Vous êtes sur la page 1sur 6

1

BAB II
PEMBAHASAN
MENGEMBANGKAN PERENCANAAN ASUHAN YANG
KOMPREHENSIF
A. Menetapkan Kebutuhan Test Laboratorium
Menurut Depkes 2013 Pemeriksaan laboratorium (rutin dan khusus)
dilakukan pada saat antenatal meliputi:
1. Pemeriksaan golongan darah
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk
mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk
mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu diperlukan
apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.
2. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal
sekali pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga.
Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut
menderita anemia atau tidak selama kehamilannya karena kondisi
anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam
kandungan.
3. Pemeriksaan protein dalam urin
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada
trimester kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan
untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria
merupakan salah satu indikator terjadinya preeklampsia pada ibu
hamil.
4. Pemeriksaan kadar gula darah.
Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus harus dilakukan
pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada
trimester pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada
trimester ketiga (terutama pada akhir trimester ketiga).
5. Pemeriksaan darah Malaria
Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria dilakukan pemeriksaan
darah Malaria dalam rangka skrining pada kontak pertama. Ibu hamil

di daerah non endemis Malaria dilakukan pemeriksaan darah Malaria


apabila ada indikasi.
6. Pemeriksaan tes Sifilis
Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi dan
ibu hamil yang diduga Sifilis. Pemeriksaaan Sifilis sebaiknya
dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.
7. Pemeriksaan HIV
Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko tinggi kasus
HIV dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Ibu hamil setelah
menjalani konseling kemudian diberi kesempatan untuk menetapkan
sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV.
8. Pemeriksaan BTA (Bakteri Tahan Asam)
Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai menderita
Tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi Tuberkulosis tidak
mempengaruhi kesehatan janin. Selain pemeriksaaan tersebut diatas,
apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya di
fasilitas rujukan.
B. Menetapkan Kebutuhan Belajar
1. Berdasarkan apa yang ditanyakan pasien.
2. Berdasarkan pengkajian data subjektif dan objektif.
Contoh:
Data dasar yang mendukung adalah sebagai berikut
Data subjektif: pasien mengatakan tidak suka makan sayuran, telur,
dandaging. Makan sehari dua kali, yaitu bakso dan mie ayam. Akhirakhir ini sering pusing, mata berkunang-kunang, dan mudah lelah.
Data Objektif: trimester I belum ada peningkatan BB, konjungtiva
anemis,ujung jari tangan dan kaki pucat, kadar Hb 9 gram %.
3. Selain kasus atau keadaan khusus yang dialami oleh pasien, bidan
tetap perlu memberikan

materi-materi

pendidikan

kesehatan

sesuai dengan usia kehamilannya, antara lain sebagai berikut:


a. Nutrisi/pemenuhan gizi selama hamil
b. Olahraga ringan / senam hamil
c. Istirahat
d. Kebersihan
e. Pemberian ASI untuk bayi
f. KB pasca persalinan
g. Tanda-tanda bahaya selama hamil
h. Aktivitas seksual

i.
j.
k.
l.
m.

Kegiatan sehari-hari
Obat-obatan
Asap rokok
Sikap tubuh yang baik
Pakaian dan sepatu

C. Menetapkan Kebutuhan Untuk Pengobatan Komplikasi Ringan


1. Bidan mempunyai hak untuk melakukan pengobatan komplikasi
ringan pada ibu hamil.
2. Namun dalam pemberian

pengobatan

ini

bidan

juga

tetap

harusmemperhatikan aturan (dosis) yang tepat. Jika obat yang


diberikan adalah antibiotic, maka hati-hati dengan adanya riwayat
alergi pasien terhadap obat antibiotik.
D. Menetapkan Kebutuhan Konsultasi atau Rujukan pada Tenaga
Profesional Lainnya
Sistem rujukan dalam pelayanan obstetri adalah suatu pelimpahan
tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah kebidanan yang
timbul baik secara vertikal maupun horizontal.
Rujukan vertikal maksudnya rujukan dan komunikasi antara satu
unit ke unit lain yang lebih lengkap. Umpamanya dari rumah sakit
kabupaten ke rumah sakit provinsi atau rumah sakit tipe C ke rumah sakit
tipe B yang lebih spesialistis fasilitas dan personalianya. Sedangkan
horizontal maksudnya konsultasi dan komunikasi antar unit yang ada
dalam satu rumah sakit, misalnya antara bagian kebidanan dan bagian ilmu
kesehatan anak.
Dalam pelaksanaan

asuhan

kadang

dijumpai

kasus

yang

membutuhkan konsultasi atau rujukan ke tenaga kesehatan lain. Konsultasi


ini bertujuan agar perencanaan masalah yang diambil benar-benar sesuai
dengan apa yang dialami oleh pasien karena ditangani secara lebih spesifik
oleh ahli yang kompeten. Beberapa contoh kasus yang memerlukan
konsultasi dan rujukan antara lain Sebagai berikut :
No

Contoh Kasus
Ibu hamil dengan riwayat

Konsultasi/Rujukan
Dokter obstetric

abortus lebih dari satu kali

danginekologi

Ibu hamil dengan depresi


Ibu hamil dengan penyakit

Psikolog/psikiater
Dokter
spesialis

DM, Jantung
Ibu hamil dengan trauma pada

dalam dan ahli fisioterapi


Dokter ahli penyakit dalam

penyakit

kasus kecelakaan dan


mengalami cedera tulang dan otot
Ibu hamil dengan penyakit Dokter ahli penyakit dalam

5
hepatitis
Ibu hamil dengan HIV/AIDS

Dokter ahli penyakit dalam,


psikolog, dan tokoh agama

6
sebagai pendukung mental
Ibu

hamil

ibu
dengan Dokter spesialis obstetric dan

7
Hiperemesisgravidarum

ginekologi

.
E. Menetapkan Kebutuhan untuk Konseling Spesifik atau Anticipatory
Guidance
Setiap pasien yang diasuh mempunyai karakteristik yang berbedabeda dan mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda pula. Bidan perlu
untuk menitikberatkan ini untuk membuat keputusan tentang perlu
tidaknya diberikan konseling secara khusus. Konseling ini dimaksudkan
agar permasalahan atau ketidaktahuan pasien dapat diatasi sehingga masa
kehamilan dapat berlangsung dengan aman dan nyaman. Beberapa kasus
yang

membutuhkan konseling atau anticipatory guidance antara lain

sebagai berikut:
1. Primigravida
2. Multigravida dengan sibling rivaly
3. Pasangan usia muda
4. Kehamilan di luar nikah
5. Primitua
6. Kehamilan dengan penyulit dan sebagainya
F. Menetapkan Kebutuhan Konseling HIV/PMS

Setiap

pasien

hamil

yang

positif

mengidap

virus

HIV/AIDS

dengan pemberian konseling secara intensif. Ibu hamil dengan HIV sangat
rentan dengan berbagai kondisi yang berkaiatan dengan perjalanan
penyakitnya serta kondisi psikologis yang labil. Materi konseling yang
dapat direncanakan untuk ibu hamil dengan HIV/AIDS Antara lain sebagai
berikut:
1. Penerimaan ibu terhadap kehamilan ( menerima atau menolak ).
2. Motivasi untuk melanjutkan dan melakukan perawatan kehamilan.
3. Dukungan lingkungan, keluarga, dan pasangan.
4. Pengambil keputusan terhadap perawatan, termasuk kepastian
penanggungbiaya dan perawatan dan pengobatan.
5. Pertemuan intensif ibu hamil dengan melibatkan suami / pasangan
untukmendiskusikan

kelanjutan

perawatan

dengan

berbagai

kemungkinan penyulityang dihadapi.


6. Ketidaknyaman yang dirasakan sesuai dengan perkembangan janin dan
usia
G. Menetapkan Jadwal Kunjungan Sesuai dengan Perkembangan
Kehamilan
Jadwal kunjungan dibuat berdasarkan kesepakatan antara pasien
dengan bidan.

Bidan

memberikan

gambaran

atau

informasi

mengenai frekuensi kunjungan ibu hamil (minimal satu bulan sekali atau
4 kali selama hamil ). Jadwal Kunjungan dibuat berdasarkan kesepakata,
hal ini dimaksudkan agar pasien mempunyai tanggung jawab terhadap
kesehatan dirinya serta adanyapenghargaan terhadap pasien dalam
membuat keputusan
DAFTAR PUSTAKA

Depkes.

2013.

Pedoman

ANC

Terpadu.[online].

Tersedia:

http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/wpcontent/uploads/downloads/2013/12/Pedoman-ANC-Terpadu.pdf.

Diakses

29 Desember 2015, pukul 20.09.


Novi

Lisnawati.
Komprehensif.

2013.

Mengembangkan

Perencanaan

Asuhan

Yang

Tersedia:

https://ml.scribd.com/doc/142536711/Mengembangkan-PerencanaanAsuhan-Yang-Komprehensif. Diakses 1 Januari 2016, pukul 17.55.


Dygtaholic. 2015. Mengembangkan Perencanaan Asuhan yang Komprehensif.
[online].

Tersedia:

http://dokumen.tips/documents/mengembangkan-

perencanaan-asuhan-yang-komprehensif.html. Diakses 2 Januari 2016,


pukul 18.28.

Vous aimerez peut-être aussi