong dengan obat-obatan untuk


mengatasi gagal jantung. Biasanya diberikan digoksin dan diuretik,
misalnya lasix. Bila obat dapat memperbaiki keadaan, yang dilihat
dengan membaiknya pernafasan dan pertambahan berat badan, maka
operasi dapat ditunda sampai usia 2-3 tahun.

DSA kecil tidak perlu operasi karena tidak menyebabkan gangguan


hemodinamik atau bahaya endokarditis intektif. DSA besar perlu
tindakan operasi / bedah dianjurkan di bawah usia 6 tahun (era
sekolah)

Pengobatan definitif untuk DAP adalah pembedahan DAP kecil


dapat dioperasi kapan saja dikehendaki. Pada DAP besar dapat

diberikan digoksin dan diuretik untuk mengurangi gagal jantung,


meski sering tidak menolong
Pada bayi prematur DAP dapat ditutup dengan obat anti
prostaglandin, misalnya indometasin, yang harus diberikan sedini
mungkin (usia < 1 minggu). Akhir-akhir ini ada tehknik baru
penutupan DAP dengan alat serupa payung, yang dimaksudkan
dengan kateter.

Untuk mencegah komplikasi biasanya dioperasi pada umur sekitar 6


tahun. Jika terdapat gejala hipertensi yang tinggi bagian tubuh atas /
gagal jantung dapat dilakukan operasi sebelum 6 bulan.

Pasien TF yang sedang mendapat serangan anoksia harus ditolong


dengan memberikan sikap knee chest atau menungging dengan
kepala dimiringkan sambil diberikan melalui air mineral 2 L per
menit. Diberikan juga suntikan mortin dosis 1 mg / kg BB secara sub
cutan.
-

Bila perlu koreksi dehidrasi dan asidosis metabolik

Setiap tindakan yang dapat menimbulkan bakterimia seperti


mencabut gigi, sirkumsis, kateterisasi harus dilindungi dengan
antibiotik 1 hari sebelum dan 3 hari setelahnya untuk mencegah
endokarditis bakterialis

a. Pemeriksaan Diasnostik
EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikular, penyimpangan aksis iskemia dan
kerusakan pola mungkin terlihat disritmia, misal takikardia,
fibrikasi atrial, mungkin sering terdapat KVP.
Sonogram (ekokardiogram, ekokardiagram dopple)
Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam
fungsi/struktur katub/area penurunan kontraktilitas ventrikular.
Skan jantung : Multigated Acquisition (MUGA) tindakan penyuntikan
fraksi dan memperkirakan gerakan dinding

Katerisasi jantung : tekanan abnormal merupakan indikasi membantu


membedakan gagal jantung sisi kanan versus kiri dan
stenosis katup / insufisiensi
Rontgen dada : dapat menunjukkan perbesaran jantung, bayangan
mencerminkan dilatasi / hipertrofi bilik / perubahan
dalam pembuluh darah mencerminkan peningkatan
tekanan pulmonal
b. Komplikasi
Pasien dengan PJB (CHD) terancam mengenal berbagai komplikasi
antara lain :
6. gagal jantung kongestif
7. renjatan kardiogenik
8. aritmia
9. endokarditis bakterialis
10. hipertensi
11. hipertensi pulmonal
12. trom boemboli dan abses otak
13. henti jantung
14. infeksi saluran pernafasan
a. Kesimpulan
Prinsip yang penting pada penatalaksanaan kelainan jantung anak
adalah:
15. Pengenalan dini daripada jantung anak normal / abnormal
16. Sikap dan pengobatan yang adekuat serta cepat
17. Nasehat terhadap keluarga / orang tua penderita yang tepat

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan CHD (Congenental


Heart Disease)

Pengumpulan data pada CHD ini meliputi :


I. Pengkajian
1. Biodata / Identitas
Keluhan jantung bawaan timbul sejak usia bayi baru lahir
bertambah nyata jika bayi menangis atau menetek lama.
Gejala ini dapat diketahui beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun
jika timbul kelainan ringan.
2. Keluhan Utama
Mengeluh sesak napas (dispnea), pusing, nyeri dada.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya px terlihat pucat, banyak keringat yang keluar, ujung-ujung
jari hiperemik. Diameter dada bertambah (sering terlihat benjolan dada
kiri), berat badan menurun (tidak ada nafsu makan), tubuh terasa
lemah, pusing, sesak nafas.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya faktor bawaan dari ibu sebelum lahir dan wanita yang hamil
dengan banyak mengkonsumsi obat-obatan, radiasi secara potensial
menyebabkan kelainan susunan jantung pada embrio/sejak lahir.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Pada saat kehamilan 2 bulan pertama menderita penyakit Rubela /
penyakit lainnya / ibu sering mengkonsumsi obat-obatan tertentu
seperti talidomial, atau terkena sinar radiasi.
6. Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkna dan yang belum ditanyakan
serta umur mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi tersebut.
7. Riwayat Perkembangan
Ditanyakan kemampuan perkembangan meliputi :
Personal sosial (kepribadian / tingkah laku sosial) : berhubungan
dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi
dengan lingkungannya.
Gerakan motorik halus : berhubungan dengan kemampuan anak
untuk mengamati sesuatu melakukan gerakan yang melibatkan

bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil dan


memerlukan koordinasi cepat, misalnya menggambar, memegang
suatu benda, dan lain-lain.
Gerakan motorik kasar : berhubungan dengan pergerakan dan sikap
tubuh
Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap suara,
mengikuti perintah dan berbicara spontan.
Pada umumnya px dengan kelainan jantung bawaan mengalami
gangguan tumbuh kembang karena kelemahan tubuh / bisa disebut
penurunan.
8. Riwayat Psikososial
Sosial ekonomi rendah, kurang pengetahuan orang tua terhadap
penyakit, dan kebiasaan px maupun (orang tuanya).
9. Pemeriksaan Fisik
Ku : lemah
Kesadaran

composmentis

(jika

berlangsung

lama

dapat

mengakibatkan penurunan kesadaran)


TTV : Takipnea, hiperventilasi, nadi teraba jelas.
Kebutuhan sehari-hari
- Aktivitas / istirahat
Gejala : kelelahan / keletihan, nyeri dada dengan aktivitas
berlebihan.
Tanda : biasanya pasien terlihat gelisah, adanya perubahan status
mental.
- Eliminasi
Gejala : penurunan berkemih, konstipasi, diare
- Makanan / cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, kurangnya asupan minuman
Tanda : distensi adomen (asites), edema.
- Personal higiene : biasanya terdapat kelelahan selama perawatan diri.
II. Masalah Keperawatan
1. Bahaya terjadi gagal jantung

2. Resiko terjadi infeksi saluran pernafasan


3. Kebutuhan nutrisi
4. Kurangnya pengetahuan
III.Diagnosa Keperawatan
1. Bahaya terjadi gagal jantung s.d penurunan curah jantung, (beban
volume)
2. Resiko terjadi infeksi saluran pernafasan s.d aliran darah ke paru
bertambah
3. Kebutuhan nutrisi s.d penurunan nafsu makan yang tidak terpenuhi
4. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit s.d gejala, dan tanda-tanda
dari penyakit jantung bawaan
-

Intervensi dan Rasionalnya


Dx : I
Tujuan : Menjaga peningkatan pirau (kebocoran) yang berlebihan
1. Pantau perawatan yang baik dan pengawasan medis yang teratur
R : Agar tidak terjadi sesuatu lekas dapat diambil tindakan
Pemeriksaan persistem
a. Kepala dan wajah
b. Sistem pencernaan
-

Mulut, lidah, bibir dan gigi ; kering, basah, pucat dan gigi
mengalami kerusakan pada gigi geliginya

Minum ; biasanya pada px dengan penyakit jantung bawaan


terlihat susah untuk minum (minum sedikit)

c. Sistem pernafasan
-

Infeksi saluran pernafasan aliran darah ke paru menjadi


bertambah

Takipnea, dispnea (infeksi saluran nafas)

d. Sistem kardiovaskuler
-

Palpasi dan Auskultasi


Terdapat kelainan yang menunjukkan adanya DSV besar
seperti terdapatnya tekanan arteria pulmonalis yang tinggi,

dan penutup katub pulmonalis, dan mungkin teraba getaran


bising pada dinding dada.
-

Pada Duktus terlasus persistem, bising sistolik dan diastolik


yang disebut bising kontinu (confinous mumur) atau
machinery murmur di sela iaga kedua kiri

2. Monitor tanda-tanda vital


R/ : takhikardia mungkin ada karena nyeri dada, kecemasan
hipoksia, dan menurunnya cardia output
3. Pertahankan betrest dalam posisi yang nyaman selama periode akut
R/ : menurunnya konsumsi / keseimbangan O2 mengurangi beban
kerja otot jantung dan resiko dekompensasi
4. Berikan waktu istirahat yang cukup / adekuat. Kaji dengan / bentuk
aktivitas perawatan diri jika diindikasikan
R/ : cadangan energi menurunkan beban kerja otot jantung
Dx : II
Tujuan : Menjaga masuknya darah di dalam paru-paru lebih banyak
1. Ruang harus cukup ventilasi, tetapi tidak boleh terlalu dingin
2. Baringkan dengan kepala lebih tinggi (semi fowler)
3. Jika banyak lendir baringkan dengan letak kepala ekstensi dengan
memberi ganjal di bawah bahunya
R/ : Untuk memudahkan lendir keluar
4. Observasi tanda vital, terutama pernafasan, suhu dan nadi dan
catatan
Dx : III
Tujuan : menjaga nutrisi secara optimum
1. Lakukan pengukuran BB
2. Beri diet sesuai usia dan penyebab
3. Catat pemasukan (pengiriman diet)
4. Pantau dan catat kondisi lambung
Dx : IV

Tujuan : Orang tua dapat mengungkapkan secara verbal mengenai


tanda dan gejala dari PJB
1. Orang tua perlu diberitahu bahwa pengobatan anaknya hanya
dengan jalan operasi
2. Anak harus mendapatkan makanan yang cukup gizi
3. Usahakan agar lingkungan rumah bersih rumah cukup ventilasi dan
sinar matahari
4. Tanda-tanda PJB, misalnya anak jatuh pingsan beritahu cara
menolongnya yaitu dengan sikap menungging dengan kepala
dimiringkan
IV. Evaluasi
1. Apakah ada perbaikan pada bahaya gagal jantung ?
2. Apakah resiko infeksi saluran pernafasan dapat teratasi ?
3. Apakah kebutuhan nutrisi terpenuhi ?
4. Apakah orang tua mampu menjelaskan dari tanda dan gejala PJB ?

DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah (1997). Perawatan anak sakit. EGC : Jakarta

Junadi Purnawan (1977) : Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Kedua. Media


Aesculapius : Fakultas Kedokteran UI.

Soeparman (1987). Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Kedua. Balai penerbit
FKUI, Jakarta.

Berhrman Richard E. (1993). Ilmu Kesehatan Anak. EGC : Jakarta.

Vous aimerez peut-être aussi