Vous êtes sur la page 1sur 28

1

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


DAERAH GORONTALO
RESOR GORONTALO

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PENGAMANAN INTELIJEN KEAMANAN
NO. DOKUMEN
SOP/SAT INTELKAM
/OPSNAL/05
DIBUAT OLEH
KAUR BIN OPS

NO. REVISI
00

HALAMAN
1/27

TANGGAL TERBIT : 10 MARET 2016


DIPERIKSA OLEH
DISAHKAN OLEH
KASAT INTELKAM
KAPOLRES GORONTALO

FEBRI NURZAN, SIK


AKP NRP 84021491

HERRI RIO PRASETYO. SIK


AKBP NRP 73060604

M. YUDI SETIAWAN
IPDA NRP 78040043

1.

Tujuan
Disusunnya Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengamanan Intelijen bertujuan untuk
memberikan gambaran secara umum tentang penyelenggaraan kegiatan-kegiatan pokok
Pengamanan sebagai salah satu fungsi intelijen di lingkungan Polri sekaligus untuk
menyamakan persepsi dan tindakan dari para pelaksana di lapangan serta memberikan
pedoman kepada Anggota Operasional dalam penyelenggara Pengamanan Intelijen secara
terarah, terencana sehingga pelaksanaan tugas Pengamanan dapat berjalan dengan aman,
tertib dan lancar.

2.

Pedoman/Acuan
2.1

Undang - undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik


Indonesia.

2.2

Undang undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang undang Hukum
Acara Pidana.

2.3

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2004, tentang


Pengamanan Obyek Vital Nasional.

2.4

Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : Skep /37/I/2005, tanggal 31 Januari 2005,
tentang Pedoman Intelijen Keamanan di lingkungan Kepolisian Negara
Republik Indonesia.

3.

2.5

Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : Skep / 990 / XII / 2005 tanggal 30 Desember
2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengamanan Intelijen Keamanan.

2.6

Perkap Kapolri Nomor 23 tahun 2010 tanggal 23 September 2010 tentang Susunan
Organisasi dan tata kerja pada tingkat Kepolisian Resor dan Kepolisian Sektor.

2.7

Rencana Kerja Satuan Intelijen Keamanan Polres Gorontalo Kota Tahun 2016.

Pengertian
Dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) ini yang dimaksud dengan :
a.

Aman.
Adalah suatu situasi dan kondisi dimana tidak ada ancaman dan atau gangguan
terhadap keamanan dan keselamatan negara dan bangsa serta keamanan dan
keselamatan jiwa, raga dan harta benda.

b.

Pengamanan.
Adalah semua usaha, pekerjaan, kegiatan dan tindakan dalam melakukan pencegahan,
penangkalan dan penanggulangan serta penegakan hukum terhadap setiap adanya
ancaman gangguan keamanan.

c.

Pengamanan Intelijen.
Adalah segala usaha, pekerjaan, kegiatan yang dilakukan secara terencana dan
terarah untuk mencegah, dan menangkal serta menemukan jejak, menggagalkan
usaha-usaha, pekerjaan dan kegiatan pihak lain / oposisi dalam melakukan sabotase,
spionase / pencurian bahan keterangan dan penggalangan yang dapat mengancam
perikehidupan masyarakat dan pelaksanaan pembangunan nasional.

d.

Pengamanan Area.
Adalah usaha, kegiatan dan pekerjaan untuk pengamanan wilayah luar daerah
tertentu.

e.

Pengamanan Kripto.
Adalah segala usaha dan kegiatan untuk mencegah agar sistem sandi / kripto yang
digunakan tidak jatuh ke tangan lawan / musuh / sasaran atau orang yang tidak
berkepentingan.

f.

Pengamanan Orang Asing.


Adalah segala usaha, pekerjaan, kegiatan dan tindakan baik langsung maupun tidak
langsung dengan menggunakan teknik dan taktik dalam bentuk perlindungan untuk

memberikan rasa aman serta kenyamanan terhadap orang asing dari segala
kemungkinan baik sebagai korban maupun pelaku kejahatan.
g.

Pengamanan Senjata Api dan Bahan Peledak Serta Bahan Berbahaya Lainnya.
Adalah segala usaha, pekerjaan dan kegiatan, yang ditujukan untuk menyelamatkan
dan mengamankan senjata api dan bahan peledak baik dalam pengadaan,
pengangkutan, pemilikan, penggunaan, penyimpanan dan pemakaian maupun
peredarannya.

h.

Pengamanan Bahan Keterangan.


Adalah tanda-tanda, gejala, fakta, masalah, peristiwa sebagai hasil usaha mempelajari,
mengetahui, meghayati dengan menggunakan panca indera tentang suatu situasi dan
kondisi.

i.

Obyek Vital.
Adalah kawasan/lokasi, bangunan/instalasi atau usaha yang menyangkut hajat hidup
orang banyak, kepentingan dan atau sumber pendapatan negara, memiliki potensi
kerawanan untuk menggoyahkan stabilitas politik dan keamanan maupun berpotensi
besar terhadap hubungan perekonomian, politik serta pertahanan dan keamanan.

j.

Obyek Vital Nasional.


Adalah kawasan/lokasi, bangunan/instansi dan/atau usaha yang menyangkut hajat
hidup orang banyak, kepentingan negara dan/atau sumber pendapatan negara yang
bersifat strategis sehingga dapat dinilai sebagai suatu sumber dan kekuatan nasional.
Obyek vital yang bersifat strategis dimaksud harus memenuhi salah satu, sebagian
atau seluruh ciri-ciri sebagai berikut :

k.

1)

Menghasilkan kebutuhan pokok sehari-hari ;

2)

Ancaman dan gangguan terhadapnya mengakibatkan bencana terhadap


kemanusiaan dan pembangunan ;

3)

Ancaman dan gangguan terhadapnya mengakibatkan kekacauan transportasi


dan komunikasi secara nasional dan/atau ;

4)

Ancaman dan gangguan terhadapnya


penyelenggaraan pemerintahan negara.

mengakibatkan

terganggunya

Kegiatan Masyarakat.
Adalah segala kegiatan masyarakat yang berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku wajib diberitahukan dan atau dimintakan ijin untuk

memperoleh penetapan dari Polri yang dapat berupa surat ijin, surat keterangan dan
surat rekomendasi.
l.

VVIP.
Adalah seseorang yang karena jabatan dan pekerjaan yang ditentukan oleh negara
merupakan orang yang perlu diberikan pengamanan ekstra khusus, karena dalam
melaksanakan jabatan dan pekerjaannya akan beresiko mendapat ancaman dan
gangguan baik pada dirinya sendiri maupun keluarganya.
Yang termasuk dalam VVIP adalah Presiden dan keluarganya, Wakil Presiden
dan keluarganya, Kepala Negara atau Kepala Pemerintahan Negara Asing atau yang
sederajat yang berada di Indonesia serta Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden
yang telah ditetapkan oleh KPU dalam Pemilihan Umum.

m.

VIP.
Adalah seseorang yang karena jabatan dan pekerjaan yang ditentukan oleh negara
merupakan orang yang perlu diberikan pengamanan, karena dalam melaksanakan
jabatan dan pekerjaannya akan beresiko mendapat ancaman dan gangguan.
Yang termasuk dalam VIP adalah aparatur negara,
masyarakat, tokoh nasional, tamu-tamu negara dan pemerintah.

4.

tokoh/

pemuka

Alat
4.1

Alat perlengkapan Pengamanan Intelijen yang digunakan meliputi :


4.1.1 Buku Harian
4.1.2 Peta Lokasi Pengamanan
4.1.3 Alat Pengamanan seperti Camera Foto Digytal, Tape Recorder, Handy camp,
Camera tersembunyi dan HT
4.1.4 Alat perlengkapan pembuatan Laporan Informasi dan Laporan Penugasan
seperti Computer, Buku Verbal, Pulpen, Kertas, tinta, ATK lainnya, Meja, Kursi
dan Flashdisc / Hardisk.

5.

4.2

Piranti pendukung lainnya;

4.3

Perundang-undangan, buku-buku dan referensi yang berkaitan dengan produk


Intelijen dan giat Pengamanan

PELAKSANAAN
5.1

Hakekat, Tujuan dan Prinsip Pengamanan.


a.

Hakekat Pengamanan.
Untuk tetap terpeliharanya situasi Kamdagri yang kondusif dimana tidak ada
kesempatan atau peluang bagi pihak lain/oposisi untuk melaksanakan
kegiatannya yang dapat mengancam atau mengganggu keamanan dan

keselamatan negara dan bangsa serta


ketentraman tubuh, jiwa dan harta benda.
b.

keamanan,

keselamatan

dan

Tujuan Pengamanan.
Terhindarnya usaha-usaha, pekerjaan dan kegiatan pihak lain / oposisi untuk
melakukan sabotase, spionase / pengumpulan bahan keterangan dan
penggalangan yang dapat menggangu keamanan, keselamatan dan
ketentraman atau merugikan di pihak sendiri.

c.

Prinsip Pengamanan.
1)

Prinsip Preventif (Pencegahan).


Kegiatan pengamanan Intelijen lebih mengutamakan pencegahan
daripada melakukan upaya penindakan / penegakan hukum.
Dalam melaksanakan kegiatan pengamanan Intelijen, lebih
mengutamakan kegiatan pencegahan dari pada penindakan/
penegakan hukum.

2)

Prinsip Memegang Teguh Tujuan.


Segala kegiatan yang dilakukan harus selalu diorientasikan kepada
tujuan yang hendak dicapai atau diwujudkan.

3)

Prinsip Tidak Mengambil Resiko.


Kegiatan yang dilakukan harus berdasarkan perencanaan yang baik
yang dilandaskan pada hasil penyelidikan yang akurat, sehingga
kemungkinan resiko yang dihadapi sudah diperhitungkan secara
matang dan dinilai sebagai kemungkinan resiko yang terkecil.

4)

Prinsip Modifikasi.
Dengan modifikasi metoda, taktik dan teknik maka usaha pengamanan
Intelijen yang dilakukan tidak berpola atau tidak monoton sehinga sulit
dikenali oleh pihak lawan atau pihak lain yang akan
mengganggu/mengancam sistem pengamanan yang dilakukan.

5)

Prinsip Kewaspadaan.
Petugas pelaksana pengamanan harus memiliki sikap kewaspadaan
tinggi dalam melaksanakan tugasnya, sehingga tidak akan dihadapkan
kepada pendadakan-pendadakan yang dilancarkan pihak lain.

6)

Prinsip Tidak Mengganggu Kebebasan Bergerak.

Petugas pelaksana pengamanan dimungkinkan untuk dapat secara


leluasa bergerak di daerah/lokasi pengamanan.

7)

5.2

Prinsip Kerjasama.
Dalam menjalankan tugasnya, petugas-petugas pengamanan harus
melakukan kerjasama dengan segenap aparat pengamanan yang ada di
daerah/lokasi pengamanan.
Sasaran Pengamanan.
a.
b.
c.
d.
e.

5.3

Terhadap
Terhadap
Terhadap
Terhadap
Terhadap

Orang
Benda
Kegiatan
Bahan Keterangan
Tempat/Lokasi

Bentuk Pengamanan Intelijen.


a.

Pengamanan Langsung.
Merupakan kegiatan pengamanan yang secara fisik dilakukan oleh personel
Intelijen terhadap obyek atau sasaran pengamanan.

b.

Pengamanan Tidak Langsung.


Suatu awal kegiatan pengamanan yang dilaksanakan dengan melakukan
pengecekan, pengawasan dan pemeriksaan secara administratif terhadap
penerbitan surat keterangan, perijinan, dan rekomendasi.

5.4

Kegiatan Pengamanan Intelijen.


a.

Subjek Pengamanan Intelijen.


Personel pengemban fungsi Intelijen.

b.

Sasaran Pengamanan Intelijen.


1)

Eksternal.
a)
b)
c)
d)
e)

Orang (pejabat VVIP/VIP, tokoh nasional, pemuka/tokoh


masyarakat,
tamu-tamu
negara
dan
pemerintah),
kelompok/organisasi tertent dan orang asing.
Benda.
(1)
Benda berharga milik negara/masyarakat.
(2)
Senjata api, bahan peledak dan bahan-bahan berbahaya.
Kegiatan perorangan, masyarakat dan pemerintah.
Bahan keterangan (rahasia negara) dan kebijakan pemerintah.
Lokasi/tempat.
Obyek vital nasional dan instalasi pemerintah

2)

c.

a)
b)

Personel Polri.
Materiil Polri.

c)
d)
e)

Kegiatan/Operasi Polri.
Bahan Keterangan Polri.
Badan/Kesatuan Polri.

Mekanisme Pengamanan Intelijen.


1)
2)
3)
4)
5)
6)

7)
5.5.

Internal.

Menyelenggarakan pengumpulan bahan keterangan terhadap sasaran


pengamanan Intelijen yang menyangkut organisasi, metoda, taktik dan
teknik, kemampuan dan kelemahannya.
Membuat rencana pengamanan Intelijen.
Melaksanakan kegiatan untuk mempersiapkan personel, sarana
prasarana pendukung dan pengarahan pelaksanaan pengamanan
Intelijen.
Melaksanakan pengamanan Intelijen sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan.
Melaksanakan pengawasan dan pengendalian mulai dari proses
perencanaan sampai dengan pelaksanaan.
Melaksanakan analisa evaluasi terhadap pelaksanaan pengamanan
Intelijen.
a)
Pelaporan.
b)
Metoda pengamanan bersifat tertutup.
Memanfaatkan teknologi Intelijen yang disesuaikan dengan kegiatan
pengamanan dan sasaran pengamanan.

Operasi Pengamanan Intelijen.


a.

Subjek Pengamanan Intelijen.


Personel pengemban fungsi Intelijen.

b.

Obyek/Sasaran Pengamanan Intelijen.


1)

Eksternal.
a)
b)

c)

Orang (pejabat VVIP/VIP, tokoh nasional, pemuka/tokoh


masyarakat,
tamu-tamu
negara
dan
pemerintah),
kelompok/organisasi tertentu dan orang asing.
Benda.
(1)
Obyek vital/obyek vital nasional.
(2)
Benda berharga milik negara/masyarakat.
(3)
Instalasi pemerintah.
Kegiatan perorangan, masyarakat dan pemerintah.
(1)
Orang asing.

d)

2)

Internal.
a)
b)
c)
d)
e)

c.

Personel Polri.
Materiil Polri.
Kegiatan/Operasi Polri.
Bahan Keterangan Polri.
Badan/Kesatuan Polri.

Mekanisme Pengamanan Intelijen.


1)

2)
3)
4)
5)
6)
7)
5.6

(2)
Senjata api, bahan peledak dan bahan-bahan berbahaya.
Bahan keterangan (rahasia negara) dan kebijakan pemerintah.

Menyelenggarakan pengumpulan bahan keterangan terhadap sasaran


pengamanan Intelijen yang menyangkut organisasi, metoda, taktik dan
teknik, kemampuan dan kelemahannya untuk penyusunan perkiraan
khusus pengamanan Intelijen.
Membuat rencana pengamanan Intelijen berdasarkan perkiraan khusus
pengamanan Intelijen.
Melaksanakan kegiatan pendahuluan dengan mempersiapkan personel,
sarana prasarana pendukung dan pengarahan pelaksanaan
pengamanan Intelijen.
Melaksanakan pengamanan Intelijen sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan.
Melaksanakan pengawasan dan pengendalian mulai dari proses
perencanaan sampai dengan pelaksanaan secara tertutup.
Melaksanakan analisa evaluasi terhadap pelaksanaan pengamanan
Intelijen.
Pelaporan.

Pengamanan terhadap VVIP/VIP.


a.

Tujuan.
Pengamanan dilaksanakan untuk mewujudkan rasa aman baik secara psikis
dan phisik dengan memberikan perlidungan dan penyelamatan terhadap
obyek atau sasaran dari segala bentuk ancaman dan gangguan dalam rangka
melakukan semua rangkaian kegiatan pada lokasi/tempat kegiatannya.

b.

Sasaran.
Sasaran pengamanan meliputi :
1)
Pribadi/phisik VVIP atau VIP termasuk keluarganya VVIP.
2)
Kegiatan yang dilakukan baik oleh VVIP atau VIP dan keluarga VVIP.
3)
Rumah tinggal/penginapan.
4)
Tempat kerja/kantor.
5)
Sarana transportasi yang digunakan.

6)

c.

Route yang dilalui pada saat melaksanakan kegiatan.

Ancaman.
Bentuk-bentuk ancaman yang mungkin akan timbul baik yang bersifat
langsung maupun tidak langsung terhadap keselamatan diri pribadi VVIP/VIP
dan keluarganya, meliputi :
1)
Intimidasi, hasutan dan penghinaan.
2)
Pembunuhan.
3)
Penganiayaan.
4)
Penculikan.
5)
Unjuk rasa, penghadangan.
6)
Sabotase.
7)
Teror.

d.

Tehnik dan Taktik Pengamanan.


1)

Melakukan pengumpulan data awal untuk mengetahui :


a)
b)
c)

Keadaan pribadi obyek/sasaran yang meliputi karakter


kepribadian, kebiasaan, hobby, dan daya tangkapnya.
Keadaan lingkungan meliputi keadaan organisasi, lingkungan
pekerjaan dan lingkungan masyarakat sekitarnya.
Permasalahan yang dialami meliputi persoalan-persoalan yang
menimbulkan ancaman baik internal maupun eksternal dan
identifikasi kemungkinan adanya lawan / orang / kelompok yang
tidak menyukainya.

2)

Pengamanan pribadi obyek/sasaran dilakukan dengan menyiapkan ADC


(Ajudan) dan pengamanan melekat artinya petugas melekat pada
obyek, mengikuti semua kegiatan obyek (kecuali hal-hal yang sangat
pribadi dan atas permintaan objek untuk tidak diikuti), agar petugas
mampu melakukan langkah perlindungan dan penyelamatan apabila
terjadi ancaman.

3)

Pengamanan kegiatan dilaksanakan dengan melakukan langkahlangkah sterilisasi lokasi kegiatan, pengamanan dan pengawalan route
dari dan menuju ke lokasi kegiatan, pengaturan pengamanan parkir
kendaraan obyek, melakukan penelitian awal (advance officer) ke lokasi
kegiatan, menyiapkan security door, melakukan pengecekan makanan
(food security) dan pengamanan tirai escape.

4)

Pengamanan pada lokasi tertutup secara teknis dilaksanakan sebagai


berikut :

10

a)
b)
c)

Melakukan sterilisasi terhadap lokasi kegiatan untuk mengetahui


adanya benda-benda berbahaya.
Melakukan pemeriksaan semua alat-alat yang bergerak maupun
tidak bergerak yang akan digunakan oleh obyek/sasaran.
Adakan pengecekan terhadap sarana penyelamatan, seperti :
(1)
(2)
(3)
(4)

d)
e)
f)

5)

Mengawasi dan menjaga keamanan tempat-tempat yang akan


atau mungkin digunakan oleh VVIP/VIP, seperti : toilet, tempat
istirahat/rias, tidak boleh digunakan oleh orang lain.
Tempatkan orang yang loyalitas tinggi/baik, berada disekitar
VVIP/VIP.
Apabila VVIP/VIP meninggalkan tempat acara, petugas
pengamanan harus memeriksa kembali tempat yang digunakan
olehnya, kemungkinan ada benda/barang miliknya yang
tertinggal.

Pengamanan pada lokasi terbuka.


a)
b)
c)
d)
e)

6)

Escape (route pelolosan).


VIP Room.
Kendaraan penyelamatan.
Pemadam kebakaran (bila diperlukan).

Membuat barikade dengan menempatkan petugas Intelijen atau


massa positif dibarisan paling depan/ dekat dengan
obyek/sasaran.
Menyebar petugas Intelijen berada diantara massa.
Komunikasi antar petugas harus tetap terpelihara dengan baik.
Petugas harus menguasai sepenuhnya kondisi dan situasi
bangunan bertingkat maupun pohon yang tinggi berada disekitar
tempat kegiatan.
Persiapan route pelolosan (escape) dan safe house.

Pengamanan penginapan.
a)
b)

c)
d)
e)
f)

Mengadakan koordinasi dengan pimpinan hotel/ penginapan


dalam rangka rencana penggunaan tempat dan meminta kunci
cadangan ruangan/kamar yang akan digunakan.
Mengadakan pemeriksaan terhadap ruangan/kamar dari
kemungkinan adanya alat-alat yang akan membahayakan,
seperti bom waktu, usaha penyadapan ataupun pemotretan
secara rahasia.
Mengadakan
pemeriksaan
terhadap
perlengkapan
diruangan/kamar seperti tempat tidur, meja, kursi, pintu-pintu,
jendela, lemari, TV, alat telephone, tirai, jam dinding, lukisan.
Menempatkan/mengatur penjagaan.
Mengawasi penyelenggaraan makan/minum untuk VVIP/VIP
termasuk security clearance para pelayan yang akan melayani.
Persiapan route pelolosan (escape) dan safe house.

11

g)

7)

Apabila VVIP/VIP telah meninggalkan penginapan, petugas


pengamanan memeriksa kembali ruangan/ tempat yang telah
digunakan, kemungkinan ada benda/barang milik VVIP/VIP yang
tertinggal.

Pengamanan perjalanan.
Dari/ke tempat kegiatan dengan menggunakan kendaraan mobil :
a)

8)

Mengadakan koordinasi untuk menentukan susunan parkir


kendaraan VVIP/VIP dan rombongan termasuk pembuka jalan.
b)
Menentukan susunan konvoi.
c)
Mengadakan koordinasi dengan aparat terkait untuk melanjutkan
route utama dan route cadangan.
d)
Kendaraan VVIP/VIP harus di chek dahulu kondisinya termasuk
pengemudinya, kalau perlu siapkan kendaraan cadangan.
e)
Selama dalam perjalanan konvoi harus tetap dilindungi oleh
petugas dan konvoi jangan sampai terhambat.
Pengamanan obyek bila berjalan kaki.
a)
b)
c)
d)

9)

Mengadakan koordinasi dan menentukan formasi pengawalan.


Menempatkan petugas yang berpakaian dinas di depan
rombongan untuk mengamankan route perjalanan.
Selama perjalanan VVIP/VIP harus tetap dilindungi oleh petugas
dan perjalanan jangan sampai terhambat.
Persiapkan route pelolosan (escape).

Pengamanan di tempat tinggal.


Dilakukan dengan memberikan penjagaan secara tetap dengan
pengamanan bersifat terbuka.

10)

Pengamanan di tempat kerja.


Dilakukan dengan pengamanan tertutup di tempat kerja dan sebelum
VVIP/VIP sampai di tempat kerja diadakan sterilisasi.

11)

Pengamanan keluarga.
Dilakukan pengamanan melekat dan diberikan ajudan khususnya
kepada isteri obyek/sasaran.

12)
5.7.

Pelaksanaan pengamanan khusus terhadap VVIP/VIP akan diatur lebih


lanjut didalam piranti lunak tersendiri.

Perorangan, Kelompok/Organisasi Masyarakat dan Pemerintah.


a.

Perorangan.

12

1)

Tujuan Pengamanan
Mewujudkan terciptanya rasa aman sehingga dapat melaksanakan
kegiatan tanpa adanya ancaman dan gangguan baik dari perorangan
maupun kelompok/ organisasi masyarakat tertentu dan pemerintah.

2)

Sasaran Pengamanan.
Sasaran pengamanan terhadap seseorang meliputi :
a)
b)
c)

3)

Pribadi/phisik perorangan (tokoh masyarakat) tertentu.


Tempat Kegiatan.
Route perjalanan

Ancaman.
Adapun yang menjadi ancaman bagi perorangan adalah sebagai berikut
:
a)
b)
c)
d)
e)

4)

Teknik dan Taktik Pengamanan.


a)

b)

c)
b.

Teror
Pembunuhan
Penganiayaan
Sabotase
Penculikan

Pengamanan langsung, dengan jalan menurunkan petugaspetugas Pengamanan Intelijen secara langsung baik terhadap
pribadi yang bersangkutan maupun kegiatan yang dilakukan
agar
petugas
dapat
memberikan
perlindungan
dan
penyelamatan.
Pengamanan tidak langsung, dengan jalan melakukan
pengecekan, pengawasan dan pemeriksaan secara administrasi
terhadap :
(1)
Penerbitan Ijin.
(2)
Penerbitan Surat Keterangan.
(3)
Penerbitan Rekomendasi.
Pengebalan perorangan/tokoh masyarakat terhadap usaha
penggalangan lawan/oposisi.

Kelompok/Organisasi Masyarakat.
1)

2)

Tujuan Pengamanan
Memberikan perlindungan dan penyelamatan terhadap obyek atau
sasaran dari segala bentuk ancaman dan gangguan dalam rangka
melakukan semua rangkaian kegiatan pada lokasi/tempat kegiatannya.
Sasaran Pengamanan.

13

Sasaran pengamanan terhadap kelompok/ organisasi masyarakat


meliputi :
a)
Kegiatan rapat.
b)
Kegiatan pertemuan.
c)
Kegiatan seminar
d)
Kegiatan diskusi
e)
Kegiatan unjuk rasa
3)

4)

c.

Ancaman.
Bentuk-bentuk ancaman dan gangguan terhadap kelompok/organisasi
masyarakat, sebagai berikut :
a)
Penggalangan lawan.
b)
Perkelahian antar kelompok.
c)
Teror.
Teknik dan Taktik pengamanan.
a)
Melakukan deteksi sekaligus kegiatan pengamanan untuk
mencegah dan menggagalkan kegiatan penggalangan /
provokasi / agitasi pihak lawan / oposisi yang ditujukan terhadap
masyarakat/tokoh masyarakat tertentu.
b)
Secara fisik menurunkan personel pengamanan hadir dalam
setiap kegiatan masyarakat tertentu guna memantau sekaligus
mendeteksi untuk menemukan setiap perbuatan yang dapat
merugikan masyarakat/ tokoh masyarakat tertentu.
c)
Melakukan pengamanan secara tidak langsung melalui kegiatan
administrasi perizinan seperti screening, surat ijin, surat
keterangan, rekomendasi, Surat Keterangan Lapor Diri (SKLD),
Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK), dan sebagainya.
d)
Meningkatkan kewaspadaan terhadap kelompok masyarakat
tertentu yang berbahaya.

Pemerintah.
1)

Tujuan Pengamanan.
a)

Secara umum.
Terwujudnya pelaksanaan program pembangunan nasional yang
disusun baik dibidang Ideologi, politik, ekonomi, sosial dan
budaya, pertahanan dan keamanan dapat berjalan sesuai
dengan yang diharapkan tanpa adanya ancaman dan gangguan.

b)

Secara khusus.
(1)

Terciptanya situasi ideologi politik yang kondusif dimana


seluruh kegiatan masyarakat dan orpol dapat berjalan
dalam rangka menumbuhkan kehidupan demokrasi secara
maksimal.

(2)

Ekonomi.

14

(a)

(b)
(c)

(3)

Sosial budaya.
(a)
(b)
(c)

(4)

(b)
(c)
(d)

Tetap tegaknya hukum dan setiap orang memiliki


kedudukan yang sama.
Setiap rakyat memiliki kesadaran yang tinggi
bahwa keamanan merupakan tanggung jawab
bersama.
Dengan tingkat keamanan yang tinggi, rakyat
dapat menjalankan kegiatan / usahanya tanpa
adanya rasa takut.
Dengan
memiliki
tingkat
keamanan
akan
mendukung aspek-aspek lain seperti meningkatnya
pariwisata, masuknya investasi dari luar negeri,
serta meningkatnya kepercayaan dunia terhadap
Negara Indonesia.

Sasaran Pengamanan.
a)
b)
c)
d)
e)

3)

Indonesia sebagai salah satu bangsa di dunia yang


memiliki tempat yang sejajar dengan bangsabangsa lain.
Terpeliharanya kultur budaya bangsa Indonesia
dengan keanekaragaman suku bangsanya
Agar kultur budaya bangsa tidak mudah
terpengaruh oleh budaya asing yang dapat
menghancurkan bangsa Indonesia.

Keamanan.
(a)

2)

Tercapainya
pertumbuhan
ekonomi
secara
maksimal sehingga kehidupan rakyat dapat lebih
baik dan tercapainya tingkat kemakmuran yang
lebih tinggi.
Berjalannya usaha masyarakat secara maksimal
dalam mendukung program pemerintah khususnya
di bidang ekonomi
Tingkat kepercayaan dunia internasional terhadap
Indonesia membaik sehingga investasi dari luar
negeri masuk dan menanamkan modalnya.

Pejabat pemerintah baik fisik maupun psikis yang mengemban


tugas dan tanggung jawab di tiap-tiap departemen.
Seluruh lembaga tinggi negara.
Seluruh departemen sebagai pelaksana program pembangunan.
Seluruh kebijakan pemerintah dari tingkat pusat sampai daerah.
Hasil pelaksanaan program pembangunan yang lalu.

Ancaman.

15

Adapun yang menjadi ancaman terhadap kegiatan pemerintah dapat


kita lihat dari beberapa aspek, yaitu :
a)

Ancaman dari kondisi Gatra Ideologi.


(1)
(2)
(3)

b)

Bahaya yang paling mendasar di bidang ideologi adalah


ajaran, faham, ideologi yang membahayakan Pancasila.
Untuk menempuh cara dan saluran yang bertentangan
dengan asas-asas demokrasi Pancasila, konstitusi dan
hukum.
Ancaman faktual dari Gatra yang sering muncul
kepermukaan, yaitu agitasi massa terhadap pemerintah
secara langsung/tidak langsung, pecah belah partai
politik, selewengkan haluan negara dan gagalkan
kebijaksanaan politik pemerintah.

Ancaman dari kondisi Gatra Politik.


Ancaman dari kondisi Gatra politik dapat muncul dari pembuat
kebijaksanaan politik/pejabat pemerintah (Presiden dan MenteriMenterinya) yang dapat mempengaruhi kondisi politik, adalah:
(1)

(2)

(3)

(4)
(5)

Undang-Undang tentang otonomi daerah (OTDA) yang


dalam pelaksanaannya dapat mempengaruhi jalannya
pemerintahan, dimana masing-masing daerah menjadi
eksklusif terhadap daerah lain, terutama dalam
menentukan pejabat-pejabat daerah dan aparatur Pemda
yang cenderung dimonopoli putra daerah rawan terhadap
separatisme, menuju negara federal.
Keputusan pemerintah dalam pelaksanaan Pilkada secara
langsung, mengandung kerawanan baik dari segi money
politik maupun bentrok massa dari masing-masing
kontestan.
Kebijaksanaan pemerintah masalah tanah untuk
pembangunan mengakibatkan kecurigaan masyarakat
luas, khususnya tanah-tanah milik rakyat yang terkena
jalur-jalur pembangunan pemerintah.
Keputusan politik pemerintah tentang NAD, Konperensi
Helsinki, mengandung kerawanan politik, GAM akan
bergerak di bidang politik untuk mencapai tujuannya.
Keputusan pemerintah yang kurang tepat dalam
menangani berbagai konflik antara pusat dan daerah
menyebabkan reaksi dari warga negara di suatu daerah
rawan terhadap pemisahan kekuasaan terhadap NKRI
(UU/03/2002).

16

(6)
(7)

c)

Ancaman dari Gatra Ekonomi.


(1)

(8)
(9)
(10)
(11)

(12)

Masalah tapal batas regional maupun nasional (kebijakan


pemerintah), misal : Sipadan Ligitan, Pulau Pasir dan
Ambalat.
Kebijakan dalam berpolitik demokrasi untuk memberikan
kebebasan untuk membentuk Parpol.

Apabila akibat-akibat negatif dari persaingan ekonomi


dunia Internasional dan sulit dikendalikan.
(2)
Perimbangan kekuatan dalam persaingan kekuatan dan
persaingan bebas dibidang ekonomi terletak pada peran
ilmu pengetahuan dan teknologi (negara-negara industri
maju).
(3)
Laju pertumbuhan penduduk dan penyebaran yang belum
merata, menyebabkan sulit meningkatnya taraf hidup,
pemerataan, kesempatan belajar, lapangan kerja dan
sebagainya.
(4)
Masalah tanah yang semakin langka, cepat sekali menjadi
masalah emosional dan sulit dikendalikan (sertifikat,
penggusuran, pemilikan melampaui batas, spekulasi,
pendudukan tanah liar, tanah kritis, pelayanan/sikap
aparat).
(5)
Menurunnya pertumbuhan ekonomi, berkurangnya
peluang kerja baru dan terjadinya pemutusan hubungan
kerja juga menimbulkan kondisi yang rawan.
(6)
Monopoli yang merugikan rakyat dan membahayakan citra
keadilan sosial dan pemerataan
yang tengah
dikembangkan saat ini (konglomerat/group).
(7)
Kemungkinan meningkatnya kecemburuan sosial sebagai
akibat dari semakin tajamnya kesenjangan ekonomi dan
ketidakadilan dalam dunia usaha.
Debirokratisasi dan deregulasi justru dapat memungkinkan
timbulnya gaya baru yang menghambat, bila tidak didukung
undang-undang dan peraturan yang tepat.
Kemungkinan timbulnya dampak negatif pembangunan ekonomi
terhadap kelestarian lingkungan sebagai akibat dari pengelolaan
dan pendayagunaan sumber daya alam yang kurang tepat.
Kemungkinan terjadinya konsentrasi
kekuatan ekonomi yang
mengarah pada
monopoli.
Sikap proteksionisme baik melalui tarif maupun non tarif dapat
menghambat masuknya barang-barang ekspor ke pasar yang
dituju, apalagi pada saat ini Indonesia sedang mengembangkan
industri yang berorientasi pada perdagangan internasional/
perdagangan bebas.
Resistensi negara-negara maju terhadap ekspor barang-barang
industri dari negara-negara berkembang. Keadaan tersebut
mempunyai pengaruh negatif yang cukup berarti bagi Indonesia.

17

(13)

(14)
(15)

Lambatnya alih teknologi dari negara-negara maju disebabkan


niat
yang
tidak
sepenuhnya
dari
mereka
untuk
mentransformasikan teknologi yang dimiliki, disamping masih
kurangnya penguasaan teknologi dan tersedianya tenaga kerja
industrial dalam negeri dapat merupakan hambatan dalam upaya
peningkatan produktifitas industri dan produktifitas nasional.
Adanya kesenjangan pembangunan ekonomi dan peningkatan
pembangunan antar wilayah / daerah nusantara juga merupakan
kerawanan.
Bentuk ancaman faktual yang muncul ke atas permukaan dari
gatra ekonomi antara lain :
i.
ii.
iii.
iv.

d)

Ancaman dari kondisi Gatra Sosial Budaya.


(1)
(2)

(3)

(4)

(5)
(6)
(7)

(8)
e)

Perdagangan bebas Asia 2013 yang berdampak kalah


bersaingnya produk dalam negeri.
Perdagangan bursa saham yang tidaksehat
Pembuatan dan pengedaran uang palsu.
Pencurian terhadap kekayaan negara, illegal logging,
illegal minning, illegal fishing, penyelundupan, perbankan,
perpajakan, HAKI.

Bidang budaya/kultur, adanya perbedaan budaya/kultur, etnis


dan berkembangnya sikap primordialisme sempit.
Bidang agama, berkembangnya agama dan aliran/ajaran sesat
sebagai dampak liberalisasi, fanatisme dan radikalisme serta
adanya sikap pro kontra masyarakat terhadap kebijakan
pemerintah tentang pendirian rumah/tempat ibadah.
Bidang pertanahan, adanya lahan Hak Guna Usaha (HGU) PT.
Perkebunan yang dikelola oleh BUMN atau swasta diterlantarkan
digarap oleh masyarakat petani secara illegal serta adanya
peningkatan aktivitas penggusuran lahan/tanah masyarakat
untuk kepentingan umum.
Bidang kesehatan, berkembangnya issue penyebaran wabah
penyakit yang dapat mengakibatkan kematian terhadap manusia
yang asal usul dan penyebabnya masih sulit diketahui secara
cepat, seperti wabah flu burung, folio dan anthrax.
Bidang pendidikan, perbedaan pemahaman dan belum
mantapnya pelaksanaan sistem pendidikan nasional.
Bidang Iptek, perkembangan Iptek yang sangat cepat dan pesat
dimanfaatkan untuk propaganda budaya asing/liberalisme.
Bidang ketenagakerjaan dan perburuhan, adanya peningkatan
jumlah penduduk yang tidak diimbangi dengan perluasan
lapangan pekerjaan dan tuntutan upah minimum propinsi serta
PHK.
Penyakit masyarkat yang penanganannya belum optimal dan
perkembangannya masih sulit untuk dicegah.

Ancaman dari Kondisi Gatra Keamanan.

18

(1)
(2)
(3)

(4)

4)

Dengan lemahnya daya beli masyarakat banyaknya angka


pengangguran, pola hidup konsumtif merupakan pemicu untuk
terjadinya ancaman terhadap keamanan umum.
Kejahatan terhadap keamanan umum yang menggunakan
senjata api yang diakibatkannya masih banyaknya beredar sejata
api ilegal.
Dengan ada demokratisasi, transparansi dan HAM peluang
menyampaikan pendapat terbuka lebar, sehingga dapat
menimbulkan konflik kepentingan, konflik vertikal/separtis dan
konflik horizontal.
Perkembangan situais global membuat antar negara tanpa batas
dan dapat memicu berkembangnya kejahatan yang bersifat
transnasional.

Teknik dan taktik pengamanan.


Dengan melihat begitu luasnya sasaran pengamanan dalam kegiatan
pemerintah maka pelaksanaan pengamananpun perlu dilaksanakan secara
konsepsional apalagi dengan melihat ancaman yang begitu tinggi. Untuk hal
tersebut Polri tidak dapat berdiri sendiri didalam melaksanakan tugas terhadap
seluruh kegiatan pemerintah.
a)

Subyek pengamanan
Dilihat dari organisasi secara berjenjang pelaksanaan pengamanan
kegiatan disesuaikan dengan fungsi dan tanggung jawab dari organisasi
intelijen yang disesuaikan dengan struktur pemerintah yang ada.
(1)

Untuk, tingkat pusat oleh Badan Intelijen Keamanan Polri.


(2)
(3)

b)

Tingkat I, oleh Direktorat Intelijen Keamanan Kepolisian


Daerah.
Tingkat II, oleh Satuan Intelijen Keamanan Kepolisian Res
/ ta.

Dilihat dari sifat pengamanan.


Sifat pengamanan terhadap kegiatan pemerintah dilaksanakan
secara tertutup atau tersamar, dengan jalan :
(1)
(2)

(3)

Melakukan deteksi sekaligus mencegah terhadap


kemungkinan adanya ancaman agar tidak mengganggu
kegiatan pemerintah.
Melakukan pemeriksaan terhadap ruangan/ tempat
kegiatan pemerintah dari kemungkinan adanya alat-alat
yang dapat membahayakan serta tidak lancarnya kegiatan
pemerintah dalam merumuskan kebijakan pemerintah.
Melakukan pengamanan secara tertutup terhadap proses
pencalonan seseorang pejabat/ Pilkada.

19

5.8.

Orang Asing.
a.

Tujuan.
Terciptanya rasa aman bagi orang asing baik secara phisik maupun dalam
melakukan kegiatannya di Indonesia dengan berbagai status dan
kepentingannya.

b.

Sasaran
1)
Orang asing berikut dokumennya
2)
Tempat tinggal / akomodasi orang asing
3)
Tempat bekerja orang asing
4)
Route perjalanan orang asing
5)
Tempat hiburan / wisata / olah raga.
6)
Pelabuhan udara / laut

c.

Ancaman
1)
Pencurian.
2)
Terror.
3)
Sabotase.
4)
Penculikan.
5)
Pemerasan.
6)
Penyanderaan
7)
Pembunuhan.
8)
Penganiayaan.

d.

Teknik dan taktik


1)

2)

3)

Kegiatan pengamanan orang asing dilakukan dengan jalan melakukan


pengawasan orang asing, sebagaimana yang diatur dalam UndangUndang Nomor 9 Tahun 1992, tentang Keimigrasian dan Peraturan
Pemerintah No. 31 Tahun 1994, tentang Pengawasan Orang Asing serta
peraturan perundang-undangan lainnya yang berkenaan dengan orang
asing.
Mengeluarkan Surat Keterangan Jalan(SKJ)/Surat Keterangan Bepergian
(SKB) bagi orang asing yang akan mengadakan perjalanan ke daerahdaerah.
SKJ diberikan kepada orang asing pengunjung jangka pendek terutama
pemegang visa kunjungan usaha dan sosial budaya, sedangkan bagi
pemegang visa turis yang akan berkunjung ke daerah-daerah tertentu
yang dianggap rawan diwajibkan memiliki SKJ dari Polri.
Mengadakan pengawasan orang asing secara tidak langsung dalam
bentuk mengadakan pengawasan secara administratif terhadap
pelaksanaan kewajiban orang asing untuk melaporkan diri pada Polri
dalam bentuk SKLD, STM dan formulir A dan mengeluarkan SKCK bagi
orang asing yang memerlukannya.

20

4)
5)

6)

7)
8)
9)
10)
11)
12)

13)

14)

15)

5.9.

Mengadakan pengawasan secara periodik terhadap terselenggaranya


kewajiban
hotel,
rumah
penginapan
untuk
melakukan
pengisian/pencatatan formulir A oleh tamu-tamu asing.
Mengadakan pengawasan terhadap kewajiban setiap orang asing baik
Warga Negara Indonesia (WNI) maupun Warga Negara Asing (WNA)
yang ketempatan tamu asing untuk melaporkan kepada Polri terdekat
dalam waktu 1 x 24 jam.
Mengadakan langkah-langkah penangkalan terhadap kemungkinan
masuknya orang-orang asing yang tidak diinginkan kehadirannya di
dalam wilayah RI dan penghambatan terhadap orang-orang asing yang
akan meninggalkan atau keluar dari wilayah RI karena alasan pidana
ataupun politis. Tindakan penangkalan maupun penghambatan
dilaksanakan secara berkoordinasi dengan Ditjen Imigrasi dan unsurunsur/instansi-instansi yang ada kaitannya dengan bidang pengawasan
orang asing. Setiap penangkalan maupun penghambatan dicatat dalam
suatu daftar hitam (black list).
Mengambil foto dan sidik jari dari setiap orang asing.
Mengadakan pengawasan terhadap lokasi perusahaan PMA dan PMDN
yang menggunakan tenaga kerja asing.
Melakukan kegiatan Intelijen terhadap kegiatan orang asing perwakilan
asing atau orang asing pendatang lainnya yang dicurigai melakukan
kegiatan spionase, sabotase dan penggalangan.
Mengadakan koordinasi dengan instansi lintas sektoral yang mempunyai
kewenangan dalam bidang orang asing.
Memberikan tindakan pengamanan dan perlindungan terhadap orang
asing dari setiap gangguan atau ancaman baik berasal dari dalam
maupun dari luar negera apapun motifnya.
Melakukan penyelidikan untuk mendapatkan barang bukti dan
kesaksian dalam pelanggaran Undang-Undang No. 9 Tahun 1992 dan
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1994, tentang Pengawasan
Orang Asing.
Melaksanakan penyelidikan untuk mendapatkan alat pembuktian
tentang keterlibatan dalam kasus-kasus pidana umum maupun khusus
untuk selanjutnya apabila cukup bukti diserahkan pada unsur
operasional/penyidik Polri yang berwenang.
Melakukan penyelidikan untuk mendapatkan alat pembuktian tentang
kasus-kasus pidana yang dilakukan terhadap orang asing, untuk
selanjutnya diserahkan pada unsur operasional/ penyidik Polri yang
berwenang menanganinya.
Memberikan pertolongan secukupnya terhadap orang asing yang
diketemukan meninggal dunia dengan membantu pengurusan surat
kematian dan berkoordinasi dengan unsur Reskrim serta perwakilan
(Konsul, Kedubes) yang berkaitan dengan status kewarganegaraan
orang asing dimaksud.

Obyek Vital/Obyek Vital Nasional dan Instalasi Pemerintah.


a.

Tujuan.

21

b.

Terwujudnya rasa aman terhadap perorangan (secara phisik maupun psikis)


dan instalasi dilingkungan obyek vital/obyek vital nasional dan instalasi
pemerintah serta terciptanya kegiatan produksi dan distribusi secara tertib.
Sasaran.
1)

Bangunan phisik dan sarana prasaran dapat dikategorikan menjadi :


a)

Bangunan phisik.
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

b)

Sarana dan prasarana.


(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

c.

Gedung dan bangunan strategis.


Pertambangan dan telekomunikasi.
Perusahaan air minum dan bahan bakar minyak.
Energi/pembangkit tenaga listrik.
Industri strategis.

Alat peralatan.
Bahan baku/bahan utama.
Instalasi.
Saluran pembuangan/limbah.
Transportasi

2)

Area obyek vital/obyek vital nasional.

3)

Perorangan.
a)
Manager (unsur pimpinan).
b)
Tenaga kerja/karyawan.
c)
Keluarga.
d)
Tamu.

4)

Kegiatan/hasil produksi dan distribusi.

Ancaman dan gangguan keamanan.


1)

Bentuk-bentuk ancaman yang paling mungkin timbul dan berpotensi


membahayakan kelangsungan berfungsinya obyek vital nasional, antara
lain :
a)
b)
c)
d)
e)
f)

Spionase, subversi dan penggalangan lawan.


Terganggunya produksi yang dihasilkan.
Ditariknya investasi oleh investor.
Rusaknya lingkungan sekitar obyek vital nasional yang dapat
memicu masalah sosial.
Tidak tercapainya target keuntungan sehingga menyebabkan
pengurangan tenaga kerja.
Musnahnya asset yang dimiliki perusahaan

22

2)

Bentuk-bentuk gangguan dalam bentuk tindak pidana maupun non


pidana, antara lain :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
l)
m)

d.

Sabotase / pengrusakan.
Pencurian.
Pembunuhan / penganiayaan.
Penyanderaan dan teror.
Pembakaran.
Penculikan.
Penipuan / penggelapan.
Penyerobotan tanah.
Pencemaran lingkungan.
Aksi mogok kerja / unjuk rasa.
Kecelakaan kerja.
Gangguan binatang buas.
Bencana alam.

Teknik dan taktik.


1)

Terhadap sasaran bangunan phisik/sarana dan prasarana


vital/obyek vital nasional.
a)
b)

c)

2)

Melakukan deteksi sedini mungkin terhadap ancaman fisik


terutama usaha-usaha sabotase baik berasal dari dalam maupun
dari luar obyek vital/obyek vital nasional.
Mencegah
dan
menggagalkan
setiap
kegiatan
sabotase/pengrusakan dan aksi teror bom terhadap bangunan
fisik obyek vital/obyek vital nasional.
Mencegah dan menghindarkan akibat dan kerugian bagi
bangunan fisik obyek vital/obyek vital nasional dari peristiwa
bencana alam.

Terhadap sasaran area dilingkungan obyek vital/obyek vital nasional.


a)
b)

3)

obyek

Mendeteksi sedini mungkin kemungkinan terciptanya potensi


gangguan atau faktor korelatif kriminogen (FKK) didalam dan
diluar lingkungan obyek vital/obyek vital nasional.
Memberikan masukan menyangkut desain dan penyempurnaan
efektivitas system pengamanan obyek vital/obyek vital nasional,
meliputi kebutuhan personel, sarana dan prasarananya,
berdasarkan hasil deteksi Intelijen.

Terhadap sasaran perorangan di lingkungan obyek vital / obyek vital


nasional.
a)

Melakukan deteksi dini untuk menemukan dan mengidentifisir


setiap kegiatan atau tindakan yang dapat membahayakan dan

23

b)

c)
d)
e)
f)
4)

merugikan personel/ perorangan obyek vital/obyek vital nasional


dengan jalan pengumpulan bahan keterangan melalui teknik
wawancara dan interogasi.
Meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan adanya
kegiatan atau tindakan lawan dengan teknik :
(1)

Pengebalan personel/perorangan obyek vital/obyek vital


nasional terhadap usaha penggalangan lawan.

(2)

Peningkatan kewaspadaan terhadap personel/ perorangan


obyek vital/obyek vital nasional yang berbahaya.

Mencegah
dan
menggagalkan
setiap
kegiatan
penggalangan/subversi lawan yang ditujukan terhadap
perorangan dilingkungan obyek vital/obyek vital nasional.
Mencegah dan menghindarkan bahaya dan kerugian bagi
perorangan dilingkungan obyek vital/obyek vital nasional dari
peristiwa bencana alam.
Mengikuti perkembangan Steaming Belt (kisaran suara)
dikalangan personel/perorangan obyek vital/obyek vital nasional.
Mengefektifkan pengawasan terhadap orang asing yang bekerja
di obyek vital/obyek vital nasional.

Terhadap sasaran kegiatan/hasil produksi dan distribusi.


a)
b)

c)
d)

Melakukan deteksi sedini mungkin terhadap perkembangan


situasi dan kondisi yang menyangkut kegiatan/proses maupun
hasil produksi dan distribusi obyek vital/obyek vital nasional.
Mencegah dan menggagalkan usaha-usaha, perbuatan dan
tindakan penyimpangan (penimbunan, pencurian) dari pihakpihak tertentu yang dapat mengganggu operasionalisasi obyekobyek vital/obyek vital nasional maupun merugikan masyarakat
pengguna.
Mengawasi terhadap mekanisme pemasukan, pendistribusian,
penyimpanan dan penggunaan bahan peledak yang digunakan
obyek vital/obyek vital nasional.
Menemukan dan mengungkap setiap kegiatan dan tindakan yang
dapat mengganggu dan merugikan kegiatan maupun penyaluran
hasil produksi dengan jalan pengumpulan bahan keterangan
melalui teknik wawancara, interogasi dan penelitian terhadap
barang bukti.

5.9.1 Senjata Api, Bahan Peledak dan Bahan berbahaya.


a.

Tujuan.
Terhindarnya peredaran senjata api dan bahan peledak non organik TNI/Polri
serta bahan-bahan berbahaya lainnya secara illegal dikalangan masyarakat
sekaligus untuk pengamanan senjata api dan bahan peledak non organik

24

TNI/Polri baik secara langsung di lapangan, sejak impor/ekspor, pembelian/


penjualan, pemilikan, penyimpanan, pengangkutan, penggunaan dan
pemusnahannya agar sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku maupun pengamanan tidak langsung dalam bentuk pengawasan
administratif.
b.

Sasaran
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

c.

Ancaman
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

d.

Kegiatan produksi, senjata api dan bahan peledak non organik TNI/Polri
serta bahan berbahaya lainnya.
Kegiatan impor/ekspor senjata api dan bahan peledak non organik
TNI/Polri serta bahan berbahaya lainnya.
Kegiatan perdagangan senjata api dan bahan peledak non organik
TNI/Polri serta bahan berbahaya lainnya.
Dokumen kepemilikan senjata api dan bahan peledak non organik
TNI/Polri serta bahan berbahaya lainnya.
Kegiatan penyimpanan senjata api dan bahan peledak non organik
TNI/Polri serta bahan berbahaya lainnya.
Kegiatan pengangkutan senjata api dan bahan peledak serta bahan
berbahaya lainnya.
Kegiatan penggunaan senjata api dan bahan peledak serta dan bahan
berbahaya lainnya.
Kegiatan pemusnahan senjata api dan bahan peledak serta bahan
berbahaya lainnya.

Pembuatan/produksi senjata api dan bahan peledak secara illegal.


Pemalsuan dokumen pendukung impor/ekspor senjata api dan bahan
peledak.
Perdagangan gelap senjata api dan bahan peledak serta bahan
berbahaya lainnya.
Pemalsuan dokumen izin kepemilikan senjata api dan bahan peledak
serta bahan berbahaya lainnya.
Penyelundupan senjata api dan bahan peledak serta bahan berbahaya
lainnya dari luar negeri.
Penggunaan senjata api dan bahan peledak oleh kelompok
ekstrim/separatis/teroris.
Pembunuhan, pencurian dengan kekerasan, ancaman dengan
kekerasan dan penganiayaan berat dengan menggunakan senjata api
illegal.
Penggunaan senjata api dan bahan peledak untuk kepentingan lain
yang tidak dapat dipertanggungjawabkan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Teknik dan taktik


1)

Deteksi.

25

a)
b)
c)
d)
e)
f)

2)

Pengamanan secara tertutup.


a)
b)
c)
d)
e)
f)

3)

Mendeteksi kegiatan penggunaan senjata api, bahan peledak


dan bahan berbahaya lainnya yang tidak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Mendeteksi kegiatan produksi/pembuatan senjata api dan bahan
peledak secara gelap (illegal).
Mendeteksi kegiatan perdagangan gelap senjata api dan bahan
peledak serta bahan berbahaya lainnya dari luar negeri.
Mendeteksi kegiatan penyelundupan senjata api da bahan
peledak serta bahan berbahaya lainnya dari luar negeri.
Mendeteksi kegiatan kelompok ekstrim/separatis/ teroris dengan
menggunakan senjata api dan bahan peledak illegal.
Mendeteksi kegiatan penggunaan senjata api dan bahan peledak
untuk kepentingan lain yang tidak dapat dipertanggungjawabkan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Melakukan pengamanan dalam pembuatan/ produksi bahan


peledak non organik TNI/Polri.
Melakukan pengamanan dalam pengangkutan bahan peledak
non organik TNI/Polri.
Melakukan pengamanan dalam penyimpanan senjata api non
organik TNI/Polri peruntukan olah raga (Perbakin).
Melakukan pengamanan dalam penyimpanan bahan peledak non
organik TNI/Polri.
Melakukan pengamanan dalam penggunaan bahan peledak non
organik TNI/Polri.
Melakukan pengamanan dalam kegiatan pemusnahan senjata api
dan bahan peledak non organik TNI/Polri yang sudah tidak layak
pakai (kadaluarsa).

Pengamanan tidak langsung dalam bentuk pengamanan / pengawasan


administratif terhadap perizinan senjata api dan bahan peledak non
organik TNI/Polri sesuai ketentuan yang berlaku.

5.9.2 Bahan Keterangan.


a.

Tujuan.
Mencegah, menemukan jejak, menggagalkan, melumpuhkan, menghancurkan
dan menyidik usaha-usaha, pekerjaan kegiatan-kegiatan spionase , sabotase
dan penggalangan pihak lawan atau pembocoran oleh pihak sendiri karena
kelalaian, kealpaan, kesengajaan terhadap bahan keterangan ( dokumen /
informasi ) berupa tulisan, gambar, film, kaset, komputer dan persandian
yang paling berharga baik oleh Negara, instansi pemerintah maupun oleh
lawan.

b.

Sasaran pengamanan terhadap bahan keterangan, meliputi :

26

1)
2)
3)
4)
5)
6)
c.

Dokumen.
Bahan keterangan yang berklasifikasi sangat rahasia/ rahasia.
Gambar, photo, film, CD, yang ada hubungan dengan soal yang harus
dirahasiakan.
Catatan harian dari kepala kesatuan/instansi pemerintah.
Rekaman yang berhubungan dengan operasi.
Hasil penelitian pemerintah yang bersifat rahasia.

Ancaman.
Bentuk ancaman terhadap bahan keterangan, sebagai berikut :
1)

Adanya kebocoran antara lain karena :


a)

Kegiatan lawan, seperti :


(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

b)

Tindakan pihak lain seperti :


(1)
(2)
(3)
(4)

c)

d.

Kesengajaan.
Kelalaian/kecerobohan.
Kealpaan.
Sikap berlebihan.
Lancang mulut.

Pengrusakan/sabotase terhadap bahan keterangan sarana prasarana


dan atau
kegiatan penyelenggaraan bahan keterangan/dokumen
rahasia.

Teknik dan Taktik.


1)

Pencurian.
Perampasan.
Pengrusakan.
Pemotretan.

Tindakan pihak sendiri, seperti :


(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

2)

Penyadapan.
Pencurian.
Perampasan.
Pemotretan.
Pengamatan.
Penggambaran
Kegiatan analisa kripto.

Eksternal.

27

Pelaksanaan pengamanan bahan keterangan menjadi tanggung jawab


dan wewenang masing-masing instansi pemerintah, namun demikian
masih dimungkinkan adanya kebocoran baik karena kelalaian, disengaja
dengan motivasi tertentu maupun hasil dari spionase lawan.
Apabila terjadinya kebocoran terhadap bahan keterangan rahasia, maka
langkah-langkah pengamanan yang perlu dilakukan sebagai berikut :
a)
b)
c)
d)
2)

Deteksi informasi, tentang dokumen rahasia aparatur pemerintah


ditangan yang tidak berhak.
Memberi saran dan bantuan fisik berkait dengan sistem dan
pelaksanaan pengamanan bahan keterangan rahasia.
Turut serta mengamankan sirkulasi bahan keterangan aparatur
negara baik secara phisik maupun yang melalui komunikasi
lainnya.
Melakukan penyelidikan terhadap pelaku pembocoran rahasia
negara guna diserahkan kepada penyidik.

Internal.
Tindakan preventif terhadap bahan keterangan berklasifikasi
rahasia/rahasia dilaksanakan melalui usaha pencegahan :
1)
2)
3)
4)
5)
6)

6.

sangat

Penyaringan personel, yang karena jabatan atau tugasnya mampunyai


akses terhadap bahan keterangan.
Indoktrinasi secara intensif dan kontinyu untuk menanamkan kesadaran
pengamanan bahan keterangan/dokumen rahasia.
Mengefektifkan
peraturan
peraturan
pengamanan
bahan
keterangan/dokumen rahasia.
Menyelenggarakan kontrol atau pengawasan berkala dan berlanjut
terhadap
pelaksanaan
peraturan
pengamanan
bahan
keterangan/dokumen rahasia.
Dalam keadaan tertentu pengamanan bahan keterangan/dokumen
rahasia dilakukan secara deseptif.
Memperlakukan pengamanan bahan keterangan/ dokumen rahasia
secara khusus mulai dari pembuatan konsep, isi, cara pengiriman,
distribusi, penyimpanan dan penghapusannya.

KOORDINASI DAN ADMINISTRASI.


6.1
6.2
6.3
6.4

Pelaksana Pengamanan Intelijen mengadakan koordinasi dengan obyek/sasaran


pengamanan.
Penyelenggaraan administrasi berpedoman pada administrasi Intelijen.
Dukungan logistik menggunakan sarana prasarana sesuai kebutuhan.
Dukungan anggaran disesuaikan dengan indeks dan kebutuhan kegiatan / Operasi
Pengamanan Intelijen berdasarkan DIPA / RKA KL.

28

7.

PENUTUP
Demikian Standar Operasional Prosedur (SOP) ini dibuat sebagai pedoman dan
penuntun anggota Satuan Intelkam Polres Gorontalo dalam pelaksanaan tugas Operasional
bidang Pengamanan sehingga kegiatan berjalan dengan aman dan lancar.

Vous aimerez peut-être aussi