Vous êtes sur la page 1sur 5

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konseptual
Upaya Pelayanan
Kesehatan

Lingkungan Sosial :
Pendidikan orangtua
Pekerjaan
Penghasilan
Kepadatan hunian
Pengetahuan orangtua

Promotif
Preventif
Kuratif
Rehabilitatif
Keturunan

Lingkungan Fisik :
Suhu
Kelembaban udara
Kejadian TB Anak
Luas ventilasi
Pencahayaan
Gambar
3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Indeks prediksi kejadian TB anak berbasis
Lantai rumah
lingkungan
Jenis dinding
rumah di Kota Kupang Tahun 2016

Perilaku :
Perilaku Merokok Orangtua
Status Gizi Anak
Riwayat Imunisasi BCG
Gejala penyakit
HIV/AIDS

Keterangan :
Lingkungan Biologi :
Kontak Penderita

: Diteliti
: Tidak diteliti
: Mempengaruhi

Konsep terjadinya penyakit dalam suatu komunitas masyarakat seringkali


dipengaruhi oleh berbagai faktor. Berdasarkan uraian dari Timmreck (2001),
menyatakan bahwa epidemiologi menggunakan cara pandang ekologi untuk
mengkaji interaksi berbagai elemen dan faktor dalam lingkungan dan implikasi
yang berkaitan dengan penyakit. Ekologi merupakan hubungan organisme, antara
satu dengan yang lainnya. Organisme berinteraksi dengan lingkungan yang serupa
dan berkontribusi pada lingkungan tersebut. Sehingga pada dasarnya semua

48

penyakit tidak selalu dapat dikaitkan hanya pada satu faktor atau penyebab
tunggal.
Berdasarkan konsep tersebut, maka penjabaran dari gambar kerangka konsep
diatas bisa diperhatikan bahwa kejadian TB anak tentunya dipengaruhi oleh
berbagai faktor dan salah satu determinan penting dalam terjadinya kejadian TB
anak adalah kondisi lingkungan tempat tinggal penderita. Faktor lingkungan
terdiri dari lingkungan fisik (suhu, kelembaban udara, luas ventilasi, intensitas
cahaya, lantai rumah, dan jenis rumah); lingkungan sosial (pendidikan, pekerjaan
orang tua, penghasilan orang tua dan jumlah penghuni); lingkungan biologi yaitu
kontak anak dengan penderita TB paru dewasa. Selain itu juga terdapat
determinan yang berpotensi mempengaruhi kejadian TB anak yaitu perilaku yang
meliputi perilaku merokok orangtua, status gizi anak, riwayat imunisasi BCG
serta gejala penyakit (batuk kronik dan demam).
Keadaan suhu dalam rumah dapat mempengaruhi atau menjadi indikator
pendukung terjadinya penyakit TB pada anak. Suhu dalam rumah tentu tidak
hanya berpengaruh pada penghuninya, tetapi juga pada perkembangbiakan agen
yaitumycobacterium tuberculosis dapat hidup dengan baik, sehingga merupakan
faktor penularan pada anggota keluarga lain khususnya pada anak. Kelembaban
udara yang meningkat menyebabkan bakteri berkembang dengan lebih
mudah.Mycobacterium tuberculosis seperti bakteri yang lain akan berkembang
dengan baik pada suatu lingkungan dengan kondisi kelembaban yang tinggi.
Kondisi rumah dengan ventilasi udara, intensitas cahaya, jenis lantai dan
dinding rumah yang buruk juga tentu sangat membahayakan atau mendukung
terjadinya penularan penyakit TB. Ventilasi sebagai media sirkulasi pertukaran
udara dalam ruangan jika terganggu maka akan berdampak pada meningkatnya
kelembaban udara dalam rumah. Cahaya selain sebagai sumber penerangan dalam

49

rumah juga mempunyai fungsi untuk membunuh bakteri, sehingga dengan


masuknya sinar matahari maka rumah akan berpotensi untuk bebas dari
mycobacterium tuberculosis.
Lantai dan dinding rumah berhubungan dengan kelembaban udara dalam
ruangan atau rumah. Lantai rumah yang basah atau lembab (tanah) dapat
menimbulkan kelembaban yang tinggi sehingga menjadi tempat berkembang
biaknya kuman penyakit. Dinding rumah yang memenuhi syarat yaitu dapat
mencegah terjadi naiknya kelembaban tanah. Kelembaban yang terjadi pada
dinding rumah diakibatkan jenis dinding yang digunakan. Masyarakat pada
umumnya menggunakan jenis dinding rumah tembok tetapi ada juga yang tidak
diplester sehingga mengakibatkan kelembaban rumah menjadi tinggi. Begitupun
dengan penggunaan jenis dinding rumah tradisional dari bambu atau kayu yang
dapat mengakibatkan meningkatnya kelembaban rumah.
Status pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan jumlah penghuni dapat
berpengaruh terhadap kesehatan seseorang terutama terjadinya penyakit TB anak.
Berdasarkan laporan WHO 2014, mayoritas kejadian TB terjadi pada individu
dengan tingkat pendidikan yang rendah dan bekerja sebagai buruh atau tidak
mempunyai pekerjaan yang tetap sehingga menyebabkan rendahnya daya beli
individu dan akhirnya kekurangan asupan makanan. Status ekonomi bukan
merupakan determinan langsung yang berhubungan dengan kejadian TB pada
anak, tetapi status ekonomi yang rendah akan menyebabkan keterbatasan dana
keluarga penderita sehingga kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari khususnya dalam mempertahankan status sehat dalam hal ini
peningkatan status gizi anak akan sulit untuk terpenuhi. Selain itu status ekonomi
juga turut mempengaruhi tingkat pendidikan. Jumlah penghuni dalam rumah juga

50

turut mempengaruhi kejadian tuberkulosis anak. Apabila kepadatan hunian


melebihi kapasitas rumah maka kontak penderita dengan anggota keluarga lain
akan semakin sering sehingga memudahkan penularan pada anggota keluarga
yang lain.
Kontak penderita TB dewasa dengan anak tentu menjadi suatu faktor atau
determinan yang sangat penting dalam penularan penyakit TB. Dimana pada saat
batuk atau bersin Mycobacterium tuberculosis sebagai agen penyakit TB keluar ke
udara dan berpotensi terhirup oleh anak-anak yang berada dalam rumah. Hal
tersebut akan semakin berbahaya jika didukung oleh perilaku merokok orangtua.
Asap yang dihasilkan oleh rokok tentu berpotensi mencemari udara karena
mengandung zat toksik. Kondisi imunitas anak yang masih rendah menyebabkan
sangat rentan untuk tertular bakteri penyakit TB dari orang dewasa maupun juga
sebagai dampak dari perilaku orangtua. Untuk merumuskan indeks dalam
mendiagnosis kejadian TB anak berbasis lingkungan, tentu perlu memperhatikan
beberapa faktor lainnya seperti gejala penyakit TB anak pada umumnya yaitu
batuk kronik dan demam tanpa sebab. Faktor tersebut perlu diteliti untuk
memperkuat perumusan indeks berbasis lingkungan di Kota Kupang.
3.2 Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh lingkungan fisik (suhu, kelembaban, luas ventilasi,
intensitas cahaya, jenis lantai dan dinding rumah) terhadap kejadian TB
anak di Kota Kupang.
2. Ada pengaruh lingkungan sosial (pendidikan orangtua, pekerjaan orang
tua, penghasilan orang tua dan kepadatan hunian) terhadap kejadian TB
anak di Kota Kupang.

51

3. Ada pengaruh lingkungan biologi yaitu TB kontak dengan kejadian TB


anak di Kota Kupang.
4. Ada pengaruh determinan perilaku (perilaku merokok orangtua, status
gizi anak, riwayat imunisasi BCG serta gejala penyakit seperti batuk
kronik dan demam) dengan kejadian TB anak di Kota Kupang.

52

Vous aimerez peut-être aussi