Vous êtes sur la page 1sur 15

MAKALAH

AKHLAK
HUBUNGAN DAN KEDUDUKAN AKHLAK

Di susun oleh:
Heri Setiawan

Megawati

(13532019)

Lilis Karlina

(13532009)

Try Agus Suriyantoni ( 13532038 )

Dosen Pembimbing: Cikdin, M.pd

JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
Curup
2013/2014

KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh. . .


Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah Akhlak ini yang
Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Hubungan dan Kedudukan Akhlak.
Shalawat Beriring Salam tak lupa pula kita kirimkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW, berkat perjuangannya lah sehingga kita dapat merasakan kehidupan yang
terang benderang yang Penuh Cahaya, dan Penuh Ilmu seperti yang kita rasakan pada saat ini.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
Makalah ini. Semoga Makalah ini bermanfaat bagi kami dan bagi yang membacanya.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. . .

Curup, Oktober 2013

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman judul .......................................................................................................................


Kata Pengantar ................................................................................................................... 2
Daftar Isi .............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................
A. Latar belakang ...................................................................................................
B. Rumusan masalah .............................................................................................
C. Tujuan ...............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................
A. Hubungan Akhlak .............................................................................................
B. Kedudukan Akhlak ..........................................................................................10
BAB III PENUTUP ..........................................................................................................14
A. Penutup ...........................................................................................................14
B. Kesimpulan .....................................................................................................14
C. Saran ...............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................15

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting,
sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya suatu
masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik, maka
sejahteralah lahir dan batinnya. Sebaliknya, apabila akhlaknya rusak, maka rusaklah
lahir dan batinnya. Kejayaaan seseorang terletak pada akhlaknya yang baik, akhlak
yang baik selalu membuat seseorang menjadi aman, tenang dan tidak adanya perbuatan
yang tercela.
Beriman kepada Allah dan beribadah kepada-Nya merupakan hubungan antara
manusia dengan Allah. Maka akhlaq pertama kali berkaitan dengan hubungan
muamalah manusia dengan manusia lain, baik secara perseorangan ataupun secara
perkelompok. Tetapi perlu diingat bahwa akhlaq tidak terbatas pada hubungan manusia
dengan manusia lain, tetapi lebih dari itu, juga mengatur hubungan manusia dengan
segala yang terdapat dalam wujud dan kehidupan ini, maka lebih dari itu mengatur
hubungan antara manusia dengan Allah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Hubungan Akhlak dengan Ilmu lainnya ?
2. Menjelaskan tentang Kedudukan Akhlak ?

C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan Hubungan Akhlak dengan Ilmu lainnya

2. Untuk menjelaskan Kedudukan Akhlak dalam Islam


3. Supaya menambah wawasan kita mengenai Hubungan dan Kedudukan Akhlak

BAB II
PEMBAHASAN
A. Hubungan Akhlak
Hubungan Akhlak pada umumnya sangatlah erat dengan Ilmu-ilmu lainnya,
dibawah ini adalah uraian Ilmu Akhlak dengan Ilmu-ilmu lainnya :
1. Hubungan Ilmu Akhlak Dengan Ilmu Pendidikan
Ilmu pendidikan sebagai dijumpai dalam berbagai literature banyak berbicara
mengenai berbagai aspek yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan
pendidikan. Dalam ilmu ini antara lain dibahas tentang rumusan tujuan
pendidikan, materi pelajaran (kurikulum), guru, metode, sarana, dan prasarana,
lingkungan , bimbingan , proses belajar-mengajar dan lain sebagainya.
Semua aspek pendidikan tersebut ditujukan pada tercapainya tujuan pendidikan.
Tujuan pendidikan ini dalam pandangan islam banyak berhubungan dengan
kualitas manusia berakhlak. Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa tujuan
pendidikan adalah identik dengan tujuan hidup seorang muslim, yaitu menjadi
hamba Allah yang mengandung implikasi kepercayaan dan penyerahan diri
kepada-Nya. sementara itu Mohd. Athiyah Al-Abrasyi mengatakan bahwa
pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari pendidikan islam, mencapai suatu
akhlak yang sempurna adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan. Selanjutnya
Al-Attas mengatakan bahwa tujuan pendidikan islam adalah manusia yang baik.
Kemudian Abdul Fatah Jalal mengatakan bahwa tujuan umum pendidikan
islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah.

Rumusan ini dengan jelas mengambarkan bahwa antara pendidikan islam


dengan ilmu akhlak ternyata sangat berkaitan erat. Pendidikan islam merupakan
sarana yang mengantarkan anak didik agar menjadi orang yang berakhlak.
Pendidikan dalam pelaksanaanya memerlukan dukungan orang tua, guru
disekolah, dan pimpinan serta tokoh masyarakat dilingkungan. Kesemua
lingkungan ini merupakan bagian integral dari pelaksanaan pendidikan, yang
berati pula tempat dilaksanakannya pendidikan akhlak.
2. Hubungan Ilmu Akhlak Dengan Ilmu Jiwa
Dilihat dari segi bidang garapannya, ilmu jiwa membahas tentang gejala-gejala
kejiwaan yang tampak dalam tingkah laku. Melalui ilmu jiwa dapat diketahui sifat-sifat
pisikologis yang dimiliki seseorang. Jiwa yang bersih dari dosa dan maksiat serta dekat
dengan tuhan.
Ilmu jiwa mengarahkan pembahasannya pada aspek batin manusia dengan cara
menginterprestasikan prilakunya yang tampak. Banyak hasil pembinaan akhlak yang
telah dilakukan ahli dengan mempergunankan jasa yang diberikan ilmu jiwa, seperti
yang dilakukan para psikolog terhadap perbaiakan anak-anak nakal, berperilaku
menyimpang dan lain sebaginya.
Pengembangan dan penyempurnaan ilmu akhlak, banyak menggunakan teori-teori ilmu
jiwa. Bahkan al-Ghazali sendiri menulis beberapa teori dalam kitab Ihya Ulum alDin tentang kondisi kejiwaan manusia. Bahwa betapa sangant erat sekali kaitan ilmu
akhlak

dengan

ilmu

jiwa.

Bahkan

ilmu

akhlak

dalam

islam,

disamping

pengembangannya berdasarkan al-Quran dan Hadith, banyak juga menggunakan teori


ilmu jiwa analisis (psikionalisis).
Ini berarti, bahwa ilmu akhlak dapat berkembang dengan menggunakan teori-teori
psikologi dari hasil penelitian ahli ilmu jiwa, sedangkan ilmu jiwa juga dapat
dikembangkan dengan menggunakan teori-teori ilmu akhlak dari kajian oleh para ulama
akhlak.
3. Hubungan Ilmu Akhlak Dengan Ilmu Tauhid

Ilmu tauhid sebagaimana dikemukakan harun nasution mengandung arti sebagai


ilmu yang membahas tentang cara-cara meng-esakan tuhan, sebagaimana salah
satu sifat yang terpenting diantara sifat-sifat tuhan lainnya.
Ilmu tauhid tampil dalam memberikan landasan terhadap ilmu akhlak, dan ilmu
akhlak tampil memberikan penjabaran dan pengalaman dari ilmu tauhid. Tauhid

tanpa akhlak yang mulia tidak akan kokoh. Selain itu tauhid memberikan arah
pada akhlak, dan akhlak memberi isi terhadap arah tersebut. Disinilah letak
hubungan erat dan dekat antara tauhid dan akhlak.1
Adapun hubungan ilmu akhlak dengan ilmu tauhid, dapat dilihat dari beberapa
ayat al-Quran dan materi Hadith yang menerangkan fungsi Tauhid dalam
melahirkan perbuatan baik antara lain pada surah al-Anfal ayat 2.


Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila
disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya
bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal.
Surah al-Muminun ayat 1-5.

Artinya :
1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
2. (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya,
3. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang
tiada berguna,
4. Dan orang-orang yang menunaikan zakat,
5. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,
Surah al-Hujurat ayat 15.



1 Majuddin, Akhlak Tasawuf II, Kalam Mulia, Jakarta, 2010

Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang


yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak
ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada
jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar.
4. Hubungan Ilmu Akhlak Dengan Ilmu Tasawuf
Ilmu tasawwuf pada umumnya dibagi menjadi tiga, pertama tasawwuf falsafi,
yakni tasawwuf yang menggunakan pendekatan rasio atau akal pikiran,
tasawwuf model ini menggunakan bahan bahan kajian atau pemikiran dari
para tasawwuf, baik menyangkut filsafat tentang Tuhan manusia dan
sebagainnya. Kedua, tasawwuf akhlaki, yakni tasawwuf yang menggunakan
pendekatan akhlak. Tahapan tahapannya terdiri dari takhalli (mengosongkan
diri dari akhlak yang buruk), tahalli (menghiasinya dengan akhlak yang terpuji),
dan tajalli (terbukanya dinding penghalang [hijab] yang membatasi manusia
dengan Tuhan, sehingga Nur Illahi tampak jelas padanya). Dan ketiga, tasawwuf
amali, yakni tasawwuf yang menggunakan pendekatan amaliyah atau wirid,
kemudian hal itu muncul dalam tharikat.
Sebenarnya, tiga macam tasawwuf tadi punya tujuan yang sama, yaitu sama
sama mendekatkan diri kepada Allah dengan cara membersihkan diri dari
perbuatan yang tercela dan menghiasi diri dengan perbuatan yang terpuji (alakhlaq al-mahmudah), karena itu untuk menuju wilayah tasawwuf, seseorang
harus mempunyai akhlak yang mulia berdasarkan kesadarannya sendiri.
Bertasawwuf pada hakekatnya adalah melakukan serangkaian ibadah untuk
mendekatkan diri kepada Allah swt. Ibadah itu sendiri sangat berkaitan erat
dengan akhlak. Menurut Harun Nasution, mempelajari tasawwuf sangat erat
kaitannya dengan Al-Quran dan Al-Sunnah yang mementingkan akhlak. Cara
beribadah kaum sufi biasanya berimplikasi kepada pembinaan akhlak yang
mulia, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Di kalangan kaum sufi dikenal
istilah altakhalluq bi akhlaqillah, yaitu berbudi pekerti dengan budi pekerti
Allah, atau juga istilah al-ittishaf bi sifatillah, yaitu mensifati diri dengan sifat
sifat yang dimiliki oleh Allah.
Jadi akhlak merupakan bagian dari tasawwuf akhlaqi, yang merupakan salah
satu ajaran dari tasawwuf, dan yang terpenting dari ajaran tasawwuf akhlaki
adalah mengisi kalbu (hati) dengan sifat khauf yaitu merasa khawatir terhadap

siksaan Allah. Kemudian, dilihat dari amalan serta jenis ilmu yang dipelajari
dalam tasawwuf amali, ada dua macam hal yang disebut ilmu lahir dan ilmu
Latin yang terdiri dari empat kelompok, yaitu syariat, tharikat, hakikat, dan
ma`rifat.2

B. Kedudukan Akhlak
Dalam keseluruhan ajaran Islam akhlak menempati kedudukan yang istimewa dan
sangat penting. Ini dapat dilihat dari beberapa sebab dibawah ini :
1. Akhlak dihubungkan dengan tujuan risalah Islam atau antara perutusan utama
Rasulullah saw. Sabda Rasulullah saw yang bermaksud: Sesungguhnya aku
diutuskan untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Pernyataan Rasulullah
itu menunjukkan pentingnya kedudukan akhlak dalam Islam.

2 Abudin Nata, Aklhak Tasawuf, 2007

10

2. Akhlak menentukan kedudukan seseorang di akhirat nanti yang mana akhlak


yang baik dapat memberatkan timbangan amalan yang baik. Begitulah juga
sebaliknya. Sabda Rasulullah saw yang bermaksud: Tiada sesuatu yang lebih
berat dalam daun timbangan melainkan akhlak yang baik.
3. Akhlak dapat menyempurnakan keimanan seseorang mukmin. Sabda Rasulullah
saw yang bermaksud: Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya
adalah yang paling baik akhlaknya.
4. Akhlak yang baik dapat menghapuskan dosa manakala akhlak yang buruk boleh
merosakkan pahala. Sabda Rasulullah saw yang bermaksud: Akhlak yang baik
mencairkan dosa seperti air mencairkan ais (salji) dan akhlak merosakkan
amalan seperti cuka merosakkan madu.
5. Akhlak merupakan sifat Rasulullah saw di mana Allah swt telah memuji
Rasulullah kerana akhlaknya yang baik seperti yang terdapat dalam al-Quran,
firman Allah swt yang bermaksud: Sesungguhnya engkau seorang yang
memiliki peribadi yang agung mulia). Pujian allah swt terhadap RasulNya
dengan akhlak yang mulia menunjukkan betapa besar dan pentingnya
kedudukan akhlak dalam Islam. Banak lagi ayat-ayat dan hadith-hadith
Rasulullah saw yang menunjukkan ketinggian kedudukan akhlak dan
menggalakkan kita supaya berusaha menghiasi jiwa kita dengan akhlak yang
mulia.
6. Akhlak tidak dapat dipisahkan dari Islam, sebagaimana dalam sebuah hadith
diterangkan bahawa seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah saw: Wahai
Rasulullah, apakah itu agama? Rasulullah menjawab: Akhlak yang baik.
7. Akhlak yang baik dapat menghindarkan seseorang itu daripada neraka
sebaliknya akhlak yang buruk menyebabkan seseorang itu jauh dari syurga.
Sebuah hadith menerangkan bahawa, Si fulan pada siang harinya berpuasa dan
pada malamnya bersembahyang sedangkan akhlaknya buruk, menganggu jiran
tetangganya dengan perkataannya. Baginda bersabda : tidak ada kebaikan dalam
ibadahnya, dia adalah ahli neraka.

11

8. Salah satu rukun agama Islam ialah Ihsan, iaitu merupakan asas akhlak
seseorang muslim. Ihsan iaitu beribadat kepada allah seolah-olah kita
melihatNya kerana walauun kita tidak melihatNya, maka sesungguhnya Dia
melihat kita.3
Adapun Kedudukan Akhlak Dalam Islam dan Ikhsan
1. Kedudukan Akhlaq Dalam Islam
Untuk mengetahui kedudukan akhlaq dalam Islam, maka perlu diuraikan bahwa
ada tiga macam sendi Islam, yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan
yang lainnya sehingga kualitas seorang muslim selalu dapat diukur dengan
pelaksanaannya terhadap ketiga macam sendi tersebut, yang mencakup:
1. Masalah Aqidah; yang meliputi keenam macam rukun Iman, dengan
kewajiban beriman kepada Allah, Malaikat-MalaikatNya, hari akhiratNya
dan Qadar baik dan buruk yang telah ditentukanNya.
2. Masalah syariah yang meliputi pengabdian hamba terhadap TuhanNya,yang
dapat dilihat pada rukun Islam yang lima. Dan muaamalah juga termasuk
masalah syariah.
3. Masalah Ihsan; yang meliputi hubungan baik terhadap seluruh Allah SWT
terhadap sesama manusia serta terhadap seluruh makhluk di dunia ini.
Dari sinilah kita mengetahui kedudukan akhlaq dalam Islam, yang merupakan
sendi yang ketiga dengan fungsi yang selalu mewarnai sikap dan perilaku
manusia dalam memanifestasikan keimanannya, ibadahnya serta muamalahnya
terhadap sesama manusia.
Akhlaq sebagai salah satu ajaran inti dalam Islam mendapat perhatian sangat
besar. Akhlaq merupakan sisi yang mempengaruhi penilaian seorang di mata
Allah. Masyarakat Islam tidak boleh rusak tatanannya, sebagaimana halnya
umat-umat terdahulu, maka Rasulullah SAW diutus untuk menyempurnakan
3 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta: LPPI, 2007), Cet 9, hlm.6-11.

12

akhlaq mulia, sebagai suatu ajaran dalam Islam yang bermaksud untuk
memperbaiki kepribadian manusia. Akhlaq mulia selalu melengkapi sendi
keimanan untuk menuju kepada kesempurnaan kepribadian manusia.4
2. Kedudukan Akhlaq Dalam Ihsan
Nabi Muhammad SAW menjelaskan tentang agama dalam satu kalimat yang
sangat singkat, yakni ad-dinul muamalah. Agama adalah interaksi. Interaksi
yang dimaksud disini adalah hubungan timbal balik antara manusia dengan
Tuhaannya. Islam datang membawa ajaran yang mengarahkan manusia
memperbaiki hubungan antara semua pihak.
Ihsan dalam arti akhlak mulia atau pendidikan akhlak mulia sebagai puncak
keagamaan dapat dipahami juga dari beberapa hadits terkenal seperti
Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan berbagai
keluhuran budi.
Ihsan secara lahiriah melaksanakan amal kebaikan. Ihsan dalam bentuk lahiriah
ini, jika dilandasai dan dijiawai dalam bentuk rohaniah (batin) akan
menumbuhkan keikhlasan. Beramal ihsan yang ikhlas membuahkan taqwa yang
merupakan buah tertinggi dari segala amal ibadah kita. Ihsan dalam akhlak
sesungguhnya merupakan buah dari ibadah dan muamalah seseorang akan
mencapai tingkat ihsan dalam akhlaknya apabila ia telah melakukan ibadah
seperti yang menjadi harapan Rasul dalam salah satu haditsnya. Pada akhirnya ia
akan berbuah menjadi akhlak atau perilaku, sehingga mereka yang sampai pada
tahap ihsan maka ibadahnya akan terlihat jelas dalam perilaku dan karakternya.

Adapun landasan syarI ihsan yaitu:

4 Mahjuddin, Kuliah Akhlaq Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 1991), hlm.139-141.

13


Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.

BAB III
PENUTUP

14

Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan diatas dapat di ambil suatu pengajaran untuk melihat
kuat atau lemahnya Iman dapat diketahui melalui tingkah laku (akhlak) seseorang,
karena tingkah laku tersebut merupakan perwujudan dari Imannya yang ada di dalam
hati. Jika perbuatannya baik, pertanda ia mempunyai Iman yang kuat, dan jika
perbuatannya buruk maka dapat dikatakan ia mempunyai Iman yang lemah. Islam
menjadikan akhlak yang baik sebagai bukti dan buah dari ibadah kepada Allah SWT.
Misalnya: shalat, puasa, zakat dan haji.

Saran
Apabila didalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan baik dari sumber maupun penulis dan penyusunnya, Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk pembuatan
makalah kami yang selanjutnya

DAFTAR PUSTAKA
Majuddin, Akhlak Tasawuf II, Kalam Mulia, Jakarta, 2010
Nata, Abudin, Aklhak Tasawuf, 2007

15

Ilyas, Yunahar, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta: LPPI, 2007), Cet 9, hlm.6-11.


Mahjuddin, Akhlaq Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 1991), hlm.139-141.

Vous aimerez peut-être aussi