Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
A. Defenisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak berasal dari otot uterus, yang dalam
kepustakaan ginekologi juga terkenal dengan istilah-istilah fibrimioma uteri, leiomyoma
uteri atau uterine fibroid. (Prawirohardjo,1996) Mioma uteri adalah tumor jinak uterus
yang berbatas tegas yang terdiri dari otot polos dan jaringan fibrosa.
B. Etiologi
Faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui, namun ada 2 teori yang
berpendapat:
a. Teori Stimulasi
Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi, mengingat bahwa :
Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil
Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum monarche
Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause
Hiperplasia endometriumsering ditemukan bersama dengan mioma uteri
b. Teori Cellnest atau genitoblas
Terjadinya mioma uteri itu tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat
pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh estrogen.
(Prawirohardjo, 1996).
C. Jenis Mioma Uteri
Berdasarkan posisi mioma uteri terdapat lapisan-lapisan uterus, dapat dibagi
dalam 3 jenis :
a. Mioma Submukosa
Tumbuhnya tepat di bawah endometrium. Paling sering menyebabkan
perdarahan yang banyak, sehingga memerlukan histerektomi, wlaupun ukurannya
kecil. Adanya mioma submukosa dapat dirasakan sebagai suatu curet bump
(benjolan waktu kuret). Kemungkinan terjadinya degenerasi sarcoma juga lebih besar
pada jenis ini. Sering mempunyai tangkai yang panjang sehingga menonjol melalui
cervix atau vagina, disebut mioma submucosa bertangkai yang dapat menimbulkan
miomgeburt, sering mengalami nekrose atau ulcerasi.
b. Interstinal atau intramural
uterus yang berlebihan sehingga terjadi anemia. Anemia ini bisa mengakibatkan
kelemahan fisik, kondisi tubuh lemah, sehingga kebutuhan perawatan diri tidak dapat
terpenuhi. Selain itu dengan perdarahan yang banyak bisa mengakibatkan seseorang
mengalami kekurangan volume cairan.
E. WOC Mioma
Herediter
Hormonal
Usia
Mioma
Tak
Intoleransi
Perdarahan
Pembesara
Disfungsi
Resiko
syok
tertolong
KelemahanHilangnya
Intramural
Submukosa
aktifitas
uterus
pervagina
seksual
n uterus
Pembedaha
Resiko
Estrogen
Libido
cepat Hb
fisik
l
Pola hidup
Penekanan
Rektum &
vesika
Penekanan
Penekanan
Penekanan
Penekanan
Pola
Nyeri
pada
Submukosa urinaria
Kontipasi
Retensi
syrafpada
organ
eliminasi
vesika
l
urin
F. Gambaran Klinik
Gejala dan tanda kasus mioma uteri secara kebetulan pada pemeriksaan pelvik
uteri, penderita tidak mempunyai keluhan dan tidak sadar bahwa mereka mengandung
satu tumor dalam uterus. Gejala-gejala tergantung dari lokasi mioma uteri (cervikal,
intramural, submucous) digolongkan sebagai berikut :
tubae;
mioma
submukosum
memudahkan
terjadinya
abortus.
(Prawirohardjo,1996)
G. Perubahan Sekunder
Perubahan sekunder pada mioma uteri adalah perubahan yang terjadi pada mioma
karena pengaruh lain. Perubahan yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini
terjadi oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma.
Perubahan sekunder yang sering terjadi:
a.
Atrofi
Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi
kecil.
b. Degenerasi Hialin
Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut. Tumor
kehilangan struktur aslinya menjadi homogen, dapat meliputi sebagian besar
atau hanya sebagian kecil daripada seolah-olah memisahkan satu kelompok
serabut otot dari kelompok lainnya.
c. Degenerasi Kistik
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma
menjadi cair sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi
seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan
limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini
tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
d. Degenerasi Membatu (calcicerous degeneration)
Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan
dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang
mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto
roentgen.
e. Degenerasi Merah (carneous degeneration)
Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis
diperkirakan karena suatu nekrosis sub akut sebagai gangguan vaskularisasi.
Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna
merah yang disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi
merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus,
sedikit demam dan kesakitan. Tumor uterus membesar dan nyeri pada
perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium
atau mioma yang bertangkai.
f. Degenerasi lemak
Jarang terjadi dan merupakan kelanjutan degenerasi hialin.
H. Penatalaksanaan
a. Pada mioma kecil dan tidak menimbulkan keluhan, tidak diberikan terapi hanya
diobservasi tiap 3 6 bulan untuk menilai pembesarannya. Mioma akan lisut setelah
menopause
b. Radioterapi
c. Pemberian GnRH agonis selama 6 minggu
a. Miomektomi dengan atau tanpa histerektomi bila uterus melebihi seperti
kehamilan 12 14 minggu
b. Estrogen untuk pasien setelah menopause dan observasi setiap 6 minggu.
I. Komplikasi
a. Pertumbuhan Leiomiosarkoma
Yaitu tumor yang tumbuh dari miometrium, dan merupakan 50 70 % dari semua
sarkoma uteri. Ini timbul apabila suatu mioma uteri yang selama beberapa tahun tidak
membesar, sekonyong-konyong menjadi besar, apalagi jika hal itu terjadi sesudah
menopause.
b. Torsi (putaran tungkai)
Ada kalanya tungkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran. Kalau
proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan sirkulasi akut dengan
nekrosis jaringan, dan akan nampak gambaran klinik dari abdomen akut.
c. Nekrosis dan Infeksi
Pada mioma submukosum, yang menjadi polip, ujung tumor kadang-kadang dapat
melalui kanalis servikalis dan dilahirkan di vagina. Dalam hal ini ada ada kemungkinan
gangguan sirkulasi dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder. (Prawiroharjo, 1996)
J. Pencegahan
a. Pencegahan Primordial
Pencegahan ini dilakukan pada perempuan yang belum menarche atau sebelum
terdapat resiko mioma uteri. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan
mengkonsumsi makanan yang tinggi serat seperti sayuran dan buah.
b. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan awal pencegahan sebelum seseorang
menderita mioma. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan penyuluhan
mengenai faktor-faktor resiko mioma terutama pada kelompok yang beresiko
yaitu wanita pada masa reproduktif. Selain itu tindakan pengawasan pemberian
hormon estrogen dan progesteron dengan memilih pil KB kombinasi
(mengandung estrogen dan progesteron), pil kombinasi mengandung estrogen
lebih rendah dibanding pil sekuensil, oleh karena pertumbuhan mioma uteri
berhubungan dengan kadar estrogen.
c. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk orang yang telah terkena mioma
uteri, tindakan ini bertujuan untuk menghindari terjadinya komplikasi.
Pencegahan yang dilakukan adalah dengan melakukan diagnosa dini dan
pengobatan yang tepat.
K. Pemeriksaan Penunjang
a. Laporoskopi : untuk mengetahui ukuran dan lokasi tumor
b. USG abdominal dan transvaginal
c. Biopsi : untuk mengetahui adanya keganasan
d. Dilatasi serviks dan kuretase akan mendeteksi adanya fibroid subserous.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data subjektif
1) Biodata
Umur 35-45 tahun mempunyai resiko terkena mioma uteri (20%) dan jarang terjadi
setelah menopause, karena pada menopause estrogen menurun, suku bangsa kulit.
Kulit hitam lebih banyak beresikoo terkena mioma daripada kulit putih.
2) Keluhan Utama
Gejala awal yang dirasakan oleh penderita mioma uteri, yaitu :
Perdarahan abnormal (hypermenore, menoragia, metoragie)
Rasa nyeri, akibat gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai
kandung kemih.
Gangguan BAB (obstipasi dan tanesmia), hal ini akibat tekanan pada rectum.
Edema tungkai dan nyeri panggul akibat penekanan pada pembuluh darah dan
pembuluh limfe.
3) Riwayat kesehatan lalu dan sekarang
Pada mioma uteri sering ditemukan pada penderita yang sering mengalami
perdarahan (hypermenorrhoe, menorrhagia, metrorrhagia) yang lama dan terusmenerus kadang-kadang disertai rasa nyeri pada perut bagian bawah dan riwayat
kontak berdarah dan dysparenia (Hamilton, 1995:18-19).
4) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga pasien (ibu, kakak) yang menderita/pernah menderita
penyakit yang sama seperti pasien yang berupa perdarahan terus-menerus dan lama
karena predisposisi dari mioma adalah faktor keturunan. Pada keluarga adakah
riwayat gangguan pembekuan darah yang dapat mengakibatkan perdarahan yang
sulit berhenti.
5) Riwayat reproduksi
Haid
Pada riwayat haid sering ditemukan adanya hipermenorhea, menoragle,
metoragie, dan dysmenorea. Mioma uteri tidak terjadi sebelum menarche.
Setelah menopause banyak mioma menjadi lisut, hanya 10% saja yang masih
retensio urine, perubahan pola BAB dapat berupa obstipasi dan tonesmi.
Seksualitas
Perubahan pola seksual dapat berupa kontak berdarah dyspareunia, karena
adanya mioma pada alat genetalia interna juga kadang menyebabkan libido
menurun.
Aktifitas
Pola aktifitas terganggu akibat rasa nyeri yang timbul.
Kondisi psikososial
Klien mengalami kecemasan disebabkan karena dampak/ gejala yang
ditimbulkan oleh adanya penyakit seperti perdarahan, ada benjolan, perdarahan
b. Data objektif
1) Keadaan umum : lemah, anemis
2) Kesadaran : composmentis sampai somnolen karena perdarahan menimbulkan
gangguan keseimbangan cairan.
3) Tanda-tanda vital
Tekanan darah
: Dalam keadaan syok hipovolemik akan terjadi penurunan
tensi (hipotensi).
Nadi
Suhu
hebat.
Dada
bawah, teraba lunak/keras, berbatas tegas, kenyal, dan berbeda dengan jaringan
di sekitarnya
Genetalia
: Adanya perdarahan pervaginam menoragie, metoragie.
Anus
: Karena penekanan mioma pada rectum dapat menyebabkan
Pemeriksaan bimanual
Teraba tumor padat uterus terletak di garis tengah atau agak ke samping, teraba
berbenjol-benjol.
Mioma
subserosum
dapat
mempunyai
tangkai
yang
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri b.d penekanan syaraf
b. Resiko syok b.d perdarahan pervagina
c. Konstipasi b.d penekanan pada rectum
d. Gangguan eliminasi urin b.d penekan pada vesika urinaria
e. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan fisik
f. Disfungsi seksual
NANDA
NOC
NIC
Aktivitas :
Indikator :
Menilai
Lakukan
penilaian
nyeri
dari
lokasi,
karakteristik,
penyebab
Menghitung
durasi,
nyeri
Gunakan
pencegahan
Pengurangan
mengkomunikasikannya
perawatan
Penggunaan analgesik
Laporkan tanda dan
Gunakan
gejala
menyatakan
lamanya
ukuran
frekuensi,
nyeri
nyeri
kualitas,
terutama
yang
untuk
tidak
bisa
secara efektif
pada
komunikasi
yang
petugas kesehatan
nyeri
Tentukan
dampak
nyeri
menurun
Indikator :
Melaporkan nyeri
Respon tubuh
Panjangnya
episode
nyeri
Eksperesi wajah saat
nyeri
Melindungi
yang nyeri
Gelisah
bagian
dan
menyediakan
dukungan.
Menyediakan
tentang
informasi
nyeri,
contohnya
mengantisipasi
ketidaknyamanan
terhadap
prosedur
Kontrol
yang
faktor
dapat
lingkungan
menimbulkan
Pertimbangkan
tipe
dan
Mendorong
pasien
dalam
Menentukan
lokasi
karakteristik,
intensitas
mutu,
nyeri
,
dan
sebelum
mengobati pasien
obat,
frekuensi
yang
dosis,
dan
ditentukan
analgesik
Mengevaluasi
kemampuan
(narkotik,
narkotik
atau
non
NSAID)
Tentukan
analgesik
yang
dosis optimal.
memberikan
efek
Cek
pemberian
selama
24
analgesik
jam
untuk
tanpa
rasa
sakit,
Resiko
syok
perdarahan
pervagina
menjengkelkan
b.d Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Perdarahan
keperawatan ...x24 jam
Tingkatan Syok:
Aktifitas :
Pantau
perdarahan
Catat
kadar
Hipovolemik menurun
Indikator :
pasien
untuk
hemoglobin/
Tekanan nadi
hematokrit
meningkat
Tekanan darah
kehilangan
darah,
meningkat
Respirasi dangkal tidak
sesuai indikas
Pantau
tanda-tanda
vital
ada
Peningkatan oksigen
darah
Pertahankan
arteri
Kulit lembab dan
sesudah
(misalnya,
sebelum
tirah
trombosit
dan
baring
dan
ketentuan
Instruksikan pasien dan / atau
keluarganya pada tanda-tanda
perdarahan dan tindakan yang
tepat
(misalnya,
pendarahan terjadi
Pantau adanya tanda
gejala
perdarahan
dan
yang
akurat
Anjurkan klien untuk intake
oral
Monitor status hidrasi (seperti:
yang
nadi)
Persiapkan untuk administrasi
produk darah
Kaji ketersediaan
produk
Konstipasi
penekanan
rectum
feses
Otot untuk
mengevakuasi feses
konstipasi
Jelaskan etiologi dari masalah
alat bantu
Rasa sakit dengan
dikontraindikasikan
Instruksikan pasien
memakan
meningkatkan
pasien
Anjurkan
untuk
makanan
yang
tinggi serat
Berikan laksatif/enema
Tmbangan BB pasien dengan
teratur
Gangguan eliminasi Setelah dilakukan tindakan Perawatan retensi urin
urin b.d penekanan keperawatan ...x24 jam
Aktifitas
untuk mengevaluasi
Indikator :
Klien dapat
keseimbangan cairan
Pantau derajat distensi
mengontrol
pengeluaran urine
Tidak ada tanda-tanda
retensi dan
inkontinensia urine
Klien berkemih dalam
keadaan rileks
sfingter
Pantau eliminasi urin,
termasuk frekuensi,
konsistensi, volume, dan
warna
Modifikasi pakaian dan
lingkungan untuk mendukung
akses yang lebih mudah ke
toilet
Instruksikan pasien untuk
mencatat pengeluaran urin
dan dan pola
Intoleransi
Aktifitas :
Toleransi Aktifitas
Indikator :
Kolaborasi
dalam
merncanakan
dan
dengan aktivitas
Tekanan darah sistolik
dengan aktivitas
Kekuatan tubuh bagian
atas
Kekuatan tubuh bagian
bawah
Kemudahan aktivitas
pasien
Membantu
Mengidentifikasi
beradaptasi
dengan
lingkungan
Membantu menyusun aktivitas
fisik
Bantu
individu
memodifikasi
kehilangan, atau
dimiliki
dalam beraktivitas
Membantu mengidentifikasi
dampak stressor,
perubahan fungsi
yang
dalam
mengidentifikasi
sumberdaya
( ADL ) melakukan
Disfungsi seksual
terapis
hidup sehari-hari
dengan
dalam
gaya
hidup
seksual
Memodifikasi perilaku
untuk mengurangi
stressor
Mengidentifikasi
keterbatasan aktifitas
secara
seksual yang
mengurangi stress
Kaji tahap adaptasi
disebabkan oleh
masalah kesehatan
individu
terhadap
teratur
dan
untuk
dari
pasangan
kehilangan
resolusi)
Jelaskan
respons
kenormalan
terdahulu
dari
terhadap
kehilangan
Identifikasi hambatan untuk
memuaskan
(mis.,
fungsi
seksual
hipoksia,
hambatan
kehamilan,
nyeri,
mobilitas
efek
fisik,
samping
pengobatan)
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, S., Wiknjosastro, H., Sumapraja, S. Ilmu kandungan . Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono; 2006.
Hadibroto Budi R. 2005. Mioma Uteri. Majalah Kedokteran Nusantara Volume 38. No. 3