Vous êtes sur la page 1sur 20

askep anemia

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. K DENGAN GANGGUAN


SISTEM IMUN : GANGGUAN PERFUSI JARINGAN DENGAN
DIAGNOSA MEDIS ANEMIA DI RUANG BAROKAH
RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
Disusun Guna Menyelesaikan Tugas Blok KMB

Disusun oleh:
Siti Isrohkiyah
(A31200605)

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2014
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. K DENGAN GANGGUAN
SISTEM IMUN : GANGGUAN PERFUSI JARINGAN DENGAN
DIAGNOSA MEDIS ANEMIA DI RUANG BAROKAH
RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
Telah disetujui pada :

Hari
Tanggal

:
:

Pembimbing klinik

Pembimbing Akademik

Praktikan
(

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetian
1.

Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer merupakan penurunan sirkulasi darah keperifer

2.

yang dapat mengganggu kesehatan (Nanda 2012-2014)


Ketidakefektifan perfus perifer merupakan suatu penurunan jumlah oksigen yang
mengakibatkan kegagalan untuk memelihara jaringan pada tingkat kapiler

(Judith

M,Wilkinson).
B. Etiologi
1. Perubahan afinitas hemoglobin terhadap oksigen
2. Penurunan konsentrasi hemoglobin dalam darah
3. Keracunan enzim
4. Gangguan pertukaran
5. Hipovolemia
6. Hipoventilasi
7. Gangguan transport oksigen melalui alveolar dan membrane kapiler
8. Gangguan aliran arteri
9. Gangguan aliran vena
10. Penurunan mekanis dari aliran darah arteri dan vena
11. Ketidaksesuaian antara ventilasi dan aliran darah
C. Batasan Karakterisitik
Dari data obyektif dapat diketahui :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Perubahan tekanan darah diluar parameter yang dapat diterima


Tidak ada denyut arteri
Peningkatan rasio BUN (blood urea nitrogen)/kreatinin
Hematuria
Oliguria/anuria
Kulit berwarna pucat saat dinaikan

D. Patofisiologi dan pathways keperawatan


Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan
sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang
tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi)
pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai
dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah
yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam
system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini
bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap
kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan

bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan
dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan
kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak
terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti
komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa
diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).
Pathways
Penyebab:
agen neoplastik/sitoplastik; terapi radiasi; antibiotic tertentu, obat antu konvulsan, tyroid,
senyawa emas, fenilbutason; benzene; infeksi virus (khususnya hepatitis)

Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang


Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

Pansitopenia

Anemia aplastik
-

Gejala-gejala:
Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna, perdarahan
saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
Morfologis: anemia normositik normokromik

1. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Keperawata
n/ Masalah
Kolaborasi

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Ketidak
efektifan
perfusi
jaringan
perifer

Setelah diberikan tindakan keperawatan


selama.......x24 jam tidak ada gangguan pada
status sirkulasi psien dengan indikator:
Tekanan darah sistolik dbn
Tekanan darah diastolik dbn
Kekuatan nadi dbn
Rata-rata tekanan darah dbn
Nadi dbn
Tekanan vena sentral dbn
Tidak ada bunyi hipo jantung
abnormal
Tidak ada angina
AGD dbn
Kesimbangan intake dan output 24
jam
Perfusi jaringan perifer
Kekuatan pulsasi perifer
Tidak ada pelebaran vena
Tidak ada distensi vena jugularis
Tidak ada edema perifer
Tidak ada asites
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama .......x24 jam tidak ada gangguan
pada perfusi jaringan perifer pasien dengan
indikator:
Pengisian kapiler
Warna kulit normal
Kekuatan fungsi otot
Kekuatan kulit
Suhu kulit hangat
Tidak ada nyeri ekstremitas

PERAWATAN SIRKULASI
Kaji secara komprehensif sirkukasi perifer
(nadi perifer, edema, kapillary refill, warna
dan temperatur ekstremitas)
Evaluasi nadi perifer dan edema
Inpseksi kulit adanya luka
Kaji tingkat nyeri
Elevasi anggota badan 20 derajat atau
lebih tinggi dari jantung untuk
meningkatkan venous return
Ubah posisi klien minimal setiap 2 jam
sekali
Monitor status cairan masuk dan keluar
Gunakan therapeutic bed
Dorong latihan ROM selama bedrest
Dorong pasien latihan sesuai kemanpuan
Jaga keadekuatan hidrasi untuk
mencegah peningkatan viskositas darah
Kolaborasi pemberian antiplatelet atau
antikoagulan
Monitor laboratorium Hb, Hmt
MONITOR TANDA VITAL
Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan
RR
Monitor jumlah dan irama jantung
Monitor bunyi jantung
Monitor suhu, warna dan
kelembaban kulit
MANAJEMEN CAIRAN
Catat intake dan output cairan
Monitor status hidrasi
Monitor tanda-tanda vital
Monitor status nutrisi

BAB II
TINJAUAN KASUS
: Siti Isrohkiyah
: 10 Januari 2014
: 13.30 WIB

Pengkaji
Tanggal pengkajian
Jam
1. Data biografi
a. Identitas pasien
Nama
:Tn. N
Umur
:71 tahun
Jenis kelamin :laki-laki
Suku/bangsa :jawa
Pekerjaan
:wiraswasta
Alamat
:Karanggayam, Kebumen
Status
:menikah
No RM
:2506316
b. Identitas penanggungjawab
Nama
:Ny. S
Umur
:35 tahun
Hubungan
:keluarga
Jenis kelamin :perempuan
Alamat
:Karanggayam, Kebumen
2. Riwayat penyakit
a.

Keluhan utama
Pasien mengeluh pusing sejak seminggu yang lalu
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD PKU Gombong tanggal 08 januari 2014 jam 08.00 wib dengan keluhan
sakit kepala sejak 1 minggu yang lalu, mual mutah dari kemarin sore, lemes dan sesak jika
berjalan. KU sedang kesadaran CM.Tensi 160/90 mmHg, nadi 88 x/mnt,RR 20 x/mnt suhu
36,5 oc.Pasien pindah ke ruang barokah pada tanggal 10 januari 2014 jam 08.15 wib .Saat
dikaji pada tanggal 4 januari 2014 jam 14.00 wib tensi 150/90 mmHg, nadi 80x/mnt, RR
20x/mnt dan suhu 36,0o C. Keluhan pusing, mual dan lemes.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien memilik riwayat hipertensi
d. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kesehatan keluarga yang lain tidak ada yang menderita penyakit seperti yang diderita
klien saat ini.
3. Primery survey
a.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
b.

Breath
RR : 20x/mnt
Suara nafas : ronkhi ( -),wezing (-)
Jalan nafas tidak terdapat secret dan adekuat
Retraksi dada (-)
Tidak ada nafas cuping hidung
Bentuk dada simetris
Blood

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
c.
1)
2)
3)
4)
d.
1)
2)
3)
e.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
f.
1)

Tekanan darah : 150/90 mmHg


Nadi : 80x/mnt
Akral hangat
Konjungtiva : ananemis
HB : 4,9 mg/dl
Suhu : 36, 0C
Irama jatung S1:S2 reguler, lub,dub.
Brain
Tingkat kesadaran : CM
GCS : E4 M6 V5
Pupil isokor
Reflek cahaya (+) / (+)
Bladder
Tidak terpasang DC
Warna urine : kuning teh
Miksi terkontrol
Bowel
Abdomen supel (+)
Bising usus 12x/mnt
Asites (-)
Perkusi timpani
Tidak teraba massa
Abdomen datar
Bone
Ekstremitas atas :
Kiri : terpasang infus NaCl 20 tts /mnt,tidak ada edema, jari-jari kaku
Kanan : tidak ada edema
2) Ekstremitas bawah :
Kanan : tidak ada edema, akral hangat
Kiri : tidak ada edema, akral hangat
Kekuatan otot 5
5
5

4. Pengkajian kesehatan fungsional ( Virginia Handerson )


a.
1)
2)
b.
1)

Pernafasan
Sebelum sakit : klien bernafas spontan tanpa alat bantu pernafasan , pola nafas vesikuler
Saat dikaji : tidak ada keluhan sesak nafas, pasien mendapatkan terapi oksigen 2-3 LPM
Nutrisi
Sebelum sakit : kien biasa makan secara mandiri tanpa bantuan orang lain dengan frekuensi

3X sehari dengan menu nasi, sayur, dan lauk-pauk. klien biasa minum air putih.
2) Saat dikaji : Makan 3x sehari, dengan diet bubur halus, hanya habis porsi karena mual.
Pasien makan dari tempat yang disediakan oleh rumah sakit. Minum 4 - 6 gelas sehari.
c. Eliminasi
1) Sebelum sakit : klien biasa BAB 1 kali dalam sehari, konsistensi lembek, warna kuning, dan
BAK : 7-8 kali sehari, urine kuning jernih.

2)

Saat dikaji: tidak mengalami diare, riwayat melenea sejak 2 hari yang lalu mampu

mengontrol saat berkemih, BAK 2 kali selama di RS.


d. Aktivitas
1) Sebelum sakit : klien mampu melakukan aktifitas secara mandiri
2) Saat dikaji : saat ini klien hanya beristirahat di tempat tidur , tampak lemes dan aktifitas
e.
1)
2)
f.
1)
2)
g.
1)
2)
h.
1)

dibantu oleh keluarga.


Tidur dan istirahat
Sebelum sakit : klien biasa tidur 7-8 jam sehari dan tidur dengan nyenyak.
Saat dikaji : pasien susah tidur karena kepala terasa pusing
Suhu
Sebelum sakit : klien jarang mengalami demam
Saat dikali: suhu pasien normal 36 C, akral hangat.
Berpakaian
Sebelum sakit : klien biasa memakai pakaian sendiri
Saat dikaji : selama dirumah sakit klien di bantu oleh keluarga
Personal hygiene
Sebelim sakit : dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene, klien biasa melakukannya
secara mandiri tanpa bantuan orang lain, klien biasa mandi 2 kali sehari memeakai sabun
mandi. Menyikat gigi 2 kali sehari yaitu pagi hari saat bangun tidur dan malam hari sebelum

2)
i.
1)
2)
j.
1)
2)

tidur memakai pasta gigi dan sikat gigi.


Saat dikaji : personal hygiene dibantu perawat dan keluarga pasien.
Pola komunikasi
Sebelum sakit : pasien berkomunikasi dengan lancar, memakai bahasa daerah.
Saat dikaji : tidak ada kesulitan dalam berkomunikasi..
Pola spiritual
Sebelum sakit : pasien beribadah sesuai agamanya
Saat dikaji : Pasien beragama Islam, dalam menjalankan ibadahnya pasien dibantu oleh

keluarganya. Keluarga selalu mengajakya berdoa untuk kesembuhannya


k. Pola aman & nyaman
1) Sebelum sakit : pasien merasa aman dan nyaman hidup bersama keluarga
2) Saat dikaji: pasien merasa kurang nyaman dirawat di rumah sakit, klien merasa tidak nyaman
dengan kondisi fisik yang dialami saat ini.
l. Pola rekreasi
1) Sebelum sakit : pasien kadang-kadang berekreasi ke tempat-tempat wisata
2) Saat dikaji: pasien tidak dapat berekreasi, hanya tiduran di tempat tidur dan berkomunikasi
m.
1)
2)
5.
a.
1)
a)
b)
c)
d)

dengan keluarga
Pola belajar
Sebelum sakit
: pasien tidak mengetahui penyakit yang dideritanya
Saat dikaji : Klien bertanya-tanya tentang penyakitnya
Pemeriksaan fisik
Kesadaran
: compos mentis
GCS
: E4 M6 V5
Kepala
: Mesochepal
Kulit kepala : bersih
Mata
: reaksi cahaya (+), pupil ishokor, anemis, sclera anikterik
Hidung
: bersih

e)
f)
2)
a)

Mulut
Telinga
Leher
Thorak
Paru-paru
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi
Jantung
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi
3) Abdomen
- Inspeksi
- Auskultasi
- Palpasi
4)

ulu hati
Perkusi

: bersih
: bersih
: tidak ada pembesaran tiroid maupun peningkatan JVP
: simetris
:
: Bentuk simetris
: Vocal fremitus seimbang kanan-kiri
: Sonor
: ronki (-), wheezing (-).
:
: Simetris
: Tidak ada pembesaran
: Pekak
: Irama reguler
: tidak terlihat adanya lesi
: peristaltik 12x/mnt
: tidak pembesaran hepar maupun spleen, terdapat nyeri tekan sekitar
: timpani
Ekstremitas

: tidak ada edema, kekuatan otot

4
4
- Genetalia
: bersih, tidak ada lesi
- Kulit
: turgor kulit elastic, akral hangat
- Kuku
: kuku tangan dan kaki pendek, CRT > 2 dtk
- Vital sign
: Nadi 88/mnt, TD 150/90 mmHg, S 36 C, HR 20 kali/mnt
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
10 januari 2014
Leukosit
7,47
103 /uL
Eritrosit
3,25
106 /uL
Hb
4,9
gr/dL
Hematokrit
20,2
%
MCV
62,2
fl
MCH
15,1
%
MCHC
24,3
%
trombosit
400
10 3/ul
GDS
121
Mg/dl
13 januari 2014
10,7
gr/dl

7. Terapi:

Nilai Normal
4,8 10,8
4,7 6,10
14,0 18,0
42 52
79,0-99,0
27.0-31.0
33.0-37.0
150-450
70,0-105,0
14-18

a.
b.
c.
d.
8.

Ranitidine 2 x 50mg
Lasix 1 amp pre tranfusi
Betahistin 3 x 1
Amlodipin 10 mg 1x1
Analisa Data

DATA FOKUS
Tanggal 10 januari 2014

PATHWAY
Penurunan

ETIOLOGI
Penurunan Hb

Ds :
- Klien mengeluh sakit kepala, pusing
- Klien mengeluh sesak bila berjalan

jaringan
jumlah
eritopoetin
HB

Do :
- Hb 4,9 mg/dl, eritrosit 3,25 10^6/ul, Ht 20,2
%, anemis dan CRT > 2 detik

PROBLEM
Gangguan perfusi

menurun
Pengangk
utan O2 dan
nutrisi

Anemia

kejaringan
menurun
Gangguan
DS:
ps mengeluh lemes
DO:
kesadaran compos mentis, GCSE4M6V5,
pasien tampak lemas, Hb 4,9 mg/dl, wajah

perfusi jaringan
Penurunan
jumlah
eritopoetin
HB

pucat
menurun

Pengangk
utan O2 dan
nutrisi
kejaringan
menurun
Gangguan
perfusi jaringan

Keletihan

9. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan kadar hb, kedikastabilan
hemolitik
b. Keletihan berhubungan dengan anemia
10. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA
Gangguan
perfusi
jaringan

KRITERIA HASIL
Setelah dilakukan tindakan keperawatan

INTERVENSI
Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler,

selama 3x24 jam, masalah keperawatan warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.
Tinggikan kepala tempat tidur sesuai
gangguan perfusi jaringan diharapkan
toleransi.
teratasi dengan indicator :
Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi
Indikator
A
T
napas perhatikan bunyi adventisius.
- TTV dalam batas
4
3 Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.
normal
Perfusi jaringan
perifer
- Nadi perifer teraba

awasi hasil pemeriksaan laboraturium.

3 produk darah sesuai indikasi (kolaborasi).

kuat

Berikan sel darah merah lengkap/packed


Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
(kolaborasi).

Keterangan :
1 : ekstrim
2 : berat
3 : sedang
4 : ringan
Keletihan

5 : tidak ada
Setelah dilakukan tindakan keperawatan

Kaji kemampuan klien dalam melakukan

selama 3x24 jam, masalah keperawatan aktifitas sehari-hari.


Kaji
kehilangan
atau
gangguan
keletihan diharapkan teratasi dengan
keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan
indicator :
otot.
Indikator
A
T
Observasi tanda-tanda vital sebelum dan
TTV dalam batas
2
3
sesudah aktivitas.
normal
2
3 Berikan lingkungan tenang, batasi
EKg dalam batas
pengunjung, dan kurangi suara bising,
normal
2
3
pertahankan tirah baring bila di indikasikan.
Laporan ADL

Gunakan
anjurkan

teknik

pasien

menghemat
istirahat

bila

energi,
terjadi

kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien


melakukan aktivitas semampunya (tanpa
memaksakan diri).
11. Implementasi
No Dx
1
Jumat, 10

Implementasi

Respon

mengawasi tanda vital kaji pengisian kapiler,

TD 150/90 mmHg, RR 24 kali/menit, HR 88

januari
2014
13.00
13.05
14.00
14.05
14.10

17.00
17.05
17.07

warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.


kali/menit, suhu 36 C, warna kulit pucat
meninggikan kepala tempat tidur sesuai
membrane mukosa lembab, CRT > 2 detik
toleransi.
Posisi kepala sedikit ekstensi 45 derajat,
mengawasi upaya pernapasan ; auskultasi
pasien lebih nyaman
bunyi napas perhatikan bunyi adventisius.
Pola nafas eupnea, suara paru vesikuler
menyelidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.
Kadang terasa nyeri dada sebelah kiri
mengawasi hasil pemeriksaan laboraturium. Hb 4,9 g/dl, Ht 20,2 %, trombosit 400 10/ul
Tranfusi PRC 1 kolf diberikan,
Berikan sel darah merah lengkap/packed
Tidak terdapat komplikasi pemberian tranfusi
produk darah sesuai indikasi (kolaborasi).
darah
Mengawasi selama pemberian tranfusi darah
Oksigen 3 LPM masuk via binasal kanul,
memberikan oksigen tambahan sesuai
sesak nafas (-)
indikasi (kolaborasi)..
Pasien kooperatif saat diberikan obat : pusing
kolaborasi pemberian obat ;
ranitidine 2 x 50 mg
berkurang
lasix 1 amp
betahistin 3 x 1

2
Jumat, 10
januari
2014
13.00
13.05

mengkaji

kemampuan

klien

melakukan aktifitas sehari-hari.


mengkaji kehilangan atau

dalam

gangguan

keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan


13.30
14.00

Pasien sebelum sakit mampu melakukan


aktifitas secara mandiri, mudah lelah.
Pasien tampak lemah, tampak bedrest total,
mampu melakukan mobilsasi minimal
Aktifitas pasien hanya ditempat tidur dan

otot.
duduk, TTV stabil
mengobservasi tanda-tanda vital sebelum dan
Lingkungan ramai banyak pengunjung
sesudah aktivitas.
menjenguk

memberikan lingkungan tenang, batasi


14.05

pengunjung,

dan

kurangi

Pasien susah istirahat, sering terbangun

suara

bising, ketika istirahat, kualitas tidur tidak nyenyak.


BB pasien sebelum masuk RS : 45 Kg, saat
pertahankan tirah baring bila di indikasikan.
menggunakan teknik menghemat energi, dirumah sakit: 42 Kg, mual (+)
anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan

17.00

dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan


aktivitas semampunya (tanpa memaksakan
diri).
Memonitor status nutrisi pasien

1
Sabtu, 11
januari
2014
13.05
13.10
13.30
14.00
17.00

17.05
17.06
17.10

mengawasi tanda vital kaji pengisian kapiler,

TD 140/90 mmHg, RR 22 kali/menit, HR 88

warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.


kali/menit, suhu 36 C, warna kulit membrane
Memperthankan posisi kepala sesuai
mukosa lembab, CRT > 2 detik
toleransi.
Posisi kepala sedikit ekstensi 45 derajat,
mengawasi upaya pernapasan ; auskultasi
pasien lebih nyaman
bunyi napas perhatikan bunyi adventisius.
Pola nafas eupnea, suara paru vesikuler
menyelidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.
Kadang terasa nyeri dada sebelah kiri
mengawasi hasil pemeriksaan laboraturium. Hb 8,7 g/dl, Ht 35 %, trombosit 400 10/ul
Tranfusi PRC 1 kolf diberikan,
Berikan sel darah merah lengkap/packed
Tidak terdapat komplikasi pemberian tranfusi
produk darah sesuai indikasi (kolaborasi).
darah
Mengawasi pemberian tranfusi darah
Oksigen 3 LPM masuk via binasal kanul,
memberikan oksigen tambahan sesuai
sesak nafas (-)
indikasi (kolaborasi)..
Pasien kooperatif saat diberikan obat : pusing
kolaborasi pemberian obat ;
ranitidine 2 x 50 mg
berkurang
lasix 1 amp
betahistin 3 x 1

2
Sabtu, 11
januari
2014
13.10
13.30
14.00
14.05

Mengobservasi kemampuan klien dalam

Pasien sebelum sakit mampu melakukan

melakuakan ADL selama perawatan.


aktifitas secara mandiri, mudah lelah.
Mengobservasi adanya kelemahan otot.
Pasien tampak lemah, tampak bedrest total,
mengobservasi tanda-tanda vital sebelum dan
mampu melakukan mobilsasi minimal
sesudah aktivitas.
Aktifitas pasien hanya ditempat tidur dan
memberikan lingkungan tenang, batasi
duduk, TTV stabil
pengunjung, dan kurangi suara bising,
Pasien susah istirahat, sering terbangun
pertahankan tirah baring bila di indikasikan.

ketika istirahat, kualitas tidur tidak nyenyak.

17.00

Memonitor status nutrisi pasien

BB pasien sebelum masuk RS : 45 Kg, saat


dirumah sakit: 42 Kg, mual (+)

1
Minggu,
12 januari
2014
13.05
13.10
13.30
14.00
14.05
17.00
17.00

mengawasi tanda vital kaji pengisian kapiler,

TD 140/90 mmHg, RR 22 kali/menit, HR 88

kali/menit, suhu 36 C, warna kulit membrane


warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.
Memperthankan posisi kepala sesuai mukosa lembab, CRT < 2 detik
Posisi kepala sedikit ekstensi 45 derajat,
toleransi.
mengawasi upaya pernapasan ; auskultasi pasien lebih nyaman
Pola nafas eupnea, suara paru vesikuler
bunyi napas perhatikan bunyi adventisius.
Kadang masih terasa nyeri dada sebelah kiri
menyelidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.
Hb 10,7 g/dl, Ht 40 %, trombosit 400 10/ul
mengawasi hasil pemeriksaan laboraturium.
Oksigen 3 LPM masuk via binasal kanul,
memberikan oksigen tambahan sesuai
sesak nafas (-)
indikasi (kolaborasi)..
Pasien kooperatif saat diberikan obat : pusing
kolaborasi pemberian obat ;
ranitidine 2 x 50 mg
berkurang, sesak nafas (-)
lasix 1 amp

2
Minggu,
12 januari
2014

Pasien sebelum sakit mampu melakukan

13.10
13.30
14.00
14.05
16.00

Mengobservasi kemampuan klien dalam

aktifitas secara mandiri, mudah lelah.


Pasien tampak lemah, tampak bedrest total,

melakuakan ADL selama perawatan.


mampu melakukan mobilsasi minimal
Mengobservasi adanya kelemahan otot.
Aktifitas pasien hanya ditempat tidur dan
mengobservasi tanda-tanda vital sebelum dan
duduk, TTV stabil
sesudah aktivitas.
Pasien susah istirahat, sering terbangun
memberikan lingkungan tenang, batasi
ketika istirahat, kualitas tidur tidak nyenyak.
pengunjung, dan kurangi suara bising,
BB pasien sebelum masuk RS : 45 Kg, saat
pertahankan tirah baring bila di indikasikan.
dirumah sakit: 42 Kg, mual (-)
Memonitor status nutrisi pasien

12. Evaluasi
No Dx
1
Jumat, 10
januari
2014

SOAP
S: pasien masih mengeluhsakit kepala dan pusing
O: Hb 4,9 mg/dl, eritrosit 3,25 10^6/ul, Ht 20,2 %, anemis dan CRT > 2 detik
A: masalah keperawatan gangguan perfusi jaringan belum teratasi dengan indicator
Indikator

Awal

Akhir

- TTV dalam batas normal


- Perfusi jaringan perifer
- Nadi perifer teraba kuat

4
4
4

4
4
4

P: lanjutkan intervensi
Monitor TTV tiap 6 jam
Monitor pemberian tranfusi darah
Monior hasil lab pos tranfusi
S: pasien mengeluh masih lemes

Jumat, 10 O: kesadaran compos mentis, GCSE4M6V5, pasien tampak lemas, Hb 4,9 mg/dl, wajah pucat
januari
2014

A: masalah keperawatan belum teratasi dengan indicator :


Indikator
TTV dalam batas normal
EKg dalam batas normal
Laporan ADL

Awal
2

Akhir
2

2
2

2
2

P : bantu ADL pasien


1
Sabtu, 11
januari
2014

Monitor status nutrisi pasien


S: pasien masih mengeluh sakit kepala dan pusing
O: Hb 8,7 mg/dl, eritrosit 4,0 10^6/ul, Ht 38 %, anemis dan CRT > 2 detik
A: masalah keperawatan gangguan perfusi jaringan teratasi sebagian dengan indicator
Indikator
- TTV dalam batas normal
- Perfusi jaringan perifer
- Nadi perifer teraba kuat

Awal
2
2
2

Akhir
4
4
4

P: lanjutkan intervensi

2
Sabtu, 11
januari
2014

Monitor TTV tiap 6 jam


Monitor pemberian tranfusi darah
Monior hasil lab pos tranfusi
S: pasien mengeluh masih lemes
O: kesadaran compos mentis, GCSE4M6V5, pasien tampak lemas, Hb 8,7 mg/dl, kekuatan
otot 4
A: masalah keperawatan belum teratasi sebagian dengan indicator :

Indikator
TTV dalam batas normal
EKg dalam batas normal
Laporan ADL

Awal
2

Akhir
3

2
2

3
3

P : bantu ADL pasien


1
Minggu,

Monitor status nutrisi pasien


S: pasien mengatakan pusing berkurang
O: Hb 10,7 mg/dl, eritrosit 4,0 10^6/ul, Ht 38 %, anemis dan CRT < 2 detik, konjungtiva an

12 januari anemis
2014

A: masalah keperawatan gangguan perfusi jaringan teratasi sebagian dengan indicator


Indikator
- TTV dalam batas normal
- Perfusi jaringan perifer
- Nadi perifer teraba kuat

Awal
2
2
2

Akhir
4
4
4

P: lanjutkan intervensi

Monitor TTV tiap 6 jam


Monitor hasil lab rutin
S: pasien mengeluh masih lemes

Minggu,1

O: kesadaran compos mentis, GCSE4M6V5, pasien tampak lemas, Hb 10,7 mg/dl, kekuatan

2 januari

otot 4

2014

A: masalah keperawatan belum teratasi sebagian dengan indicator :


Indikator
TTV dalam batas normal
EKg dalam batas normal
Laporan ADL

P : bantu ADL pasien


Monitor status nutrisi pasien

Awal
2

Akhir
4

2
2

4
4

BAB IV
PEMBAHASAN JURNAL
A. Judul
Pengaruh minum the Terhadap kejadian anemia pada usila Di kota bandung oleh Besral1, Lia
Meilianingsih2, Junaiti Sahar3, Departemen Biostatistika dan Kependudukan, FKMUI,
Depok 16424, Indonesia, Akademi Perawat Depkes, Bandung, Indonesia, Fakultas Ilmu
Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
B. Pendahuluan
Kebiasaan minum teh sudah menjadi budaya bagi penduduk dunia. Selain air putih,
teh merupakan minuman yang paling banyak dikonsumsi oleh manusia. Rata-rata konsumsi
teh penduduk dunia adalah 120 mL/hari per kapita. Ada tiga jenis utama minuman teh yaitu
1) teh hitam yang banyak dikonsumsi oleh bangsa Eropa, Amerika Utara, dan Afrika Utara
(kecuali Moroko), 2) teh hijau yang banyak dikonsumsi oleh bangsa Asia (termasuk
Indonesia), dan 3) the oolong yang banyak dikonsumsi oleh penduduk Cina dan Taiwan. Teh
adalah minuman yang kaya antioxidan. Cao et al, 1996 1 menemukan bahwa teh hijau dan
teh hitam mempunyai kadar antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan sayuran seperti
bawang putih, bayam, dan kale. Teh diketahui mempunyai banyak manfaat kesehatan, antara
lain menurunkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler (Hertog, 1997) 2 dan menghambat
perkembangan kanker (Yang C et al., 2000) 3, mempunyai efek untuk menjaga
kesehatan gigi dan mulut karena kandungan natural florida yang dimilikinya dapat mencegah
terjadinya karies pada gigi (Jones C et al., 1999) 4, mengurangi risiko terjadinya patah tulang
pada usila karena densitas tulang pada mereka yang minum teh lebih baik daripada mereka
yang tidak minum teh (Hegarty et al., 2000) 5. Hindmarch et al. 2000 6 melaporkan bahwa
konsumsi teh dapat meningkatkan kondisi kognitif dan psikomotor pada orang dewasa.
Curhan et al, 1998 7 melaporkan bahwa adanya hubungan yang negatif antara konsumsi teh
dengan kejadian batu ginjal pada wanita usia 40-65 th. Setelah dikontrol oleh variabel
pengganggu, konsumsi teh sebanyak 240 ml per hari dapat menurunkan risiko terjadinya batu
ginjal sebesar 8%. Walaupun teh mempunyai banyak manfaat kesehatan, namun ternyata teh
juga diketahui menghambat penyerapan zat besi yang bersumber dari bukan hem (non-heme
iron). Hurrell RF, Reddy M, dan Cook JD, 1999 8 melaporkan bahwa
teh hitam dapat menghambat penyerapan zat besi non-heme sebesar 79-94% jika dikonsumsi
bersama-sama. Anemia kekurangan zat besi pada anak-anak di Arab Saudi dan di Inggris juga
dilaporkan berhubungan dengan kebiasaan minum teh (Gibson, 1999) 9. Dilaporkan juga
bahwa dampak dari interaksi teh dengan zat besi ini bergantung pada status konsumsi zat besi
dan karakteristik individu. Usia Lanjut (Usila) merupakan keadaan alamiah yang dialami oleh

setiap orang ketika telah mencapai umur tertentu. Menurut UU no. 13 tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Usia Lanjut yang dimaksud dengan kelompok usia lanjut adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun atau lebih. Jumlah dan proporsi penduduk usila
di Indonesia semakin lama semakin meningkat, seiring dengan peningkatan kualitas hidup
dan pelayanan kesehatan, telah terjadi peningkatan umur harapan hidup penduduk Indonesia.
Hasil Sensus Penduduk tahun 1971 menyebutkan bahwa terdapat 5,3 juta penududuk usila
atau 4,5% dari total
penduduk Indonesia. Sensus Penduduk tahun 2000 menyebutkan jumlah penduduk
usila telah menjadi 14,5 juta atau 7,1% dari total penduduk Indonesia, maka dapat dikatakan
bahwa dalam kurun waktu 30 tahun (19712000) telah terjadi peningkatan jumlah penduduk
usila 3 kali lipat. Depkes RI memperkirakan tahun 2010 jumlah usila akan menyamai jumlah
balita yaitu sekitar 8,5% dari total penduduk Indonesia atau sekitar 19 juta jiwa, yang akan
membawa Indonesia memasuki era penduduk berstruktur tua. Status kesehatan usila secara
umum mulai menurun, terutama pada kondisi fisik dan psikososial yang berpotensi
menimbulkan masalah kesehatan lainnya. Permasalahan yang dihadapi usila pada umumnya
adalah penyakit degenerative dan gizi. Kelompok usila pada umumnya memiliki gigi yang
tidak sempurna lagi, sehingga mempunyai keterbatasan dalam mengkonsumsi zat besi yang
bersumber dari hewani (heme iron), akibatnya usila sangat rentan terhadap kejadian anemia.
Walaupun usila dapat mengkonsumsi zat besi bersumber nabati, namun apabila dikonsumsi
bersama-sama dengan teh maka penyerapan zat besinya akan terhambat, sehingga usila
tersebut tetap rentan terhadap kejadian anemia. Anemia kurang zat besi merupakan penyakit
nomor satu terbanyak yang diderita oleh usila di Indonesia dengan angka kejadian sebesar
50%, kemudian diikuti oleh penyakit jantung dan pembuluh darah 29,5%, infeksi saluran
pernafasan 12,2%, TBC 11,5%, dan kanker 2,2% (Depkes, 2003) 10.
C. Pembahasan dan kesimpulan
Berdasarkan hasil studi ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Angka kejadian
anemia pada usila di Kota Bandung hampir sama dengan hasil penelitian lainnya di
Indonesia, yakni sekitar 50%. Lansia yang memiliki kebiasaan minum teh tiap hari punya
risiko 92 kali lebih tinggi untuk menderita anemia dibandingkan lansia yang tidak pernah
minum teh. Untuk menurunkan kejadian anemia pada usila, disarankan kepada usila untuk
mengurangi kebiasaan minum tehnya atau minum teh 23 jam sesudah makan atau
meningkatkan asupan protein terutama protein hewani. Namun, mengingat kondisi gigi serta
keuangan usila, maka perubahan kebiasaan minum teh merupakan pilihan yang paling bijak
untuk menurunkan kejadian anemia.

Daftar pustaka
1. Nursing diagnoses: definitions and clasification 2012-2014, Jakarta : EGC, 2012
2. Nursing diagnosis nadbook with NIC interventions and NOC Outcomes, Jakarta : EGC, 2006
3. Doengoes Merillynn. (1999) (Rencana Asuhan Keperawatan). Nursing care plans. Guidelines
for planing and documenting patient care. Alih bahasa : I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati.
EGC. Jakarta.
4. FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Volume 1. Jakarta, FKUI.
5. arlatt, Petit. (1997). Kapita Selekta Hematologi. Edisi 2. Jakarta, EGC.
6. Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Cetakan I. Jakarta, EGC.
7. Nurhidayah, 2004. Hand Out Asuhan Keperawatn Hyperchromic Macrocytic

Vous aimerez peut-être aussi