Vous êtes sur la page 1sur 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MIOMA

A. Defenisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak berasal dari otot uterus, yang dalam
kepustakaan ginekologi juga terkenal dengan istilah-istilah fibrimioma uteri, leiomyoma
uteri atau uterine fibroid. (Prawirohardjo,1996) Mioma uteri adalah tumor jinak uterus
yang berbatas tegas yang terdiri dari otot polos dan jaringan fibrosa.
B. Etiologi
Faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui, namun ada 2 teori yang
berpendapat:
a. Teori Stimulasi
Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi, mengingat bahwa :
Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil
Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum monarche
Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause
Hiperplasia endometriumsering ditemukan bersama dengan mioma uteri
b. Teori Cellnest atau genitoblas
Terjadinya mioma uteri itu tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat
pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh estrogen.
(Prawirohardjo, 1996).
C. Jenis Mioma Uteri
Berdasarkan posisi mioma uteri terdapat lapisan-lapisan uterus, dapat dibagi
dalam 3 jenis :
a. Mioma Submukosa
Tumbuhnya tepat di bawah endometrium. Paling sering menyebabkan
perdarahan yang banyak, sehingga memerlukan histerektomi, wlaupun ukurannya
kecil. Adanya mioma submukosa dapat dirasakan sebagai suatu curet bump
(benjolan waktu kuret). Kemungkinan terjadinya degenerasi sarcoma juga lebih besar
pada jenis ini. Sering mempunyai tangkai yang panjang sehingga menonjol melalui
cervix atau vagina, disebut mioma submucosa bertangkai yang dapat menimbulkan
miomgeburt, sering mengalami nekrose atau ulcerasi.
b. Interstinal atau intramural

Terletak pada miometrium. Kalau lebar atau multipel dapat menyebabkan


pembesaran uterus dan berbenjol-benjol.
c. Subserosa atau subperitoneal
Letaknya di bawah lapisan tunica serosa, kadang-kadang vena yang ada di
bawah permukaan pecah dan menyebabkan perdarahan intra abdominal. Kadangkadang mioma subserosa timbul di antara dua ligalatum, merupakan mioma
intraligamenter, yang dapat menekan uterus dan A. Iliaca. Ada kalanya tumor ini
mendapat vascularisasi yang lebih banyak dari omentum sehingga lambat laun
terlepas dari uterus, disebut sebagai parasitic mioma. Mioma subserosa yang
bertangkai dapat mengalami torsi.
D. Patofisiologi
Miom atau tumor fibroid muncul 20 sampai 40 % pada wanita selama masa-masa
reproduktif nya. Wanita secara genetik cenderung untuk mengembangkan kondisi mioma
tersebut. Namun kondisi-kondisi lain seperti gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat
dapat juga menjadi faktor resioko kemunculan miona. Kemunculan mioma hampir selalu
jinak. Fibroid timbul dari jaringan otot rahim dan dapat berkembang menjadi soliter atau
multiple di dalam lapisan (intrakaviter), dinding otot (intamural), dan permukaan luar
(serosa) dari rahim.
Mioma berkembang umumnya pada wanita usia 25-40 tahun dapat dalam
perkembangannya dapat tumbuh membesar. Pembesaran tumor fibroid atau mioma dapat
terjadi di dekade sebelum menopause, hal ini kemungkinan berhubungan dengan siklus
anovulasi dan tingkat tinggi estrogen.
Mioma biasanya tumbuh dengan tidak memberikan manifestasi yang berarti.
Biasanya wanita yang mempunyai mioma akan mengalami pendarahan vaginal yang
tidak biasa. Jika ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus
ini tampak bundar dan konstipasi padat. Bilaterletak pada dinding depan uterus, uterus
mioma dapat menonjol ke depan sehingga menekan dan mendorong kandung kencing ke
atas sehingga sering menimbulkan keluhan miksi
Masalah-masalah lain akan muncul jika terjadi: berkurangnya pemberian darah
pada mioma uteri yang menyebabkan tumor membesar, sehingga menimbulkan rasa nyeri
dan mual. Selain itu masalah dapat timbul lagi jika terjadi perdarahan abnormal pada

uterus yang berlebihan sehingga terjadi anemia. Anemia ini bisa mengakibatkan
kelemahan fisik, kondisi tubuh lemah, sehingga kebutuhan perawatan diri tidak dapat
terpenuhi. Selain itu dengan perdarahan yang banyak bisa mengakibatkan seseorang
mengalami kekurangan volume cairan.

E. WOC Mioma
Herediter

Hormonal

Usia

Mioma
Tak
Intoleransi
Perdarahan
Pembesara
Disfungsi
Resiko
syok
tertolong
KelemahanHilangnya
Intramural
Submukosa
aktifitas
uterus
pervagina
seksual
n uterus
Pembedaha
Resiko
Estrogen
Libido
cepat Hb
fisik
l

Pola hidup

Penekanan
Rektum &
vesika
Penekanan
Penekanan
Penekanan
Penekanan
Pola
Nyeri
pada
Submukosa urinaria
Kontipasi
Retensi
syrafpada
organ
eliminasi
vesika
l
urin

F. Gambaran Klinik
Gejala dan tanda kasus mioma uteri secara kebetulan pada pemeriksaan pelvik
uteri, penderita tidak mempunyai keluhan dan tidak sadar bahwa mereka mengandung
satu tumor dalam uterus. Gejala-gejala tergantung dari lokasi mioma uteri (cervikal,
intramural, submucous) digolongkan sebagai berikut :

a. Perdarahan tidak normal


Perdarahan ini serng bersifat hipermenore; mekanisme perdarahan ini tidak
diketahui benar, akan tetapi faktor-faktor yang kiranya memegang peranan dalam hal
ini adalah telah meluasnya permukaan endometrium dan gangguan dalam
kontraktibilitas miometrium.
b. Rasa nyeri pada pinggang dan perut bagian bawah
Dapat terjadi jika :
Mioma menyempitkan kanalis servikalis
Mioma submukosum sedang dikeluarkan dari rongga rahim
Adanya penyakit adneks, seperti adneksitis, salpingitis, ooforitis
Terjadi degenerasi merah
c. Tanda-tanda penekanan
Terdapat tanda-tanda penekanan tergantung dari besar dan lokasi mioma uteri.
Tekanan bisa terjadi pada traktus urinarius, pada usus, dan pada pembuluh-pembuluh
darah. Akibat tekanan terhadap kandung kencing ialah distorsi dengan gangguan
miksi dan terhadap uretes bisa menyebabkan hidro uretre
d. Infertilitas dan abortus
Infertilitas bisa terajdi jika mioma intramural menutup atau menekan pors
interstisialis

tubae;

mioma

submukosum

memudahkan

terjadinya

abortus.

(Prawirohardjo,1996)
G. Perubahan Sekunder
Perubahan sekunder pada mioma uteri adalah perubahan yang terjadi pada mioma
karena pengaruh lain. Perubahan yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini
terjadi oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma.
Perubahan sekunder yang sering terjadi:
a.

Atrofi
Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi

kecil.
b. Degenerasi Hialin
Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut. Tumor
kehilangan struktur aslinya menjadi homogen, dapat meliputi sebagian besar
atau hanya sebagian kecil daripada seolah-olah memisahkan satu kelompok
serabut otot dari kelompok lainnya.

c. Degenerasi Kistik
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma
menjadi cair sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi
seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan
limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini
tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
d. Degenerasi Membatu (calcicerous degeneration)
Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan
dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang
mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto
roentgen.
e. Degenerasi Merah (carneous degeneration)
Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis
diperkirakan karena suatu nekrosis sub akut sebagai gangguan vaskularisasi.
Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna
merah yang disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi
merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus,
sedikit demam dan kesakitan. Tumor uterus membesar dan nyeri pada
perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium
atau mioma yang bertangkai.
f. Degenerasi lemak
Jarang terjadi dan merupakan kelanjutan degenerasi hialin.
H. Penatalaksanaan
a. Pada mioma kecil dan tidak menimbulkan keluhan, tidak diberikan terapi hanya
diobservasi tiap 3 6 bulan untuk menilai pembesarannya. Mioma akan lisut setelah
menopause
b. Radioterapi
c. Pemberian GnRH agonis selama 6 minggu
a. Miomektomi dengan atau tanpa histerektomi bila uterus melebihi seperti
kehamilan 12 14 minggu
b. Estrogen untuk pasien setelah menopause dan observasi setiap 6 minggu.
I. Komplikasi
a. Pertumbuhan Leiomiosarkoma

Yaitu tumor yang tumbuh dari miometrium, dan merupakan 50 70 % dari semua
sarkoma uteri. Ini timbul apabila suatu mioma uteri yang selama beberapa tahun tidak
membesar, sekonyong-konyong menjadi besar, apalagi jika hal itu terjadi sesudah
menopause.
b. Torsi (putaran tungkai)
Ada kalanya tungkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran. Kalau
proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan sirkulasi akut dengan
nekrosis jaringan, dan akan nampak gambaran klinik dari abdomen akut.
c. Nekrosis dan Infeksi
Pada mioma submukosum, yang menjadi polip, ujung tumor kadang-kadang dapat
melalui kanalis servikalis dan dilahirkan di vagina. Dalam hal ini ada ada kemungkinan
gangguan sirkulasi dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder. (Prawiroharjo, 1996)
J. Pencegahan
a. Pencegahan Primordial
Pencegahan ini dilakukan pada perempuan yang belum menarche atau sebelum
terdapat resiko mioma uteri. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan
mengkonsumsi makanan yang tinggi serat seperti sayuran dan buah.
b. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan awal pencegahan sebelum seseorang
menderita mioma. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan penyuluhan
mengenai faktor-faktor resiko mioma terutama pada kelompok yang beresiko
yaitu wanita pada masa reproduktif. Selain itu tindakan pengawasan pemberian
hormon estrogen dan progesteron dengan memilih pil KB kombinasi
(mengandung estrogen dan progesteron), pil kombinasi mengandung estrogen
lebih rendah dibanding pil sekuensil, oleh karena pertumbuhan mioma uteri
berhubungan dengan kadar estrogen.
c. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk orang yang telah terkena mioma
uteri, tindakan ini bertujuan untuk menghindari terjadinya komplikasi.
Pencegahan yang dilakukan adalah dengan melakukan diagnosa dini dan
pengobatan yang tepat.

K. Pemeriksaan Penunjang
a. Laporoskopi : untuk mengetahui ukuran dan lokasi tumor
b. USG abdominal dan transvaginal
c. Biopsi : untuk mengetahui adanya keganasan
d. Dilatasi serviks dan kuretase akan mendeteksi adanya fibroid subserous.

ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data subjektif
1) Biodata
Umur 35-45 tahun mempunyai resiko terkena mioma uteri (20%) dan jarang terjadi
setelah menopause, karena pada menopause estrogen menurun, suku bangsa kulit.
Kulit hitam lebih banyak beresikoo terkena mioma daripada kulit putih.
2) Keluhan Utama
Gejala awal yang dirasakan oleh penderita mioma uteri, yaitu :
Perdarahan abnormal (hypermenore, menoragia, metoragie)
Rasa nyeri, akibat gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai

nekrosis setempat dan peradangan.


Gangguan BAK (poliuri, retensio urine, disuria), hal ini akibat tekanan pada

kandung kemih.
Gangguan BAB (obstipasi dan tanesmia), hal ini akibat tekanan pada rectum.
Edema tungkai dan nyeri panggul akibat penekanan pada pembuluh darah dan

pembuluh limfe.
3) Riwayat kesehatan lalu dan sekarang

Pada mioma uteri sering ditemukan pada penderita yang sering mengalami
perdarahan (hypermenorrhoe, menorrhagia, metrorrhagia) yang lama dan terusmenerus kadang-kadang disertai rasa nyeri pada perut bagian bawah dan riwayat
kontak berdarah dan dysparenia (Hamilton, 1995:18-19).
4) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga pasien (ibu, kakak) yang menderita/pernah menderita
penyakit yang sama seperti pasien yang berupa perdarahan terus-menerus dan lama
karena predisposisi dari mioma adalah faktor keturunan. Pada keluarga adakah
riwayat gangguan pembekuan darah yang dapat mengakibatkan perdarahan yang
sulit berhenti.
5) Riwayat reproduksi
Haid
Pada riwayat haid sering ditemukan adanya hipermenorhea, menoragle,
metoragie, dan dysmenorea. Mioma uteri tidak terjadi sebelum menarche.
Setelah menopause banyak mioma menjadi lisut, hanya 10% saja yang masih

dapat tumbuh lebih lanjut.


Hamil dan persalinan
Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma, dimana mioma tumbuh cepat
pada masa hamil ini dihubungkan dengan hormone estrogen. Pada masa ini

hormone estrogen dihasilkan dalam jumlah yang besar.


6) Riwayat KB
KB hormonal dengan kadar estrogen yang tinggi merupakan pencetus terjadinya
mioma karena estrogen lebih tinggi kadarnya daripada wanita yang menggunakan
KB hormonal.
7) Pola kebiasaan sehari-hari
Nutrisi
Pada tumor yang berat dapat terjadi nafsu makan turun, rasa sesak dan lain-lain.
Eliminasi
Pola kebiasaan sehari-hari terutama pola eliminasi mengalami perubahan.
Perubahan pola BAK dapat berupa polakisuria, dysuria, dan kadang terjadi

retensio urine, perubahan pola BAB dapat berupa obstipasi dan tonesmi.
Seksualitas
Perubahan pola seksual dapat berupa kontak berdarah dyspareunia, karena
adanya mioma pada alat genetalia interna juga kadang menyebabkan libido

menurun.
Aktifitas
Pola aktifitas terganggu akibat rasa nyeri yang timbul.

Kondisi psikososial
Klien mengalami kecemasan disebabkan karena dampak/ gejala yang
ditimbulkan oleh adanya penyakit seperti perdarahan, ada benjolan, perdarahan

yang terus-menerus dan lama.


Kondisi spiritual
Klien merasa terganggu dengan adanya perdarahan dan gejala lain dari
penyakitnya, terutama bagi pasien yang beragama Islam, tidak dapat/terganggu
dalam melaksanakan ibadah.

b. Data objektif
1) Keadaan umum : lemah, anemis
2) Kesadaran : composmentis sampai somnolen karena perdarahan menimbulkan
gangguan keseimbangan cairan.
3) Tanda-tanda vital
Tekanan darah
: Dalam keadaan syok hipovolemik akan terjadi penurunan

tensi (hipotensi).
Nadi
Suhu

apabila sudah ditemukan infeksi/dehidrasi berat.


Nafas
: Mengalami peningkatan sehubungan dengan gejala

: Dalam keadaan syok hipolemik akan terjadi takikardi.


: Dapat normal dan dapat juga terjadi peningkatan suhu

sekunder yaitu : sesak nafas karena gangguan sirkulasi O2.


4) Pemeriksaan fisik
Muka
: Tampak pucat dan anemis.
Mata
: Konjungtiva pucat, sklera putih, kelopak mata tidak odem.
Mulut
: Mukosa mulut dan bibir tampak kering dan pucat. Bau aseton
bisa terjadi bila telah terjadi asidosis akibat dehidrasi/shock hipolemik yang

hebat.
Dada

memenuhi O2 akibat sesak nafas.


Abdomen
: Tampak adanya pembesaran, teraba tumor di perut bagian

: Gerakan nafas cepat karena adanya usaha nafas untuk

bawah, teraba lunak/keras, berbatas tegas, kenyal, dan berbeda dengan jaringan

di sekitarnya
Genetalia
: Adanya perdarahan pervaginam menoragie, metoragie.
Anus
: Karena penekanan mioma pada rectum dapat menyebabkan

haemoroid akibat pengerasan faces.


Ekstremitas : Dapat terjadi penekanan edema tungkai akibat penekanan pada

pembuluh darah dan pembuluh lymfe.


5) Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan bimanual
Teraba tumor padat uterus terletak di garis tengah atau agak ke samping, teraba
berbenjol-benjol.

Mioma

subserosum

dapat

mempunyai

tangkai

yang

berhubungan dengan uterus.


Pemeriksaan uterus sonde
Mioma intramural akan menyebabkan kavum uteri menjadi luas, sehingga

diagnosanya ditegakkan dengan uterus sonde.


USG
USG abdominal dan transvaginal dapat membantu dan menegakkan duagaan
klinis. Hal ini digunakan untuk memantau apakah mioma tadi bertambah besar
atau tidak. Mioma dengan ukuran kecil dapat diketahui dan letaknya terhadap
cavum uteri juga dapat ditentukan, apakah suatu mioma submukosum,

intramural, atau subserosum.


Laboratorium
Pada mioma uteri yang disertai dengan perdarahan banyak dapat terjadi
penurunan kadar hemoglobin.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri b.d penekanan syaraf
b. Resiko syok b.d perdarahan pervagina
c. Konstipasi b.d penekanan pada rectum
d. Gangguan eliminasi urin b.d penekan pada vesika urinaria
e. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan fisik
f. Disfungsi seksual

3. Rencana Asuhan Keperawatan (NANDA, NOC, NIC)


N
o
1

NANDA

NOC

NIC

Nyeri b.d penekanan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri


syaraf

keperawatan ...x24 jam

Aktivitas :

Kontrol nyeri tinggi

Indikator :

Menilai

Lakukan

penilaian

nyeri

secara komprehensif dimulai


faktor

dari

lokasi,

karakteristik,

penyebab
Menghitung

durasi,

nyeri
Gunakan

pencegahan
Pengurangan

mengkomunikasikannya

dengan non analgesik


Gunakan ttv memantau

perawatan

Penggunaan analgesik
Laporkan tanda dan

Gunakan

gejala

menyatakan

lamanya
ukuran

frekuensi,

intensitas dan penyebab.

Kaji ketidaknyamanan secara


nonverbal,
pasien

nyeri

nyeri

kualitas,

terutama

yang

untuk

tidak

bisa

secara efektif

pada

komunikasi

yang

terapeutik agar pasien dapat


pengalamannya

terhadap nyeri serta dukungan

petugas kesehatan

dalam merespon nyeri


Tingkatan

nyeri

Tentukan

dampak

nyeri

menurun

terhadap kehidupan sehari-hari

Indikator :

(tidur, nafsu makan, aktivitas,

Melaporkan nyeri
Respon tubuh
Panjangnya
episode

nyeri
Eksperesi wajah saat

nyeri
Melindungi

yang nyeri
Gelisah

kesadaran, mood, hubungan


sosial, performance kerja dan
melakukan tanggung jawab
sehari-hari)

bagian

Bantu pasien dan keluarga


mencari

dan

menyediakan

dukungan.

Menyediakan
tentang

informasi

nyeri,

contohnya

penyebab nyeri, bagaimana


kejadiannya,

mengantisipasi

ketidaknyamanan

terhadap

prosedur

Kontrol
yang

faktor
dapat

lingkungan
menimbulkan

ketidaknyamanan pada pasien

(suhu ruangan, pencahayaan,


keributan)

Pertimbangkan

tipe

dan

sumber nyeri ketika memilih


metoda mengurangi nyeri

Mendorong

pasien

dalam

memonitor nyerinya sendiri


Pemberian Analgesik
Aktifitas:

Menentukan

lokasi

karakteristik,
intensitas

mutu,
nyeri

,
dan

sebelum

mengobati pasien

Periksa order/pesanan medis


untuk

obat,

frekuensi

yang

dosis,

dan

ditentukan

analgesik

Cek riwayat alergi obat

Mengevaluasi

kemampuan

pasien dalam pemilihan obat


penghilang sakit, rute, dan
dosis, serta melibatkan pasien
dalam pemilihan tersebut

Tentukan jenis analgesik yang


digunakan

(narkotik,

narkotik

atau

non

NSAID)

berdasarkan tipe dan tingkat


nyeri.

Tentukan

analgesik

yang

cocok, rute pemberian dan

dosis optimal.

Memberikan perawatan yang


dibutuhkan dan aktifitas lain
yang

memberikan

efek

relaksasi sebagai respon dari


analgesi

Cek

pemberian

selama

24

analgesik

jam

untuk

mencegah terjadinya puncak


nyeri

tanpa

rasa

sakit,

terutama dengan nyeri yang


2

Resiko

syok

perdarahan
pervagina

menjengkelkan
b.d Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Perdarahan
keperawatan ...x24 jam
Tingkatan Syok:

Aktifitas :

Pantau

perdarahan
Catat
kadar

Hipovolemik menurun
Indikator :

pasien

untuk

hemoglobin/

Tekanan nadi

hematokrit

meningkat
Tekanan darah

kehilangan

darah,

meningkat
Respirasi dangkal tidak

sesuai indikas
Pantau
tanda-tanda

vital

ortostatik, termasuk tekanan

ada
Peningkatan oksigen

darah
Pertahankan

arteri
Kulit lembab dan

selama perdarahan aktif


Berikan
produk
darah

dingin tidak ada


Kepucatan tidak ada

sesudah

(misalnya,

sebelum

tirah

trombosit

dan

baring

dan

plasma beku segar), sesuai

ketentuan
Instruksikan pasien dan / atau
keluarganya pada tanda-tanda
perdarahan dan tindakan yang
tepat

(misalnya,

memberitahukan perawat) jika

pendarahan terjadi
Pantau adanya tanda
gejala

perdarahan

dan
yang

persisten (misalnya, periksa


semua sekresi darah terang
atau darah samar)
Manjemen Cairan
Aktifitas :

Timbang BB tiap hari


Pertahankan
intake

akurat
Anjurkan klien untuk intake

oral
Monitor status hidrasi (seperti:

yang

kelebapan mukosa membrane,

nadi)
Persiapkan untuk administrasi

produk darah
Kaji ketersediaan

darah untuk trsanfusi


Konsultasi dengan dokter, jika

produk

gejala dan tanda kehilangan


3

Konstipasi
penekanan
rectum

cairan makin buruk


b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Konstipasi
pada keperawatan ...x24 jam
Aktifitas :
Eliminasi Feses tidak ada
Monitor tanda dan gejala dari
gangguan
konstipasi
Indikator :
Kontrol buang air besar Identifikasi faktor ( seperti
Kemudahan mengedan
pengobatan, bed rest, dan

feses
Otot untuk
mengevakuasi feses

makanan) yang menyebabkan

konstipasi
Jelaskan etiologi dari masalah

tidak ada gangguan


Mengedan feses tanpa

alat bantu
Rasa sakit dengan

dan rasional tindakan kepada

dikontraindikasikan
Instruksikan pasien
memakan

meningkatkan

pemasukan cairan, kecuali bila

keluarnya feses tidak


ada

pasien
Anjurkan

untuk

makanan

yang

tinggi serat
Berikan laksatif/enema
Tmbangan BB pasien dengan

teratur
Gangguan eliminasi Setelah dilakukan tindakan Perawatan retensi urin
urin b.d penekanan keperawatan ...x24 jam

Aktifitas

pada vesika urinaria

Eliminasi urin tidak ada


gaangguan

untuk mengevaluasi

Indikator :

Klien dapat

Pantau intake dan output

keseimbangan cairan
Pantau derajat distensi

mengontrol

kandung kemih dengan

pengeluaran urine
Tidak ada tanda-tanda

melakukan palpasi dan

retensi dan

kontrol refleks dan autonom

inkontinensia urine
Klien berkemih dalam

dari kandung kemih dan

keadaan rileks

perkusi karena kehilangan

sfingter
Pantau eliminasi urin,
termasuk frekuensi,
konsistensi, volume, dan

warna
Modifikasi pakaian dan
lingkungan untuk mendukung
akses yang lebih mudah ke

toilet
Instruksikan pasien untuk
mencatat pengeluaran urin
dan dan pola

Intoleransi

aktifitas Setelah dilakukan tindakan Terapi Aktifitas

b.d kelemahan fisik

keperawatan ...x24 jam

Aktifitas :

Toleransi Aktifitas

Indikator :

Kolaborasi
dalam

merncanakan

dan

Tekanan darah diastolik

dengan aktivitas
Tekanan darah sistolik

memonitor program aktivitas


Meningkatkan
komitmen

dengan aktivitas
Kekuatan tubuh bagian

pasien dalam beraktivitas


Membantu
mengekplorasi

atas
Kekuatan tubuh bagian

bawah
Kemudahan aktivitas

aktivitas yang bemanfaat bagi

pasien
Membantu

Mengidentifikasi

aktivitas yang disukai


Membantu
pasien/keluarga

beradaptasi

dengan

lingkungan
Membantu menyusun aktivitas

fisik
Bantu

individu

memodifikasi

kehilangan, atau

dimiliki

dalam beraktivitas
Membantu mengidentifikasi

dampak stressor,
perubahan fungsi

yang

dalam

mengidentifikasi

sumberdaya

( ADL ) melakukan

Disfungsi seksual

terapis

hidup sehari-hari

dengan

dalam

gaya

hidup

untuk menguraangi stress


Dorong identifikasi stressor

seksual
Memodifikasi perilaku

yang ada dalam kehidupan;

untuk mengurangi

yang dapat dikontrol dan tidak

stressor
Mengidentifikasi

dapat dikontrol individu


Lakukan program latihan fisik

kelompokkan menjadi stressor

keterbatasan aktifitas

secara

seksual yang

mengurangi stress
Kaji tahap adaptasi

disebabkan oleh
masalah kesehatan

individu
terhadap

teratur

dan

untuk
dari

pasangan
kehilangan

(menyangkal, depresi, marah,

resolusi)
Jelaskan
respons

kenormalan
terdahulu

dari

terhadap

kehilangan
Identifikasi hambatan untuk
memuaskan
(mis.,

fungsi

seksual

hipoksia,

hambatan
kehamilan,

nyeri,

mobilitas
efek

fisik,
samping

pengobatan)
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, S., Wiknjosastro, H., Sumapraja, S. Ilmu kandungan . Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono; 2006.
Hadibroto Budi R. 2005. Mioma Uteri. Majalah Kedokteran Nusantara Volume 38. No. 3

Smeltzer, Suzanne C. 2010. Brunner & Suddarths Textbook of Medical-Surgical Nursing.


China : Wolters Kluwer Health
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
NANDA. (2015). Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2015-2017. Philadelphia:
NANDA International.

Vous aimerez peut-être aussi