Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
yang tiba tiba dimana quadriceps dalam keadaan kontraksi). Lokasi os patella
yang berada pada daerah subkutan membuatnya rentan terhadap cedera. Fraktur
dapat terjadi akibat dari gaya tekan seperti pukulan langsung, kekuatan dari
tarikan mendadak seperti yang terjadi dengan hyperflexi lutut, atau karena
keduanya. Berbagai pola fraktur yang terjadi, tergantung pada mekanisme
cederanya. Berdasarkan pola frakturnya, fraktur patella dibagi atas fraktur
transversal, apex, basal, comminuted, vertikal, dan osteochondral. Sedangkan
berdarakan pola penyimpangan tulangnya dibagi atas displaced dan nondisplaced.1,2
ANATOMI
Patella
Adalah sebuah os sesamoidea, ukuran kira-kira 5 cm, berbentuk segitiga,
berada di dalam tendo (bertumbuh di dalam tendo) m.quadriceps femoris. Dalam
keadaan otot relaksasi, maka patella dapat digerakkan ke samping, sedikit ke
cranial dan ke caudal.
Mempunyai facies anterior dari facies articularis; facies articularis lateralis
bentuknya lebih besar daripada facies articularis medialis.
Margo superior atau basis patellae berada di bagian proximal dan apex
patellae berada di bagian distal. Margo medialis dan margo lateralis bertemu
membentuk apex patellae.
Articulatio Genu
Dibentuk oleh ujung distal condylus femoris dengan ujung proximal
condylus tibiae dan dengan facies dorsalis patella. Tipe : Condiloidea.
Permukaan persendian dari condylus femoris yang berhadapan dengan
tibia berbentuk konveks; bentuk facies articulus pada ujung condylus tibiae datar
dan dilengkapi dengan suatu fibrocartilago, yang dinamakan meniscus, yaitu
meniscus lateralis dan meniscus medialis. Stabilitas articulus ini tergantung pada
ligamentum yang terdapat di situ.
Capsula articularis kuat di bagian dorsal. Di bagian anterior dibentuk oleh
tendo m.quadriceps femoris, yang melekat pada tepi cranial patella dan
ligamentum patellae yang melekat pada tepi caudal patella dan pada tubberositas
tibiae. Pada setiap sisi patella capsula articularis terdiri dari retinaculum patellae
mediale at laterate, yang merupakan perluasan dari m.vastus medialis dan
m.vastus lateralis. Retinaculum laterale diperkuat oleh serabut-serabut dari tractus
iliotibialis. Pada kontraksi m.quadriceps femoris capsula articularis dibagian
anterior dan ligamentum patellae menjadi tegang. Ligamentum capsulare pada sisi
articulatio genus meluas (melekat) dari condylus femoris sampai di condylus
tibiae.
Ligamentum collaterale tibiale (medial) berbentuk datar dan berada pada
bagian medial capsula articularis. Di bagian cranialis ligamentum ini melekat pada
epicondylus medialis femoris, dan di sebelah caudalis berbentuk lebar, melekat
pada condylus medialis tibiae dan pada bagian cranialis corpus tubiae. Serabutserabut bagian profunda melekat pada tepi luar meniscus medialis.
Ligamentum collaterale fibulare (laterale) terletak terpisah daripada
capsula articularis, berbentuk bulat tali dan meluas dari epicondylus lateralis
femoris menuju sisi laterale capitulum fibulae. Bagian posterior capsula articularis
mengadakan perlekatan pada bagian cranial condylus femoris dan fossa
intercondyloidea femoris dan pada bagian proximal tibiae. Suatu perluasan dari
capsula
articularis,
yang
dinamakan
ligamentum
popliteum
arcuatum,
2)
3)
ETIOLOGI
Fraktur patella diklasifikasikan berdasarkan mekanisme injury ( direct dan
indirect), displacement, atau konfigurasi dari jenis fraktur ( transverse, vertical,
marginal, osteocondral, dan kominutif).
Berdasarkan mekanisme injury, fraktur patella dapat terjadi secara
langsung- dimana patella berbenturan dengan benda solid seperti dashboard, dan
biasanya menghasilkan jenis fraktur yang kominutif dan mekanisme ini yang
paling sering dijumpai, maupun secara tidak langsung yang terjadi saat fleksi
knee yang dipaksakan dimana quadriceps sedang kontraksi secara aktif, dapat
menghasilkan fraktur bila kekuatan intrinsik pada patella berlebihan. Biasanya
trauma tidak langsung menghasilkan bentuk fraktur yang transversal, avulsi/
sleeve. Karena patella merupakan bagian integrasi dari mekanisme ekstensi knee,
maka pada fraktur patella yang displaced bisa menyebabkan putusnya
retinaculum. Felico Pailo dkk melaporkan trauma langsung terjatuh dengan lutut
sebagai tumpuan ( 43.7 %) KLL ( 33%), jatuh dari ketinggian ( 10.7%), terinjak
( 6.8%), forced flexion (3.9%)3.
Berdasarkan konfigurasi garis fraktur, fraktur patella dibagi menjadi
-
Transversal, yang merupakan jenis fraktur patella paling banyak ( 50%80%) yang dihasilkan karena indirect injury( misal; kontraksi quadriceps
yang hebat. Bisa displaced maupun displaced vertical,
Marginal yang biasanya dihasilkan dari direct injury dari sisi patella,
terjadi pada sisi luar/ keliling meliputi fragment yang kecil. Biasanya garis
fraktur tidak menyebrangi patella.
Kominutif, ( 30%- 35%) yang dihasilkan dari direct injury patella terhadap
objek keras. Kominusi garis fraktur dapat berupa multiple fragment dan
berbentuk stelata ( biasanya meliputi seluruh patella) atau bersifat polar
( meliputi salah satu pole).
DIAGNOSIS
Diagnostik di dapat dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang.
Anamnesis
Riwayat trauma baik secara langsung maupun tidak langsung, nyeri pada
lutut yang terkena, bengkak, laserasi atau abrasi, tidak dapat mengekstensikan
lutut pada kaki yang sakit.
Pemeriksaan Fisik
Status General: dimana kesan umum pasien tampak kesakitan, dan cara berjalan
yang kesakitan, atau dipapah.
Status Lokalis pada regio knee:
Look: Edema, kontusio, ( mungkin terdapat diskontinuitas jaringan lunak)
Feel: nyeri tekan, hangat, teraba defek dan tepi fragmen tulang yang displaced,
swelling karena hemaartrosis
Move: pasien tidak mampu mengangkat kaki melawan gravitasi supaya lurus,
mempertahankan full ekstensi knee melawan gravitasi
Radiologi
Pada kebanyakan kasus diagnosa dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
foto polos. Membandingkan foto sisi yang sakit dengan sisi yang normal dapat
membantu mengevaluasi anatomi tulang. Pada lateral view, dapat menilai derajat
kominutif dan displace dari fragmen fraktur. Mengevaluasi posisi patella, dimana
posisi patella yang rendah ( patella baja) mungkin mengindikasikan ruptur tendon
quadriceps dan posisi patella yang tinggi ( patella alta) mungkin mengindikasikan
ruptur tendon patella . Pada anteroposteror view dapat menilai jenis dan arah garis
fraktur.
Pada tangensial view mungkin dapat menilai jenis fraktur osteocondral
dimana view yang lain tidak bisa. CT Scan dapat membantu pada periarticular
injury, evaluasi alignment, dan deteksi okulta fraktur juga pada jenis fraktur yang
osteocondral dan sleeve, namun jarang digunakan di klinik. Sedangkan untuk
screening diindikasikan untuk mendeteksi stress fracture yang okulta, misal pada
para atlet
Tatalaksana
Penatalaksanaan pada fraktur patella berdasarkan pada jenis
fraktur
dan
pemeriksaan
fisik.
Penatalaksanaan
dapat
berupa
sendiri dikombinasi
Sebagian besar operasi fraktur patella dikerjakan secara elektif, namun pada
fraktur terbuka harus segera dikerjakan sesegera mungkin, karena luka terbuka
dapat menjadi tempat kolonisasi kuman yang dapt mengkontaminasi lapangan
operasi
Akses surgical ke patella meliputi insisi transversal midline atau longitudinal
dapat digunakan, namun kebanyakan para ahli bedah lebih menyukai longitudinal
midline karena selain menghasilkan eksposure yang baik terhadap fraktur site dan
yang lebih penting perlekatan jaringan lunak pada sisi proksimal dan distal dapat
terekspose. Selain itu bermanfaat untuk prosedur rekonstruksi yang diperlukan
dikemudian hari.
TEHNIK OPERASI
-
Lag-screw fixation
Partial patellectomy
Total Patellectomy
Percutananeous
( POMC)
Osteosynthesis
Rehabilitasi
Beberapa pengarang sepakat bahwa prolong immobilisasi post operatif
fiksasi interna akan meningkatkan insidensi stiffness dan harus dihindari. Namun
beberapa laporan studi menyebutkan tidak ada tidak ada efek terhadap outcome
terhadap batas waktu immobilisasi. Pertimbangan imobilisasi waktu tertentu dapat
diterapkan pada fraktur patella yang kominutif atau tulang yang osteopenik.
Latihan beban berat pada posisi ekstensi harus segera dilakukan. Latihan fleksi
aktif dan ekstensi pasif segera bermanfaat untuk meminimalisir tensile
dan
Knee Stiffness
Penurunan ROM merupakan komplikasi umum setelah terjadinya fraktur
patella,.pada beberapa kasus keterbatasan pada derajat maksimal fleksi knee.
Tidak ada laporan mengenai korelasi efek sampimg imobilisasi cast selama 6
minggu, namun latihan ROM secara umum dianjurkan segera post operatif
untuk merangsang cartilage healing dan menurunkan insidensi dan derajat
kakakuan sendi. Bila terjadi stiffness dan hilangnya ROM tidak dapat
diperbaiki dengan terapi fisik maka aff instrumentasi, manipulasi dan
artroscopi release adesi intraarticular perlu dipertimbangkan.
Loss of reduction
Dilaporkan sekitar 0-20% dari seluruh kasus, ini disebabkan mungkin
karena tehnik fiksasi yang kurang tepat, kominusi yang tersisa, mobilisasi
awal yang tidak tepat, loss reduction yang menghasilkan gangguan /disruption
mekanisme
ekstensor
dan
displacement
yang
Osteoarthrosis
unacceptable
sering
Hardware Irritation
Biasanya disebabkan oleh adanya wire dan simpul wire pada jaringan
lunak. Sebuah studi melaporkan gejala karena iritasi hardware membutuhkan
aff implant sekitar 15 % kasus.
Infection
Beradasarkan studi disebutkan angka infeksi post operatif sekitar 3-10%,
dan delayed healing jaringan lunak sekitar 12 %. Penanganannya antara lain
dengan wound care dan imobilisasi yang tidak lama. Sedangkan pada infeksi
profunda dicegah dengan melakukan irigasi dan debridement intraoperatif.
Non-union
Kejadian non-union lebih sedikit dari 1% pada pasien post operatif fraktur
patella yang displaced. Biasanya berupa non union fibrous asymptomatic
dengan
mekanisme
ekstensor
yang
intake.dan
tidak
membutuhkan
Autogen born graft dapat dipakai untuk mengisi defek atau partial
patellectomy bila tidak dapat di fiksasi secara stabil.
PENUTUP
Metoda penatalaksanaan dan protocol post operatif harus disesuaikan
dengan masing masing individu. Berdasarkan pertimbangan pola fraktur,
kualiitas tulang dan beberapa faktor pada pasien. Bila reduksi dan fiksasi yang
stabil dapat dicapai maka mobilisasi lebih awal segera dilakukan. Bila reduksi
tercapai namun fiksasi tidak stabil maka immobilisasi periodik harus
dipertimbangkan. Kegagalan mencapai reduksi merupakan indikasi dilakukan
partial patellectomy.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Cramer KE, Moed BR. Patellar fractures: Contemporary Approach to
Treatment. J.Am Acad Orthop Surg 1997;5:323-331
2. Thompson JC. Netters Concise Atlas of Orthopaedic. 2004;203-209
3. Pailo AF, Malavolta EA, Santos ALGD et al.Patellar fractures: a decade of
treatment AT IOT-HC-FMUSP-Part I: Functional Analysis.Acta Orthop Bras
2005;221-224
4. Lamoureux C. Patella Fractures. eMedicine Online. http://www.emedicine.
com/radio/topic528.htm May 3, 2004.
5. Lin SY et al.inferior sleeve fracture of the patella. J of the Chinese Med Ass
2011;74:98-101
6. Piva SR, Childs JD et al. Patella fracture during rehabilitation after bonepatellar tendon-bone anterior cruciate ligament reconstruction. J Of Orthop
2009;39.278-284
Tinjauan Pustaka
FRAKTUR PATELLA
OLEH:
Arif Hidayat
Tahap II