Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Siti Isrohkiyah
(A31200605)
Hari
Tanggal
:
:
Pembimbing klinik
Pembimbing Akademik
Praktikan
(
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetian
1.
Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer merupakan penurunan sirkulasi darah keperifer
2.
(Judith
M,Wilkinson).
B. Etiologi
1. Perubahan afinitas hemoglobin terhadap oksigen
2. Penurunan konsentrasi hemoglobin dalam darah
3. Keracunan enzim
4. Gangguan pertukaran
5. Hipovolemia
6. Hipoventilasi
7. Gangguan transport oksigen melalui alveolar dan membrane kapiler
8. Gangguan aliran arteri
9. Gangguan aliran vena
10. Penurunan mekanis dari aliran darah arteri dan vena
11. Ketidaksesuaian antara ventilasi dan aliran darah
C. Batasan Karakterisitik
Dari data obyektif dapat diketahui :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan
dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan
kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak
terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti
komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa
diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).
Pathways
Penyebab:
agen neoplastik/sitoplastik; terapi radiasi; antibiotic tertentu, obat antu konvulsan, tyroid,
senyawa emas, fenilbutason; benzene; infeksi virus (khususnya hepatitis)
Pansitopenia
Anemia aplastik
-
Gejala-gejala:
Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna, perdarahan
saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
Morfologis: anemia normositik normokromik
1. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Keperawata
n/ Masalah
Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Ketidak
efektifan
perfusi
jaringan
perifer
PERAWATAN SIRKULASI
Kaji secara komprehensif sirkukasi perifer
(nadi perifer, edema, kapillary refill, warna
dan temperatur ekstremitas)
Evaluasi nadi perifer dan edema
Inpseksi kulit adanya luka
Kaji tingkat nyeri
Elevasi anggota badan 20 derajat atau
lebih tinggi dari jantung untuk
meningkatkan venous return
Ubah posisi klien minimal setiap 2 jam
sekali
Monitor status cairan masuk dan keluar
Gunakan therapeutic bed
Dorong latihan ROM selama bedrest
Dorong pasien latihan sesuai kemanpuan
Jaga keadekuatan hidrasi untuk
mencegah peningkatan viskositas darah
Kolaborasi pemberian antiplatelet atau
antikoagulan
Monitor laboratorium Hb, Hmt
MONITOR TANDA VITAL
Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan
RR
Monitor jumlah dan irama jantung
Monitor bunyi jantung
Monitor suhu, warna dan
kelembaban kulit
MANAJEMEN CAIRAN
Catat intake dan output cairan
Monitor status hidrasi
Monitor tanda-tanda vital
Monitor status nutrisi
BAB II
TINJAUAN KASUS
: Siti Isrohkiyah
: 10 Januari 2014
: 13.30 WIB
Pengkaji
Tanggal pengkajian
Jam
1. Data biografi
a. Identitas pasien
Nama
:Tn. N
Umur
:71 tahun
Jenis kelamin :laki-laki
Suku/bangsa :jawa
Pekerjaan
:wiraswasta
Alamat
:Karanggayam, Kebumen
Status
:menikah
No RM
:2506316
b. Identitas penanggungjawab
Nama
:Ny. S
Umur
:35 tahun
Hubungan
:keluarga
Jenis kelamin :perempuan
Alamat
:Karanggayam, Kebumen
2. Riwayat penyakit
a.
Keluhan utama
Pasien mengeluh pusing sejak seminggu yang lalu
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD PKU Gombong tanggal 08 januari 2014 jam 08.00 wib dengan keluhan
sakit kepala sejak 1 minggu yang lalu, mual mutah dari kemarin sore, lemes dan sesak jika
berjalan. KU sedang kesadaran CM.Tensi 160/90 mmHg, nadi 88 x/mnt,RR 20 x/mnt suhu
36,5 oc.Pasien pindah ke ruang barokah pada tanggal 10 januari 2014 jam 08.15 wib .Saat
dikaji pada tanggal 4 januari 2014 jam 14.00 wib tensi 150/90 mmHg, nadi 80x/mnt, RR
20x/mnt dan suhu 36,0o C. Keluhan pusing, mual dan lemes.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien memilik riwayat hipertensi
d. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kesehatan keluarga yang lain tidak ada yang menderita penyakit seperti yang diderita
klien saat ini.
3. Primery survey
a.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
b.
Breath
RR : 20x/mnt
Suara nafas : ronkhi ( -),wezing (-)
Jalan nafas tidak terdapat secret dan adekuat
Retraksi dada (-)
Tidak ada nafas cuping hidung
Bentuk dada simetris
Blood
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
c.
1)
2)
3)
4)
d.
1)
2)
3)
e.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
f.
1)
Pernafasan
Sebelum sakit : klien bernafas spontan tanpa alat bantu pernafasan , pola nafas vesikuler
Saat dikaji : tidak ada keluhan sesak nafas, pasien mendapatkan terapi oksigen 2-3 LPM
Nutrisi
Sebelum sakit : kien biasa makan secara mandiri tanpa bantuan orang lain dengan frekuensi
3X sehari dengan menu nasi, sayur, dan lauk-pauk. klien biasa minum air putih.
2) Saat dikaji : Makan 3x sehari, dengan diet bubur halus, hanya habis porsi karena mual.
Pasien makan dari tempat yang disediakan oleh rumah sakit. Minum 4 - 6 gelas sehari.
c. Eliminasi
1) Sebelum sakit : klien biasa BAB 1 kali dalam sehari, konsistensi lembek, warna kuning, dan
BAK : 7-8 kali sehari, urine kuning jernih.
2)
Saat dikaji: tidak mengalami diare, riwayat melenea sejak 2 hari yang lalu mampu
2)
i.
1)
2)
j.
1)
2)
dengan keluarga
Pola belajar
Sebelum sakit
: pasien tidak mengetahui penyakit yang dideritanya
Saat dikaji : Klien bertanya-tanya tentang penyakitnya
Pemeriksaan fisik
Kesadaran
: compos mentis
GCS
: E4 M6 V5
Kepala
: Mesochepal
Kulit kepala : bersih
Mata
: reaksi cahaya (+), pupil ishokor, anemis, sclera anikterik
Hidung
: bersih
e)
f)
2)
a)
Mulut
Telinga
Leher
Thorak
Paru-paru
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi
Jantung
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi
3) Abdomen
- Inspeksi
- Auskultasi
- Palpasi
4)
ulu hati
Perkusi
: bersih
: bersih
: tidak ada pembesaran tiroid maupun peningkatan JVP
: simetris
:
: Bentuk simetris
: Vocal fremitus seimbang kanan-kiri
: Sonor
: ronki (-), wheezing (-).
:
: Simetris
: Tidak ada pembesaran
: Pekak
: Irama reguler
: tidak terlihat adanya lesi
: peristaltik 12x/mnt
: tidak pembesaran hepar maupun spleen, terdapat nyeri tekan sekitar
: timpani
Ekstremitas
4
4
- Genetalia
: bersih, tidak ada lesi
- Kulit
: turgor kulit elastic, akral hangat
- Kuku
: kuku tangan dan kaki pendek, CRT > 2 dtk
- Vital sign
: Nadi 88/mnt, TD 150/90 mmHg, S 36 C, HR 20 kali/mnt
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
10 januari 2014
Leukosit
7,47
103 /uL
Eritrosit
3,25
106 /uL
Hb
4,9
gr/dL
Hematokrit
20,2
%
MCV
62,2
fl
MCH
15,1
%
MCHC
24,3
%
trombosit
400
10 3/ul
GDS
121
Mg/dl
13 januari 2014
10,7
gr/dl
7. Terapi:
Nilai Normal
4,8 10,8
4,7 6,10
14,0 18,0
42 52
79,0-99,0
27.0-31.0
33.0-37.0
150-450
70,0-105,0
14-18
a.
b.
c.
d.
8.
Ranitidine 2 x 50mg
Lasix 1 amp pre tranfusi
Betahistin 3 x 1
Amlodipin 10 mg 1x1
Analisa Data
DATA FOKUS
Tanggal 10 januari 2014
PATHWAY
Penurunan
ETIOLOGI
Penurunan Hb
Ds :
- Klien mengeluh sakit kepala, pusing
- Klien mengeluh sesak bila berjalan
jaringan
jumlah
eritopoetin
HB
Do :
- Hb 4,9 mg/dl, eritrosit 3,25 10^6/ul, Ht 20,2
%, anemis dan CRT > 2 detik
PROBLEM
Gangguan perfusi
menurun
Pengangk
utan O2 dan
nutrisi
Anemia
kejaringan
menurun
Gangguan
DS:
ps mengeluh lemes
DO:
kesadaran compos mentis, GCSE4M6V5,
pasien tampak lemas, Hb 4,9 mg/dl, wajah
perfusi jaringan
Penurunan
jumlah
eritopoetin
HB
pucat
menurun
Pengangk
utan O2 dan
nutrisi
kejaringan
menurun
Gangguan
perfusi jaringan
Keletihan
9. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan kadar hb, kedikastabilan
hemolitik
b. Keletihan berhubungan dengan anemia
10. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA
Gangguan
perfusi
jaringan
KRITERIA HASIL
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
INTERVENSI
Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler,
selama 3x24 jam, masalah keperawatan warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.
Tinggikan kepala tempat tidur sesuai
gangguan perfusi jaringan diharapkan
toleransi.
teratasi dengan indicator :
Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi
Indikator
A
T
napas perhatikan bunyi adventisius.
- TTV dalam batas
4
3 Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.
normal
Perfusi jaringan
perifer
- Nadi perifer teraba
kuat
Keterangan :
1 : ekstrim
2 : berat
3 : sedang
4 : ringan
Keletihan
5 : tidak ada
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Gunakan
anjurkan
teknik
pasien
menghemat
istirahat
bila
energi,
terjadi
Implementasi
Respon
januari
2014
13.00
13.05
14.00
14.05
14.10
17.00
17.05
17.07
2
Jumat, 10
januari
2014
13.00
13.05
mengkaji
kemampuan
klien
dalam
gangguan
otot.
duduk, TTV stabil
mengobservasi tanda-tanda vital sebelum dan
Lingkungan ramai banyak pengunjung
sesudah aktivitas.
menjenguk
pengunjung,
dan
kurangi
suara
17.00
1
Sabtu, 11
januari
2014
13.05
13.10
13.30
14.00
17.00
17.05
17.06
17.10
2
Sabtu, 11
januari
2014
13.10
13.30
14.00
14.05
17.00
1
Minggu,
12 januari
2014
13.05
13.10
13.30
14.00
14.05
17.00
17.00
2
Minggu,
12 januari
2014
13.10
13.30
14.00
14.05
16.00
12. Evaluasi
No Dx
1
Jumat, 10
januari
2014
SOAP
S: pasien masih mengeluhsakit kepala dan pusing
O: Hb 4,9 mg/dl, eritrosit 3,25 10^6/ul, Ht 20,2 %, anemis dan CRT > 2 detik
A: masalah keperawatan gangguan perfusi jaringan belum teratasi dengan indicator
Indikator
Awal
Akhir
4
4
4
4
4
4
P: lanjutkan intervensi
Monitor TTV tiap 6 jam
Monitor pemberian tranfusi darah
Monior hasil lab pos tranfusi
S: pasien mengeluh masih lemes
Jumat, 10 O: kesadaran compos mentis, GCSE4M6V5, pasien tampak lemas, Hb 4,9 mg/dl, wajah pucat
januari
2014
Awal
2
Akhir
2
2
2
2
2
Awal
2
2
2
Akhir
4
4
4
P: lanjutkan intervensi
2
Sabtu, 11
januari
2014
Indikator
TTV dalam batas normal
EKg dalam batas normal
Laporan ADL
Awal
2
Akhir
3
2
2
3
3
12 januari anemis
2014
Awal
2
2
2
Akhir
4
4
4
P: lanjutkan intervensi
Minggu,1
O: kesadaran compos mentis, GCSE4M6V5, pasien tampak lemas, Hb 10,7 mg/dl, kekuatan
2 januari
otot 4
2014
Awal
2
Akhir
4
2
2
4
4
BAB IV
PEMBAHASAN JURNAL
A. Judul
Pengaruh minum the Terhadap kejadian anemia pada usila Di kota bandung oleh Besral1, Lia
Meilianingsih2, Junaiti Sahar3, Departemen Biostatistika dan Kependudukan, FKMUI,
Depok 16424, Indonesia, Akademi Perawat Depkes, Bandung, Indonesia, Fakultas Ilmu
Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
B. Pendahuluan
Kebiasaan minum teh sudah menjadi budaya bagi penduduk dunia. Selain air putih,
teh merupakan minuman yang paling banyak dikonsumsi oleh manusia. Rata-rata konsumsi
teh penduduk dunia adalah 120 mL/hari per kapita. Ada tiga jenis utama minuman teh yaitu
1) teh hitam yang banyak dikonsumsi oleh bangsa Eropa, Amerika Utara, dan Afrika Utara
(kecuali Moroko), 2) teh hijau yang banyak dikonsumsi oleh bangsa Asia (termasuk
Indonesia), dan 3) the oolong yang banyak dikonsumsi oleh penduduk Cina dan Taiwan. Teh
adalah minuman yang kaya antioxidan. Cao et al, 1996 1 menemukan bahwa teh hijau dan
teh hitam mempunyai kadar antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan sayuran seperti
bawang putih, bayam, dan kale. Teh diketahui mempunyai banyak manfaat kesehatan, antara
lain menurunkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler (Hertog, 1997) 2 dan menghambat
perkembangan kanker (Yang C et al., 2000) 3, mempunyai efek untuk menjaga
kesehatan gigi dan mulut karena kandungan natural florida yang dimilikinya dapat mencegah
terjadinya karies pada gigi (Jones C et al., 1999) 4, mengurangi risiko terjadinya patah tulang
pada usila karena densitas tulang pada mereka yang minum teh lebih baik daripada mereka
yang tidak minum teh (Hegarty et al., 2000) 5. Hindmarch et al. 2000 6 melaporkan bahwa
konsumsi teh dapat meningkatkan kondisi kognitif dan psikomotor pada orang dewasa.
Curhan et al, 1998 7 melaporkan bahwa adanya hubungan yang negatif antara konsumsi teh
dengan kejadian batu ginjal pada wanita usia 40-65 th. Setelah dikontrol oleh variabel
pengganggu, konsumsi teh sebanyak 240 ml per hari dapat menurunkan risiko terjadinya batu
ginjal sebesar 8%. Walaupun teh mempunyai banyak manfaat kesehatan, namun ternyata teh
juga diketahui menghambat penyerapan zat besi yang bersumber dari bukan hem (non-heme
iron). Hurrell RF, Reddy M, dan Cook JD, 1999 8 melaporkan bahwa
teh hitam dapat menghambat penyerapan zat besi non-heme sebesar 79-94% jika dikonsumsi
bersama-sama. Anemia kekurangan zat besi pada anak-anak di Arab Saudi dan di Inggris juga
dilaporkan berhubungan dengan kebiasaan minum teh (Gibson, 1999) 9. Dilaporkan juga
bahwa dampak dari interaksi teh dengan zat besi ini bergantung pada status konsumsi zat besi
dan karakteristik individu. Usia Lanjut (Usila) merupakan keadaan alamiah yang dialami oleh
setiap orang ketika telah mencapai umur tertentu. Menurut UU no. 13 tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Usia Lanjut yang dimaksud dengan kelompok usia lanjut adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun atau lebih. Jumlah dan proporsi penduduk usila
di Indonesia semakin lama semakin meningkat, seiring dengan peningkatan kualitas hidup
dan pelayanan kesehatan, telah terjadi peningkatan umur harapan hidup penduduk Indonesia.
Hasil Sensus Penduduk tahun 1971 menyebutkan bahwa terdapat 5,3 juta penududuk usila
atau 4,5% dari total
penduduk Indonesia. Sensus Penduduk tahun 2000 menyebutkan jumlah penduduk
usila telah menjadi 14,5 juta atau 7,1% dari total penduduk Indonesia, maka dapat dikatakan
bahwa dalam kurun waktu 30 tahun (19712000) telah terjadi peningkatan jumlah penduduk
usila 3 kali lipat. Depkes RI memperkirakan tahun 2010 jumlah usila akan menyamai jumlah
balita yaitu sekitar 8,5% dari total penduduk Indonesia atau sekitar 19 juta jiwa, yang akan
membawa Indonesia memasuki era penduduk berstruktur tua. Status kesehatan usila secara
umum mulai menurun, terutama pada kondisi fisik dan psikososial yang berpotensi
menimbulkan masalah kesehatan lainnya. Permasalahan yang dihadapi usila pada umumnya
adalah penyakit degenerative dan gizi. Kelompok usila pada umumnya memiliki gigi yang
tidak sempurna lagi, sehingga mempunyai keterbatasan dalam mengkonsumsi zat besi yang
bersumber dari hewani (heme iron), akibatnya usila sangat rentan terhadap kejadian anemia.
Walaupun usila dapat mengkonsumsi zat besi bersumber nabati, namun apabila dikonsumsi
bersama-sama dengan teh maka penyerapan zat besinya akan terhambat, sehingga usila
tersebut tetap rentan terhadap kejadian anemia. Anemia kurang zat besi merupakan penyakit
nomor satu terbanyak yang diderita oleh usila di Indonesia dengan angka kejadian sebesar
50%, kemudian diikuti oleh penyakit jantung dan pembuluh darah 29,5%, infeksi saluran
pernafasan 12,2%, TBC 11,5%, dan kanker 2,2% (Depkes, 2003) 10.
C. Pembahasan dan kesimpulan
Berdasarkan hasil studi ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Angka kejadian
anemia pada usila di Kota Bandung hampir sama dengan hasil penelitian lainnya di
Indonesia, yakni sekitar 50%. Lansia yang memiliki kebiasaan minum teh tiap hari punya
risiko 92 kali lebih tinggi untuk menderita anemia dibandingkan lansia yang tidak pernah
minum teh. Untuk menurunkan kejadian anemia pada usila, disarankan kepada usila untuk
mengurangi kebiasaan minum tehnya atau minum teh 23 jam sesudah makan atau
meningkatkan asupan protein terutama protein hewani. Namun, mengingat kondisi gigi serta
keuangan usila, maka perubahan kebiasaan minum teh merupakan pilihan yang paling bijak
untuk menurunkan kejadian anemia.
Daftar pustaka
1. Nursing diagnoses: definitions and clasification 2012-2014, Jakarta : EGC, 2012
2. Nursing diagnosis nadbook with NIC interventions and NOC Outcomes, Jakarta : EGC, 2006
3. Doengoes Merillynn. (1999) (Rencana Asuhan Keperawatan). Nursing care plans. Guidelines
for planing and documenting patient care. Alih bahasa : I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati.
EGC. Jakarta.
4. FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Volume 1. Jakarta, FKUI.
5. arlatt, Petit. (1997). Kapita Selekta Hematologi. Edisi 2. Jakarta, EGC.
6. Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Cetakan I. Jakarta, EGC.
7. Nurhidayah, 2004. Hand Out Asuhan Keperawatn Hyperchromic Macrocytic